Anda di halaman 1dari 16

 

PEMBAHASAN
Sejarah Singkat Promosi Kesehatan
           
 Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah
mulai dicetuskansetidaknya pada era tahun 1986, ketika diselenggarakannya konfrensi
Internasional pertamatentang Health Promotion di Ottawa, Canada pada tahun 1965. Pada
waktu itu dicanangkan ”the Ottawa Charter”, yang didalamnya memuat definisi serta prinsip-
prinsip dasar  Health Promotion. Namun istilah tersebut pada waktu itu di Indonesia belum
terlalu populer seperti sekarang. Pada masa itu, istilah yang cukup terkenal hanyalah
penyuluhan kesehatan, dan disamping itu pulamuncul dan populer istilah-istilah lain seperti KIE
(Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), SocialMarketing (Pemasaran Sosial), Mobilisasi Sosial
dan lain sebagainya.
            Suatu ketika pada tahun 1994, Dr.Ilona Kickbush yang pada saat itu sebagai Direktur
Health Promotion WHO Headquarter Geneva dating melakukan kunjungan ke
Indonesia. Sebagai seorang direktur baru ia telah berkunjung kebeberapa Negara termasuk
Indonesia salah satunya.Pada waktu itu pula Kepala Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes
juga baru diangkat, yaitu Drs. Dachroni, MPH., yang menggantikan Dr.IB Mantra yang telah
memasuki masa purna bakti (pensiun). Dalam kunjungannya tersebut Dr.Ilona Kickbush
mengadakan pertemuan dengan pimpinan Depkes pada waktu itu baik pertemuan
internal penyuluhan kesehatan maupun eksternal dengan lintas program dan lintas sektor,
termasuk FKM UI, bahkan sempat pula Kickbushmengadakan kunjungan lapangan ke Bandung.
            Dari serangkaian pertemuan yang telah dilakukan serta perbincangan selama kunjungan
lapangan ke Bandung, Indonesia banyak belajar tentang Health Promotion (Promosi Kesehatan).
Barangkali karena sangat terkesan dengan kunjungannya ke Indonesia kemudian
iamenyampaikan suatu usulan. Usulan itu diterima oleh pimpinan Depkes pada saat itu Prof. Dr.
Suyudi. Kunjungan Dr. Ilona Kickbush itu kemudian ditindaklanjuti dengan kunjungan pejabat
Health Promotion WHO Geneva lainnya, yaitu Dr.Desmonal O Byrne, sampai beberapa kali,
untuk mematangkan persiapan konfrensi jakarta. Sejak itu khususnya Pusat
Penyuluhan Kesehatan Depkes berupaya mengembangkan konsep promosi kesehatan tersebut
serta aplikasinya di Indonesia.
            Dengan demikian penggunaan istilah promosi kesehatan di indonesia tersebut dipicu
olehperkembangan dunia Internasional. Nama unit Health Education di WHO baik di
Hoodquarter, Geneva maupun di SEARO, India juga sudah berubah menjadi unit Health
Promotion. Namaorganisasi profesi Internasional juga mengalami perubahan
menjadi International Union For HealthPromotion and Education (IUHPE). Istilah promosi
kesehatan tersebut juga ternyata sesuai dengan perkembangan pembangunan kesehatan di
Indonesia sendiri, yang mengacu pada paradigma sehat.

 Definisi Promosi Kesehatan


            Promosi kesehatan pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan
yangmempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni. Dilihat dari sisi seni, yakni praktisi atau
aplikasipendidikan kesehatan adalah merupakan penunjang bagi program- program kesehatan
lain. Ini artinya bahwa setiap program kesehatan yang telah ada misalnya pemberantasan
penyakit menular/ tidak menular, program perbaikan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, upaya
kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan dan lain sebagainya sangat perlu ditunjang
sertadidukung oleh adanya promosi kesehatan.
            Promosi kesehatan bukanlah hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat
usaha untuk dapat memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat. Dalam hal ini
organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu bentuk definisi mengenai
promosi kesehatan.
            Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan tersebut diatas bahwa Promosi Kesehatan adalah
prosesuntuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental,
dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan
aspirasinya,kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan
fisik, sosial budaya dan sebagainya).
            Selanjutnya, Australian Health Foundation merumuskan batasan lain pada promosi
kesehatan sebagai berikut :“bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan
yangdirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri,
maupundalam organisasi dan lingkungannya.
            Dengan demikian bahwa promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan
menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan
lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan (Green dan Ottoson,1998).
Promosikesehatan merupakan proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara
danmeningkatkan kesehatannya. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat; Artinya proses pemberdayaan tersebut dilakukan melalui kelompok-
kelompok potensialm di masyarakat, bahkan semua komponen masyarakat. Prosespemberdayaan
tersebut juga dilakukan dengan menggunakan pendekatan sosial budaya
setempat. Proses pembelajaran tersebut juga dibarengi dengan upaya mempengaruhi lingkungan,
baik lingkungan fisik termasuk kebijakan dan peraturan perundangan.

Ruang Lingkup Promosi Kesehatan


            Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai
berikut :
-          Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education) yang penekanannya pada
perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan.
-          Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing), yangpenekanannya
pada pengenalan produk/jasa melalui kampanye.
-          Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang
tekanannya pada penyebaran informasi.
-          Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya padaupaya
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
-          Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya untuk
mempengaruhi lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan kebijakan yang
berwawasan kesehatan (melalui upaya legislasi atau pembuatan peraturan, dukungan suasana dan
lain-lain di berbagai bidang /sektor, sesuai keadaan).
-          Promosi kesehatan adalah juga pengorganisasian masyarakat (communityorganization),
pengembangan masyarakat (community development), penggerakanmasyarakat
(social mobilization), pemberdayaan masyarakat (community empowerment), dll.

 Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan


            Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok, yakni:
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Sedangkan ahli lainnya membagi menjadi dua
aspek, yakni :
a)      Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat
b)      Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan sasaran kelompok orang
yang memiliki resiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok yang sakit.
            Dengan demikian maka ruang lingkup promosi kesehatan di kelompok menjadi dua
yaitu:
a)      Pendidikan kesehatan pada aspek promotif.
b)      Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan.

 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan


            Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan Ruang lingkup promosi kesehatan ini dikelompokkan
menjadi :
a)      Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga).
b)      Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah.
c)      Pendidikan kesehatan di tempat kerja.
d)     Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum.
e)      Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan.

 Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan


            Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan dapat
dilakukanberdasarkan lima tingkat pencegahan (five level of prevention) dari Leavel and Clark.
a)      Promosi Kesehatan.
b)      Perlindungan khusus (specific protection).
c)      Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment).
d)     Pembatasan cacat (disability limitation)  Rehabilitasi (rehabilitation).

Visi Dan Misi Promosi Kesehatan


            Perhatian utama dalam promosi kesehatan adalah mengetahui visi serta misi yang jelas.
Dalam konteks promosi kesehatan “ Visi “ merupakan sesuatu atau apa yang ingin dicapai dalam
promosi kesehatan sebagai salah satu bentuk penunjang program-program kesehatan
lainnya.Tentunya akan mudah dipahami bahwa visi dari promosi kesehatan tidak akan terlepas
dari koridor Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 serta organisasi kesehatan dunia
WHO (World Health Organization).
            Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
-          Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajatkesehatan,
baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial.
-          Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakitmenular,
sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun programkesehatan lainnya
dan bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu, kelompok,
maupun masyarakat.
            Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang harus
dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah “ Misi ” Misi promosi kesehatan merupakan upaya
yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi.
            Secara umum Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :

a)      Advokasi (Advocation)
                        Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada
para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang spesifik. Dalam hal
ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk mempengaruhipara pembuat
keputusan (decission maker) agar dapat mempercayai dan meyakini bahwaprogram kesehatan
yang ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan ataukeputusan-keputusan.

b)     Menjembatani (Mediate)
            Kegiatan pelaksanaan program- program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama dengan
program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya
suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan
sektor- sektor yang memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan tidak
hanya dapat diatasi oleh sector kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu
peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran
yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.

c)      Kemampuan/Keterampilan (Enable)
            Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara
serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian
keterampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatankeluarga
sehingga diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka kemapuan
dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat.

2.5 Strategi Promosi Kesehatan


            Menyadari rumitnya hakikat dari perilaku, maka perlu dilaksanakan strategi promosi
kesehatan paripurna yang terdiri dari (1) pemberdayaan, yang didukung oleh (2) bina suasana
dan (3) advokasi, serta dilandasi oleh semangat (4) kemitraan.
            Pemberdayaan adalah pemberian informasi dan pendampingan dalam mencegah dan
menanggulangi masalah kesehatan, guna membantu individu, keluarga atau kelompok-kelompok
masyarakat menjalani tahap-tahap tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS.
            Bina suasana adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang kondusif dan
mendorong dipraktikkannya PHBS serta penciptaan panutan-panutan dalam mengadopsi
PHBSdan melestarikannya.
            Sedangkan advokasi adalah pendekatan dan motivasi terhadap pihak-pihak tertentu yang
diperhitungkan dapat mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik dari segi materi maupun
non materi.
Pemberdayan
            
