PENGERTIAN
Secara konsep definisi promosi kesehatan dapat kita pahami dari beberapa rangkaian sesuai
perkembangan promosi kesehatan itu sendiri, adapun beberapa definisi promosi kesehatan dalam
perkembangannya adalah sebagai berikut;
WHO (1984) merevitalisasi pendidikan kesehatan dengan istilah promosi kesehatan, kalau
pendidikan kesehatan diartikan sebagai upaya perubahan perilaku maka promosi kesehatan
tidak hanya untuk perubahan perilaku tetapi juga perubahan lingkungan yang
memfasilitasi perubahan perilaku tersebut.
Promosi kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan) sebagai perpaduan
dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), dan rehabilitatif (pemulihan) dalam rangkaian
upaya kesehatan yang komprehensif. Promosi kesehatan juga merupakan upaya untuk menjajakan,
memasarkan atau menjual yang bersifat persuasif, karena sesungguhnya “kesehatan” merupakan
“sesuatu” yang sangat layak jual, karena sangat perlu dan dibutuhkan setiap orang dan masyarakat
(Depkes RI, 1997).
Promosi Kesehatan menurut Departemen Kesehatan RI., (2004) adalah upaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan public yang
berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri artinya bahwa masyarakat mampu berperilaku mencegah
timbulnya masalah-masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan, serta mampu pula berperilaku mengatasi apabila masalah gangguan kesehatan tersebut
terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Promosi Kesehatan di Indonesia telah mempunyai visi, misi, dan strategi yang jelas,
sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1193/2004
tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan . Visi, misi, dan strategi tersebut sejalan bersama
program kesehatan lainnya dalam mengisi pembangunan kesehatan serta kerangka Paradigma Sehat
menuju Visi Indonesia Sehat.
Visi Promosi Kesehatan adalah: “PHBS 2010”, yang mengindikasikan tentang terwujudnya
masyarakat Indonesia baru yang berbudaya sehat. Visi tersebut adalah benar-benar visioner,
menunjukkan arah, harapan yang berbau impian, tetapi bukannya tidak mungkin untuk dicapai. Visi
tersebut juga menunjukkan dinamika atau gerak maju dari suasana lama (yang ingin diperbaiki) ke
suasana baru (yang ingin dicapai.
Misi Promosi Kesehatan yang ditetapkan adalah: (1) memberdayakan individu, keluarga dan
masyarakat untuk hidup sehat; (2) membina suasana atau lingkungan yang kondusif bagi terciptanya
PHBS di masyarakat; (3) melakukan advokasi kepada para pengambil keputusan dan penentu kebijakan.
Misi tersebut telah menjelaskan tentang apa yang harus dan dilakukan oleh Promosi Kesehatan dalam
mencapai visinya. Misi tersebut juga menjelaskan fokus, upaya, dan kegiatan yang perlu dilakukan.
Selanjutnya, strategi Promosi Kesehatan yang selama ini dikenal adalah ABG, yaitu: Advokasi,
Bina Suasana, dan Gerakan Pemberdayaan Masyarakat. Ketiga strategi tersebut dengan jelas
menunjukkan bagaimana cara menjalankan misi dalam rangka mencapai visi. Strategi tersebut juga
menunjukkan ketiga strata masyarakat yang perlu digarap, yaitu strata primer adalah masyarakat
langsung perlu digerakkan peran aktifnya melalui upaya gerakan atau pemberdayaan masyarakat
(Community Development, PKMD, Posyandu, Pokestren, Pos UKS, dan lain-lain). Strata sekunder
adalah para pembuat opini di masyarakat, perlu dibina atau diajak bersama untuk menumbuhkan norma
perilaku atau budaya baru agar diteladani masyarakat. Ini dilakukan melalui media massa, media
tradisional, adat, atau media apa saja sesuai dengan keadaan , masalah, dan potensi setempat.
Sedangkan strata tertier adalah para pembuat keputusan dan penentu kebijakan, yang perlu dilakukan
advokasi, melalui berbagai cara pendekatan sesuai keadaan, masalah dan potensi yang ada. Ini
dilakukan agar kebijakan yang dibuat berwawasan sehat, yang memberikan dampak positif bagi
kesehatan.
Untuk mencapai visi, perlu upaya-upaya yang harus dilakukan, dan inilah yang disebut “MISI”.
Jadi yang dimaksud misi pendidikan kesehatan adalah upaya yang harus dilakukan untuk mencapai visi
tersebut. Misi kesehatan secara umum dapat dirumuskan menjadi tiga butir menurut Notoatmodjo
(2007), yaitu:
1. Advokat (Advocate)
Melakukan kegiatan advokasi terhadap para pengambil keputusan di berbagai program dan
sektor yang terkait dengan kesehatan. Melakukan advokasi berarti melakukan upaya-upaya agar para
pembuat keputusan atau penentu kebijakan tersebut mempercayai dan meyakini bahwa program
kesehatan yang ditawarkan perlu didukung melalui kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan
publik.
2. Menjembatani (Mediate)
Menjadi jembatan dan menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sektor yang terkait
dengan kesehatan. Dalam melaksanakan program-program kesehatan perlu kerja sama dengan program
lain di lingkungan kesehatan, maupun sektor lain yang terkait. Oleh sebab itu, dalam mewujudkan kerja
sama atau kemitraan ini, peran promosi kesehatan diperlukan.
