Menurut keputusan Menteri Kesehatan No. 907 tahun 2002, syarat air bersir adalah
antara lain
Pengertian baku mutu air menurut PU Cipta Karya sebagai berikut, ukuran batas atau
kadar makhluk hidup, zat energi atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur
pencemar yang masih boleh ada di dalam badan air untuk berbagai kebutuhan, klasifikasi empat
kelas, yaitu kelas satu ( air yang beruntukannya dapat digunakan untuk air baku minum, dan atau
peruntukannya lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. kelas
dua (air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, pertenakan, mengairi pertanaman, dan atau peruntukannya dapat
digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut), kelas
empat ( air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut)
Dalam SNI Nomor 6773 tahun 2008 tentang spesifikasi unit paket instalasi pengolahan
air, menetapkan Kualitas air baku yang dapat diolah dengan IPA paket adalah sebagai berikut:
1. Kekeruhan, maksimum 600 NTU atau 400 mg/L SiO2,
2. Kandungan warna asli (appearent colour) tidak melebihi dari 100 Pt Co dan warna
sementara mengikuti kekeruhan air baku,
3. Unsur-unsur lainnya memenuhi syarat baku air baku sesuai Peraturan Pemerintah No.82
tahun 2000 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
4. Dalam hal air sungai daerah tertentu mempunyai kandungan warna, besi dan atau bahan
organik melebihi syarat tersebut di atas tetapi kekeruhan rendah (< 50 NTU) maka
digunakan IPA sistem DAF (Dissolved Air Flotation) atau sistem lainnya yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Baku Mutu Tanah
fungsi
lingkungan,pemupukan
dinilai
menurunkan
mutu
lingkungan
karena
menimbulkan pencemaran pada air dan udara. Pemikiran mengenai rekonsiliasi antara berbagai
fungsi tanah (pencapaian produksi, mutu lingkungan, keamanan, kesehatan manusia serta hewan)
dalam pengertian mengakomodasi berbagai fungsi tanah untuk menyusun baku mutu secara
terpadu perlu segera dilakukan.
1) Batasan dan Lingkup Mutu Tanah
Mutu tanah tidak dapat diukur, tetapi indikatornya dapat diukur secara kuantitatif.
Berbagai definisiindikator yang ditemukan dalam literatur intinya menekankan pada sifat tanah
yang dapat diukur dan dipantau yang mempengaruhi kemampuan tanah untuk memperagakan
fungsinya. Departemen Pertanian Amerika Serikat mendefinisikan indikator mutu tanah sebagai
sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi serta proses dan karakteristik yang dapat diukur untuk
memantau ber-bagai perubahan dalam tanah. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai indikator
mutu tanah akan menentukan kemampuan tanah untuk memenuhi fungsinya.
Penetapan baku mutu tanah tanpa mempertimbangkan semua fungsi tanah, manfaatnya
hanya akan bersifat parsial sehingga hilang keandalannya. Oleh karena itu, perlu merenungkan
dan mencer-mati penetapan baku mutu tanah sebagai tantangan utama. Kalau tidak, maka
penggunaan dan pe-ngelolaan tanah kehilangan kendali. Pemantauan dan pemulihan mutu tanah
tidak menyelesaikan masalah karena tidak ada ukuran baku yang digunakan.
Terdapat konsensus umum bahwa ruang lingkup mutu tanah mencakup tiga komponen
pokok. Pertama, produksi berkelanjutan yaitu kemampuan tanah untuk meningkatkanproduksi
dan tahan terhadap erosi. Kedua, mutu lingkungan yaitu mutu air, tanah, dan udara di mana tanah
diharapkan mampu mengurangi pencemaran lingkungan, penyakit, dan kerusakan sekitarnya.
Ketiga, kesehatan makhluk hidup, yaitu mutu makanan sebagai produk yang dihasilkan dari
tanah harus memenuhi faktor keamanan (safety) dan komposisi gizi. Tanah bermutu tinggi jika
efektif untuk menahan, menerima, dan melepas air dan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman;
mendorong
dan
mendukung
produksi
tanaman;
menjadi
habitat
mikroorganisme;
Emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang
masuk dan/atau dimasukkannya ke dalam udara ambien yang mempunyai dan/atau tidak
mempunyai potensi sebagai unsur pencemar. Mutu emisi adalah emisi yang boleh dibuang oleh
suatu kegiatan ke udara ambient.
No.
