Anda di halaman 1dari 14

MATERI INTI 9 - Ml 9

SURVEILANS KESEHATAN KERJA

I. DESKRIPSI SINGKAT

Surveilans Kesehatan dapat dilakukan baik terhadap penyakit umum maupun penyakit
yang diakibatkan oleh kerja, baik terhadap penyakit menular maupun penyakit tidak
menular.
Kegiatan dalam surveilans kesehatan kerja meliputi pengumpulan data secara
sistematis dan berkelanjutan, melakukan pengolahan dan analisis data serta melakukan
interpretasi data untuk upaya perbaikan dari segi kesehatan dan keselamatan kerja.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

a. Tujuan Pembelajaran Umum:


Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu menjelaskan tentang surveilans
kesehatan kerja

b. Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu:
1. Menjelaskan dasar-dasar surveilans kesehatan kerja
2. Menjelaskan jenis-jenis surveilans kesehatan kerja
3. Menjelaskan tindak lanjut surveilans kerja

III. POKOK BAHASAN

1. Dasar-dasar Surveilans Kesehatan Kerja


2. Gambaran Surveilans Kesehatan Kerja
3. Komponen Surveilans Kesehatan Kerja
4. Surveilans Kesehatan Kerja
5. Surveilans Kesehatan Lingkungan Kerja
6. Survei Biomonitoring

IV. BAHAN AJAR

1. Materi Surveilans Kesehatan Kerja


2. Handout
V. LANGKAH/PROSES.
1. Faslitator menjelaskan secara singkat deskripsi, tujuan, pokok bahasan dan
metode yang dipakai (10)
2.Fasilitator mempresentasi tentang dasar-dasar surveilans kesehatan kerja (30)
3.Fasiliator melakukan review tentang dasar-dasar surveilans kesehatan kerja (30)
4.Fasilitator mempresentasikan tentang jenis-jenis surveilans kesehatan kerja (30)
5.Fasiliator melakukan review tentang jenis-jenis surveilans kesehatan kerja (30)
6.Fasilitator mempresentasikan tentang tindak lanjut hasil surveilans kesehatan kerja (25)
7.Fasiliator melakukan review tentang tindak lanjut hasil surveilans kesehatan kerja (25)
VII. URAIAN MATERI

SURVEILANS KESEHATAN KERJA

A. DASAR-DASAR SURVEILANS KESEHATAN KERJA

1. Pengertian
Surveilans artinya mengawasi. Surveilans kesehatan kerja dapat dipahami
sebagai suatu strategi dan metode untuk mendeteksi dan menilai secara
sistematik efek merugikan dari kerja terhadap kesehatan pekerja. Surveilans
kesehatan dapat dilakukan baik terhadap penyakit umum maupun penyakit
yang diakibatkan oleh kerja, baik terhadap penyakit menular maupun
terhadap penyakit tidak menular.

NIOSH (National Institute Occupational Safety & Health) memberikan pengertian


surveilans kesehatan kerja adalah sebagai usaha pengumpulan data secara
sistematis dan berkelanjutan, melakukan analisis atas data tersebut serta
melakukan interpretasi dengan tujuan untuk perbaikan dari segi kesehatan
dan keselamatan kerja.

Surveilans kesehatan kerja dilaksanakan dengan melakukan penelusuran atas


semua sumber data-data kesehatan, seperti misalnya:
1) Data demografi karyawan, menyangkut usia, jenis kelamin, lama bekerja,
pendidikan, jabatan, dan sebagainya;
2) Data pajanan di tempat kerja ;
3) Data hasil pemeriksaan kesehatan karyawan ;
4) Data klinik baik out-patient maupun in-patient;
5) Data medical absenteeism;
6) Data kecelakaan atau penyakit akibat kerja ;
7) Rekam medis ;
8) Sumber data kesehatan lainnya.
9) Melakukan analisa terhadap data-data tersebut, melihat trend-nya, dan
harus dilakukan secara berkesinambungan.
Sebagai penghubung antara permasalahan kesehatan yang timbul dengan
usaha pencegahan, surveilans kesehatan kerja tidak dapat dipisahkan dari
usaha identifikasi faktor bahaya di lingkungan kerja. Pengukuran secara
kuantitatif terhadap keberadaan bahan berbahaya di lingkungan kerja
merupakan masukan yang sangat berharga bagi dokter kesehatan kerja untuk
merancang program pencegahan. Selain itu akan terjadi seleksi pekerja yang
membutuhkan surveilans kesehatan. Hal ini dikenal sebagai "hazard based
medical surveilans".

