Anda di halaman 1dari 75

Toksikologi

Industri
Keracunan Akibat Kerja

1
MATERI
PRESENTASI
1. PENGERTIAN DAN INFORMASI
DASAR TOKSIKOLOGI

2. TOKSIKOLOGI DALAM KAITAN


PEKERJAAN DAN LINGKUNGAN
KERJA

3. INDIKATOR BIOLOGIS
2
-Toksikologi dalam kaitan
pekerjaan dan lingkungan
kerja
-Toksikologi hiperkes
(Industrial Hygiene Toxicology)
-Toksikologi okupasi
(Occupational Toxicology)

3
TOKSIKOLOGI
SARAF
&
PERILAKU
(TSP)
4
PENYEBAB
PENYAKIT AKIBAT
KERJA
- Faktor fisis;
- Faktor kimiawi;
- Faktor biologis;
- Faktor fisiologis/ergonomis;
- Faktor mental-psikologis.
5
Toksikologi
Hiperkes
Ilmu tentang racun yang dapat dipakai guna
melindungi kesehatan tenaga kerja dan orang
lainnya di tempat kerja dari pengaruh bahan
kimia yang dipergunakan, diolah, atau dipro-
duksi dalam pekerjaan di tempat kerja
TUJUAN
PERLINDUNGAN
TENAGA KERJA 6
Konsep Dasar:
HIPERKES
Ilmu dan prakteknya yang bertujuan
mewujudkan tenaga kerja sehat dan
produktif dengan:
1. Kesehatan / kedokteran promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif
(Hiperkes medis).
2. Perlindungan tenaga kerja atas
pengaruh buruk pekerjaan dan atau
lingkungan kerja terhadap kesela-
matan dan kesehatan tenaga kerja
(Hiperkes teknis). (Toksikologi Hiperkes)
3. Kesesuaian/kecocokan antara tenaga
kerja dan pekerjaannya (Hiperkes
ergonomis). 7
Toksikologi
Industri
Ilmu tentang racun yang dipakai, diolah,
diproses dan dihasilkan dalam industri
TUJUAN
PERLINDUNGAN KONSUMEN
&
MASYARAKAT
PADA UMUMNYA
8
Spesialisasi
Toksikologi
-Toksikologi Klinik(Contoh: Kedokteran;
Farmakologi)
-Toksikologi Lingkungan dan Hiperkes
(Contoh:Hiperkes;Lingkungan Hidup)
-Toksikologi Dasar(Contoh: Metabo-
lisme Racun; Toksikologi Analitik)
-Toksikologi Organ Sasaran(Contoh:
Toksikologi Inhalasi; Hepatotoksi-
kologi
9
Pengertian
&
Konsep Dasar
- Toksikologi adalah ilmu tentang racun;
- Toksisitas adalah daya / kemampuan
untuk menyebabkan keracunan;
- Tidak ada bahan kimia yang sama
sekali tidak beracun;
- Toksisitas adalah masalah kualita-
tif dan kuantitatif.
10
Beracun
1. Melalui mulut LD 50 > 25 mg tetapi < 200
mg per kg berat badan
atau
2. Melalui kulit > 25 mg tetapi < 400 mg per
kg berat badan
atau
3. Melalui pernafasan > 0,5 mg tetapi < 2 mg
per liter udara
11
Sangat Beracun

1. Melalui mulut LD 50 < 25 mg per kg berat


badan
atau
2. Melalui kulit < 25 mg per kg berat badan
atau
3. Melalui pernafasan < 0,5 mg per liter udara

