NABILA
20180301095
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia – Nya serta senantiasa memberikan
kesehatan jasmani dan rohani sehingga sampai saat ini penulis dapat
menyelesaikan Laporan Magang dengan lancer yang berjudul “Gambaran Umum
Pelaksanaan Program Inspeksi Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di PT
Totalindo Eka Persada Proyek The Parc South City Tahun 202”.
Laporan magang ini penulis susun berdasarkan apa yang dilakukan pada
saat di lapangan yang bertempat di PT Totalindo Eka Persada Proyek The Parc
South City. Banyak pelajaran dan pengalaman yang penulis dapatkan selama
magang. Serta tentu tak luput penulis hanturkan rasa syukur dan terima kasih
terhadap pihak – pihak yang membantu dan membimbing penulis untuk
menyelesaikan laporan magang ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa
terima kasih kepada:
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Program Inspeksi Alat Pemadam Api
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi PT Totalindo Eka Persada
1. Diharapkan dapat menciptakan kerjasama yang bermanfaat
antara PT Totalindo Eka Persada Proyek The PARC South City
dengan program studi Kesehatan Masyarakat Universitas Esa
Unggul.
2. Melibatkan peran mahasiswa dalam mengikuti pelaksanaan
program safety Inspection PT Totalindo Eka Persada Proyek The
PARC South City tahun 2021.
2.1.5 Inspeksi K3
1) Tahap Persiapan
2) Pelaksanaan Inspeksi
4) Tindakan Korektif
A. Jenis Halon
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis halon efektif
untuk menanggulangi kebakaran jenis cairan mudah
terbakar dan peralatan listrik bertegangan (kebakaran
kelas B dan C). Bahan pemadam api gas Halon
biasanya terdiri dari unsur-unsur kimia seperti :
chlorine, fluorine, bromide dan iodine. Macam- macam
Halon antara lain :
a. Halon 1211
Terdiri dari unsur Carbon (C), Fuorine (F),
Cholrine (Cl), Bromide (Br). Halon 1211 biasa
disebut Bromochlorodifluormethane dan lebih
popular dengan nama BCF. Biasanya Alat
Pemadam Api Ringan (APAR) jenis BCF
dipasang dibangunan, gedung dan pabrik.
b. Halon 1301
Terdiri dari unsur Carbon (C), Fuorine (F),
Cholrine (Cl), Bromide (Br) sehingga Halon
1301 juga disebut Bromotrifluormethane atau
BTM.
c. Jenis CO₂
Bahan pemadam jenis CO₂ efektif untuk
memadamkan kebakaran kelas B (minyak ) dan
C (listrik). Berfungsi untuk mengurangi kadar
oksigen dan efektif untuk memadamkan
kebakaran yang terjadi di dalam ruangan
(indoor) pemadaman dengan menggunakan gas
arang ini dapat mengurangi kadar oksigen
sampai dibawah 12%.
a. Input
1. Manusia (Man)
Manajemen harus melibatkan Sumber Daya
Manusia (SDM) dimana perannya sangat penting
dalam upaya mencapai tujuan organinasi. Sumber
Daya Manusia (SDM) mencakup keseluruhan dari
manusia yang berada didalam organisasi
perusahaan. Mereka secara keseluruhan terlibat /
ikut serta dalam kegiatan operasional perusahaan.
Sumber Daya Manusia (SDM) terkait harus dibekali
dengan pelatihan atau pendidikan sehingga dapat
menambah awasan dan pengetahuannya. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan khusus seseorang atau sekelompok
orang yang bekerja (Notoatmodjo, 2003).
Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012
Lampiran 1 tentang Pelaksanaan Rencana K3,
mengenai pengadaan sumber daya manusia sesuai
kebutuhan serta memiliki kompetensi K3 (Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012
Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja, 2012).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50
tahun 2012, Bagian keempat mengenai
(Pelaksanaan Rencana K3), pasal 10 Ayat 3
dijelaskan bahwa sumber daya manusia harus
memiliki kompetensi kerja yang dibuktikan dengan
sertifikat dan wewenang di bidang K3 yang
dibuktikan dengan surat izin kerja/operasi dan/atau
surat penunjukkan dari intansi yang berwenang.
(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50
Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, 2012).
