PEMBAHASAN
Sejarah Singkat Promosi Kesehatan
Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah
mulai dicetuskansetidaknya pada era tahun 1986, ketika diselenggarakannya konfrensi
Internasional pertamatentang Health Promotion di Ottawa, Canada pada tahun 1965. Pada
waktu itu dicanangkan ”the Ottawa Charter”, yang didalamnya memuat definisi serta prinsip-
prinsip dasar Health Promotion. Namun istilah tersebut pada waktu itu di Indonesia belum
terlalu populer seperti sekarang. Pada masa itu, istilah yang cukup terkenal hanyalah
penyuluhan kesehatan, dan disamping itu pulamuncul dan populer istilah-istilah lain seperti KIE
(Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), SocialMarketing (Pemasaran Sosial), Mobilisasi Sosial
dan lain sebagainya.
Suatu ketika pada tahun 1994, Dr.Ilona Kickbush yang pada saat itu sebagai Direktur
Health Promotion WHO Headquarter Geneva dating melakukan kunjungan ke
Indonesia. Sebagai seorang direktur baru ia telah berkunjung kebeberapa Negara termasuk
Indonesia salah satunya.Pada waktu itu pula Kepala Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes
juga baru diangkat, yaitu Drs. Dachroni, MPH., yang menggantikan Dr.IB Mantra yang telah
memasuki masa purna bakti (pensiun). Dalam kunjungannya tersebut Dr.Ilona Kickbush
mengadakan pertemuan dengan pimpinan Depkes pada waktu itu baik pertemuan
internal penyuluhan kesehatan maupun eksternal dengan lintas program dan lintas sektor,
termasuk FKM UI, bahkan sempat pula Kickbushmengadakan kunjungan lapangan ke Bandung.
Dari serangkaian pertemuan yang telah dilakukan serta perbincangan selama kunjungan
lapangan ke Bandung, Indonesia banyak belajar tentang Health Promotion (Promosi Kesehatan).
Barangkali karena sangat terkesan dengan kunjungannya ke Indonesia kemudian
iamenyampaikan suatu usulan. Usulan itu diterima oleh pimpinan Depkes pada saat itu Prof. Dr.
Suyudi. Kunjungan Dr. Ilona Kickbush itu kemudian ditindaklanjuti dengan kunjungan pejabat
Health Promotion WHO Geneva lainnya, yaitu Dr.Desmonal O Byrne, sampai beberapa kali,
untuk mematangkan persiapan konfrensi jakarta. Sejak itu khususnya Pusat
Penyuluhan Kesehatan Depkes berupaya mengembangkan konsep promosi kesehatan tersebut
serta aplikasinya di Indonesia.
Dengan demikian penggunaan istilah promosi kesehatan di indonesia tersebut dipicu
olehperkembangan dunia Internasional. Nama unit Health Education di WHO baik di
Hoodquarter, Geneva maupun di SEARO, India juga sudah berubah menjadi unit Health
Promotion. Namaorganisasi profesi Internasional juga mengalami perubahan
menjadi International Union For HealthPromotion and Education (IUHPE). Istilah promosi
kesehatan tersebut juga ternyata sesuai dengan perkembangan pembangunan kesehatan di
Indonesia sendiri, yang mengacu pada paradigma sehat.
a) Advokasi (Advocation)
Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada
para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang spesifik. Dalam hal
ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk mempengaruhipara pembuat
keputusan (decission maker) agar dapat mempercayai dan meyakini bahwaprogram kesehatan
yang ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan ataukeputusan-keputusan.
b) Menjembatani (Mediate)
Kegiatan pelaksanaan program- program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama dengan
program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya
suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan
sektor- sektor yang memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan tidak
hanya dapat diatasi oleh sector kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu
peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran
yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.
c) Kemampuan/Keterampilan (Enable)
Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara
serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian
keterampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatankeluarga
sehingga diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka kemapuan
dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat.
Kemitraan
Kemitraan harus digalang baik dalam rangka pemberdayaan maupun bina suasana dan
advokasi guna membangun kerjasama dan mendapatkan dukungan. Dengan demikian kemitraan
perlu digalang antar individu, keluarga, pejabat atau instansi pemerintah yang terkait dengan
urusan kesehatan (lintas sektor), pemuka atau tokoh masyarakat, media massa dan lain-lain.
Kemitraan harus berlandaskan pada tiga prinsip dasar, yaitu (a) kesetaraan, (b) keterbukaan dan
(c) saling menguntungkan.