2. Tujuan
Tujuan dari surveilans kesehatan kerja, adalah untuk mengetahui seberapa
permasalahan kesehatan yang ada dikalangan pekerja, melalui:
a. Identifikasi adanya bahan berbahaya atau faktor risiko di lingkungan kerja,
dengan mencari proses dan titik-titik rawan pada aktifitas perusahaan
yang berisiko tinggi untuk terjadirya kecelakaan ataupun penyakit akibat
kerja
b. Identifikasi kelompok pekerja mana yang berisiko {population at risk).
c. Melakukan deteksi dini akan adanya penyakit akibat kerja.
d. Melihat trend perkembangan penyakit dikalangan pekerja baik
berdasarkan waktu, letak geografis dan lain sebagainya.

3. Landasan Hukum.
1) Undang-undang no.36 tahun 2009 tentang Kesehatan ;
2) Undang-undang no. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja ;
3) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 02/Men/1980 tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja ;
4) Peraturan Menteri Tenaga Kerja no. 03/Men/1982 tentang Pelayanan
Kesehatan Kerja;
5) Kepmenkes Rl no. 1075/Menkes/SK/VII/2003 tentang Sistem Informasi
Manajemen Kesehatan Kerja.
6) Kepmenkes Rl no. 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Penyelenggaraan
Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular Dan Penyakit Tidak
Menular Terpadu;
4. Manfaat
Adapun manfaat melakukan surveilans kesehatan kerja ini, adalah :
a. Sebagai baseline data.
b. Sebagai pembanding dari hasil pemeriksaan di kemudian hari, sehingga
dapat dipantau adanya perubahan kondisi kesehatan dari pekerja.
c. Sebagai alat ukur keberhasilan program kesehatan kerja.
d. Dapat menggambarkan sejauh mana program kesehatan telah
dilaksanakan di tempat kerja tersebut, dan sejauh mana keberhasilan
yang telah dicapai.
e. Untuk mendisain program promosi kesehatan di tempat kerja.
f. Memenuhi persyaratan perundangan.

5. Ruang Lingkup Surveilans Kesehatan Kerja


Ruang lingkup Surveilans Kesehatan Kerja meliputi; Surveilans Kesehatan
Pekerja, Surveilans Kesehatan Lingkungan Kerja dan Surveilans Biomonitoring

B. GAMBARAN SURVEILANS KESEHATAN KERJA

1. Ruang Lingkup.
Ruang lingkup Surveilans Kesehatan Kerja juga merupakan ruang lingkup
Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan yaitu suatu kegiatan analisis
terus -menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor
risiko di tempat kerja untuk mendukung program - program kesehatan
kerja.
2. Pelaksana
Setiap instansi kesehatan ataupun tempat kerja baik pemerintah ataupun
swasta wajib menyelenggarakan Surveilans Kesehatan Kerja atau
Surveilans Epidemiologi, baik secara fungsional atau struktural.
3. Mekanisme Kerja.
Kegiatan Surveilans Kesehatan Kerja juga merupakan kegiatan Surveilans
Epidemiologi Kesehatan yaitu kegiatan yang dilaksanakan secara terus
menerus dan sistematis dengan mekanisme kerja, sebagai berikut:
a. Identifikasi kasus dan masalah kesehatan serta informasi terkait
lainnya.
b. Perekaman, pelaporan, dan pengolahan data.
c. Analisis dan interpretasi data.
d. Studi Epidemiologi.
e. Penyebaran informasi kepada unit/bagian/instansi yang
membutuhkannya.
f. Membuat rekomendasi dan alternatif tindaklanjut.
g. Umpan balik.

