PERUBAHAN ORGANISASI
MATA KULIAH TEORI PERUBAHAN PERILAKU
MINAT STUDI PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU
Oleh :
BAB 1 ..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB 2 ..................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN .................................................................................................... 4
BAB 3 ................................................................................................................... 15
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Makalah ini berjudul
“MOBILISASI ORGANISASI UNTUK PROMOSI KESEHATAN : TEORI
PERUBAHAN ORGANISASI”. Penuliasan makalah ini dilakukan dalam rangka
memnuhi tugas mata kuliah Teori Perubahan Perilaku. Kami sangat berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi perbaikan untuk makalah ini.
Penulis
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
komunitas, koalisi dan kemitraan, dan penelitian partisipatif berbasis
masyarakat.
2
1.4 Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini yaitu sebagai referensi dan pengetahuan
terkait mobilisasi organisasi untuk promosi kesehatan pada mata kuliah teori
perubahan perilaku.
3
BAB 2
PEMBAHASAN
Pada pendekatan yang bersifat non -direktif, maka diambil asumsi bahwa
masyarakat tahu apa sebenarnya yang mereka butuhkan dan apa yang baik untuk
mereka. Peranan pokok ada pada masyarakat, sedangkan petugas lebih bersifat
menggali dan mengembangkan potensi masyarakat. Prakarsa kegiatan dan sumber
daya yang dibutuhkan berasal dari masyarakat. Sifat interaksi adalah partisipatif
dan masyarakat dilihat sebagai subyek. Mengingat keragaman dalam potensi
masyarakat, diperlukan penyesuaian antara pendekatan yang dipilih dikaitkan
dengan potensi dari masyarakat dimana kegiatan pembangunan itu dilaksanakan.
4
Dalam pilihan pendekatan tersebut harus tetap diingat bahwa upaya pembangunan
haruslah merupakan upaya untuk mewujudkan potensi yang dimiliki oleh
masyarakat.
Hal ini dapat dianalogikan dengan suatu konsep yang disebut konsep piring
terbang. Sesuai dengan hukum mekanika, maka suatu piringan yang berputar akan
bergerak naik jika mengalami peningkatan dalam kecepatan berputarnya dan akan
bergerak turun jika mengalami penurunan dalam kecepatan berputarnya. Potensi
masyarakat dapat digambarkan sebagai energi yang ada dalam sebuah piringan
yang berputar. Kecepatan berputar ini berbeda -beda antara satu kelompok
masyarakat dibandingkan dengan kelompok lainnya. Perbedaan inilah yang
menyebabkan adanya perbedaan ketinggian dari masing -masing piring tersebut
(Kurniati, 2015).
Pada kelompok masyarakat yang sudah berkembang maka energi yang ada
sudah dikembangkan secara optimal sehingga tingkat perkembangannya lebih
tinggi dibandingkan dengan kelompok masyarakat lain yang belum berkembang.
Dikaitkan dengan hukum mekanika dalam piring terbang tersebut, maka posisi
piring terbang akan dapat ditingkatkan dengan menambah kecepatan berputarnya.
Penambahan kecepatan ini bisa berasal dari luar maupun dari dalam. Yang penting
diperhatikan adalah penambahan perputaran harus dilakukan pada saat yang tepat
dan dengan arah yang sesuai, jika kita menginginkan terjadinya peningkatan
kedudukan piring terbang tersebut agar naik lebih tinggi dari posisi semula.
Penambahan perputaran yang terjadi secara tiba -tiba dapat menimbulkan
kegoncangan dan penambahan percepatan yang tidak sesuai dengan arah semula
justru akan menimbulkan keruntuhan (Wilianarti & Wulandari, 2021).
5
bertahap dikembangkan pendekatan yang bersifat partisipatif dalam bentuk
pendelegasian wewenang dan pemberian peran yang semakin besar kepada
masyarakat. Secara keseluruhan terdapat enam tahapan pokok PPM, yaitu:
1. Persiapan
Pada tahap persiapan maka dilakukan persiapan yang bersifat intern petugas
dan persiapan sosial untuk masyarakat. Persiapan petugas berupa hal -hal yang
bersifat teknis-administratif dan yang bersifat pilihan strategis pendekatan.
