Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KELOMPOK

SESI 1-7

MATA KULIAH PENGEMBANGAN MULTI MEDIA PROMKES


DOSEN PENGAMPU : TRI KRIANTO, Dr. M.Kes

NAMA KELOMPOK : 1. INTAN SARI (1905023)


2. NADILA SARI (1905026)
3. ANELDA WATI SYAH PUTRI (1905029)
4. KIKI PARMANDA (1905031)
5. HERNITATI (1905034)
6. SITI HANDAM DEWI (1905035)
7. AULIYA FAJRIYATI (1905036)

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANGTUAH PEKANBARU
SESI 1
A. TULISKAN APA YANG DIMAKSUD PROMOSI KESEHATAN?
Menurut Green (Notoatmodjo, 2007), promosi kesehatan adalah segala bentuk
kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan
organisasi, yang direncanakan untuk memudahkan perilaku dan lingkungan yang
kondusif bagi kesehatan. Green juga mengemukakan bahwa perilaku ditentukan oleh tiga
faktor utama yaitu :
1. Faktor predisposisi (predisposising factors), yang meliputi pengetahuan dan sikap
seseorang.
2. Faktor pemungkin (enabling factors), yang meliputi sarana, prasarana, dan fasilitas
yang mendukung terjadinya perubahan perilaku.
3. Faktor penguat (reinforcing factors) merupakan faktor penguat bagi seseorang untuk
mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat, undang-undang, peraturan-peraturan
dan surat keputusan.
Menurut Lawrence Green (1984), promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi
pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi
yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang baik bagi
kesehatan. Pada dasarnya tujuan utama promosi kesehatan adalah untuk mencapai 3 hal,
yaitu :
1. Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat
2. Peningkatan perilaku masyarakat
3. Peningkatan status kesehatan masyarakat
Menurut Lawrence Green (1990) dalam buku Promosi Kesehatan Notoatmodjo
(2007) tujuan promosi kesehatan terdiri dari 3 tingkatan, yaitu :
1. Tujuan Program Merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam
periode waktu tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan.
2. Tujuan Pendidikan Merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai untuk
mengatasi masalah kesehatan yang ada.
3. Tujuan Perilaku Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus tercapai
(perilaku yang diinginkan). Oleh sebab itu tujuan perilaku berhubungan dengan
pengetahuan dan sikap
Strategi Promosi Kesehatan Berdasarkan rumusan WHO (1994), dalam
Notoatmodjo (2007), strategi promosi kesehatan secara global terdiri dari tiga hal,
yaitu :
1. Advokasi (advocacy)
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang lain
tersebut membantu atau mendukung terhadap tujuan yang akan dicapai.
Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para
pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai
tingkat, sehingga para pejabat tersebut dapat mendukung program kesehatan
yang kita inginkan.
2. Dukungan sosial (social supporrt)
Strategi dukungan sosial adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial
melalui tokoh-tokoh formal maupun informal. Tujuan utama kegiatan ini
adalah agar tokoh masyarakat sebagai penghubung antara sektor kesehatan
sebagai pelaksana program kesehatan dengan masyarakat penerima program
kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan sosial antara lain pelatihan-pelatihan
para tokoh 10 masyarakat, seminar, lokakarya, bimbingan kepada tokoh
masyarakat dan sebagainya.
3. Pemberdayaan masyarakat (empowerment)
Pemberdayaan merupakan strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada
masyarakat langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan
untuk diri mereka sendiri. Bentuk kegiatan ini antara lain penyuluhan
kesehatan, keorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk
koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan
keluarga (Notoatmodjo, 2007).
Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Ruang lingkup promosi kesehatan
berdasarkan aspek pelayanan kesehatan menurut Notoatmodjo (2007), meliputi :
a) Promosi kesehatan pada tingkat promotif.
Sasaran promosi kesehatan pada tingkat pelayanan promotif adalah pada
kelompok orang sehat, dengan tujuan agar mereka mampu meningkatkan
kesehatannya.
b) Promosi kesehatan pada tingkat preventif.
Sasaran promosi kesehatan pada tingkat ini selain pada orang yang sehat
juga bagi kelompok yang beresiko. Misalnya, ibu hamil, para 11 perokok,
para pekerja seks, keturunan diabetes dan sebagainya. Tujuan utama dari
promosi kesehatan pada tingkat ini adalah untuk mencegah kelompok-
kelompok tersebut agar tidak jatuh sakit (primary prevention).
c) Promosi kesehatan pada tingkat kuratif.
Sasaran promosi kesehatan pada tingkat ini adalah para penderita
penyakit, terutama yang menderita penyakit kronis seperti asma, diabetes
mellitus, tuberculosis, hipertensi dan sebagainya. Tujuan dari promosi
kesehatan pada tingkat ini agar kelompok ini mampu mencegah penyakit
tersebut tidak menjadi lebih parah (secondary prevention).
