Anda di halaman 1dari 65

GAMBARAN PELAKSANAAN PROGRAM INSPEKSI ALAT PEMADAM

API RINGAN (APAR) DI PT.TOTALINDO EKA PERSADA PROYEK


THE PARC SOUTH CITY TAHUN 2021

NABILA

20180301095

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU- ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia – Nya serta senantiasa memberikan
kesehatan jasmani dan rohani sehingga sampai saat ini penulis dapat
menyelesaikan Laporan Magang dengan lancer yang berjudul “Gambaran Umum
Pelaksanaan Program Inspeksi Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di PT
Totalindo Eka Persada Proyek The Parc South City Tahun 202”.

Laporan magang ini penulis susun berdasarkan apa yang dilakukan pada
saat di lapangan yang bertempat di PT Totalindo Eka Persada Proyek The Parc
South City. Banyak pelajaran dan pengalaman yang penulis dapatkan selama
magang. Serta tentu tak luput penulis hanturkan rasa syukur dan terima kasih
terhadap pihak – pihak yang membantu dan membimbing penulis untuk
menyelesaikan laporan magang ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa
terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat, rizki, dan petunjuk


yang bermanfaat bagi semua hamba – Nya.
2. Orang tua saya yang telah memberikan doa, dan dukunan secara
moral maupun material sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan magang dengan baik.
3. Bapak Dr. Arief Kusuma AP, M Biomed, Apt selaku Dekan
Fakultas Ilmu – Ilmu Kesehatan Universitas.
4. Ibu Aprilita Rina Yanti Eff, M Biomed, Apt selaku Dekan Fakultas
Ilmu – Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul.
5. Ibu Putri Handayani, SKM, M.KKK selaku Ketua Program Studi
Kesehatan Masyarakat Universitas Esa Unggul dan selaku dosen
pembimbing akademik magang yang selalu membimbing penulis
elama proses penyusunan laporan magang.
6. Ibu Rini Handayani, SKM, M.Epid selaku dosen penguji.
7. Para Dosen dan Staff Skretariat Fakultas Ilmu – Ilmu Kesehatan
Universitas Esa Unggul.
8. Bapak Machsun selaku Project Manager PT Totalindo Eka
Persada Proyek The Parc South City.
9. Bapak Richard Silaban selaku HSE Manager di PT Totalindo Eka
Persada Proyek The Parc South City.
10. Bapak Arief Setiawan selaku Safety Officer di PT Totalindo Eka
Persada Proyek The Parc South City.
11. Seluruh staff dan pekerja di PT Totalindo Eka Persada Proyek The
Parc South City.
12. Qotrunada dan Sugianti sebagai teman seperjuangan magang
selama 22 hari di PT Totalindo Eka Persada Proyek The Parc
South City.
13. Serta teman – teman Kesehatan Masyarakat Angkatan 2018 yang
selalu kompak dan selalu menyemangati satu sama lain.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini jauh


dari kata sempurna, untuk itu saran dan masukan sangat diharapkan
demi kesempurnaan laporan ini. Penulis berharap laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak dan teman – teman Fakultas Ilmu
Kesehatan lainnya.

Jakarta, 2 Februari 2022


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan salah satu aspek


yang melindungi ketenagakerjaan agar terciptanya ketahanan fisik, daya
kerja dan meningkatkan kesehatan pekerja yang diatur dalam perundang-
undangan ketenagakerjaan tingkat Kesehatan yang tinggi yang di atur dalam
perundang-undangan ketenagakerjaan (Sucipto, 2014). Menurut Widodo
(2021) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah rangkaian usaha dan
upaya untuk menciptakan suasana kerja yang aman dari resiko kecelakaan
baik kecelakaan fisik, mental maupun emosional sehingga dapat
memberikan perlindungan kepada tenaga kerja, yang menyangkut aspek
kesehatan, keselamatan, pemeliharaan moral kerja,perlakuan sesuai
martabat manusia dan moral agama. Selain itu, menurut Yuliani (2014)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu instrumen yang
dapat memproteksi pekerja, perusahaan , lingkungan hidup dan masyarakat
sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut
merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan.
Inspeksi merupakan suatu cara untuk memastikan operasi telah
mencapai kualitas yang diharapkan. Inspeksi meliputi pengukuran,
perasaan, perabaan, penimbangan atau pemeriksaan produk dengan tujuan
untuk menemukan proses yang buruk. Sedangkan Inspeksi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu upaya untuk memeriksa atau mendeteksi
semua faktor seperti peralatan, proses kerja, material, dan prosedur yang
berpotensi dapat menimbulkan cidera atau penyakit K3, sehingga
kecelakaan kerja atau kerugian dapat dicegah dan diminimalkan. Dengan itu
dapat segera menentukan tindakan perbaikan yang diperlukan untuk
mengendalikan bahaya tersebut (Ambarwati & Supardi, 2021).
Kebakaran adalah timbulnya bahaya api yang tidak diinginkan
yang dapat mendatangkan kerugian baik berupa material maupun jiwa
(Rahim, 2020). Kebakaran merupakan bencana atau petaka yang paling
sering dihadapi dan dapat digolongkan sebagai bencana alam atau bencana
yang disebabkan oleh perbuatan manusia. Bahaya kebakaran dapat terjadi
setiap saat, apa saja dan dimana saja karena banyak peluang yang dapat
memicu terjadinya kebakaran(Tarwaka, 2020). Agar tidak terjadinya
kebakaran perlu adanya pencegahan kebakaran, dimana pencegahan
kebakaran suatu usaha untuk menyadari atau mewaspadai akan adanya
faktor-faktor yang menjadi sebab munculnya atau terjadinya kebakaran.
Pencegahan kebakaran membutuhkan suatu program pendidikan, latihan
dan pengawasan, pemeliharan, dan inspeksi atau pemeriksaan (Tarwaka,
2020). Salah satu program K3 yang dapat di lakukan dalam hal pencegahan
kebakaran yaitu Inspeksi Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Alat
Pemadam Api Ringan(APAR) merupakan alat yang ringan serta mudah
digunakan oleh satu orang untuk memadamkan api pada awal terjadinya
kebakaran. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) membutuhkan perhatian
khusus agar dapat bekerja secara optimal yaitu melakukan inpeksi APAR
secara berkala dalam jangka waktu tertentu dengan cara mengecek segel
pengaman pada tabung pemadam api, memperhatikan alat pengukur tekanan
yang terdapat pada tabung pemadam api dan melakukan pencatatan pada
label pengisian yang melekat pada tabung pemadam Api.

Berdasarkan data laporan di Amerika pada tahun 2015 angka


kejadian kebakaran meningkat 3,7 % atau 1.345.500 kasus kebakaran.
Dibandingkan pada tahun sebelumnya tercatat 2.560 jiwa penduduk
meninggal, 1.550 cidera dan kerugian properti kurang lebih sebesar $14.3
miliar (National Fire Association, 2015).
Berdasarkan data yang diperoleh oleh reporter yang bernama
Prireza (2021) angka kasus kebakaran di Jakarta pada bulan Januari-
September 2021 terjadi 1.132 kebakaran. Hal itu menunjukan angka yang
lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2019
periode Januari- September kasus kebakaran di Jakarta sebanyak 1.598
kebakaran dan pada tahun 2020 sebanyak 1.143 kebakaran.
PT. Totalindo Eka Persada merupakan perusahaan yang bergerak
dibidang konstruksi, khususnya pada pembangunan gedung bertingkat.
Salah satu pembangunan yang sedang dilakukan PT. Totalindo Eka Persada
yaitu Proyek The The PARC South City. Proses pembangunan Proyek The
PARC South City sudah berjalan dari bulan Agustus 2020 dan masih
berlangsung hingga saat ini. Didalam aktivitas pekerjaan proyek terdapat
banyak sekali potensi dan bahaya yang ditimbulkan. Hal itu akan
berdampak pada menurunnya produktifitas pekerja hingga terjadinya
kecelakan kerja atau penyakit akibat kerja.
Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, PT Totalindo Eka Persada
menggunakan peralatan dan terdapat area yang dapat berpotensi terjadinya
kebakaran, seperti tempat penyimpanan bahan yang mudah terbakar, area
kantor dan sekitarnya, ruang genset, pos security, pekerjaan pengelasan atau
pekerjaan yang menggunakan api serta kantin yang terbuat dari kayu.
Dengan area atau kegiatan kerja tersebut merupakan faktor pendukung
terjadinya suatu kebakaran. Salah satu upaya yang dilakukan oleh PT
Totalindo Eka Persada dalam mencegah terjadinya kebakaran adalah dengan
program Inspeksi Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Inspeksi APAR
bertujuan untuk memastikan dan memelihara fungsi APAR agar selalu siap
dan dapat digunakan saat keadaan darurat kebakaran. Inspeksi APAR
dilakukan setiap satu bulan sekali yang meliputi pemeriksaan tabung,
penempatan tabung sesuai dengan peraturan, kebersihan APAR, berat
tabung APAR tidak kurang dari 10%, pin pengaman dan selang dalam
keadaan baik, tekanan tabung APAR berada pasa skala hijau dan ekspired
tabung APAR. Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas penulis tertarik
ingin mengambil judul “Gambaran program Inpeksi Alat Pemadam Api
Ringan (APAR) di PT. Totalindo Eka Persada Proyek The PARC
South City Tahun 2021”.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Program Inspeksi Alat Pemadam Api

Ringan (APAR) di PT. Totalindo Eka Persada Proyek The PARC

South City Tahun 2021


1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran umum PT. Totalindo Eka Persada Proyek
The PARC South City Tahun 2021
2. Mengetahui gambaran umum unit Keselamatan dan Keselamatan
Kerja (K3) PT. Totalindo Eka Persada Proyek The PARC South
City Tahun 2021.
3. Mengetahui gambaran input pelaksanaan program Inspeksi Alat
Pemadam Api Ringan (APAR) di PT. Totalindo Eka Persada
Proyek The PARC South City Tahun 2021.
4. Mengetahui gambaran process pelaksanaan program Inspeksi
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di PT. Totalindo Eka
Persada Proyek The PARC South City Tahun 2021.
5. Mengetahui gambaran output pelaksanaan program Inspeksi Alat
Pemadam Api Ringan (APAR) di PT. Totalindo Eka Persada
Proyek The PARC South City Tahun 2021.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi PT Totalindo Eka Persada
1. Diharapkan dapat menciptakan kerjasama yang bermanfaat
antara PT Totalindo Eka Persada Proyek The PARC South City
dengan program studi Kesehatan Masyarakat Universitas Esa
Unggul.
2. Melibatkan peran mahasiswa dalam mengikuti pelaksanaan
program safety Inspection PT Totalindo Eka Persada Proyek The
PARC South City tahun 2021.