Pada tahap persiapan sosial, perlu mulai dilakukan pengenalan masyarakat,
pengenalan masalah dan selanjutnya diikuti dengan upaya penyadaran.
2. Perencanaan
3. Pelaksanaan
4. Pemantauan
5. Evaluasi
6
dasar untuk dilakukan analisis, dan dikhawatirkan akan mengakibatkan
spekulasi
6. Perluasan.
Dalam keseluruhan tahapan maka terdapat pembagian peran yang berbeda -beda
antara petugas dan masyarakat. Pada tahap awal, petugas mempunyai peranan yang
lebih dominan tetapi secara bertahap dilakukan pendelegasian wewenang dan
pengembangan peran yang lebih besar kepada masyarakat, sehingga akhirnya peran
utama selanjutnya dipegang oleh masyarakat dan peran petugas lebih bersifat
konsultatif (Fitriani & Riniasih, 2021).
7
1. Pendekatan Direktif
Pada suatu pendekatan yang direktif, petugaslah yang menetapkan apa yang
baik atau buruk bagi masyarakat, cara -cara apa yang perlu dilakukan untuk
memperbaikinya dan selanjutnya menyediakan sarana yang diperlukan
untuk perbaikan tersebut. Dengan pendekatan seperti ini memang prakarsa
dan pengambilan keputusan berada ditangan petugas. Dalam prakteknya
petugas memang mungkin menanyakan apa yang menjadi kebutuhan
masyarakat atau cara apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi suatu
masalah, tetapi jawaban yang muncul dari masyarakat selalu diukur dari
segi baik dan buruk menurut petugas. Dengan pendekatan ini memang
banyak hasil yang telah diperoleh, tetapi terutama untuk hal - hal yang
bersifat tujuan jangka pendek, atau yang bersifat pencapaian secara fisik.
Pendekatan seperti ini menjadi kurang efektif untuk mencapai hal -hal yang
sifatnya jangka panjang atau untuk memperoleh perubahan -perubahan
mendasar yang berkaitan dengan perilaku. Penggunaan pendekatan direktif
sebetulnya juga mengakibatkan hilangnya kesempatan untuk memperoleh
pengalaman belajar dan menimbulkan kecenderungan untuk tergantung
kepada petugas.
8
a. Kelebihan pendekatan direktif
1) Cepat
2) Mudah dilakukan
1) Bersifat semu
2) Terpaksa
9
12) Bersifat pasif, kurang inisiatif, dan lebih banyak menjadi
pendengar.
10
merata dalam wilayah kesatuan Negara RI yang kuat. Tujuan pembangunan seperti
ini memuat ciri-ciri keselarasan antara kemajuan lahiriah dan kepuasan batin,
keselarasan hubungan Manusia dengan Tuhan, antara Manusia dengan sesamanya,
antara Manusia dengan Lingkungan Alam dan keselarasan hubungan dengan
Bangsa-Bangsa. Oleh karena itu tujuan pembangunan adalah meningkatkan
kualitas manusia, baik kualitas fisik maupun non fisik (Depkes RI 2004). Untuk
mencapai tujuan tersebut, maka harus dilaksanakan secara bertahap dan diharapkan
keikutsertaan atau partisipasi aktif dari seluruh masyarakat didalamnya karena
partisipasi berarti ikut sertanya masyarakat di dalam usaha-usaha pemerintah dalam
proses pembangunan, baik bersifat dana, tenaga, atau pikiran.
