Anda di halaman 1dari 7

SOCIAL MARKETING

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA MASYARAKAT

DENGAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN

PADA KASUS DIARE

Dosen Kewirausahaan :

Dra.Isti.Mars

Disusun oleh :

Nada Kamilia
16.156.01.11.108

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA

PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN

2020

Jl. Cut Mutia Raya No. 88A Sepanjang Jaya – Bekasi

Telp. (021) 82431375, 82431376, 82431377. Fax. (021) 82431374

www.stikesmedistra-indonesia.ac.id
PENDAHULUAN

Latar Belakang

The design, implementation, and control of programs calculated to influence the


acceptability of social ideas and involving considerations of product planning, pricing,
communication, distribution and marketing research (Kotler & Zaltman, 1971).

Social Marketing is the use of marketing principles and techniques to influence a


target audience to voluntarily accept, reject or modify a behavior for the benefit of
individualsm groups or society as a whole (Kotler , Roberto and Lee, Social Marketing :
Improving The Quality of life - 2002).

Pemasaran Sosial (Social Marketing) adalah penggunaan prinsip dan teknik


pemasaran, yang dirancang untuk mempengaruhi khalayak sasaran agar secara sukarela
merubah perilaku, demi kebaikan dan kepentingan individu serta masyarakat. Menurut
Kikumbih dalam penelitian (Sing, 2012), social marketing merupakan aplikasi dari alat,
teknik, dan konsep pemasaran komersial untuk masalah-masalah sosial dan kesehatan dalam
rangka menjangkau populasi secara efektif serta sebagai strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan penggunaan produk untuk kesehatan, akses pelayanan kesehatan, sehingga
membuat perubahan perilaku masyarakat terhadap kesehatan. Absah dan Nasution (2012)
menyatakan bahwa pemasaran sosial biasanya digunakan untuk promosi yang berkaitan
dengan kesehatan, seperti anjuran tentang produk atau layanan baru dan diberikan petunjuk
tentang cara penggunaan yang efektif. Teknik pemasaran yang dapat digunakan dalam
pemasaran sosial melalui periklanan di media massa, seperti televisi, radio, koran, majalah
dan website, kemudian brosur, postcard, pamflet, baleho dan alat periklanan lainnya
(Olshefsky et al, 2007).

Aplikasi dalam social marketing juga menggunakan bauran pemasaran atau marketing
mix, meliputi produk, price, place atau distribution, dan promotion. Pada konsep pemasaran,
produk merupakan segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian,
dibeli, dipergunakan dan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Price merupakan
biaya atau pengorbanan yang harus dikeluarkan oleh individu untuk mengadopsi perilaku
yang ditawarkan. Sementara itu, place atau distribution adalah saluran distribusi yang
ditawarkan kepada target audience. Promotion dalam sosial marketing sesuai dengan perlaku
yang dingin ditawarkan, harga, saluran distribusi dan kelompok audience yang ingin dituju
(Hussein, 2012). Aplikasi bauran pemaran dalam social marketing disesuaikan dengan
program yang akan dijalankan serta tujuan dari terlaksananya program tersebut.

Program-program yang dibuat dalam social marketing harus mampu mengubah sikap,
self-efficacy pada diri target, sehingga menciptakan lingkungan yang mendukung perubahan
perilaku pada masyarakat. Menurut Lefebvre & Flora (Husein, 2012), terdapat delapan
elemen yang dapat diperhatikan oleh praktisi social marketing dalam menjalankan program-
programnya. Element-element tersebut antara lain, Program-program marketing berorientasi
pada target audience, program pemasaran yang dijalankan dapat mengubah perilaku targetnya
dapat diadopsi dalam jangka waktu yang lama dan sifatnya harus sukarela tanpa paksaan,
program-program pemasaran berdasarkan pada penelitian pendahulu dan disesuaikan dengan
targetnya, melakukan penelitian formatif dalam rangka mendesain program-program
intervensi, melakukan analisis terhadap saluran distribusi yang paling menguntungkan dalam
menyampaikan intervensi-intervensi yang dibuat, menerapkan bauran pemasaran secara
komperhensif, mempersiapkan proses evaluasi dan monitoring dan melakukan pengelolaan
yang menyeluruh dan terintegrasi terhadap program-program yang dibuat. Sosial Marketing
biasa di pakai dalam kegiatan promosi kesehatan dalam bidang kesehatan untuk program
edukasi pada masyarakat agar tetap sehat.(Ameilia, 2015)

Kesehatan adalah suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomis
yang tertuang dalam Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan.. Diare adalah frekuensi pengeluaran dan kekentalan feses yang tidak normal. 8
Sedangkan menurut WHO diare adalah buang air besar yang lunak atau cair dengan frekuensi
3 kali atau lebih per hari. 9 Biasanya merupakan gejala pada gastrointestinal yang dapat
disebabkan oleh berbagai agen infeksi seperti bakteri, virus, dan parasit. Infeksi dapat
menular dari makanan yang terkontaminasi dan hygiene yang kurang(Arsurya et al., 2017).

Di Asia selatan yaitu India terdapat 0,4 juta anak meningal dalam satu tahun yang
disebabkan oleh diare. (Journal of Harvard School of Public Health) Berdasarkan Riskesdas
tahun 2013, insiden diare pada balita sebesar 6,7% (kisaran menurut provinsi 3,3%–10,2%)
dan insiden diare (≤ 2 minggu terakhir sebelum wawancara) dengan gejala pada seluruh
kelompok umur sebesar 3,5% (menurut provinsi pada kisaran 1,6%-6,3%). Sedangkan period
prevalence diare pada balita sebesar 10,2% dan pada seluruh kelompok umur (>2 minggu-1
bulan terakhir sebelum wawancara) berdasarkan gejala sebesar 7%. Terdapat keluhan
kesehatan yang paling sering dialami oleh balita pada tahun 2014 yaitu pilek (66,62 %), batuk
(63,76 %) dan panas (62,52 %) merupakan penyakit yang paling sering dialami balita baik di
perkotaan maupun di pedesaan. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).