Menurut Salmah (2018) dalam pelaksanaan
inspeksi yang baik, maka seorang pemeriksa
memerlukan:
a) Pengetahuan yang menyeluruh
mencakup tempat kerja yang akan
diinspeksi
b) Pengetahuan tentang standar
perundang-undangan
c) Langkah pemeriksaan yang tersusun
sistematik
d) Metode pelaporan dan evaluasi
2. Uang (Money)
Uang merupakan modal suatu perusahaan
yang harus tersedia setiap saat dalam menjalankan
aktivitasnya. Sehingga uang menjadi alat penting
untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus
dipetimbangkan secara rasional. Hal ini
berhubungan dengan budgeting yang harus
dipersiapkan untuk membiayai gaji tenaga kerja,
berbagai macam alat kerja yang dibutuhkan, dan
harus dibeli serta berapa kali yang akan dicapai
didalam perusahaan. (DINKES Lumanjang, 2013).
Menurut (Ramli, 2019) anggaran untuk
inspeksi akan dikeluarkan jika selama kegiatan
inspeksi terlihat bibit-bibit bahaya yang harus
segera ditindak lanjuti. Namun jika terdapat indikasi
yang sederhana lebih baik di follow up terlebih
dahulu agar dapat diketahui jeni pengendalian apa
yang tepat untuk kasus tersebut.
3. Mesin (Machine)
Dalam proses produksi mesin sudah mulai
memegang peran penting. Dalam perkembangan
teknologi yang begitu pesat menyebabkan
pengguaan mesin dalam berbagai aspek pekerjaan
menjadi semakin menonjol. Hal ini merujuk pada
mesin sebagai fasilitas utama untuk menunjang
kegiatan perusahaan baik operasional maupun non
operasional. (Maniah, 2017).
Mesin atau alat penunjang yang digunakan
saat inspeksi seperti kamera atau handphone yang
bertujuan untuk mendokumentasikan kegiatan
inspeksi, file bukti saat temuan indikasi bahaya
yang ada sebelum dan sesudah pelaksanaan atau
pengendalian untuk inspeksi (Ramli, 2019).
4. Metode
Metode kerja adalah hal yang paling
diperlukan agar mekanisme kerja berjalan dengan
efektif dan efisien. Metode kerja yang dimaksud
adalah yang sesuai dengan kebutuhan organisasi,
baik yang menyangkut dalam proses produksi
maupun administrasi. Bahkan perusahaan sering
meminta bantuan ahli untuk memperoleh metode
kerja yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Hal
ini dilakukan karena penciptaan metode kerja,
prosedur, serta mekanisme kerja memiliki manfaat
yang besar bagi perusahaan. (Maniah, 2017).
Dalam melakukan kegiatan inspeksi metode
yang digunakan sebagai panduan kerja seperti SOP
atau IK (Instruksi Kerja) untuk memperlancar
jalannya inspeksi dan petugas inspeksi dapat dengan
mudah mengetahui tata cara kerja kegiatan tersebut.
(Ramli, 2019).
5. Material
Material merupakan bahan setengah jadi
(raw material) dan bahan jadi. Di dunia usaha untuk
hasil yang baik, manusia yang ahli dalam bidangnya
juga harus dapat menggunakan bahan atau materi
sebagai salah satu sarana, karena materi dan
manusia tidak dapat dipisahkan. Jika tanpa adanya
materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
(DINKES Lumanjang, 2013).
Bahan yang diperlukan dalam inspeksi
seperti lembar cheklist, APD, buku laporan
digunakan untuk pendataan hasil inspeksi, serta
membawa syal atau lonceng sebagai penanda dalam
kegiatan inspeksi. (Ramli, 2019).
Peraturan mentri tenaga kerja dan
transmigrasi tentang APD, pasal 4 bagian C
menjelaskan bahwa APD wjib digunakan diarea
kerja yang sedang dilakukan perbaikan, perawatan,
serta pembersihan atau dimana saat sedang
dilakukannya kegiatan persiapan (Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, 2010).
b. Proses
Menurut DINKES Lumanjang (2013)) proses
merupakan bagian atau elemen dari sistem yang berfungsi
untuk melakukan transformasi atau korversi yang
digunakan untuk mengubah masukan menjadi keluaran
yang direncanakan. Proses terbagi sebgai berikut:
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan tahapan lanjutan
dari penetapan kebijakan k3. Sehingga tanpa
prencanaan yang baik, maka proses k3 akan berjalan
tanpa arah (misguided), tidak efisien, dan tidak
efektif (Ramli, 2019).
