Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Ilmu Kesehatan Masyarakat Menurut Winslow (1920) bahwa
Kesehatan Masyarakat (Public Health) adalah Ilmu dan Seni : mencegah
penyakit, memperpanjang hidup, ddan meningkatkan kesehatan, melalui
Usaha-usaha Pengorganisasian masyarakat untuk:
1.
2.
3.
4.

Perbaikan sanitasi lingkungan.


Pemberantasan penyakit-penyakit menular.
Pendidikan untuk kebersihan perorangan.
Pengorganisasian
pelayanan-pelayanan

medis

dan

perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan.


5.
Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap
orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara
kesehatannya.
Pengertian sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang
sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan. Sedangkan menurut UU No. 36 Tahun 2009, kesehatan adalah
keadaan sejahterah dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Menurut Hendrick, L. Blumm, terdapat empat faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu: faktor perilaku,
lingkungan, keturunan dan pelayanan kesehatan.
Perilaku yang sehat akan menunjang meningkatnyaderajat kesehatan
hal ini dapat di lihat dari banyaknya penyakit berbasis perilaku dangaya
hidup. Kebiasaan pola makan yang sehat dapat menghindarkan diri kita dari

banyak penyakit di antaranya penyakit jantung, darah tinggi, stroke,


kegemukan, dan diabetes militus. Perilaku atau kebiasaan mencuci tangan
sebelum makan juga dapat menghindarkan kita dari penyakit saluran cerna.
Lingkungan yang mendukung gaya hidup bersih juga berperan
dalam menungkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dalam kehidupan
disekitar kita dapatkita rasakan daerah yang kumuh dan tidak di rawat
biasanya banak penduduknya yang mengidap penyakit seperti gatal-gatal,
infeksi saluran pernafasan, dan infeksi saluran pencernaan. Penakit demam
berdarah juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan tidak bersih,
banyaknya tempat penampungan air yang tidak pernah dibersihkan
menyebabkan perkembangan nyamuk Aedes Aegypti penyebab demam
berdarah meningkat. Hal ini menyebabkan penduduk di sekitar mememiliki
risiko tergigit nyamuk dan tertular demam berdarah.
Banyak penyakit-penyakit yang dapat dicegah namun sebagian
penyakit tidak dapat di hindari seperti penakit akibat dari bawaan atau
keturunan. Semakin besar penduduk yang memiliki risiko penyakit bawaan
akan semakin sulit upaya meningkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu,
perlu adanya konseling perkawinan yang baik untuk menghindari bawaan
yang sebenarnya dapat dicegah munculnya. Akhir-ahir ini teknologi
kesehatan dan kedokteran semakin maju. Teknologi dan kemajuan tenaga
ahli harus diarahkan untuk meningkatkan upaya mewujudkan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
Ketersedian fasilitas dengan mutu pelayanan kesehatan yang baik
akan mempercepat perwujudan derajat kesehatan. Dengan menjadikan
fasilitas pelayanan kesehatan ang bermutu secara merata dan terjangkau

akan meningkatkan akses masarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan.


Ketersediaan fasilitas tentunya harus di topang dengan tersedianya tenaga
kesehatan ang merata dan cukup jumlahnya serta memeliki kompetensi di
bidangnya.
Keempat faktor di atas, sudah sangat jelas namun pada kenyataannya
di masyarakat masih banyak ditemui kondisi-kondisi yang membuat sulit
tercapainya derajat kesehatan yang baik. Hal tersebut terlihat dari masih
banyaknya masyarakt yang merokok, tidak memiliki jamban, tidak memiliki
tempat

sampah,

bahkan

kurangnya

kesadaran

masyarakt

untuk

memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.


Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) adalah salah satu bentuk dan
cara pengajaran kepada mahasiswa. Disamping Pengalaman Belajar
Ceramah (PBC), Pengalaman Belajar Praktik (PBP) dan Pengalaman
Belajar Diskusi (PBD). Keempat bentuk pengalaman belajar tesebut diatas,
akan menjadi satu kesatuan yang saling memperkuat kemampuan
mahasiswa dalam proses mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
Pengalaman

Belajar Lapangan (PBL) merupakan proses belajar

untuk mendapatkan kemampuan profesional kesehatan masyarakat bagi


mereka menyandang predikat Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).
Kemampuan profesional tersebut adalah :
1. Menetapkan

diagnosa

kesehatan

komunitas

yang

mampu

mengidentifikasi dan menyusun masalah kesehatan masyarakat.