1.3.2 Bagi Universitas Esa Unggul


Dapat memberikan pengetahuan, informasi dan bacaan
terutama dalam bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan
mengetahui Gambaran Pelaksanaan Program Inspeksi Alamt
Pemadam Api Ringan (APAR) PT Totalindo Eka Persada Proyek
The Parc South City.
1.3.3 Bagi Mahasiswa
1. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Keselamatan
dan kesehatan kerja dilingkungan kerja di PT totalindo Eka
Persada Proyek The PARC South City tahun 2021.
2. Mengimplementasikan ilmu yang diperoleh selama perkulihan
dalam praktek dilapangan.
BAB II
KERANGKA TEORI DAN KONSEP
1
2.1 Kerangka Teori
2.1.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat melindungi dan bebas dari
kecelakaan kerja pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban
jiwa tetapi juga kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi
dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak
lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat
luas. (Irzal, 2016)
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya menjamin
keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun rohani dengan
mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja (PAK),
kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan. (HR, 2014)
2.1.2 Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak
dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat
menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun
korban jiwa yang terjadi didalam suatu proses kerja industri atau yang
berkaitan dengannya. (Tarwaka, 2020)
Ganfure (2018) menyatakan kecelakaan kerja adalah insiden
yang dapat menimbulkan cedera, penyakit akibat kerja ataupun
kematian. Kecelakaan dapat terjadi kapan pun dan dimanapun. Akibat
yang didapatkan dari kecelakaan dapat mengancam keselamatan,
korban kecelakaan membutuhkan penyelamatan dan perawatan yang
cepat dan tepat sebelum korban tersebut diberikan perawatan utama.
Oleh karena itu perlu dilakukan uapaya pencegahan kecelakan untuk
mengurangi dampak yang merugikan tersebut. (Kurniansi, 2020)
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam
hubungan kerja , termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan
dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya dan penyakit yang
disebabkan oleh lingkungan kerja. (Menteri Ketenagakerjaan RI,
2021)
2.1.3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi

Keselamatan dan kesehatan kerja Kontruksi adalah segala


kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan keehatan
tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja pada pekerjaan konstruksi. pekerjaan konstruksi adalah
keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/ atay
pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup bangunan Gedung,
bangunan sipil, instalasi mekanikal, dan elektrikal serta jasa
pelaksanaan lainnya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk
fisik lain dalam jangka waktu tertentu. (PerMen PUPR Republik
Indonesia No. 02/PRT/M/2018 Tentang Pedoman SMK3 Bidang
Pekerjaan Umum, 2018)

Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi


bidang pekerjaan umum adalah bagian dari sistem manajemen
organisasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dalam rangka
pengendalian risiko K3 pada setiap pekerjaan konstruksi bidang
pekerjaan umum. (PerMen PUPR Republik Indonesia No.
02/PRT/M/2018 Tentang Pedoman SMK3 Bidang Pekerjaan Umum,
2018)

2.1.4 Pencegahan Kecelakaan Kerja

Pencegahan kecelakaan kerja pada umumnya adalah upaya


untuk mencari penyebab dari suatu kecelakaan dan bukan mencari
siapa yang salah (fact finding, no fault finding). dengan mengetahui
dan mengenal penyebab kecelakaan kerja maka dapat disusun suatu
rencana pencegahannya, yang mana hal ini merupakan program K3,
yang pada hakekatnya adalah merupakan rumusan dari suatu strategi
bagaimana menghilangkan atau mengedalikan potensi bahaya yang
sudah diketahui. secara sederhana, langkah dasar pencegahan
kecelakaan kerja meliputi: adanya dukungan manajemen mencari data
dan fakta, menganalisa penyebab kecelakaan, membuat rekomendasi
perbaikan dan mengimplemetasikan rekomendasi perbaikan.
(Tarwaka, 2020)

2.1.5 Inspeksi K3

2.1.5.1 Definisi Inspeksi K3

Menurut Hadipoetro Inspeksi merupakan alat utama


untuk memperoleh dan menemukan masalah serta
mengevaluasi risiko sebelum terjadi kecelakaan yang bisa
mengakibatkan kerugian.

Sedangkan menurut Suhariono Inspeksi K3 merupakan


komponen penting dari program pencegahan di tempat kerja ,
proses ini melibatkan pemriksaan lingkungan kerja dengan
hati-hati dan secara teratur dengan maksud untuk
mengidentifikasi dan merekam bahaya actual dan potensial
yang ditimbulkan oleh bangunan peralatan lingkungan, proses
dan praktek.

2.1.5.2 Tujuan Inspeksi K3

Program penyelanggaraan inspeksi di tempat kerja mempunyai


beberapa tujuan dan sasaran (Tarwaka, 2017a), antara lain :

1. Inpeksi K3 di tempat kerja secara sitematis mempunyai


peran penting dalam upaya melakukan pengendalian dan
pengawasan terhadap sumber-sumber bahaya K3.
Permasalahan-permasalahan K3 akan dapat dideteksi secara
lebih awal untuk resolusi sebelum kecelakaan dan penyakit
akibat kerja benar-benar terjadi.
2. Inspeksi dilakukan untuk menjamin agar setiap tempat kerja
berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
standar, norma maupun petunjuk teknis yang berkaitan dengn
bidang K3 yang ditetapkan baik oleh pemerintah maupun
kebijakan kesehatan.

3. Inpeksi secara regular dan khusus akan dapat digunakan


sebagai bahan diskusi dengan tenaga kerja terhadap isu-isu K3
yang sedang dihadapi oleh mereka. Tenaga kerja merupakan
orang yang paling mengenal aspek kerja, peralatan, mesin-
mesin dan proses operasional di tempat kerja sehingga mereka
merupakan sumber informasi yang sangat berharga. Dengan
adanya komunikasi dan koordinasi yang lancar antara
manajemen dengan tenaga kerja akan dapat memperbaiki atau
kinerja K3 di perusahaan.

2.1.5.3 Objek yang harus diinspeksi

Untuk membantu menentukan aspek-aspek apa saja yang


ada di tempat kerja yang akan diinspeksi, perlu
dipertimbangkan dan dipahami hal-hal sebagai berikut
(Tarwaka, 2017a) :

a) Bahaya yang berpotensi menyebabkan cedera atau sakit


dan masalah-masalah K3 yang ada di tempat kerja
b) Peraturan perundang-undangan bidang K3 dan standar
yang berkaitan dengan bahaya, tugas – tugas, proses
produksi tertentu yang diterapkan di masing-masing
perusahaan
c) Masalah-masalah K3 yang terjadi sebelumnya ,
meskipun risikonya kecil perlu dipertimabangkan.
Dengan demikian setiap kegiatan inspeksi membutuhkan
pemahaman dan perangkat Peraturan Perundang maupun
peraturan perusahaan bidang K3. Inspektor harus selalu
mencatat bahwa peraturan perundangan bidang K3 tersebut
telah diterapkan di setiap tempat kerja.
Demikian juga dengan bahan-bahan atau kondisi kerja yang
dapat menyebabkan cedera atau sakit pada kejadian
sebelumnya perlu mendapatkan perhatian dalam kegiatan
inspeksi. Diskusi dengan tenaga kerja akan dapat membantu
kegiatan inspeksi, apabila tenaga kerja diajak bicara dengan
isu-isu K3 maka mereka akan merasa terlibat dalam penerapan
K3 di tempat kerjanya ( Participatory Approach ) (Tarwaka,
2017).
2.1.6 Tahapan Inspeksi K3

Meskipun diketahui banyak jenis inspeksi, namun secara umum


prosedur inspeksi hampir sama. Dimana langkah – langkah
inspeksi meliputi (Tarwaka, 2017):

1) Tahap Persiapan

Keberhasilan suatu pemeriksaan di tempat kerja sangat


bergantung pada sejauh mana persiapan yang telah dilakukan
sebelum melaksanakan inspeksi K3. Persiapan.inspeksi K3
dimulai dengan sikap perilaku yang positif. Dengan
memberikan perhatian penuh, bahwa segala sesuatu yang ada
di tempat kerja telah sesuai dengan standar aturan yang
berlaku. Selain itu, harus merencanakan inspeksi yaitu dengan
mengidentifikasi area mana yang akan di inspeksi. Memahmi
apa yang akan dicari perlu mempersiapkan tentang peraturan
perundangan dan standar yang dapat memberikan gambaran
tentang apa yang ingin dicari dalam inspeksi. Selanjutnya,
dengan membuat lembar checklist yang sekiranya dapat
membantu dalam inspeksi. Dalam melakukan inspeksi K3 perlu
melihat laporan inspeksi sebelumnya, karena dengan melihat
laporan inspeksi sebelumnya maka dapat menentukan tindakan
lanjutan yang harus dilakukan. Menyiapkan alat dan bahan
untuk inspeksi, seperti alat pelindung diri, checklist, alat tulis,
alat ukur kamera, dll.

2) Pelaksanaan Inspeksi

Agar pelaksaan inspeksi menjadi lebih efektif, maka perlu


memperhatikan beberapa kunci penting seperti:

 Berpedoman pada peta pabrik (workplaces mapping) dan


checklist. Hal itu dilakukan karena akan dapat membantu
inspeksi secara sistematis. Dengan berpedoman map akan
mudah menentukan rute lokasi. Sedangkan dengan
checklist inspeksi akan berfokus pada apa yang telah
direncanakan.
 Carilah sesuatu sesuai dengan poin – poin dalam checklist.
Dengan checklist dapat meyakinkan bahwa gambaran
seluruh area telah lengkap. Dengan melihat dari dekat
ruangan dan cabinet – cabinet yang ada di tempat kerja.
Dan juga dengan mencari sesuati yang mungkin belum
terlihat pada wakru supervise rutin dan isnpeksi informal.
 Ambil tindakan risiko perbaikan. Apabula dalam
pelaksanaan inspeksi menemukan adanya risiko yang
serius, maka perlu ambil tindakan yang tepat.
Koordinasikan dengan supervisior pabrik Langkah –
Langkah yang perlu diambil segera, sambil menunggu
tindakan korektif yang lebih permanen.
 Jelaskan dan tempatkan setiap hal dengan jelas. Tulislah
masalah – masalah yang ditemukan secara jelas dan
sederhana yang menyakut keapa lokasi, jenis mesin,
operato, dll. Apabila menemukan masalah, maka dapat
diambil gambar dengan menggunakan kamera photo untuk
membantu diskripsi masalah.
 Klasifikasi hazard, setiap hazard yang ditemukan harus
diklasifikasi menurut dengan tingkat risiko dan
keparahannya. Dengan demikian akan memudahkan dalam
menentukan skala prioritas dan tindakan perbaikan yang
akan dilakukan.
 Tentukan faktor penyebab utama adanya tindakan dan
kondisi tidak aman. Hal itu penting dilakukan karena
Sebagian besar penyebab kecelakaan atau insiden adalah
manusia yang menangani atau kondisi lingkungan kerja,
alat/mesin yang tidak memenuhi syarat.
3) Pengembangan Upaya Perbaikan

Dalam menemukan tindakan dan kondisi yang tidak sesuai


dengan standar/prosedur tidaklah cukup, namun perlu
melakukan sesuatu untuk mencegah terjadinya kerugian nyata.
Pada saat inspeksi dapat langsung melakukan tindakan seperti;
membersihkan ceceran attau tumpahan cairan di lantai,
memasang pengaman mesin yang dilepas, dan memindahkan
bahan yang tidak dipakai atau sampah dari lokasi kerja.

4) Tindakan Korektif

Tindakan korektif yang dilakukan menjadi kurang


bermanfaat jika tidak dapat berfungsi dengan baik atau tidak
sesuai dengan yang direncanakan. Dengan itu, setiap apa yang
direkomendasikan perlu ditindaklanjuti secara konkrit. Orang
yang bertanggung jawab dalam inspeksi juga harus ikut dalam
upaya tindak lanjut yang telah direncanakan.

2.1.7 Alat Pemadam Api Ringan

2.1.7.1 Pengertian Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam


kebakaran portable, karena bentuknya yang kecil dan paraktis
sehingga mudah dipindahkan dan dibawa kemana – mana. Fungsi
APAR atau alat pemadam kebakaran portable itu sendiri adalah
untuk mengatasi sutau titik api atau kebakaran yang masih dapat
terkontrol (Teknik Keselamatan, Kesehatan Kerja Dan
Lingkungan Di Industri - Google Books, n.d.).