d) Promosi kesehatan pada tingkat rehabilitatif.
Sasaran pokok pada promosi kesehatan tingkat ini adalah pada kelompok
penderita atau pasien yang baru sembuh dari suatu penyakit. Tujuan utama
promosi kesehatan pada tingkat ini adalah mengurangi kecacatan seminimal
mungkin. Dengan kata lain, promosi kesehatan pada tahap ini adalah
pemulihan dan mencegah kecacatan akibat dari suatu penyakit (tertiary
prevention) (Notoatmodjo, 2007)
B. TULISKAN APA ISI KONFERENSI DARI YANG DI OTTAWA SAMPAI
DENGAN YANG DI SHANGHAI?
1. The Ottawa Conference in Kanada (1986)
Dalam Konferensi Internasional Promosi  Kesehatan di Ottawa Canada tahun 1986
telah menghasilkan Piagam Ottawa ( Ottawa Charter ) yang berisi 5 ( lima ) butir
kesepakatan yang meliputi :
a. Kebijakan berwawasan kesehatan ( Healthy public policy )
Dalam proses pembangunan adakalanya aspek kesehetan sering diabaikan,
oleh karena itu adanya kebijakan yang berwawasan kesehatan, diharapkan bisa
mengedepankan proses pembangunan dengan tetap memperhatikan aspek-aspek
kesehatan. Kegiatan ini ditujukan kepada para pengambil kebijakan ( policy
makers) atau pembuat keputusan (decision makers) baik di institusi pemerintah
maupun swasta. Sebagai contoh ; adanya perencanaan pembangunan PLTN di
daerah jepara, para penagmbil kebijakan dan pembuat keputusan harus benar-
benar bisa memperhitungkan untung ruginya. harus diperhatikan kemungkinan
dampak radiasi yang akan ditimbulkan, serta kemungkinan-kemungkinan lain
yang bisa berdampak pada kesehatan.
b. Lingkungan yang mendukung ( Supportive environment ).
Aspek lingkungan juga perlu diperhatikan. Lingkungan disini diartikan
dalam pengertian luas. Baik lingkungan fisik (biotik, non biotik), dan lingkungan
non fisik. Diharapkan tercipta lingkungan yang kondusip yang dapat mendukung
terwujudnya masyarakat yang sehat. Contoh : perlunya jalur hijau didaerah
perkotaan, yang akhir-akhir ini sering diabaikan pemanfaatannya oleh oknum-
oknum tertentu. perlunya perlindungan diri pada kelompok terpapar pencemaran
udara , seperti penggunaan masker pada penjaga loket jalan tol, petugas polantas,
dsb.
c. Reorientasi pelayanan kesehatan ( Reorient health service ).
Adanya kesalahan persepsi mengenai pelayanan kesehatan, tanggung
jawab pelayanan kesehatan kadang hanya untuk pemberi pelayanan (health
provider ), tetapi  pelayanan kesehatan  juga merupakan  tanggung jawab 
bersama antara pemberi pelayanan kesehatan ( health provider ) dan pihak yang
mendapatkan pelayanan. Bagi pihak pemberi pelayanan diharapkan tidak hanya
sekedar memberikan pelayanan kesehatan saja, tetapi juga bisa membangkitkan
peran serta aktif masyarakat untuk berperan dalam pembangunan kesehatan. dan
sebaliknya bagi masyarakat, dalam proses pelayanan dan pembangunan kesehatan
harus menyadari bahwa perannya sangatlah penting, tidak hanya sebagai subyek,
tetapi sebagai obyek. Sehingga peranserta masyarakat dalam pembangunan
kesehatan sangatlah diharapkan. Contoh : semakin banyaknya upaya-upaya
kesehatan yang bersumberdaya masyarakat (UKBM), seperti posyandu, UKGMD,
Saka bhakti Husada, poskestren, dll.
d. Ketrampilan individu ( Personal Skill )
Dalam mewujudkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan,
ketrampilan individu mutlak diperlukan. Dengan harapan semakin banyak
individu yang terampil akan pelihara diri dalam bidang kesehatan, maka akan
memberikan cerminan bahwa dalam kelompok dan masyarakat tersebut semuanya
dalam keadaan yang sehat. ketrampilan individu sangatlah diharapkan dalam
mewujudkan keadaan masyarakat yang sehat. Sebagai dasar untuk terapil
tentunya individu dan masyarakat perlu dibekali dengan berbagai pengetahuan
mengenai kesehatan, selain itu masyarakata juga perlu dilatih mengenai cara-cara
dan pola-pola hidup sehat. Contoh : melalui penyuluhan secra indicidu atau
kelompok seperti di Posyandu, PKK. Adanya pelatihan kader kesehatan, pelatihan
dokter kecil, pelatihan guru UKS, dll.
e. Gerakan masyarakat ( Community action ).
Adanya gerakan ini dimaksudkan untuk menunjukan bahwa kesehatan
tidak hanya milik pemerintah, tetapi juga milik masyarakat. Untuk dapat
menciptakan gerakan kearah hidup sehata, masyarakat perlu dibekali dengan
pengetahuan dan ketrampilan. selain itu masyarakat perlu diberdayakan agar
mampu berperilaku hidup sehat. Kewajiban dalam upaya meningkatkan kesehatan
sebagai usaha untuk mewujudkan derajat setinggi-tingginya, teranyata bukanlah
semata-mata menjadi tanggung jawab tenaga kesehatan. Masyarakat justru yang
berkewajiban dan berperan dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Hal ini sesuai yang tertuang dalam Pasal 9 , UU N0. 36 tahun 2009 Tentang
kesehatan, yang berbunyi : “Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan,
mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya”.
Contoh ; adanya gerakan 3 M dalam program pemberantasn DBD,