Dalam upaya promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat merupakan bagian yang
sangat penting dan bahkan dapat dikatakan sebagai ujung tombak. Pemberdayaan adalah proses
pemberian informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus-menerus dan
berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar klien
tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi
mau (aspek attitude) dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan
(aspek practice). Oleh sebab itu, sesuai dengan sasaran (klien)nya dapat dibedakan adanya (a)
pemberdayaan individu, (b) pemberdayaan keluarga dan (c) pemberdayaan
kelompok/masyarakat.
            Dalam mengupayakan agar klien tahu dan sadar, kuncinya terletak pada keberhasilan
membuat klien tersebut memahami bahwa sesuatu (misalnya Diare) adalah masalah baginya
danbagi masyarakatnya. Sepanjang klien yang bersangkutan belum mengetahui dan menyadari
bahwa sesuatu itu merupakan masalah, maka klien tersebut tidak akan bersedia menerima
informasi apa pun lebih lanjut. Saat klien telah menyadari masalah yang dihadapinya, maka
kepadanya harus diberikan informasi umum lebih lanjut tentang masalah yang bersangkutan.
            Perubahan dari tahu ke mau pada umumnya dicapai dengan menyajikan fakta-fakta dan
mendramatisasi masalah. Tetapi selain itu juga dengan mengajukan harapan bahwa masalah
tersebut bisa dicegah dan atau diatasi. Di sini dapat dikemukakan fakta yang berkaitan dengan
para tokoh masyarakat sebagai panutan (misalnya tentang seorang tokoh agama yang dia sendiri
dan keluarganya tak pernah terserang Diare karena perilaku yang dipraktikkannya).
            Bilamana seorang individu atau sebuah keluarga sudah akan berpindah dari mau ke
mampu melaksanakan, boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada
yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung. Tetapi yang seringkali dipraktikkan adalah
dengan mengajaknya ke dalam proses pemberdayaan kelompok/masyarakat melalui
pengorganisasian masyarakat (community organization) atau pembangunan
masyarakat(community development). Untuk itu, sejumlah individu dan keluarga yang telah
mau, dihimpun dalam suatu kelompok untuk bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi.
Tidak jarang kelompok ini pun masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari
pemerintah atau dari dermawan). Di sinilah letak pentingya sinkronisasi promosi kesehatan
dengan program kesehatan yang didukungnya dan program-program sektor lain yang berkaitan.
Hal-hal yang akan diberikan kepada masyarakat oleh program kesehatan dan program lain
sebagai bantuan, hendaknya disampaikan pada fase ini, bukan sebelumnya. Bantuan itu
hendaknya juga sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat.
            Pemberdayaan akan lebih berhasil jika dilaksanakan melalui kemitraan serta
menggunakan metode dan teknik yang tepat. Pada saat ini banyak dijumpai lembaga-lembaga
swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang kesehatan atau peduli terhadap kesehatan.
LSM ini harus digalang kerjasamanya, baik di antara mereka maupun antara mereka dengan
pemerintah, agar upaya pemberdayaan masyarakat dapat berdayaguna dan berhasilguna Setelah
itu, sesuai ciri-ciri sasaran, situasi dan kondisi, lalu ditetapkan, diadakan dan digunakan metode
dan media komunikasi yang tepat.
 Bina Suasana
            Bina Suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu
anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan
terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia
berada(keluarga di rumah, organisasi siswa/mahasiswa, serikat pekerja/ karyawan, orang-orang
yang menjadi panutan/idola, kelompok arisan, majelis agama dan lain-lain, dan bahkan
masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk
memperkuat proses pemberdayaan, khususnya dalam upayameningkatkan para individu dari fase
tahu ke fase mau, perlu dilakukan bina suasana.
            Terdapat tiga kategori proses bina suasana, yaitu (a) bina suasana individu, (b) bina
suasana kelompok dan (c) bina suasana publik.

 Bina Suasana Individu


            Bina suasana individu dilakukan oleh individu-individu tokoh masyarakat. Dalam
kategori ini tokoh-tokoh masyarakat menjadi individu-individu panutan dalam hal perilaku yang
sedangdiperkenalkan. Yaitu dengan mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut
(misalnya seorang kepala sekolah atau pemuka agama yang tidak merokok). Lebih lanjut bahkan
mereka juga bersedia menjadi kader dan turut menyebarluaskan informasi guna menciptakan
suasana yang kondusif bagi perubahan perilaku individu.

Bina Suasana Kelompok


            Bina suasana kelompok dilakukan oleh kelompok-kelompok dalam masyarakat, seperti
pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun Warga (RW), majelis pengajian, perkumpulan
seni, organisasi Profesi, organisasi Wanita, organisasi Siswa/mahasiswa, organisasi pemuda,
serikat pekerja dan lain-lain. Bina suasana ini dapat dilakukan bersama pemuka/tokoh
masyarakat yang telah peduli. Dalam kategori ini kelompok-kelompok tersebut menjadi
kelompok yang peduli terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan dan menyetujui atau
mendukungnya. Bentuk dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut lalu bersedia juga
mempraktikkan perilaku yangsedang diperkenalkan, mengadvokasi pihak-pihak yang terkait dan
atau melakukan kontrol sosial terhadap individu-individu
anggotanya.

 Bina Suasana Publik


            Bina suasana publik dilakukan oleh masyarakat umum melalui pengembangan kemitraan
dan pemanfaatan media-media komunikasi, seperti radio, televisi, koran, majalah, situs internet
dan lain-lain, sehingga dapat tercipta pendapat umum. Dalam kategori ini media-media massa
tersebut peduli dan mendukung perilaku yang sedang diperkenalkan. Dengan demikian, maka
media-media massa tersebut lalu menjadi mitra dalam rangka menyebarluaskan informasi
tentang perilaku yang sedang diperkenalkan dan menciptakan pendapat umum atau opini publik
yang positif tentang perilaku tersebut. Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan
dirasakan pula sebagai pendukung atau “penekan” (social pressure) oleh individu-individu
anggota masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau melaksanakan perilaku yang
sedang diperkenalkan.
Advokasi
            Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang terkait
ini berupa tokohtokoh masyarakat (formal dan informal) yang umumnya berperan sebagai
narasumber (opinion leader), atau penentu kebijakan (norma) atau penyandang dana. Juga berupa
kelompok-kelompok dalam masyarakat dan media massa yang dapat berperan
dalam menciptakan suasana kondusif, opini publik dan dorongan (pressure) bagi terciptanya
PHBS masyarakat. Advokasi merupakan upaya untuk menyukseskan bina suasana dan
pemberdayaan atau proses pembinaan PHBS secara umum.
            Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang
diperoleh dalam waktu singkat. Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-
tahapan, yaitu (1) mengetahui atau menyadari adanya masalah, (2) tertarik untuk ikut mengatasi
masalah, (3) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif
pemecahan masalah, (4) sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah
satualternatif pemecahan masalah dan (5) memutuskan tindak lanjut kesepakatan. Dengan
demikian, maka advokasi harus dilakukan secara terencana, cermat dan tepat. Bahan-bahan
advokasi harusdisiapkan dengan matang, yaitu:
-         Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi Memuat rumusan masalah dan alternatif
pemecahan masalah
-         Memuat peran si sasaran dalam pemecahan masalah
-         Berdasarkan kepada fakta atau evidence-based
-         Dikemas secara menarik dan jelas
-         Sesuai dengan waktu yang tersedia
            Sebagaimana pemberdayaan dan bina suasana, advokasi juga akan lebih efektif bila
dilaksanakan dengan prinsip kemitraan. Yaitu dengan membentuk jejaring advokasi atau forum
kerjasama. Dengan kerjasama, melalui pembagian tugas dan saling-dukung, maka sasaran
advokasi akan dapat diarahkan untuk sampai kepada tujuan yang diharapkan. Sebagai
konsekuensinya, metode dan media advokasi pun harus ditentukan secara cermat, sehingga
kerjasamadapat berjalan baik.

