Anda di halaman 1dari 19

Analisis Kualitas Lingkungan

“Review Materi Kesehatan Lingkungan Perumahan dan Permukiman”


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisis kualitas lingkungan adalah salah satu mata kuliah yang berfokus pada bagaimana
cara menganalisis kuliatas lingkungan fisik, kimia, bologi, dan social untuk mengetahui
gambaran kulitas lingkungan secara keseluruhan dan pengaruhnya terhadap derajat Kesehatan
masyarakat. Lingkungan adalah adalah salah satu determinan dari 4 determinan yang
mempengaruhi kulitas Kesehatan masyarakat menurut H.L Blum. Salah satu lingkungan yang
paling dekat dengan manusia adalah rumah dan pemukiman. Rumah adalah lingkungan fisik
yang paling dekat dengan manusia, sekaligus menjadi tempat interaksi sossial paling dasar dalam
masyarakat yaitu keluarga, sedangkan permukiman adalah kumpulan rumah yang membentuk
suatu wilayah tinggal pada masyarakat. Kualitas kesehatan perumahan dan permukiman perlu
diperhatikan agar dapat mencegah terjadinya masalah Kesehatan melalui perumahan maupun
permukiman, karena itu ada prinsip dan syarat untuk mewujudkan perumahan dan permukiman
yang sehat bagi masyarakat. untuk itu mengetahui syarat dan prinsip lingkungan perumahan dan
pemukiman yang sehat serta dampaknya terhadap Kesehatan masyarakat sangat perlu kita
pelajari dan pahami, serta dengan mampu menganalisis kualitas lingkungan perumahan dan
pemukiman berarti memudahkan kita untuk menelusuri penyebab masalah kesehatan dan mampu
membuat program yang efektif dan efisien
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa defenisi lingkungan perumahan dan permukiman yang sehat ?
1.2.2 Bagaimana syarat rumah bersih dan sehat ?
1.2.3 Bagaimana syarat permukiman yang bersih dan sehat ?
1.2.4 Bagaimana Sanitasi lingkungan perumahan dan permukiman yang sehat ?
1.2.5 Apa program dan upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas lingkungan
perumahan dan permukiman ?
1.2.6 Bagaimana hubungan Kesehatan lingkungan perumahan dan ermukiman dengan
pembangunan berkelanjutan ?
1.3 Tujuan
Mengetahui dan memahami
1.3.1 Defenisi lingkungan perumahan dan permukiman yang sehat
1.3.2 Syarat rumah bersih dan sehat
1.3.3 Syarat permukiman bersih dan sehat
1.3.4 Sanitasi lingkungan perumahan dan permukiman yang sehat
1.3.5 Program dan upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas lingkungan perumahan
dan permukiman
1.2.6 Hubungan Kesehatan lingkungan perumahan dan ermukiman dengan
pembangunan berkelanjutan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi lingkungan perumahan dan permukiman yang sehat

2.1.1 Defenisi lingkungan perumahan yang sehat

Perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia dan juga merupakan determinan


kesehatan masyarakat. Karena itu pengadaan perumahan merupakan tujuan fundamental yang
kompleks dan tersedianya standar perumahan merupakan isu penting dari kesehatan masyarakat.
Perumahan yang layak untuk tempat tinggal harus memenuhi syarat kesehatan sehingga
penghuninya tetap sehat.

Perumahan yang sehat tidak lepas dari ketersediaan prasarana dan sarana yang terkait,
seperti penyediaan air bersih, sanitasi pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya
pelayanan sosial (Krieger and Higgins, 2002). Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan,
halaman dan area sekitarnya yang dipakai sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga
(UU RI No. 4 Tahun 1992). Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk
tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta
keadaan sosialnya baik untuk kesehatan kelu arga dan individu (Komisi WHO Mengenai
Kesehatan dan Lingkungan, 2001).

2.1.2 Defenisi lingkungan permukiman yang sehat

Menurut undang- undang nomor 1 tahun 2011 Bab 1 tentang ketentuan umum
Pasal 1 dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas
pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan
dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran
masyarakat.
2. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan
maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil
upaya pemenuhan rumah yang layak huni

. 3. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung,
baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan.