2.1.7.2 Jenis APAR

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan


Transmigrasi NO: PER.04/MEN/1980 Alat Pemadam Api
Ringan (APAR) terdiri dari beberapa jenis antara lain:

A. Jenis Air (Water)


Sejak dulu air digunakan untuk memadamkan
kebakaran dengan hasil yang memuaskan (efektif dan
ekonomis) karena harganya relative murah, pada
umumnya mudah diperoleh, aman dipakai, mudah
disimpan dan dipindahkan. APAR jenis air terdapat
dalam bentuk Stored pressure type (tersimpan
bertekanan) dan Gas cartridge type ( tabung gas ).
Sangat baik digunakan untuk pemadaman kebakaran
kelas.
B. Jenis Busa (Foam)
Jenis busa adalah bahan pemadam api yang efektif
untuk kebakaran awal/minyak. Biasanya digunakan
dari bahan tepung aluminium sulfat dan natrium
bicarbonate yang keduanya dilarutkan dalam air. Hasil
adalah busa yang volumenya mencapai 10 kali lipat.
Pemadaman api oleh busa merupakan system isolasi
yaitu untuk mencegah oksigen untuk tidak ikut dalam
reaksi.
C. Jenis Tepung Kimia Kering ( Dry Chemical Powder)
Bahan pemadam api serbuk kimia kering ( Dry
Chemical Powder) efektif untuk kebakaran B dan C
bisa juga untuk kelas A. Tepung serbuk kimia kering
berisi dua macam bahan kimia, yaitu :
1. Sodium Bicabonat dan Natrium Bicarbonate
2. Gas CO2 atau Nitrogen sebagai pendorong

Khusus untuk pemadaman kelas D (logam) seperti


magnesium, titanium dan zarcanium digunakan metal-dry-
powder yaitu campuran dari Sodium,Potasium dan Barium
Chloride.

A. Jenis Halon
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis halon efektif
untuk menanggulangi kebakaran jenis cairan mudah
terbakar dan peralatan listrik bertegangan (kebakaran
kelas B dan C). Bahan pemadam api gas Halon
biasanya terdiri dari unsur-unsur kimia seperti :
chlorine, fluorine, bromide dan iodine. Macam- macam
Halon antara lain :
a. Halon 1211
Terdiri dari unsur Carbon (C), Fuorine (F),
Cholrine (Cl), Bromide (Br). Halon 1211 biasa
disebut Bromochlorodifluormethane dan lebih
popular dengan nama BCF. Biasanya Alat
Pemadam Api Ringan (APAR) jenis BCF
dipasang dibangunan, gedung dan pabrik.
b. Halon 1301
Terdiri dari unsur Carbon (C), Fuorine (F),
Cholrine (Cl), Bromide (Br) sehingga Halon
1301 juga disebut Bromotrifluormethane atau
BTM.
c. Jenis CO₂
Bahan pemadam jenis CO₂ efektif untuk
memadamkan kebakaran kelas B (minyak ) dan
C (listrik). Berfungsi untuk mengurangi kadar
oksigen dan efektif untuk memadamkan
kebakaran yang terjadi di dalam ruangan
(indoor) pemadaman dengan menggunakan gas
arang ini dapat mengurangi kadar oksigen
sampai dibawah 12%.

2.1.7.3 Pemasangan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan


Transmigrasi No. Per. 04/ MEN/ 1980. Ketentuan-
ketentuan pemasangan alat pemadam api ringan (APAR)
adalah sebagai berikut:

a. Setiap satu kelompok alat pemadam api ringan


harus ditempatkan pada posisinyang mudah
dilihat dengan jelas. Mudah dicapai dan diambil
serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan.
b. Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut
adalah 125 cm dari dasar lantai tepat di atas
satu kelompok alat pemadam api ringan yang
bersangkutan.
c. Pemasangan dan penempatan alat pemadam api
ringan harus sesuai dengan jenis dan
penggolongan kebakaran.
d. Penempatan antara alat pemadam api yang
dengan lainnya atau kelompok satu dengan
lainnya tidak boleh melebihi 1.5 meter, kecuali
ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja.
e. Semua tabung alat pemadam api ringan
sebaiknya berwarna merah.
f. Dilarang memasang dan menggunakan alat
pemadam api ringan yang didapati sudah
berlubang-lubang atau cacat karena karat.
g. Setiap alat pemadam api ringan harus dipasang
(ditempatkan) menggantung pada dinding
dengan penguatan Sengkang atau dengan
kontruksi penguat lainnya atau ditemptakan
dalam lemari atau peyi (box) yang tiak dikunci.
h. Lemari atau peti (box) dapat dikunci dengan
syarat bagian depannya harus diberi kaca aman
(safety glass) dengan tebel maximum 2 mm.
i. Sengkang atau konstruksi penguat lainnya tidak
boleh dikunci atau digembok atau diikat mati.
Ukuran Panjang dan lebar bingkai kaca aman
(safety glass) harus disesuaikan dengan
besarnya alat pemadam api ringan yang ada
dalam lemari atau peti (box) sehingga mudah
dikeluarkan.
j. Pemasangan alat pemadam api ringan harus
sedemikian rupa sehingga bagian paling atas
(puncaknya) berada pada ketinggian 1,2 m dari
permukaan lantai kecuali jenis CO2 dan tepung
kering (dry chemical) dapat ditempatkan lebih
rendah dengan syarat, jarak antara dasar alat
pemadam api ringan tidak kurang dari 15 cm
dari permukaan lantai.
k. Alat pemadam api ringan tidak boeh dipasang
dalam ruangan atau tempat dimana suhu
melebihi 49° C kecuali apabila alat pemadam
api ringan tersebut dibuat khusus untuk suhu
diluar batas tersebut. Alat pemadam api ringan
yang ditempatkan alam terbuka harus
dilindungi dengan tutup pengaman.

2.1.7.4 Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Menurut Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No :


PER.04/MEN/1980 (1980) setiap APAR harus diperiksa 2 (dua) kali
dalam setahun, yaitu:
A. Pemeriksaan dalam jangka 6 (enam) bulan, pemeriksaan
tersebut meliputi:
a. Berisi atau tidaknya tabung, berkurang atau tidaknya
tekanan dalam tabung, rusak atau tidaknya segi
pengaman cartridge atau tabung bertekanan mekanik
penembus segel.
b. Bagian-bagian luar dari tabung tidak boleh cacat
termasuk handel dan label harus selalu dalam keadaan
baik.
c. Mulut corong tidak boleh tersumbat dan pipa pancar
yang terpasang tidak boleh retak atau menunjukkan
tanda-tanda rusak.
d. Untuk alat pemadam api ringan cairan atau asam soda,
diperiksa dengan cara mencampur sedikit larutan
sodium bicarbonate dan asam keras di luar tabung,
apabila reaksi cukup kuat, maka APAR tersebut dapat
dipasang Kembali.
e. Untuk APAR jenis busa dapat diperiksa dengan
mencampur sedikit larutan sodium bicarbonat dan
alumunium sulfat di lar tabung, bila sudah cukup kuat
maka APAR tersebut dapat dipasang Kembali.
f. Untuk APAR jenis CO2 harus diperiksa dengan cara
menimbang serta mencocokkan dengan berat yang
tabung APAR tersebut harus diisi Kembali sesuai
dengan berat yang ditentukan.
B. Pemeriksaan dalam jangka 12 bulan.

Untuk pemeriksaan dalam jangka 12 bulan sekali dilakukan seperti


pemeriksaan jangka 6 bulan namun ada beberapa tambahan
pemeriksaan sebagai berikut:

a. Isi alat pemadam api harus sampai batas permukaan


yang telah ditentukan.
b. Pipa Pelepas isi yang berada dalam tabung dan
saringan tidak boleh tersumbat atau buntu.
c. Ulir tutup kepala tidak boleh cacat atau rusak, dan
saluran penyemprotan tidak boleh tersumbat.
d. Peralatan yang bergerak tidak boleh rusak, dapat
bergerak dengan bebas, mempunyai rusuk atau sisi
yang tajam dan bak gasket atau paking harus masih
dalam keadaan baik.
e. gelang tutup kepala harus masih dalam keadaan baik.
f. Bagian dalam dari alat pemadam api tidak boleh
berlubang atau cacat karena karat.
g. Untuk jenis cairan busa yang dicampur sebelum
dimasukkan larutannya harus dalam keadaan baik.
h. Untuk jenis cairan busa dalam tabung yang dilak,
tabung harus masih dilak dengan baik.
i. Lapisan pelindung diri tabung gas bertekanan, harus
dalam keadaan baik.
j. Tabung gas bertekanan harus terisi penuh sesuai
dengan kapasitasnya.

2.1.7.5 Teknik Penggunaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Cara penggunaan APAR yang baik dan benar sudah terpasang


dalam APAR biasanya berbentuk sticker yang dinding dekat APAR.
Penggunaan APAR yang benar yaitu :

1. Tariklah pin atau pengancing handle.


2. Arahkan nozzle (Corong) selang ke arah dasar api, jika
diarahkan pada nyala api, maka bahan pengisinya akan
melayang ke atas dan tidak dapat berfungsi dengan baik. Kita
akan menyemprot bahan bakarnya bukan apinya.
3. Genggam handle bagian atas dan bagian bawah secara
bersama-sama. Hal ini akan mengangkat isi APAR bertekanan
dari dasar dan akan menyembur keluar melalui selang nozzle.
Bila ingin menghentikan maka lepaskan genggaman handle.
4. Arahkan selang ke ujung bahan yang terbakar sampai api
padam. Mulailah menggunakan APAR dari jarak yang aman,
selanjutnya bergerak maju mendekati sumber api. Apabila api
telah padam, tetap perhatikan area yang memungkinkan
terjadinya penyalaan kembali.

2.1.8 Pendekatan Sistem

Menurut Kelly (2012) sebuah pencapaian manajemen dapat


dilihat melalui pendekatan sistem, elemen-elemen didalamnya
terhubung dengan organisasi perusahaannya. Sistem dasarnya
dikategorikan menjadi tiga elemen, yaitu input (masukan), prosess
(proses) dan output (keluaran). Berikut adalah definisi dari
komponen dan elemen-elemen system:

a. Input

Input merupakan sumber daya yang diperlukan


untuk melakukan pelaksanaan suatu kegiatan yang
bertujuan untuk mencapai tujuan sistem. Sumber daya
dalam input disebut dengan istilah 5M (Man, Money,
Machine, Method dan Material). Kelima unsur tersebut
dijelaskan dalam (Purnastuti & Mustikawati, 2007) sebagai
berikut:

