KELOMPOK 1
1. APRIZAL SIHOMBING ( 18.122.001 )
2. ARYANITA AYU LESTARI HARAHAP ( 18.122.002 )
3. FANI IVONA LUMBAN TOBING ( 18.122.007 )
4. KARTIKA SARI RIZKY (18.122.014)
5. RIZKY HANDAYANI SITORUS (18.122.024)
6. SRI HARMI ANITA (18.122. 036)
PRODI : PSIKM-JT 1
A. Latar Belakang
Pemasaran Sosial yang telah dikemukakan oleh Andreasen (1995), adalah aplikasi dari
teknologi pemasaran komersial untuk menganalisis, merencanakan sampai dengan
mengevaluasi program - Program tersebut agar dilakukan secara sukarela untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dimana mereka berada. ”Tujuan pemasaran sosial
berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat, sedangkan Jika kesejahteraan masyarakat tidak
menjadi tujuan, maka itu bukan pemasaran sosial.
Menurut Kotler dan Roberto (1989), menyatakan bahwa pemasaran sosial adalah
strategi mengubah kebiasaan. Pemasaran sosial mencoba untuk mengubah kebiasaan yang
tidak positif menjadi positif. Oleh karena itu keberhasilan dari sebuah pemasaran sosial terlihat
apabila telah berubahnya pola kebiasaan dari masyarakat tersebut.
Pemasaran sosial adalah penerapan konsep dan teknik pemasaran untuk mendapatkan
manfaat sosial. Pemasaran social atau social marketing telah menjadi bidang yang semakin
penting dari tahun ke tahun. Seiring dengan perubahan kebijakan pembangunan kesehatan di
Indonesia, pemasaran sosial (social marketing ) telah banyak dipergunakan dalam berbagai
keperluan program kesehatan, yang merupakan salah satu bentuk operasional dari komunikasi
kesehatan. Di mana pemasaran sosial dan kesehatan masyarakat mempunyai ahli masing-
masing yaitu menurut Philip Kotler (2005), menyatakan bahwa pemasaran sosial adalah suatu
proses untuk membuat rancangan, implementasi dan pengawasan program yang bertujuan
meningkatkan penerimaan gagasan sosial atau perilaku pada kelompok sasaran.
Diare adalah kasus yang paling sering dan paling banyak terjadi di sekitar kita. Diare
adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat salah satunya karena kurang bersihnya
lingkungan, dan hal lain adalah kurang terbiasanya mencuci tangan sebelum makan.
Analisis pemasaran sosial di masalah diare ini meliputi beberapa tahap. Tahap - tahap
ini tidak selalu harus mencakup semua tahap tersebut, tetapi tergantung berbagai variabel dan
faktor yang secara dominan mempengaruhi proses pemasaran. Ada beberapa analisis yang
dapat di kategorikan dalam pemasaran sosial yaitu :
1. Lingkungan
a. Lingkungan Makro :
1) Kondisi lingkungan masyarakat yang tidak bersih
2) Kondisi ekonomi masyarakat yang belum mapan
3) Keadaan pemukiman yang rawan banjir dan padat
4) Tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah
5) Tidak adanya jamban yang layak di tiap-tiap rumah
6) Tidak adanya sarana air bersih
b. Lingkungan Mikro :
1) Kurangnya peran serta masyarakat dalam upaya perbaikan lingkungan
2) Tidak adanya tokoh yang ada di masyarakat sebagai penggerak
2. Perilaku Konsumen
a. Budaya masyarakat yang membuang sampah ke sungai
b. Kebiasaan penduduk untuk membuang kotoran ke selokan dan sungai
c. Penduduk tidak suka membuat jamban sehat
d. Kebiasaan anak-anak jajan di penjual yang tidak higienis
e. Kebiasaan tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum makan
3. Segmentasi
a. Anak-anak/Balita
b. Remaja
c. Orang dewasa
4. Target Pasar (targeting)
Hukum Pareto : ” memfokuskan pada 20 % dari pasar yang benar-benar kita kuasai,
maka kita sudah memenuhi 80 % kebutuhan pasar ”
Dengan memperhatikan indikator keberhasilan pemilihan target pasar yaitu
keberlanjutan, keterjangkauan, dan ketanggapan serta dapat diidentifikasi maka ditetapkan
targetnya adalah anak usia sekolah. Karena target pasar anak usia sekolah ini dapat dijangkau
dengan jelas, dapat diidentifikasi serta diukur besarnya dengan mudah.