4. Lingkungan hunian adalah bagian dari kawasan permukiman yang terdiri atas lebih
dari satu satuan permukiman.

5. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu
satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai
penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.

6. Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan,


pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan
kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan
terpadu.

Permukiman adalah lingkungan yang memiliki dua unsur utama didalamnya yaitu
perumahan (manusia) dan alam . yang berarti lingkungan permukiman yang sehat adalah
lingkungan yang terjaga keharmonisan antara manusia dan alam, dimana manusia menjaga alam
dengan berbagai upaya seperti sanitasi yang baik, pengelolaan sampah yang baik, kehidupan
bermasyarakat yang baik dan lainnya sehingga kualitas lingkungan fisik, biologi dan social
meningkat kearah positif dan dengan begitu kualitas derajat Kesehatan masyarakatpun
meningkat.

2.2 Syarat rumah bersih dan sehat

Menurut Winslow dan Apha perumahan sehat harus memenuhi beberapa persyratan,
yaitu memenuhi kebutuhan fisiologi, pskologi, mencegah penularan penyakit dan mencegah
terjadinya kecelakaan
2.2.1 Pemenuhan kebutuhan fisiologis

1. Suhu ruangan

Suhu ruangan yang baik untuk di dalam rumah sebaiknya berkisar antara 18-20 0C. Suhu
di dalam ruangan biasanya dipengaruhi oleh suhu di luar ruangan, kelembaban udara,, dan suhu
benda dalam ruangan. Suhu udara dalam ruangan yang rendah meningkatkan kelembaban udara
dan artinya memudahkan jamur dan mikroorganaisme pathogen untuk tumbuh dan berkembang.
Sedangkan suhu udara yang terlalu tinggi dapat menyebabkan masalah seperti susah bernapas,
heat stroke dan lainnya.

2. Penerangan

Rumah yang sehat harus mendapat penerangan yang cukup di malam hari dan di siang hari.
Pengukuran yang digunakan untuk mengukur adalah lux meter, light meter, atau footcandle
meter. Setiap ruangan harus memiliki perengan yang berbeda beda tergantung kegunaannya, agar
tidak meningkatkan resiko masalah Kesehatan bagi penghuni/pengguna ruangan.

Penerangan di perumahan rata – rata memerlukan 50-200 lux dengan rincian :

1. dapur/ ruang jahit 200 lux


2. kamar tidur 100 lux
3. Ruang tamu diatur sesui aktivitas dan selera penghuni
4. Kamar mandi 100 lux
5. Ruang makan 100 lux
6. Ruang belajar 100 lux
Harus diperhatikan agar ruangan tidak silau, suatu ruangan dikatakan silau apabila
terjadi kesilauan ( silau terjadi apabila sudut penglihatan < 100.

3. Ventilasi
Ventilasi yang cukup untuk ruangan, adalah ventilasi yang memungkinkan terjadinya
pertukaran oksigen dan karbondioksida secara cukup sehingga udara tetap segar dalam ruangan.
Oleh karena itu pembuatan jendela di rumah harus sekitar 15% dari luas lantai. Dan susunannya
harus dibuat sedemikaian rupa agar udara dapat mengslir bebas.

4. Isolasi suara

Dinding ruangan harus kedap suara, baik dari dalam maupun keluar, sehingga perumahan harus
jauh dari sumber kebisingan.

Parameter fisik rumah sehat

2. Paremeter kimia

3. Parameter mikroorganisme patogen


5. Luas ruangan

Luas ruangan berkaitan dengan jumlah orang dalam satu rumah/ ruangan dikaitkan dengan luas
ruangan yang baik. Kebutuhan Luas Ruang Rumah & Kavling Keputusan Menteri Permukiman
dan Prasarana Wilayah nomor 403/KPTS/M/2002 Kebutuhan luas ruang/jiwa minimum adalah 9
m2/jiwa. Luas kapling yang dibutuhkan (menggunakan KDB = 60%) adalah: 100/60 x 36 m2=
60 m2 (minimum) dan maksimum 200 m2, dengan luas ideal antara 72 – 90 m2. (KPU,.modul
rumah sehat)