4. Bentuk Penyelenggaraan.
Pelaksanaan Surveilans Kesehatan Kerja dapat menggunakan satu cara
atau kombinasi dari beberapa cara penyelenggaraan surveilans
epidemiologi yaitu :
a. Metode pelaksanaan Surveilans Kesehatan Kerja bisa merupakan
Surveilans Epidemiologi Rutin Terpadu, yakni penyelenggaraan
surveilans epidemiologi terhadap beberapa kejadian, permasalahan,
dan atau faktor risiko kesehatan di tempat kerja.
b. Aktivitas pengumpulan data Surveilans Kesehatan Kerja merupakan
Surveilans Aktif, yakni penyelenggaraan surveilans epidemiologi,
dimana unit/penanggungjawab surveilans mengumpulkan data dengan
cara mendatangi, mencari, atau melacak sumberdata.
c. Kualitas pemeriksaan didalam Surveilans Kesehatan Kerja merupakan
Bukti Klinis dan Bukti Laboratorium, yakni kegiatan surveilans dimana
data diperoleh berdasarkan pemeriksaan klinis/tidak menggunakan
peralatan pendukung pemeriksaan dan laboratorium/menggunakan
peralatan pendukung pemeriksaan.
d. Non diskriminatif.
Pemeriksaan kesehatan dilakukan secara obyektif untuk menilai status
fitness pekerja sesuai dengan job requirement. Tidak ada periakuan
berbeda antara status pekerja permanen dengan pekerja kontrak.
e. Validitas.
Untuk pemeriksaan kesehatan berkala, sertifikat hasil pemeriksaan
hanya berlaku untuk selama 1 (satu) tahun. Sedangkan untuk
pemeriksaan kesehatan khusus (akibat pajanan faktor risiko tertentu)
berlaku untuk selama 6 (enam) bulan. Selepas dari jangka waktu
tersebut, maka perlu dilakukan penilaian ulang atas status kebugaran
pekerja dengan memperbaharui sertifikat tanda sehat tersebut.
f. Pelaksana pemeriksaan.
Tergantung fasilitas yang ada di masing masing klinikdi wilayah kerja,
maka dimungkinkan pelaksana pemeriksaan kesehatan tersebut oleh:
- Tenaga dan fasilitas sendiri.
- Tenaga dan fasilitas dari pihak luar (outsource).
Keduanya dimungkinkan secara teknis, dan demi validitas data yang
dihasilkan secara hukum, maka keduanya harus memenuhi beberapa
persyaratan minimum yang diwajibkan :

* Tenaga dan fasilitas sendiri. Agar data yang dihasilkan memenuhi


persyaratan sebagai data medis yang valid, maka beberapa hal
perlu diperhatikan :
- Mempunyai peralatan dan infrasturktur lainnya yang memenuhi
persyaratan. Misalnya untuk pemeriksaan audiogram, harus
tersedia audiometri dan booth untuk pemeriksaan.
- Peralatan harus selalu dikalibrasi, sehingga memenuhi persyaratan
standar.
- Tenaga teknis pelaksana harus mendapatkan pelatihan serta
disertifikasi oleh badan yang diakui, sehingga mampu
melaksanakan pemeriksaan yang memenuhi persyaratan.
- Mempunyai protokol pemeriksaan yang jelas dan selalu diikuti.

* Tenaga dan fasilitas dari pihak luar (outsource). Beberapa kriteria


harus dipenuhi oleh provider/pelaksana, yaitu :
- Kerjasama.
Dalam pelaksanaan pemeriksaan penyelenggara hams dapat
bekerjasama dengan fihak perusahaan dalam menetapkan jadwal
kerja dengan tetap memperhatikan kegiatan aktivitas yang normal.
- Persyaratan.
Penyelenggara yang ditunjuk hams memenuhi persyaratan diatas
(4 point persyaratan sebagaimana pemeriksaan oleh pihak sendiri)
dan fasilitas yang dimiliki akan di survei oleh pihak yang berwenang
secara hukum dan profesionalitas.
- Laporan hasil pemeriksaan.

g. Hasil pemeriksaan.
- Pelaksana wajib membuat kesimpulan akhir dari hasil pemeriksaan
serta membuat laporannya. Untuk pekerja yang mempunyai kelainan,
hasil pemeriksaan pendahuluan (interim report) harus dapat diterima
dalam waktu singkat, memuat hasil-hasil pemeriksaan yang penting
untuk ditindaklanjuti segera, misalnya tuberkulosis, diabetes,
hipertensi, dan lain sebagainya.
- Laporan hasil pemeriksaan dalam bentuk hard copy diterima dalam
jangka waktu yang disepakati, namun lebih cepat lebih baik demi
kepentingan menindaklanjuti hasilnya, misalnya dalam jangka waktu
paling lambat 7 (tujuh) hari setelah pemeriksaan dilakukan. Dibuat
dalam 2 (dua) rangkap, 1 (satu) rangkap akan disimpan sebagai
arsip kesehatan pekerja, dan 1 (satu) rangkap lainnya akan diberikan
kepada pekerja yang bersangkutan sebagai arsip pribadi (inform
concern).

