PENDAHULUAN
2.1.2 Syarat-Syarat K3
Menurut UU RI nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,
syarat-syarat dari keselamatan kerja yaitu untuk:
1. mencegah dan mengurangi kecelakaan;
2. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
3. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
4. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
5. memberi pertolongan pada kecelakaan;
6. memberi alat-alat perlindungan kepada para pekerja/siswa;
7. mencegah atau mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, angin, cuaca, sinar radiasi,
suara dan getaran;
8. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
fisik maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan;
9. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
10. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
11. menyelenggarakan penyegaran udara yang sesuai;
12. memelihara lebersihan, kesehatan dan ketertiban;
13. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya;
14. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang;
15. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
16. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
2.3 Perkantoran
2.3.1 Definisi Perkantoran
Perkantoran adalah bangunan yang berfungsi sebaga tempat
karyawan melakukan kegiatan perkantoran baik yang bertingkat maupun
tidak bertingkat. Meski seharian hanya duduk santai di ruangan tertutup,
resiko bahaya dalam bekerja tetap ada. Jangan remehkan walaupun kita
hanya bekerja di ruangan tertutup, banyak orang yang terlalu
menyepelekan Program K3 dikantor, mereka beranggapan bahwa di kantor
resiko bahaya nya sedikit bahkan tidak ada dibandinngkan dengan proyek
di lapangan yang banyak alat-alat berat.
2.3.2 K3 Perkantoran
K3 Perkantoran adalah Segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehatan karyawan melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di kantor. Permenkes No.48
tahun 2016tentang StandarK3 perkantoran. Profil Masalah Kesehatan
Karyawan di Indonesia tahun 2005:40,5% terkena Gotrak, 8% penyakit
jantung pembuluh darah, 6%gangguan syaraf4.Riskesdas 2013: Prevalensi
cidera karenakelalaian/ketidaksengajaan pada karyawan sebesar 94,6%.
2.4 Laboratorium
Laboratorium merupakan tempat atau ruangan dimana para ilmuwan
bekerja dengan peralatan untuk penyelidikan dan pengujian terhadap suatu
bahan atau benda. Sedangkan menurut ISO/IEC Guide 2 1986,
laboratorium adalah instansi /lembaga yang melaksanakan kalibrasi dan atau
pengujian. Pemenuhan standard dimaksudkan untuk menjaga keamanan dan
keselamatan, yang utamanya adalah pekerja laboratorium yang bekerja di
dalam laboratorium terutama yang bekerja dengan mikroorganisme atau
agen patologik atau bahan kimia berbahaya.
Laboratorium juga harus menjaga keamanan dan keselamatan objek
yang ditangani terutama mikroorganisme atau agen patologik atau bahan
kimia berbahaya itu sendiri agar tidak mencemari atau mengkontaminasi
lingkungan, lingkungan internal maupun eksternal. Hal ini berarti
laboratorium harus memberikan lingkungan kerja yang aman, menjamin
keselamatan dan memberikan fasilitas yang nyaman bagi personel bekerja di
dalamnya baik yang menangani administrasi, teknis administrasi maupun
teknis pengujian/penelitian.
Berdasarkan atas prinsip bangunan standard yang harus dipenuhi,
maka sesuai dengan fungsi bagian dari bangunan, secara garis besar area
laboratorium terbagi menjadi dua yaitu area publik dan area kegiatan
laboratorium. Area publik di dalamnya meliputi ruangan kantor
administrasi teknis antara lain ruang rapat, ruang pekerja laboratorium baik
manajer, penyelia maupun analis, ruang penerimaan sampel, ruang ganti,
toilet, pantry dan ruang lain yang dapat diakses secara luas baik oleh
manajer, staf, pekerja laboratorium maupun pengunjung.