6.Sarana pembuangan tinja

Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan lingkungan. Pembuangan tinja
yang tidak menurut aturan memudahkan terjadinya penyebaran penyakit tertentu yang
penulurannya melalui tinja antara lain penyakit diare. Syarat pembuangan kotoran yang
memenuhi aturan kesehatan adalah :

1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya;


2. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya;
3. Tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya;
4. Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat lalat
bertelur atau perkembangbiakan vektor penyakit lainnya;
5. Tidak menimbulkan bau;
6. Pembuatannya murah;
7. Mudah digunakan dan dipelihara

(Notoatmodjo, 2003)

7. Jenis lantai

Lantai yang tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim penghujan.
Lantai rumah dapat terbuat dari: ubin atau 10 semen, kayu, dan tanah yang disiram
kemudian dipadatkan. Lantai yang basah dan berdebu dapat menimbulkan sarang
penyakit (Notoatmodjo, 2003).

2.2.2. Kebutuhan Pskologi

1. Ketetangan dan kebebasan anggota keluarga terjamin tidak terganggu anggota keluarga
lain maupun tetangga

2. Ada ruangan untuk berkumpul Bersama keluarga

3. lingkungan social yang nyaman dan ramah bagi penghuni

4. mempunyai fasilitas kamar mandi dan WC yang baik menurut Kesehatan

5. jumlah tempat tidur dan pengaturannya harus sesuai dengan umur dan jenis kelamin
penghuni

6. mempunyai halaman yang ditanami tanaman dan pepohonan

2.2.3 Pencegahan terhadap penularan penyakit

1. Tersedianya sumber air yang sehat yang memenuhi syarat air sehat secara kualita dan
kuantitas

2. Tempat pembuangan air limbah , kotoran dan sampah disediakan dan dikelola dengan
baik sesui prosedur Kesehatan.
3. Mampu mencegah perkembangan vector penyakit

4. Luas kamar tidur + 3,5M2. Tinggi langit- langit kamar maksimal 2,75m agar
mencegah sesak napas dan mencegah penularan penyakit.

5. Dapur dan tempat menympan makanan harus bersih dan aman dari vector penyakit dan
debu.

2.2.4 Pencegahan terjadinya kecelakaan

1. ventilasi yang cukup besar untuk mengeluarkan gas beracun dan buangsn hasil
respirasi

2. Pencahayaan yang cukup agar vector tidak bersarang di rumah, dan

mencegah tersandung karena terlalu gelap atau silau.

3. Bahan bangunnan rumah harus kokoh dan aman bagi Kesehatan

4. jarak dengan atap tetangga minimal 3m. untuk mencegah perambatan api saat
kebakaran

5. Rumah jauh dari pohon besar yang mudah roboh dan tumbang

6. penyusunan benda dalam rumah harus rapi, terorgsnisir dan aman

(obat obatan, racun serangga)

7. Instalasi listrik dipasang dengan baik dan harus rutin diperiksa

8. Menyimpan bahan mudah terbakar dengan aman

9. Jika ada tangga, anak tangga lebarnya minimal 25 cm, tinggi 18cm,

kemiringan 30-360 dan memiliki pegangan yang kuat.

2.3 Syarat permukiman bersih dan sehat

Permukiman yang sehat dan bersih harus memenuhi persyaratan fisik, biologi, kimia,
pskologi dan social.
Syarat Sehat Perumahan dan Lingkungan Pemukiman

Kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman adalah kondisi fisik, kimia, dan biologik di
dalam rumah, di lingkungan perumahan, sehingga memungkinkan penghuni mendapatkan
derajat kesehatan yang optimal. Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukinan
adalah ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan
masyarakat yang bermukim di perumahan dan/atau masyarakat sekitar dari bahaya atau
gangguan kesehatan. Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut
Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No.829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter
sebagai berikut :

1. Lokasi

Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, tanah
longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya;

1.Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas
tambang;

2. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti alur
pendaratan penerbangan.

2. Kualitas udara

Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beracun dan
memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut :

1. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi;


2. Debu dengan diameter kurang dari 10 g maksimum 150 g/m3 ;
3. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm;
4. Debu maksimum 350 mm3 /m2 per hari.

3.Kebisingan dan getaran

1. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A;

2. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik .

4.Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman


1. Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg
2. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg
3. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg
4. Kandungan Benzopyrene maksimum 1 mg/kg

5. Prasarana dan sarana lingkungan

1. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi yang
aman dari kecelakaan;
2. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit;
3. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak mengganggu
kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat,
jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan, jalan tidak menyilaukan
mata;
4. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi
persyaratan kesehatan;
5. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi persyaratan
kesehatan
6. Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan;
7. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat
hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya;
8. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya;
9. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi makanan
yang dapat menimbulkan keracunan.

6. Vektor penyakit

Indeks lalat harus memenuhi syarat;

Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.

7.Penghijauan

Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan juga berfungsi
untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.
8. Penyediaan air

Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/ orang/hari; Kualitas air
harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum menurut Permenkes 416
tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.

2.4 Sanitasi lingkungan perumahan dan permukiman yang sehat

Sanitasi lingkungan perumahan dan permukiman adalah semua perilaku dan Tindakan yang
dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat di lingkungan perumahan dan permukiman untuk
menghindari kontak dengan kotoran dan bahan buangan bahaya lainnya agar terhindar dari
berbagai masalah Kesehatan yang berkaitan dengan kotoran dan bahan buangan sehingga dapat
meningkatkan derajat Kesehatan masyarakat. bahan berbahaya dan buangan ysng dimaksud
tergolong dalam bahan fisik (sampah padat), mikrobiologi (bakteri, virus, jamur) dan kimia
(limbah pabrik)

Bentuk – bentuk sanitasi di lingkungan perumahan dan permukiman

1. Sanitasi Makanan

Berkaitan dengan bagaimana cara menanam (tanaman), memelihara (hewan dan


tanaman), mengolah, menyimpan, menyajikan makanan agar makanan kehilangan nilai
gizi dan terkontaminasi mikroorganisme pathogen.

2. Pembasmian dan penanggulangan vector dan binatang pengganggu

Berkaitan dengan bagaimana menjaga kebersihan rumah dan lingkungan permukiman


agar bebas dari vector seperti nyamuk, lalat, kecoak, dan hewan pengganggu seperti tikus
melalui kegiatan seperti 3M, membuang sampah pada tempat sampah dan lainnya.

3. Ketersediaan tempat cuci tangan di fasilitas umum seperti taman.


4. Ketersediaan air bersih untuk masyarakat idealnya 15liter/orang/hari
5. Pengelolaan sampah
Tersedianya tempat sampah untuk setiap rumah yang terpisah untuk sampah organic
dan non organik, sebaiknya dibentuk pengurus sampah untuk pemukiman, sehingga
sampah tidak menumpuk dan dapat menjadi media penularan penyakit
6. Sarana pembuangan limbah
Setiap rumah memiliki tempat pembuangan limbah yang aman, dan dipastikan jauh
dari sumber air (sungai, sumur) agar tidak mencemari lingkungan

7. Toilet umum
Toilet umum harus bersih, memiliki air yang cukup, menyediakan sabun untuk
mencuci tangan

2.5 Program dan upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas lingkungan perumahan dan
permukiman.

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan pendekatan untuk merubah perilaku
higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Program
STBM memiliki indikator outcome dan output. Indikatoroutcome STBM yaitu menurunnya
kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi
dan perilaku. Sedangkan indicator output STBM adalah sebagai berikut :

a. Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga
dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang tempat (ODF).

b. Setiap rumahtangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan yang aman di
rumah tangga.

c. Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas (seperti
sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal) tersedia fasilitas cuci tangan
(air, sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar.

d. Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar.

e. Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar.


Untuk mencapai outcome tersebut, STBM memiliki 6 (enam) strategi nasional yang pada bulan
September 2008 telah dikukuhkan melalui Kepmenkes No.852/Menkes/SK/IX/2008. Dengan
demikian, strategi ini menjadi acuan bagi petugas kesehatan dan instansi yang terkait dalam
penyusunan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi terkait dengan sanitasi total
berbasis masyarakat. Pada tahun 2014, naungan hukum pelaksanaan STBM diperkuat dengan
dikeluarkannya PERMENKES Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat. Dengan demikian, secara otomatis Kepmenkes No.852/Menkes/SK/IX/2008 telah
tidak berlaku lagi sejak terbitnya PERMENKES ini.