gerakan jumat bersih, perlu diketahuai di negeri tetangga malaysia ada gerakan
jalan seribu langkah (hal ini bisa kita contoh), bahkan untuk mengukurnya disana
sudah dijual alat semacam speedometer.
2. The Adelaide Conference in Australia (1988)
Pembahasan lebih lanjut mengenai kebijakan publik berwawasan kesehatan
dicetuskan: "Kesehatan Adalah Hak Azasi Manusia dan Kesehatan merupakan
Investasi Sosial". Empat prioritas kebijakan sehat antara lain;
a. Mendukung kesehatan wanita
Perempuan adalah promotor kesehatan primer di seluruh dunia, dan
sebagian besar pekerjaan mereka dilakukan tanpa bayaran atau upah minimal.
Jaringan dan organisasi perempuan adalah model untuk organisasi,
perencanaan dan pelaksanaan proses promosi kesehatan. Jaringan perempuan
harus menerima lebih banyak pengakuan dan dukungan dari para pembuat
kebijakan dan lembaga. Partisipasi wanita dalam promosi kesehatan
memerlukan akses ke informasi, jaringan dan dana. Semua wanita, terutama
yang berasal dari, adat, dan kelompok etnis minoritas, memiliki hak untuk
menentukan kesehatan mereka sendiri dan harus diadakan mitra penuh dalam
perumusan kebijakan publik yang sehat untuk memastikan relevansi budaya.
Konferensi ini mengusulkan bahwa negara-negara mulai mengembangkan
kebijakan publik nasional di mana agenda kesehatan perempuan sendiri
adalah meliputi proposal untuk:
1. Kerja sama peduli yang dilakukan dalam masyarakat
2. Praktik bersalin berdasarkan preferensi dan kebutuhan perempuan
3. Mekanisme yang mendukung untuk pekerjaan, seperti dukungan untuk
ibu dengan anak-anak, cuti kehamilan, dsb.
b. Makanan dan Gizi
Penghapusan kelaparan dan kekurangan gizi adalah tujuan mendasar dari
kebijakan publik yang sehat. Kebijakan tersebut harus menjamin akses
universal untuk makanan sehat yang cukup dengan memperhatikan kearifan
lokal. Kebijakan pangan dan gizi perlu mengintegrasikan metode produksi dan
distribusi pangan baik swasta dan publik untuk mencapai harga yang
terjangkau. Kebijakan pangan dan gizi yang mengintegrasikan pertanian, dan
faktor lingkungan ekonomi untuk memastikan dampak kesehatan nasional dan
internasional yang positif harus menjadi prioritas bagi semua pemerintah.
Tahap pertama dari kebijakan seperti itu akan menjadi pembentukan gol untuk
gizi dan diet. Perpajakan dan subsidi harus mendukung akses yang mudah
untuk peningkatan diet dan gizi.
Konferensi merekomendasikan pemerintah segera mengambil tindakan
dan langsung di semua tingkatan untuk menggunakan daya beli mereka di
pasar makanan untuk memastikan bahwa pasokan pangan di bawah kontrol
khusus mereka (seperti katering di rumah sakit, sekolah, pusat penitipan anak,
layanan kesejahteraan dan tempat kerja) memberikan konsumen akses siap
untuk makanan bergizi.
c. Pengurangan tembakau dan alcohol
Penggunaan tembakau dan penyalahgunaan alkohol adalah dua bahaya
kesehatan utama yang perlu penanganan segera melalui pengembangan
kebijakan publik yang sehat. Tidak hanya tembakau berbahaya bagi kesehatan
perokok tetapi konsekuensi kesehatan akibat merokok pasif, terutama untuk
bayi. Alkohol memberikan kontribusi untuk perselisihan sosial, dan trauma
fisik serta mental. Selain itu, konsekuensi ekologi yang serius dari
penggunaan tembakau sebagai tanaman komersial di negara miskin telah
memberi kontribusi pada krisis dunia saat ini dalam produksi dan distribusi
makanan.
Produksi serta pemasaran tembakau dan alkohol adalah kegiatan yang
sangat menguntungkan terutama untuk pemerintah melalui pajak. Pemerintah
sering menganggap bahwa konsekuensi ekonomi dari mengurangi produksi
dan konsumsi tembakau dan alkohol dengan mengubah kebijakan akan terlalu
berat harga yang harus dibayar untuk keuntungan daripada kesehatan yang
terlibat. Pada konferensi ini pemerintah harus berkomitmen untuk
pengembangan kebijakan publik yang sehat dengan menetapkan target
nasional dan bertekad mengurangi pertumbuhan tembakau dan produksi
alkohol, pemasaran dan konsumsi secara signifikan pada tahun 2000.
d. Menciptakan lingkungan yang mendukung
Pengelolaan lingkungan harus melindungi kesehatan manusia dari efek
buruk langsung dan tidak langsung baik biologi, kimia, dan faktor fisik, dan
harus mengakui bahwa perempuan dan laki-laki merupakan bagian dari
ekosistem yang kompleks. Sumber daya alam yang sangat beragam tetapi
terbatas sangat penting bagi umat manusia. Kebijakan mempromosikan
kesehatan dapat dicapai hanya dalam lingkungan untuk menghemat sumber
daya melalui strategi ekologi global, regional, dan lokal.
Pada tahun 1989 diadakan pertemuan Kelompok Promosi Kesehatan
negara-negara berkembang di Geneva sebagai seruan untuk bertindak (a call
for action). Pada pertemuan ini ditekankan 3 startegi pokok promosi
kesehatan untuk pembagunan kesehatan, yaitu Advokasi kebijakan,
pengembangan aliansi yang kuat dan sistem dukungan sosial, serta
pemberdayaan masyarakat.
3. The Sundsvall Conference, Swedia (1991)