Sedangkan area kegiatan laboratorium meliputi ruang pengujian
(termasuk di dalamnya ruang preparasi), ruang alat khusus (ruang yang
berisi peralatan besar untuk melakukan metode uji tertentu misalnya alat
Gas Chromatography, High Performance Liquid Chromatography, Atomic
Absorption Spectroscopy dan lain-lain), ruang penyimpanan bahan (media,
reagen, buffer, bahan kimia dll yang diperuntukkan sebagai persediaan),
ruang penyimpanan alat termasuk di dalamnya ruang untuk sterilisasi alat.
Untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang maka sebaiknya jenis uji
berbeda dipisahkan ruang pengujiannya, misalnya ruang pengujian kimiawi
dipisahkan dari ruang pengujian mikrobiologi.
2.5 Bahaya
2.5.1 Definisi Bahaya
Bahaya adalah suatu keadaan yang memungkinkan atau berpotensi
terhadap suatu kejadian kecelakaan berupa cidera, penyakit, kematian,
kerusakan atau kemampuan melaksanakan fungsi operasional yang telah
ditetapkan. Pengertian lain dari bahaya ialah faktor intrinsik yang melekat
pada suatu barang, benda, kegiatan maupun kondisi yang akan
menimbulkan dampak ataupun berkembang menjadi accident jika terjadi
kontak dengan manusia (Alfajri, 2012).
Ramli (2010) berpendapat bahwa jenis-jenis bahaya terbagi menjadi
5 jenis yaitu : bahaya mekanis, bahaya listrik, bahaya kimiawi, bahaya fisik
dan bahaya biologis. Sedangkan menurut Harsono Wiryosumarto dan
Toshie Okumura (2008: 377-392) menyebutkan beberapa sumber bahaya
dalam pekerjaan konstrksi las, yaitu cahaya, bahaya listrik, bahaya asap dan
debu, ledakan, kebakaran dan terjatuh (Harsono dkk, 2008).
Secara umum penyebab kecelakaan kerja dapat dikelompokan
menjadi dua yaitu sebab dasar dan sebab utama. Faktor yang mendasari
secara umum terhadap suatu kejadian kecelakaan disebut sebab dasar. Sebab
dasar meliputi komitmen dan partisipasi dari pihak manajemen atau
pimpinan dalam penerapan K3 pada manusia dan kondisi tempat kerja,
sarana dan lingkungan kerja. Sedangkan sebab utama yaitu adanya faktor
dan persyaratan K3 yang belum dilaksanakan meliputi unsafe action,
confuse and stress, unsafe condition dan sebagainya (Tarwaka, 2008).
2.5.2 Faktor-Faktor Bahaya
A. Bahaya kimia
Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh seperti pernapasan
(inhalation), kulit (skin absorption), tertelan (ingestion). Racun dapat
menyebabkan efek yang bersifat akut, kronis atau kedua-duanya.
1. Bahan Material (Cairan, Gas, Debu, Uap Berisiko).
2. Beracun.
3. Reaktif.
4. Radioaktif.
5. Mudah Meledak.
6. Mudah Terbakar/Menyala.
7. Iritan.
8. Korosif.
B. Bahayan Biologi
Bahaya biologi dapat didefinisikan sebagai debu organik yang
berasal dari sumber-sumber biologi yang berbeda seperti virus, bakteri,
jamur, protein dari binatang atau bahan-bahan dari tumbuhan seperti
produk serat alam yang terdegradasi. Bahaya biologi dapat dibagi
menjadi dua yaitu yang menyebabkan infeksi dan non-infeksi. Bahaya
dari yang bersifat non infeksi dapat dibagi lagi menjadi organisme
viable, racun biogenik dan alergi biogenik.
C. Bahaya Fisik
Bahaya fisik yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan
gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar,
misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas &
dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.
- Pencahayaan
Kebutuhan yang berbeda akan penerangan, bergantung pada mesin
tertentu yang digunakan atau tugas dimana pekerja terlibat. Pada
umumnya, penerangan yang disediakan harus cukup untuk
mencegah terjadinya kecelakaan.