12
MANFAAT
TOKSIKOLOGI:
1. Memungkinkan konsumen/pemakai bahan kimia terlin-
dung dari bahaya keracunan;
2. Membuat landasan yang kuat bagi upaya pemeliharaan
lingkungan hidup dari kemungkinan efek buruk penggu-
naan bahan kimia;
3. Memberikan informasi dan pengetahuan kepada klinisi
untuk dapat menolong dengan tepat penderita yang
mengalami keracunan;
4. Menyebabkan penggunaan obat-obatan dengan lebih
tepat atas dasar pengetahuan tentang risiko bahaya
suatu bahan kimia yang berefek farmakologis;
5. Memahami dengan lebih mendalam tentang efek bahan
kimia kepada manusia atau mahluk hidup lainnya dan
mekanisme terjadinya efek yang bersangkutan. 13
SEJARAH
TOKSIKOLOGI:
1. Awal mulanya bagian dari Kedokteran Forensik;
2. Kemudian menjadi sub-disiplin Farmakologi;
3. Lalu sebagai disiplin yang berdiri sendiri melalui tahap
pengembangan pada:
a. Keselamatan makanan; persenjataan bahan kimia;
pertahanan; keselamatan produk (kosmetika; bahan
additif makanan; kimia industri);
b. Biologi radiasi dan riset pestisida;
c. Kualitas lingkungan;
d. Hiperkes / kedokteran kerja;
e. Metodologi epidemiologi dan penilaian risiko; ilmu
bahan dan biokomptabilitas; genetika molekuler dan
riset karsinogenesis;
f. Immunologi.
14
SEJARAH
TOKSIKOLOGI HIPERKES:
1. Sejak awal telah menggunakan konsep pemikiran toksi-
kologi;
2. Paracelcus. melaporkan ptisis pekerja tambang dan kera-
cunan air raksa;
3. Ramazzini menggambarkan aneka penyakit akibat kerja
yang disebabkan keracunan;
4. Thackrah melaporkan keracunan timah hitam;
5. Tahun 1775 Percical Pott melaporkan kanker skrotum
akibat kerja yang disebabkan jelaga cerobong asap
industri;
6. Tahun 1912 Yamagiwa dan Ichikawa melaporkan bahwa
produk tar batu bara menyebabkan kanker pada hewan
percobaan. 15
Lingkup
TOKSIKOLOGI
1. Terdapatnya bahan ybs. di alam;
2. Penggunaan dan kemanfaatannya;
3. Sifat fisik dan kiniawi bahan ybs.
4. Pintu masuk(porte d’entrée) ke dalam tubuh khususnya
dalam kaitan pekerjaan dan lingkungan kerja;
5. Metabolisme bahan ybs. yang meliputi absorpsi, distri-
busi, biotransformasi, retensi dan ekskresi;
6. Efek toksik bahan ybs. kepada manusia dan mahluk
hidup lainnya yang dihubungkan dengan tingkat dan
lamanya pemaparan;
7. Pencegahan efek toksik khususnya dengan penerapan
standar kadar yang aman dalam pekerjaan di tempat
kerja;
8. Diagnostik,pengobatan,dan manajemen kasus keracunan;
9. Aspek mediko-legal. 16
Kelompok
RACUN
I. BAHAN KIMIA INDUSTRI
1. Persenyawaan nitrogen 6. Zat korosif
2. Persenyawaan halogen hidrokarbon 7. Logam bearacun
3. Alkohol dan glikol 8. Sianida, sulfida dan
4. Ester, aldehida, keton dan ester karbonmonoksida
5. Hidrokarbon 9. Partikel dalam udara
II. BAHAN KIMIA PERTANIAN
1. Insektisida halogen
2. Pestisida inhibitor kolinesterase
3. Pestisida lainnya
III. HEWAN DAN TUMBUHAN
BERACUN
1. Reptil 3. Serangga 5. Tumbuhan
2. Laba-laba 4. Binatang laut
17
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI SIFAT DAN
DERAJAT RACUN SUATU BAHAN
KIMIA

I. SIFAT FISIK BAHAN KIMIA(gas; uap; debu;


kabut; uap logam; awan; asap; cairan; padat);
II. SIFAT KIMIAWI(jenis persenyawaan; besar
molekul; konsentrasi; derajat larut; jenis pelarut;
III. PINTU MASUK(PORTE D’ENTRÉE)(pernafasan;
pencernaan; kulit; injeksi);
IV. KARAKTERISTIKA TENAGA KERJA(usia; idio-
sinkrasi; habituasi; daya tahan tubuh; derajat
tahan tubuh).