Fokus pembahasan hubungan antara kesehatan dengan lingkungan fisik lingkungan
yang baik untuk kesehatan. untuk dukungan ini diperlukan 4 strategi kunci yakni:
a. Memperkuat advokasi diseluruh lapisan masyarakat
b. Memberdayakan masyarakat dan indiividu agar mampu menjaga kesehatan dan
lingkungannya melalui pendidikan dan pemberdayaan
c. Membangun aliansi menjadi penengah diantara berbagai konflik kepentingan di
tengah masyarakat.
Ketiga konferensi tersebut diselenggarakan di negara maju sehingga timbulah
pertanyaan apakah promosi kesehatan hanya sesuai untuk negara maju saja atau tidak
cocok untuk negara berkembbang? Untuk membantah keraguan itu, maka konferensi
yang ke-IV dilaksanakan di salah sau negara sedang berkembang. Indonesia
memperoleh kehormatan untuk menjadi penyelenggaranya yang pertama.
4. Konferensi Jakarta, Indonesia (1997)
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan IV ini terselenggara pada bulan Juli
1997 bertempat di Hotel Horison, Ancol, Jakarta. Pesan utama dalam konferensi
keempat ini ialah perlunya merubah pola tradisional dalam promosi kesehatan dengan
menciptakan kemitraan pada berbagai sektor baik pemerintah maupun swasta. Isi
deklarasi Jakarta, antara lain:
a. Meningkatkan tanggung jawab sosial dalam kesehatan
b. Meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan
c. Meningkatkan kemitraan untuk kesehatan
d. Kemampuan perorang dan pemberdayaan masyarakat
e. Mengembangkan infra struktur promosi kesehatan.
5. Konferensi Mexico City (2000)
Dengan tema : BRIDGING THE EQUITY GAP (Menjembatani Kesenjangan
Pemerataan) merupakan sejarah pertemuan internasional Promosi Kesehatan yang
dihadiri oleh 100 Negara yang diwakilkan para Menteri Kesehatan  dengan membuat
kesepakatan antara lain :
a. kesepakatan menteri kesehatan sedunia untuk meningkatkan kesehatan
b. pengembangan kegiatan Promosi Kesehatan di masing-masing negara di
Dunia
c. study kasus sebagai bukti keberhasilan kegiatan promosi kesehatan didunia
d. membuat perencanaan promosi kesehatan.
6. Konferensi Bangkok, Thailand (2005)
Pada konferensi kelima ini, tema yang diangkat adalah Health Promotion in a
Globalized World (Promosi Kesehatan dalam dunia yang mengglobal) yaitu
komitmen untuk kesehatan bagi semua. Kesepakatan yang dihasilkan antara lain:
a. Menjadikan Promosi Kesehatan sebagai Pusat Agenda Pembangunan
Global
b. Membuat Promosi Kesehatan sebagai Tanggungjawab semua lini
Pemerintah
c. Menjadikan PromKes Untuk Pemberdayaan Masyarakat (Masyarakat sering
mengambil inisiatif memulai).
7. Konferensi Nairobi, Kenya (2009)
Koferensi ke-7 Promosi Kesehatan dilaksanakan di Kota Nairobi, Kenya pada
tanggal 26 s/d 30 Oktober 2009 dengan tema ” Promoting Health and
Develotment : Closing the Implementation Gap”. Konfernsi tersebut menghasilkan
5 Strategi dan Aksi yang disepakati, yaitu ;
a. Membangun Kapasitas Promosi Kesehatan (Building Capacity for Heaalth
Promotion)
b. Penguatan Sistem Kesehatan (Strengthening Health Systems)
c. Kemitraan dan Kerjasama Lintas Sektor (Partnership and Intersesectoral
Action)
d. Pemberdayaan Masyarakat (Community Empowerment)
e. Sadar Sehat dan Perilaku Sehat (Health Literacy and Health Behavior).
8. Konferensi Global Promosi Kesehatan ke-9 di Shanghai
Konferensi deklarasi Shanghai menghasilkan dimana Indonesia turut
berkomitmen untuk menegaskan "Kesehatan Untuk Semua" berdasarkan hubungan
antara kesehatan dengan generasi selanjutnya dan kesehatan dunia. Menyadari
Kesehatan sebagai Nilai Universal sebagai bagian dari tujuan sosial dan politik dari
semua negara sehingga tidak ada yang tertinggal. Pemerintah dan masyarakat perlu
menyikapi percepatan pencapaian SDG's. Sektor kesehatan dalam SDG's yaitu gizi
masyarakat, sistem kesehatan nasional, akses kesehatan, reproduksi, KB, sanitasi dan
air bersih, serta mengakhiri segala bentuk kemiskinan dimanapun dalam kaitannya
dengan JKN.
SESI 2 :
A. KENAPA PERILAKU SESEORANG BISA BERUBAH KARENA MEDIA DAN
BAGAIMANA PERUBAHAN ITU TERJADI.
1. Pengertian Perilaku
Perilaku manusia adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri (Notoatmodjo,
2007). Secara operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau
seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut. Perilaku dapat diartikan
sebagai suatu aksi reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi
apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi yakni yang disebut
rangsangan. Rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu.
Perilaku dapat juga diartikan sebagai aktivitas manusia yang timbul karena adanya
stimulasi dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung
(Notoatmodjo, 2007). Perilaku atau aktivitas yang ada pada individu atau organisme
itu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari adanya stimulus atau
rangsangan yang mengenai individu atau organisme itu (Darho, 2012). Jenis Perilaku