 Kemitraan
            Kemitraan harus digalang baik dalam rangka pemberdayaan maupun bina suasana dan
advokasi guna membangun kerjasama dan mendapatkan dukungan. Dengan demikian kemitraan
perlu digalang antar individu, keluarga, pejabat atau instansi pemerintah yang terkait dengan
urusan kesehatan (lintas sektor), pemuka atau tokoh masyarakat, media massa dan lain-lain.
Kemitraan harus berlandaskan pada tiga prinsip dasar, yaitu (a) kesetaraan, (b) keterbukaan dan
(c) saling menguntungkan.

Kesetaraan
            Kesetaraan berarti tidak diciptakan hubungan yang bersifat hirarkhis. Semua harus
diawali dengan kesediaan menerima bahwa masingmasing berada dalam kedudukan yang sama
(berdiri sama tinggi, duduk sama rendah). Keadaan ini dapat dicapai apabila semua pihak
bersedia mengembangkan hubungan kekeluargaan. Yaitu hubungan yang dilandasi kebersamaan
atau kepentingan bersama. Bila kemudian dibentuk struktur hirarkhis (misalnya sebuah tim),
adalah karena kesepakatan.
 Keterbukaan
            Oleh karena itu, di dalam setiap langkah diperlukan adanya kejujuran dari
masingmasingpihak. Setiap usul/saran/komentar harus disertai dengan alasan yang jujur, sesuai
fakta, tidak menutup-tutupi sesuatu. Pada awalnya hal ini mungkin akan
menimbulkan diskusi yang seru layaknya “pertengkaran”. Akan tetapi kesadaran akan
kekeluargaan dan kebersamaan, akan mendorong timbulnya solusi yang adil dari “pertengkaran”
tersebut.

Saling Menguntungkan
            Solusi yang adil ini terutama dikaitkan dengan adanya keuntungan yang didapat oleh
semua pihak yang terlibat. PHBS dan kegiatan-kegiatan kesehatan dengan demikian harus dapat
dirumuskanm keuntungan-keuntungannya (baik langsung maupun tidak langsung) bagi semua
pihak yang terkait. Termasuk keuntungan ekonomis, bila mungkin.

Sasaran Promosi Kesehatan


            Berdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi dalam tiga
kelompok sasaran, yaitu :
a)      Sasaran Primer (primary target)
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepalakeluarga untuk
masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan
Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan remaja dan lainsebagianya. Sasaran promosi
ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat(empowerment).
b)     Sasaran Sekunder (secondary target)
            Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh
agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruhpenting dalam
kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi kesehatan
maka masyarakat tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembalimenyampaikan promosi
kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya.
            Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar
dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya.
c)      Sasaran Tersier (tertiary target)
            Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat
keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan dengan
suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan olehkelompok tersebut
akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer dan
usaha ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy).

 Prinsip-Prinsip Promosi Kesehatan
-          Promosi Kesehatan (Health Promotion), yang diberi definisi : Proses pemberdayaan
masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya (the process of
enabling people to control over and improve their health), lebih luas dari Pendidikan atau
Penyuluhan Kesehatan. Promosi Kesehatan meliputi Pendidikan/ Penyuluhan Kesehatan,dan di
pihak lain Penyuluh/ Pendidikan Kesehatan merupakan bagian penting (core) dari
Promosi Kesehatan.
-          Promosi Kesehatan adalah upaya perubahan/perbaikan perilaku di bidang kesehatan disertai
dengan upaya mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain yang sangatberpengaruh terhadap
perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan
-          Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan) sebagai
perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan)
dalam rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif.
-          Promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya pendekatan edukatif yangselanjutnya
disebut gerakan pemberdayaan masyarakat, juga perlu dibarengi dengan upaya advokasi dan bina
suasana (social support).
-          Promosi kesehatan berpatokan pada PHBS yang dikembangkan dalam 5 tatanan yaitu di
rumah/ tempat tinggal (where we live), di sekolah (where we learn), di tempat kerja (where we
work), di tempat- tempat umum (where we play and do everything) dan di sarana kesehatan
(where we get health services).
-          Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan lagi, yang dilandasi oleh
kesamaan (equity), keterbukaan (transparancy) dan saling member manfaat (mutual
benefit). Kemitraan ini dikembangkan antara pemerintah dengan masyarakat termasuk swasta
dan Lembaga Swadaya Masyarakat, juga secara lintas program dan lintas sector.
-          Promosi Kesehatan sebenarnya juga lebih menekankan pada proses atau upaya, dengan
tanpa mengecilkan arti hasil apalagi dampak kegiatan. Jadi sebenarnya sangat susah untuk
mengukur hasil kegiatan, yaitu perubahan atau peningkatan perilaku individu dan masyarakat.
Yang lebih sesuai untuk diukur: adalah mutu dan frekwensi kegiatan seperti: advokasi, bina
suasana, gerakan sehat masyarakat, dll.