Kesetaraan
Kesetaraan berarti tidak diciptakan hubungan yang bersifat hirarkhis. Semua harus
diawali dengan kesediaan menerima bahwa masingmasing berada dalam kedudukan yang sama
(berdiri sama tinggi, duduk sama rendah). Keadaan ini dapat dicapai apabila semua pihak
bersedia mengembangkan hubungan kekeluargaan. Yaitu hubungan yang dilandasi kebersamaan
atau kepentingan bersama. Bila kemudian dibentuk struktur hirarkhis (misalnya sebuah tim),
adalah karena kesepakatan.
Keterbukaan
Oleh karena itu, di dalam setiap langkah diperlukan adanya kejujuran dari
masingmasingpihak. Setiap usul/saran/komentar harus disertai dengan alasan yang jujur, sesuai
fakta, tidak menutup-tutupi sesuatu. Pada awalnya hal ini mungkin akan
menimbulkan diskusi yang seru layaknya “pertengkaran”. Akan tetapi kesadaran akan
kekeluargaan dan kebersamaan, akan mendorong timbulnya solusi yang adil dari “pertengkaran”
tersebut.
Saling Menguntungkan
Solusi yang adil ini terutama dikaitkan dengan adanya keuntungan yang didapat oleh
semua pihak yang terlibat. PHBS dan kegiatan-kegiatan kesehatan dengan demikian harus dapat
dirumuskanm keuntungan-keuntungannya (baik langsung maupun tidak langsung) bagi semua
pihak yang terkait. Termasuk keuntungan ekonomis, bila mungkin.
Prinsip-Prinsip Promosi Kesehatan
- Promosi Kesehatan (Health Promotion), yang diberi definisi : Proses pemberdayaan
masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya (the process of
enabling people to control over and improve their health), lebih luas dari Pendidikan atau
Penyuluhan Kesehatan. Promosi Kesehatan meliputi Pendidikan/ Penyuluhan Kesehatan,dan di
pihak lain Penyuluh/ Pendidikan Kesehatan merupakan bagian penting (core) dari
Promosi Kesehatan.
- Promosi Kesehatan adalah upaya perubahan/perbaikan perilaku di bidang kesehatan disertai
dengan upaya mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain yang sangatberpengaruh terhadap
perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan
- Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan) sebagai
perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan)
dalam rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif.
- Promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya pendekatan edukatif yangselanjutnya
disebut gerakan pemberdayaan masyarakat, juga perlu dibarengi dengan upaya advokasi dan bina
suasana (social support).
- Promosi kesehatan berpatokan pada PHBS yang dikembangkan dalam 5 tatanan yaitu di
rumah/ tempat tinggal (where we live), di sekolah (where we learn), di tempat kerja (where we
work), di tempat- tempat umum (where we play and do everything) dan di sarana kesehatan
(where we get health services).
- Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan lagi, yang dilandasi oleh
kesamaan (equity), keterbukaan (transparancy) dan saling member manfaat (mutual
benefit). Kemitraan ini dikembangkan antara pemerintah dengan masyarakat termasuk swasta
dan Lembaga Swadaya Masyarakat, juga secara lintas program dan lintas sector.
- Promosi Kesehatan sebenarnya juga lebih menekankan pada proses atau upaya, dengan
tanpa mengecilkan arti hasil apalagi dampak kegiatan. Jadi sebenarnya sangat susah untuk
mengukur hasil kegiatan, yaitu perubahan atau peningkatan perilaku individu dan masyarakat.
Yang lebih sesuai untuk diukur: adalah mutu dan frekwensi kegiatan seperti: advokasi, bina
suasana, gerakan sehat masyarakat, dll.
Di Poliklinik
Petugas kesehatan puskesmas yang melayani pasien meluangkan waktunya untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan pasien berkenaan dengan penyakitnya atau obat yang harus
ditelannya. Tetapi jika hal ini belum mungkin dilaksanakan, maka dapat dibuka klinik khusus
bagi para pasien rawat jalan yang memerlukan konsultasi atau konseling. Guna memudahkan
pemberdayaan dalam pelayanan medis, harus disediakan berbagai media (alat peraga) seprti
misalnya lembar balik (flashcards), poster, gambar- gambar atau model anatomi, dan
brosur(leaflet) yang bisa dibawa oleh pasien. Pihak yang paling berpengaruh terhadap
pasien rawat jalan adalah orang yang mengantarkannya ke puskesmas. Mereka ini tidak dalam
keadaan sakit, sehingga untuk memungkinkan untuk mendapatkan informasi dari berbagai media
komunikasiyang tersedia di poliklinik. Oleh karena itu dipoliklinik, khususnya di Ruang
Tunggu, perlu dipasang media seperti poster, selebaran (leaflets) yang berisi informasi tentang
berbagai penyakit danpencegahannya.Dengan mendapat informasi yang benar mengenai
penyakit yang diderita pasien, diharapkan dapat membantu puskesmas memberikan informasi
kepada pasien. Pemasangan poster dan media komunikasi lainnya, mendorong pasien untuk
berperilaku sesuai yangdikehendaki agar penyakit atau masalah kesehatan yang dideritanya
segera diatasi.
