PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
DEPARTEMEN Kesehatan (Depkes) mengungkapkan rata-rata per tahun terdapat 401
bayi baru lahir di Indonesia meninggal dunia sebelum umurnya genap 1 tahun. Data
bersumber dari survei terakhir pemerintah, yaitu dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia
2007 (SDKI). Berdasarkan survei lainnya, yaitu Riset Kesehatan Dasar Depkes 2007,
kematian bayi baru lahir (neonatus) merupakan penyumbang kematian terbesar pada
tingginya angka kematian bayi (AKB). Setiap tahun sekitar 20 bayi per 1.000 kelahiran hidup
terenggut nyawanya dalam rentang waktu 0-12 hari pascakelahirannya. Parahnya, dalam
rentang 2002-2007 (data terakhir), angka neonatus tidak pernah mengalami penurunan.
Selaras dengan target pencapaian Millenium Development Goals (MDGs), Depkes telah
mematok target penurunan AKB di Indonesia dari rata-rata 36 meninggal per 1.000 kelahiran
hidup menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup pada 2015.Untuk itu diperlukan upaya dari
semua pihak baik pemerintah, tenaga kesehatan terutama Bidan dalam berbagai aspek
asuhan, serta promosi kesehatan guna pemberdayaan masyarakat yang peduli akan kesehatan
individu dan keluarga.
B. Tujuan
1. Memahami apa yang dimaksud dengan promosi kesehatan
2. Memahami apa yang dimaksud dengan imunisasi
3. Memahami promosi kesehatan tentang imunisasi bayi
4. Membuat promosi kesehatan tentang imunisasi bayi dengan menggunakan 11 langkah
perancangan promosi kesehatan
C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan promosi kesehatan?
2. Apa yang dimaksud dengan imunisasi?
3. Apa yang dimaksud dengan promosi kesehatan tentang imunisasi bayi?
4. Bagaimana membuat promosi kesehatan tentang imunisasi bayi dengan mengguanakan
11 langkah perancangan promosi kesehatan?
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2
hidup saja, namun berkairan dengan pengubahan lingkungan yang diharapkan dapat lebih
mendukung dalam membuat keputusan yang sehat.( Wikipedia)
3
remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran primer ini
sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empow-erment).
2. Sasaran sekunder
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut sasaran
sekunder karena dengan memberikan pendidikan kesehatan pada kelompok ini
diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan pada
masyarakat disekitarnya. Disamping itu dengan perilaku sehat para tokoh masyarakat
sebagai hasil pendidikan kesehatan yang diterima, maka para tokoh masyarakat ini akan
memberikan contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya. Upaya
promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran sekunder ini adalah sejalan dengan
strategi dukungan sosial (social support).
3. Sasaran tersier
Para pembuat keputusan atau penentuan kebijakan baik ditingkat pusat, maupun
daerah adalah sasaran tersier pendidikan kesehatan dengan kebijakan kebijakan atau
keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap
perilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat umum
(sasaran primer). Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran tersier ini
sejalan dengan strategi advokasi.
4
4. Keterampilan Individu: strategi ini mewujudkan adanya keterampilan individu-individu
dalam meningkatkan dan memelihara kesehatanya. Langkah awal untuk strategi ini
adalah pemberian pemahaman tentang penyakit dalam bentuk metode atau teknik kepada
individual bukan dalam bentuk massa
5. Gerakan Masyarakat: adanya gerakan dari masyarakat itu sendiri dalam meningkatkan
dan memelihara kesehatannya. Hal ini akan tampak dari perilaku masyarakat untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatannya tanpa harus ada kegiatan namun akan
tampak dari prilaku menuju sehat.
Berdasarkan rumusan yang dibuat oleh WHO (1994), strategi promosi kesehatan secara
global dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Advokasi (Advocacy)
Advokasi adalah kegiatan dimana untuk meyakinkan orang lain agar orang lain
tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Pendekatan advokasi
ialah sasaran kepada para pembuat keputusan atau penentu keputusan sesuai sektornya.
Intinya adalah strategi advokasi kesehatan merupakan pendekatam yang dilakukan
dengan pimpinan atau pejabat dengan tujuan mengembangkan kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan Kegiatan advokasi ini ada dalam bentuk formal dan informal.