Partisipasi dapat bersifat semu bila prilaku yang diperlihatkan bersifat sangat
sementara dan sangat jauh dari yang diharapkan atau tidak disertai dengan
kesediaan psikologis yang sesungguhnya, sebaliknya partisipasi dapat bersifat
parsial bila prilaku yang ditamapilkannya hanya sebagian saja dari yang
sesungguhnya diharapkan akan tetapi dapat juga menjadi lengkap bila sesuai atau
mendekati yang diharapkan, Menurut (Sikome et al., 2016) mengemukakan secara
operasionalnya partisipasi masyarakat diperlukan berbagai macam tingkatan yaitu:
11
tiba dan orang miskin (Garvin & Cox, 2001). Sementara diskusi yang lebih lengkap
tentang sejarah pengorganisasian komunitas dapat ditemukan di tempat lain (lihat
Minkler & Wallerstein, 2012), beberapa tonggak penting dalam sejarah ini adalah
periode pasca Rekonstruksi di mana orang Afrika-Amerika terorganisir untuk
menyelamatkan hak-hak yang baru dimenangkan, gerakan agraria Populis, dan
gerakan buruh tahun 1930-an dan 1940-an (Garvin & Cox, 2001). Awalnya model
konsensus, pada 1950-an, dengan perjuangan buruh mendapatkan perhatian,
pengorganisasian masyarakat mulai menekankan konfrontasi dan strategi konflik
untuk perubahan sosial (Alinsky, 1972). Sejak 1950-an, strategi dan taktik
organisasi masyarakat semakin banyak diterapkan untuk mencapai tujuan
perubahan sosial yang lebih luas: misalnya, oleh gerakan hak-hak sipil, hak-hak
perempuan, hak-hak gay, dan hak-hak disabilitas dan bahkan oleh New Right dalam
pengorganisasiannya untuk melarang aborsi dan pernikahan gay. Sejak pertengahan
1990-an, kelompok di seluruh spektrum politik telah membangun komunitas
online, mengorganisir dukungan dalam skala massal (Smith, 2011).
12
E. Contoh Implementasi Promosi Kesehatan Melalui Upaya
Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat
13
2. Mensosialisasikan Rencana Program dan Kegiatan Kampung KB
yang telah disusun.
3. Mensosialisasikan Alokasi Jadwal Kegiatan (AJK) bulanan dan
mingguan. Pemaparan informasi tentang alur pengganggaran
kegiatan (APBN/APBD/Dana Desa/Dukungan anggaran lintas
sektor).
4. Mensosialisasikan format-format evaluasi dan pelaporan.
5. Koordinasi lintas sektor dan kemitraan
14
BAB 3
kemandirian melalui keterlibatan atau peran serta aktif dari keseluruhan anggota
direktif atau pendekatan yang bersifat non direktif. Pada pendekatan yang bersifat
direktif, diambil asumsi bahwa petugas tahu apa yang dibutuhkan dan apa yang baik
untuk masyarakat. Pada pendekatan yang bersifat non -direktif, maka diambil
asumsi bahwa masyarakat tahu apa sebenarnya yang mereka butuhkan dan apa yang
Makalah ini diharapkan tidak hanya sebatas sebagai referensi atau tambahan
pengetahuan saja, penulis berharap isi makalah ini bisa bermanfaat dan dapat di
menyadari makalah ini masih memiliki keterbatasan dan kekurangan, maka dari itu
penulis berharap saran dan masukan pembaca supaya makalah ini lebih baik lagi
serta bisa dijadikan acuan penulis selanjutnya untuk lebih dalam menjelaskan
15
DAFTAR PUSTAKA
Alinsky, S. D. (1972). Rules for radicals: A pragmatic primer for realistic radicals.
New York: Vintage.
Arnstein, S. R. (1969). A ladder of citizen participation. Journal of the American
Institute of Planners, 35(4), 216–224.
Carter-Edwards, L., Cook, J., McDonald, M. A., Weaver, S. M., Chukwuka, K., &
Eder, M. (2013). Report on CTSA consortium use of the community
engagement consulting service. Clinical and Translational Science, 6(1), 34–
39.
Centers for Disease Control and Prevention. (1997). Principles of community
engagement. Atlanta: CDC, Public Health Practice Program Office. Retrieved
from http://www.cdc.gov/phppo/pce
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana. (2007). Perencanaan dan
Pembentukan Kampung KB.