Tabel 1. Standar Tingkat Pencahayaan Menurut Kepmenkes
No. 1405 Tahun 2002
No Jenis Area, Lux Keterangan
Pekerjaan/Aktifitas
1 Pekerjaan kasar dan terus- 100 Ruang penyimpanan dan ruang
menerus peralatan/ instalasi yang
memerlukan pekerjaan yang
kontinyu
2 Pekerjaan kasar dan terus- 200 Pekerjaan dengan mesin dan
menerus perakitan kasar
3 Pekerjaan rutin 300 Ruang administrasi, ruang kontrol,
pekerjaan mesin dan penyusunan
4 Pekerjaan agak halus 500 Pembuatan gambar atau bekerja
dengan mesin kantor, pemeriksaan
atau pekerjaan dengan mesin
5 Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna, pemrosesan
tekstil, pekerjaan mesin halus dan
perakitan halus
5 Ruang penyimpanan 100 Jika ruangan digunakan bekerja
terus menerus maka tingkat
pencahayaan minimal 200 lux
6 Pekerjaan amat halus 1500 Mengukir dengan tangan,
pemeriksaan pekerjaan mesin dan
perakitan yang sangat halus
7 Tangga, eskalator, travolator 150
8 Lorong, ada pekerja 150
9 - Rak penyimpanan 200
- Ruang tunggu
- Kantin
10 Ruang ganti, kamar mandi, 200 Ketentuan ini berlaku pada
toilet masing-masing toilet dalam
kondisi tertutup
11 Pekerja terinci (Tidak 3000 Pemeriksaan pekerjaan, perakitan
menimbulkan bayangan) sangat halus
12 - Ruang P3K 500
- Ruangan perawatan
medis
Sumber : Kepmenkes No. 1405:2002
D. Bahaya Psikologi
Bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek
psikologis ketenagakerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan
perhatian seperti penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan
bakat, minat, kepribadian, motivasi atau pendidikannya, kurangnya
keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai
akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta hubungan antara
individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja.
Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya stress akibat kerja.
E. Bahaya Ergonomi
Aspek bahaya ergonomi meliputi :
1. Pergerakan Berulang.
2. Postur/Tempat Kerja.
3. Pengangkutan Manual.
4. Design tempat kerja/alat/mesin.
2.6 Risiko
2.6.1 Definisi Risiko
Kata risiko berasal dari bahasa Arab yang artinya hadiah yang tidak
diharap-harap datangnya dari surga. Risiko adalah sesuatu yang mengarah
pada ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa yang menyebabkan suatu
kerugian baik kerugian kecil maupun kerugian besar yang akan berpegaruh
terhadap kelangsungan hidup dari suatu tempat kerja. Pada umumnya risiko
dipandang sebagai sesuatu yang negatif seperti kehilangan, bahaya dan
konsekuensi lainnya.
Gambar 2. Adapted from the AS/NZ 4360 Standard Risk Matrix and NHS QIS Risk Matrix
Sumber: Ramli, Soehatman. “Pedoman Praktis Manajemen Risiko Dalam Perspektif K3
OHS Risk Management”
Keterangan:
Very High Risk : Risiko Sangat tinggi (tindakan segera dibutuhkan)
High Risk : Risiko Tinggi (perhatian manajemen senior dibutuhkan)
Medium Risk : Risiko Sedang (tanggung jawab manajemen harus ditentukan)
Low Risk : Risiko Rendah (diatur melalui prosedur rutin)
2.7.4 Pengendalian Risiko K3
Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan menentukan
dalam keseluruhan manajemen risiko. Pengendalian risiko berperan dalam
meminimalisir tingkat risiko yang ada sampai tingkat terendah atau sampai
tingkatan yang dapat ditolerir. Cara pengendalian risiko dilakukan melalui :
a. Eliminasi
Pengendalian ini dilakukan dengan cara menghilangkan sumber bahaya
(hazard). Eliminasi dapat dicapai dengan memindahkan objek kerja atau
sistem kerja yang berhubungan dengan tempat kerja yang kehadirannya
pada batas yang tidak dapat diterima oleh ketentuan, standar baku K3
atau melampaui Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan.
