PADA KESEHATAN
Kep.Komunitas
DOSEN PEMBIMBING :
1. Elatipa
2. Fauzia Herdila
3. Losi Anggraini
4. Yuva Audini
5. M.Radhista
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT
TP: 2020/2021
A. 1. Perilaku Pencegahan
a. Tingkat Pencegahan
Berdasarkan Levell dan Clark tingkatan pencegahan dalam keperawatan komunitas dapat
digunakan pada tahap sebelum terjadinya suatu penyakit (Prepathogenesis Phase) dan pada tahap
Pathogenesis Phase.
Pada tahapan ini yang dapat digunakan melalui kegiatan primary prevention atau pencehan
primer. Pencegahan primer ini dapat dilakukan selama fase pre pathogenesis terjadinyapenyakit
atau masalah kesehatan. Pencegahan dalam arti sebenarnya yaitu, terjadinya sebelum sakit atau
ketidakfungsian dan di aplikasikan ke dalam populasi sehat pada umumnya. Pencegahan primer
merupakan suatu usaha agar masyarakat yang berada dalam stage of optinum health tidak jatuh
kedalam stage yang lain dan yang lebih buruk. Pencegahan primer ini melibatkan tindakan yang
diambil sebelum terjadinya masalah kesehatan dan mencakup aspek promosi kesehatan dan
perlindungan. Dalam aspek promosi kesehatan, pencegahan primer berfokus pada peningkatan
kesehatan secara keseluruhan dari mulai individu, keluarga, dan kelompok masyarakat.
perlindungan kesehatan ini ditujukan untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan yang
spesifik. Misalnya, imunisasi adalah ukuran pelindung untuk penyakit menular tertentu. Aspek
perlindungan kesehatan dari pencegahan primer ini juga dapat melibatkan, mengurangi atau
menghilangkan faktor risiko sebagai cara untuk mencegah penyakit.Primary prevention
dilakukan dengan dua kelompok kegiatan yaitu :
(b). General and spesific protection (perlindungan umum dan khusus) Merupakan usaha
kesehatan untuk memberikan perlindungan secara khusus dan umum terhadap seseorang atau
masyaraka, antara lain :
Advokasi adalah upaya untuk mendekatkan atau meyakinkan orang lain agar membantu atau
mendukung terhadap tujuan yang diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi
adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor
dan tingkat sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita
inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan dapat berupa kebijakan-kebijakan
yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat
instruksi, dan sebagainya.
Kegiatan advokasi memiliki bermacam-macam bentuk, baik formal maupun informal.
Advokasi dalam bentuk formal seperti penyajian atau presentasi dan seminar tentang usulan
program nyang diharapkan mendapat dukungan dari pejabat terkait. Sedangkan kegiatan
advokasi dalam bentuk informal seperti mengunjungi pejabat yang relevan dengan program
nyanya diusulkan, yang secara tidak langsung bermaksud untuk meminta dukungan, baik dalam
bentuk kebijakan, dan/atau fasilitas lain. Berdasarkan uraian di atas, dapati disimpulkan bahwa
advokasi adalah kegiatan untuk mendapatkan dukungan dari para pejabat baik eksekutif dan
legislatif di berbagai tingkat dan sektor yang terkait dengan masalah kesehatan.
3) penyembuhan
Obat herbal digunakan sebagai terapi pendukung obat standar untuk membantu penyembuhan
banyak obat herbal yang secara empiris telah digunakan masyarakat dan telah melalui berbagai
uji untuk digunakan sebagai imunostimulan. Beberapa diantaranya herbal dengan kandungan
1. kimia temulawak
2. kunyit
3. jahe
4. meniran
5. sambiloto
6. buah jambu biji
7. buah mengkudu
8. gel daun lidah buaya
sediaan ramuan, serta bahan topical dan ihalasi seperti pada eukalpitu
Menurut Maulana (2009), pelaksanaan promosi kesehatan dikenal memiliki 3 jenis sasaran
yaitu sasaran primer, sekunder dan tersier.