Bahan yang diperlukan dalam kegiatan
inspeksi seperli lebar cheklist, helm dan rompi,
membawa buku laporan yang digunakan untuk
pendataan hasil inspeksi, dan membawa penanda
lain seperti syal atau lonceng selama kegiatan
inspeksi (Ramli, 2019).
Dalam peraturan menteri tenaga kerja dan
transmigrasi tentang APD, pasal 4 bagian C
menjelaskan bahwa APD wajib digunakan ditempat
kerja yang sedang dilakukan perbaikan, perawatan,
serta pembersihan atau area kerja yang sedang
berlangsungnya kegiatan persiapan (Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, 2010).
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan usaha yang dilakukan
untuk mewujudkan rencana dan program.
Pelaksanaan dalam k3 bertujuan untuk
meningkatkan kinerja k3 dalam melaksanakan
upaya k3 secara efisien dan efektif sehingga segala
macam risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dapat segera dicegah atau dikurangi (Ramli, 2019).
Menurut Salmah (2018) kegiatan inspeksi
didalam tahap pelaksanaan terdiri atas:
1. Berpedoman pada cheklist dan denah proyek.
Hal ini dapat membantu proses inspeksi agar
terlaksana secara sistematis dan berfokus pada
hal-hal yang telah direncanakan.
2. Lembar cheklist yang digunakan untuk melihat
daftar lokasi dan alat secara keseluruhan.
3. Mengambil tindakan perbaikan sementara dan
tepat sasaran pada saat ditemukan adanya risiko
yang serius, serta berkoordinasi dengan
supervisor untuk mengambil langkah yang tepat
dan tindakan korektif jangka panjang.
4. Menuliskan masalah yang ditemukan selama
inspeksi secara sederhana dan di
dokumentasikan dengan kamera atau
handphone.
5. Mengklasifikasikan setiap bahaya yang
ditemukan menurut tingkat risiko dan
keparahannya, agar mempermudah dalam
menentukan skala prioritas dalam meilih
tindakan perbaikan.
6. Menentukan faktor penyebab utama seperti
tindakan yang tidak aman/kondisi tidak aman.
Hal ini berguna untuk mencegah kondisi
lingkungan atau alat dan mesin yang tidak
memenuhi syarat.
3. Pelaporan
Berdasarkan PP NO. 50 tahnun 2012
mengenai SMK3, pelaporan merupakan informasi
yang harus ditetapkan untuk menjamin bahwa
pelaporan tepat waktu dan memantau pelaksanaan
SMK3 sehingga jika belum maksimal dapat derus
ditingkatkan,. (Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja, 2012).
Regulasi dalam proses pelaporan program
juga diatur dalam peraturan pemerintah NO. 50
tahun 2012 tentang penerapan sistem manajemen
kesehatan keselamatan kerja, tepatnya pada pasal 13
ayat 2 menjelaskan bahwa prossedur pelaporan
terdiri atas pelaporan apabila terjadinya kecelakaan
di tempat kerja, ketidaksesuaian terhadap peraturan
perundang-undangan dan/atau standar, kinerja K3,
indentifikasi sumber bahaya, dan segala hal yang
diwajibkan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan. (Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 Tentang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja, 2012).
Sedangkan menurut Salmah (2018) kegiatan
evaluasi dilakukan dengan tujuan mengetahui
efektifitas dari pengendalian yang telah dilakukan
untuk upaya dalam meminimalisir bahaya.
4. Penindaklanjutan
Menurut Lukman (2012) rekomendasi dari
laporan dapat dijadikan dasar untuk membuat
rencana kerja yang tujuannya dapat menyususn
prioritas dalam rencana kerja. Kemudian
rekomendasi tersebut perlu dikirim kepada yang
berwenang untuk mendapatkan persetujuan
pelaksanaan perbiakan jika diperlukan. Untuk
pelaksanaannya dibuat form, penerima form
rekomendasi harus memberi jawaban perihal tindak
lanjutnya dalam waktu yang ditentukan sesuai
prosedur, apabila rekomendasi disetujui maka akan
diminta untuk memberi kepastian kapan akan
dilaksanakan perealisasian dari penindaklanjutan.