 Sumber Daya Promosi Kesehatan


Sumber daya utama yang diperlukan untuk penyelengaraan promosi kesehatan di
puskesmas adalah tenaga, sarana-prasarana dan dana atau anggaran. Standar tenaga khusus
promosi kesehatan di puskesmas menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1114/Menkes/SK/II/2005 tentang Pedoman Promosi Kesehatan di Daerah adalah sebagai
berikut: KWALIFIKASI JUMLAH KOPETENSI UMUM SDM kesehatan minimal D3
kesehatan minat & bakat dibidang promosi 1 orang
1.      Membantu tenaga kesehatan lain merancang pemberdayaan kesehatan
2.      Melakukan bina suasana & advokasi
Standar sarana-prasarana promosi kesehatan puskesmas minimal sebagai berikut:
1.      Flipcharts & stand 1 set
2.      LCD Projector 1 buah
3.      Amplifier & wireless microphone 1 set
4.      Kamera foto 1 buah
5.      Megaphon/Public Address System 1 set
6.      Portable Generator 1 buah
7.      Tape/casset recorder/player 1 buah
8.      Papan Informasi 1 buah
Pada unsur pendanaan promosi kesehatan puskesmas memang tidak ditentukan
standarnya, tetapi puskesmas/dinas kesehatan diharapkan menyediakan anggaran yang cukup
untuk melaksanakan kegiatan promosi kesehatan di puskesmas.

 Kegiatan Promosi Kesehatan Di Dalam GedungPuskesmas


            Yang dimaksud dengan promosi kesehatan didalam gedung puskesmas adalah
promosikesehatan yang dilaksanakan dilingkungan dan gedung puskesmas sepeti di
tempat pendaftaran, poliklinik, ruang perawatan, laboratorium kamar obat, dan halaman
puskesmas. Kegiatan promosi kesehatan didalam gedung puskesmas dilaksanakan
sejalan dengan pelayanan yang diselenggarakan puskesmas. Berikut ini rincian keterangan
bentuk kegiatan promosi kesehatan yang dapat dilakukan di dalam gedung puskesmas.

 Di Tempat Pendaftaran


            Memberikan salam kepada pengunjung puskesmas termasuk dari kegiatan promosi
karena telah terjadi komunikasi awal yang menimbulkan kesan yang baik dan menyejukkan bagi
pasien/ pengunjung puskesmas sehingga mengurangi beban yang diderita. Kegiatan promosi
kesehatan di tempat pendaftaran dapat dilakukan dengan penyebaran informasi melalui media
seperti poster, leaflet, selebaran yang dapat dipasang/ diletakkkan di depan loket pendaftaran.
            Adapun jenis informasi yang disediakan, yaitu :
1.      Alur pelayanan puskesmas
2.      Jenis pelayanan puskesmas
3.      Denah poliklinik
4.      Informasi masalah kesehatan yang menjadi masalah pada saat itu
5.      Peraturan kesehatan seperti dilarang merokok, dilarang meludah sembarangan,membuang
sampah pada tempatnya dan lain- lain.

 Di Poliklinik
            Petugas kesehatan puskesmas yang melayani pasien meluangkan waktunya untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan pasien berkenaan dengan penyakitnya atau obat yang harus
ditelannya. Tetapi jika hal ini belum mungkin dilaksanakan, maka dapat dibuka klinik khusus
bagi para pasien rawat jalan yang memerlukan konsultasi atau konseling. Guna memudahkan
pemberdayaan dalam pelayanan medis, harus disediakan berbagai media (alat peraga) seprti
misalnya lembar balik (flashcards), poster, gambar- gambar atau model anatomi, dan
brosur(leaflet) yang bisa dibawa oleh pasien. Pihak yang paling berpengaruh terhadap
pasien rawat jalan adalah orang yang mengantarkannya ke puskesmas. Mereka ini tidak dalam
keadaan sakit, sehingga untuk memungkinkan untuk mendapatkan informasi dari berbagai media
komunikasiyang tersedia di poliklinik. Oleh karena itu dipoliklinik, khususnya di Ruang
Tunggu, perlu dipasang media seperti poster, selebaran (leaflets) yang berisi informasi tentang
berbagai penyakit danpencegahannya.Dengan mendapat informasi yang benar mengenai
penyakit yang diderita pasien, diharapkan dapat membantu puskesmas memberikan informasi
kepada pasien. Pemasangan poster dan media komunikasi lainnya, mendorong pasien untuk
berperilaku sesuai yangdikehendaki agar penyakit atau masalah kesehatan yang dideritanya
segera diatasi.