18
EFEK BURUK
TERHADAP KESEHATAN
1. Efek yang menunjukkan tingkat awal penyakit secara
klinis sampai dengan penyakit berat, cacat dan kematian;
2. Efek yang tidak cepat pulih dan menunjukkan penurunan
kemampuan tubuh dalam mempertahankan homeostasis;
3. Efek yang memudahkan kerentanan individu terhadap
efek buruk pengaruh lingkungan pada umumnya;
4. Efek yang menyebabkan hasil pengukuran yang bersang-
kutan berada di luar variasi ‘normal’,jika ukuran-ukuran
tsb. dipandang sebagai indikasi dini penurunan kemam-
puan fungsi;
5. Efek yang menunjukkan perubahan metabolisme dan
biokimiawi.
19
KERACUNAN AKIBAT
KERJA
(Keppres No. 22 Tahun 1993)

(Keracunan Yang Timbul Karena HubunganKerja)


(Jamsostek)
Definisi:
KERACUNAN YANG DISEBABKAN
OLEH PEKERJAAN DAN / ATAU
LINGKUNGAN KERJA
20
EFEK RACUN

1. AKUT dan SUB-AKUT:


Kecelakaan kerja
2. KRONIS:
Pemyakit akibat kerja

21
KERACUNAN AKIBAT
KERJA
(Keppres No. 22 Tahun 1993)
1. Pnemokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan
parut (silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis
yang silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat dan ke-
matian.
2. Penyakit paru dan saluran pernafasan(bronkhopulmoner) yang di-
sebabkan oleh debu logam keras.
3. Penyakit paru dan saluran pernaf asan(bronkhopulmoner) yang di-
sebabkan oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan
zat perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai
akibat penghirupan debu organik.
22
KERACUNAN
AKIBAT KERJA (LANJUTAN)

(Keppres No. 22 Tahun 1993)


6. Keracunan yang disebabkan oleh berillium atau persenyawaannya
yang beracun.
7. Keracunan yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya
yang beracun.
8. Keracunan yang disebabkan fosfor atau persenyawaannya yang
beracun.
9. Keracunan yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang
beracun.
10. Keracunan yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya
yang beracun.
11. Keracunan yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang
beracun.
12. Keracunan yang disebabkan oleh air raksa atau persenyawaannya
yang beracun. 23
KERACUNAN
AKIBAT KERJA (LANJUTAN)

(Keppres No. 22 Tahun 1993)


13. Keracunan yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya
yang beracun.
14. Keracunan yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaannya yang
beracun.
15. Keracunan yang disebabkan oleh karbon disulfida.
16. Keracunan yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawa-
an hidrokarbon alifatik atau aromatik yang beracun.
17. Keracunan yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang
beracun.
18. Keracunan yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari
benzena dan hoimolognya yang beracun.
19. Keracunan yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam ni-
trat lainnya.
24
KERACUNAN
AKIBAT KERJA (LANJUTAN)

(Keppres No. 22 Tahun 1993)

20. Keracunan yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.


21. Keracunan yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia
atau beracunan seperti karbon monoksida, hidrogen sianida,
hidrogen sulfida, atau derivatnya yang beracun, amoniak seng,
braso dan nikel.
22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanis (kelainan-kelainan
otot, urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi atau saraf tepi).
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang
bertekanan lebih.
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetis dan radiasi
yang mengion.
25
KERACUNAN
AKIBAT KERJA (LANJUTAN)

(Keppres No. 22 Tahun 1993)

26. Penyakit kulit(dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik,


kimiawi atau biologis.
27. Penyakit kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic,
bitumen, minyak mineral, antrasena atau persenyawaan, produk
atau residu dari zat tsb.
28. Kangker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau para-
sit yang didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki risiko
kontaminasi khusus.
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau
panas radiasi atau kelembaban udara tinggi.

31. Penyakit yang disebabkan oleh kimia lainnya termasuk bahan


obat.
26
Dermatosis

1. Iritasi primer

2. Pemeka (sensitisasi)

27
28
29
Karsinogen
CONTOH:
1. 4-Aminodifenil
2. Arsen
3. Benzidin
4. Debu kayu keras
5. bis-Kloro-metil-eter
6. Persenyawaan krom heksavalen
7. Uranium
8. Vanadium pentoksida
9. Vinil klorida
10. Seng kromat 30
Efek Reproduktif
CONTOH:
1. Air raksa
2. Arsen
3. DDT
4. Dioksin
5. Etil-etilen-glikol
6. Etilen oksida
7. Karbon disulfida
8. Karbonmonoksida
9. PCB
10. Timah hitam 31
PEMAPARAN KERJA