b. Substitusi
Pengendalian ini bertujuan untuk mengurangi risiko dari bahaya dengan
cara mengganti proses, bahan-bahan dan perlatan dengan yang lebih
rendah risikonya.
c. Engineering
Pengendalian ini dilakukan dengan merubah struktur objek kerja pada
alat, mesin, infrastruktur, lingkungan atau bangunan untuk mencegah
tenaga kerja terpapar oleh potensi bahaya seperti pemberian pengaman
mesin, penutup ban berjalan, alat bantu mekanik, pemberian absorben
suara pada dinding ruang mesin yang menghasilkan kebisingan tinggi.
d. Administratif
Mengurangi risiko bahaya dengan cera melakukan pembuatan prosedur,
aturan, pemasangan rambu (safety sign), tanda peringatan, training dan
seleksi terhadap kontraktor, material serta mesin, cara pengatasan,
penyimpanan dan pelabelan.
e. Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri (APD) merupakan sarana pengendalian yang
digunakan untuk jangka pendek dan bersifat sementara jika sistem
pengendalian yang lebih permanen belum dapat diimplementasikan
dengan cara menggunakan alat perlindungan diri misalnya safety
helmet, masker, sepatu safety, kacamata keselamatan dan alat pelindung
diri lainnya yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan.
2.8 Penanganan dan Penyimpanan Bahan
Kegiatan di daerah penyimpanan ini dapat menimbulkan berbagai
risiko bagi pekerja seperti: tergelincir, terjatuh, dan terjatuh dari ketinggian,
terpotong dan teramputasi, cidera tertumbuk akibat menangani material,
sumber bahaya kelistrikan; dan luka bakar termal. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penanganan dan penyimpanan material yaitu:
a) Material yang berbeda harus disimpan terpisah berdasarkan jenisnya.
b) Lebar rute utama di gudang tidak boleh kurang dari 2 meter.
c) Jarak antara setiap dua tumpukan tidak boleh kurang dari 1 meter.
d) Tumpukan sekurang-kurangnya perlu terpisah sejauh 0,5 m dari dinding.
Sumber-sumber bahaya dan kecelakaan yang terjadi yaitu disebabkan
karena bahan yang tidak baik, konstruksi bahan yang tidak tepat, penggunaan
dari alat yang tidak tepat, alat perlengkapan yang telah rusak atau aus, tata
cara penggunaan yang salah dan tanpa alat pelindung diri perorangan serta
pekerja yang tidak terlatih atau belum bersertifikat.
Berdasarkan sumber-sumber bahaya dan kecelakaan yang mungkin timbul
tersebut maka perlu dipenuhi persyaratan-persyartan umum tentang
penggunaan alat tangan, yaitu:
1. Alat-alat perkakas tangan yang dipergunakan harus terbuat dari bahan
yang bermutu baik;
2. Alat-alat perkakas tangan hanya dipakai untuk jenis dan kegunaan
dimana alat-alat itu dirancang;
3. Apabila tidak dipakai alat-alat perkakas tangan yang bertepi tajam atau
berujung runcing harus dilengkapi pelindung tepi atau ujung;
4. Alat alat tangan dilarang berserakan dilantai, jalur jalan atau tempat
dimana orang lalu lalang atau bekerja;
5. Harus disediakan lemari, rak dan gantungan yang sesuai dengan alat-alat
perkakas dan ditempatkan dekat bangku kerja; dan
6. Penggunaan alat perkakas tangan harus disimpan dan dipelihara oleh
orang yang bertanggungjawab dan diberikan kepada operator yang
berwenang menggunakannya dan mengembalikan setelah selesai dipakai.