1. Manusia (Man)
Manajemen harus melibatkan Sumber Daya
Manusia (SDM) dimana perannya sangat penting
dalam upaya mencapai tujuan organinasi. Sumber
Daya Manusia (SDM) mencakup keseluruhan dari
manusia yang berada didalam organisasi
perusahaan. Mereka secara keseluruhan terlibat /
ikut serta dalam kegiatan operasional perusahaan.
Sumber Daya Manusia (SDM) terkait harus dibekali
dengan pelatihan atau pendidikan sehingga dapat
menambah awasan dan pengetahuannya. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan khusus seseorang atau sekelompok
orang yang bekerja (Notoatmodjo, 2003).
Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012
Lampiran 1 tentang Pelaksanaan Rencana K3,
mengenai pengadaan sumber daya manusia sesuai
kebutuhan serta memiliki kompetensi K3 (Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012
Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja, 2012).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50
tahun 2012, Bagian keempat mengenai
(Pelaksanaan Rencana K3), pasal 10 Ayat 3
dijelaskan bahwa sumber daya manusia harus
memiliki kompetensi kerja yang dibuktikan dengan
sertifikat dan wewenang di bidang K3 yang
dibuktikan dengan surat izin kerja/operasi dan/atau
surat penunjukkan dari intansi yang berwenang.
(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50
Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, 2012).
Menurut Salmah (2018) dalam pelaksanaan
inspeksi yang baik, maka seorang pemeriksa
memerlukan:
a) Pengetahuan yang menyeluruh
mencakup tempat kerja yang akan
diinspeksi
b) Pengetahuan tentang standar
perundang-undangan
c) Langkah pemeriksaan yang tersusun
sistematik
d) Metode pelaporan dan evaluasi
2. Uang (Money)
Uang merupakan modal suatu perusahaan
yang harus tersedia setiap saat dalam menjalankan
aktivitasnya. Sehingga uang menjadi alat penting
untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus
dipetimbangkan secara rasional. Hal ini
berhubungan dengan budgeting yang harus
dipersiapkan untuk membiayai gaji tenaga kerja,
berbagai macam alat kerja yang dibutuhkan, dan
harus dibeli serta berapa kali yang akan dicapai
didalam perusahaan. (DINKES Lumanjang, 2013).
Menurut (Ramli, 2019) anggaran untuk
inspeksi akan dikeluarkan jika selama kegiatan
inspeksi terlihat bibit-bibit bahaya yang harus
segera ditindak lanjuti. Namun jika terdapat indikasi
yang sederhana lebih baik di follow up terlebih
dahulu agar dapat diketahui jeni pengendalian apa
yang tepat untuk kasus tersebut.
3. Mesin (Machine)
Dalam proses produksi mesin sudah mulai
memegang peran penting. Dalam perkembangan
teknologi yang begitu pesat menyebabkan
pengguaan mesin dalam berbagai aspek pekerjaan
menjadi semakin menonjol. Hal ini merujuk pada
mesin sebagai fasilitas utama untuk menunjang
kegiatan perusahaan baik operasional maupun non
operasional. (Maniah, 2017).
Mesin atau alat penunjang yang digunakan
saat inspeksi seperti kamera atau handphone yang
bertujuan untuk mendokumentasikan kegiatan
inspeksi, file bukti saat temuan indikasi bahaya
yang ada sebelum dan sesudah pelaksanaan atau
pengendalian untuk inspeksi (Ramli, 2019).
4. Metode
Metode kerja adalah hal yang paling
diperlukan agar mekanisme kerja berjalan dengan
efektif dan efisien. Metode kerja yang dimaksud
adalah yang sesuai dengan kebutuhan organisasi,
baik yang menyangkut dalam proses produksi
maupun administrasi. Bahkan perusahaan sering
meminta bantuan ahli untuk memperoleh metode
kerja yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Hal
ini dilakukan karena penciptaan metode kerja,
prosedur, serta mekanisme kerja memiliki manfaat
yang besar bagi perusahaan. (Maniah, 2017).
Dalam melakukan kegiatan inspeksi metode
yang digunakan sebagai panduan kerja seperti SOP
atau IK (Instruksi Kerja) untuk memperlancar
jalannya inspeksi dan petugas inspeksi dapat dengan
mudah mengetahui tata cara kerja kegiatan tersebut.
(Ramli, 2019).
5. Material
Material merupakan bahan setengah jadi
(raw material) dan bahan jadi. Di dunia usaha untuk
hasil yang baik, manusia yang ahli dalam bidangnya
juga harus dapat menggunakan bahan atau materi
sebagai salah satu sarana, karena materi dan
manusia tidak dapat dipisahkan. Jika tanpa adanya
materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
(DINKES Lumanjang, 2013).
Bahan yang diperlukan dalam inspeksi
seperti lembar cheklist, APD, buku laporan
digunakan untuk pendataan hasil inspeksi, serta
membawa syal atau lonceng sebagai penanda dalam
kegiatan inspeksi. (Ramli, 2019).
Peraturan mentri tenaga kerja dan
transmigrasi tentang APD, pasal 4 bagian C
menjelaskan bahwa APD wjib digunakan diarea
kerja yang sedang dilakukan perbaikan, perawatan,
serta pembersihan atau dimana saat sedang
dilakukannya kegiatan persiapan (Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, 2010).
b. Proses
Menurut DINKES Lumanjang (2013)) proses
merupakan bagian atau elemen dari sistem yang berfungsi
untuk melakukan transformasi atau korversi yang
digunakan untuk mengubah masukan menjadi keluaran
yang direncanakan. Proses terbagi sebgai berikut:
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan tahapan lanjutan
dari penetapan kebijakan k3. Sehingga tanpa
prencanaan yang baik, maka proses k3 akan berjalan
tanpa arah (misguided), tidak efisien, dan tidak
efektif (Ramli, 2019).
Bahan yang diperlukan dalam kegiatan
inspeksi seperli lebar cheklist, helm dan rompi,
membawa buku laporan yang digunakan untuk
pendataan hasil inspeksi, dan membawa penanda
lain seperti syal atau lonceng selama kegiatan
inspeksi (Ramli, 2019).
Dalam peraturan menteri tenaga kerja dan
transmigrasi tentang APD, pasal 4 bagian C
menjelaskan bahwa APD wajib digunakan ditempat
kerja yang sedang dilakukan perbaikan, perawatan,
serta pembersihan atau area kerja yang sedang
berlangsungnya kegiatan persiapan (Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, 2010).
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan usaha yang dilakukan
untuk mewujudkan rencana dan program.
Pelaksanaan dalam k3 bertujuan untuk
meningkatkan kinerja k3 dalam melaksanakan
upaya k3 secara efisien dan efektif sehingga segala
macam risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dapat segera dicegah atau dikurangi (Ramli, 2019).
Menurut Salmah (2018) kegiatan inspeksi
didalam tahap pelaksanaan terdiri atas:
1. Berpedoman pada cheklist dan denah proyek.
Hal ini dapat membantu proses inspeksi agar
terlaksana secara sistematis dan berfokus pada
hal-hal yang telah direncanakan.
2. Lembar cheklist yang digunakan untuk melihat
daftar lokasi dan alat secara keseluruhan.
3. Mengambil tindakan perbaikan sementara dan
tepat sasaran pada saat ditemukan adanya risiko
yang serius, serta berkoordinasi dengan
supervisor untuk mengambil langkah yang tepat
dan tindakan korektif jangka panjang.
4. Menuliskan masalah yang ditemukan selama
inspeksi secara sederhana dan di
dokumentasikan dengan kamera atau
handphone.
5. Mengklasifikasikan setiap bahaya yang
ditemukan menurut tingkat risiko dan
keparahannya, agar mempermudah dalam
menentukan skala prioritas dalam meilih
tindakan perbaikan.
6. Menentukan faktor penyebab utama seperti
tindakan yang tidak aman/kondisi tidak aman.
Hal ini berguna untuk mencegah kondisi
lingkungan atau alat dan mesin yang tidak
memenuhi syarat.
3. Pelaporan
Berdasarkan PP NO. 50 tahnun 2012
mengenai SMK3, pelaporan merupakan informasi
yang harus ditetapkan untuk menjamin bahwa
pelaporan tepat waktu dan memantau pelaksanaan
SMK3 sehingga jika belum maksimal dapat derus
ditingkatkan,. (Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja, 2012).
Regulasi dalam proses pelaporan program
juga diatur dalam peraturan pemerintah NO. 50
tahun 2012 tentang penerapan sistem manajemen
kesehatan keselamatan kerja, tepatnya pada pasal 13
ayat 2 menjelaskan bahwa prossedur pelaporan
terdiri atas pelaporan apabila terjadinya kecelakaan
di tempat kerja, ketidaksesuaian terhadap peraturan
perundang-undangan dan/atau standar, kinerja K3,
indentifikasi sumber bahaya, dan segala hal yang
diwajibkan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan. (Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 Tentang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja, 2012).
Sedangkan menurut Salmah (2018) kegiatan
evaluasi dilakukan dengan tujuan mengetahui
efektifitas dari pengendalian yang telah dilakukan
untuk upaya dalam meminimalisir bahaya.
4. Penindaklanjutan
Menurut Lukman (2012) rekomendasi dari
laporan dapat dijadikan dasar untuk membuat
rencana kerja yang tujuannya dapat menyususn
prioritas dalam rencana kerja. Kemudian
rekomendasi tersebut perlu dikirim kepada yang
berwenang untuk mendapatkan persetujuan
pelaksanaan perbiakan jika diperlukan. Untuk
pelaksanaannya dibuat form, penerima form
rekomendasi harus memberi jawaban perihal tindak
lanjutnya dalam waktu yang ditentukan sesuai
prosedur, apabila rekomendasi disetujui maka akan
diminta untuk memberi kepastian kapan akan
dilaksanakan perealisasian dari penindaklanjutan.
Pada waktu tertentu supervisor harus
melaporkan perkembangan dari pelaksanaan
rekomendasi kepada P2K3 pusat. Sebaliknya P2K3
pusat harus memeriksa secara berkala perihal
perkembangan pelaksaannya apakah sudah
memenusi syarat yang dimaksud. Keadaan
berbahaya yang idak diperbaiki dapat
mengidikasikan bahwa ada komunikasi yang tidak
baik antara departemen dalam pelaksanaan program
(Lukman, 2012).
Ada 4 taham yang perlu diikuti oleh
inspektor dalam membuat rekomendasi menurut
Lukman (2012), yaitu:
1. Sedapat mungkin seorang inspektor
memperbaiki sebab dari deviasi (peyimpangan)
yang ditemukan. Jangan hanya memperbaiki
hasil dan membiarkan permasalahannya.
2. Perbaiki apa saja yang mungkin bisa diperbaiki
oleh inpektor secara langsung.
3. Inpektor melaporkan kondisi yang ada diluar
wewenang dan mengusulkan solusinya.
4. Inspektor mengambil tindakan sementara bila
diperlukan.
2.1.8.3 Ouput

Output merupakan hasil dari input yang sebelumnya sudah


di proses oleh bagian pengolah dan merupakan tujuan akhir
sistem, output merupakan barang dan jasa yang akan dihasilkan.
Outcome yang diperoleh adalah yang berkaitan dengan output
yang dihasilkan untuk perkembangan dari waktu ke aktu secara
berkelanjutan (Kelly, 2012).

2.2 Kerangka konsep

Berdasarkan pada teori diatas, maka dapat terbentuknya kerangka konsep


yaitu pada Input terdiri dari Sumber Daya Manusia (SDM), Sarana dan Prasarana
mengenai inspeksi Alat Pemadam Api Ringan (APAR), Standar Operasional
Prosedur (SOP) yang digunakan pada pelaksana inspeksi Alat Pemadam Api
Ringan (APAR). Untuk process terdiri dari Persiapan Inpeksi, Pelaksanaan
Inspeksi dan Pelaporan Inpeksi Alat Pemadam. Sehingga dalam Output
pelaksanaan inspeksi Alat Pemadam Api Ringan (APAR) terlaksana setiap
bulannya. Dengan demikian kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut :
Input Proses Output

SDM (Sumber Pelaksanaan


Daya Manusia Persiapan program
Sarana dan Pelaksanaan Inspeksi Alat
Prasarana Pelaporan Pemadam Api
Standar Ringan
Operasional (APAR)
Prosedur terlaksana
(SOP) setiap
bulannya.