Parameter
Waktu
Baku Mutu
Pengukuran
1
Metode
Peralatan
Analisis
SO2
1 Jam
900 ug/Nm3
(Sulfur
Dioksida)
24 Jam
365 ug/Nm3
1 Thn
60 ug/Nm3
CO
1 Jam
30.000 ug/Nm3
(Karbon
Monoksida)
24 Jam
10.000 ug/Nm3
1 Thn
NO2
1 Jam
400 ug/Nm3
(Nitrogen
Dioksida)
24 Jam
150 ug/Nm3
1 Thn
100 ug/Nm3
O3
1 Jam
235 ug/Nm3
(Oksidan)
1 Thn
50 ug/Nm3
Pararosanilin
Spektrofotometer
NDIR
NDIR Analyzer
Saltzman
Spektrofotometer
Chemiluminescent
Spektrofotometer
HC
3 Jam
160 ug/Nm3
Flame Ionization
(Hidro Karbon)
6
Gas
Chromatogarfi
24 Jam
150 ug/Nm3
Gravimetric
Hi - Vol
24 Jam
65 ug/Nm3
Gravimetric
Hi - Vol
1 Thn
15 ug/Nm3
Gravimetric
Hi - Vol
TSP
24 Jam
230 ug/Nm3
Gravimetric
Hi - Vol
(Debu)
1 Thn
90 ug/Nm3
Pb
24 Jam
2 ug/Nm3
Gravimetric
Hi Vol
(Timah Hitam)
1 Thn
1 ug/Nm3
Ekstraktif
PM10
(Partikel < 10
um )
PM2,5 (*)
(Partikel < 2,5
um )
9.
Dustfall
(Debu Jatuh )
Pengabuan
AAS
Gravimetric
Cannister
30 hari
10
Ton/km2/Bulan
(Pemukiman)
20
Ton/km2/Bulan
(Industri)
10
11.
12.
Total Fluorides
(as F)
Fluor Indeks
Khlorine &
24 Jam
3 ug/Nm3
Spesific Ion
Impinger atau
90 hari
0,5 ug/Nm3
Electrode
Countinous
Analyzer
30 hari
40 u g/100 cm2
dari kertas
limed filter
Colourimetric
Limed Filter
150 ug/Nm3
Spesific Ion
Impinger atau
Electrode
Countinous
Analyzer
Colourimetric
Lead
24 Jam
Khlorine
Dioksida
13.
Sulphat Indeks
30 hari
1 mg SO3/100
cm3
Paper
Dari Lead
Peroksida
Peroxida Candle
Metode-metode analisis untuk baku mutu ini akan dijabarkan sebagai berikut :
1. Gas Chromatography (GC)
Kromatografi gas (GC) adalah jenis umum dari kromatografi yang digunakan dalam kimia
analitik dapat memisahkan senyawa dengan tanpa dekomposisi. GC dapat digunakan untuk
pengujian kemurnian zat tertentu, atau memisahkan komponen yang berbeda dari campuran
(jumlah relatif komponen tersebut juga dapat ditentukan). GC dapat digunakan dalam
mengidentifikasi suatu senyawa.
Kromatografi gas, berdasarkan fasa gerak dan fasa diamnya merupakan kromatografi
gas-cair. Dimana fasa geraknya berupa gas yang bersifat inert, sedangkan fasa diamnya berupa
cairan yang inert pula, dapat berupa polimer ataupun larutan.
2.
Spektrofotometer
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan
cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca
atau kuarsa yang disebut kuvet. Panjang gelombang yang diukur sendiri merupakan larutan
Pararosanilin.
3.
4.
Impinger
5.
6.
Continous Analyzer
7.
Lead
8.
Peroxida Can
Untuk satuan nilai baku mutu, di Indonesia hampir seluruhnya menggunakan satuan
g/Nm3. Huruf N sebelum satuan volume mengindikasikan bahwa volume yang dimaksud
adalah volume gas pada keadaan normal yakni pada temperatur 25oC dan Tekanan 1 atm.
Penetapan nilai baku mutu disesuaikan dengan kondisi lingkungan di suatu negara dan
penelitian-penelitian yang telah dilakukan di negara tersebut. Semakin kecilnya nilai baku mutu
menunjukan semakin berbahayanya parameter tersebut bagi lingkungan kesehatan. Negara yang
menetapkan baku mutu rendah menunjukan negara yang siap dalam aspek teknologi, sosial,
ekonomi untuk menghadapi permasalahan pencemaran udara.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim[online]tersedia:http://www.bppspam.com/data/SNI%2067732008.pdf.diakses[11 Maret 2015]
Anonim[online]tersedia:http://sda.pu.go.id/index.php/tugas-dan-fungsi/43-tupoksi/92tupoksi-subdit-air-baku-dan-air-tanah.diakses[11 Maret 2015]
Arianti, Radian[online]tersedia:http://pustaka.pu.go.id/new/istilah-bidang-detail.asp?
id=529.diakses[11 Maret 2015]
Anonim[online]tersedia:http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/wr245029.pdf.
diakses[11 Maret 2015]