Advokasi dalam bentuk formal misalnya : penyajian presentasi, seminar, atau suatu
usulan yang dilakukan oleh para pejabat terkait. Advokasi informal misalnya : Suatu
kegiatan untuk meminta dana, atau dukungan dalam bentuk kebijakan kepada para
pejabat yang relevan dengan kebijakan yang diusulkan. Intervensi yang dapat dilakukan
secara perseorangan kepada pejabat ialah dengan : lobi, dialog, negosiasi dan debat.
Sehingga diharapkan mendapatkan hasil adanya tindakan yang nyata, kepedulian, serta
pemahaman atau kesadaran dari pejabat sehingga terjadi kelanjutan kegiatan.
2. Dukungan sosial ( Social Support )
Dukungan sosial adalah suatu strategi yang digunakan untuk mencari dukungan
sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat. Dimana tujuannya dengan menggunakan tokoh
masyarakat sebagai jembatan antara sektor kesehatan atau pengembang kesehatan dengan
masyarakat. Intervensi keperawatan yang diberikan dalam stretegi dukungan sosial ialah :
pelatihan bagi para tokoh masyarakat, lokakarya, bimbingan bagi para tokoh masyarakat,
5
sehingga hasil yang diharapkan adalah adanya peningkatan jumlah para tokoh masyarakat
yang berperan aktif dalam pelayanan kesehatan, jumlah individu dan keluarga dimana
meningkat pengetahuannya tentang kesehatan, adanya pemanfaatan fasilitas kesehatan
yang ada misalnya posyandu.
3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang langsung kepada
masyarakat. Pemberdayaan ini bertujuan untuk mewujudkan kemampuan masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat itu sendiri. Intervensi
keperawatan dalam pemberdayaan masyarakat adalah dengan kegiatan pemberdayaan
masyarakat ini dapat berupa : penyuluhan kesehatan, posyandu, pos obat desa, dan lain
sebagainya. Hasil yang diharapkan adalah sumber daya manusia yang berperan dalam
peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.
6
2. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan
Ruang lingkup promosi kesehatan ini dikelompokkan menjadi :
a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga).
b. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah.
c. Pendidikan kesehatan di tempat kerja.
d. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum.
e. Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan.
f. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan pada ruang lingkup tingkat
pelayanan kesehatan promosi kesehatan dapatdilakukan berdasarkan lima tingkat
pencegahan (five level of prevention) dari Leavel and Clark.
1) Promosi Kesehatan.
2) Perlindungan khusus (specific protection).
3) Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompttreatment).
4) Pembatasan cacat (disability limitation)
5) Rehabilitasi (rehabilitation)
7
3. Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan) sebagai
perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif
(pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif.
4. Promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya pendekatan edukatif yang
selanjutnya disebut gerakan pemberdayaan masyarakat, juga perlu dibarengi dengan
upaya advokasi dan bina suasana (social support).
5. Promosi kesehatan berpatokan pada PHBS yang dikembangkan dalam 5 tatanan yaitu di
rumah/tempat tinggal (where we live), di sekolah (where we learn), di tempat kerja
(where we work), di tempat-tempat umum (where we play and do everything) dan di
sarana kesehatan (where we get health services).
6. Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan lagi, yang dilandasi oleh
kesamaan (equity), keterbukaan (transparancy) dan saling memberi manfaat (mutual
benefit). Kemitraan ini dikembangkan antara pemerintah dengan masyarakat termasuk
swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat, juga secara lintas program dan lintas sektor.
7. Promosi Kesehatan sebenarnya juga lebih menekankan pada proses atau upaya, dengan
tanpa mengecilkan arti hasil apalagi dampak kegiatan. Jadi sebenarnya sangat susah
untuk mengukur hasil kegiatan, yaitu perubahan atau peningkatan perilaku individu dan
masyarakat. Yang lebih sesuai untuk diukur: adalah mutu dan frekwensi kegiatan seperti:
advokasi, bina suasana, gerakan sehat masyarakat, dan lain-lain.
Promosi kesehatan juga mempunyai prinsip yang lebih spesifik dalam tiap ruang lingkup
promosi kesehatan atau setting. Misalnya, promosi kesehatan di keluarga, fasilitas layanan
kesehatan, tempat kerja, sekolah, dan tempat umum.