Gambar 2. 1 Kerangka Konsep

BAB III

PROSES MAGANG

3.1 Persiapan Kegiatan Magang

Sebelum melaksanakan kegiatan magang di PT. Totalindo Eka Persada


penulis melakukan beberapa persiapan yaitu :
1. Mendapatkan sosialisasi mengenai penyelanggaraan magang
Kesehatan Masyarakat oleh seluruh dosen yang terkait melalui Google
Meet dari pihak program studi.
2. Mengajukan dosen pembimbing magang kepada pihak program studi
Kesehatan Masyarakat.
3. Mendapatkan dosen pembimbing yang telah ditentukan dari pihak
program studi.
4. Mengurus surat izin magang yang ditujukkan kepada Project Manager
PT. Totalindo Eka Persada. Surat magang dikeluarkan oleh sekretariat
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Esa Unggul
yang telah ditanda tangani oleh Dekan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan.
5. Mendatangi tempat magang yang telah ditentukan berlokasi di Jln.
South City Timur- Pondok Cabe Tangerang Selatan dan menyerahkan
surat magang kepada Human Resouces tertuju ke Project Manager PT
Totalindo Eka Persada.
6. Setelah surat izin magang diterima oleh pihak Human Resources dan
disetujui oleh Project Manager, maka kegiatan magang dapat segera
dimulai.
7. Judul laporan magang ditentukan sendiri oleh mahasiswa mengenai
program-program yang akan dilihat dan dipelajari saat turun lapangan
selama kegiatan magang berlangsung.

3.2 Alur Kegiatan Magang

Langkah awal yang dilakukan penulis adalah beberapa informasi di


beberapa konstruksi dan pabrik yang menerima mahasiswa magang
jurusan Kesehatan Masyarakat dengan peminatan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3). Dalam proses pencarian tempat magang, penulis
menyeleksi tempat magang dari proses perizinan, biaya, waktu dan
transportasi mengingat prose magang hanya berlangsung selama 22 hari.
Hal ini dilakukan agar terciptanya proses magang yang efektif dan efisien.

Setelah menemukan tempat magang dan berbicara dengan Human


Resources penulis membuat surat permohonan izin magang ke secretariat
Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan melalui link http://bit.ly//formfikes yang
kemudian ditandatangani oleh Dekan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan.
Setelah surat selesai dibuat selama kurrang lebih dua hari, penulis
menyerahkan surat tersebut kepada Human Resources ditunjukan kepada
Project Manager PT Totalindo Eka Persada, kemudian penulis akan
mendapat surat balasan yang menyatakan persetujuan penerimaan kegiatan
magang selama 22 hari, sehingga penulis data melaksanakan magang sesuai
dengan kesepakatan bersama.

Setelah mendapatkan konfirmasi mengenai persejutuan


pelaksanaan magang, maka penulis melakukan proses magang dimulai
dengan proses perkenalan, pengambilan data primer maupun sekunder,
serta observasi lapangan meliputi pengamatan dan juga mengikuti
pelaksanaan program K3 yang sedang dijalankan oleh unit K3.

Setelah proses magang berakhir, penulis segera Menyusun laporan


akhir magang disesuaikan dengan judul yang sudah ditentukan
berdasarkan dengan observasi lapangan dan juga arahan dari dosen
pembimbing. Laporan akhir magang tersebut nantinya kan dipresentasikan
pada saat sidang akhir magang.

3.3 Pelaksanaan Magang

3.3.1 Tempat Magang

Nama Instansi/Perusahaan : PT Totalindo Eka Persada

Bidang : Konstruksi
Lokasi Perusahaan : Jl. Tebet Timur Raya No.37,
RT.9/RW.10, Tebet Tim., Kec.
Tebet, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
12810.
Lokasi Proyek : Jl. Raya Southcity Selatan, Pd.
Cabe Udik, Kec. Pamulang, Kota
Tangerang Selatan, Banten 15418.

3.3.2 Waktu Magang

Pelaksanaan magang dilaksanakan pada tanggal 9 Agustus – 11 September 2021


selama 22 hari kerja. Kegiatan magang dilaksanakan setiap hari Senin – Jumat
mulai pukul 08:00 – 18:00 WIB. Pelaksanaan waktu magang disesuaikan dengan
jam kerja karyawan PT Totalindo Eka Persada Proyek The PARC South City agar
dapat mengikuti dan mengetahui program K3 yang sedang dijalankan oleh unit
K3.

3.4 Jadwal Kegiatan Magang

Pelaksanaan magang dilaksanakan pada tanggal 9 Agustus – 11


September 2021 selama 22 hari kerja. Kegiatan magang meliputi observasi
lapangan, pencarian data sekunder, serta melakukan dikusi dengan
pembimbing lapangan mengenai hal – hal yang terkait dengan laporan
magang, mulai dari topik magang hingga pencarian data perusahaan.
Perincian kegiatan magang yang dilakukan penulis dijelaskan sebagai
berikut :

Pada minggu pertama pekasanaan magang , pada tanggal 9


Agustus – 13 September 2021 penulis dengan dua teman Angkatan 2018
program studi Kesehatan Masyarakat peminatan Kesehatan dan
Keselamatan kerja (K3) Universitas Esa Unggul , mengawali kegiatan
magang dengan diberikan pembekalan oleh Bpk. Richard Silaban selaku
HSE Manager dan pembimbing lapangan, lalu di lanjutkan dengan
mengikuti Safety Induction oleh Bpk. Arief Setiawan selaku HSE
Supervasior, serta melakukan pengamatan awal area kerja didampingi oleh
Bpk. Roy Simbolon selaku Safety Officer.

Pelaksanaan magang diawali dengan kegiatan pengamatan area kerja yang


didampingi oleh Bpk. Roy Simbolon selaku Safety Officer , berupa pengamatan
awal diarea kerja pabrikasi besi, bekisting dan area basement. Selain itu penulis
juga mengikuti program Tool Box Meeting yang dipimpin oleh unit K3 yang
diadakan rutin setiap hari dan wajib diikuti oleh seluruh pekerja.

Pada minggu kedua pada tangggal 16 – 20 Agustus 2021, kami melakukan


pengamatan pada pembongkaran bekisting dilantai dua. Kami juga melakukan
checklist area, mengamati dan menegur pekerja terkait dengan kelengkapan APD
yang digunakan, membagikan masker pada pekerja saat program Tool Box
Meeting, pengamatan proses pembengkokan besi yang nantinya digunakan untuk
cor kolom, serta kami mendapatkan pembelakan materi oleh Bpk. Richard Silaban
sebagai Manager HSE.

Pada minggu berikutnya pada tanggal 23 – 27 Agustus 2021 kami


berpartisipasi dalam pelaksanakan program inspeksi APAR yang dilakukan pada
8 titik penempatan APAR dilengkapi dengan pengisian lembar checklist. Kami
juga mengikuti program Safety Patrol serta pengamatan proses pabrikasi baja dan
Flaying table. Selanjutnya kami melakukan program Housekeeping pada area
akses kerja proyek.

Pada minggu terakhir , pada tanggal 30 Agustus – 7 September 2021 kami


berpartisipasi dalam pelaksanaam program inpeksi truk pump yang telah
dipersiapkan pada minggu sebelumnya. Rangkaian kegiatan berupa persiapan
lembar checklist truk pump, pengenalan bagian – bagian truk pump dan pengisian
lembar checklist. Inspeksi truk pump dilakukan oleh operator, mekanik dan Safety
Officer. Setelah selesai melakukan program inspeksi truk pump kami menginput
data hasil program tersebut dan ditandatangani oleh Manager HSE. Kami juga
melakukan pengumpulan data laporan magang serta melakukan bimbingan atau
diskusi oleh Bpk. Richard Silaban sebagai pembimbing lapangan mengenai hal –
hal yang terkait dengan laporan magang.

3.5 Penyusunan Laporan Magang

Penulis mengambil judul “Gambaran Pelaksanaan Program Inspeksi Alat


Pemadam Api Ringan (APAR) di PT Totalindo Eka Persada Proyek The PARC
South City”, dalam pemilihan judul penulis melakukan konsultasi dengan
pembimbing lapangan dan juga dosen pembimbing magang. Dalam penyusunan
laporan magang penulis melakukan konsultasi melalui Zoom Meeting yang
dilakukan setiap hari selasa, jumat dan sabtu, serta mengikuti prosedur penulisan
laporan magang yang diberikan oleh dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat
pada saat kegiatan sosialisasi persiapan magang. Setelah laporan magang
dibuktikan adanya penandatanganan dilaporan tersebut, maka selanjutnya penulis
melakukan sidang magang dengan mempresentasikan hasil laporan magang
kepada dosen pembimbing magang dan juga dosen penguji. Apabila sudah
melakukan sidang magang, maka laporan tersebut akan direvisi kembali dan
dinilai oleh dosen pembimbing dan dosen penguji. Laporan yang telah selesai,
maka dijilid dengan soft cover berwarna ungu dan akan diserahkan kepada Ketua
Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Esa Unggul dan pembimbing
lapangan unit HSE.
BAB IV

HASIL MAGANG

4.1 Gambaran Umum PT. Totalindo Eka Persada

4.1.1 Sejarah PT. Totalindo Eka Persada

PT. Totalindo Eka Persada merupakan salah satu perusahaan konstruksi swasta
Indonesia dan berpartisipasi dalam pembangunan sektor komersial, hunian , hotel dan
fasilitas publik. Berdiri pada tahun 1995 dengan projek konstruksi pertama yaitu Mall dan
Condominium Taman anggrek yang menjadi superblok terbesar dikawasan Asia
Tenggara pada saat itu. Dengan semakin ketatnya persaingan dan meningkatnya
permintaan pasar dibidang konstruksi PT Totalindo Eka Persada memiliki keunggulan
dalam system kerja yang sedang diterapkan, system kerja yang dimiliki yaitu Sistem
Aluma, pengecoran yang berasal dari kanada yang tidak di terapkan oleh perusahaan
konstruksi lainnya dengan fungsi untuk menyederhanakan proses penyusunan stuktur
bangunan sehingga proses pengecoran lebih cepat dan berkualitas.

4.1.2 Visi dan Misi PT. Totalindo Eka Persada

A. Visi
Untuk menjadi perusahaan konstruksi terintegrasi dengan terus
membangun kepercayaan dan konsisten di setiap aspek usaha kami

B. Misi
1. Menyelenggarakan kerja sama yang dapat menguntungkan perusahaan
dan pelanggan dengan mengutamakan kepuasan pelanggan.
2. Meningkatkan kinerja pekerjaan dengan mempercepat penyelesaian,
mutu pekerjaan serta biaya yang tepat
3. Meningkatkan kreatifitas, produktifitas dan profesionalisme dalam
bekerja dengan berlandaskan pengetahuan , teknologi dan seni

4.1.3 Nilai- nilai Perusahaan

Sesuai dengan visi misi, PT. Totalindo terus memprioritaskan pelanggannya,


berfikir positif dan kemampuan untuk bekerja keras dalam mendedikasikan pada
bidang Konstruksi. Karena itu PT Totalindo Eka Persada mengoptimalkan nilai-nilai
yang berdasarkan pada prinsip-prinsip :
1. Berkomitmen
Pengabdian yang diberikan guna memenuhi kebutuhan klien melalui
kerendahan hati dan dan pelayanan yang menyeluruh, demi menghasilkan
pengalaman yang memuaskan.
2. Integritas
Integritas merupakan dasar kepercayaan. Kami berpegang teguh pada kaidah
kelayakan serta kejujuran dalam setiap langkah tata kelola perusahaan yang
kami lakukan.
3. Dedikasi
Semua berawal dari mimpi, dan kami mewujudkannya dengan segenap kerja
keras serta dedikasi pada bidang keahlian kami.

