I. DESKRIPSI SINGKAT
Surveilans Kesehatan dapat dilakukan baik terhadap penyakit umum maupun penyakit
yang diakibatkan oleh kerja, baik terhadap penyakit menular maupun penyakit tidak
menular.
Kegiatan dalam surveilans kesehatan kerja meliputi pengumpulan data secara
sistematis dan berkelanjutan, melakukan pengolahan dan analisis data serta melakukan
interpretasi data untuk upaya perbaikan dari segi kesehatan dan keselamatan kerja.
1. Pengertian
Surveilans artinya mengawasi. Surveilans kesehatan kerja dapat dipahami
sebagai suatu strategi dan metode untuk mendeteksi dan menilai secara
sistematik efek merugikan dari kerja terhadap kesehatan pekerja. Surveilans
kesehatan dapat dilakukan baik terhadap penyakit umum maupun penyakit
yang diakibatkan oleh kerja, baik terhadap penyakit menular maupun
terhadap penyakit tidak menular.
2. Tujuan
Tujuan dari surveilans kesehatan kerja, adalah untuk mengetahui seberapa
permasalahan kesehatan yang ada dikalangan pekerja, melalui:
a. Identifikasi adanya bahan berbahaya atau faktor risiko di lingkungan kerja,
dengan mencari proses dan titik-titik rawan pada aktifitas perusahaan
yang berisiko tinggi untuk terjadirya kecelakaan ataupun penyakit akibat
kerja
b. Identifikasi kelompok pekerja mana yang berisiko {population at risk).
c. Melakukan deteksi dini akan adanya penyakit akibat kerja.
d. Melihat trend perkembangan penyakit dikalangan pekerja baik
berdasarkan waktu, letak geografis dan lain sebagainya.
3. Landasan Hukum.
1) Undang-undang no.36 tahun 2009 tentang Kesehatan ;
2) Undang-undang no. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja ;
3) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 02/Men/1980 tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja ;
4) Peraturan Menteri Tenaga Kerja no. 03/Men/1982 tentang Pelayanan
Kesehatan Kerja;
5) Kepmenkes Rl no. 1075/Menkes/SK/VII/2003 tentang Sistem Informasi
Manajemen Kesehatan Kerja.
6) Kepmenkes Rl no. 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Penyelenggaraan
Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular Dan Penyakit Tidak
Menular Terpadu;
4. Manfaat
Adapun manfaat melakukan surveilans kesehatan kerja ini, adalah :
a. Sebagai baseline data.
b. Sebagai pembanding dari hasil pemeriksaan di kemudian hari, sehingga
dapat dipantau adanya perubahan kondisi kesehatan dari pekerja.
c. Sebagai alat ukur keberhasilan program kesehatan kerja.
d. Dapat menggambarkan sejauh mana program kesehatan telah
dilaksanakan di tempat kerja tersebut, dan sejauh mana keberhasilan
yang telah dicapai.
e. Untuk mendisain program promosi kesehatan di tempat kerja.
f. Memenuhi persyaratan perundangan.
1. Ruang Lingkup.
Ruang lingkup Surveilans Kesehatan Kerja juga merupakan ruang lingkup
Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan yaitu suatu kegiatan analisis
terus -menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor
risiko di tempat kerja untuk mendukung program - program kesehatan
kerja.
2. Pelaksana
Setiap instansi kesehatan ataupun tempat kerja baik pemerintah ataupun
swasta wajib menyelenggarakan Surveilans Kesehatan Kerja atau
Surveilans Epidemiologi, baik secara fungsional atau struktural.
3. Mekanisme Kerja.
Kegiatan Surveilans Kesehatan Kerja juga merupakan kegiatan Surveilans
Epidemiologi Kesehatan yaitu kegiatan yang dilaksanakan secara terus
menerus dan sistematis dengan mekanisme kerja, sebagai berikut:
a. Identifikasi kasus dan masalah kesehatan serta informasi terkait
lainnya.
b. Perekaman, pelaporan, dan pengolahan data.
c. Analisis dan interpretasi data.
d. Studi Epidemiologi.
e. Penyebaran informasi kepada unit/bagian/instansi yang
membutuhkannya.
f. Membuat rekomendasi dan alternatif tindaklanjut.
g. Umpan balik.