- Sedangkan hasil kesimpulan pemeriksaan, diserahkan kepada


klinik perusahaan bila di industri/perusahaan/intansi bukan
pelayanan kesehatan, dan sebaiknya dalam bentuk disket/compacf
disc (database program). Sedangkan analisa secara kelompok
(trend analysis) diberikan dan dipresentasikan di depan
manajemen atau pertemuan berkala Kesehatan & Keselamatan
Kerja dalam jangka waktu yang disepakati.
h. Limbah Medis.
- Penyelenggara harus bertanggung jawab atas limbah dari proses
pemeriksaan kesehatan, dan menanganinya sesuai dengan
perundangan yang berlaku.
i. Kontinuitas Pelayanan.
Untuk menjaga kontinuitas pelayanan, pihak penyelenggara hams
bersedia memberikan pelayanan jangka panjang sesuai dengan
permintaan pihak terkait bidang Kesehatan Kerja, serta menjamin
keseragaman dari data rekam medik.
j. Biaya pemeriksaan.
Penyelenggara mencantumkan biaya dengan rinci dan jelas, untuk
mendapatkan persetujuan pihak pimpinan perusahaan/instansi
melalui verifikasi oleh pihak yang berkaitan dengan bidang
Kesehatan Kerja.

C. Komponen Surveilans Kesehatan Kerja

a. Surveilans Kesehatan Pekerja (Medis).


Adalah survei efek kesehatan dengan melalui pemeriksaan kesehatan
(medis) atau early detection.
Hasil dari pemeriksaan kesehatan (medis) ini akan dianalisis &
diinterpretasikan apakah penyakit yang timbul di pekerja disebabkan oleh
pengaruh proses pekerjaan dan atau lingkungan kerjanya atau memang
bukan pengaruh dari keduanya, dan dimana akan dikorelasikan dengan
hasil survei lingkungan kerja yang bersifat kuantitatif.

b. Surveilans Kesehatan Lingkungan Kerja.


Adalah survei secara periodik yang dilakukan pada interval waktu sesuai
peraturan yang berlaku dan kebutuhan institusi ybs. Penentuan periode
survei dan tinjauan risiko sangat tergantung pada:
Sifat dari bahaya
Magnitude risiko
Efektifitas Pengendalian
Peru bahan operasi
Perubahan dari metode kerja
Perubahan peraturan dan organisasi
Temuan kasus kesehatan kerja, Dll.

c. Survei Biomonitoring.
Adalah Pengukuran kadar toksikan & atau metabolitnya dalam sampel
biologik pekerja.
Tujuan utama adalah untuk keperluan evaluasi pajanan bahan kimia (dosis
internal) & risiko kesehatan pekerja.
Hasilnya akan dibandingkan terhadap suatu nilai baku yang disepakati
yaitu Indeks Pemantauan Biologi (IPB).
Sampel Biologiknya adalah urin dan darah (paling sering), udara ekspirasi,
feses, jaringan lemak, rambut, kuku, & ludah.
Dosis internal sebagai indikator uptake total suatu toksikan.

D. Survei Kesehatan Pekerja

1. Jenis Pemeriksaan Kesehatan Pekerja.


Dalam pelaksanaannya, program penilaian kebugaran untuk bekerja ini
mencakup 6 (enam) macam pemeriksaan kesehatan, yang dapat dibagi
atas 3 bagian besar yaitu :
- Awal : a. Pra-kerja (pre-employment);
b. Pra-penempatan atau alih tugas (pre
placement);
- Selama bekerja: c. Berkala (periodical examination);
d. Khusus akibat pajanan tertentu (special
exposure);
- Akhir : e. Pasca-penempatan (post-placement, exit).
f. Pensiun (termination).