4.2 Gambaran Umum Unit HSE


4.2.1 Struktur Organisasi
Berikut merupakan struktur organisasi Unit HSE

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Unit HSE

PT Totalindo Eka Persada Proyek The PARC South City memiliki unit
K3 yang dikenal sebagai unit Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan
diketuai oleh Project Manager yang memiliki tanggung jawab langsung kepada
Pihak Construction Manager yang bertugas mengontrol pelaksanaan
pembangunan proyek yang dibantu oleh Unit K3 seperti HSE Manager, HSE
Supervisior dan HSE Officer di PT. Totalindo Eka Persada Proyek The PARC
South City.
4.2.2 Wewenang dan Tanggung Jawab Profesi HSE
A. Project Manager
Project Manager bertanggungjawab untuk :
1. Memimpin proyek untuk memenuhi komitmen.
2. Memastikan regulasi Unit HSE terpenuhi diproyek.
3. Menjelaskan strategi pelaksanaan regulasi Unit HSE.
4. Memantikan bahwa managemen resiko di proyek jelas dan
dilaksanakan.
5. Membentuk organisasi dan sumber daya untuk melaksanakan
rencana Unit K3 yang benar.
6. berpartisipasi dalam Safety Talk atau Toolbox meeting (TBM)
7. Memastikan bahwa kegiatan proyek terbiasa dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
B. Safety Manager
HSE Manager bertanggung jawab untuk :
1. Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan K3
2. memberikan Safety Induction kepada setiap pekerja baru
3. Menyiapkan dan melaksanakan Toolbox Meeting (TBM)
4. Membuat laporan aktivitas man power harian dan mingguan
5. Membantu Project Manager terkait operasional proyek
6. Membuat wajib lapor ke dinas terkait di awal suatu proyek
7. Membuat laporan bulanan dan per 3 bulan ke Dinasker bila
diperlukan
8. Membuat dan Menyusun SOP dan Safety Plan yang digunakan
dalam suatu proyek
9. Menyiapkan Ruang P3K dan kebutuhan pendukungnya
10. Menyiapkan Rumah Sakit rujukan dan Jamsostek / BPJS
Ketenagakerjaan
11. Menyiapkan kendaraan emergency atau sejenisnya
12. Menyiapkan Alat Pelindung Diri standart yang khusus seusai
kebutuhan proyek
13. Membuat dan menyiapkan rambu rambu , safety sign , spanduk dll
sesuai kebutuhan proyek
14. Menyiapkan tenaga kerja harian untuk membantu operasional Safety
Supervisor
15. Mengkoordinir kinerja satuan pengaman / security sesuai kebutuhan
proyek
C. Safety Supervasior
1. Bertanggung jawab terhadap area kerja yang telah di tentukan
2. Memberikan Safety Induction bagi setiap pekerja baru yang
masuk area proyek
3. Menyiapkan dan melaksanakan Toolbox Meeting (TBM) / Safety
Talk setiap pagi
4. Membuat laporan aktivitas dan manpower harian dan mingguan
5. Mengawasi, mengontrol dan memastikan kebersihan area
kerjanya
6. Mengawasi dan mengontrol pemakaian APD diarea kerjanya
7. Memastikan telah tersedianya dan terpasang rambu rambu K3
dan akses diarea kerjanya
8. Mengatur dan mengkoordinir tenaga kerja harian yang berada
dibawahnya
9. Melaksanakan Safety Patrol secata berkelanjutan
10. Bertindak sigap bila terjadi hal-hal yang bersifat emergency
D. Safety Officer
1. Memastikan tersedianya APAR dan alat pendukung lainnya
2. Selalu mengontrol aktivitas setiap pekerja/ mainpower yang berada
diarea kerjanya
3. Selalu berkoordinasi dengan divisi lain terkait operasional proyek
4. Selalu berkoordinasi dengan pimpinan
5. Melaksanakan SOP storing / piket sesuai kebutuhan proyek
6. Membuat laporan ketidaksuaian K3 yang di temukan dalam inspeksi
7. Mengidentifikasi, menginventarisasi dan membuat laporan tertulis
tentang semua potensi kejadian kebakaran, kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kondisi kerja
8. Melakukan Safety Control denagn menerbitkan Surat Ijin Bekerja
untuk pekerjaan beresiko tinggi dan melakukan Safety Patrol setiap
hari dan mencatat hasilnya
9. Melakukan penghentian pekerjaan apabila ditemukan kondisi
berbahaya atau pekerjaan berbahaya dilakukan tanpa Surat Ijin
Bekerja
4.2.3 Kebijakan K3LK Totalindo

Kebijakan Keselamatan, Kesehatan Kerja, Lingkungan dan


Kualitas (K3LK) PT. Totalindo Eka Persada, Tbk Tahun 2020. TEP
berkomitmen menjadi kontraktor bangunan dangan kinerja terbaik.
Memenuhi kebutuhan dunia konstruksi bangunan yang handal, senantiasa
bekerja sesuai standart yang telah ditentukan, efisien dan aman yang
berbasis teknologi mutakhir, didukung dengan sumber daya berkualitas
dalam lingkungan kerja yang aman dan berwawasan lingkungan serta
selalu berusaha melakukan perbaikan dan peningkatan yang
berkesinambungan dengan:
1. Menerapkan semua ketentuan yang ada dalam Sistem
Menajemen Terpadu ISO 9001-2015, ISO 14001-2015, OHSAS
18001-2007 dan SMK3 Peraturan Pemerintahan No.50 tahun
2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan kerja dalam seluruh proses kegiatan bisnis perusahaan
serta menjamin terpeliharanya Sistem Manajemen K3LK.
2. Mematuhi persyaratan peraturan perundang-undangan, prosedur,
instruksi kerja dan persyaratan lainnya yang berkaitan dengan
mutu, lingkungan dan K3.
3. Menetapkan wewenang dan tanggung jawab yang jelas pada
seluruh Staff dan Karyawan.
4. Melakukan usaha pencegahan dan pengendalian pencemaran
udara, B3 dan kecelakaan kerja secara berkelanjutan.
5. Meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) dalam
hal pengembangan kamajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
6. Memberikan manfaat sosial, ekonomi kepada masyarakat hingga
tercipta hubungan yang harmonis dengan stakeholder dan pihak-
pihak yang berkepentingan.
4.2.4 Strategi Unit HSE
Berikut ini adalah strategi pencapaian QHSE/K3LK yang akan
memastikan pelaksanaan kebujakan, tujuan dan sasaran QHSE/K3LK, yaitu
sebagai berikut:
a) Menyediakan sumber daya tenaga kerja QHSE/K3LK untuk mengatur
secara efektif pelaksanaan perencanaan QHSE/K3LK, yaitu keselamatan
pekerja minimum 1:50 kekuatan pekerja.
b) Memastikan pelaksanaan standart yang sesuai dengan standart
internasional, standar, kode nasional dan Proyek TEP.
c) Memastikan bahwa penyediaan dokumentasi sesuai dan cukup untuk
program pengembangan pemeliharaan untuk peralatan konstruksi.
d) Mendorong keterlibatan proaktif seluruh staff untuk meningkatkan
kesadaran K3 dengan :
1. Menyelidiki semua kecelakaan dan peristiwa untuk
mengidentifikasi penyebab dan tindakan pencegahan untuk
mencegah terulang kembali.
2. Mengadakan safety meeting (pertemuan-pertemuan keselamatan
secara rutin) selama pelaksanaan proyek.
3. Melaksanakan audit K3 dan pemeriksaan sesuai dengan
kebutuhan individu dan pekerjaan.
4. Menghentikan pekerjaan yang mempunyai potensi berbahaya,
merugikan lingkungan dan tidak sesuai dengan K3. Mengambil
tindakan perbaikan dan memulai kembali pekerjaan setelah
bahaya hilang, ramah lingkungan dan yang tidak sesuai sudah
diperbaiki.

4.3 Gambaran Input pelaksanaan Program Inspeksi Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) pada pembangunan The PARC South City tahun 2021

4.3.1 Sumber Daya Manusia ( SDM )


Dari hasil data yang didapat di The PARC South City,
Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat dalam pelaksanaan
program Inspeksi Alat Pemadam Api Ringan ( APAR ) adalah
seluruh unit HSE. Anggota HSE berjumlah 3 orang yaitu HSE
Manager , HSE Supervisior , HSE Officer. Sebelum melakukan
Inspeksi K3 seluruh petugas Unit HSE telah diberikan pelatihan
untuk memberikan pengetahuan mengenai bidang K3 diarea
proyek. Lalu setiap pelaksana kegiatan kesehatan dan
keselamatan kerja khususnya pada kegiatan Inspeksi APAR
sudah di bekali pengetahuan terkait inspeksi APAR.

Tabel 4.1 Sumber Daya Manusia (SDM)

Riwayat
No
Jabatan Jumlah Pendidikan dan Tanggung Jawab
.
Kualifikasi
1. HSE 1 1. Memastikan terlaksananya program
Manager 1. SMA Inspeksi APAR
2. Ahli K3 Umum 2. Melaksanakan dan riview Program
3. Auditor Internal Inspeksi APAR
SMK3 3. Membuat QHSE Monthly Report

2. HSE 1 1. S1 Teknik Melaksanakan dan riview Program


Supervisior Industri Inspeksi APAR
2. Ahli K3 Umum
3. HSE 1 1. S1 Kesehatan Melaksanakan dan riview Program
Officer Masyarakat Inspeksi APAR
2. Ahli K3 Umum

Berdasarkan tabel diatas terdapat Sumber Daya Manusia (SDM)


yang terlibat dan berperan dalam pelaksanaan program Inspeksi APAR.
Personil HSE Manager yang berjumlah 1 personil memiliki riwayat
pendidikan yaitu SMA dengan kualifikasi Ahli K3 Umum dan Auditor
Internal SMK3 . HSE Supervisior yang berjumlah 1 personil memiliki
riwayat pendidikan S1 Teknik Industri dan hanya memiliki kualifikasi
Ahli K3 Umum . HSE Officer yang berjumlah 1 personil memiliki
riwayat Pendidikan S1 Kesehatan Masyarakat dan memiliki kualifikasi
Ahli K3 Umum . Dari observasi, penulis melihat bahwa peran dan
tanggung jawab personil sudah dilaksanakan dengan baik dan benar.
4.3.2 Sarana dan Prasarana
Pada pelaksanaan program Inspeksi APAR di Proyek
Pembangunan Apartemen The PARC South City – PT Totalindo Eka
Persada memerlukan Sarana dan beberapa material sebagai penunjang
kelancaran proses Inspeksi APAR. Sarana yang di butuhkan antara lain:

Tabel 4.3.2 Sarana dan Prasarana Pelaksanaan Program

No Nama alat Jumlah Kondisi Kegunaan


1. Lembar 1 buah Baik Digunakan untuk mengetahui keadaan
checklist Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
2. Kamera 1 buah Baik Digunakan untuk mendokumentasikan
handphone kegiatan program Inspeksi Alat
Pemadam Api Ringan (APAR)
3. Tabung Alat 10 buah Baik Sebagai Alat yang di inspeksi
Pemadam Api
Ringan
(APAR)
4. Alat tulis 1 buah Baik Digunakan untuk menulis hasil
inspeksi Alat Pemadam Api Ringan
(APAR)
5. Mesin printer 1 buah Baik Digunakan untuk mencetak lembar
checklist Alat Pemadam Api Ringan
(APAR)
6. Alat Pelindung 3 set Baik Digunakan untuk inspektor pada saat
Diri (APD) melakukan inspeksi Alat Pemadam
Api Ringan (APAR)
7. Form abnormal 1 buah Baik Digunakan untuk mencatat dan
pelaporan jika ditemukan kondisi
APAR yang tidak baik

4.3.3 Standar Operasional Prosedur (SOP)


Dalam melakukan inspeksi terhadap Alat Pemadam Api Ringan
(APAR), Petugas inspeksi sudah memiliki standar operasional prosedur
yang digunakan proyek pembangunan apartemen The PARC South City
mengacu pada Permenaker no. 04 tahun 1980 mengenai syarat
pemasangan dan pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan. Sebelum
dimulainya proyek Unit K3 mensosialisasikan Standard Operasional
Prosedur (SOP) untuk memadamkan api di Proyek Pembangunan
Apartemen The PARC South City menggunakan APAR.
Tujuan dari Standar Opersional Prosedur pemerikasaan Alat
Pemadam Api Ringan (APAR) adalah untuk memudahkan dalam
melakukan pengawasan dan pemerikasaan APAR yang di pasang
dilokasi kerjanya sudah benar-benar dalam kondisi baik dan siap
dipakai.