4. Bentuk Penyelenggaraan.
Pelaksanaan Surveilans Kesehatan Kerja dapat menggunakan satu cara
atau kombinasi dari beberapa cara penyelenggaraan surveilans
epidemiologi yaitu :
a. Metode pelaksanaan Surveilans Kesehatan Kerja bisa merupakan
Surveilans Epidemiologi Rutin Terpadu, yakni penyelenggaraan
surveilans epidemiologi terhadap beberapa kejadian, permasalahan,
dan atau faktor risiko kesehatan di tempat kerja.
b. Aktivitas pengumpulan data Surveilans Kesehatan Kerja merupakan
Surveilans Aktif, yakni penyelenggaraan surveilans epidemiologi,
dimana unit/penanggungjawab surveilans mengumpulkan data dengan
cara mendatangi, mencari, atau melacak sumberdata.
c. Kualitas pemeriksaan didalam Surveilans Kesehatan Kerja merupakan
Bukti Klinis dan Bukti Laboratorium, yakni kegiatan surveilans dimana
data diperoleh berdasarkan pemeriksaan klinis/tidak menggunakan
peralatan pendukung pemeriksaan dan laboratorium/menggunakan
peralatan pendukung pemeriksaan.
d. Non diskriminatif.
Pemeriksaan kesehatan dilakukan secara obyektif untuk menilai status
fitness pekerja sesuai dengan job requirement. Tidak ada periakuan
berbeda antara status pekerja permanen dengan pekerja kontrak.
e. Validitas.
Untuk pemeriksaan kesehatan berkala, sertifikat hasil pemeriksaan
hanya berlaku untuk selama 1 (satu) tahun. Sedangkan untuk
pemeriksaan kesehatan khusus (akibat pajanan faktor risiko tertentu)
berlaku untuk selama 6 (enam) bulan. Selepas dari jangka waktu
tersebut, maka perlu dilakukan penilaian ulang atas status kebugaran
pekerja dengan memperbaharui sertifikat tanda sehat tersebut.
f. Pelaksana pemeriksaan.
Tergantung fasilitas yang ada di masing masing klinikdi wilayah kerja,
maka dimungkinkan pelaksana pemeriksaan kesehatan tersebut oleh:
- Tenaga dan fasilitas sendiri.
- Tenaga dan fasilitas dari pihak luar (outsource).
Keduanya dimungkinkan secara teknis, dan demi validitas data yang
dihasilkan secara hukum, maka keduanya harus memenuhi beberapa
persyaratan minimum yang diwajibkan :
g. Hasil pemeriksaan.
- Pelaksana wajib membuat kesimpulan akhir dari hasil pemeriksaan
serta membuat laporannya. Untuk pekerja yang mempunyai kelainan,
hasil pemeriksaan pendahuluan (interim report) harus dapat diterima
dalam waktu singkat, memuat hasil-hasil pemeriksaan yang penting
untuk ditindaklanjuti segera, misalnya tuberkulosis, diabetes,
hipertensi, dan lain sebagainya.
- Laporan hasil pemeriksaan dalam bentuk hard copy diterima dalam
jangka waktu yang disepakati, namun lebih cepat lebih baik demi
kepentingan menindaklanjuti hasilnya, misalnya dalam jangka waktu
paling lambat 7 (tujuh) hari setelah pemeriksaan dilakukan. Dibuat
dalam 2 (dua) rangkap, 1 (satu) rangkap akan disimpan sebagai
arsip kesehatan pekerja, dan 1 (satu) rangkap lainnya akan diberikan
kepada pekerja yang bersangkutan sebagai arsip pribadi (inform
concern).
c. Survei Biomonitoring.
Adalah Pengukuran kadar toksikan & atau metabolitnya dalam sampel
biologik pekerja.
Tujuan utama adalah untuk keperluan evaluasi pajanan bahan kimia (dosis
internal) & risiko kesehatan pekerja.
Hasilnya akan dibandingkan terhadap suatu nilai baku yang disepakati
yaitu Indeks Pemantauan Biologi (IPB).
Sampel Biologiknya adalah urin dan darah (paling sering), udara ekspirasi,
feses, jaringan lemak, rambut, kuku, & ludah.
Dosis internal sebagai indikator uptake total suatu toksikan.
F. Survei Biomonitoring