2. Jenis Pemeriksaan Kesehatan Berdasarkan Pekerjaan/Jabatan.


Jenis jabatan yang memerlukan pemeriksaan kesehatan khusus, adalah
sebagai berikut:
- Tukang las (Welders)
- Sopir
- Penjamah makanan (foodhandler)
- Petugas medis
- Pekerja di Offshore
- Operator komputer (Visual Display Unit)
- Pemakai alat respirator (SCBA)
- Penyelam
- Pilots
- Pemadam kebakaran
- Operator alat berat
- Sekuriti.

3. Jenis Pemeriksaan Kesehatan Berdasarkan Bahaya/Hazard.


Jenis Bahaya/Hazard yang membutuhkan pemeriksaan kesehatan
khusus, misalnya :
- Bising
- Debu / Silika
- Suhu extreem (panas / dingin)
- Bahan Kimia:'"
* Bahan pelarut organik ( Bensin, Toluene, Xylene)
* Air raksa, Lead (Timah hitam), Asbes, dlsb.
E. Survei Kesehatan Lingkungan Kerja

1. Jenis Bahaya/Hazard Di Lingkungan Kerja.


Faktor Fisik:
- Noise (bising),
- Extreme temperature {Hot I Cold),
- Vibration,
- Fitness,
- Radiation (Ionizing!Non-ionizing),
- Barometric pressure.
- Illumination. Faktor
Kimiawi:
- Hydrocarbon (e.q : benzene, etc.)
- Explosive,
- Solvents,
- Heavy metals (e.q : welders, etc.),
- Pesticides,
- Asphyxiants (H2S, CO, C02),
- Asbes,
- Sensitizers, irritants, dst.
- Dust (silicosis, pneumoconiosis, dst.). Faktor
Ergonomik:
- Repetitif,
- Awkward posture,
- Lifting,
- Pulling-pushing,
- Static load,
- Lain-lain ( bising, poor lighting, vibration, dst.). Faktor
Psikososial:
- Overtime,
- Shift-work,
- Post traumatic,
- Remoteness,
- Drugs and alcohol,
- Organizational (team-wotk, relationship, dst.). Faktor Life
Style /Gaya Hidup :
- Smoking,
- Drugs andAlkohol,
- Kurang gerak (lack of exercise, dst.)
- Inballance diet. Faktor
Biologi:
- Bloodborne pathogen (mis : Needle Stick Injury, dst.),
- Bio-aerosols {TBC, Legionella),
- HIV / AIDS, STD's,
- Animal bite (mis : snake bite, dst.),
- Poisoned plantation,
- Local diseases,
- Food poisoning,
- Mosquito bite (mis : malaria, DHF),
- Sanitation, dst.
- Living environment (infectious diseases, environmental pollutant).

2. Jenis/Bentuk Identifikasi Bahaya/Hazard Di Lingkungan Kerja.


- Walk Through Survey.
- Inspeksi Tempat Kerja.
- Material Safety Data Sheets.
- Cek Lis.
- Interview.
- Sampling.

3. Jenis/Bentuk Evaluasi Risiko Bahaya/Hazard Di Lingkungan Kerja.


- Kualitatif
- Semikuantitatif
- Kuantitatif

4. Jenis/Bentuk Pengendalian Risiko Bahaya/Hazard Di Lingkungan Kerja.


-Eliminasi.
- Subsitusi.
- Reduksi.
- Engineering Control.
- Administrative Control.
- Health Control.
- Protective Personal Equipment (PPE).

F. Survei Biomonitoring

1. Biomonitoring Kadar Toksikan.


Yaitu mengukur kadar toksikan atau metabolitnya dalam media biologik. Paling
sering.
2. Biomonitoring Efek Non Toksikan.
Yaitu mengukur efek non toksik yang berhubungan dengan dosis internal. Misal
pemeriksaan enzim delta ALAD atau ZPP untuk pajanan Pb.
3. Biomonitoring Kualitas Toksikan.
Yaitu mengukurjumlah toksikan aktif yang langsung berinteraksi dengan
molekul target.Misal pemeriksaan HbCO untuk pajanan CO.
Merupakan estimasi yang jauh lebih akurat dan tes 1 da tes 2.

Anda mungkin juga menyukai