Berdasarkan data di atas maka cuci tangan pakai sabun merupakan upaya preventif
dalam melindungi diri dari berbagai penyakit menular. Cuci tangan menggunakan sabun
dapat kita lakukan pada waktu-waktu berikut: sebelum menyiapkan makanan, sebelum dan
sesudah makan, setelah BAK dan BAB, setelah membuang ingus, setelah membuang dan
atau menangani sampah, kemudian setelah bermain/memberi makan/memegang hewan, serta
setelah batuk atau bersin pada tangan kita. Kebiasaan dalam cuci tangan menggunakan air
saja tidak dapat melindungi setiap individu dari bakteri dan virus yang terdapat di tangan.
Terlebih jika mencuci tangan tidak dibawah air mengalir. Apalagi kebiasaan menggunakan
dan berbagi wadah cuci tangan hal itu sama saja saling berbagi kuman dan tetap membiarkan
kuman menempel pada tangan. Kebiasaan itu harus ditinggalkan dan dirubah menjadi yang
lebih baik dengan standar prosedur melakukan cuci tangan menggunakan sabun (Kemenkes
RI, 2014).

Indikator PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) salah satunya mencuci tangan
dengan air mengalir dan sabun yang merupakan sekumpulan perilaku yang dilakukan karena
kesadaran dari hasil pembelajaran, yang membuat individu atau keluarga dapat menjaga dan
memelihara kesehatan serta berperan aktif untuk mewujudkan masyarakat sehat. Salah satu
pilar utama dalam Indonesia Sehat dan merupakan salah satu strategi untuk mengurangi
beban negara dan masyarakat terhadap pembiayaan kesehatan yaitu PHBS. (Risnawaty,
2017).

Cara CTPS yang benar adalah menggosok telapak tangan secara bersamaan,
menggosok punggung kedua tangan, jalinkan kedua telapak tangan lalu digosok-gosokkan,
tautkan jari-jari antara kedua telapak tangan secara berlawanan, gosok ibu jari secara
memutar dilanjutkan dengan daerah antara jari telunjuk dan ibu jari secara bergantian, gosok
kedua pergelangan tangan dengan arah memutar, bilas dengan air dan keringkan. Hal
terpenting dalam CTPS bukan berapa lama waktu mencuci tangan, tetapi cara mencuci
tangannya. Menggunakan sabun saat mencuci tangan diketahui sebagai salah satu upaya
pencegahan penyakit dan penularan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan merupakan
agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang
lain, baik dengan kontak tidak langsung maupun kontak langsung (menggunakan permukaan
lain seperti handuk dan gelas) (Risnawaty, 2017).

A. Analisis Lingkungan
1) Kondisi lingkungan kurang bersih
2) Kondisi pemukiman rawan banjir dan padat penduduk
3) Kurangnya sarana air bersih

B. Perilaku Konsumen
1) Budaya masyarakat membuang sampah ke sungai
2) Kebiasaan BAB tidak di jamban
3) Kebiasaan tidak memcuci tangan dengan sabun sebelum makan

C. Target Konsumen
1) Anak Usia Sekolah
2) Remaja
3) Dewasa

D. Taktik Dan Marketing


1) Produk
a. Kampanye cuci tanggan pakai sabun
b. Penggunaan oralit dengan benar saat diare
2) Place
a. Sekolah Dasar
b. Posyandu
c. Kegiatan PKK
3) Price
a. Pembelian produk sabun cuci tangan dengan harga diskon
b. Promosi dari pihak sponsor

4) Promotion
a. Melalui media cetak seperti :
a) Pamflet
b) Brosur
c) Poster
b. Melalui media elektronik seperti :
a) Radio
b) Televisi
c) Website

E. Perencanaan
1) Pendekatan kesehatan masayarakat dengan promosi kesehatan
2) Fokuskan pada tindakan pencegahan
a. Pencegahan Primer : Cuci tangan pakai sabun
b. Pencegahan sekunder : Penggunaan oralit dengan benar saat diare
3) Bagikan media cetak pada konsumen

F. Implementasi
1) Melakukan Promosi Kesehatan menganai Cuci Tangan Pakai Sabun
2) Kampanye Tindakan Pencegahan
a. Pencegahan Primer : Cuci tangan pakai sabun
b. Pencegahan sekunder : Penggunaan oralit dengan benar saat diare
3) Membagikan media cetak pada konsumen

G. Pengawasan
1) Melanjutkan pengamatan
2) Analisis data
3) Modifikasi intervensi yang telah dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

Ameilia, Y. (2015). Menyibak Ketabuan : Sebuah Tinjauan Atas Social Marketing Program
Pencegahan HIV-AIDS di Indonesia. Jurnal Aplikasi Manajemen (JAM), 304(2009).
http://www.jurnaljam.ub.ac.id/index.php/jam/article/viewFile/771/730

Arsurya, Y., Rini, E. A., & Abdiana, A. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang
Penanganan Diare dengan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Korong Gadang
Kecamatan Kuranji Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 6(2), 452.
https://doi.org/10.25077/jka.v6i2.720

Risnawaty, G. (2017). Faktor Determinan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (Ctps) Pada
Masyarakat Di Tanah Kalikedinding. Jurnal PROMKES, 4(1), 70.
https://doi.org/10.20473/jpk.v4.i1.2016.70-81

Anda mungkin juga menyukai