5. Penempatan Produk (positioning)
Gerakan cuci tangan pakai sabun dan penyuluhan penggunaan oralit untuk diare.
6. Strategi
Mengajak Anak usia sekolah untuk membiasakan diri mencuci tangan dengan sabun
dengan benar sebelum makan. Serta mensosialisasikan penggunaan oralit yang benar kepada
para ibu.
7. Taktik
Dalam pemasaran sosial ada dua hal lain yang membuat berbeda, yaitu :
a. Partnership (kemitraan)
Misalnya : Bermitra dengan pihak sekolah (Departeman Pendidikan, Departemen Agama),
Instansi setempat (misalnya: kelurahan, kecamatan) dan Dinas Kesehatan
b. Policy (kebijakan)
Misalnya : Kebijakan merupakan hal yang memperkuat produk. Berupa kebijakan antara lain :
1) Sekolah untuk mewajibkan anak didiknya untuk membeli jajanan yang hiegienis dan mencuci
tangan dengan sabun sebelum makan.
2) Pihak sekolah meminta komite sekolah menganggarkan dana untuk pembuatan saran/tempat
cuci tangan di sekolah.
3) Kebijakan kelurahan maupun kecamatan untuk menginstruksikan ketua PKK untuk
memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu tentang penggunaan oralit di dalam kegiatannya.
Pada prinsipnya, praktik pemasaran sosial tak ada artinya apabila kemitraan tidak
dijadikan tujuan organisasi. Demikian pula tak ada artinya upaya mengubah perilaku melalui
pemasaran sosial apabila tidak diikuti atau dilanjutkan dengan upaya mendorong tersusunnya
sebuah kebijakan.
8. Organisasi
Organisasi adalah sebagai penggorganisasi program. Pelaksanaannya dengan
memberdayakan masyarakat dengan didukung oleh sponsor produk.
9. Pelaksaanaan
Langkah yang ditempuh agar produk dapat berhasil dengan cara memperkuat jaringan
sponsor yang akan dijadikan pathner, menyelesaikan birokrasi program guna memuluskan
produk serta mengadakan pendekatan kepada pathner dan sasaran target baik secara informal
maupun formal.
10. Pengendalian
Pengendalian adalah proses melihat apakah pelaksanaan sudah sesuai dengan
perencanaan. Monitoring harus dilakukan oleh pembuat produk dan juga pelaksanaan evaluasi
Menurut Winslow (1920) seorang ahli kesehatan masyarakat, membuat batasan yang
sampai sekarang masih relevan, yaitu : kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah
serta pengobatan.
e. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin agar setiap orang terpenuhi kebutuhan
1. Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air yang
mengalir, ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan secara lembut
Penggunaan sabun khusus cuci tangan baik berbentuk batang maupun cair sangat
disarankan untuk kebersihan tangan yang maksimal. Pentingnya mencuci tangan secara baik
dan benar memakai sabun adalah agar kebersihan terjaga secara keseluruhan serta mencegah
kuman dan bakteri berpindah dari tangan ke tubuh anda.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber : http://catatan-kesmas.blogspot.co.id/2010/07/studi-kasus-pemasaran-sosial-
kasus.html
http://muhfik.blogspot.co.id/2012/12/pemasaran-sosial.html
http://ayurahayumutz.blogspot.co.id/2012/12/ayu-rahayu.html
https://alnovriani.wordpress.com/2015/07/04/pemasaran-sosial