Pada waktu tertentu supervisor harus
melaporkan perkembangan dari pelaksanaan
rekomendasi kepada P2K3 pusat. Sebaliknya P2K3
pusat harus memeriksa secara berkala perihal
perkembangan pelaksaannya apakah sudah
memenusi syarat yang dimaksud. Keadaan
berbahaya yang idak diperbaiki dapat
mengidikasikan bahwa ada komunikasi yang tidak
baik antara departemen dalam pelaksanaan program
(Lukman, 2012).
Ada 4 taham yang perlu diikuti oleh
inspektor dalam membuat rekomendasi menurut
Lukman (2012), yaitu:
1. Sedapat mungkin seorang inspektor
memperbaiki sebab dari deviasi (peyimpangan)
yang ditemukan. Jangan hanya memperbaiki
hasil dan membiarkan permasalahannya.
2. Perbaiki apa saja yang mungkin bisa diperbaiki
oleh inpektor secara langsung.
3. Inpektor melaporkan kondisi yang ada diluar
wewenang dan mengusulkan solusinya.
4. Inspektor mengambil tindakan sementara bila
diperlukan.
2.1.8.3 Ouput
BAB III
PROSES MAGANG
Bidang : Konstruksi
Lokasi Perusahaan : Jl. Tebet Timur Raya No.37,
RT.9/RW.10, Tebet Tim., Kec.
Tebet, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
12810.
Lokasi Proyek : Jl. Raya Southcity Selatan, Pd.
Cabe Udik, Kec. Pamulang, Kota
Tangerang Selatan, Banten 15418.
HASIL MAGANG
PT. Totalindo Eka Persada merupakan salah satu perusahaan konstruksi swasta
Indonesia dan berpartisipasi dalam pembangunan sektor komersial, hunian , hotel dan
fasilitas publik. Berdiri pada tahun 1995 dengan projek konstruksi pertama yaitu Mall dan
Condominium Taman anggrek yang menjadi superblok terbesar dikawasan Asia
Tenggara pada saat itu. Dengan semakin ketatnya persaingan dan meningkatnya
permintaan pasar dibidang konstruksi PT Totalindo Eka Persada memiliki keunggulan
dalam system kerja yang sedang diterapkan, system kerja yang dimiliki yaitu Sistem
Aluma, pengecoran yang berasal dari kanada yang tidak di terapkan oleh perusahaan
konstruksi lainnya dengan fungsi untuk menyederhanakan proses penyusunan stuktur
bangunan sehingga proses pengecoran lebih cepat dan berkualitas.
A. Visi
Untuk menjadi perusahaan konstruksi terintegrasi dengan terus
membangun kepercayaan dan konsisten di setiap aspek usaha kami
B. Misi
1. Menyelenggarakan kerja sama yang dapat menguntungkan perusahaan
dan pelanggan dengan mengutamakan kepuasan pelanggan.
2. Meningkatkan kinerja pekerjaan dengan mempercepat penyelesaian,
mutu pekerjaan serta biaya yang tepat
3. Meningkatkan kreatifitas, produktifitas dan profesionalisme dalam
bekerja dengan berlandaskan pengetahuan , teknologi dan seni
PT Totalindo Eka Persada Proyek The PARC South City memiliki unit
K3 yang dikenal sebagai unit Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan
diketuai oleh Project Manager yang memiliki tanggung jawab langsung kepada
Pihak Construction Manager yang bertugas mengontrol pelaksanaan
pembangunan proyek yang dibantu oleh Unit K3 seperti HSE Manager, HSE
Supervisior dan HSE Officer di PT. Totalindo Eka Persada Proyek The PARC
South City.
4.2.2 Wewenang dan Tanggung Jawab Profesi HSE
A. Project Manager
Project Manager bertanggungjawab untuk :
1. Memimpin proyek untuk memenuhi komitmen.
2. Memastikan regulasi Unit HSE terpenuhi diproyek.
3. Menjelaskan strategi pelaksanaan regulasi Unit HSE.
4. Memantikan bahwa managemen resiko di proyek jelas dan
dilaksanakan.
5. Membentuk organisasi dan sumber daya untuk melaksanakan
rencana Unit K3 yang benar.