 Di ruang pelayanan KIA dan KB


            Di pelayanan KIA dan KB selain dijumpai pasien sakit (misalnya bayi atau
balita),sebagian besar pengunjung adalah Ibu-ibu yang memeriksakan kehamilannya atau hendak
bersalin, atau mereka yang memerlukan pelayanan kontrasepsi. Petugas kesehatan di pelayanan
KIA & KB tersebut perlu meluangkan waktunya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
pasien/individu berkenaan dengan pelayanan yang didapatnya. Jika belum mampu,
dapat dilimpahkan ke klinik khusus.Pihak yang paling berpengaruh terhadap pasien/ individu
yang mendapat pelayanan KIA& KB, juga orang yang mengantarkannya ke puskesmas. Oleh
perlu dipasang poster-posteratau disediakan selebaran-selebaran (leaflets) tentang berbagai
penyakit, khususnya yangmenyerang bayi dan balita. Disamping itu, tentang pentingnya
memeriksakan kehamilan secara teratur, pentingnya tablet Fe bagi ibu hamil, pentingnya
imunisasi lengkap bagi bayi, pentingnya pemberian ASI eksklusif, pentingnya memantau tumbuh
kembang balita, dan lain-lain. Dengan mendapatkan informasi yang benar tentang berbagai
hal tersebut, pengantar diharapkan dapatmembantu puskesmas memberikan informasi kepada
pasien/ individu tersebut. Pasien/individupun merasa dalam suatu lingkungan yang
mendorongnya untuk berperilaku sesuai yang dikehendaki untuk kesehatannya.

Di Ruang Perawatan Inap


            Pemberdayaan terhadap pasien raawat inap dilakukan terhadap pasien ibu- ibu bersalin,
pasien yang sudah dalam fase penyembuhan dan pasien penyakit kronis (kanker, tuberculosis,
dan lain-lain). Tujuannya adalah agar pasien tidak kambuh dan dapat menjaga kesehatannya
setelah pulang kerumah terutama bagi paasien yang menderita penyakit kronis. Beberapa
carapemberdayaan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
a)      Di tempat tidur
            Penyuluhan ditempat tidur dilakukan terhadap pasien rawat inap yang belum dapat atau
masih sulit meninggalkan tempat tidurnya dan harus terus berbaring. Dalam hal ini
petugas kesehatan puskesmas mendatangi pasien/individu, duduk disamping tempat tidur
pasien tersebut, dan melakukan penyuluhan. Oleh karena harus berpindah dari satu tempat
ke tempat lain, maka alat peraga atau medis komunikasi yang digunakanharuslah yang mudah
dibawa- bawa seperti lembar balik (flash cards), gambar-gambar atau foto- foto. Alat peraga
tersebut sebaiknya sedikit mencantumkan kata-kata atau kalimat.
b)     Penggunaan Bahan Bacaan (Biblioterapi)
            Bahan-bahan bacaan sebagai sarana untuk membantu proses penyakit yang diderita
pasien rawat inap puskesmas. Di Negara- negara maju seperti Amerika Serikat,
perpustakaan- perpustakaan yang dimiliki Puskesmas tidak hanya berperan dalam
mendukung perkembangan pengetahuan petugas, melainkan juga dalam upaya penyembuhan
pasien. Para pasien boleh meminjam bacaan yang diminati untuk beberapalama,dan
mengembalikan bahan bacaan, bagi pasien yang tidak dapat membaca (misalnya karena sakit
mata), maka biblioterapi dapat digabung dengan bedside health promotion. Dalam hal ini petugas
kesehatan membantu pasien mebacakan sambilmelakukan promosi kesehatan.