2. Menetapkan prioritas masalah kesehatan masyarakat

dan

mengembangkan program penyelesaian masalah kesehatan masyarakat,

dan upaya peningkatan pelayanan kesehatan

masyarakat terutama

menyangkut promotif dan preventif.


3. Bertindak sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti dibidang
kesehatan masyarakat.
4. Melakukan pemberdayaan masyarakat.
5. Bekerjasama dengan suatu tim multidisiplin keilmuan.
6. Menyusun laporan PBL
Untuk mencapai kemampuan-kemampuan tersebut, maka PBL harus
dilakukan secara bertahap, yaitu :
1. Tahap pertama, adalah melakukan penelitian atau survei untuk
memperoleh pengetahuan mendalam tentang masyarakat. Pengetahuan
yang mencakup

kebutuhan dan permintaan, sumber yang bisa

dimanfaatkan, angka kependudukan dan cakupan program serta


bentuk-bentuk kerjasama yang bisa digalang, hal ini dapat diketahui
melalui data umum, data kesehatan dan kaitan antara kedua data
tersebut.
2. Tahap kedua, adalah menginformasikan data-data hasil survei kepada
masyarakat, mengidentifikasi masalah yang ada, menentukan prioritas
masalah, menentukan solusi masalah, merencanakan

bentuk

intervensi, waktu pelaksanaan, biaya pelaksanaan beserta sumbernya.


Semua itu didiskusikan dan disepakati secara bersama-sama oleh
masyarakat dan mahasiswa, karena pada akhirnya intervensi dalam
rangka upaya pemecahan masalah

yang akan dilakukan adalah

melibatkan mahasiswa bersama dengan masyarakat dimana PBL itu


dilaksanakan.

3. Tahap ketiga, adalah merealisasikan upaya pemecahan masalah


kesehatan yang telah disepakati bersama-sama dengan masyarakat
dalam bentuk intervensi program fisik dan non fisik. Intervensi
tersebut tetap dilaksanakan secara terpadu oleh masyarakat dan
mahasiswa.
Ketiga tahapan tersebut memerlukan pengalaman mekanisme yang
panjang dan proses penalaran dalam analisanya. Melalui PBL pengetahuan
ini bisa diperoleh dengan sempurna. Dengan demikian, maka PBL
mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dan untuk itu harus
dilakukan secara benar.

B. Tujuan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) II


PBL II dilaksanakan pada semester V dengan harapan agar mahasiswa
mampu untuk :
1. Melaksanakan program intervensi yang telah dibuat pada PBL I
sebelumnya berdasarkan prioritas yang telah disepakati dengan
masyarakat.
2. Mendorong dan mendukung masyarakat untuk berpartisipasi dalam
kegiatan-kegiatan tertentu dalam pelaksanaan program intervensi.
3. Membuat tolak ukur untuk evaluasi program.
4. Melaksanakan evaluasi bersama masyarakat terhadap program intervensi
yang dilaksanakan pada PBL II.

5. Mempersiapkan alternatif perbaikan program intervensi, bila mana


program intervensi yang telah dilaksanaknan tidak mengenai sasaran
yang diharapkan.
6. Hasil kegiatan diseminarkan di lokasi PBL yang diikuti oleh masyarakat
dan aparat yang terkait.
7. Membuat laporan PBL II.
C. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan PBL
1. Waktu Pelaksanaan Kegiatan PBL II
Kegiatan pengalaman belajar lapangan (PBL) II dilaksanakan selama 15
(lima belas) hari yang dimulai pada tanggal 05 sampai dengan 18 Januari
2015.
2. Tempat Pelaksanaan Kegiatan PBL II
Lokasi kegiatan PBL II ada 9 Desa yang menjadi tempat pelaksanaan PBL
mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Unismuh Palu Tahun 2015
yaitu Desa Tosale, Desa Tolongano, Desa Tanahmea, Desa Salusumpu,
Desa Lalombi, Desa Watatu, Desa Surumana, Desa Mbuwu, Desa Tanah
Mpulu, dan Kelompok IV mendapat tempat di Desa Lalombi sebagai
lokasi untuk melaksanakan kegiatan PBL II yang merupakan lanjutan dari
PBL I.
D. Manfaat
1. Manfaat Bagi Institusi
Adapun manfaat dari pelaksanaan PBL II ini adalah instansi
kesehatan dalam rangka menetapkan kebijakan kesehatan Khususnya
Perencanaan Program-Program Kesehatan.
2. Manfaat Bagi Mahasiswa