4.4 Gambaran Process pelaksanaan program Inspeksi Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) Proyek Pembangunan Apartemen The PARC South City Tahun 2021.

4.4.1 Persiapan Inspeksi Alat Pemadam Api Ringan (APAR)


Dalam tahap persiapan inspeksi Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) di PT. Totalindo Eka Persada proyek The PARC South City
merupakan tahap awal yang dapat menentukan keberhasilan suatu
pemeriksaan di tempat kerja yang dilakukan sebelum pelaksanaan
inspeksi.
Tahap persiapan ini diawali dengan HSE Manager mengecek
jadwal inpeksi yang dilakukan setiap bulannya. Kemudian HSE
Supervisior dan HSE officer untuk mempersiapkan perlengkapan inpeksi
berupa memprint Lembar checklist, alat tulis, kamera Handpohone dan
Alat Pelindung Diri (APAR) seperti sepatu safety, helm, rompi dan
masker.
Berdasarkan hal diatas maka tahap persiapan memiliki tujuan
untuk memastikan bahwa segala hal yang dibutuhkan dalam kegiatan
inspeksi sudah tersedia dan sesuai dengan Standard Operasional Prosedur
(SOP) dan ketetapan di PT. Totalindo Eka Persada proyek The PARC
South City
4.4.2 Pelaksanaan Inspeksi Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Pelaksanaan inspeksi terhadap Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) di Proyek Pembangunan Apartement The PARC South City
dilakukan oleh Unit HSE. Didalamnya pelaksanaannya dilakukan setiap
sebulan sekali pada semua tabung yang di lokasi proyek.
Pemeriksaan APAR yang dilakukan Apartement The PARC
South City PT Totalindo Eka Persada sebagai berikut :
1. Berkurang atau tidaknya tekanan tabung , rusak atau tidaknya
segi pengaman catridge dan memeriksa keutuhan segel.
2. Bagian luar tabung tidak boleh cacat termasuk handel dan label
tidak boleh rusak.
3. Mulut pancar tidak boleh tersumbat dan pipa pancar yang
terpasang tidak boleh retak atau menunjukan tanda-tanda rusak.
4. Untuk APAR jenis Dry Powder ada perlakukan khusus yaitu
dengan membolak balikan tabung APAR agar tidak adanya
gumpalan pada isi tabung.

Dalam pelaksanaan inspeksi ditemukan tabung APAR dalam kondisi


tidak baik akibat dimainkan pekerja. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
yang tidak memenuhi standar/rusak yang didapatkan dari hasil Inspeksi
APAR akan langsung dibuatkan form abnormal .

4.4.3 Pelaporan Inspeksi Alat Pemadam Api Ringan (APAR)


Petugas menyerahkan Lembar checklist beserta bukti inspeksi
yang di dapatkan kepada HSE Officer melalui grup Whatsapp dan
laporan akan dibahan pada meeting bulanan. Pelaporan hasil inspeksi
APAR akan dirangkum dan menjadi tanggung jawab tim inspkesi.
Dalam Pelaporan tersebut berisi mengenai proses dan hasil
kegiatan inpeksi APAR serta temuan-temuan yang didapat dari hasil
Inspeksi APAR. Pembuatan laporan ini bertujuan untuk merekap hasil
dan mengetahui presentase keberhasilan kegiatan inspeksi APAR.
Didalam laporan inspeksi APAR juga dilaporkan juga bukti hasil
kegiatan inspeksi APAR berupa foto dan lembar checklist hasil kegiatan
Inspeksi. Setiap bulan laporan hasil inspeksi APAR harian akan direkap
untuk dijadikan laporan tahunan. Apabila menemukan tabung APAR
dalam kondisi tidak baik akan di laporkan pada meeting bulanan.
4.5 Gambaran Output pelaksanaan program Inspeksi Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) Proyek Pembangunan Apartemen The PARC South City tahun 2021.

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, pelaksanaan inspeksi Alat


Pemadam Api Ringan (APAR) yang dilakukan Proyek Apartemen The PARC
South City sudah di lakukan dengan baik karena adanya persiapan yang
matang sebelum dilakukan pelaksanaan. Pelaksanaan inspeksi APAR sudah
dilakukan rutin oleh Unit HSE yang dilakukan keseluruh APAR yang ada di
setiap area di Proyek The PARC South City setiap bulannya.

Pelaksanaan inspeksi APAR pada proyek The PARC South City selalu
mencapai target perencanaan yaitu terpenuhinya jumlah APAR yang harus
diperiksa dan semua APAR dalam kondisi yang baik. Dari hasil temuan yang
di dapatkan dalam pelaksaan inspeksi APAR, Unit HSE Proyek Pembangunan
Apartemen The PARC South City selalu berusaha untuk menjaga kondisi
APAR dengan baik agar dapat digunakan jika dibutuhkan. Jika pada saat
pelaksanaan inspeksi APAR terdapat APAR dalam kondisi tidak baik akan
langsung di berikan surat abnormal untuk melakukan perbaikan/ pengantian
tabung APAR. Hal ini dilakukan untuk memastikan APAR selalu siap untuk
digunakan dalam mencegah dan meminimalisir kejadian kebakaran di proyek.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Input pelaksanaan Program Inspeksi Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) di PT. Totalindo Eka Persada Proyek The PARC South City
Tahun 2021.
5.1.1. Sumber Daya Manusia
Sumber daya berfungsi sebagai penunjang suatu program
dapat berjalan dengan baik dan benar. Berdasarkan hasil
pengamatan di lapangan bahwa sumber daya manusia yang dimiliki
PT. Totalindo Eka Persada Proyek The PARC South City
merupakan Unit K3 yang berjumlah 3 orang yang terdiri dari HSE
Manager, HSE Supervisior dan HSE Officer.
HSE Manager yang berjumlah 1 orang memiliki
pengetahuan dan kualifikasi mengenai Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3), yang dapat di buktikan dengan sertifikasi yang ada,
diantaranya adalah riwayat pendidikan SMA serta memiliki
pengalaman bekerja di bidang Keselamatan dan Kesahatan Kerja
(K3) selama 20 tahun dengan kualifikasi Ahli K3 Umum dan
Auditor SMK3. HSE Supervisior yang berjumlah 1 orang memiliki
riwayat pendidikan S1 Teknik Industri dengan kualifikasi Ahli K3
umum. HSE Officer memiliki riwayat pendidikan S1 Kesehatan
Masyarakat dan memiliki kualifikasi Ahli K3 Umum. Setiap Unit
K3 sudah mengikuti pelatihan internal seperti pelatihan
penggunaan APAR, pelatihan First aid, pelatihan dan juga
pelatihan pemakaian safety body harness.
Hal ini sejalan dengan teori Sidik (2020) Man merupakan
pemain inti dari pemeran utama. Manusia dapat berubah dan
berkembang dari yang tertinggal hingga yang paling didepan.
Secara spesifik, arti dari unsur Man ini adalah Sumber Daya
Manusia (SDM) ini yang meliputi skills, spiritual, social and
smart. Skills berkaitan dengan kemampuan, keterampilan dan
keahlian seseorang. Skills setiap orang berbeda-beda. Skills tersebut
didapatkan dari pelatihan yang diikuti sehingga pekerja sudah
cukup dan juga telah dibekali dengan wawasan yang baik mengenai
ilmu keselamatan dan kesehatan kerja dan juga telah mengikuti
pelatihan mengenai K3 yang dapat dipergunakan untuk
menunjuang kegiatan Inspeksi Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
5.1.2. Sarana dan Prasarana
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan sarana dan
prasarana yang digunakan dala pelaksanaan program Inspeksi Alat
Pemadam Api Ringan (APAR) diantaranya seperti lembar
checklist, kamera Handphone ,tabung APAR, alat tulis , mesin
print dan Alat Pelindung Diri (APD). Sarana dan prasarana yang
digunakan juga dalam keadaan baik atau berkualitas. Upaya yang
dilakukan oleh Pt. Totalindo Eka Persada khususnya Unit HSE
yaitu melakukan mengecekan berkala pada sarana penunjang
kebutuhan program Inspeksi APAR.
Hal ini sesuai dengan teori (Sidik, 2020) Sarana dan
Prasarana merupakan bahan atau alat yang dibutuhkan untuk
menunjang berbagai akses (fasilitas) dalam keberlangsungan
organisasi. Manajemen material yang baik, seperti inventarisasi
bahan dan alat, akan memudahkan dalam alur kepemimpinan,
keorganisasian dan kemasyarakatan. Manajemen yang baik akan
membuat bahan dan alat yang diperlukan bisa dikelola dan
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Dalam Observasi dilapangan penulis menemukan pekerja
yang tidak menaruh kembali Alat Pelindung Diri (APD) sehingga
penulis memiliki saran yaitu, seharusnya karyawan yang meminjam
sarana dan prasarana terkait program Inspeksi APAR menempatkan
kembali ke tempat semula meminjamnya.
5.1.3. Standar Operasional Prosedur
Dalam melakukan inspeksi APAR PT Totalindo Eka
Persada proyek The PARC South City menggunakan Standar
Operasional Prosedur (SOP) yang mengacu pada (Syarat-Syarat
Pemasangan Dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan,
1980)tim Unit K3 PT. Totalindo Eka Persada proyek The PARC
South City selalu melaksanakan inspeksi APAR dengan berpatokan
kepada standar operasional prosedur yaitu pemeriksaan APAR
yang telah dibuat dan ditetapkan sebelumnya.
Hal ini sesuai dengan teori Sidik (2020) “Bagaimana
organisasi dapat menjalankan sebuah manajemennya, bagaimana
organisasi dapat menerapkan sebuah sistem, bagaimana alternatif
yang digunakan organisasi jika tidak mendukung. Unsur metode
inilah yang akan diterapkan guna menjalankan organisasi agar
dapat berjalan dengan efektif dan efisien”
5.2. Berdasarkan Process pelaksanaan Program Inspeksi Alat Pemadam
Api Ringan (APAR)
5.2.1. Persiapan Inspeksi Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan tim inspeksi
dalam melakukan persiapan inspeksi. tim inspeksi Proyek The
PARC South City selalu menentukan perencanaan berupa teknik
pelaksanaan yang akan digunakan, jumlah target pelaksanaan,
pembuatan jadwal, penentuan lokasi inspeksi, pelaksana serta
penanggung jawab pelaksanaan dan juga melakukan tinjauan
terhadap inspeksi yang dilakukan sebelum sebagai bahan masukan
untuk inspeksi yang akan dilakukan selanjutnya.
Hal ini sudah sesuai teori dari Soehatman Ramli et al.,
(2010) Tahap persiapan adalah kegiatan sebelum memulai
mengumpulkan data. Data yang di maksud adalah data inspeksi
APAR.
5.2.2. Pelaksanaan Inspeksi Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Pelaksanaan inspeksi terhadap Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) pada PT. Totalindo Eka Persada proyek The PARC South
City dilakukan oleh petugas Unit K3 sudah berjalan dengan baik.
Inspeksi terhadap Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
pelaksanaannya dilakukan setiap sebulan sekali pada seluruh tabung
APAR yang berada di lingkungan proyek.
Pelaksanaan inspeksi APAR yang dilakukan juga selalu
berpedoman terhadap hasil persiapan kegiatan inspeksi, hal ini sesuai
dengan teori Tarwaka (2020) “Inspeksi menjadi lebih efektif dengan
berpedoman pada peta pabrik, mencari sesuatu sesuai poin-poin
dalam checklist , mengambil tindakan perbaikan sementara, jelaskan
dan tempatkam setiap hal dengan jelas, klasifikasikan bahaya, serta
tentukan faktor penyebab utama adanya tindakan dan kondisi tidak
aman”
5.2.3. Pelaporan Inspeksi Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Berdasarkan hasil observasi dengan tim, Pembuatan
laporan hasil inspeksi yang dilakukan tim inspeksi Proyek The PARC
South City sudah dilakukan dengan baik. Pelaporan hasil inspeksi APAR
berisi mengenai proses dan hasil kegiatan inspeksi APAR, temuan-
temuan yang didapat dari hasil kegiatan inspeksi APAR dan upaya tindak
lanjut atas penemuan. Selanjutnya laporan hasil isnpeksi akan dikirimkan
kepada kepala unit safety.
Pelaporan yang dibuat tersebut telat sesuai dengan kriteria
seperti kondisi selang, kondisi handle, kondisi nozzle pembuatan laporan
inspeksi sesuai dengan teori menurut (Bodwell et al., 2013) Prosedur
pelaporan harus ditetapkan untuk menjamin bahwa sistem manajemen
K3 dipantau untuk peningkatan kinerja dan kinerjanya ditingkatkan.
Berdasarkan regulasi PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagian keempat
Pelaksanaan Rencana K3 Pasal 12 ayat (1) “Pengusaha dalam
melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 pada
huruf (e) disebutkan bahwa “membuat prosedur pelaporan”. Pada pasal
13 ayat 2 “Prosedur pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
ayat (1) huruf e terdiri atas pelaporan: a) terjadinya kecelakaan di tempat
kerja, b) ketidaksesuaian terhadap peraturan perundang-undangan dan/
atau standard; c) kinerja K3; d) identifikasi sumber bahaya; e) yang
diwajibkan berdasarkan ketentuan perundangan-undangan”.
5.3. Output pelaksanaan Program Inspeksi Alat Pemadam Api Ringan
(APAR)
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan output yang
didapat berdasarkan input dan proses Program Inspeksi APAR,
Pelaksanaan inspeksi terhadap Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
sudah dilakukan dengan baik karena adanya persiapan yang matang
sebelum dilakukannya pelaksanaan. Pelaksanaan inspeksi APAR
sudah dilakukan setiap 1 bulan sekali. Inspeksi APAR yang
dilakukan oleh petugas Unit K3 Proyek The PARC South City pada
seluruh Tabung APAR yang berada di lingkungan proyek.
Pelaksanaan Inspeksi APAR di PT. Totalindo Eka Persada
proyek The PARC South City selalu mencapai target perencanaan
yaitu jumlah APAR yang harus di periksa, tetapi pada saat
pelaksanaan inspeksi masih saja terdapat temuan masalah terhadap
APAR misalnya tabung yang rusak, segel APAR yang tidak
terpasang, tekanan APAR berkurang dan selang APAR yang robek.
Dari hasil temuan yang didapatkan dalam pelaksanaan inspeksi
APAR, unit K3 PT. Totalindo Eka Persada proyek The PARC South
City selalu berusaha melakukan upaya perbaikan secara cepat
terhadap temuan-temuan mengenai APAR. Alat Pemadam Api
Ringan (APAR) yang dimasukan ketegori tidak sesuai standar/ rusak
langsung diberikan surat abnormal untuk melakukan perbaikan. Hal
ini dilakukan untuk memastikan APAR selalu siap untuk digunakan
dalam mencegah dan meminimalisir kejadian kebakaran yang bisa
terjadi kapan saja.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil magang di PT. Totalindo Eka
Persada proyek The PARC South City, hasil dari pembahasan yang
dipaparkan maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. PT. Totalindo Eka Persada adalah sebuah perusahaan
konstruksi swasta Indonesia dengan bidang jasa meliputi
sektor hunian, hotel, komersial, hingga fasilitas publik dan
pemerintahan. Gambara unit proyek yang sedang di bangun
adalah The PARC South City yang terletak di jalan Raya
Southcity Selatan, Pd. Cabe Udik, Kec. Pamulang, Kota
Tangerang Selatan, Banten 15418.
2. Gambaran unit K3 di PT. Totalindo Eka Persada khususnya
yang bertugas sebagai pelaksanaan kegiatan inspeksi Alat
Pemadam Api Ringan (APAR) pada proyek The PARC South
City berjumlah 3 orang, terdiri dari 1 orang HSE Manager,
HSE Supervisior, HSE Officer.
3. Gambaran Input pada pelaksanaan inspeksi Alat Pemadam
Api Ringan (APAR) PT. Totalindo Eka Persada proyek The
PARC South City yaitu Sumber Daya Manusia, Sarana dan
prasarana dan Standar Operasional Prosedur sudah sesuai
dengan ketetapan yang ada.
4. Gambaran Proses pada pelaksanaan inspeksi inspeksi Alat
Pemadam Api Ringan (APAR) PT. Totalindo Eka Persada
proyek The PARC South City yaitu Persiapan, Pelaksanaan
dan Pelaporan dari Inpeksi secara keseluruhan sudah berjalan
dengan baik.
5. Gambaran Output pada pelaksanaan inspeksi Alat
Pemadam Api Ringan (APAR) PT. Totalindo Eka Persada
proyek The PARC South City yaitu Pelaksanaan program
Inspeksi Alat Pemadam Api Ringan (APAR) terlaksana setiap
bulannya.
6.2 Saran
1. Unit K3 perlu tegas dalam menindak pekerja yang
memainkan APAR atau pekerja yang sudah diberi
peringatan namun tidak mengindahkannya. Hukuman berupa
skorsing kerja atau Surat Peringatan (SP) melalui pimpinan
dari kontraktor

