Anda di halaman 1dari 13

PENDEKATAN, PENCEGAHAN, PROMOSI KESEHATAN, LEVEL PENCEGAHAN

PADA KESEHATAN

Kep.Komunitas

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Siti Mutia Kosassy, M.Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :

1. Elatipa
2. Fauzia Herdila
3. Losi Anggraini
4. Yuva Audini
5. M.Radhista
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI

TP: 2020/2021

A. 1. Perilaku Pencegahan

a. Tingkat Pencegahan

Berdasarkan Levell dan Clark tingkatan pencegahan dalam keperawatan komunitas dapat
digunakan pada tahap sebelum terjadinya suatu penyakit (Prepathogenesis Phase) dan pada tahap
Pathogenesis Phase.

(1) Prepathogenesis Phase

Pada tahapan ini yang dapat digunakan melalui kegiatan primary prevention atau pencehan
primer. Pencegahan primer ini dapat dilakukan selama fase pre pathogenesis terjadinyapenyakit
atau masalah kesehatan. Pencegahan dalam arti sebenarnya yaitu, terjadinya sebelum sakit atau
ketidakfungsian dan di aplikasikan ke dalam populasi sehat pada umumnya. Pencegahan primer
merupakan suatu usaha agar masyarakat yang berada dalam stage of optinum health tidak jatuh
kedalam stage yang lain dan yang lebih buruk. Pencegahan primer ini melibatkan tindakan yang
diambil sebelum terjadinya masalah kesehatan dan mencakup aspek promosi kesehatan dan
perlindungan. Dalam aspek promosi kesehatan, pencegahan primer berfokus pada peningkatan
kesehatan secara keseluruhan dari mulai individu, keluarga, dan kelompok masyarakat.
perlindungan kesehatan ini ditujukan untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan yang
spesifik. Misalnya, imunisasi adalah ukuran pelindung untuk penyakit menular tertentu. Aspek
perlindungan kesehatan dari pencegahan primer ini juga dapat melibatkan, mengurangi atau
menghilangkan faktor risiko sebagai cara untuk mencegah penyakit.Primary prevention
dilakukan dengan dua kelompok kegiatan yaitu :

(a). Health Promotion atau peningkatan kesehatan


Peningkatan status kesehatan masyarakat, dengan melalui beberapa kegiatan, sebagi
berikut:

1. Pendidikan kesehatan atau health education


2. Penyuluhan kesehatan masyarakat (PKM) seperti: penyuluhan tentang masalah gizi
3. Pengamatan tumbuh kembang anak atau growth and development monitoring
4. Pengadaan rumah yang sehat
5. Pengendalian lingkungan masyarakat
6. Program P2M (pemberantasan penyakit tidak menular)
7. Simulasi dini dalam kesehatan keluarga dan asuhan pada anak atau balita penyuluhan
tentang pencegahan penyakit

(b). General and spesific protection (perlindungan umum dan khusus) Merupakan usaha
kesehatan untuk memberikan perlindungan secara khusus dan umum terhadap seseorang atau
masyaraka, antara lain :

1. Imunisasi untuk balita


2. Hygine perseorangan
3. Perlindungan diri dari terjadinya kecelakaan
4. Perlindungan diri dari lingkungan kesehatan dalamkerja
5. Perlindungan diri dari carsinogen, toxic dan alergen

2). Upaya pendekatan

Advokasi adalah upaya untuk mendekatkan atau meyakinkan orang lain agar membantu atau
mendukung terhadap tujuan yang diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi
adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor
dan tingkat sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita
inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan dapat berupa kebijakan-kebijakan
yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat
instruksi, dan sebagainya.
Kegiatan advokasi memiliki bermacam-macam bentuk, baik formal maupun informal.
Advokasi dalam bentuk formal seperti penyajian atau presentasi dan seminar tentang usulan
program nyang diharapkan mendapat dukungan dari pejabat terkait. Sedangkan kegiatan
advokasi dalam bentuk informal seperti mengunjungi pejabat yang relevan dengan program
nyanya diusulkan, yang secara tidak langsung bermaksud untuk meminta dukungan, baik dalam
bentuk kebijakan, dan/atau fasilitas lain. Berdasarkan uraian di atas, dapati disimpulkan bahwa
advokasi adalah kegiatan untuk mendapatkan dukungan dari para pejabat baik eksekutif dan
legislatif di berbagai tingkat dan sektor yang terkait dengan masalah kesehatan.