KEADAAN BAHWA SEORANG TENAGA


KERJA DALAM PEKERJAANYA MENG-
HADAPI SATU ATAU LEBIH FAKTOR
YANG MUNGKIN BERPENGARUH
KEPADA TINGKAT KESEHATAN DAN
KESELAMATANNYA.
SALAH SATU FAKTOR DALAM PEMA-
PARAN KERJA ADALAH FAKTOR
KIMIA.
32
PEMAPARAN DAN EFEK
PEMAPARAN KERJA adalah keadaan bahwa seorang tenaga
kerja dalam pekerjaannya menghadapi satu atau lebih faktor
yang mungkin berpengaruh kepada tingkat kesehatan dan
keselamatannya.
HUBUNGAN PEMAPARAN -EFEK adalah hubungan antara
tingkat pemaparan kepada suatu bahan kimia dan tingkat
berat efeknya secara kuantitatif terhadap kesehatan pada
seorang atau kelompok tenaga kerja.
HUBUNGAN PEMAPARAN-REAKSI adalah hubungan
antara tingkat pemaparan kepada suatu bahan kimia dan
persentasi dari tenaga kerja dengan tingkat efek tertentu
terha-dap kesehatan.
KADAR TANPA EFEK/REAKSI BURUK adalah kadar batas
pemaparan yang tidak lagi memperlihatkan efek buruk dan
reaksi buruk terhadap kesehatan.
33
INDIKATOR BIOLOGIS

ZAT KIMIA DALAM MEDIA


BIOLOGIS YANG MERUPA-
KAN PETUNJUK DARI ZAT
KIMIA YANG TERHADAP-
NYA TENAGA KERJA TERPA-
PAR
34
INDIKATOR BIOLOGIS
INDIKATOR PEMAPARAN: Digunakan kadar udara suatu
bahan kimia dan pada umumnya terbukti sangat efektif.
Contoh: Penggunaan standard Nilai Ambang Batas (NAB).
INDIKATOR BIOLOGIS adalah kadar bahan kimia dalam
media biologis yang merupakan petunjuk dari bahan kimia
yang terhadapnya tenaga kerja terpapar atau petunjuk dari
efek yang disebabkan oleh terjadinya pemaparan terhadap
suatu bahan kimia.
MEDIA BIOLOGIS adalah darah lengkap; plasma; liur;
urine; rambut; gigi susu; preparat biopsi tulang; dll.
INDIKATOR BIOLOGIS: indikator pemaparan atau indika-
tor efek.Contoh:Kadar timah hitam darah lengkap indikator
pemaparan; indikator efek adalah kadar delta-ALAD darah
atau seng-prptoporfirin sel darah merah.
35
ZAT KIMIA DI TEMPAT KERJA

UDARA PERMUKAAN, dll

MONITORING
LINGKUNGAN DARAH ORGAN
SASARAN

TINJA
URIN
KERINGAT

EFEK DINI

MONITORING
BIOLOGIS
GANGGUAN KESEHATAN
Dr. Suma’mur PK

36
Contoh Ind. Biol. Pb
-Kadar normal: 100 – 250 mikrog./L
-Kadar < 400 mikrog./L tidak ada gejala
dan tanda keracunan
-Antara 400 dan 800 mikrog./L gejala
dan tanda keracunan ringan
-> 800 mikrog./L gejala dan tanda kera-
cunan berat;1000 mikrog./L ensefalopati
-> 600 mikrog./L hentikan pemaparan
-Pemeriksaan kesehatan 6 bulan sekali,
untuk kadar 400 mikrog./L; 2 bulan
untuk kadar > 400 mikrog./L
-Kembali ke pekerjaan kadar 400 mikrog./
37
L. Kadar udara 30 mikrog./L
KONSEP PERLINDUNGAN
KESEHATAN TENAGA KERJA

1. Konsep Kadar Tertinggi Diperkenankan(KTD);


2. Konsep Threshhold Limit Value (TLV);
3. Konsep Kadar Pedoman Nilai Ambang Batas
(NAB);
4. Konsep Tingkat Yang Diperbolehkan;
5. Konsep Batas Pemaparan Kerja;
6. Konsep Batas Sehat Pemaparan Kerja dan Batas
Pemaparan Kerja Operasional(BSPK dan BPKO).

