Anda di halaman 1dari 4

BAB III TINJAUAN KASUS A.

Pengkajian Identitas Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya. B. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko cedera berhubungan intraokuler, kehilangan vitreous) dengan peningkatan TIO(peningkatan

Kriteria Hasil : a. menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera b. menunjukan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan untuk melindungi diri sendiri dari cedera c. mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan. Intervensi 1. beri pasien posisi bersandar, kepala tinggi atau miring ke sisi yang tidak sakit sesuai keinginan klien 2. batasi aktivitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba, menggaruk mata atau membongkok 3. anjurkan menggunakan teknik managemen stres seperti bimbingan imaginasi, visualisasi, nafas dalam dan latihan relaksasi 4. pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi Rasional 1. menurunkan tekanan pada mata yang sakit, meminimalkan resiko perdarahan atau stres pada mata yang sakit 2. menurunkan stres dan menurunkan TIO 3. meningkatkan relaksasi dan koping, menurunkan TIO 4. digunakan untuk melindungi dari cedera kecelakaan dan menurunkan gerakan mata

2. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif Kriteria hasil : Meningkatkan kesembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen, eritma dan demam 5

Intervensi diskusi pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh atau mengobati mata observasi tanda terjadinya infeksi contoh kemerahan, kelopak bengkak, drainase purulen kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi: antibotik (topikal, parental atau subkonjungtival).

Rasional menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi area oprasi infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah prosedur dan memerlukan upaya intervensi. Sediaan topikal digunakan secara profilaksis, dimana terapi lebih agresif diperlukan bila terjadi infeksi serta digunakan untuk menurunkan infeksi.

3. Gangguan sensori-perseptual berhubungan dengan status organ indra Kriteria hasil : a. Meningkatkan ketajaman pengelihatan dalam batas situasi individu b. Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan c. Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan Intervensi Rasional

1. Tentukan ketajaman pengelihatan, 1. Kebutuhan individu dan pilihan catat apakah salah satu atau kedua intervensi bervariasi sebab mata terlibat kehilangan pengelihatan terjadi lambat dan progresif 2. Orientasikan pasien terhadap 2. Memberikan peningkatan lingungan, staf orang lain diareanya kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas dan disorientasi pascaoperasi 3. observasi tanda-tanda dan gejala 3. Terbangun dalam lingkungan yang disorientasi; pertahankan pagar tidak dikenaldan mengalami tempat tidur sampai benar-benar keterbatasan pengelihatan dapat sembuh dari anestesia mengakibatkan bingung pada orang tua. Menurunkan risiko jatuh bila pasien bingung/tak kenal ukuran tempat tidur 4. perhatikan tentang suram atau 4. Gangguan pengelihatan/iritasi dapat pengelihatan kabur dan iritasi mata, berakhir 1-2 jam setelah tetesan dimana dapat terjadi bila mata terapi secara bertahap menurun menggunakan tetes mata dengan penggunaan

4. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobaan berhubungan dengan kurangnya mengenal sumber informasi Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan Intervensi Rasional

1. Informasikan pasien untuk 1. Dapat bereaksi silang/campur menghindari obat tetes mata yang dengan obat yang diberikan dijual bebas 2. Penggunaan obat topikal, dapat 2. Diskusikan efek/interaksi antara menyebabkan TD meninggkat pada obat mata dan masalah medis pasien, pasien hipertensi.tindakan benar contoh peningkatan hipertensi, dapat membatasi absorpsi dalam PPOM, diabetes. Ajarkan metode sirkulasi sistemik, meminimalkan yang tepat memasukan obat tetes masalah seperti interaksi obat dan untuk meminimalkan efek sistemik efek sistemik yang tidak diinginkan 3. Anjurkan pasien menghindari 3. Aktivitas yang menyebabkan mata membaca, berkedip; mengangkat lelah/regang, manuver valsalva atau berat, mengejan saat defekasi, meningkatkan TIO dapat membongkok pada panggul, meniup mempengaruhi hasil bedah dan hidung; penggunaan sprei, bedak mencetuskan perdarahan. Catatan: bubuk, merokok (sendiri/orang lain) iritasi pernafasan yang menyebabkan batuk/bersin dapat meningkatkan TIO 5. Ansietas berhubungan dengan nyeri Kriteria hasil Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat ansietas, derajat 1. Faktor ini mempengaruhi persepsi pengalaman nyeri/timbulnya gejala pasien terhadap ancaman diri, tiba-tiba dan pengetahuan kondisi potensial siklus ansietas dan dapat saat ini mempengaruhiupaya medik untuk 2. Berikan informasi yang akurat dan mengontrol TIO jujur. Didiskusikan kemungkinan 2. Menurunkan ansietas sehubungsn bahwa pengawasan dan pengobatan dengan ketidaktahuan/harapan yang dapat mencegah kehilangan akan datang dan memberikan dasar pengelihatan tambahan fakta untuk membuat pilihan 5

3. Dorong pasien masalah dan perasaan

untuk mengakui informasi tentang pengobatan mengekspresikan 3. Memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi nyata, mengklarifikasi salah konsepsi dan pemecahan masalah

C. Perencanaan Perencanaan merupakan akativitas berorientasi tujuan dan sistemik dimana rancangan intervensi keperawatan dituangkan dalam rencana keperaawatan.

D. Implementasi Implementasi adalah fase ketika perawat melakukan proses asuhan keperawatan yang sesuai dengan tujuan yang spesifik (Jos dan Kate,2006:320 dalam Evi Agustini,2006). Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (Nursalam, 2001 :63 dalam Evi Agustini,2006). Evaluasi Perawat dapat melakukan evaluasi terhadap respon klien dari tindakan keperawatan yang dilaksanakan pada klien unutk mendapatkan kasus sebagai data dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang dilaksanakan pada klien untuk mendapatkan kasus sebagai data dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang berkesinambingan. Evaluasi adalah proses yang terus menerus kerena setiap intervensi dikaji efektivitasnya dan intervensi alternative digunakan sesuai kebutuhan (Bobak, 2005 :195,Evi Agustini,2006). Evaluasi adalah tindakan intelektual unutk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rnecana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai (Nursalam,2001:71 dalam Evi Agustini,2006) Evaluasi adalah fase akhir proses keperawatan (Jos dan Kate,2006:330 dalam Evi Agustini, 2006). Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikirnya (Keliat,1999:15 dalam Evi Agustini,2006). S : respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan O : Respon Objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan A : analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada. P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa respon klien

Anda mungkin juga menyukai