Adapun manfaat dari pelaksanaan PBL II ini bagi mahasiswa adalah


mahasiswa mampu melaksanakan program intervensi yang telah dibuat pada
PBL I sebelumnya berdasarkan prioritas yang telah disepakati dengan
masyarakat.
3. Manfaat Bagi Pemerintah
Adapaun manfaat bagi pemerintah untuk dapat menambah informasi
mengenai masalah kesehatan yang ada di kecamatan Banawa Selatan
khususnya di desa Lalombi.
4. Manfaat Bagi Masyarakat
Adapun manfaat dari pelaksanaan PBL II ini bagi masyarakat adalah
untuk lebih memahami program yang sudah diintervensikan atau
dilaksanakan

berdasarkan

keputusan

masyarakat

setempat

bersama

mahasiswa PBL II di Desa Lalombi Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten


Donggala.

BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PBL

A. Sejarah singkat Desa Lalombi


Lalombi merupakan salah satu desa tertua yang ada yang ada di
Kecematan Banawa, konon kabarnya bahwa desa lalombi yang ada sekarang
ini merupakan suatu lautan. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya temuan
beberapa jenis batuan karang yang bercampur dengan tanah.
Menurut tutur kata dari berbagai tokoh masyarakat bahwa asal kata
lalombi berasal dari sebuah Pohon Kayu yang sangat Besar yang tumbuh
dikawasan Banawa. Lama kelamaan pohon kayu lalombi rubuh/tumbang
kearah timur sehingga tumbuh atau terbentuk sebuah perkampungan yang
diambil dari sebuah pohon kayu yang bernama Lalombi.
Desa Lalombi hingga sekarang ini dihuni oleh beberapa macam suku
antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.

Suku Bugis
Suku Kaili
Suku Mandar
Suku Jawa
Dan lain-lain

Akan tetapi yang mendominasi adalah suku kaili karena pada


zaman itu banyak para perantau dari makassar maupun yang dikejar-kejar
oleh para penjajah sehingga mereka melarikan diri dengan menelusuri
pesisir pantai sehingga mereka sampai didesa lalombi.
Desa Lalombi sejak tahum 1925 sudah terbentuk suatu sistem
pemerintahan yang sah dipimpin oleh seorang kepala kampung yang
diutus oleh Raja Banawa yang luas daerahnya khususnya yang meliputi
Tanahmea hingga daerah Salumpaku.
Adapun nama-nama Kepala Desa Lalombi dan tahun pemerintahan
menduduki pemerintah di Desa Lalombi adalah :
1. Lamakarau
(1925-1929)
2. Lahia
(1929-1932)
3. Lagonde
(1923-1935)
4. Lahia
(1935-1938)
5. All
(1938-1941)
6. Lagoni
(1941-1944)
Pada waktu itu Tanah Mea dan desa Salumpaku masih bersatu dengan
Desa Lalombi.
7. Ibrahim
(1944-1945)
Tanah Mea dan Salumpaku sudah terpisah dari desa Lalombi
8. Matimmu
(1945-1948)
9. Sangaji
(1948-1950)
10. Muh. Ali DG. Maratu
(1950-1953)
11. Hasan
(1953-1956)
12. Abu Nawas
(1956-1958)
13. Laburingga
(1958-1960)
14. Impali Lamarauna
(1960-1962)
15. Asip
(1962-1963)
16. H. Ladami Languja
(1963-2001)
17. Agung P.
(2003-2014)
18. Najemudin S.Sos (PLH)
(2014-2015)

B. Keadaan Geografis Dan Demografis


a. Keadaan Geografis

Secara singkat Desa Lalombi merupakan salah satu yang ada


diwilayah Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala. Desa
Lalombi terletak kurang lebih 66 km dari ibu kota Provinsi dan 32 km ibu
kota kabupaten.
Secara administratif