8
baik akan sangat berpengaruh pada perubahan perilaku pada masing-masing anggota
keluarga tersebut, dan nantinya perilaku itu akan terbawa ke lingkungan diluarnya.
c. Setiap keluarga tentu memiliki nilai dan aturan tersendiri dalam lingkungannya, yang
masing-masing anggota keluarga sudah anut sejak lama, biasanya berupa kebiasaan-
kebiasaan tertentu. Dalam hal ini maka pemberi promosi kesehatan harus mampu
menyesuaikan diri dengan aturan tersebut agar keluarga tersebut bsia lebih terbuka
dalam menerima segala bentuk promosi yang dilakukan.
2. Prinsip Promosi Kesehatan di Fasilitas Layanan Kesehatan
Promosi kesehatan di fasilitas layanan kesehatan mempunyai prinsip-prinsip dasar yaitu:
a. ditujukan untuk individu yang memerlukan pengobatan dan atau perawatan,
pengunjung, keluarga pasien,
b. memberikan pemahaman kepada pasien dan keluarga atas masalah kesehatan yang
diderita pasien,
c. memberdayakan pasien dan keluarga dalam kesehatan,
d. menerapkan proses belajar di fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Prinsip Promosi Kesehatan di Tempat Kerja
Promosi kesehatan di tempat kerja hendaknya dikembangkan dengan melibatkan
kerja sama dengan berbagai sektor yang terkait, dan melibatkan beberapa kelompok
organisasi masyarakat yang ada sehingga lebih mantap serta berkesinambungan. Dalam
ruang lingkup tempat kerja, promosi kesehatan juga mempunyai prinsip-prinsip,
diantaranya :
a. Komprehensif
Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa
disiplin ilmu guna memaksimalkan tujuan yang ingin dicapai yaitu berkembangnya
tempat kerja yang sehat, aman dan nyaman sehingga dengan lingkungan kerja yang
mendukung tersebut diharapkan terjadi perubahan perilaku individu dan kelompok
kearah yang positif sehingga dapat menjaga lingkungan agar tetap sehat.
b. Partisipasi
Para peserta atau sasaran promosi kesehatan hendaknya terlibat secara aktif
mengindetifikasi masalah kesehatan yang dibutuhkan untuk pemecahannya dan
meningkatkan kondisi lingkungan kerja yang sehat. Partisipasi para pengambil
9
keputusan di tempat kerja merupakan hal yang sangat mendukung bagi para pekerja
untuk lebih percaya diri dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam merubah
gaya hidup dan mengembangkan kemampuan pencegahan dan peningkatan terhadap
penyakit.
c. Keterlibatan berbagai sektor terkait.
Kesehatan yang baik adalah hasil dari berbagai faktor yang mendukung. Berbagai
upaya untuk meningkatkan kesehatan pekerja hendaknya harus melalui pendekatan
yang integrasi yang mana penekanannya pada berbagai faktor tersebut bila
memungkinkan.
d. Kelompok organisasi masyarakat.
Program pencegahan dan peningkatan kesehatan hendaknya melibatkan semua
anggota pekerja, termasuk kelomok organisasi wanita dan laki-laki yang ada,
termasuk juga tenaga honorer dan tenaga kontrak. Kebutuhan melibatkan dengan
berbagai organisasi masyarakat yang mempunyai pengalaman atau tenaga ahli dalam
membantu mengembangkan Promosi kesehatan Di Tempat kerja hendaknya di
perhitungkan dalam mengembangkan program sebelumnya
e. Berkesinambungan atau Berkelanjutan
Promosi kesehatan di tempat kerja yang berhubungan erat dengan kesehatan dan
keselamatan kerja mempunyai arti penting pada lingkungan tempat kerja dan aktivitas
manajemen sehari-hari. Program promosi kesehatan dan pencegahan hendaknya terus
menerus dilakukan dan tujuannya jangka panjang. Apabila pelaksanaan promosi
kesehatan di tempat kerja ingin lebih mentap, program hendaknya sesuai dan
responsif terhadap kebutuhan pekerja dan masalah yang berhubungan dengan kondisi
lingkungan kerja.