6. berpartisipasi dalam Safety Talk atau Toolbox meeting (TBM)
7. Memastikan bahwa kegiatan proyek terbiasa dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
B. Safety Manager
HSE Manager bertanggung jawab untuk :
1. Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan K3
2. memberikan Safety Induction kepada setiap pekerja baru
3. Menyiapkan dan melaksanakan Toolbox Meeting (TBM)
4. Membuat laporan aktivitas man power harian dan mingguan
5. Membantu Project Manager terkait operasional proyek
6. Membuat wajib lapor ke dinas terkait di awal suatu proyek
7. Membuat laporan bulanan dan per 3 bulan ke Dinasker bila
diperlukan
8. Membuat dan Menyusun SOP dan Safety Plan yang digunakan
dalam suatu proyek
9. Menyiapkan Ruang P3K dan kebutuhan pendukungnya
10. Menyiapkan Rumah Sakit rujukan dan Jamsostek / BPJS
Ketenagakerjaan
11. Menyiapkan kendaraan emergency atau sejenisnya
12. Menyiapkan Alat Pelindung Diri standart yang khusus seusai
kebutuhan proyek
13. Membuat dan menyiapkan rambu rambu , safety sign , spanduk dll
sesuai kebutuhan proyek
14. Menyiapkan tenaga kerja harian untuk membantu operasional Safety
Supervisor
15. Mengkoordinir kinerja satuan pengaman / security sesuai kebutuhan
proyek
C. Safety Supervasior
1. Bertanggung jawab terhadap area kerja yang telah di tentukan
2. Memberikan Safety Induction bagi setiap pekerja baru yang
masuk area proyek
3. Menyiapkan dan melaksanakan Toolbox Meeting (TBM) / Safety
Talk setiap pagi
4. Membuat laporan aktivitas dan manpower harian dan mingguan
5. Mengawasi, mengontrol dan memastikan kebersihan area
kerjanya
6. Mengawasi dan mengontrol pemakaian APD diarea kerjanya
7. Memastikan telah tersedianya dan terpasang rambu rambu K3
dan akses diarea kerjanya
8. Mengatur dan mengkoordinir tenaga kerja harian yang berada
dibawahnya
9. Melaksanakan Safety Patrol secata berkelanjutan
10. Bertindak sigap bila terjadi hal-hal yang bersifat emergency
D. Safety Officer
1. Memastikan tersedianya APAR dan alat pendukung lainnya
2. Selalu mengontrol aktivitas setiap pekerja/ mainpower yang berada
diarea kerjanya
3. Selalu berkoordinasi dengan divisi lain terkait operasional proyek
4. Selalu berkoordinasi dengan pimpinan
5. Melaksanakan SOP storing / piket sesuai kebutuhan proyek
6. Membuat laporan ketidaksuaian K3 yang di temukan dalam inspeksi
7. Mengidentifikasi, menginventarisasi dan membuat laporan tertulis
tentang semua potensi kejadian kebakaran, kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kondisi kerja
8. Melakukan Safety Control denagn menerbitkan Surat Ijin Bekerja
untuk pekerjaan beresiko tinggi dan melakukan Safety Patrol setiap
hari dan mencatat hasilnya
9. Melakukan penghentian pekerjaan apabila ditemukan kondisi
berbahaya atau pekerjaan berbahaya dilakukan tanpa Surat Ijin
Bekerja
4.2.3 Kebijakan K3LK Totalindo
4.3 Gambaran Input pelaksanaan Program Inspeksi Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) pada pembangunan The PARC South City tahun 2021
Riwayat
No
Jabatan Jumlah Pendidikan dan Tanggung Jawab
.
Kualifikasi
1. HSE 1 1. Memastikan terlaksananya program
Manager 1. SMA Inspeksi APAR
2. Ahli K3 Umum 2. Melaksanakan dan riview Program
3. Auditor Internal Inspeksi APAR
SMK3 3. Membuat QHSE Monthly Report
4.4 Gambaran Process pelaksanaan program Inspeksi Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) Proyek Pembangunan Apartemen The PARC South City Tahun 2021.
Pelaksanaan inspeksi APAR pada proyek The PARC South City selalu
mencapai target perencanaan yaitu terpenuhinya jumlah APAR yang harus
diperiksa dan semua APAR dalam kondisi yang baik. Dari hasil temuan yang
di dapatkan dalam pelaksaan inspeksi APAR, Unit HSE Proyek Pembangunan
Apartemen The PARC South City selalu berusaha untuk menjaga kondisi
APAR dengan baik agar dapat digunakan jika dibutuhkan. Jika pada saat
pelaksanaan inspeksi APAR terdapat APAR dalam kondisi tidak baik akan
langsung di berikan surat abnormal untuk melakukan perbaikan/ pengantian
tabung APAR. Hal ini dilakukan untuk memastikan APAR selalu siap untuk
digunakan dalam mencegah dan meminimalisir kejadian kebakaran di proyek.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Input pelaksanaan Program Inspeksi Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) di PT. Totalindo Eka Persada Proyek The PARC South City
Tahun 2021.