Desa Lalombi memiliki batas wilayah sebagai

berikut :
1. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Salumpaku dan Kecamatan
Marawola
2. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Surumana.
3. Sebalah Selatan berbatasan dengan Desa Watatu
4. Sebelah Utara berbatasan dengan Tanah Mea dan perairan Selat
Makassar.

b. Keadaan Potensi Desa


Desa Lalombi mayoritas pendudunya sebagai petani. Adapun
potensi desa anatara lain :
1. Kakao
2. Cengkeh
3. Kelapa
4. Pisang
5. Kemiri
6. Kopi
7. Pala
c. Jenis Kegiatan Usaha Masyarakat
1. Usaha Perkebunan
2. Usaha Kios
3. Usaha Angkutan Pedesaan

10

4. Usaha Nelayan
d. Sarana dan Prasana
1. Kantor
2. Sekolah PAUD
3. Sekolah Dasar
4. Sekolah SMK Perikanan
5. Masjid
6. Puskesmas Pembantu

1 Unit
4 Unit
3 Unit
1 Unit
4 Unit
1 Unit

C. Keadaan Sosial Budaya


Penduduk Desa Lalombi sebagian Besar adalah Penduduk kaili dan
suku bugis. Penduduk Desa Lalombi seluruhnya memeluk agama Islam dan
berdasarkan hasil peninjauan lokasi ada 4 masjid terdapat di Desa Lalombi
sebagai sarana beribadah masyarakat setempat.
Bentuk rumah penduduk di Desa Lalombi adalah rumah permanen
dan semi permanen, namun massih juga terdapat rumah panggung yang
kebanyakan adalah bangunan lama. Di Desa Lalombi massih memegang
teguh adat istiadat setempat, seperti upacara adat, perayaan keagamaan,
kepercayaan-kepercayaan (pamali), perlakuan-perlakuan Khusus terhadap ibu
hamil dan bayinya.
Desa Lalombi dipimpin oleh Kepala Desa dan tiap Dusun dipimpin
oleh Kepala Dusun untuk setiap anggota masyarakat yang di angkat menjadi
Kepala Dusun. Ada pula yang bertindak sebagai Imam Desa mereka dianggap
sebagai tokoh dalam massyarakat, khususnya di daerah ini imam desa juga
merupakan orang yang dituakan oleh Desa tersebut.

D. Status Kesehatan

11

Berdasarkan hasil yang di perolehdari masyarakat (data primer)


didapatkan bahwa keempat faktor yang mempengaruhi status kesehatan
masyarakat, yang paling berpengaruh adalah faktor perilaku (kesadaran
masyarakat berperilaku hidup sehat mencapai derajat kesehatan yang optimal
yang telah di tanamkan oleh pemerintah).

1. Lingkungan
Berdasarkan hasil survei PBL I, keadaan lingkungan di Desa
Lalombi masih kurang baik, hal ini di akibatkan karena banyaknya sampah
yang berserakan di pekarangan dan lingkungan sekitar pemukiman warga.
Selain itu juga masih banyak masyarakat

yang membuang air besar

sembarangan tempat seperti sungai, kebun, dan semak-semak yang dapat


mengakibatkan pencemaran terhadap lingkungan sekitar. Dari hasil dari
wawancara dengan masyarakat, keadaan lingkungan sekitar yang masih
kurang baik dikarenakan kurangnya fasilitas penunjang kesehatan seperti
jamban, Tempat Sampah, dan SPAL sehingga masyarakat massih kurang
sadar akan pentingnya kesehatan lingkungan.
Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa masih kurangnya
kepedulian masyarakat Desa Lalombi terhadap kesehatan lingkungan serta
kesadaran akan pentingnya hidup sehat.
2. Perilaku
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu
tindakan yang dapat diamati dan mempunyai spesifik, durasi dan tujuan
baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor

12

yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut


amat kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat memikirkan
penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu. Karena itu amat
penting untuk dapat dapat menelah alasan dibalik perilaku individu,
sebelum ia mampu mengubah perilaku tersebut.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Adapun kegiatan Pengalaman belajar Lapangan (PBL) II berupa
kegiatan pelaksanaan progran intervensi masalah yang telah diprioritaskan
dan di sepakati dengan masyarakan di lokasi PBL yang di laksanakan dari
tanggal 5 Januari 2015 sampai dengan tanggal 18 Januari 2015 dengan hasil
sebagai berikut:
1. Intervensi Fisik
a. Pembuatan Jamban Percontohan
1) Kegiatan
: Pembuatan jamban percontohan.
2) Tujuan
: Agar masyarakat menyadari
tentang pentingya membuang air besar
atau hajad pada tempatnya sehingga
tidak menjadi sumber penularan penyakit.
3) Indikator/Target
4) Sasaran
5) Sumber Biaya