c) Penyuluhan Berkelompok
Terdapat pasien yang dapat meninggalkan tempat tidurnya dalam waktu singkat,
dapat dilakukan promosi kesehatan secara berkelompok (3-6 orang). Untuk itu di bangsal
perawatan yang bersangkutan harus disediakan suatu tempat atau ruangan untuk
berkumpul. Penyuluhan berkelompokk ini selain untuk meningkatkan pengetahuan serta karena
itu, kegiatan ini lebih bersifat menghibur, santai dan dapat diselingi rekreasi. Untukpenyuluhan
berkelompok sebaiknya menggunakan media komunikasi untuk kelompok juga menggunakan
metode yang bersifat menghibur seperti permainan, simulasi. Lebih baik digunakan media yang
lebih besar seperti flipchart, poster, atau standing banner. Jika penyuluhan berkelompok
digunakan diruangan, dapat digunakan laptop, LCD proyektor dan layarnya untuk
menayangkan gambar-gambar atau film.
d) Pemanfaatan Ruang Tunggu
Ruang tunggu dapat digunakan sebagai sarana bina suasana terutama untuk para
penjenguk yang datang beberapa saat sebelum waktu kunjungan dimulai. Pada dinding
ruang tunggu dapat dipasang berbagai poster, disediakan boks berisi selebaran/leaflet yang
dapat diambil secara gratis. Dengan berbagai informasi tersebut diharapkan para
penjenguk mendapat informasi yang nantinya dapat disampaikan juga kepada pasien yang akan
dijenguknya.
e) Pendekatan keagamaan
Suasana yang mendukung terciptanya perilaku untuk mempercepatpenyembuhanpenyakit
dapat dilakukan pula dengan pendekatan keagamaan. Dalam halini para petugas kesehatan
baik dengan upaya sendiri ataupun dengan dibantu pemuka agama, mengajak pasien
unttk melakukan pembacaan doa-doa. Rujukan terhadap kitab suci untuk memperkuat
nasihat biasanya dilakukan, sehingga pasienpun merasa lebih yakin akan kebenaran perilaku
yang harus dilaksanakannya untuk mempercepat penyembuhan penyakitnya.
f) Di Laboratorium
Kesadaran yang ingin diciptakandalam diri masyarakat (pasien/ orang sakit,
individu/pengunjung/ orang sehat, dan para pengantarnya) adalah pentingnya melakukan
pemeriksaan laboratorium, yaitu :
1. Bagi pasien adalah untuk ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh dokter
2. Bagi pengunjung yang sehat lainnya adalah untuk memantau kondisi kesehatan, agar
dapat diupayakan untuk tetap sehat
Dikawasan laboratorium sebaiknya dilakukan promosi kesehatan dengan media yang
bersifat self service seperti poster yang dapat dibaca atau leaflets yang dapat diambil gratis.
g) Di Kamar Obat
Dikamar obat juga dijumpai pasien/individu, keluarga atau pengantarnya. Kesadaran
yang ingin diciptakan dalam diri mereka adalah terutama tentang :
- Manfaat obat generik dan keuntungan jika menggunakan obat generik.
- Kedisiplinan dan kesabaran dalam menggunakan obat, sesuai dengan petunjuk dokter
- Pentingnya memelihara taman obat keuarga (TOGA) dalam rangka memenuhikebutuhan akan
obat-obat sederhana.
Disamping dipasang poster dan disediakan leaflet tentang informasi kesehatan, di
ruang iini dapat dioperasikan tape recorder atau player yang menyampaikanpesan-pesan tersebut.
h) Di Klinik Khusus
Klinik khusus diselenggarakan dalam rangka meningkatkan upaya promosi kesehatan di
dalam gedung puskesmas. Khususnya untuk pelayanan-pelayanan yangperlu mendapat tambahan
dalam hal promosi kesehatannya. Biasanya karena pasien terlalu banyak sedangkan
petugas kesehatan yang melayani terbatas (misalnya dipoliklinik), atau karena pasien dan
keluarganya memerlukan informasi/konsultasi khusus(misalnya tentang sanitasi/ kesehatan
lingkungan, gizi, KB, kesehatan reproduksi, HIV/AIDS, dan lain-lain). Dalam hal iini beberapa
puskesmas mengembangkan klinik-klinikkhusus sebagai upaya inovasi, seperti misalnya : Klinik
Gizi, Klinik Sanitasi, Klinik Konsultasi Remaja, dan lain-lain.Kegiatan promosi kesehatan
yang diselenggarakan diklinik khusus umumnya adalah berupa layanan konseling. Umumnya
pelayanan disini berupa membantu upaya pemecahan masalah yang dirujuk dari poliklinik atau
pelayanan KIA & KB.Beberapa prinsip pemberian informasi melalui konseling kepada
pasien/individuyang perlu diperhatikan adalah :
a) Memberikan suasana gembira dan semangat hidup
Pada saat memulai pemberian informasi, sebaiknya petugas tidak langsung
mengungkap masalah, kelemahan, atau kekeliruan pasien/individu.