4. Prinsip Promosi Kesehatan di Sekolah
Sedangkan dalam ruang lingkup atau setting sekolah, promosi kesehatan juga
memiliki prinsip, diantara yaitu :
a. Melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah kesehatan sekolah yaitu
peserta didik, orangtua dan para tokoh masyarakat maupun organisasi-organisasi di
masyarakat
b. Memberikan pendidikan kesehatan sekolah dengan :
10
1) Kurikulum yang mampu meningkatkan sikap dan perilaku peserta didik yang
positif terhadap kesehatan serta dapat mengembangkan berbagai ketrampilan
hidup yang mendukung kesehatan fisik, mental dan sosial
2) Memperhatikan pentingnya pendidikan dan pelatihan untuk guru maupun
orangtua
c. Mengupayakan agar sekolah mempunyai akses untuk di laksanakannya pelayanan
kesehatan di sekolah, yaitu :
1) Penjaringan, diagnosa dini, imunisasi serta pengobatan sederhana
2) Kerjasama dengan Puskesmas setempat
3) Adanya program-program makanan bergizi dengan memperhatikan keamanan
makanan
5. Prinsip Promosi Kesehatan di Tempat Umum
Sebagai lingkup yang sangat luas dan tidak tentu maka hal yang perlu
diperhatikan dalam penerapannya antara lain: tempat umum merupakan sarana yang
dilalui oleh banyak orang, sehingga dapat dikatakan bahwa sasaran dari tindakan promosi
kesehatan ini juga tidak tetap. Misalnya di tempat-tempat umum seperti halte, stasiun, dll
maka penerapan yang paling efektif adalah dengan memanfaatkan media berupa poster,
spanduk, dll. Dengan ini maka orang-orang yang saat itu berada di tempat itu akan
membaca dan mencoba memahami apa isi pesan yang ada.
11
b. Bahan peragaan: Poster tunggal, poster seri, plipchart, tranparan, slide, film, dan
seterusnya.
2. Berdasarkan cara produksinya, media promosi kesehatan dikelompokkan menjadi:
a. Media cetak, yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Media
cetak pada umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam
tata warna. Fungsi utama media cetak ini adalah memberi informasi dan menghibur.
Adapun macam-macamnya adalah poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, lembar
balik, sticker, dan pamflet.
b. Media elektronika yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar
dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika.
Adapun macam-macam media tersebut adalah TV, radio, film, video film, cassete,
CD, VCD.
c. Media luar ruang yaitu media yang menyampaikan pesannya di luar ruang secara
umum melalui media cetak dan elektronika secara statis, misalnya: Papan reklame
yaitu poster dalam ukuran besar yang dapat dilihat secara umum di perjalanan,
spanduk yaitu suatu pesan dalam bentuk tulisan dan disertai gambar yang dibuat di
atas secarik kain dengan ukuran tergantung kebutuhan dan dipasang di suatu tempat
yang strategi agar dapat dilihat oleh semua orang, pameran, banner dan TV layar
lebar (DEPKES RI, 2006).
12
pembentukkan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan ataupun
peroral
3. Perawatan tali pusat
I. Promosi Imunisasi
1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen
lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit
tertentu. (Proverawati, 2010)
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhada
penyakit tertentu. (Alimul, 2009)
Menurut Hidayat (2005), imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada
bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti
untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk
merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui
suntikan,seperti vaksin BCG,DPT,campak dan melalui mulut,sperti vaksin polio.
Perlu diketahui bahwa istilah imunisasi dan vaksinasi sering diartikan
sama,meskipun arti yang sebernarnya adalah berbeda. Imunisasi adalah suatu
pemindahan atau transfer antibodi secara pasif,sedangkan vaksinasi adalah pemberian
vaksin(antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas(antibodi)dari sistem
imun dalam tubuh.
2. Tujuan Imunisasi
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi agar dapat
mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang
sering berjangkit. (Proverawati, 2010)
Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap
penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat
mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. (Alimul,
2009)
3. Manfaat Imunisasi
13
Manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dengan menurunnya angka
kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, tetapi juga
dirasakan oleh:
a. Untuk Anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat
atau kematian.
b. Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong
pembentukan keluarga sejahtera apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan
menjalani masa kanak-kanak yang nyaman. Hal ini mendorong penyiapan keluarga
yang terencana, agar sehat dan berkualitas.
c. Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk
melanjutkan pembangunan Negara (Proverati 2010).