: 1 buah jamban percontohan


: Masyarakat Desa Lalombi.
: Mahasiswa : Rp. 193.000,Swadaya Masyarakat: Rp. 1.005.000,6) Unit Cost

Semen

@Rp.68.000,-: Rp68.000,Pasir @Rp. 50.000,-: Rp. 50.000,-

13

Sak

Pipa 3 cm
Sambungan

@Rp. 60.000,-: Rp. 60.000,(sok)

Pipa

cm

@Rp.

15.000,-:Rp. 45.000,Papan 10 Lembar@Rp. 44.000,-:


Rp. 440.00,Balak 4 Batang@Rp25.000,-: Rp 100.00,Seng @Rp 50.000,- : Rp. 200.000,Paku 1 Kg @Rp. 20.000,- : Rp. 30.000,Cat 1 Kaleng @25.000,- :Rp. 25.000,Lem Pipa

@10.000,- :Rp. 10.000,-

Gergaji Besi @15.000,- :Rp. 15.000,7) Total Cost


8) Waktu Pelaksanaan
9) Hasil Realisasi
10) Tempat Pelaksanaan

:
:
:
:

Rp 1.198.000,Tanggal 9 s/d 14 Januari 2015.


100%
Dusun IV.

b. Pembuatan Saluran Pembuangan Air Limbah


1)Kegiatan :
Pembuatan
2) Tujuan

Percontohan

Pembuangan Air Limbah


: Agar masyarakat menyadari betapa
pentingnya SPAL untuk menigkatkan

Saluran

derajat

kesehatan masyarakat Desa Lalombi, terutama dalam


hal penularan penyakit.
3) Indikator/Target

Masyarakat

Desa Lalombi yang belum mempunyai


SPAL, pembuatan SPAL percontohan 1
4) Sasaran
5) Sumber Biaya

:
:

Unit.
Masyarakat Desa Lalombi
Mahasiswa
: Rp. 55.000,14

Swadaya Masyarakat : Rp.45.000,6) Unit Cost

Pipa 2 cm

: Rp. 45.000,- : Rp. 45.000,-

Sambungan Pipa 2 cm@Rp. 10.000,-:


Rp. 10.000,Pasir : Rp. 50.000,-:Rp50.000,Batu : Rp.50.000,-: Rp. 50.000,7)

Total Cost

Rp. 215.000,-

8)

Waktu Pelaksaan

Tanggal 13 Januari 2015

9)

Realisasi

100%

10)

Tempat pelaksaan

Dusun II

c. Pembuatan Percontohan Tempat Sampah


1) Kegiatan

: Pembuatan Tempat Sampah Percontohan.

2) Tujuan

: Agar masyarakat tidak membuang sampah


disembarangan tempat.

3) Indikator/Target

: 4 Unit di 2 (Dua) Dusun yaitu Dusun 1 dan


Dusun 2.

4) Sasaran

: Masyarakat Desa Lalombi

5) Sumber Biaya

: Mahasiswa

: Rp. 205.000,-

Sawadaya Masyarakat : Rp. 6) Unit Cost

: Tempat Sampah Plastik : Rp. 80.000,-:


Rp 160.000,Tempat Sampah Besi : Rp.22.500,-:
Rp.45.000,-

15

7) Total Cost
8) Waktu Pelaksanaan
9) Realisasi
10) Tempat Pelaksaan
2.

Intervensi Non Fisik


a. penyuluhan
1) Kegiatan
2) Tujuan

3) Indikator
4) Sasaran
5)
6)
7)
8)
9)

lebih dari dua atau tiga.