2.9 Pengamanan Mesin
Sumber bahaya ini dapat bersifat fisik, listrik, termal, terkait dengan
pendengaran. Sumber bahaya ini dapat bersifat fisik, listrik, termal, terkait
dengan pendengaran atau lainnya. Dua prinsip dasar kontrol sumber bahaya
yang harus dipertimbangkan dalam mengurangi sumber bahaya mesin adalah:
(1) meniadakan atau mengurangi resiko dengan memasang pengaman atau
pelindung pada mesin, dan (2) melindungi pekerja dengan peralatan pelindung
pribadi yang spesifik untuk resiko tertentu.
Berikut paparan mengenai panduan untuk keamanan mesin menurut Adidas
Group (2013):
1) Semua mesin dan penerangan harus dihubungkan ke sumber dayanya
dengan koneksi (hubungan) yang tepat yang digunakan dalam instansi.
2) Mesin individu harus memiliki saklar pemutus daya daruratnya sendiri
yang mudah dijangkau dari posisi operator yang lazim.
3) Harus dilakukan pemeriksaan dan perawatan rutin atas semua mesin
produksi untuk memastikan semua mekanisme pengaman sudah efektif,
dan catatan pemeriksaan serta perawatan harus dikelola oleh instansi.
4) Harus ada pelindung jarum.
5) Pelindung yang saling terkunci dan penghentian darurat harus disediakan
pada alat yang berputar.
BAB III
DESKRIPSI TEMPAT PKM
B. Misi
Guna mencapai visi, BTKLPP Palembang menetapkan 5 misi yaitu :
1. Menguji, mengkaji dan mengupayakan solusi terhadap faktor risiko
lingkungan dan penyakit;
2. Menyiapkan, menyusun, mengembangkan dan menerapkan
Teknologi Tepat Guna di masyarakat;
3. Mengembangkan Teknologi Laboratorium dan Rujukan;
4. Melakukan advokasi dan mengembangkan komunikasi, informasi
dan edukasi;
5. Melakukan peningkatan SDM dan pemberdayaan masyarakat
melalui pelatihan
Kepala
Ir. Deni Mulyana, M.Kes
Kelompok
Instalasi
Instalas Pangkat
Instalas Fungsional
i
i
5. Instalasi
Instalasi merupakan fasilitas penunjang penyelenggaraan pelayanan
laboratorium klinik dan laboratorium kesehatan masyarakat serta penunjang
admisnistrasi. Instalasi dipimpin oleh seorang kepala yang mempunyai tugas
mengkoordinasikan dan bertanggungjawab pada penyelenggaraan kegiatan
dan fasilitas pelayanan pada instalasi. Jenis instalasi disesuaikan dengan
kebutuhan dan pengembangan pelayanan. Jumlah dan jenis instalasi yang
ditetapkan oleh kepala BTKLPP dan telah mendapat perstujuan tertulis dari
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Instalasi-instalasi tersebut adalah :
a. Instalasi Laboratorium Kimia Air
b. Instalasi Laboratorium Kimia Udara
c. Instalasi Laboratorium Biologi
d. Instalasi Laboratorium Entomlogi dan Pengendalian Vektor
e. Instalasi Laboratorium Pemeliharaan Alat, Kendali Mutu dan Kalibrasi
f. Instalasi Laboratorium PCR
g. Instalasi Media Reagensia
h. Instalasi Pemeliharaan Alat, Kendali Mutu dan Kalibrasi
i. Instalasi Teknologi Tepat Guna
j. Instalasi Pengendalian Penyakit Tidak Menular
k. Instalasi Pengendalian Penyakit Menular
l. Instalasi Pelayanan Teknis
m. Instalasi K3 dan Limbah
n. Instalasi Pendidikan dan Pelatihan
6. Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional
yang terbagi atas berbagai kelompok jabatan fungsional sesuaidengan bidang
keahliannya. Masing-masing kelompok jabatan fungsional dikoordinir oleh
seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk Kepala BTKLPP Palembang.