1.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, R., & Supardi. (2021). Manajemen Operasional dan Implementasi


dalam Industri. Pustaka Rumah Cinta.
https://www.google.co.id/books/edition/Manajemen_Operasional_dan_Imple
mentasi_d/HYgkEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1

Bodwell, C., Dyce, T., Lamotte, D., MacFarquhar, N., Rogovsky, N., Teklu, K., &
Oskar Olming, K. (2013). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Sarana dan
Produktivitas). https://doi.org/10.4337/9781849807692.00014

DINKES LUMANJANG. (2013). Profil Kesehatan Kabupaten Lumajang.

Hadipoetro, S. (2014). Manajemen Komprehensif Keselamatan Kerja. Yayasan


Patra Tarbiyyah Nusantara.

HR, Y. (2014). keselamatan dan kesehatan kerja. deepublish.


https://books.google.com/books?op=library&hl=id

Irzal. (2016). Dasar- dasar Kesehatan dan Keselamatan kerja.


https://books.google.com/books?op=library&hl=id

Kelly, D. L. (2007). Applying quality management in healthcare: A systems


approach. Health Administration Press Chicago, IL, USA:

PerMen PUPR Republik Indonesia No. 02/PRT/M/2018 Tentang Pedoman SMK3


Bidang Pekerjaan Umum, (2018).

Kurniansi, D. (2020). Failure in Safety Systems : Metode Analisis Kecelakaan


Kerja.
https://www.google.co.id/books/edition/Failure_in_Safety_Systems_Metode
_Analisi/57QHEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=0

Lukman. (2012). Evaluasi Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada Perusahaan


Pt. Perkebunan Nusantara Xii (Persero) Uus. Kertowono Lumajang. STIE
Widyagama Lumajang.

Maniah, D. (2017). Analisis dan perancangan sistem informasi pembahasan secara


praktis dengan contoh kasus. Deepublish. Yogyakarta.

Menteri Ketenagakerjaan RI. (2021). Tentang Tata Cara Penyelenggaraan


Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Dan Jaminan Hari
Tua. 1–90. https://jdih.kemnaker.go.id/data_puu/Permenaker_5_2021.pdf

Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan, 1


(1980).

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. (2010). Peraturan


Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
Per.09/MEN/VII/2010 tentang operator dan Petugas Pesawat Angkat dan
Angkut. Peraturan Menteri, 1–69.

National Fire Association. (2015). Fire loss in the United States during 2015. Fire
Journal Boston, Mass., 84(5).

Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu kesehatan masyarakat.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 2 32 (2012).

Prireza, A. (2021). 1.132 Kebakaran Terjadi di Ibu Kota dari Januari-September


2021. https://metro.tempo.co/read/1515246/1-132-kebakaran-terjadi-di-ibu-
kota-dari-januari-september-2021/full&view=ok

Purnastuti, L., & Mustikawati, R. I. (2007). Ekonomi untuk SMA/MA Kelas X.


Jakarta: Grasindo.

Rahim, R. (2020). Optimasi Lokasi Pos Pemadam Kebakaran. In Bintang Pustaka


Madani.
https://www.google.co.id/books/edition/Optimasi_Lokasi_Pos_Pemadam_K
ebakaran_Bi/ntocEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=kebakaran&printsec=frontcover

Ramli, S. (2019). Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS


Risk Management. Dian Rakyat.

Salmah, S. (2018). Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat, edisi Revisi. 2018.


Sidik, H. M. (2020). Unsur 9M dalam Kepemimpinan, Keorganisasian dan
Kemasyarakatan Sebagai Pengembangan Dari Unsur 5M Manajemen.
https://doi.org/10.31219/osf.io/pfus9

Soehatman Ramli, Praptono, R., & Djajaningrat, H. (2010). Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Dian rakyat.

Sucipto, cecep dani. (2014). keselamatan dan kesehatan kerja. gosyen.

Suhariono. (2019). Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah


sakit. Uwais Inspirasi Indonesia.

Tarwaka. (2017a). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (2nd ed.). Harapan Press.

Tarwaka. (2017b). Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Manajemen Dan


Implementasi K3 Di Tempat Kerja (II). Harapan Press.

Tarwaka. (2020). Dasar-Dasar Keselamatan Kerja serta Pencegahan Kecelakaan


di Tempat Kerja. Harapan Press.

Teknik Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan di Industri - Google


Books. (n.d.). Retrieved February 22, 2022, from
https://www.google.co.id/books/edition/Teknik_Keselamatan_Kesehatan_Ke
rja_dan_L/EoVOEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=alat+pemadam+api+ringan&pg=PA153&printsec=front
cover

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi NO: PER.04/MEN/1980, 1 1


(1980).

Widodo, P. D. I. D. S. (2021). Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Manajemen


dan Implementasi K3 di Tempat Kerja (Afrita (Ed.)). Penebar Media
Pustaka.
https://www.google.co.id/books/edition/Keselamatan_dan_Kesehatan_Kerja
_Manajeme/1CEgEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1
LAMPIRAN I
Surat Perizinan magang di PT. Totalindo Eka Persada
LAMPIRAN II
Surat Keterangan Selesai Magang dari PT Totalindo Eka
Persada
LAMPIRAN III
Formulir Pemantauan Magang
LAMPIRAN IV
Formulir Nilai Pelaksanaan Magang
LAMPIRAN V
Form Checlist Alat Pemadam Api Ringan (APAR) bulan Agustus
LAMPIRAN VI
Dokumentasi pelaksanaan program Inspeksi Bulan Agustus 2021

Anda mungkin juga menyukai