Sumber Biaya
Unit Cost
Total Cost
Waktu Pelaksanaan
Tempat Pelaksanaan

b. Kegiatan Ekstra
a) Bakti Sosial
1) Kegiatan
2) Tujuan

3) Indikator

:
:
:
:

Rp. 205.000,Tanggal 14 s/d 15 Januari 2015


100%
Dusun I dan Dusun II

: Penyuluhan tentang KB di Posyandu


Dusun II.
: Mendorong agar ibu-ibu dapat
Memperlambat pertumbuhan penduduk
dengan melaksanakan KB
: Wanita usia subur.
: Ibu-ibu yang mempunyai bayi dan balita
:
:
:
:
:

Mahasiswa
Rp. 50.000,Rp. 50.000,Tanggal 7 dan 8 Januari 2015
Posyandu Dusun II dan IV.

:
:

Bakti sosial di Mesjid Lalombi.


Membangun sifat gotong
royong dan kerjasama serta
melakukan pendekatan
terhadap masyarakat Desa Lalombi.
Masih banyak masyarakat Desa

Lalombi yang belum mengerti tentang


kerjasama atau gotong royong, dalam hal
ini

hanya

25,13

yang

ikut

berpartisipasi dalam bakti sosial terebut.


4)
5)
6)
7)
8)

Sasaran
Unit Cost
Total Cost
Waktu Pelaksanaan
Tempat Pelaksanaan

:
:
:
:
:

Masyarakat Desa Lalombi


Rp. 20.000,Rp. 20.000,Tanggal 11 Januari 2015
Mesjid Desa Lalombi

16

b) Pembuatan Daur Ulang Sampah (pupuk Kompos)


1) Kegiatan
: Pembuatan daur ulang sampah menjadi
2) Tujuan

Pupuk kompos.
Untuk memotivasi masyarakat
agar sampah yang tidak dapat berguna
menjadi

sesuatu

yang

bermanfaat

terutama di sektor pertanian.


3) Indikator :
Meningkatkan
kesadaran

masyarakat

tentang

pentinganya daur ulang sampah menjadi


pupuk
4)
5)
6)
7)
8)

Sasaran
Sumber Biaya
Unit Cost
Total Cost
Waktu Pelaksanaan

:
:
:
:
:

9) Tempat pelaksanaan :

dan

dapat

menigkatkan

perekonomian keluarga.
Masyarakat Desa Lalombi Dusun I
Mahasiswa PBL II
Rp 50.000,Rp 50.000,Tanggal 15 Januari 2015 sampai 1 bulan
kemudian
Rumah Kepala Dusun I

17

B. Pembahasan
1)
Intervensi fisik :
1) Pembuatan Percontohan Jamban Keluarga Darurat Sederhana
Dari hasil kegiatan pembuatan percontohan jamban
Keluarga darurat sederhana di Desa Lalombi terutama pada Dusun
IV yang terealisasi sebanyak 1 (satu) buah yang tempat
pelaksanaannya di Dusun II telah terlaksanakan dengan baik
walaupun dalam pembuatan kegiatan ini hanya sebagian kecil
masyarakat

yang

memahami

dan

mau

melaksanakannya,

dikarenakan oleh kesibukan kesibukan masyarakat itu sendiri


maupun dari faktor ekonomi yang tidak mendukung.
2) Pembuatan Percontohan Saluran Pembuangan Air Limbah
Dari hasil pembuatan SPAL (Saluran Pembuaangan Air
Limbah) di Desa Lalombi yang terealisasi di rumah warga pada
tanggal 13 Januari 2015. Tujuan dari pembuatan SPAL adalah untuk
mengurangi

pencemaran

lingkungan

yang

menjadi

tempat

berkembangbiakan vektor penyakit yang dapat mengakibatkan


penyakit seta mudahnya penyakit itu menyebar, menimbulkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya SPAL dirumah mereka, dan
membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
3). Percontohan Tempat Sampah Sehat
hasil dari kegiatan tempat saampah kedap air di Desa
Lalombi terutama pada Dusun I dan II yang terealisasi Sebanyak 4
(empat) buah yang dimana terdapat tempat ampah basah daan tempat
sampah kering. Tempat pelaksanaan ditempatkan di rumah warga

18

yang berada di Dusun I dan II telah terlaksana dengan baik walaupun


dalam percontohan ini kami membelikan tempat saampah terbuat
dari tempat sampah plastik dan tempat sampah terbuat dari Drum
bekas. Kegiatan ini hanya sebagian masyarakat kecil yang
memahami dan mau melaksanakan, dikarenakan oleh kesibukkan
masyarakat itu sendiri mau pun faktor ekonomi yang tidak
mendukung.
Intervensi Non Fisik :

b.
1)