3. Inspeksi K3
Kegiatan inspeksi K3 dilakukan setiap 1 (satu) minggu sekali untuk
melakukan pengecekan apakah sarana dan prasarana di ruang kerja
masih layak dipakai atau tidak seperti APAR serta melihat kesesuaian
penataletakkan sarana prasarana sesuai atau tidak dengan tempatnya
untuk menghindari adanya kecelakaan kerja.
.
BAB IV
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
Hasil
No Ruangan/Area
Suhu Kelembaban
1 Laboratorium Kimia Air 27.9OC 56%
2 Laboratorium Kimia Udara 26.1 OC 45%
4.2.2 Pencahayaan
Alat Ukur : Luxmeter atau digital light meter
B. Pengukuran umum
Prosedur Kerja Lux Meter :
1. Menentukan 5 titik pengambilan sample, jarak dari dinding
pemantul minimal 1 meter ( 4 titik pada sudut-sudut ruang dan 1
titik ditengah ruang).
2. Meletakkan pegangan display alat dengan ketinggian 1 meter di
atas lantai dan dinding.
3. Mengarahkan reseptor pada sumber cahaya.
4. Menghidupkan dengan menggeser tombol On/Off.
5. Mencatat angka yang muncul pada display.
Likely Rekomendasi
No Variabel/Kegiatan Hazard/Bahaya Dampak Consequence Level Risk
hood Upaya Pengendalian
1 Pemeriksaan sampel Bahan kimia gas asam Gangguan
C 2 Low Alat Pelindung Diri
menggunakan lemari terhirup pernapasan
asam
Blower penghisap asam Keracunan
tersumbat/tidak bekerja D 3 Medium Administrasi
dengan baik
Tidak menggunakan alat pelindung diri merupakan salah satu hal yang
paling sering ditemukan dalam menimbulkan risiko bahaya di laboratorium.
Pada saat melakukan pengamatan, terlihat salah satu petugas yang
menggunakan sepatu/sendal terbuka pada saat melakukan pemeriksaan. Hal
ini dapat dipengaruhi karena tidak tersedianya kelengkapan APD maupun
karena kelalaian manusia. Dampak yang dapat ditimbulkan yaitu terkena
percikan cairan/bahan kimia yang berbahaya. Tingkat risiko terhadap
bahaya ini Low/Rendah karena tidak menimbulkan kerugian finansial yang
besar. Maka upaya yang dapat dilakukan dengan cara penyedeiaan sepatu
safety/tertutup serta lebih menekankan kepada para petugas laboratorium
untuk menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada saat kegiatan PKM,
maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Identifikasi potensi bahaya di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Pengendalian Penyakit Kelas I Palembang terutama di Laboratorium
Kimia Air, Kimia Udara, Biologi dan beberapa ruang kerja berupa faktor
fisik meliputi pencahayaan, suhu dan kelembaban serta faktor kimia
meliputi bahan kimia cair, gas, uap.
2. Intensitas pencahayaan beberapa ruang kerja di BTKLPP masih dikatakan
belum memenuhi batas minimum. Hal ini dapat disebabkan karena pada
saat pengukuran ada lampu yang tidak menyala dan posisi tirai jendela
tertutup. Suhu dan kelembaban dibeberapa ruangan kerja dikatakan sudah
cukup baik hanya saja ada 2 ruangan yang suhunya cukup panas seperti
ruang persediaan dan staff TU.
3. Sumber bahaya yang ada di Laboratorium Kimia Air, Kimia Udara,
Biologi, Ruang Persediaan dan ruang kerja Administrasi yaitu penggunaan
alat Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) Lemari Asam terdapat
4 bahaya, alat impinger terdapat 1 bahaya, Hot Plate terdapat 1 bahaya,
Pembuatan Reagen/Media terdapat 2 bahaya, pemeriksaan sampel air
limbah 1 bahaya, tidak menggunakan sepatu safety terdapat 1 bahaya,
penempatan alat kimia terdapat 1 bahaya, Kabel yang tidak tertata dan
penempatan vacum cleaner, bahan persediaan terdapat 3 bahaya.