c)      Penyuluhan Berkelompok
            Terdapat pasien yang dapat meninggalkan tempat tidurnya dalam waktu singkat,
dapat dilakukan promosi kesehatan secara berkelompok (3-6 orang). Untuk itu di bangsal
perawatan yang bersangkutan harus disediakan suatu tempat atau ruangan untuk
berkumpul. Penyuluhan berkelompokk ini selain untuk meningkatkan pengetahuan serta karena
itu, kegiatan ini lebih bersifat menghibur, santai dan dapat diselingi rekreasi. Untukpenyuluhan
berkelompok sebaiknya menggunakan media komunikasi untuk kelompok juga menggunakan
metode yang bersifat menghibur seperti permainan, simulasi. Lebih baik digunakan media yang
lebih besar seperti flipchart, poster, atau standing banner. Jika penyuluhan berkelompok
digunakan diruangan, dapat digunakan laptop, LCD proyektor dan layarnya untuk
menayangkan gambar-gambar atau film.
d)     Pemanfaatan Ruang Tunggu
            Ruang tunggu dapat digunakan sebagai sarana bina suasana terutama untuk para
penjenguk yang datang beberapa saat sebelum waktu kunjungan dimulai. Pada dinding
ruang tunggu dapat dipasang berbagai poster, disediakan boks berisi selebaran/leaflet yang
dapat diambil secara gratis. Dengan berbagai informasi tersebut diharapkan para
penjenguk mendapat informasi yang nantinya dapat disampaikan juga kepada pasien yang akan
dijenguknya.
e)      Pendekatan keagamaan
            Suasana yang mendukung terciptanya perilaku untuk mempercepatpenyembuhanpenyakit
dapat dilakukan pula dengan pendekatan keagamaan. Dalam halini para petugas kesehatan
baik dengan upaya sendiri ataupun dengan dibantu pemuka agama, mengajak pasien
unttk melakukan pembacaan doa-doa. Rujukan terhadap kitab suci untuk memperkuat
nasihat biasanya dilakukan, sehingga pasienpun merasa lebih yakin akan kebenaran perilaku
yang harus dilaksanakannya untuk mempercepat penyembuhan penyakitnya.
f)       Di Laboratorium
            Kesadaran yang ingin diciptakandalam diri masyarakat (pasien/ orang sakit,
individu/pengunjung/ orang sehat, dan para pengantarnya) adalah pentingnya melakukan
pemeriksaan laboratorium, yaitu :
1.      Bagi pasien adalah untuk ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh dokter
2.      Bagi pengunjung yang sehat lainnya adalah untuk memantau kondisi kesehatan, agar
dapat diupayakan untuk tetap sehat
Dikawasan laboratorium sebaiknya dilakukan promosi kesehatan dengan media yang
bersifat self service seperti poster yang dapat dibaca atau leaflets yang dapat diambil gratis.
g)      Di Kamar Obat
            Dikamar obat juga dijumpai pasien/individu, keluarga atau pengantarnya. Kesadaran
yang ingin diciptakan dalam diri mereka adalah terutama tentang :
-          Manfaat obat generik dan keuntungan jika menggunakan obat generik.
-          Kedisiplinan dan kesabaran dalam menggunakan obat, sesuai dengan petunjuk dokter
-          Pentingnya memelihara taman obat keuarga (TOGA) dalam rangka memenuhikebutuhan akan
obat-obat sederhana.
                        Disamping dipasang poster dan disediakan leaflet tentang informasi kesehatan, di
ruang iini dapat dioperasikan tape recorder atau player yang menyampaikanpesan-pesan tersebut.
h)     Di Klinik Khusus
            Klinik khusus diselenggarakan dalam rangka meningkatkan upaya promosi kesehatan di
dalam gedung puskesmas. Khususnya untuk pelayanan-pelayanan yangperlu mendapat tambahan
dalam hal promosi kesehatannya. Biasanya karena pasien terlalu banyak sedangkan
petugas kesehatan yang melayani terbatas (misalnya dipoliklinik), atau karena pasien dan
keluarganya memerlukan informasi/konsultasi khusus(misalnya tentang sanitasi/ kesehatan
lingkungan, gizi, KB, kesehatan reproduksi, HIV/AIDS, dan lain-lain). Dalam hal iini beberapa
puskesmas mengembangkan klinik-klinikkhusus sebagai upaya inovasi, seperti misalnya : Klinik
Gizi, Klinik Sanitasi, Klinik Konsultasi Remaja, dan lain-lain.Kegiatan promosi kesehatan
yang diselenggarakan diklinik khusus umumnya adalah berupa layanan konseling. Umumnya
pelayanan disini berupa membantu upaya pemecahan masalah yang dirujuk dari poliklinik atau
pelayanan KIA & KB.Beberapa prinsip pemberian informasi melalui konseling kepada
pasien/individuyang perlu diperhatikan adalah :
a)      Memberikan suasana gembira dan semangat hidup
            Pada saat memulai pemberian informasi, sebaiknya petugas tidak langsung
mengungkap masalah, kelemahan, atau kekeliruan pasien/individu.
            Perbincangan harus diawali dengan situasi yang menggembirakan, karena situasi yang
demikian membuat pasien/masyarakat menjadi tertarik untuk terlibat dalam perbincangan,
selanjutnya pasien/individu diajak untukmengungkapkan sendiri masalah, kelemahan
atau kekeliruannya.
b)     Menghargai pasien/klien sepenuh hati
            Menghargai pasien/individu adalah syarat utama untuk terjadinya hubungan yang
baik dan terbuka caranya dengan memberikan ucapan danbahasa tubuh yang menghargai.
c)      Melihat pasien/individu sebagai subyek
            Petugas kesehatan puskesmas harus mengendalikan kecenderungan keinginannya untuk
menasihati. Upayakan agar pasien berbicara sebanyak-banyaknya tentang dirinya. Sementara
itu pembicaraan diarahkan kepadapemecahan masalah yang dihadapi. Dengan demikian “resep”
pemecahan masalah itu datang dari diri pasien/ individu itu sendiri. Hal ini akan menjadi
komitmen dari pasien untuk melaksanakan pemecahan masalah tersebut.
d)     Mengembangkan dialog yang menyentuh perasaan
            Dalam hubungan yang baik, petugas kesehatan puskesmas selalu berusaha
untuk mengemukakan kata-kata yang menyentuh perasaan pasien/individu. Banyak
petugas kesehatan menggunakan pendekatan agama untukmembuat pasien/individu tersentuh.
e)      Memberikan keteladanan
            Keteladanan sikap dan perilakupetugas kesehatan puskesmas
dapat menyentuh perasaan pasien/individu. Keteladanan memang merupakan sugesti yang cukup
kuat untuk berubah kearah positif. Motivasi untuk berubah itudisebabkan oleh
kepribadian, wawasan, keterampilan dan kebajikan tenaga kesehatan terhadap pasien/individu.

 Di Halaman

            Dihalaman puskesmas yaitu ditempat parkir, taman, dinding, pagar, kantin/kios, dan