5.1.1. Sumber Daya Manusia
Sumber daya berfungsi sebagai penunjang suatu program
dapat berjalan dengan baik dan benar. Berdasarkan hasil
pengamatan di lapangan bahwa sumber daya manusia yang dimiliki
PT. Totalindo Eka Persada Proyek The PARC South City
merupakan Unit K3 yang berjumlah 3 orang yang terdiri dari HSE
Manager, HSE Supervisior dan HSE Officer.
HSE Manager yang berjumlah 1 orang memiliki
pengetahuan dan kualifikasi mengenai Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3), yang dapat di buktikan dengan sertifikasi yang ada,
diantaranya adalah riwayat pendidikan SMA serta memiliki
pengalaman bekerja di bidang Keselamatan dan Kesahatan Kerja
(K3) selama 20 tahun dengan kualifikasi Ahli K3 Umum dan
Auditor SMK3. HSE Supervisior yang berjumlah 1 orang memiliki
riwayat pendidikan S1 Teknik Industri dengan kualifikasi Ahli K3
umum. HSE Officer memiliki riwayat pendidikan S1 Kesehatan
Masyarakat dan memiliki kualifikasi Ahli K3 Umum. Setiap Unit
K3 sudah mengikuti pelatihan internal seperti pelatihan
penggunaan APAR, pelatihan First aid, pelatihan dan juga
pelatihan pemakaian safety body harness.
Hal ini sejalan dengan teori Sidik (2020) Man merupakan
pemain inti dari pemeran utama. Manusia dapat berubah dan
berkembang dari yang tertinggal hingga yang paling didepan.
Secara spesifik, arti dari unsur Man ini adalah Sumber Daya
Manusia (SDM) ini yang meliputi skills, spiritual, social and
smart. Skills berkaitan dengan kemampuan, keterampilan dan
keahlian seseorang. Skills setiap orang berbeda-beda. Skills tersebut
didapatkan dari pelatihan yang diikuti sehingga pekerja sudah
cukup dan juga telah dibekali dengan wawasan yang baik mengenai
ilmu keselamatan dan kesehatan kerja dan juga telah mengikuti
pelatihan mengenai K3 yang dapat dipergunakan untuk
menunjuang kegiatan Inspeksi Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
5.1.2. Sarana dan Prasarana
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan sarana dan
prasarana yang digunakan dala pelaksanaan program Inspeksi Alat
Pemadam Api Ringan (APAR) diantaranya seperti lembar
checklist, kamera Handphone ,tabung APAR, alat tulis , mesin
print dan Alat Pelindung Diri (APD). Sarana dan prasarana yang
digunakan juga dalam keadaan baik atau berkualitas. Upaya yang
dilakukan oleh Pt. Totalindo Eka Persada khususnya Unit HSE
yaitu melakukan mengecekan berkala pada sarana penunjang
kebutuhan program Inspeksi APAR.
Hal ini sesuai dengan teori (Sidik, 2020) Sarana dan
Prasarana merupakan bahan atau alat yang dibutuhkan untuk
menunjang berbagai akses (fasilitas) dalam keberlangsungan
organisasi. Manajemen material yang baik, seperti inventarisasi
bahan dan alat, akan memudahkan dalam alur kepemimpinan,
keorganisasian dan kemasyarakatan. Manajemen yang baik akan
membuat bahan dan alat yang diperlukan bisa dikelola dan
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Dalam Observasi dilapangan penulis menemukan pekerja
yang tidak menaruh kembali Alat Pelindung Diri (APD) sehingga
penulis memiliki saran yaitu, seharusnya karyawan yang meminjam
sarana dan prasarana terkait program Inspeksi APAR menempatkan
kembali ke tempat semula meminjamnya.