1. Pendekatan medical yaitu pendekatan dengan pencegahan terhadap penyakit.


Keberhasilannya dapat dilihat pada program imunisasi dan vaksinasi. Tujuanakhir ini
untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dini.
2. Pendekatan perubahan prilaku yaitu dengan mendorong seseorang untuk menjalankan
prilaku-prilaku kesehatan dan menerapkannya dalam kehidupansehari-hari
3. Pendekatan educational yaitu dengan memfasilitasi individu untuk prosespembelajaran
dan memberikan fasilitas penunjang.
4. yang berpusat pada klien Pendekatan yang berpusat pada klien dengan tenaga
kesehatan sebagai fasilitator dan mendorong klien untuk membuat keputusan
5. Pendekatan perubahan sosial untuk memastikan bahwa sehat itu mudah dijangkau salah
satunya dengan memperluas jaringan kerjasama dengan pembuat kebijakan

3) penyembuhan

Obat herbal digunakan sebagai terapi pendukung obat standar untuk membantu penyembuhan
banyak obat herbal yang secara empiris telah digunakan masyarakat dan telah melalui berbagai
uji untuk digunakan sebagai imunostimulan. Beberapa diantaranya herbal dengan kandungan

1. kimia temulawak
2. kunyit
3. jahe
4. meniran
5. sambiloto
6. buah jambu biji
7. buah mengkudu
8. gel daun lidah buaya
sediaan ramuan, serta bahan topical dan ihalasi seperti pada eukalpitu

B. Konsep dan Model Promosi Kesehatan

1.) Definisi dan Tujuan Promomosi Kesehatan

Promosi kesehatan adalahupaya meningkatkan kemampuanmasyarakatmelalui pembelajaran


dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar merekadapat mandiri membantu diri sendiri,
serta mengembangkan kegiatan yang sumber daya masyarakat sesuai dengan kondisi sosial
budaya setempat dandidukung oleh kebijakan umum yang berwawasan kesehatan. (Depkes RI,
2007).Tujuan promosi kesehatan dibagi menjadi tiga tingkat, menurut (Ahmad, 2014),yaitu
berdasarkan program, pendidikan dan perilakunya. Tujuan program (jangka panjang) termasuk
refleksi dari fase sosial dan epidemiologi berupa pernyataanmengenai hal-hal yang akan tercapai
dalam periode tertentu yang berhubungandengan status kesehatan. Tujuan pendidikan (jangka
menengah) merupakan pembelajaran yang harus tercapai agar perilaku yang diinginkan dalam
mengatasimasalah kesehatan dapat tercapai (Hijau dalam Ahmad, 2014). Sementara, tujuan
perilaku (jangka pendek) merupakan gambaran perilaku yang akan tercapai dalammengatasi
masalah kesehatan yang berhubungan dengan pengetahuan, sikap dantindakan.

2.) misi Promosi Kesehatan


Promosi kesehatan memiliki melihat dan misi tertentu. melihat promosi
kesehatanmembahas mengenai pembangunan kesehatan Indonesia yang diatur dalam
UUKesehatan Tidak. 23 tahun 1992. isi dari melihat tersebut yaitu dankemampuan masyarakat
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental dan sosial jadi
masyarakat dapat produktif secara ekonomimaupun sosial (Notoatmodjo, 2012). melihat lainnya
yaitu menerapkan pendidikankesehatan pada program-program kesehatan, baik pemberantasan
penyakitmenular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program
kesehatan lainnya.Sedangkan misi promosi kesehatan sudah ada terkait upaya penolong
suatumelihat, di adalah yaitu advokasi, mediasi dan kemampuan atau keterampilan.

Advokasi merupakan kegiatan terencana yang ditujukan untuk para penentukebijakan


untuk mempengaruhi para pembuat keputusan bahwa programkesehatan yang ditawarkan perlu
mendapat dukungan melalui suatu keputusan(Notoatmodjo, 2012). Mediasi (penghubung) berarti
pelaksanaan promosikesehatan perlu menjalin hubungan kemitraan dengan berbagai program
yang hal baikdengan kesehatan. kemampuan (memungkinkan) berarti masyarakat diberikan
suatuketerampilan agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya secaramandiri.