Menurut dilihat dari bentuk terhadap stimulus menurut skinner, perilaku dapat
dibedakan menjadi dua:
a. Perilaku tertutup (Covert Behavior)
Seorang terhadap stimulus yang masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan/ kesadaran dan sikap, belum biasa diamati oleh orang lain
b. Perilaku Terbuka (Overt Behavior)
Seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Ini
sudah jelas dilakukan atau praktik, yang sangat mudah diamati atau dilihat orang
lain.
2. Pengertian Media Sosial
Menurut Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial
sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun diatas dasar
ideologi dan teknologi Web 2.0, dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-
generated content. Web 2.0 menjadi platform dasar media sosial. Media sosial ada
dalam ada dalam berbagai bentuk yang berbeda, termasuk social network, forum
internet, weblogs, social blogs, micro blogging, wikis, podcasts, gambar, video,
rating, dan bookmark sosial. Menurut Kaplan dan Haenlein ada enam jenis media
sosial: proyek kolaborasi (misalnya, wikipedia), blog dan microblogs (misalnya,
twitter), komunitas konten (misalnya, youtube), situs jaringan sosial (misalnya
facebook, instagram), virtual game (misalnya world of warcraft), dan virtual social
(misalnya, second life)1 . Jejaring sosial merupakan situs dimana setiap orang bisa
membuat web page pribadi, kemudian terhubung dengan teman-teman untuk berbagi
informasi dan berkomunikasi. Jejaring sosial terbesar antara lain facebook, myspace,
plurk, twitter, dan instagram.
Jika media tradisional menggunakan media cetak dan media broadcast, maka
media sosial menggunakan internet. Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik
untuk berpartisipasi dengan memberi kontribusi dan feedback secara terbuka,
memberi komentar, serta membagi informasi dalam waktu yang cepat dan tak
terbatas. Media sosial salah satunya sebuah media online, dengan para penggunanya
bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring
sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan Wiki merupakan
bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.
Saat teknologi internet dan mobile phone makin maju maka media sosial pun ikut
tumbuh dengan pesat. Kini untuk mengakses instagram misalnya, bisa dilakukan
dimana saja dan kapan saja hanya dengan menggunakan sebuah mobile phone.
Demikian cepatnya orang bisa mengakes media sosial mengakibatkan terjadinya
fenomena besar terhdap arus informasi tidak hanya di negara-negara maju, tetapi
juga di Indonesia. Karena kecepatannya media sosial juga mulai tampak
menggantikan peranan media massa konvensional dalam menyebarkan berita-berita.
3. Kenapa perilaku seseorang bisa berubah karena media dan bagaimana perubahan itu
terjadi.
Perubahan sosial menurut William F. Ougborn merupakan fenomena
kehidupan yang dialami oleh setiap masyarakat di manapun dan kapan pun. Setiap
masyarakat manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan-perubahan dalam
berbagai aspek kehidupannya, yang terjadi di tengah-tengah pergaulan (interaksi)
antara sesama individu warga masyarakat, demikian pula antara masyarakat dengan
lingkungan hidupnya. Apabila Anda membandingkan kehidupan Anda sekarang ini
dengan beberapa tahun atau beberapa puluh tahun yang lalu, pastilah Anda
merasakan adanya perubahan-perubahan itu. Baik dalam tata cara pergaulan antara
sesama anggota masyarakat sehari-hari, dalam cara berpakaian, dalam kehidupan
keluarga, dalam kegiatan ekonomi atau mata pencaharian, dalam kehidupan
beragama, dan seterusnya. Contohnya Evolusi yang terjadi di bidang teknologi
maupun inovasi internet menyebabkan tidak hanya memunculkan media baru saja,
Media sosial bahkan menjadi “senjata baru” bagi banyak bidang. Perusahaan-
perusahaan saat ini memberikan perhatian khusus untuk mengelola media sosial dan
menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan mereka secara daring (dalam
jaringan). Iklan menjadi berubah dari cara tradisional yang diproduksi oleh
perusahaan dan tentu dengan biaya yang tidak sedikit. Hal tersebut merupakan
sebuah tantangan sekaligus kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Kehadiran media
sosial dan semakin berkembangnya jumlah pengguna dari hari ke hari memberikan
fakta menarik betapa kekuatan internet bagi kehidupan.
Riset yang dipublikasikan oleh Crowdtap, Ipsos MediaCT, dan The Wall Street
Journal pada tahun 2014 melibatkan 839 responden dari usia 16 hingga 36 tahun
menunjukkan bahwa jumlah waktu yang dihabiskan khalayak untuk mengakses
internet dan media sosial mencapai 6 jam 46 menit per hari, melebihi aktivitas untuk
mengakses media tradisional (Nasrullah, 2015). Meski hanya bisa digunakan terbatas
dan tanpa bermaksud membuat pernyataan bahwa inilah perilaku semua khalayak di
dunia, hasil riset tersebut menunjukkan bahwa media tradisional tidak lagi menjadi
media yang dominan diakses oleh khalayak. Kebutuhan akan menjalin hubungan
sosial di internet merupakan alasan utama yang dilakukan oleh khalayak dalam
mengakses media. Kondisi ini tidak bisa didapatkan ketika khalayak mengakses
media tradisional. Tidak mengherankan, kehadiran media sosial menjadi fenomenal.
Facebook, Twitter, YouTube, Instagram hingga Path adalah beberapa ragam media
sosial yang diminati oleh banyak khalayak. Oleh karena itu, melalui tulisan ini,
penulis ingin membahas hegemoni media sosial dari perspektif psikologi sosial
terapan dengan harapan dapat memberi kontribusi terhadap upaya pengendalian
perilaku penggunaan media sosial agar semakin tepat-guna, baik oleh diri sendiri,
komunitas, institusi, maupun pihak-pihak lain yang membutuhkan.
Dunia maya seperti layaknya media sosial merupakan sebuah revolusi besar
yang mampu mengubah perilaku manusia dewasa ini, dimana relasi pertemanan
serba dilakukan melalui medium digital – menggunakan media baru (internet) yang
dioperasikan melalui situs-situs jejaring sosial. Realitas menjadi bersifat augmented
dan maya yang harus diadaptasi dan diintegrasikan dalam kacamata kajian psikologi
sosial kontemporer yang ubiquitous (ada dimana-mana) serta pervasive (dapat
menembus berbagai bidang ilmu dan kajian) (Soeparno & Sandra, 2011).
Kesimpulan perubahan perilaku terjadi akibat media sosial karena masyarakat
mengedepankan kepraktisan dan efisiensi waktu dan sangat dinamis akan lebih
memilih melakukan media sosial.
B. JELASKAN MEDIA APA YANG PALING BERPENGARUH PADA
PERUBAHAN PERILAKU
Zaman keterbukan informasi seperti saat ini banyak sekali mengalami perubahan
di suatu media.adapun hasil riset penelitian tentang media seperti saat ini adalah media
sosial. Media sosial itu mempunyai peran penting berguna bagi kehidupan serta
sebaliknya bisa melakukan suatu dampak perubahan perilaku manusia. Pada dasarnya
manusia sebelumnya tidak mengenal sosial media. Lama kelamaan manusia memiliki
perubahan dan juga kecederungan memiliki sifat egoisme, narsisme, perilaku ganda yang
dimiliki seseorang serta juga bisa menjadi tekanan psikis bathin manusia itu sendiri di
jejaring sosial. Ambil salah contoh studi kasus di jejaring media sosial adalah banyak
masyarakat modern seperti saat ini melakukan tindakan yang di nilai sok sombong serta
tekanan psikis bathin yang dimilikinya. misalnya ada seorang teman baru pulang dari luar
negeri berlibur setelah itu upload foto di sosial media dan foto tersebut di lihat orang lain
merasa bangga bahwa saya itu habis jalan-jalan keluar negeri padahal hanya orang bodoh
aja yang mau upload foto itu.
Ambil sample lain ada seseorang bahwa dia sudah menyelesaikan sarjana setelah
itu foto wisudanya di upload di sosial media bahwa orang bisa melihat bahwa itu dia
sudah menyelesaikan kuliah menjadi seorang sarjana. Akan tetapi penulis melihat seperti
itu seperti anak kecil seharusnya jangan merasa ilmunya sudah tinggi padahal belum
tentu memiliki kecerdasan ilmunya yang banyak. Sungguh ironis sekali sekali perubahan
perilaku manusia seperti zaman ini kalau memang manusia itu cerdas dalam
intelektualnya makan harus merendah. Pepatah mengatakan seseorang manusia yang
memiliki kecerdasaan ilmu yang tinggi dia akan semakin merendah biasa saja dan tidak
sombong. ini lah yang terjadi perubahan perilaku manusia di media baru (new media).
Banyak setiap insan memiliki perubahan perilaku akibat dunia media online semakin
berkembang dan dapat mempengaruhi perilaku khaklayaknya. Media online / media baru
(New Media) masuk kedalam kategori ilmu komunikasi massa. Karena pesan yang
disampaikan kepada khalayak lewat media online/media baru (new media).
Selain itu, adanya media sosial ini juga dapat memberikan efek perubahan dari
segi pemikiran serta perilaku pada para penggunanya. Media dikatakan dapat menjadi
tempat perubahan pemikiran serta perilaku karena secara tidak langsung media dapat
menjadi tempat untuk menambah edukasi dan informasi, alhasil masyarakat dapat
membuat sebuah opini dan menciptakan suatu perilaku yang baru dan tergerak untuk
berubah atau bahkan tidak menciptakan gerakan tersebut. 
Kegagalan dalam menumbuhkan perilaku yang baru ini dapat diakibatkan karena
kurangnya informasi dalam pesan, karena hal ini masyarakat menjadi tidak membuka
tingkat kepekaannya untuk merespon. Respon dapat terjadi jika komunikator dapat
memberikan pesan (stimulus) yang tepat sehingga khalayak  terangsang dan dapat
memberikan suatu respon atau tanggapan (Mulyana, 2008, hal. 144).
Media sosial dapat digunakan  sebagai wadah untuk melakukan demokrasi dan
persuasi atau kampanye. Namun, dalam melakukan kedua hal tersebut di media sosial
juga harus dengan cara yang tepat, tujuannya agar respon atau tanggapan khalayak
terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat diuraikan dan diungkapkan. 
SESI 3
GAMBARAKAN MODEL KOMUNIKASI, SMCREF DAN BAGAIMANA MEKANISME
YANG ADA TAHU

Mekanisme model komunikasi SMCREF


1. Source (Sumber) adalah individu atau orang yang mengirim pesan. Pesan atau informasi
yang akan dikirimkan berasal dari otak si pengirim pesan, oleh sebab itu sebelum pengirim
mengirimkan pesan, si pengirim harus menciptakan dulu pesan yang akan dikirimkannya.
Menciptakan pesan adalah menentukan arti apa yang akan dikirimkan kemudian
menyandikan/encode arti tersebut ke dalam suatu pesan,sesudah itu baru dikirim melalui
saluran.
2. Message (pesan) adalah informasi yang akan dikirimkan kepada si penerima. Pesan ini dapat
berupa verbal maupun nonverbal. Pesan secara verbal dapat secara tertulis seperti surat,
buku, majalah, memo, sedangkan pesan yang secara lisan dapat berupa percakapan tatap
muka, percakapan melalui telepon, radio dan sebagainya. Pesan yang nonverbal dapat
berupa isyarat gerakan badan, ekspresi muka, dan nada suara.
3. Channel (media) adalah jalan yang dilalui pesan dari si pengirim dengan si penerima.
Saluran yang biasa dalam komunikasi adalah gelombang cahaya dan suara yang dapat kita
lihat dan dengar, tetapi jika pembicaraan itu melalui surat yang dikirimkan, maka gelombang
cahaya sebagai saluran yang memungkinkan kita dapat melihat huruf pada surat tersebut.
Kertas dan tulisan itu sendiri adalah sebagai alat untuk menyampaikan pesan. Kita dapat
menggunakan bermacam-macam alat untuk menyampaikan pesan seperti buku, radio, film,
televisi, surat kabar tetapi saluran pokoknya adalah gelombang suara dan cahaya.
4. Receiver (Penerima pesan) adalah yang menganalisis dan menginterpretasikan isi pesan yang
diterimanya.
5. Effect (Balikan) adalah respons terhadap suatu pesan yang diterima yang dikirimkan kepada si
pengirim pesan, dengan diberikannya reaksi ini kepada si pengirim, pengirim akan dapat mengetahui
apakah pesan yang dikirimkan tersebut diinterpretasikan sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si
pengirim. Seringkali respons yang diberikan tidak seperti yang diharapkan oleh si pengirim karena si
penerima pesan kurang tepat dalam menginterpretasikan pesan. Hal ini disebabkan oleh adanya
faktor-faktor dalam diri si penerima yang mempengaruhi dalam pemberian arti pesan.
6. Feedback (umpan balik) adalah tanggapa balik dari pihak penerima/konmunikan atas pesan
ulang diterimanya.
SESI 4
SEBUTKAN JENIS-JENIS MEDIA YANG BISA DAN BIASA DIGUNAKAN DALAM
PROMOSI KESEHATAN (PENYULUHAN KESEHATAN) DAN BERIKAN
CONTOHNYA ?
Jenis-jenis media yang bisa dan biasa digunakan dalam promosi kesehatan adalah sebagai
berikut :