14
1) Umur 2 11 bulan. Pemberian 3 x bersamaan denga polio dengan selang
waktu minimal 4 minggu
2) Cara inkesi IM/ SC dosis 0,5 cc.
3) Rusak karena panas.
4) Efek samping :
a) Kebanyakan bayi menderita panas pada waktu sore hari setelah
diimunisasi DPT tetapi panas akan turun dan hilang dalam waktu 2 hari.
b) Sebagian besar merasa nyeri, sakit, merah/ bengkak di tempat suntikan.
Keadaan ini tidak berbahaya dan tidak memerlukan pengobatan khusus
karena akan sembuh dengan sendirinya.
c. Polio
Vaksin hidup yang dilemahkan.
1) Umur 0 11 bulan, pemberian 4 x dengan jarak minimal 4 minggu.
2) Cara : diteteskan di mulut dosis 2 tetes per oral.
3) Rusak karena panas.
4) Kontra indikasi diare profus.
5) Efek samping : Jarang tubuh.
d. Campak
Vaksin hidup yang telah dilemahkan.
1) Umur 9 bulan, pemberian 1 x dapat pula diberikan pada usia 5 6 bulan,
tetapi harus diulang sekali lagi pada waktu umur 1 2 tahun.\
2) Cara injeksi subkutan pada lengan kiri bagian atas:
a) 1 3 hari panas.
b) Kadang disertai kemerahan 4 10 hari sesudah penyuntikan.
e. Hepatitis
Terbuat dari bagian virus yaitu lapisan paling luar (mantel virus) yang telah
menjalani proses pemurnian.
1) Umur 0 bulan bayi lahir di rumah sakit
2) Umur 2 9 bulan bayi lahir di posyandu.
3) Cara dengan injeksi IM pada paha luar, dosis 0,5 cc dengan
3 x pemberian selang waktu 4 minggu.
15
4) Rusak karena debu dan panas.
5) Imunisasi dasar (DPT, Polio, Hepatitis) untuk mendapatkan kekebalan perlu
diulang agar dapat melindungi dari paparan penyakit.
6) Pemberian imunisasi dasar (campak, BCG) tidak perlu diulang karena
kekebalan yang diperoleh dapat melindungi dari paparan bibit penyakit.
2. Imunisasi yang dianjurkan
a. Imunisasi MMR (Mump Measles Rubella) untuk mencegah penyakit gondong
dan rubella.
b. Meningitis (radang selaput otak) heremophilus influenzae type B.
c. Typus (cryphiro IV)
d. Cacar air (varintix)
e. Hepatitis A.
f. DPT+HIB (Tetract-Hib)
g. Anti hepatitis (HB vax 11)
16
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya
pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka
sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi kepala keluarga untuk masalah
kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA (kesehatan ibu dan
anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi
yang dilakukan terhadap sasaran primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan
masyarakat (empow-erment).
b. Sasaran sekunder
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut
sasaran sekunder karena dengan memberikan pendidikan kesehatan pada
kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan memberikan
pendidikan kesehatan pada masyarakat disekitarnya. Disamping itu dengan
perilaku sehat para tokoh masyarakat sebagai hasil pendidikan kesehatan yang
diterima, maka para tokoh masyarakat ini akan memberikan contoh atau acuan
perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang
ditujukan kepada sasaran sekunder ini adalah sejalan dengan strategi dukungan
sosial (social support).
c. Sasaran tersier
Para pembuat keputusan atau penentuan kebijakan baik ditingkat pusat,
maupun daerah adalah sasaran tersier pendidikan kesehatan dengan kebijakan
kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai
dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder), dan juga
kepada masyarakat umum (sasaran primer). Upaya promosi kesehatan yang
ditujukan kepada sasaran tersier ini sejalan dengan strategi advokasi.Berdasarkan
penjelasan materi di atas kami menetapkan sasaran kami yaitu untuk ibu bayi,
suami, dan keluarga serta masyarakat.