38
Nilai Ambang Batas
(NAB)
Standar faktor bahaya di tempat
kerja sebagai pedoman pengenda-
lian agar tenaga kerja dapat meng-
hadapinya tanpa mengakibatkan
penyakit atau gangguan kesehatan
pekerjaan sehari-hari untuk waktu
tidak lebih dari 8 (delapan) jam
sehari atau 40 jam seminggu 39
Nilai Ambang Batas
(NAB)

NILAI AMBANG BATAS (NAB)


BUKAN TERJEMAHAN DARI
THRESHOLD LIMIT VALUE
(TLV)
40
Nilai Ambang Batas
- Pedoman
- Nilai rerata ketimbang waktu
- Untuk zat tertentu dapat meru-
pakan kadar tertinggi
- Untuk zat tertentu dapat meru-
pakan paparan singkat yang tidak
boleh lebih dari 15 menit
- Perhatian penyerapan lewat kulit
- Efek lain seperti karsinogen41
NAB Zat Kimia Organis
Zat Kimia NAB
(bds) ( mg per m3 udara)
1. Benzen 10 32
2. Nitro-benzen 1 5
3. Dinitro-benzen 0,15 1
4. Dinitro-fenol 0,2
5. Dinitro-toluen 0,15
6. Trinitro-toluen 0,5
7. Anilin 2 7,6
42
NAB Ester Fosfat
Zat Kimia NAB
( mg per m3 udara)
1. EPN 0,1
2. Malation 10
3. OMPA 15
4. Paration 0,1
5. TEPP 0,047
6. DDVP 1
7. Sistoks 0,11

43
NAB Zat Korosif
Zat Kimia (bds)
NAB
( mg per m3 udara)
1. Amonia 25 17
2. Semen 10
3. Fluor (F2) 1 1,6
4. Asam fluorida (HF) 3 2,3
5. Asam formiat (HCOOH) 5 0,4
6. Brom (Br2) 0.1 0,66
7. Asam sulfat (H2SO4) 1

44
NAB Debu
Zat Kimia Debu NAB

1. Debu logam aluminium 10 mg per m3 udara


2. Debu biji-bijian 4 “
3. Debu serat gelas 10 “
4. Debu kapas (katun) 0,2 “
5. Debu kayu (keras) 1 “
(lunak) 5 “
6. Asbestos (amosit) 0,5 serat per ml
(krisotil) 2 “
(krosidolit) 0,2 “ 45

7. Debu silika 0,1 mg per m3 udara


46
47
Racun Metal & Metaloid

1. Timah hitam (timbal, Pb)


2. Air raksa (merkuri, Hg)
3. Arsen (As)
4. Mangan (Mn)
5. Nikel (Ni)
6. Krom (Cr)
7. Berilium (Be)
8. Fosfor (P)
9. Kadmium (Cd)
48
Racun Kimia Organis

1. Senyawa hidrokarbon alifatik


2. Derivat halogen senyawa alifatik dan
aromatik
3. Benzen dan homolognya
4. Derivat nitro dan amina dari benzen
dan homolognya
5. Nitrogliserin dan ester asam nitrat
lainnya
6. Alkohol, glikol, aldehida, dan keton
49
Asfiksian

1. Karbon monoksida
2. Hidrogen sianida
3. Hidrogen sulfida
4. Karbon dioksida
5. Metan 50
BATAS SEHAT
PEMAPARAN KERJA
(BSPK)
1. Pertimbangan semata-mata dari aspek
kesehatan
2. Harus diketahui intensitas/kadar tanpa/
respons buruk untuk organ kritis
51
BATAS PEMAPARAN
KERJA OPERASIONAL
(BPKO)
1. Standar operasional
2. Pertimbangan ekonomi dan
teknologi