5.1.3. Standar Operasional Prosedur
Dalam melakukan inspeksi APAR PT Totalindo Eka
Persada proyek The PARC South City menggunakan Standar
Operasional Prosedur (SOP) yang mengacu pada (Syarat-Syarat
Pemasangan Dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan,
1980)tim Unit K3 PT. Totalindo Eka Persada proyek The PARC
South City selalu melaksanakan inspeksi APAR dengan berpatokan
kepada standar operasional prosedur yaitu pemeriksaan APAR
yang telah dibuat dan ditetapkan sebelumnya.
Hal ini sesuai dengan teori Sidik (2020) “Bagaimana
organisasi dapat menjalankan sebuah manajemennya, bagaimana
organisasi dapat menerapkan sebuah sistem, bagaimana alternatif
yang digunakan organisasi jika tidak mendukung. Unsur metode
inilah yang akan diterapkan guna menjalankan organisasi agar
dapat berjalan dengan efektif dan efisien”
5.2. Berdasarkan Process pelaksanaan Program Inspeksi Alat Pemadam
Api Ringan (APAR)
5.2.1. Persiapan Inspeksi Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan tim inspeksi
dalam melakukan persiapan inspeksi. tim inspeksi Proyek The
PARC South City selalu menentukan perencanaan berupa teknik
pelaksanaan yang akan digunakan, jumlah target pelaksanaan,
pembuatan jadwal, penentuan lokasi inspeksi, pelaksana serta
penanggung jawab pelaksanaan dan juga melakukan tinjauan
terhadap inspeksi yang dilakukan sebelum sebagai bahan masukan
untuk inspeksi yang akan dilakukan selanjutnya.
Hal ini sudah sesuai teori dari Soehatman Ramli et al.,
(2010) Tahap persiapan adalah kegiatan sebelum memulai
mengumpulkan data. Data yang di maksud adalah data inspeksi
APAR.
5.2.2. Pelaksanaan Inspeksi Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Pelaksanaan inspeksi terhadap Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) pada PT. Totalindo Eka Persada proyek The PARC South
City dilakukan oleh petugas Unit K3 sudah berjalan dengan baik.
Inspeksi terhadap Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
pelaksanaannya dilakukan setiap sebulan sekali pada seluruh tabung
APAR yang berada di lingkungan proyek.
Pelaksanaan inspeksi APAR yang dilakukan juga selalu
berpedoman terhadap hasil persiapan kegiatan inspeksi, hal ini sesuai
dengan teori Tarwaka (2020) “Inspeksi menjadi lebih efektif dengan
berpedoman pada peta pabrik, mencari sesuatu sesuai poin-poin
dalam checklist , mengambil tindakan perbaikan sementara, jelaskan
dan tempatkam setiap hal dengan jelas, klasifikasikan bahaya, serta
tentukan faktor penyebab utama adanya tindakan dan kondisi tidak
aman”
5.2.3. Pelaporan Inspeksi Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Berdasarkan hasil observasi dengan tim, Pembuatan
laporan hasil inspeksi yang dilakukan tim inspeksi Proyek The PARC
South City sudah dilakukan dengan baik. Pelaporan hasil inspeksi APAR
berisi mengenai proses dan hasil kegiatan inspeksi APAR, temuan-
temuan yang didapat dari hasil kegiatan inspeksi APAR dan upaya tindak
lanjut atas penemuan. Selanjutnya laporan hasil isnpeksi akan dikirimkan
kepada kepala unit safety.
Pelaporan yang dibuat tersebut telat sesuai dengan kriteria
seperti kondisi selang, kondisi handle, kondisi nozzle pembuatan laporan
inspeksi sesuai dengan teori menurut (Bodwell et al., 2013) Prosedur
pelaporan harus ditetapkan untuk menjamin bahwa sistem manajemen
K3 dipantau untuk peningkatan kinerja dan kinerjanya ditingkatkan.
Berdasarkan regulasi PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagian keempat
Pelaksanaan Rencana K3 Pasal 12 ayat (1) “Pengusaha dalam
melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 pada
huruf (e) disebutkan bahwa “membuat prosedur pelaporan”. Pada pasal
13 ayat 2 “Prosedur pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
ayat (1) huruf e terdiri atas pelaporan: a) terjadinya kecelakaan di tempat
kerja, b) ketidaksesuaian terhadap peraturan perundang-undangan dan/
atau standard; c) kinerja K3; d) identifikasi sumber bahaya; e) yang
diwajibkan berdasarkan ketentuan perundangan-undangan”.