Perbincangan harus diawali dengan situasi yang menggembirakan, karena situasi yang
demikian membuat pasien/masyarakat menjadi tertarik untuk terlibat dalam perbincangan,
selanjutnya pasien/individu diajak untukmengungkapkan sendiri masalah, kelemahan
atau kekeliruannya.
b) Menghargai pasien/klien sepenuh hati
Menghargai pasien/individu adalah syarat utama untuk terjadinya hubungan yang
baik dan terbuka caranya dengan memberikan ucapan danbahasa tubuh yang menghargai.
c) Melihat pasien/individu sebagai subyek
Petugas kesehatan puskesmas harus mengendalikan kecenderungan keinginannya untuk
menasihati. Upayakan agar pasien berbicara sebanyak-banyaknya tentang dirinya. Sementara
itu pembicaraan diarahkan kepadapemecahan masalah yang dihadapi. Dengan demikian “resep”
pemecahan masalah itu datang dari diri pasien/ individu itu sendiri. Hal ini akan menjadi
komitmen dari pasien untuk melaksanakan pemecahan masalah tersebut.
d) Mengembangkan dialog yang menyentuh perasaan
Dalam hubungan yang baik, petugas kesehatan puskesmas selalu berusaha
untuk mengemukakan kata-kata yang menyentuh perasaan pasien/individu. Banyak
petugas kesehatan menggunakan pendekatan agama untukmembuat pasien/individu tersentuh.
e) Memberikan keteladanan
Keteladanan sikap dan perilakupetugas kesehatan puskesmas
dapat menyentuh perasaan pasien/individu. Keteladanan memang merupakan sugesti yang cukup
kuat untuk berubah kearah positif. Motivasi untuk berubah itudisebabkan oleh
kepribadian, wawasan, keterampilan dan kebajikan tenaga kesehatan terhadap pasien/individu.
Di Halaman
Kesimpulan
Puskesmas sebagai penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan terdepan, kehadirannya
ditengah masyarakat tidak hanya berfungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan bagimasyarakat, tetapi juga sebagai
pusat komunikasi masyarakat. Disamping itu, keberadaan Puskesmas disuatu wilayah dimanfaatkan sebagai upaya-
upaya pembaharuan (inovasi) baik di bidang kesehatan masyarakat maupun upaya pembangunan lainnya bagi
kehidupan masyarakat sekitarnya, sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Oleh karena itu
keberadaan Puskesmas dapat diumpamakan sebagai “agen perubahan” di masyarakat sehinggamasyarakat lebih
berdaya dan timbul gerakan-gerakan upaya kesehatan yang bersumber pada masyarakat.
Hal tersebut sejalan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/ Menkes/SK/ II/2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Yang menjelaskan bahwa Puskesmas mempunyai tiga fungsi yaitu 1)
sebagai Pusat penggerak pembangunan berwawasankesehatan; 2) Pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat;
3) pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Namun dalam pelaksanaannya puskesmas masih menghadapi
berbagai masalah antara lain: 1)kegiatan yang dilaksanakan di puskesmas kurang berorientasi pada masalah dan
kebutuhan masyarakat setempat tapi lebih berorientasi pada pelayanan kuratif bagi pasien yang dating ke
Puskesmas; 2) keterlibatan masyarakat yang merupakan andalan penyelenggaraan pelayanan kesehatan tingkat
pertama belum dikembangkan secara optimal. Sampai saat inipuskesmas kurang berhasil menumbuhkan inisiatif
masyarakat dalam pemecahan masalah dan rasa memiliki puskesmas serta belum mampu mendorong kontribusi
sumberdaya dan masyarakatdalam penyelenggaraan upaya kesehatan
Saran
Analisis dan pengumpulan data pada makalah ini hanya sebatas pendekatan ilmiah dan pengumpulan
informasi pustaka saja. Pendekatan lebih baik lagi jika dilakukan dengan metode yang lebih variatif. Sehingga tidak
hanya mengacu pada teori saja agar tercipta karya tulis yang lebih bermanfaat lagi bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Pusat Promosi Kesehatan, 2013, Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas, Kemenkes, Jakarta