3.) Sasaran Promosi Kesehatan

Menurut Maulana (2009), pelaksanaan promosi kesehatan dikenal memiliki 3 jenis sasaran
yaitu sasaran primer, sekunder dan tersier.

a) Sasaran primer

Sasaran primer kesehatan adalah pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai
komponen dari masyarakat. Masyarakat diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang tidak
bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Akan tetapi disadari
bahwa mengubah perilaku bukanlah sesuatu yang mudah. Perubahan perilaku pasien, individu
sehat dan keluarga (rumah tangga) akan sulit dicapai jika tidak didukung oleh sistem nilai dan
norma sosial serta norma hukum yang dapat diciptakan atau dikembangkan oleh para pemuka
masyarakat, baik pemuka informal maupun pemuka formal. Keteladanan dari para pemuka
masyarakat, baik pemuka informal maupun formal dalam mempraktikkan PHBS. Suasana
lingkungan sosial yang kondusif (social pressure) dari kelompok-kelompok masyarakat dan
pendapat umum (public opinion). Sumber daya dan atau sarana yang diperlukan bagi terciptanya
PHBS, yang dapat diupayakan atau dibantu penyediaannya oleh mereka yang bertanggung jawab
dan berkepentingan (stakeholders), khususnya perangkat pemerintahan dan dunia usaha
(Maulana, 2011).

b) Sasaran Sekunder

Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal (misalnya pemuka
adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal (misalnya petugas kesehatan, pejabat
pemerintahan dan lain-lain), organisasi kemasyarakatan dan media massa. Mereka diharapkan
dapat turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah
tangga) dengan cara: berperan sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS. Turut
menyebarluaskan informasi tentang PHBS dan menciptakan suasana yang kondusif bagi PHBS.
Berperan sebagai kelompok penekan (pressure group) guna mempercepat terbentuknya PHBS
(Maulana, 2011).

b.) Sasaran Tersier

Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan perundang-
undangan di bidang kesehatan dan bidang lain yang berkaitan serta mereka yang dapat
memfasilitasi atau menyediakan sumber daya. Mereka diharapkan turut serta dalam upaya
meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara:

1. Memberlakukan kebijakan/peraturan perundang-undangan yang tidak merugikan


kesehatan masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya PHBS dan kesehatan
masyarakat.
2. Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang dapat
mempercepat terciptanya PHBS di kalangan pasien, individu sehat dan keluarga (rumah
tangga) pada khususnya serta masyarakat luas pada umumnya (Maulana, 2011)

4.) Ruang lingkup dalam promosi kesehatan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, sehingga
dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu:
1. Ruang Lingkup Berdasarkan Area Masalah

Dilihat dari area masalah, ruang lingkup upaya promosi mencakup berbagai ideologi dari
kesehatan dan penyakit seperti kesehatan ibu, kesehatan anak, penyakit infeksi dan penyakit
infeksi menular, penyakit tidak menular, kecelakaan dan bencana, kesehatan manula. Pada saat
ini, model kesehatan yang baru yaitu social model of health, mulai diterima, meninggalkan
medical model. Pada model sosial, masalah kesehatan dilihat lebih pada penyebabnya, bukan
semata-mata dengan mengobati penyakit yang merupakan akaibat dari masalah kesehatan.

2. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pencegahan

Oleh karena masyarakat berada dalam berbagai status atau kondisi, maka promosi
kesehatan harus bersifat komprehensif. Di dalam upaya kesehatan, dikenal 5 tingkat pencegahan
dari Leavell and Clark (1967):

Pencegahan primer yang terdiri dari:

a. Peningkatan derajat kesehatan (health promotion)

b. Perlidungan khusus (specific protection)

d. Pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana

e. Imunisasi

f. Pencegahan dan penaggulangan penyakit endemik lokal

g. Pengobatan yang memadai untuk penyakit-penyakit umum dan kecelakaan

h. Penyediaan obat yang esensial

3. Ruang lingkup aktivitas

Diperluasnya peran Pendidikan Kesehatan menjadi Promosi Kesehatan oleh WHO


menggambarkan juga luasnya ruang lingkup aktivitas promosi kesehatan. Ottawa Charter
mengemukakan 5 (lima) pilar utama/cara untuk mempromosikan kesehatan (yang bunyi
pernyataannya sesungguhnya bersifat perintah), yaitu:

a. Build Healthy Public Policy (Buat kebijakan publik yang sehat)

b. Create Supportive Environment (Ciptakan lingkungan yang mendukung)

c. Strengthen Community Action (Perkuat kegiatan masyarakat)

d. Develop Personal Skills (Kembangkan / tumbuhkan keterampilan pribadi)

e. Reorient Health Services (Orientasi ulang pelayanan kesehatan)

Ruang lingkup aktivitas yang lebih operasional dapat kita rujuk ke definisi yang
dikemukakan Green dan Kreuter serta Kerangka Precede-Proceed, yang meliputi

(1) aktivitas pendidikan kesehatan,

(2) pembuatan dan pelaksanaan kebijakan, peraturanserta upaya organisasi. Kedua aktivitas ini
merupakan intervensi yang bersifat langsung terhadap perilaku, akar-akar perilaku atau
lingkungan. Aktivitas lain yang sangat mutlak agar aktivitas yang disebut di atas dapat dihasilkan
dan dijalankan adalah

(3) advokasi.

4. Ruang Lingkup Perilaku Kesehatan

Becker menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga domain, yakni pengetahuankesehatan


(Health knowledge), sikap terhadap kesehatan (health attitude) dan praktikkesehatan (health
practice). Konsep perilaku sehat ini merupakan pengembangan dari konsep perilaku yang
dikembangkan Benjamin Bloom. Hal ini berguna untuk mengukur seberapa besar tingkat
perilaku kesehatan individu yang menjadi unit analisis. Becker mengklasifikasikan perilaku
kesehatan menjadi tiga dimensi:

a. Pengetahuan Kesehatan.
Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap
cara-cara memelihara kesehatan, seperti pengetahuan tentang penyakitmenular,
pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan,
pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan pengetahuan untuk menghindari
kecelakaan.
b. Sikap terhadap kesehatan.
terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, seperti sikap terhadap penyakit menular dan
tidak menular, sikap terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau memengaruhi kesehatan,
sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan sikap untuk menghindari kecelakaan.
c. Praktek kesehatan.
Praktek kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas orang dalam
rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan terhadap penyakit menular dan tidak
menular, tindakan terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan,
tindakan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan tindakan untuk menghindari
kecelakaan.

C. UPAYA PENCEGAHAN (PREVENTIVE)

Menurut Leavel and Clark, pencegahan penyakit terbagi dalam 5 tahapan, yang sering disebut
5 level of prevention. Adapun five level of prevention tersebut adalah sebagai berikut:

1. Health Promotion (Promosi Kesehatan)


Dalam tingkat ini pendidikan kesehatan sangat diperlukan, misalnya dalam peningkatan
gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan dan sebagainya. seperti penyediaan air
rumah tangga yang baik, perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran, air limbah, hygiene
perorangan, rekreasi, sex education, persiapan memasuki kehidupan pra nikah dan persiapan
menopause. Usaha ini merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada umumnya.
Beberapa usaha di antaranya :
a. Penyediaan makanan sehat cukup kwalitas maupun kwantitasnya.
b. Perbaikan hygien dan sanitasi lingkungan,seperti : penyediaan air rumah tangga yang
baik,perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran dan air limbah dan sebagainya.
c. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat
d. Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian yang baik.

2. Specific Protection (Perlindungan Khusus)

Perlindungan khusus yang dimaksud dalam tahapan ini adalah perlindungan yang diberikan
kepada orang-orang atau kelompok yang beresiko terkena suatu penyakit tertentu. Perlindungan
tersebut dimaksudkan agar kelompok yang beresiko tersebut dapat bertahan dari serangan
penyakit yang mengincarnya. Oleh karena demikian, perlindngan khusus ini juga dapat disebut
kekebalan buatan.

Program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus, pendidikan kesehatan


sangat diperlukan terutama di Negara-negara berkembang. Hal ini karena kesadaran masyarakat
tentang pentingnya imunisasi sebagai perlindungan terhadap penyakit pada dirinya maupun
anak-anaknya masih rendah. Selain itu pendidikan kesehatan diperlukan sebagai pencegahan
terjadinya kecelakaan baik ditempat-tempat umum maupun tempat kerja. Penggunaan kondom
untuk mencegah penularan HIV/AIDS, penggunaan sarung tangan dan masker saat bekerja
sebagai tenaga kesehatan.

Beberapa usaha lain di antaranya:


a. Vaksinasi untuk mencegah penyakit-penyakit tertentu.
b. Isolasi penderitaan penyakit menular .
c. Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat-tempat umum maupun di tempat
kerja

3. Early Diagnosis and Prompt Treatment

(Diagnosis Dini dan Pengobatan yang Cepat dan Tepat) Diagnosis dini dan pengobatan
yang tepat dan cepat merupakan langkah pertama ketika seseorang telah jatuh sakit. Tentu saja
sasarannya adalah orang-orang yang telah jatuh sakit, agar sakit yang dideritanya dapat segera
diidentifikasi dan secepatnya pula diberikan pengobatan yang tepat. Tindakan ini dapat
mencegah orang yang sudah sakit, agar penyakinya tidak tambah parah. Perlu kita ketahui bahwa
faktor yang membuat seseorang dapat sembuh dari penyakit yang dideritanya bukan hanya
dipengaruhi oleh jenis obat yang diminum dan kemampuan si tenaga medisnya. Tetapi juga
dipengaruhi oleh kapan pengobatan itu diberikan. Semakin cepat pengobatan diberikan kepada
penderita, maka semakin besar pula kemungkinan untuk sembuh.

4. Disability Limitation (Pembatasan Kecacatan)

Karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit,
maka sering masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. Dengan kata lain
mereka tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya.
Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan cacat
atau ketidak mampuan. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini.
Penanganan secara tuntas pada kasus-kasus infeksi organ reproduksi menjegah terjadinya
infertilitas. Pada tahapan ini dapat disebut juga Pengobatan yang Sempurna (Perfect Treatment)
karena kecacatannya yang ditakutkan terjadi disebabkan pengobatan kepada penderita tidak
sempurna. Adapun pembatasan kecacatan terkesan membiarkan penyakit menyerang dan
membuat cacat si penderita baru kemudian diambil tindakan. Banyak penyakit yang dapat
menimbulkan kecacatan dapat dicegah dengan pengobatan yang lebih sempurna. Salah satunya
adalah dengan meminum obat yang diberikan oleh dokter sampai habis.

5. Rehabilitation (Rehabilitasi)

Selanjutnya yang terakhir adalah tahapan rehabilitasi. Rehabilitasi merupakan tahapan yang
sifatnya pemulihan. Ditujukan pada kelompok masyarakat yang dalam masa penyembuhan
sehingga diharapkan agar benar-benar pulih dari sakit sehingga dapat beraktifitas dengan normal
kembali. Apalagi kalau suatu penyakit sampai menimbulkan cacat kepada penderitanya, maka
tahapan rehabilitasi ini bisa dibilang tahapan yang menentukan hidupnya kedepan akan seperti
apa nantinya. Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat,
untuk memeulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan latihan tertentu. Oleh karena
kurangnya pengetian dan kesadaran orang tersebut, ia tidak akan segan melakukan latihan-
latihan yang dianjurkan. Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh dari penyakit, kadang-
kadang malu untik kembali ke masyarakat. Sering terjadi pula masyarakat tidak mau menerima
mereka sebagai anggoota masyarakat yang normal. Oleh sebab itu jelas pendidikan kesehatan
diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga perlu pendidikan kesehatan
pada masyarakat. Sebagai contoh: pusat-pusat rehabilitasi bagi korban kekerasan, rehabilitasi
PSK, dan korban narkoba.

Rehabilitasi ini terdiri atas :

a. Rehabilitasi fisik

Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimal-


maksimalnya.Misalnya,seseorang yang karena kecelakaan,patah kakinya.

b. Rehabilitasi mental

Yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan perorangan dan social
secara memuaskan. Seringkali bersamaan dengan terjadinya cacat badaniah muncul pula
kelainan-kelainan atau gangguan mental. Untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan
bimbingan kejiwaan sebelumm kembali ke dalam masyarakat.

c. Rehabilitasi sosial vokasional

Yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam masyarakat


dengankapasitas kerja yang semaksimal-maksimalnya sesuai dengan kemampuan dan ketidak
mampuannya.

d. Rehabilitasi aesthesis

Yaitu usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa


keindahan,walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat
dikembalikan misalnya: penggunaan mata palsu.

Anda mungkin juga menyukai