Penyuluhan KB
Penyuluhan mengenai KB (bagaimana cara berKB yang
benar). Dari hasil kegiatan penyuluhan mengenai KB yang tempat
pelaksanaannya di Posyandu Desa Lalombi pada tanggal 7 dan 8
Januari 2015, dihadiri warga Dusun II dan Dusun IV yang ikut
berpartisipasi.
Penyuluhan ini dilakukan untuk merubah perilaku Ibu-ibu agar
mengetahui dan senantiasa menerapkan untuk berKB yang baik dan
benar dan diterapkan di kehidupan sehari-hari maupun dilingkungan
sekitarnya sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan.
Kegiatan ini telah terlaksanakan dengan baik, hal ini dapat
dilihat dari antusias para Ibu-ibu yang membawa bayi dan balitanya,
yang dengan seksama memperhatikan bagaimana cara berKb dengan
benar yang dijelaskan secara langsung oleh mahasiswa PBL.

b.

Penyuluhan jamban
Dari hasil penyuluhan jamban di Dusun IV Desa Lalombi
pada tanggal 8 Januari 2015 dihadiri oleh masyarakat Dusun IV.

19

Penyuluhan ini dilakukan agar meningkatkan pengetahuan dan


kesadaran masyarakat tentang pentingnya jamban dan penggunaan
jamban tidaklah harus menggunakan jamban yang mewah, namun
dapat disesuaikan dengan keadaan ekonominya dari berbaagai macam
jamban yang ada. Sehingga masyarakat dapat mau membuat jamban
darurat yang sederhana dan tidak lagi membuangan kotoran
disembarangan tempat serta selalu menjaga kebersihan lingkungan.
Dalam penyuluhan ini Mahasiswa PBL diminta oleh Bidan Desa
untuk menyuluh atau sebagai promotor di Dususn IV.
Kegiatan ini terlaksana dengan baik walaupun dalam
kegiatan ini hanya sebagian kecil masyarakat yang hadir, dikarenakan
oleh kesibukkan dan masih kurangnya kesadaran unutuk menerapkan
perilaku hidup sehatbaik didalam kehidupan pribadi, keluarga maupun
lingkungan masyarakat Desa Lalombi dapat meningkat.

C. Kegiatan Ekstra
Ada dua kegiatan ekstra yang dilaksanakan yaitu bakti sosial dan
pembuatan daur ulang ulang sampah menjadi Pupuk Kompos.
a. Bakti Sosial
Kegiatan bakti sosial ini dapat memberi dorongan kepada
masyarakat Desa lalombi, untuk selalu menjaga kesehatan lingkungannya
dan memelihara terutama tempat ibadah (Masjid). Dari hsil kegiatan

20

bakti sosial ini yang tempat pelaksanaannya di Masjid Desa Lalombi


pada tanggal 11 januari 2015.
b. Pembuatan daur ulang sampah Menjadi Pupuk Kompos
Pembuatan daur ulang sampah basah menjadi Pupuk kompos di
lakukan agar masyarakat Desa Lalombi terutama Dusun I dapat memilah
antara sampah basah dan sampah kering untuk dapat menfaatkannya
kembali, terutama untuk sampah basah di ubah menjadi Pupuk Kompos
untuk sektor pertanian.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) adalah salah satu bentuk dan
cara pengajaran kepada mahasiswa. Di samping Pengalaman Belajar Ceramah
(PBC), Pengalaman Belajar Praktika (PBP) dan Pengalaman Belajar Diskusi
(PBD). Keempat bentuk pengalaman belajar tesebut diatas, akan menjadi satu
kesatuan yang dapat menumbuhkan, membina sikap serta