Fitriani, & Riniasih, W. (2021). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pada Lansia
Tentang Vaksin Covid-19 Terhadap Motivasi Lansia Mengikuti Vaksinasi
Covid-19 Di Dusun Ngablak Desa Ngraji Kecamatan Purwodadi Kabupaten
Grobogan. 6(2).
Fawcett, S., Abeykoon, P., Arora, M., Dobe, M., Galloway-Gilliam, L., Liburd, L.,
& Munodawafa, D. (2010). Constructing an action agenda for community
empowerment at the 7th Global Conference on Health Promotion in Nairobi.
Global Health Promotion, 17(4), 52–56.
Garvin, C. D., & Cox, F. M. (2001). A history of community organizing since the
Civil War with special reference to oppressed communities. In J. Rothman, J.
L. Erlich, & J. E.
Tropman (Eds.), Strategies of community intervention (6th ed., pp. 65–100). Itasca,
IL: Peacock.
Geiger, J. (2005). The first community health centers: Model of enduring value.
Journal of Ambulatory Care Management, 28(4), 313–332.
Hood, N. E., Brewer, T., Jackson, R., & Wewers, M. E. (2010). Survey of
community engagement in NIHfunded research. Clinical and Translational
Science, 3(1), 19–22.
Institute of Medicine. (2013). The CTSA program at NIH: Opportunities for
advancing clinical and translational research. Washington, DC: National
Academies Press
Katz, J. M., Rosas, S. R., Siskind, R. L., Campbell, D., Gondwe, D., Munroe, D.,
…Schouten, J. T. (2011). Community-research partnerships at NIAID
HIV/AIDS clinical trial sites: Insights for evaluation and enhancement.
16
Progress in Community Health Partnerships: Research, Education, and
Action, 6(3), 311–320.
Kurniati, D. P. Y. (2015). Bahan Ajar Pengorganisasian dan Pengembangan
Masyarakat. Bagian Promosi Kesehatan Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, 1–65.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/571a3cc8a3c9df700a
0b29304ec3c5ae.pdf
Minkler, M., & Wallerstein, N. (2012). Improving health through community
organizing and community building. In M. Minkler (Ed.), Community
organizing and community building for health and welfare (3rd ed., pp. 37–
58). New Brunswick, NJ: Rutgers University Press.
Morgan, M. A., & Lifshay, J. (2006). Community engagement in public health.
Retrieved from
http://www.barhii.org/resources/downloads/community_engagement.pdf
Selby, J. V., Beal, A. C., & Frank, L. (2012). The Patient-Centered Outcomes
Research Institute (PCORI) national priorities for research and initial research
agenda. JAMA, 307(15), 1583–1584.
Sikome, J., Gosal, R., & Singkoh, F. (2016). PARTISIPASI MASYARAKAT
DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI DESA
KISIHANG KECAMATAN TAGULANDANG SELATAN KABUPATEN
SITARO. 1(69), 5–24.
Smith, A. (2011). The Internet and Campaign 2010. Washington, DC: Pew Internet
& American Life Project. Retrieved from
http://pewinternet.org/Reports/2011/The-Internet-and-Campaign-2010.aspx
Wallerstein, N., & Auerbach, E. (2004). Problem-posing at work: Popular
educators guide (2nd ed.). Edmonton: Grass Roots Press.
Wallerstein, N., Mendes, R., Minkler, M., & Akerman, M. (2011). Reclaiming the
social in community movements: Perspectives from the USA and
Brazil/South America: 25 years after Ottawa. Health Promotion
International, 26(Suppl. 2), ii226–ii236.
Wallerstein, N., Yen, I., & Syme, L. (2011). Integrating social epidemiology and
community-engaged interventions to improve health equity. American
Journal of Public Health, 101(5), 822–830.
Wilianarti, P. F., & Wulandari, Y. (2021). OPTIMALISASI PERAN KADER
MENGGUNAKAN PEER GROUP EDUCATION. 4, 872–878.
17