3. Menetapkan Tujuan
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi agar dapat
mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang
sering berjangkit. (Proverawati, 2010)
17
Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit
sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi
kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. (Alimul, 2009)
4. Menetapkan pesan pokok
Berdasarkan penjelasan materi di atas kami menetapkan pesan pokok yang dapat
disampaikan pada ibu bayi, suami, dan keluarga serta masyarakat di lingkungan sekitar yaitu
memberikan promosi kesehatan mengenai tindakan-tindakan atau keadaan yang
terkait dengan kesehatan yang ditujukan kepada bayi bukan berarti bidan harus
memberikan penyuluhan langsung terhadap bayi, tetapi bidan harus memberikan
promosi kesehatan bayi kepada ibu, ayah atau keluarganya.
5. Menetapkan Metode dan saluran komunikasi
Merancang program komunikasi, pada tahap ini telah dapat menentukan
perubahan perilaku dan menempatkan pesan dengan tepat dengan memadukan semua
informasi yang telah dikumpulkan, saluran komunikasinya seperti audio visual
(video, film), oral (radio), cetak (poster, leaflet), visual (flip charts).Berdasarkan
penjelasan di atas kami menetapkan metode dan saluran komunikasi untuk promosi
kesehatan pada ibu bayi menggunakan media cetak.
6. Menetapkan Kegiatan Operasional
Kegiatan pelayanan imunisasi terdiri dari kegiatan operasional rutin dan khusus.
Khusus tersebut adalah:
a. Kegiatan Imunisasi Rutin
Kegiatan imunisasi rutin adalah kegiatan imunisasi yang secara rutin dan terus
menerus harus dilakukan pada periode waktu yang telah ditentukan. Kegiatan ini
terdiri atas:
1) Imunisasi dasar pada bayi (dilakukan pada bayi umur 0-11 bulan, meliputi:
BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, Hepatitis 3 kali, Campak 1 kali )
2) Imunisasi tambahan (kegiatan imunisasi yang dilakukan atas dasar
ditemukannya masalah dari hasil pemantauan atau evaluasi. Kegiatan ini tidak
rutin dilakukan, karena hanya ditujukan untuk penanggulangan penyakit
tertentu.
3) Imunisasi dalam penanggulangan kejadian luar biasa (KLB)
18
b. Kegiatan imunisasi khusus, seperti Pekan Imunisasi Nasional (PIN), Sub pekan
imunisasi nasional, Cactch-up campaign campak.
7. Menetapkan pemantauan dan Evaluasi
a. Memperkenalkan masyarakat tentang pentingnya bayi mendapatkan imunisasi
b. Mengidentifikasi perubahan perilaku ibu, suami, keluarga dan masyarakat
c. Memotivasi perubahan perilaku untuk ibu, suami dan keluarga serta masyarakat
d. Membuat pesan yang tepat sehingga ibu, suami, keluarga dan masyarakat mau
melakukan perubahan perilaku
e. Menciptakan sebuah pesan sederhana, positif, menarik berdasarkan apa yang
disukai kelompok sasaran
8. Memperhatikan Hubungan dengan Klien
Disini Bidan hendaknya bersifat empati terhadap klien agar dalam promosi
kesehatan klien dapat mendengar apa yang dijelaskan dengan Bidan. Selain itu, Bidan
adalah sosok yang menjadi panutan. Oleh sebab itu, bidan harus mempunyai latar
belakang kehidupan yang patut menjadi contoh bagi masyarakat.
Dalam menjalani promosi kesehatan Bidan harus mengetahui budaya-budaya yang
ada di masyarakat, sehingga Bidan mampu menjelaskan tentang manfaat imunisasi
bagi bayi dalam upaya promosi kesehatan.
9. Kepedulian Dengan Determinan Sosial Dan Hubungan Terhadap Kesehatan
Kini makin disadari kesehatan dipengaruhi oleh determinan sosial dan
lingkungan, fisik, dan biologis. Ada sepuluh determinan sosial yang dapat
mempengaruhi kesehatan:
a. kesenjangan sosil
b. stress
c. pengecualian seksual
d. kehidupan dini
e. pekerjaan
f. pengangguran
g. dukungan social
h. persahabtan serta kekerabatan yang baik dalam keluarga dan tempat kerja
i. penyalahgunaan napza
19
j. pangan
k. transportasi
20
BAB III
PEMBAHASAN
21
Divisi Respirologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM), menyatakan, jumlah kasus
penyakit komplikasi campak yang naik adalah radang paru. Dalam sebulan, ada 1-2 kasus
baru radang paru sebagai komplikasi campak. Selain mencegah penyakit bagi anak,
imunisasi memperkuat kesehatan komunitas, kata dia.