tempat ibadah dapat dilakukan promosi kesehatan.
a)      Di Tempat Parkir Puskesmas
                        Tempat parkir Puskesmasm sebaiknya dilakukan promosi kesehatan yang bersifat
umum. Misalnya tentang pentingnya melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),
seruan Presiden tentang Kesehatan, Himbauan untuk menggunakanobat generic berlogo,
bahaya merokok, bahaya mengkonsumsi minuman keras, bahayamenyalahgunakan napza,
dll. Pesan tersebut ditampilkan dalam bentuk baliho/billboard
b)     Di Taman Puskesmas
                        Taman puskesmas memang diperlukan guna memperindah pemandangan
disekitar puskesmas, namun demikian, taman ini sebenarnya digunakan sebagai sarana
memperkenalkan berbagai jenis tanaman yang berkhasiat obat. Jika demikian, taman tersebut
dapat dikatakan sebagai Taman Obat Keluarga (TOGA). Ditaman puskesmas,sekaligus
ditunjukkan jenis tanaman dengan kandungan gizinya, bahkan dapat ditampilkan berbagai hewan
sumber protein hewani, kolam beserta ikan sungguhan juga dapat dibuat guna menambah
keindahan taman.
c)      Di Dinding Puskesmas
                        Dinding puskesmas dapat ditampilkan pesan promosi kesehatan misalnya dalam
bentuk poster, agar penampilan pesan tidak merusak keindahandisarankan tidak
banyak memasang poster di dinding. Di pagar Pembatas Kawasan Pusekesmas Pada saat-saat
tertentu, misalnya kampanye Hari Kesehatan Nasional, kampanye Hari AIDS, dll, dapat
dipasang spanduk, pemasangan spanduk ini juga harusdiperhatikan agar tidak
merusak pemandangan. Di Kantin Pembatas Kawasan Puskesmas Pesan yang ditampilkan di
sarana ini disesuaikan dengan fungsi sarana, misalnya di kantin, sebaiknya ditampilkan pesan
yang berkaitan dengan konsumsi gizi seimbang, di kios bacaan ditampilkan pesan
tentang bagaimana membaca secara sehat (agar tidak merusak mata), dan lain-lain. Bentuk
media komunikasi yang cocok seperti poster atau neon box, dan leaflet, brosur atau
selebaran yang dapat diambil secara gratis
d)     Di Tempat Ibadah
                        Tempat ibadah di Puskesmas biasanya untuk kepentingan individu atau kelompok
kecil, seperti musholla. Pesan yang disampaikan sebaiknya berupa pesan-pesan untuk kesehatan
jiwa dan pentingnya menjaga kebersihan/ kesehatan lingkungan.

 Kegiatan Promosi Kesehatan Di Luar Gedung Puskesmas


Kegiatan ini berupa promosi kesehatan yang dilakukan dengan sasaran masyarakat yang
berada di wilayah kerja puskesmas yang bersangkutan sebagai upaya untuk meningkatkan PHBS
dengan pengorganisaian masyarakat. Pelaksanaan promkes diluar gedung dilaksanakan
puskesmas bekerjasama dengan berbagai pihak potensial melalui metode advokasi, binasuasana,
gerakan pemberdayaan yang dijiwai semangat kemitraan dengan kegiatan sebagai berikut:
1.      Promosi kesehatan melalui pendekatan individu
2.      Promosi kesehatan melalui pendekatan kelompok (TP PKK, karang taruna, posyandu, SBH,
majlis taklim dan lain sebagainya)
3.      Promosi kesehatan melalui pendekatan organisasi masyarakat (ormas) seperti kelompok
kesenian tradisional dan lain sebagainya
4.      Penggerakan dan pengorganisaian masyarakat melalui:
a)      Kunjungan rumah
b)      Pemberdayaan berjenjang
c)      Pengorganisasian masyarakat melalui Survei Mawas Diri (SMD) dan Musyawarah Masyarakat
Desa (MMD)
 PENUTUP

Kesimpulan
            Puskesmas sebagai penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan terdepan, kehadirannya
ditengah masyarakat tidak hanya berfungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan bagimasyarakat, tetapi juga sebagai
pusat komunikasi masyarakat. Disamping itu, keberadaan Puskesmas disuatu wilayah dimanfaatkan sebagai upaya-
upaya pembaharuan (inovasi) baik di bidang kesehatan masyarakat maupun upaya pembangunan lainnya bagi
kehidupan masyarakat sekitarnya, sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Oleh karena itu
keberadaan Puskesmas dapat diumpamakan sebagai “agen perubahan” di masyarakat sehinggamasyarakat lebih
berdaya dan timbul gerakan-gerakan upaya kesehatan yang bersumber pada masyarakat.
            Hal tersebut sejalan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/ Menkes/SK/ II/2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Yang menjelaskan bahwa Puskesmas mempunyai tiga fungsi yaitu 1)
sebagai Pusat penggerak pembangunan berwawasankesehatan; 2) Pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat;
3) pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Namun dalam pelaksanaannya puskesmas masih menghadapi
berbagai masalah antara lain: 1)kegiatan yang dilaksanakan di puskesmas kurang berorientasi pada masalah dan
kebutuhan masyarakat setempat tapi lebih berorientasi pada pelayanan kuratif bagi pasien yang dating ke
Puskesmas; 2) keterlibatan masyarakat yang merupakan andalan penyelenggaraan pelayanan kesehatan tingkat
pertama belum dikembangkan secara optimal. Sampai saat inipuskesmas kurang berhasil menumbuhkan inisiatif
masyarakat dalam pemecahan masalah dan rasa memiliki puskesmas serta belum mampu mendorong kontribusi
sumberdaya dan masyarakatdalam penyelenggaraan upaya kesehatan

Saran
Analisis dan pengumpulan data pada makalah ini hanya sebatas pendekatan ilmiah dan pengumpulan
informasi pustaka saja. Pendekatan lebih baik lagi jika dilakukan dengan metode yang lebih variatif. Sehingga tidak
hanya mengacu pada teori saja agar tercipta karya tulis yang lebih bermanfaat lagi bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Kepmenkes RI No. 585/MENKES/SK/V/2007, Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas, Jakarta, Depkes RI,


2008
Prof.Dr.Sokekidjo Notoatmodjo,SKM, M.Com.H, Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi, Jakarta, PT.Rineka Cipta, 2005.
Kepmenkes RI. Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah: Jakarta, Depkes RI, 2011

Pusat Promosi Kesehatan, 2013, Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di        Puskesmas, Kemenkes, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai