Anda di halaman 1dari 21

Step 2

1. Apa yang dimaksud promosi kesehatan ?


2. Sebutkan visi , misi , tujuan dan sasaran , serta strategi program promosi kesehatan ?
3. Bagaimana pemberdayaan kesehatan dalam promosi kesehatan?
4. Apakah tujuan pembverdayaan masyarakat ?
5. Apakah peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat ?
6. Sebeutkan pengertian , tujuan , dan sasaran program partipasi masyarakat ?
7. Bagaimanakah kebijksanaan pokok dan strategi peningkatan program partisipasi masyarakat ?
8. Bagaimanakah langkah dan kegiatan pengembangan partisipasi masyarakat ?
9. Sebutkan factor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat
10. Sebutkan bentuk-bentuk/tingkat-tingkat partisipasi masyarakat ?
11. Sebutkan factor pendorong dan penghambat partispasi masyarakat?
12. Sebutkan keuntungan partispasi masyarakat bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat ?
13. Bagaimanakah kedudukan pemberdayaan sebagai dasar pembangunan kesehatan ?
14. Bagaimana pemeberdayaan kesehatan sebagai salah satu sub system SKN?
Step 3

PROMOSI KESEHATAN

 Tujuan
Dalam Piagam Ottawa disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah proses yang
memungkinkan orang-orang untuk mengontrol dan meningkatkan kesehatan mereka
(Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and to
improve, their health, WHO, 1986). Jadi, tujuan akhir promosi kesehatan adalah
kesadaran di dalam diri orang-orang tentang pentingnya kesehatan bagi mereka sehingga
mereka sendirilah yang akan melakukan usaha-usaha untuk menyehatkan diri mereka.

 Fungsi :
 Rumusan kebijakan teknis
 Pelaksanaan tugas di bidang promosi kes dan pemberdayaan masy
 Pemantauan evaluasi dan pelaporan
 Pembelaan advokasi dan kemitraan kes
 Pembianaan pemberdayaan dan peran masy
 Pengembangan metode dan teknologi
 Pelalaksanaan administrasi pusat

 Visi dan misi

VISI

Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik
fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun social.

( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Rineka Cipta)

MISI

1. Advokat (Advocate)
Melakukan kegiatan advokasi terhadap para pengambil keputusan diberbagai program dan
sector yang terkait dengan kesehatan. Melakukan advokasi berarti melakukan upaya-upaya agar
para pembuat keputusan atau penentu kebijakan tersebut mempercayai dan meyakini bahwa
program kesehatan yang ditawarkan perlu didukung melalui kebijakan-kebijakan atau
keputusan-keputusan politik.

2. Menjembatani (Mediate)
menjadi jembatan dan menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sekotr yang terkait
dengan kesehatan. Dalam melaksanakan program-program kesehatan perlu kerjasama dengan
program lain dilingkungan kesehatan, maupuns ekotr lain yang terkait. oelh sebab itu, dalam
mewujudkan kerja sama atau kemitraan ini peran pendidikan / promosi kesehatan diperlukan.

3. Memampukan (Enable)
Memberikan kemampuan atau ketrampilan kepada masyarakat agar mereka mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri secara mandiri. Hal ini berarti
masyarakat diberikan kemampuan atau ketrampilan agar mereka mandiri di bidang kesehatan,
termasuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka.

( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Rineka Cipta)

 Strategi

a) Strategi global menurut WHO 1984


1. Advokasi (Advocacy)
Kegiatan yang ditujukan kepada pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik dibidang
kesehatan maupun sector lain diluar kesehatan, yang mempunyai pengaruh terhadap public.
Tujuannya adalah agar para pembuat keputusan ini mengeluarkan kebijakan-kebijakan,
atara lain dalam bentuk : peraturan, undang-undang, instruksi, dan sebagainya yang
menguntungkan kesehatan publik.

2. Dukungan social (Social Suport)


Kegiatan yang ditujukan kepada para tokoh masyarakat, baik formal (Guru, Lurah, Camat,
Petugas kesehatan, dan sebagainya) maupun informal (Tokoh agama dan sebagainya ) yang
mempunyai pengaruh dimasyarakt. Tujuan kegiatan ini adalah agar kegiatan dan program
kesehatan tersebut memperoleh dukungan dari tokoh masyarakat dan agama. Selanjutnya
Toma dan Toga ini dapat menjembatani antara pengelola program kesehatan dengan
masyarakat.

3. Pemberdayaan masyarakat (Empowerment)


Pemberdayaan ini ditujukan kepada masyarakat langsung, sebagai sasaran primer
promosi kesehatan. Tujuaannya adalah agar masyarakat memiliki kemampuan dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat ini
dapat diwujutkan dalam berbagai kegiatan antara lain penyuluhan kesehatan,
pengorganisasian, dan pembangunan masyarakat dalam bentuk misalnya koperasi dan
pelatihan ketrampilan dalam rangka peningkatan pendapatan keluarga (latihan menjahit,
pertukangan, peternakan dan sebagainnya). Melalui kegiatan-kegiatan tersebut
diharapkan masyarakat memiliki kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka sendiri (self relince in health).

b) Strategi promosi kesehatan berdasarkan piagam Ottawa (Ottawa Charter)


Dikelompokkan menjadi 5 butir yaitu :

o Kebijakan berwawasan kesehatan (healthy public policy)


 Kegiatan yang ditujukan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan.
Sehingga dikeluarkan atau dikembangkannya kebijakan-kebijakan pembangunan
yang berwawasan kesehatan. Hal ini berarti bahwa setiap kebijakan
pembangunan dibidang apa saja harus mempertimbangkan dampak kesehatannya
bagi masyarakat.
o Lingkungan yang mendukung (supportive environment)
 Kegiatan untuk mengembangkan ajringan kemitraan dan suasana yang
mendukung. Kegiatan ini ditujukan kepada para pemimpin organisasi masyarakat
serta pengelola tempat-tempat umum (public places). kegiatan mereka
diharapkan memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, baik lingkunagn
fisik maupun lingkunagn non fisik yang mendukung atau kondusif terhadap
kesehatan masyarakat.
o Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service)
 Kesehatan masyarakat bukan hanya masalah pihak pemberi pelayanan
(provider), baik pemerintah maupun swasta saja, melainkan juga masalah
masyarakat sendiri (consumer). Oleh sebab itu penyelenggaraan pelayanan
kesehatan juga merupakan tanggung jawab bersama antara pihak pemberi
pelayanan (provider) dan pihak penerima pelayanan (consumer). Dewasa ini titik
berat pelayanan kesehatan masih berada pada pihak pemerintah dan swasta, dan
kurang melibatkan masyarakat sebagai penerima pelayanan. Melibatkan
masyarakat dalam pelayanan kesehatan berarti memberdayakan masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya sendiri.
o Ketrampilan individu (personal skill)
 Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat, yang terdiri dari kelompok,
keluarga an individu. Oleh sebab itu kesehatan masyarakat terwujud apabila
kesehatan kelompok, kesehatan masing-masing keluarga, dan kesehatan individu
terwujud. Oleh sebab itu meningkatkan ketrampilan setiap anggota masyarakat
agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri adalah
sangat penting.
o Gerakan masyarakat (community action)
 Kesehatan masyarakat adalah perwujudan kesehatan kelompok, keluarga dan
individu. Oleh sebab itu mewujudkan derajat kesehatan masyarakat akan efektif
apabila unsure-unsur yg ada dimasyrakat dalam mengupayakan peningkatan
kesehatan mereka sendiri adalah wujud dari gerakan masyarakat (community
action)
( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Rineka Cipta)

 Ruang lingkup

Terdiri dari 2 dimensi yaitu :

 Dimensi Aspek Pelayanan Kesehatan


Kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok, yakni : promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Ahli lain hanya membaginya menjadi 2 aspek, yakni : a) Aspek promotif dengan
sasaran kelompok orang sehat, b) Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan)
dengan sasaran kelompok orang yang beresiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok yang sakit.
Sejalan dengan uraian ini, maka ruang lingkup pendidikan / promosi kesehatan juga
dikelompokkan menjadi dua.

a. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif

Sasaran pendidikan atau promosi kesehatan pada aspek promotif adalah kelompok orang
sehat. Selama ini kelompok orang sehat kurang memperoleh perhatian dalam upaya
kesehatan masyarakat. Padahal kelompok orang sehat disuatu komunitas sekitar 80-85% dari
populasi. Apabila jumlah ini tidak dibina kesehatannya, maka jumlah ini akan meningkat.
Oleh sebab itu pendidikan kesehatan pada kelompok ini perlu ditingkatkan atau dibina agar
tetap sehat, atau lebih meningkat lagi.

b. Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan

Pada aspek ini upaya pendidikan kesehatan mencakup 3 upaya atau kegiatan, yaitu :

1) Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)


Sasaran promosi / pendidikan kesehatan pada aspek ini adalah Kelompok masyarakat
yang berisiko tinggi (high risk), misalnya : kelompom ibu hamil dan menyusui, para
perokok, obesitas, para pekerja seks (wanita atau pria), dan sebagainnya. Tujuan
upaya pendidikan / promosi kesehatan pada kelompok ini adalah agar mereka tidak
jatuh sakit atau terkena penyakit.

2) Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)


Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah para penderita penyakit kronis,
misalnya asma, DM, TBC, reumatik, tekanan darah tinggi dan sebagainnya. Tujuan
upaya promosi kesehatan pada kelompok ini adalah agar penderita mampu mencegah
penyakitnya menjadi lebih parah.

3) Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)


Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah kelompok pasien yang baru sembuh
(recovery) dari suatu penyakit. Tujuannya adalah agar mereka segera pulih kembali
kesehatannya.

o Dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan


Dapat dikelompokkan menjadi :

 Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)


Keluarga atau rumah tangga adalah unit masyarakat terkecil. Oleh sebab itu untuk mencapai
perilaku masyarakat yang sehat harus dimulai di masing-masing keluarga. Di dalam keluargalah
mulai terbentuk perilaku-perilaku masyarakat. Orang tua (ayah dan ibu) merupakan sasaran utama
dalam promosi kesehatan pada tatanan ini.

 Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah


Sekolah merupakan perpanjangan tangan pendidikan kesehatan bagi keluarga. sekolah, terutama
guru pada umumnya lebih dipatuhi oleh murid-muridnya. Oleh sebab itu lingkungan sekolah, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial yang sehat, akan sangat berpengaruh terhadap perilaku
sehat anak-anak (murid). Kunci pendidikan kesehatan di sekolah adalah guru, oleh sebab itu perilaku
guru harus dikondisikan, melalui pelatihan-pelatihan kesehatan, seminar, lokakarya dan sebagainya.

 Pendidikan kesehatan di tempat kerja


Lingkungan kerja yang sehat (fisik dan non fisik) akan mendukung kesehatan pekerja atau
karyawannya dan akhirnya akan menghasilkan produktivitas yang optimal. Sebaliknya lingkungan
kerja yang tidak sehat serta rawan kecelakaan kerja akan menurunkan derajat kesehatan pekerjanya
dan akhirnya kurang produktif. Oleh sebab itu pemilik, pemimpin atau manajer dari institusi tempat
kerja termasuk perkantoran merupakan sasaran promosi kesehatan sehingga mereka peduli terhadap
kesehatan para pekerjanya dan mengembangkan unit pendidikan kesehatan di tempat kerja

 Pendidikan di tempat-tempat umum


Tempat – tempat umum disini mencakup pasar, terminal bus, bandar udara, tempat-tempat
perbelanjaan, tempat-tempat olahraga, taman-taman kota dan sebagainnya. Tempat-tempat umum
yang sehat, bukan saja terjaga kebersihannya, tetapi juga harus dilengkapi dengan fasilitas kebersihan
dan sanitasi, terutama WC umum dan sarana air bersih, serta tempat sampah. Para pengelola tempat-
tempat umum merupakan sasaran promosi kesehatan agar mereka melengkapi tempat-tempat umum
dengan fasilitas yg dimaksud, disamping melakukan himbauan – himbauan kebersihan dan kesehatan
bagi pemakai tempat umum atau masyarakat melalui pengeras suara, poster, leaflet, dan sebagainya

 Fasilitas pelayanan kesehatan


Fasilitas pelayanan kesehatan ini mencakup RS, puskesmas, poliklinik, rumah bersalin, dan
sebagainya. Kadang-kadang sangat ironis, dimana RS atau puskesmas tidak menjaga kebersihan
fasilitas pelayanan kesehatan. Keadaan fasilitas tersebut kotor, bau, tidak ada air, tidak ada tempat
sampah dan sebagainya. Oleh sebab itu pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan merupakan sasaran
utama promosi kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan ini. Mereka inilah yang bertanggung jawab
atas terlaksananya pendidikan atau promosi kesehatan di institusinya tersebut.

Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan

Berdasarkan dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan
5 tingkat pencegahan dari Leavel and Clark

1. Promosi Kesehatan (Health Promotion)


Dalam tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi, kebiasaan
hidup, perbaikan sanitasi lingkungan, kesehatan perorangan dan sebagainya

2. Perlindungan Khusus (Spesific Protection)


Dlam program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus ini pendidikan kesehatan
sangat diperlukan terutama di negara-negara berkembang. Hal ini karena kesadaran masyarakat
tentang pentingnya imunisasi sebagai cara perlindungan terhadap penyakit pada orang dewasa
maupun pada anak-anaknya masih rendah.
3. Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment)
Dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit,
maka penyakit-penyakit yang terjadi di dalam masyarakat sering sulit terdeteksi. Bahkan kadang-
kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini akan
menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak. Oleh sebab itu
pendidikan kesehatan / promosi kesehatan sangat diperlukan pada tahap ini.

4. Pembatasan Cacat (Disability Limitation)


Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit, seringkali
mengakibatkan masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. Mereka tidak
melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya. Pengobatan yang
tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan menjadi cacat atau
memiliki ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu pendidikan kesehatan juga
diperlukan pada tahap ini.

5. Rehabilitas (Rehabilitation)
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat. Untuk
memulihkan cacatnya tersebut diperlukan latihan-latihan tertentu. Oleh karena kurangnya
pengertian dan kesadaran orang tersebut, ia tidak atau segan melakukan latihan-latihan yang
dianjurkan. Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh dari penyakit, kadang merasa malu
untuk kembali ke masyarakat. sering terjadi pula masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai
anggota masyrakat yang normal. Oleh sebab itu jelas pendidikan kesehatan diperlukan bukan saja
untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga untuk masyarakat.

( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Rineka Cipta)

 Sasaran

1. Sasaran Primer (Primary Target)


o Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan
atau promosi kesehatan. Sesuai dengan masalah kesehatan, maka sasaran ini
dapat dikelompokkan menjadi kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum,
ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA, anak sekolah untuk kesehatan
remaja dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasarn primer
ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat.
2. Sasaran Sekunder (Secondary Target)
a. Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan sebagainya. Disebut
sasaran sekunder karena dengan memberikan pendidikan kesehatan pada
kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan
memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat sekitarnya.
Disamping itu dengan perilaku sehat para tokoh masyarakat sebagai hasil
pendidikan kesehatan yang diterima, maka para tokoh masyarakat ini
akan memberikan contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat
sekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang ditujuakan pada sasaran
sekunder ini adalah sejalan dengan strategi dukungan social (Social
Suport).
3. Sasaran Tersier (Tertiary Target)
a. Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik ditingkat pusat
maupun daerah adalah sasaran tersier pendidikan kesehatan. Dengan
kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini
akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat
(Sasaran Sekunder), dan juga kepada masyarakat umum (Sasaran
Primer). Upaya promosi kesehatan yang ditujuakan kepada sasaran
tersier ini sejalan dengan strategi advokasi.
( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Rineka Cipta)

4. Bentuk/model
1. Menentukan metode

Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan Teknik Komunikasi, Sasaran yang dicapai
dan Indera penerima dari sasaran promosi.

3.1.1. Berdasarkan Teknik Komunikasi

a. Metode penyuluhan langsung.

Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengan

sasaran. Termasuk di sini antara lain : kunjungan rumah, pertemuan diskusi (FGD),

pertemuan di balai desa, pertemuan di Posyandu, dll.

b. Metode yang tidak langsung. Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan

secara tatap muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan


perantara (media). Umpamanya publikasi dalam bentuk media cetak, melalui

pertunjukan film, dsb

3.1.2. Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai

a. Pendekatan PERORANGAN

Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung

dengan sasaran secara perorangan, antara lain : kunjungan rumah, hubungan

telepon, dan lain-lain

b. Pendekatan KELOMPOK

Dalam pendekatan ini petugas promosi berhubungan dengan sekolompok sasaran.

Beberapa metode penyuluhan yang masuk dalam ketegori ini antara lain :

Pertemuan, Demostrasi, Diskusi kelompok, Pertemuan SGD, dan lain-lain

c. Pendekatan MASAL

Petugas Promosi Kesehatan menyampaikan pesannya secara sekaligus kepada

sasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa metode yang masuk dalam golongan ini

adalah : Pertemuan umum, pertunjukan kesenian, Penyebaran tulisan/poster/media

cetak lainnya, Pemutaran film, dll

3.1.3. Berdasarkan Indera Penerima

a. Metode MELIHAT/MEMPERHATIKAN. Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui indera
penglihatan, seperti : Penempelan Poster, Pemasangan Gambar/Photo,

Pemasangan Koran dinding, Pemutaran Film

b. Metode PENDENGARAN. Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera pendengar,
umpamanya : Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah, dll
c. Metode “KOMBINASI”. Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi cara (dilihat, didengar, dicium, diraba
dan dicoba)

Ada 3 metode, yaitu ;

1. Metode Pendidikan Individual (perorangan)


Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau
alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. agar
petugas kesehatan mengetahui dengan tepat serta dapat membantunya maka perlu
menggunakan metode ini. Bentuk pendekatan ini, antara lain :

a. Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling)

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap amsalah yang
dihadapi oleh klien dapat diteliti dan dibantu penyelesaiannya. akhirnya klien tersebut
dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima perilaku
tersebut (mengubah perilaku).

b. Interview (wawancara)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara
antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau
belum menerima perubahan, apakah ia tertarik atau tidak terhadap perubahan, untuk
mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar
pengertian dan kesadaran yg kuat. apabila belum maka perlu penyuluhan yg lbh
mendalam.

2. Metode Pendidikan Kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus diingat besarnya kelompok sasaran serta
tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain
dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran
pendidikan.

Kelompok Besar
yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15
orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain ceramah dan seminar.
Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok kecil.
Metode – metode yang cocok untuk kelompok kecil ini antara lain :

Diskusi kelompok
Agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi maka
formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat
berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk
lingkaran atau segi empat.

Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-pancingan


yang dapat berupa pertanyaan-pertanyaan atau kasus sehubungan dengan topik
yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang hidup maka pemimpin kelompok harus
mengarahkan dan mengatur jalannya diskusi sehingga semua orang dapat
kesempatan berbicara dan tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta.

Curah Pendapat (brain storming)


Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama
dengan metode diskusi kelompok. Bedanya pada permulaannya pemimpin
kelompok memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan
jawaban-jawaban atau tanggapan (curah endapat). Tanggapan atau jawaban-
jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum
semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh diberi komentar oleh
siapapun. Baru setelah semua anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota
dapat mengomentari dan akhirnya terjadi diskusi.

Bola Salju (snow balling)


Kelompok dibagi-bagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang). kemudian
dilontarkan suatu eprtanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit maka tiap
2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan lasalah tersebut,
dan menari kesimpulannya.

Kemudian tiap-tiap pasang yg sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi


dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi
diskusi seluruh anggota kelompok.
Kelompok-kelompok kecil (buzz group)
kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yg kemudian diberi
suatu permasalahan yg sama atau tidak sama dengan kelompok lain. Masing-
masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut. selanjutnya hasil dari tiap
kelompok didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya.

Memainkan peranan (role play)


dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran
tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter puskesmas, sebagai
perawat atau bidan, dan sebagainya sedangkan anggota yang lain sebagai pasien
atau anggota masyarakat.

Permainan simulasi (simulation game)


Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diskusi kelompok. Pesan-
pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti permainan
monopoli. Cara memainkannya dengan menggunakan dadu, gaco (petunjuk arah),
selain beberan atau papan main. beberapa orang menjadi pemain dan sebagian lagi
berperan sebagai narasumber.

3. Metode Pendidikan Massa


Metode pendidikan massa cocok untuk mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang
ditujukan kepada masyarakat. Oleh karena sasaran pendidikan ini bersifat umum

Metode :

a. Ceramah umum (public speaking)


b. Pidato-pidato / diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik Tv amupun
radio, pada hakekatnya merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.
c. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang
suatu penyakit atau masalah kesehatan disuatu media massa adalah juga merupakan
pendekatan pendidikan kesehatan.
d. Tulisan-tulisan dimajalah atau koran, baik dalam bentuk artikel amupun tanya
jawab/konsultasi tentang kesehatan dan penyakit juga merupakan bentuk pendekatan
pendidikan kesehatan massa.
e. Billboard, yg dipasang di pingir jalan, spanduk, poster dan sebagainya juga merupakan
bentuk pendidikan kesehatan massa.
( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Rineka Cipta)

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

a. Upaya peningkatan kemampuan masyarakat (miskin) untuk berpartisipasi,


bernegosiasi, mempengaruhi, dan mengendalikan kelembagaan masyarakatnya secara
bertanggung-gugat demi perbaikan kehidupannya.
b. Upaya untuk memberikan daya (empowermwnt) atau kekuatan (strength) kepada
masyarakat.
c. Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya perorangan, kelompok dan
masyarakat di bidang kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna
menjamin tercapainya derajat kes yang setinggi-tingginya
(Sumber : Buku Sistem Kesehatan, Wiku adisasmito, Ph. D)

a) Tujuan

i. Menetapkan suasana atau iklim yang memungkinkan berkembangnya potensi yang


dimilki masyarakat, baik sumber daya alam maupun sistem nilai tradisional dalam
menata kehidupan masyarakat.
ii. Memperkuat potensi yang dimilki masyarakat, baik potensi lokal yang telah
membudaya dalam menata kehidupan masyarakat melalui pemberian masukan berupa
bantuan dana, pembangunan sarana dan prasarana baik fisik (jalan, irigasi, listrik)
maupun sosial (pendidikan, kesehatan) serta pengembangan lembaga pendanaan,
penelitian dan pemasaran di daerah.
iii. Melindungi melalui pemihakan kepada masyarakat yang lemah untuk mencegah
persaingan yang tidak seimbang dan bukan berarti mengisolasi atau menutupi dari
interaksi.
iv. (Sumber : Buku Sistem Kesehatan, Wiku adisasmito, Ph. D)
b) Karakteristik
 Community leader )pemimpin dalam komunitas, petugas kes yg melakukan pendekatan
kpda tokoh masy
 Community organization (PKK, karang taruna, majelis taklim, dll)
 Community fund (dana sehat JPKM)
 Community materials (potensi daerah yang dapat digunakan utk memfasilitasi pelayanan
kesehatan)
 Community knowledge (meningkatkan pengetahuan masy dengan berbagai penyuluhan
kesehatan)
 Community technology (teknologi dalam komunitas yg dapat digunakan utk
pengembangan program kesehatan)
c) Unsur

Upaya pemberdayaan masyarakat perlu memperhatiakn sedikitnya empat unsur pokok, yaitu :

a. Aksestabilitas informasi, karena informasi merupakan kekuasaan baru kaitannya dengan :


peluang, layanan, penegakkan hukum, efektivitas negosiasi, dan akuntabilitas
b. Keterlibatan dan partisipasi, yang menyangkut siapa yang dilibatkan dan bagaimana
mereka terlibat dalam keseluruhan proses pembangunan
c. Akuntabilitas, kaitannya dengan pertanggungjawaban publik atas segala kegiatan yang
dilakukan dengan mengatasnamakan rakyat
d. Kapasitas organisasi lokal, kaitannya dengan kemampuan bekerja sama, mengorganisasi
warga masyarakat, serta memobilisasi sumber daya untuk memecahkan masalah-masalah
yang mereka hadapi
(Sumber : Buku Sistem Kesehatan, Wiku adisasmito, Ph. D)

d) Cara / strategi

1. Melakukan penguatan lembaga dan organisasi masyarakat guna mendukung


peningkatan posisi tawar dan akses masyarakat untuk memperoleh dan
memanfaatkan input sumber daya yang dapat meningkatkan kegiatan ekonomi.
2. Mengembangkan kapasitas masyarakat melalui bantuan peningkatan ketrampilan
dan pengetahuan, penyediaan prasarana dan sarana seperti modal, informasi pasar
dan teknologi, sehingga dapat memperluas kerja dan memberikan pendapatan yang
layak, khususnya bagi keluarga dan kelompok masyarakat miskin.
3. Mengembangkan sistem perlindunagan sosial, terutama bagi masyarakat yang
terkena musibah bencana alam dan masyarakat yang terkena dampak krisis ekonomi
4. Mengurangi berbagai bentuk pengaturan yang menghambat untuk membangun
lembaga dan organisasi guna penyaluran pendapat, melakukan interaksi sosial untuk
membangun kesepakatan di antara kelompok masyarakat dan dengan organisasi
sosial politik
5. Membuka ruang gerak selaus-luasnya bagi masyarakat untuk terlibat dan
berpartisipasi dalam proses pengembalian keputusan publik malalui pengemabangan
forum lintas yang dibangun dan dimiliki masyarakat setempat.
6. Mengembangkan potensi masyarakat untuk membangun lembaga dan organisasi
keswadayaan masyarakat di tingkat lokal untuk memperkuat solidaritas dan
ketahanan sosial masyarakat dalam memecahkan berbagai masalah kemasyarakatan
dan khususnya untuk membantu masyarakat miskin dan rentan sosial.
(Sumber : Buku Sistem Kesehatan, Wiku adisasmito, Ph. D)

e) Syarat
 Kesadran kejelasan, pengetahuan ttg apa saja yang akan dilakukan.
 Pemahaman yg baik tentang keinginan berbagai pihak ttg hal-hal apa, diman,
siapa saja yg diberdayakan.
 Adanya kemauan dan ketramoilan kelompok sasaran utk menempuh proses
perberdayaan.

f) Prinsip

1. Menumbuh-kembangkan kemampuan masyarakat

2. Menumbuhkan dan atau mengembangkan peran serta masyarakat dalam


pembangunan kesehatan

3. Mengembangkan semangat gotong royong dalam pembangunan kesehatan

4. Bekerja bersama masyarakat

5. Menggalang kemitraan dengan LSM dan organisasi kemasyarakatan yang ada di


masyarakat

6. Penyerahan pengambilan keputusan kepada masyarakat

g) Program utk meningkatkan


 Menguatkan ORMAS.
 pemberdayaan masy miskin.
 peningkatan keswadayaan masyarakat.
h) Pengorganisasian
 Pemberdayaan masy dpt dilakukan melalui pendekatan ketatanan spt rumah
tangga, institusi pendidikan, tempat kerja,tempat umum,fasilitas kes agar
terwujud perbedayaan masy yg berhasil guna , berdaya guna dan
berkesinambungan.
 Harus dilakukan dg memperhatikan karakteristik dan kekhususan masy spt masy
di kota, desa, pesisir.
i) Sasaran

Terciptanya keberdayaan individu, keluarga dan masyarakat dalam bidang kesehatan


yang ditandai oleh peningkatan perilaku hidup sehat dan peran aktif dalam memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatan diri dan lingkungan sesuai dengan sosial budaya
setemapat, khususnya pada masa kehamilan, masa bayi dan kanak-kanak, remaja
perempuan usia produktif, dan kelompok-kelompok lain dengan kebutuhan kesehatan
khusus.(Sumber : Buku Pembangunan kesehatan di indonesia, R. Hapsari Habib
Rachmat)

PARTISIPASI MASYARAKAT

Partisipasi masyarakat adalah proses aktif dan inisiatif yang muncul dari masyarakat serta akan
terwujud sebagai suatu kegiatan nyata apabila terpenuhi oleh tiga faktor pendukungnya yaitu: (1)
adanya kemauan, (2) adanya kemampuan, dan (3) adanya kesempatan untuk berpartisipasi. Kemauan
dan kemampuan berpartisipasi berasal dari yang bersangkutan (warga atau kelompok masyarakat),
sedangkan kesempatan berpartisipasi datang dari pihak luar yang memberi kesempatan

 Wujud

Nama Pakar Pemikiran Tentang Bentuk Partisipasi

(Hamijoyo, 2007: 21; Chapin, Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-
2002: 43 & Holil, 1980: 81) usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan.

(Hamijoyo, 2007: 21; Holil, Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang
1980: 81 & Pasaribu dan harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja  atau perkakas.
Simanjutak, 2005: 11)

(Hamijoyo, 2007: 21 & Pasaribu Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga
dan Simanjutak, 2005: 11) untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu
program.

(Hamijoyo, 2007: 21 & Pasaribu Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui
dan Simanjutak, 2005: 11) keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang
membutuhkannya. Dengan maksud agar orang tersebut dapat melakukan
kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya.

(Hamijoyo, 2007: 21 & Pasaribu Partisipasi buah pikiran adalah partisipasi berupa sumbangan berupa ide,
dan Simanjutak, 2005: 11) pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program
maupun untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk
mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna
mengembangkan kegiatan yang diikutinya.

(Hamijoyo, 2007: 21 & Pasaribu Partisipasi sosial, Partisipasi jenis ini diberikan oleh partisipan sebagai
dan Simanjutak, 2005: 11) tanda paguyuban. Misalnya arisan, menghadiri kematian, dan lainnya dan
dapat juga sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam rangka
memotivasi orang lain untuk berpartisipasi.

(Chapin, 2002: 43 & Holil, 1980: Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Masyarakat terlibat
81) dalam setiap diskusi/forum dalam rangka untuk mengambil keputusan
yang terkait dengan kepentingan bersama.

(Chapin, 2002: 43 & Holil, 1980: Partisipasi representatif. Partisipasi yang dilakukan dengan cara
81) memberikan kepercayaan/mandat kepada wakilnya yang duduk dalam
organisasi atau panitia.

 Macam/tipe

No. Tipologi Karakteristik

1. Partisipasi pasif/ manipulatif (a)    Masyarakat berpartisipasi dengan cara diberitahu apa yang
sedang atau telah terjadi;(b)   Pengumuman sepihak oleh manajemen
atau pelaksana proyek tanpa memperhatikan tanggapan masyarakat;
(c)    Informasi yang dipertukarkan terbatas pada kalangan
profesional di luar kelompok sasaran.

2. Partisipasi dengan cara (a)    Masyarakat berpartisipasi dengan cara menjawab pertanyaan-
memberikan informasi pertanyaan penelitian seperti dalam kuesioner atau sejenisnya;(b)  
Masyarakat tidak punya kesempatan untuk terlibat dan
mempengaruhi proses penyelesaian; (c)    Akurasi hasil penelitian
tidak dibahas bersama masyarakat.

3. Partisipasi melalui konsultasi (a)    Masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi;(b)   Orang
luar mendengarkan dan membangun pandangan-pandangannya
sendiri untuk kemudian mendefinisikan permasalahan dan
pemecahannya, dengan memodifikasi tanggapan-tanggapan
masyarakat; (c)    Tidak ada peluang bagi pembuat keputusan
bersama;
(d)   Para profesional tidak berkewajiban mengajukan pandangan-
pandangan masyarakat (sebagai masukan) untuk ditindaklanjuti.

4. Partisipasi untuk insentif (a)    Masyarakat berpartisipasi dengan cara menyediakan sumber
materil daya seperti tenaga kerja, demi mendapatkan makanan, upah, ganti
rugi, dan sebagainya;(b)   Masyarakat tidak dilibatkan dalam
eksperimen atau proses pembelajarannya; (c)    Masyarakat tidak
mempunyai andil untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan pada saat insentif yang disediakan/diterima habis.

5. Partisipasi fungsional (a)    Masyarakat berpartisipasi dengan membentuk kelompok untuk


mencapai tujuan yang berhubungan dengan proyek;(b)  
Pembentukan kelompok (biasanya) setelah ada keputusan-keputusan
utama yang disepakati; (c)    Pada awalnya, kelompok masyarakat ini
bergantung pada pihak luar (fasilitator, dll) tetapi pada saatnya
mampu mandiri.

6. Partisipasi interaktif (a)    Masyarakat berpartisipasi dalam analisis bersama yang


mengarah pada perencanaan kegiatan dan pembentukan lembaga
sosial baru atau penguatan kelembagaan yang telah ada;(b)  
Partisipasi ini cenderung melibatkan metode inter-disiplin yang
mencari keragaman perspektif dalam proses belajar yang terstruktur
dan sistematik; (c)    Kelompok-kelompok masyarakat mempunyai
peran kontrol atas keputusan-keputusan mereka, sehingga mereka
mempunyai andil dalam seluruh penyelenggaraan kegiatan.

7. Self mobilization (a)    Masyarakat berpartisipasi dengan mengambil inisiatif secara


bebas (tidak dipengaruhi/ditekan pihak luar) untuk mengubah sistem-
sistem atau nilai-nilai yang mereka miliki;(b)   Masyarakat
mengembangkan kontak dengan lembaga-lembaga lain untuk
mendapatkan bantuan-bantuan teknis dan sumberdaya yang
dibutuhkan; (c)    Masyarakat memegang kendali atas pemanfaatan
sumberdaya yang ada.

 Prinsip

Tiga prinsip dasar dalam menumbuhkan partisipasi masyarakat agar ikut serta dalam
pembangunan dapat dilakukan dengan cara:

(1)   Learning process (learning by doing); Proses kegiatan dengan melakukan aktivitas
proyek dan sekaligus mengamati, menganalisa kebutuhan dan keinginan masyarakat.