a) Sasaran primer
Sasaran primer kesehatan adalah pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai
komponen dari masyarakat. Masyarakat diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang tidak
bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Akan tetapi disadari
bahwa mengubah perilaku bukanlah sesuatu yang mudah. Perubahan perilaku pasien, individu
sehat dan keluarga (rumah tangga) akan sulit dicapai jika tidak didukung oleh sistem nilai dan
norma sosial serta norma hukum yang dapat diciptakan atau dikembangkan oleh para pemuka
masyarakat, baik pemuka informal maupun pemuka formal. Keteladanan dari para pemuka
masyarakat, baik pemuka informal maupun formal dalam mempraktikkan PHBS. Suasana
lingkungan sosial yang kondusif (social pressure) dari kelompok-kelompok masyarakat dan
pendapat umum (public opinion). Sumber daya dan atau sarana yang diperlukan bagi terciptanya
PHBS, yang dapat diupayakan atau dibantu penyediaannya oleh mereka yang bertanggung jawab
dan berkepentingan (stakeholders), khususnya perangkat pemerintahan dan dunia usaha
(Maulana, 2011).
b) Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal (misalnya pemuka
adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal (misalnya petugas kesehatan, pejabat
pemerintahan dan lain-lain), organisasi kemasyarakatan dan media massa. Mereka diharapkan
dapat turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah
tangga) dengan cara: berperan sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS. Turut
menyebarluaskan informasi tentang PHBS dan menciptakan suasana yang kondusif bagi PHBS.
Berperan sebagai kelompok penekan (pressure group) guna mempercepat terbentuknya PHBS
(Maulana, 2011).
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan perundang-
undangan di bidang kesehatan dan bidang lain yang berkaitan serta mereka yang dapat
memfasilitasi atau menyediakan sumber daya. Mereka diharapkan turut serta dalam upaya
meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara:
4.) Ruang lingkup dalam promosi kesehatan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, sehingga
dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu:
1. Ruang Lingkup Berdasarkan Area Masalah
Dilihat dari area masalah, ruang lingkup upaya promosi mencakup berbagai ideologi dari
kesehatan dan penyakit seperti kesehatan ibu, kesehatan anak, penyakit infeksi dan penyakit
infeksi menular, penyakit tidak menular, kecelakaan dan bencana, kesehatan manula. Pada saat
ini, model kesehatan yang baru yaitu social model of health, mulai diterima, meninggalkan
medical model. Pada model sosial, masalah kesehatan dilihat lebih pada penyebabnya, bukan
semata-mata dengan mengobati penyakit yang merupakan akaibat dari masalah kesehatan.
Oleh karena masyarakat berada dalam berbagai status atau kondisi, maka promosi
kesehatan harus bersifat komprehensif. Di dalam upaya kesehatan, dikenal 5 tingkat pencegahan
dari Leavell and Clark (1967):
e. Imunisasi
Ruang lingkup aktivitas yang lebih operasional dapat kita rujuk ke definisi yang
dikemukakan Green dan Kreuter serta Kerangka Precede-Proceed, yang meliputi
(2) pembuatan dan pelaksanaan kebijakan, peraturanserta upaya organisasi. Kedua aktivitas ini
merupakan intervensi yang bersifat langsung terhadap perilaku, akar-akar perilaku atau
lingkungan. Aktivitas lain yang sangat mutlak agar aktivitas yang disebut di atas dapat dihasilkan
dan dijalankan adalah
(3) advokasi.
a. Pengetahuan Kesehatan.
Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap
cara-cara memelihara kesehatan, seperti pengetahuan tentang penyakitmenular,
pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan,
pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan pengetahuan untuk menghindari
kecelakaan.
b. Sikap terhadap kesehatan.
terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, seperti sikap terhadap penyakit menular dan
tidak menular, sikap terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau memengaruhi kesehatan,
sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan sikap untuk menghindari kecelakaan.
c. Praktek kesehatan.
Praktek kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas orang dalam
rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan terhadap penyakit menular dan tidak
menular, tindakan terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan,
tindakan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan tindakan untuk menghindari
kecelakaan.
