Tujuan program merupakan refleksi dari fase sosial dan epidemiologi, berupa
pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode waktu tertentu yang
berhubungan dengan status kesehatan.
Tujuan ini harus mencakup who will in how much of what by when. Tujuan
program juga sering disebut tujuan jangka panjang (Contohnya: mortalitas akibat
kecelakaan kerja pada pekerja menurun 50% setelah promosi kesehatan berjalan lima
tahun).
2. Tujuan Pendidikan (Education Objective)
Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai
perilaku yang diinginkan. Tujuan pendidikan disebut juga tujuan jangka menengah
(Contohnya: cakupan angka kunjungan ke klinik perusahaan meningkat 75% setelah
promosi kesehatan berjalan tiga tahun).
Merupakan tujuan jangka pendek, yang merupakan gambaran perilaku yang akan
dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan. Tujuan perilaku berhubungan
pengetahuan, sikap, dan tindakan. (Contohnya: pengetahuan pekerja tentang tanda-
tanda bahaya di tempat kerja meningkat 60% setelah promosi kesehatan berjalan enam
bulan).
2. Usaha preventif
A. Pengertian
Preventif adalah usaha yang ditunjukkan untuk mencegah terjadinya penyakit melalui
usaha-usaha pemberian immunisasi pada bayi dan anak, ibu hamil, pemeriksaan kesehatan
secara berkala untuk mendeteksi penyakit secara dini.1
B. Tingkat Pencegahan
Menurut Leavell dan Clark (1965) dalam bukunya “Preventive Medicine for the Doctor
in his Community”, membagi usaha pencegahan penyakit dalam 5 tingkatan pencegahan
yang dapat dilakukan pada masa sebelum sakit dan pada masa sakit. Kelima tingkatan
pencegahan tersebut dapat dikelompokkan ke dalam 3 upaya pencegahan yaitu:1
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan pencegahan yang dilakukan sebelum terjadinya
patogenik atau dilakukan saat individu belum menderita sakit. Tujuanya adalah untuk
mencegah penyakit dan trauma. Pencegahan primer terdiri dari promosi kesehatan
(health promotion) dan perlindungan khusus (spesifiic protection).
a) Pengertian
b) Tujuan2,3
a) Pengertian
b) Usaha pencegahan
b. Pencegahan Sekunder4
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang di lakukan pada fase awal
patogenik yang bertujuan untuk mendeteksi dan melakukan intervensi guna
menghentikan penyakit pada tahap dini, mencegah penyebaran penyakit, menurunkan
intensitas penyakit atau mencegah komplikasi, serta mempersingkat fase
ketidakmampuan. Pencegahan sekunder dilakukan pada masa individu mulai sakit.
Pencegahan sekunder dilakukan melalui upaya diagnosis dini dan penanganan segera
(early diagnosis and prompt treatment).
Diagnosis dini dan penanganan segera (early diagnosis and prompt treatment)
a) Pengertian
Early diagnosis mengandung pengertian diagnosa dini atau tindakan
pencegahan pada seseorang atau kelompok yang memiliki resiko terkena
penyakit.
Prompt treatment memiliki pengertian pengobatan yang dilakukan dengan
tepat dan segera untuk menangani berbagai masalah yang terjadi.
b) Tujuan
1. Mencegah penyebaran penyakit jika penyakit ini merupakan penyakit
menular.
2. Mengobati dan menghentikan proses penyakit.
3. Menyembuhkan orang sakit.
4. Mencegah terjadinya komplikasi dan cacat.
c) Usaha pencegahan
1. Mencari kasus sedini mungkin (case finding).
2. Melakukan pemeriksaan kesehatan umum secara rutin.
3. Pengawasan selektif terhadap penyakit tertentu seperti penyakit kusta, TBC.
4. Meningkatkan keteraturan pengobatan terhadap penderita (case holding).
5. Mencari orang-orang yang pernah berhubungan dengan penderita
berpenyakit menular (contact person).
6. Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan kasus.1
c. Pencegahan Tersier4
Pencegahan tersier terdiri atas upaya mencegah atau membatasi ketidakmampuan
serta membantu memulihkan klien yang tidak mampu agar dapat berfungsi secara
optimal. Pada proses ini diusahakan agar cacat yang diderita tidak menjadi hambatan
sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental dan
sosial. Langkah pencegahan ini antara lain di lakukan melalui upaya pembatasan
ketidakmampuan (disability limitation) dan rehabilitasi (rehabilitation).
1. Pembatasan ketidakmampuan (disability limitation)
a) Pengertian
Pembatasan kecacatan adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk
mencegah agar pasien atau masyarakat tidak mengalami dampak kecacatan
akibat penyakit yang ditimbulkan. Tingkat ini dilaksanakan pada kasus atau
penyakit yang memiliki potensi kecacatan. Bentuk kegiatan yang dapat
dilakukan dapat berupa perawatan untuk menghentikan penyakit, mencegah
komplikasi lebih lanjut, pemberian segala fasilitas untuk mengatasi kecacatan
dan mencegah kematian.3
b) Tujuan
1. Penyempurnaan dan intensifikasi pengobatan lanjutan agar terarah dan
tidak menimbulkan komplikasi.
2. Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.
3. Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan
pengobatan dan perawatan yang lebih intensif.1
c) Usaha pencegahan
1. Penyempurnaan dan intensifikasi pengobatan lanjutan agar terarah dan tidak
menimbulkan komplikasi.
2. Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.
3. Perbaikan fasilitas kesetahan sebagai penunjang untuk dimungkinkan
pengobatan dan perawatan yang lebih intensif.1
3. Rehabilitasi (rehabilitation).
a) Pengertian
Rehabilitasi adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita kedalam
masyarakat, sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang
berguna untuk dirinya dan masyarakat, semaksimalnya sesuai dengan
kemampuannya3,4
b) Bentuk Rehabilitasi
1) Rehabilitasi fisik
Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik
semaksimalnya. Misalnya, seorang yang karena kecelakaan, patah kakinya,
perlu mendapatkan rehabilitasi dari kaki yang patah yaitu
denganmempergunakan kaki buatan yang fungsinya sama dengan kaki yang
sesungguhnya. 3,4
2) Rehabilitasi mental
Yaitu agar bekas penderita dapat menyusuaikan diri dalam hubungan
perorangan dan social secara memuaskan. Seringkali bersamaan dengan
terjadinya cacat badania muncul pula kelainan-kelainan atau gangguan
mental.untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan bimbingan
kejiwaan sebelum kembali kedalam masyarakat. 3,4
3) Rehabilitasi sosial vokasional
Yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan / jabatan dalam
masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimalnya sesuai dengan
kemampuan dan ketidak mampuannya. 3,4
4) Rehabilitasi aesthetis
Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa
keindahan, walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri
tidak dapat dikembalikan misalnya: misalnya penggunaan mata palsu. 3,4
c) Usaha pencegahan3,4
1. Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan mengikutsertakan
masyarakat.
2. Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan
memberikan dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk
bertahan.
3. Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita
yang telah cacat mampu mempertahankan diri.
4. Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan
seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit.
DAFTAR PUSTAKA