Salah satu penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi yang banyak muncul adalah
difteri. Pada 2008-2012, angka kasus difteri naik signifikan (218 kasus tahun 2008 menjadi
1.192 kasus di 2012), disertai kenaikan angka kematian (dari 14 penderita meninggal pada
2008 menjadi 76 pasien pada 2012). Pada 2008-2011, mayoritas kasus menyerang kelompok
usia 1-4 tahun dan 5-9 tahun. Pada 2012, difteri umumnya dialami kelompok anak usia 5-9
tahun dan di atas 14 tahun.Lebih dari 50 persen kasus di tahun 2012 terjadi akibat tidak
mendapat imunisasi. Pada tahun sama, kasus difteri ditemukan di 19 provinsi, jumlah kasus
terbanyak ada di Jawa Timur, yakni 954 kasus atau 79,5 kasus.
Selain itu, penularan campak masih terus terjadi. Sepanjang 2012, ada 160 kejadian luar
biasa campak dengan 2.319 kasus dan empat pasien meninggal. Kasus penularan campak
kebanyakan terjadi di Pulau Jawa (Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten). Masalah itu harus
segera dituntaskan untuk mencapai target eliminasi campak pada 2018.Mayoritas kasus
campak pada 2008-2012 menyerang kelompok umur 5-9 tahun. Pada 2007 dan 2010,
penderita campak justru anak usia 1-4 tahun. (ADH)
22
C. Tujuan Promkes Tentang Imunisasi Bayi
Tujuan dari dilaksanakannya promkes tentang imunisasi ini adalah untuk mengurangi
angka kesakitan bayi yang diakibatkan karena bayi tidak mendapatkan imunisasi.
I. Kepedulian promkes tentang imunisasi bayi dengan determinan sosial dan hubungan
terhadap kesehatan
Pemasangan poster atas izin dari pihak yang berwenang pada daerah yang akan dipasang
poster.
23
Setelah memasang poster petugas bersiap menerima respon klien, dengan menyiapkan
peralatan yang dibutuhkan unuk imunisasi.
24
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Depkes RI (2006), promosi kesehatan adalah upaya memberdayakan
perorangan, kelompok, dan masyarakat agar memelihara, meningkatkan, dan melindungi
kesehatannya melalui peningkatan, pengetahuan, kemauan, dan kemampuan serta
mengembangkan iklim yang mendukung, dilakukan dari, oleh, dan untuk masyarakat, sesuai
dengan faktor budaya setempat. Yang ingin dicapai melalui pendekatan ini adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan keterampilan untuk berperilaku hidup bersih dan
sehat.
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhada
penyakit tertentu. (Alimul, 2009)
Tujuan dari dilaksanakannya promkes tentang imunisasi ini adalah untuk mengurangi
angka kesakitan bayi yang diakibatkan karena bayi tidak mendapatkan imunisasi.
Pesan promkes tentang imunisasi bayi yang digunakan adalah Lindungi Buah Hati
Dengan Imunisasi.
B. Saran
Jika terdapat kesalahan penulisan kata dan isi didalam makalah ini,penulis menerima
dengan tangan terbuka terhadap keritik dan saran dari pihak yang peduli terhadap makalah
ini agar menjadi bahan perbaikan dikemudian hari. Akhir kata, semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi yang membaca. Terimakasih.
25
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, Ferry, Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: SALEMBA MEDIKA
http://health.kompas.com/read/2014/05/20/1543236/Infeksi.pada.Anak-anak.Masih.Bermunculan
http://reypadji.wordpress.com/2012/10/10/media-promosi-kesehatan/
http://superbidanhapsari.wordpress.com/2009/10/22/promosi-kesehatan-bidan-pada-bayi/
http://temboktiar.blogspot.com/2011/04/makalah-promosi-kesehatan-pada-bayi.html
http://www.e-jurnal.com/2014/02/pngertian-imunisasi.html
http://www.scribd.com/doc/89793994/Ruang-Lingkup-Sasaran-Promosi-Kesehatan
26