5.3. Output pelaksanaan Program Inspeksi Alat Pemadam Api Ringan
(APAR)
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan output yang
didapat berdasarkan input dan proses Program Inspeksi APAR,
Pelaksanaan inspeksi terhadap Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
sudah dilakukan dengan baik karena adanya persiapan yang matang
sebelum dilakukannya pelaksanaan. Pelaksanaan inspeksi APAR
sudah dilakukan setiap 1 bulan sekali. Inspeksi APAR yang
dilakukan oleh petugas Unit K3 Proyek The PARC South City pada
seluruh Tabung APAR yang berada di lingkungan proyek.
Pelaksanaan Inspeksi APAR di PT. Totalindo Eka Persada
proyek The PARC South City selalu mencapai target perencanaan
yaitu jumlah APAR yang harus di periksa, tetapi pada saat
pelaksanaan inspeksi masih saja terdapat temuan masalah terhadap
APAR misalnya tabung yang rusak, segel APAR yang tidak
terpasang, tekanan APAR berkurang dan selang APAR yang robek.
Dari hasil temuan yang didapatkan dalam pelaksanaan inspeksi
APAR, unit K3 PT. Totalindo Eka Persada proyek The PARC South
City selalu berusaha melakukan upaya perbaikan secara cepat
terhadap temuan-temuan mengenai APAR. Alat Pemadam Api
Ringan (APAR) yang dimasukan ketegori tidak sesuai standar/ rusak
langsung diberikan surat abnormal untuk melakukan perbaikan. Hal
ini dilakukan untuk memastikan APAR selalu siap untuk digunakan
dalam mencegah dan meminimalisir kejadian kebakaran yang bisa
terjadi kapan saja.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil magang di PT. Totalindo Eka
Persada proyek The PARC South City, hasil dari pembahasan yang
dipaparkan maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. PT. Totalindo Eka Persada adalah sebuah perusahaan
konstruksi swasta Indonesia dengan bidang jasa meliputi
sektor hunian, hotel, komersial, hingga fasilitas publik dan
pemerintahan. Gambara unit proyek yang sedang di bangun
adalah The PARC South City yang terletak di jalan Raya
Southcity Selatan, Pd. Cabe Udik, Kec. Pamulang, Kota
Tangerang Selatan, Banten 15418.
2. Gambaran unit K3 di PT. Totalindo Eka Persada khususnya
yang bertugas sebagai pelaksanaan kegiatan inspeksi Alat
Pemadam Api Ringan (APAR) pada proyek The PARC South
City berjumlah 3 orang, terdiri dari 1 orang HSE Manager,
HSE Supervisior, HSE Officer.
3. Gambaran Input pada pelaksanaan inspeksi Alat Pemadam
Api Ringan (APAR) PT. Totalindo Eka Persada proyek The
PARC South City yaitu Sumber Daya Manusia, Sarana dan
prasarana dan Standar Operasional Prosedur sudah sesuai
dengan ketetapan yang ada.
4. Gambaran Proses pada pelaksanaan inspeksi inspeksi Alat
Pemadam Api Ringan (APAR) PT. Totalindo Eka Persada
proyek The PARC South City yaitu Persiapan, Pelaksanaan
dan Pelaporan dari Inpeksi secara keseluruhan sudah berjalan
dengan baik.
5. Gambaran Output pada pelaksanaan inspeksi Alat
Pemadam Api Ringan (APAR) PT. Totalindo Eka Persada
proyek The PARC South City yaitu Pelaksanaan program
Inspeksi Alat Pemadam Api Ringan (APAR) terlaksana setiap
bulannya.
6.2 Saran
1. Unit K3 perlu tegas dalam menindak pekerja yang
memainkan APAR atau pekerja yang sudah diberi
peringatan namun tidak mengindahkannya. Hukuman berupa
skorsing kerja atau Surat Peringatan (SP) melalui pimpinan
dari kontraktor
1.
DAFTAR PUSTAKA
Bodwell, C., Dyce, T., Lamotte, D., MacFarquhar, N., Rogovsky, N., Teklu, K., &
Oskar Olming, K. (2013). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Sarana dan
Produktivitas). https://doi.org/10.4337/9781849807692.00014
National Fire Association. (2015). Fire loss in the United States during 2015. Fire
Journal Boston, Mass., 84(5).
Tarwaka. (2017a). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (2nd ed.). Harapan Press.