Menurut Leavel and Clark, pencegahan penyakit terbagi dalam 5 tahapan, yang sering disebut
5 level of prevention. Adapun five level of prevention tersebut adalah sebagai berikut:
Perlindungan khusus yang dimaksud dalam tahapan ini adalah perlindungan yang diberikan
kepada orang-orang atau kelompok yang beresiko terkena suatu penyakit tertentu. Perlindungan
tersebut dimaksudkan agar kelompok yang beresiko tersebut dapat bertahan dari serangan
penyakit yang mengincarnya. Oleh karena demikian, perlindngan khusus ini juga dapat disebut
kekebalan buatan.
(Diagnosis Dini dan Pengobatan yang Cepat dan Tepat) Diagnosis dini dan pengobatan
yang tepat dan cepat merupakan langkah pertama ketika seseorang telah jatuh sakit. Tentu saja
sasarannya adalah orang-orang yang telah jatuh sakit, agar sakit yang dideritanya dapat segera
diidentifikasi dan secepatnya pula diberikan pengobatan yang tepat. Tindakan ini dapat
mencegah orang yang sudah sakit, agar penyakinya tidak tambah parah. Perlu kita ketahui bahwa
faktor yang membuat seseorang dapat sembuh dari penyakit yang dideritanya bukan hanya
dipengaruhi oleh jenis obat yang diminum dan kemampuan si tenaga medisnya. Tetapi juga
dipengaruhi oleh kapan pengobatan itu diberikan. Semakin cepat pengobatan diberikan kepada
penderita, maka semakin besar pula kemungkinan untuk sembuh.
Karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit,
maka sering masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. Dengan kata lain
mereka tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya.
Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan cacat
atau ketidak mampuan. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini.
Penanganan secara tuntas pada kasus-kasus infeksi organ reproduksi menjegah terjadinya
infertilitas. Pada tahapan ini dapat disebut juga Pengobatan yang Sempurna (Perfect Treatment)
karena kecacatannya yang ditakutkan terjadi disebabkan pengobatan kepada penderita tidak
sempurna. Adapun pembatasan kecacatan terkesan membiarkan penyakit menyerang dan
membuat cacat si penderita baru kemudian diambil tindakan. Banyak penyakit yang dapat
menimbulkan kecacatan dapat dicegah dengan pengobatan yang lebih sempurna. Salah satunya
adalah dengan meminum obat yang diberikan oleh dokter sampai habis.
5. Rehabilitation (Rehabilitasi)
Selanjutnya yang terakhir adalah tahapan rehabilitasi. Rehabilitasi merupakan tahapan yang
sifatnya pemulihan. Ditujukan pada kelompok masyarakat yang dalam masa penyembuhan
sehingga diharapkan agar benar-benar pulih dari sakit sehingga dapat beraktifitas dengan normal
kembali. Apalagi kalau suatu penyakit sampai menimbulkan cacat kepada penderitanya, maka
tahapan rehabilitasi ini bisa dibilang tahapan yang menentukan hidupnya kedepan akan seperti
apa nantinya. Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat,
untuk memeulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan latihan tertentu. Oleh karena
kurangnya pengetian dan kesadaran orang tersebut, ia tidak akan segan melakukan latihan-
latihan yang dianjurkan. Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh dari penyakit, kadang-
kadang malu untik kembali ke masyarakat. Sering terjadi pula masyarakat tidak mau menerima
mereka sebagai anggoota masyarakat yang normal. Oleh sebab itu jelas pendidikan kesehatan
diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga perlu pendidikan kesehatan
pada masyarakat. Sebagai contoh: pusat-pusat rehabilitasi bagi korban kekerasan, rehabilitasi
PSK, dan korban narkoba.
a. Rehabilitasi fisik
b. Rehabilitasi mental
Yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan perorangan dan social
secara memuaskan. Seringkali bersamaan dengan terjadinya cacat badaniah muncul pula
kelainan-kelainan atau gangguan mental. Untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan
bimbingan kejiwaan sebelumm kembali ke dalam masyarakat.
d. Rehabilitasi aesthesis