4. Penilaian risiko yang didapat berupa 1 bahaya dengan tingkat risiko sangat
tinggi pada kabel listrik, 4 bahaya dengan tingkat risiko sedang , 10 bahaya
dengan tingkat risiko rendah.
5. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan berupa penyediaan Alat
Pelingdung Diri (APD) yang sesuai dengan lingkungan kerja, pemeriksaan
alat secara berkala, pemasangan pengaman listrik dan pemberian tanda.
5.2 Saran
Dilihat dari hasil yang didapat, maka saran yang dapat diberikan ialah :
1. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan secara berkala terhadap alat
penerangan yang ada seperti membersihkan debu atau kotoran pada bola
lampu, mengganti bola lampu yang redup, mengganti ukuran lampu, dan
menambah jumlah lampu. Namun hal ini harus diiringi dengan
meningkatkan suhu dan kelembaban ruangan sehingga tidak
menimbulkan rasa panas akibat cahaya lampu.
2. Penempatan jumlah pekerja didalam suatu ruangan harus disesuaikan
dengan luas ruangan yang tersedia dalam hal pencegahan intensitas
cahaya, suhu dan kelembaban yang kurang baik.
3. Melakukan pemantauan atau pemeriksaan pada sarana dan prasarana
terutama pada alat-alat laboratorium dan melakukan perbaikan pada
gedung seperti perbaikan plafon/asbes yang rusak diruang entomologi
dalam mencegah terjadinya kecelakaan kerja serta menciptakan
lingkungan yang nyaman dan aman bagi pekerja.
4. Pengadaan perlengkapan APD sesuai dengan Permenakertrans no.
PER.08/MEN/VII/2010 tentang APD sesuai dengan peralatan dan mesin
yang digunakan pada setiap laboratorium serta memasang pengunguman
dan rambu-rambu mengenai kewajiban menggunakan APD pada saat
dilaboratorium.
5. Sosialisasi K3 seharusnya tetap diberikan kepada staff yang bekerja
dalam ruangan kantor untuk mengingatkan kembali penerapan K3.
Risiko bahaya bekerja dalam kantor memang lebih kecil, namun kita
harus selalu waspada. Solusi yang dapat dilakukan agar K3 pekerja tetap
terjamin adalah dengan memilih bahan baku, produk atau fasilitas yang
bebas dari pengaruh terhadap pemakainya sesuai Permenkes No. 48
Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Tenaga Kerja RI, 1970. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja. Jakarta : Depnaker RI.
Departemen Tenaga Kerja RI, 1996. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-
05/MEN/1996 tentang Sistem Managemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Jakarta : Depnaker RI.
Fahmi Najahi, 2008, “Fire Fighting System At PT. Yasulor Indonesia”. Jakarta:
PT. Yasulor Indonesia.
Monica Febrisa Atmaja, 2007. “Skripsi: Kajian Faktor Risiko Ergonomi pada
Aktivitas Manual Handling di Bagian Weighing, Proses, dan Packing
Slopan Unit Produksi PT. Y Manufacturing Skin Care dan Hair Care
Indonesia”. Jakarta: Universitas Indonesia.
Slamet Ichsan, 2004. Penilaian Resiko Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Pusat
Hiperkes Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI.
http://btklpppalembang.com/tupoksi.php
https://www.academia.edu/11931646/Penerapan_K3_Kantor
AS/NZS 4360: 2004.The Australian/New Zealand (ANZ) Standard for Risk
Management
fifah, liana putri. 2014. Bahaya dan penilaian Resiko. Diakses pada 30 September
2015. http://liyanaputriafifah.blogspot.co.id/2014/09/bahaya-dan-
penilaian-resiko.html
John Ridley. 2008. Health and Safety in Brief. England : Elsevier Ltd
2
3. 4.
3
4
5. 6.
5
6
7. 8.
7
8
9. 10.
9
10