52
BATAS SEHAT
PEMAPARAN KERJA
(BSPK)
SALAH SATU BENTUK PERLIN-
DUNGAN KESEHATAN TERHA-
DAP PEMAPARAN KERJA

53
GUNA PENENTUAN
BSPK Pb
1. Indikator pemaparan Pb darah;
indikator efek ZnPP sel darah
merah
2. Diteliti populasi yang terpapar
kepada Pb dan yang tidak.
3. Ditentukan kadar Pb darah pada
kadar ZnPP yang diterima seba-
gai batas sehat
54
Dr. Suma’mur PK.,Msc.
55
HASIL PENELITIAN
BSPK Pb
1. BSPK Pb 400 mikrogram /L darah untuk pria
dan 300 mikrogram / L untuk wanita
2. Kadar kemungkinan intoksikasi 700 mikrogram
untuk pria dan 600 mikrokram untuk wanita
3. Perlu upaya khusus bila kadar 500 mikrogram/L
4. Kadar Pb udara yang tidak boleh dilampaui 70
mikrogram per meter kubik
5. Kadar Pb udara debu respirabel < 30 mikrogram
per meter kubik udara agar tidak terjadi efek
negatif
56
PENILAIAN
TOKSISITAS
I. Review kepustakaan termasuk hasil pene-
litian;
II. Percobaan binatang atau percobaan bio-
logis lainnya;
1. Toksisitas Akut termasuk LD50 dan LC50;
2. Toksisitas Subakut;
3. Toksisitas Kronis termasuk pengujian sifat karsi-
nogenisitas dan teratogenisitas;
III. Penilaian efek pada pemakaian/pengguna-
an terbatas;
IV. Penelitian epidemiologis pada kelompok
terpapar dan kelompok kontrol;
V. Pencatatan dan analisis kasus baru kera-
cunan.
57
HUBUNGAN PEMAPARAN - EFEK DAN
HUBUNGAN PEMAPARAN - RESPONS

UNTUK

TOLUEN
58
59
HUBUNGAN PEMAPARAN - EFEK DAN
HUBUNGAN PEMAPARAN - RESPONS

UNTUK

MANGAN
60
61
62
HUBUNGAN PEMAPARAN - EFEK DAN
HUBUNGAN PEMAPARAN - REAKSI

UNTUK

SILIKA
63
64
BAGAN
PRODUKSI
SUATU
BAHAN KIMIA

65
66
Penatalaksanaan

1. Pengelolaan (chemical
handling)
2. Pengendalian kadar udara

67
Dokumen Pengendalian

1. Identifikasi bahaya, evaluasi dan pengendalian risiko


2. Kegiatan teknis, rancang bangun, konstruksi, pemi-
lihan bahan kimia, serta pengoperasian dan peme-
liharaan instalasi

3. Kegiatan pembinaan tenaga kerja di tempat kerja

4. Rencana dan prosedur gawat darurat


5. Prosedur kerja aman
68
Lembar Data Keselamatan
Bahan (LDKB, MSDS)
1. Identitas bahan dan perusahaan

2. Komposisi bahan
3. Identifikasi bahaya
4. Tindakan pertolongan pertama
5. Tindakan penanggulangan kebakaran
6. Tindakan mengatasi kebocoran dan tumpahan
7. Penyimpanan dan penanganan bahan
8. Pengendalian pemaparan dan alat pelindung diri
9. Sifat fisis dan kimiawi
10. Stabilitas dan reaktivitas bahan
11. Informasi toksikologi 69
12. Informasi ekologi
Label
1. Nama produk
2. Identifikasi bahaya
3. Tanda bahaya dan artinya
4. Uraian risiko dan penanggulangannya
5. Tindakan pencegahan
6. Instruksi dalam hal terkena atau terpapar
7. Instruksi dalam hal terjadi kebakaran
8. Instruksi jika terjadi tumpahan atau kebocoran
9. Instruksi tentang pengisian tempat penyimpanan
dan cara menyimpanannya 70
Lingkungan Kerja
1. Unit operasi sistem tertutup dengan local exhauster
2. Kanopi yang menutup rapat
3. Sejauh mungkin transportasi mekanis zat berbahaya
4. Tempat pengolahan tak tembus zat kimia dan cukup
air mengalir guna mencuci
5. Penghisap vakum guna mengambil tumpahan bubuk
6. Menyapu cara basah dengan air atau pelarut khusus
7. Pembuangan cairan yang tumpah sebagai limbah
71
8. Udara segar untuk ventilasi umum
Pekerja
1. Pendidikan, penyuluhan dan pelatihan

2. Alat pelindung diri


3. Air untuk mandi dan mencuci
4. Pakaian kerja dicuci setiap hari

5. Penggunaan masker bila perlu

6. Penggunaan masker yang dialiri udara bersih dan


bertekanan lebih untuk keadaan darurat
7. Keadaan darurat dan cara menyelamatkan diri
72
8. Kebiasaan mencuci tangan, tidak merokok, tidak
Jika penanganan
berjalan baik
-
Pengendalian
kadar udara
73
74
Terima
Kasih!

75

Anda mungkin juga menyukai