21

memeperkuat

kemampuan mahasiswa dalam proses mencapai tujuan pendidikan yang di


inginkan.
Selama pelaksanaan PBL II mahasiswa dihadapkan langsung dengan
permasalahan khususnya tentang masalah kesehatan yang ada dilapangan
dengan harapan mahasiswa dapat melakukan program intervensi yang akan
dilaksanakan. Setelah kami melaksanakan PBL II di Desa Lalombi kecamatan
Banawa Selatan Kabupaten Donggala, maka kami dapat menarik kesimpulan
yang terdapat dalam tujuan mahasiswa PBL II yaitu sebagai berikut :
a. Kami melaksanakan program intervensi yang telah dibuat pada PBL I yang
sebelumnya berdasarkan proritas yang telah disepakati dengan masyarakat,
bahwa hasil keputusanya yaitu pembuatan jamban keluarga darurat
sederhana, SPAL, tempat sampah sebagai bahan percontohan saja,
selanjutnya masyarakat Desa Lalombi yang meneruskanya.
b. Kami mendorong dan mendukung masyarakat Desa Lalombi untuk
berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan tertentu dalam pelaksanaan
program intervensi yaitu pembuatan jamban keluarga darurat sederhana,
SPAL, dan tempat sampah.
c. Kami bersama dengan masyarakat melaksanakan evaluasi terhadap
program intervensi yang dilaksanakan pada PBL II berupa sumber dana
yang di dapatkan dari swadaya masyarakat berupa pasir, batu, papan,
balok kayu, seng, pipa dan tenaga sedangkan dari mahasiswa PBL II
berupa cat,sambungan pipa lem pipa, gergaji besi, semen dan tenaga.
d. Setelah melaksanakan program intervensi pembuatan jamban Keluarga
darurat sederhana selama 3 hari terhitung yang dimulai tanggal 9 sampai
dengan 11 Januari 2015, pembuatan SPAL selama 1hari pada tanggal 13
Januari 2015 , dan tempat sampah selama 4 hari terhitung dari tanggal 12

22

sampai dengan 15 januari 2015, dan kami melakukan seminar hasil dari
kegiatan PBL I dan II yang diikuti oleh masyarakat dan aparat setempat
pada tanggal 16 Januari 2015 di Kantor Desa Watatu Kec. Banawa Selatan
Kab. Donggala.
e. Membuat laporan berdasarkan apa yang didapatkan pada Pengalaman
Belajar Lapangan (PBL II), di Desa Lalombi kecamatan Banawa Selatan
Kabupaten Donggala, sebagai bahan belajar bagi mahasiswa Fakultas
Kesehatan Masyarakat.

B. Saran
1. Bagi Puskesmas
a. Diharapkan lebih giat lagi dalam melakukan upaya peningkatan
kesehatan masyarakat melalui penyuluhan atau pendidikan kesehatan
kepada individu, keluarga dan masyarakat.
b. Pelaksanaan kegiatan posyandu yang sudah terbentuk agar dapat
ditingkatkan dengan baik secara kualitas maupun kuantitasnya.
c. Diharapkan sesegera mungkin memanfaatkan Puskesmas Pembantu yang
ada di wilayah tersebut agar masyarakat bisa mendapatkan pelayanan
kesehatan.
2. Bagi Pemerintah Desa
Diharapkan bisa bekerjasama dengan baik antar aparat desa dalam
melaksanakan program kesehatan.
3. Bagi Masyarakat Desa Lalombi Kecamatan Donggala

23

a. Diharapkan mampu berpartisipasi dalam setiap pelaksanaan program


kegiatan mahasiswa PBL demi kemajuan kesehatan Masyarakat Desa
Lalombi Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala.
b. Dengan adanya percontohan jamban Keluarga darurat sederhana, SPAL,
tempat sampah, masyarakat Desa Lalombi lebih menyadari pentingnya
membuang hajad dan sampah pada tempatnya dan melanjutkan dengan
cara membuat masing-masing jamban keluarga yang sehat, SPAL yang
tidak menyebabkan penyakit, tidak membuang sampah semabrang
tempat terutama dapat memilih yang mana sampah basah dan yang mana
sampah kering di rumah agar lebih terjaga kebersihan lingkungan desa.
c. Agar masyarakat lebih memahami pentingnya kesehatan bagi individu,
keluarga dan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

24

Armawardi, dkk. 2012. Laporan Pengalaman Belajar Lapangan Universitas


Muhammadiyah Palu.
Murdianto, dkk. 2012. Laporan Pengalaman Belajar Lapangan Universitas
Muhammadiyah Palu
Tim Penyusun. 2014. Panduan PBL

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Muhammadiyah Palu.


Profil Desa Lalombi, 2014. Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala.
Haryayoto Kunoputranto, 1985, Wikipedia : PembuanganLlimbah.
Nurmaini, 2001 dan Chandra, 2006 : WHO, 1993 : Vektor Penularan Penyakit.

25

Anda mungkin juga menyukai