3. Memampukan (Enable)
Memberikan kemampuan atau keterampilan kepada masyarakat agar mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri secara mandiri. Hal ini berarti kepada masyarakat diberikan
kemampuan atau keterampilan agar mereka mandiri di bidang kesehatan, termasuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka. Misalnya pendidikan dan pelatihan dalam rangka meningkatkan
keterampilan cara-cara bertani, beternak, bertanam obat-obatan tradisional, koperasi dan sebagainya
dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga. Selanjutnya, dengan ekonomi keluarga yang
meningkat, maka kemampuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga juga
meningkat.
1. Definisi Pomosi Kesehatan (Health Pomotion), adalah Proses pemberdayaan masyarakat untuk
memelihara , meningkatkan, dan melindungi kesehatannya (the process of enabling people to
control over and improve their health), lebih luas dari Pendidikan atau Penyuluhan Kesehatan.
Promosi Kesehatan meliputi pendidikan/penyuluhan kesehatan, dan di pihak lain
penyuluh/pendidikan kesehatan merupakan bagian penting (core) dari Promosi Kesehatan.
3. Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan) sebagai perpaduan dari
upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), dan rehabilitatif (pemulihan) dalam
rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif.
4. Promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya pendekatan edukatif yang selanjutnya
disebut gerakan pemberdayaan masyarakat, juga perlu dibarengi dengan upaya advokasi dan bina
suasana (social support).
5. Promosi kesehatan berpatokan pada PHBS yang dikembangkan dalam lima tatanan, yaitu di
rumah/tempat tinggal (where we live), di sekolah (where we learn), di tempat kerja (where we
work), di tempat-tempat umum (where we play and do everything), dan di sarana kesehatan
(where we get health services)
6. Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan lagi, yang dilandasi oleh kesamaan
(equity), keterbukaan (transparancy), dan saling memberi manfaat (mutual benefit). Kemitraan
ini dikembangkan antara pemerintah dengan masyarakat termasuk swasta dan Lembaga Swadaya
Masyarakat, juga secara lintas program dan lintas sektor.
7. Promosi Kesehatan sebenarnya juga lebih menekankan pada proses atau upaya, dengan tanpa
mengecilkan arti hasil apalagi dampak kegiatan. Jadi sebenarnya sangat susah untuk mengukur hasil
kegiatan, yaitu perubahan atau peningkatan perilaku individu dan masyarakat. Yang lebih sesuai
untuk diukur: adalah mutu dan frekuensi kegiatan seperti: advokasi, bina suasana, gerakan sehat
masyarakat, dan lain-lain.
a. Sasaran primer
Sasaran primer adalah kelompok masyarakat yang akan diubah perilakunya. Masyarakat umum
yang mempunyai latar belakang heterogen, merupakan sasaran primer dalam pelaksanaan promosi
kesehatan. Akan tetapi, dalam praktik promosi kesehatan, sasaran primer ini dikelompokkan
menjadi kelompok kepala keluarga, ibu hamil, ibu menyusui, ibu anak balita, anak sekolah, remaja,
pekerja di tempat kerja, masyarakat di tempat-tempat umum, dan sebagainya.
b. Sasaran sekunder
Tokoh masyarakat setempat (formal maupun informal) dapat digunakan sebagai jembatan untuk
mengefektifkan pelaksanaan promosi kesehatan terhadap masyarakat. Tokoh masyarakat
merupakan tokoh panutan bagi masyarakatnya. Perilakunya selalu menjadi acuan bagi masyarakat
di sekitarnya. Oleh sebab itu, tokoh masyarakat dapat dijadikan sasaran sekunder dengan cara
memberikan kemampuan untuk menyampaikan pesan-pesan bagi masyarakat, di samping mereka
sendiri dapat menjadi contoh perilaku sehat bagi masyarakat di sekelilingnya.
c. Sasaran tertier
Dalam promosi kesehatan sangat diperlukan dukungan dari penetu atau pembuat keputusan di
tingkat lokal, utamanya, misalnya lurah, camat, bupati, atau pejabat pemerintah setempat.
Misalnya di daerah yang kekurangan air bersih, padahal masyarakatnya tidak mampu mengadakan
sarana air bersih tersebut. Oleh sebab itu, kegiatan promosi kesehatan dapat menjadikan para
penjabat setempat ini sebagai sasaran testier. Caranya misalnya, bupati atau camat dapat
menganggarkan melalui APBD untuk pembangunan sarana air bersih tersebut.
Promosi kesehatan di sekolah membantu meningkatkan kesehatan siswa, guru, karyawan, keluarga
serta masyarakat sekitar, sehingga proses belajar mengajar berlangsung lebih produktif. Dalam promosi
kesehatan sekolah, keluarga anak sekolah dapat dipandang sebagai 2 aspek yaitu:
Adapun rincian kegiatan program Promosi Kesehatan di sekolah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Pembangunan sarana air bersih, sanitasi dan fasilitasi cuci tangan termasuk pendidikan menjaga
kebersihan jamban sekolah
2) Pendidikan pemakaian dan pemeliharaan jamban sekolah
3) Penggalakan cuci tangan dengan sabun
4) Pendidikan tentang hubungan air minum, jamban, praktek kesehatan individu, dan kesehatan
masyarakat
5) Program pemberantasan kecacingan
6) Pendidikan kebersihan saluran pembuangan/SPAL
7) Guru dan murid tentang PHAST
8) Kampanye, “Sungai Bersih, Sungai Kita Semua”
Alamsyah, Dedi dkk. 2013. Pilar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Nuha Medika
Nahaban, Donal dkk. 2014. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Keperawatan dan Kebidanan dalam
Pembangunan Manusia Indonesia. Bandung : Citapustaka Media