Strategi Nasional STBM

Dalam PERMENKES Nomor 3 Tahun 2014, strategi penyelenggaraan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) meliputi 3 (tiga) komponen yang saling mendukung satu dengan yang lain
yaitu:

1. Penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment);

2. Peningkatan kebutuhan sanitasi (demand creation);

3. Peningkatan penyediaan akses sanitasi (supply improvement);

Apabila salah satu dari komponen STBM tersebut tidak ada maka proses pencapaian 5 (lima)
Pilar STBM tidak maksimal. Tiga strategi ini disebut Komponen Sanitasi Total.

2.6 Hubungan Kesehatan perumahan dan permukiman dengan pembangunan berkelanjutan.

Hubungan Kesehatan lingkungan perumahan dan pemukiman dengan pembangunan


berkelanjutan adalah sebagai berikut :

1. Kualitas kesehatan lingkungan perumahan yang baik berarti menurunkan resiko


penularan penyakit melalui lingkungan seperti diare, kolera, flu.
2. Terciptanya perilaku hidup bersih dan sehat bagi masyarakat
3. Berkurangnya paparan terhadap vector penyakit seperti nyamuk Anopheles dan Aedes
aegypty karena terjadi pemutusan rantai penularan melalui perilaku menjaga Kesehatan
melalui berbagai kegiatan Kesehatan seperti 3M
4. Terjaganya kulitas Kesehatan lingkungan karena pengelolaan sanitasi yang tepat, efektif
dan efisien.

Dengan begitu derajat Kesehatan masyarakat akan meningkat sehingga meningkatkan


produktivitas masyarakat sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi bangsa, tercipta
sumber daya manusia yang berkualitas dan alam yang terjaga artinya sumber daya negara
terjaga dan dapat digunakan generasi mendatang.

BAB III

REVIEW STUDI KASUS

Kasus

Hubungan TB paru dengan kualitas fisik rumah

TB paru adalah penyakit menular yang ditularkan melalui media udara dengan portal of entry
dan portal of exitnya adalah pernapasan. Agent TB yaitu bakteri Micobacterium tuberculosis
ditularkan lewat droplet penderita kepada host. Lingkungan fisik rumah seperti kelembaban,
suhu, dan sanitasi merupakan determinan tidak langsung yang berperan dalam penularan agent
TB. Kondisi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor
risiko sumber penularan penyakit TBC. Sumber penularan penyakit ini erat kaitannya dengan
kondisi fisik rumah dan sanitasi

Faktor risiko dan lingkungan pada bangunan rumah yang dapat mempengaruhi kejadian
penyakit maupun kecelakaan antara lain ventilasi, pencahayaan, kepadatan hunian, kelembaban
ruangan, binatang penular penyakit, penyediaan air bersih, limbah rumah tangga, hingga
penghuni dalam rumah. Kondisi kesehatan lingkungan rumah berpengaruh secara tidak langsung
terhadap kejadian penyakit TB paru, karena lingkungan rumah yang kurang memenuhi syarat
kesehatan akan mempengaruhi jumlah atau kepadatan kuman dalam rumah tersebut, termasuk
kuman Mycobacterium tuberculosis. Hubungan penyakit tuberculosis paru dipengaruhi oleh
kebersihan udara karena rumah yang terlalu sempit (terlalu banyak penghuninnya) maka ruangan
akan kekurangan oksigen sehingga akan menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh sehingga
meningkatkan resiko tertular. Lingkungan dan rumah yang tidak sehat seperti pencahayaan
rumah yang kurang (terutama cahaya matahari), kurangnya ventilasi rumah, kondisi ruangan
yang lembab, hunian yang terlalu padat mengakibatkan kadar CO2 di rumah meningkat.
Peningkatan CO2, sangat mendukung perkembangan bakteri. Hal ini di karenakan
Mycobacterium tuberculosis adalah aerob obligat dan mendapatkan energi dari oksidasi banyak
komponen karbon sederhana. Menurut sebuah penelitian yang telah dilakukan di Ciampea
menghitung risiko untuk terkena TBC 5,2 kali pada penghuni yang memiliki ventilasi buruk
dibanding penduduk berventilasi memenuhi syarat kesehatan. Pencahayaan rumah yang tidak
memenuhi syarat berisiko 2,5 kali terkena TBC dibanding penghuni yang memenuhi persyaratan,
semua cahaya pada dasarnya dapat mematikan, namun tentu tergantung jenis dan lama cahaya
tersebut.

Rumah dan permukiman yang padat akan meningkatkan resiko menderita TB paru, hal
ini semakin banyak penghuni artinya semakin sempit rumah dan semakin dekat jarak penghuni,
sehingga meningkatkan resiko terpapar droplet, selain itu rumah yang padat apalagi di daerah
perkotaan yang permukimannya padat penduduk biasanya memiliki sistem sanitasi yang tidak
terlalu baik sehingga rentan terhadap penyakit – penyakit menular seperti Vector borne disease
(malaria, DBD), water borne disease (diare, kolera), penyakit kulit ( panu, kudis kurap), dimana
keterpaparan penghuni rumah dan masyarakat pemukiman akan berbagai mikroorganisme
pathogen semakin tinggi, maka daya tahan tubuh akan menurun dan meningkatkan untuk
menderita TB paru, sanitasi rumah juga berkaitan dengan makanan dan air sebagai sumber
nutrisi manusia, jika sistem sanitasi buruk maka sanitasi makanan dalam rumah juga akan
menurun, makanan akan terkontaminasi mikroorganisme pathogen seperti jamur, bakteri dan
virus, debu dan kotoran, sehingga bukannya menjadi sumber nutrisi bagi tubuh tetapi menjadi
media penularan penyakit bagi tubuh, pengelolaan sampah yang buruk dapat menjadikan sampah
sebagai media penularan penyakit, selain itu sampah yang mencemari lingkungan dan air berarti
akan menjadi tempat berkembangnya berbagai masalah Kesehatan manusia dan lingkungan yang
akan menurunkan derajat Kesehatan masyarakat. menurunnya derajat Kesehatan masyarakat
mengindikasikan bahwa masyarakat lebih rentan terinfeksi bakteri Micobacterium tuberculosis.
DAFTAR PUSTAKA

Sumantri, Arif. (2017). Kesehatan lingkungan (Edisi Keempat). Penerbit Kencana:

Fitrianti, Apri. (2016). KESEHATAN MASYARAKAT SANITASI DAN LINGKUNGAN. PT Borobudur Inspira
Nusantara: Surakarta

Mundiatun., daryanto.(2015). PENGELOLAAN KESEHATAN LINGKUNGAN. Penerbit Gava Media:


Yogyakarta

Nurul Pertiwi, Rikha. (2012). HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU, PRAKTIK HYGIENE DAN
SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERCULOSIS DI KECAMATAN SEMARANG UTARA
TAHUN 2011. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT. 1( 2) : 435 – 445
diunduh :https://media.neliti.com/media/publications/18811-ID-hubungan-antara-karakteristik-
individu-praktik-hygiene-dan-sanitasi-lingkungan-d.pdf

Kartika Syafri, Amalia. (2015). HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS
PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK BOYOLALI. Artikel penelitian publikasi. Universitas
Muhammdiya Surakarta diunduh : http://eprints.ums.ac.id/33053/17/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf

Ulinnuha Fahreza, Erwin. (2012). Hubungan antara Kualitas Fisik Rumah dan Kejadian Tuberkulosis
Paru dengan Basil Tahan Asam positif di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Semarang. Jurnal
Kedokteran Muhammadiyah. 1 (1): 9-13 diunduh : http://eprints.ums.ac.id/33053/17/NASKAH
%20PUBLIKASI.pdf

https://www.bphn.go.id/data/documents/11uu001.pdf

http://perkim.bandaacehkota.go.id/2017/01/22/contoh-artikel/

http://puskim.pu.go.id/wp-content/uploads/2018/04/modul-rumah-sehat-redesign.pdf

http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2015-09/S44237-Iis%20Iswanto
http://stbm.kemkes.go.id/app/reference/1/pedoman-pembinaan-perilaku-hidup-bersih-dan-sehat

http://stbm.kemkes.go.id/public/docs/reference/5b99c4c2576e12f4c9a2019139312658b2f3704c9abc5.
pdf

http://stbm.kemkes.go.id/app/about/1/about

Anda mungkin juga menyukai