(2)   Institusional development; Melakukan kegiatan melalui pengembangan pranata sosial


yang sudah ada dalam masyarakat. Karena institusi atau pranata sosial masyarakat merupakan
daya tamping dan daya dukung sosial.

(3)   Participatory; Cara ini merupakan suatu pendekatan yang umum dilakukan untuk dapat
menggali need yang ada dalam masyarakat (Marzali, 2003 dalam Sahidu, 1998). 14)

(Sumber : Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan May 26, 2009

Filed under: Uncategorized — tutyirawaty @ 7:46 am


http://tutyirawaty.wordpress.com/2009/05/26/partisipasi-masyarakat-dalam-pembangunan/)

 Langkah-langkah

Pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu sub sistem SKN

Pemberdayaan masyarakat adalah sebagai subyek sekaligus obyek dari sistem


kesehatan. Dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yg dilakukan oleh
masyarakat (dengan atau tanpa campur tangan pihak luar) utk meperbaiki kondisi lingkungan,
sanitasi dan aspek lainnya secara langsung maupun tdk langsung berpengaruh dlm kesehatan
masyarakat.
Program pemberdayaan yg akan mempengaruhi kualitas hidup adalah
pemberdayaan masyarakat miskin. faktor ini akan mampu memutuskan ketertinggalan rakyat
baik dari segi pendidikan, ekonomi maupun kesehtan. Faktor lain yg akan menjamin penguatan
daya tawar dan akses guna mendukung masyarakat utk memperoleh dan memanfaatkan input
sember daya yg dpt meningkatkan kegiatan ekonomi adalah melakukan penguatan lembaga dan
organisasi masyarakat.
Pembiayaan program pemberdayaan akan menjadi aspek yg penting utk
menjamin keberlangsungan program. Oleh karena itu, berdirinya lembaga swadaya dgn
dukungan pihak ketiga seperti perusahaan dan volunter sangat berpengaruh terhadap penguatan
organisasi masyarakat. Pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat menciptakan suasana yg
memungkinkan potensi masyarakat utk berkembang disertai dgn dorongan dan motivasi bahwa
pada dasarnya setiap orang memiliki potensi yg harus dikembangkan.
Pemberdayaan masyarakat diselenggarakan melalui upaya promosi kesehatan
atau disebut pendidikan kesehatan masyarakat atau penyuluhan masyarakat. Pasal 38 UU No.23
tahun 1992 menyebutkan bahwa penyuluhan kesehatn masyarakat diselenggarakan guna
meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, kemampuan masyarakat utk hidup sehat,
aktif dan berperan serta dalam upaya kesehatan
(Sumber : Buku Sistem Kesehatan, Wiku adisasmito, Ph. D)

Kedudukan Pemberdayaan Sebagai Dasar Pembangunan Kesehatan

 Merupakan Dasar nomer 2 : ”Pemberdayaan setiap orang dan masyarakat bersama dengan
peran pemerinta untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat”.
Meningkatnya peran aktif masyarakat, seperti lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi, dan
swasta dalam hal pengorganisasian, penggerakkan dan pendanaan kegiatan masyarakat merupakan
peluang yg nyata dewasa ini di Indonesia, yg harus tetap dimantapkan. Juga meningkatnya
kesadaran masyarakat atau perorangan terhadap pola hidup sehat serta pentingnya lingkungan hidup
yg sehat merupakan peluang yg nyata di Indonesia dan juga diberbagai negara lain.
 Setiap orang dan juga masyarakat bersama dengan pemerintah berperan, berkewajiban dan
bertanggung jawab untuk memelihara, serta meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga,
masyarakat beserta lingkungannya. Setiap upaya kesehatan harus mampu membangkitkan dan
mendorong peran serta masyarakat. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan berlandaskan
pada kepercayaan atas kemampuan dan kekuatan sendiri serta bersendikan kepribadian bangsa.
Sesuai dengan peraturan perundangan yg berlaku, masyarakat memiliki kesempatan utk
berperan serta dalam penyelenggaraan upaya kesehatan beserta penyediaan sumber
dananya. Selanjutnya, pemerintah mpy kewajiban dan wewenang utk membina, mendorong
dan menggerakkan swadaya masyarakat agar dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna
dengan mempersiapkan perangkat peraturan dan tata caranya.

Pemberdayaan masyarakat melalui lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (disebut Dewan Kelurahan) dan
Dewan Kecamatan yg meibatkan berbagai unsur, memiliki potensi besar utk meningkatkan upaya
kesehatan masyarakat.

Upaya pemberdayaan masyarakat hingga saat ini masih menempatkan masyarakat sebagai obyek dan
upayanya lebih banyak berupa bantuan kemanusiaan (charity) yg bersifat mendesak (emergency),
pengerakan (mobilisasi) baru bersifat sementara dan baru pada tahap pengembangan

( Sumber : Buku Pembangunan Kesehatan di Indonesia, R. Hapsara Habib Rach)

Anda mungkin juga menyukai