1. Saluran interpersonal

Jenis media dalam komunikasi kesehatan yang pertama adalah saluran


interpersonal atau saluran komunikasi interpersonal. Komunikasi kesehatan sebagian
besar menggunakan saluran komunikasi interpersonal sebagai upaya untuk memengaruhi
keputusan dan perilaku kesehatan masyarakat. Hal yang paling penting dalam
komunikasi interpersonal adalah hubungan dan interaksi yang terjalin antara individu,
petugas medis, dan sistem dukungan sosial individu.
Hubungan ini dapat memberikan pengaruh positif terhadap keputusan individu
tentang masalah kesehatan. Yang termasuk saluran interpersonal di antaranya adalah
komunikasi tatap muka, kunjungan ke rumah, pelatihan, diskusi kelompok, dan lain-lain.
2. Media cetak

Secara umum, Pengertian media cetak menurut para ahli  adalah media yang
menampilkan pesan komunikasi dengan cara dicetak pada kertas.Dalam komunikasi
kesehatan, yang dimaksud dengan media cetak menurut Susilowati (2016) adalah media
yang mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari gambaran sejumlah kata,
gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk media cetak di antaranya
adalah booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubrik atau tulisan pada
surat kabar atau majalah, poster, dan foto yang mengungkapkan informasi kesehatan.
3. Media siaran

Media siaran dalam komunikasi kesehatan adalah media yang menyediakan cakupan
yang sangat luas bagi pesan-pesan komunikasi kesehatan. Media siaran digunakan untuk
menyampaikan informasi kesehatan kepada khalayak luas secara cepat dengan tujuan
untuk menciptakan dan mengembangkan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan.
Yang termasuk media siaran adalah radio dan televisi.
4. Media luar ruang

Menurut Susilowati (2016), media luar ruang dalam komunikasi kesehatan adalah media
yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan di luar ruang. Media luar
ruang meliputi media cetak, media elektronik seperti reklame atau videotron,
spanduk, banner, televisi layar lebar, umbul-umbul yang berisi pesan, slogan atau logo.

5. Media hiburan

Penyebaran informasi dan pendidikan kesehatan juga dapat dilakukan melalui media
hiburan. Adapun strategi yang paling banyak diterapkan oleh para profesional
komunikasi kesehatan adalah menciptakan kemitraan dengan pihak kreatif suatu stasiun
televisi agar informasi kesehatan publik dapat dimasukkan ke dalam salah satu dari jenis
program televisi yang ada. Selain menjalin kemitraan dengan pihak televisi, kemitraan
juga dapat dijalin dengan pihak rumah produksi atau studio film. Contoh media hiburan
yang digunakan untuk menyebarkan jenis-jenis informasi kesehatan adalah penayangan
film ER (Emergency Room) dan film General Hospital di Amerika Serikat serta program
acara televisi Dr. OZ.
6. Media komunikasi modern

Salah satu pengaruh media baru dalam komunikasi adalah komunikasi dilakukan


melalui internet. Kehadiran internet sebagai media komunikasi, menuntut para
profesional komunikasi kesehatan menggunakan media komunikasi modern untuk
menyebarluaskan informasi dan promosi kesehatan kepada masyarakat.  Yang
termasuk dalam media komunikasi modern di antaranya adalah blog, wiki, dan situs
jejaring sosial.
7. Media lainnya

Media lainnya yang juga kerap digunakan untuk menyebarkan informasi dan promosi
kesehatan di antaranya adalah iklan-iklan yang disematkan di transportasi umum
seperti bus atau mengadakan kegiatan-kegiatan seperti road show, pemberian
sampling atau contoh produk kepada khalayak sasaran secara gratis, dan pameran.

Anda mungkin juga menyukai