Anda di halaman 1dari 105

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA DI PUSKESMAS
KAMBATA MAPABUHANG, KECAMATAN KAMBATA
MAPABUHANG, KABUPATEN SUMBA TIMUR

OLEH:

SOLFINA ETI PATANG

1707010316

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023

I
SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KAMBATA MAPABUHANG, KECAMATAN KAMBATA
MAPABUHANG, KABUPATEN SUMBA TIMUR

OLEH:

SOLFINA ETI PATANG

17070101316

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023

II
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini dengan judul: Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian


Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang,
Kecamatan Kambata Mapabuhang Kabupaten Sumba Timur, atas nama:
Solfina Eti Patang, NIM: 1707010316, telah disetujui untuk diajukan dalam
skripsi Mahasiswa pada Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Nusa Cendana pada tanggal 22 Agustus 2023

Pembimbing I Pembimbing II

Soni Doke, S.Pt., M. Kes Indriati A. Tedju Hinga, S.KM., M.Sc


NIP. 19690606 199802 1 002 NIP. 19820828 200604 2 001

Mengetahui
Koordinator Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Nusa Cendana

Mustakim Sahdan, S.KM., M.Kes


NIP. 19781110 200212 1 001

III
ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMBATA
MAPABUHANG, KECAMATAN KAMBATA MAPABUHANG,
KABUPATEN SUMBA TIMUR. Solfina Eti Patang, Soni Doke, Indriati A.
Tedju Hinga, ix + 61 halaman + 9 lampiran

Diare adalah suatu penyakit menular yang ditandai dengan adanya buang air
besar dalam bentuk cair sebaanyak tiga kali dalam sehari atau lebih dari normal.
Terkadang dapat disertai oleh darah. Kejadian diare tersebut disebabkan oleh
berbagai faktor diantaranya faktor perilaku dan faktor lingkungan. Tujuan
dilakukan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian diare pada balita usia 1-5 tahun di Puskesmas Kambata
Mapabuhang, Kecamatan Kambata Mapabuhang, Kabupaten Sumba Timur. Jens
penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian yang digunakan adalah
observasional dan rancangan survey cross sectional study. Populasi dalam
penelituan ini adalah usia 1-5 tahun yang pergi berobat ke Puskesmas Kambata
Mapabuhang pada tahun 2018-2021 tahun. Dengan jumlah sampel 44 responden.
Analisis data menggunakan chi square. Hasil penelitian yang menunjukan
bahwa faktor-faktor yang berhubungan signifikan dengan kejadian diare pada
balita usia 1-5 tahun di Puskesmas Kambata Mapabuhang yaitu kebiasaan ibu
mencuci tangan sebelum memberi ASI dengan kejadian diare pada balita p
(0,019), tempat penyimpanan makanan dengan kejadian diare pada balita p
(0,018), kebiasaan membersihkan botol susu balita dengan kejadian diare pada
balita p (0,000), ketersediaan sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita
p (0,007), kepemilikan jamban dengan kejadian diare pada balita p (0,000),
pengelolaan sampah dengan kejadian diare pada balita p (0,014).

Kata kunci : Balita, Diare Faktor-Faktor Kejadian Diare


Daftar pustaka : 34 (1997- 2021)

IV
ABSTRACT
FACTORS RELATED TO THE INCIDENCE OF DIARRHEA IN
UNDERFREES IN THE WORKING AREA OF KAMBATA MAPABUHANG
HEALTH CENTER, KAMBATA MAPABUHANG DISTRICT, EAST SUMBA
DISTRICT. Solfina Eti Patang, Soni Doke, Indriati Tedju Hinga, ix + 61 pages
+ 9 attachments

Diarrhea is an infectious disease characterized by defecation in liquid form three


times a day or more than normal. Sometimes it can be accompanied by blood.
The incidence of diarrhea is caused by various factors including behavioral
factors and environmental factors. The purpose of this study was to identify the
factors associated with the incidence of diarrhea in toddlers aged 1-5 years at the
Kambata Mapabuhang Health Center, Kambata Mapabuhang District, East
Sumba Regency. This type of research is quantitative with the research design
used is observational and designsurvey cross sectional study. The population in
this study were aged 1-5 years who went for treatment at the Kambata
Mapabuhang Health Center in 2018-2021 years. With a total sample of 44
respondents. Data analysis usingwho squares. The results of the study showed
that the factors that were significantly related to the incidence of diarrhea in
toddlers aged 1-5 years at the Kambata Mapabuhang Health Center, namely the
habit of washing hands before breastfeeding with the incidence of diarrhea in
toddlers p (0.019), food storage places with the incidence of diarrhea in toddler p
(0.018), habit of cleaning bottles milk toddlers with the incidence of diarrhea in
toddlers p (0.000), availability of clean water facilities with the incidence of
diarrhea in under-fives p (0.007), toilet ownership with the incidence of diarrhea
in under-fives p (0.000), waste management with the incidence of diarrhea in
under-fives p (0.014).

Keywords : Toddlers, Diarrhea Factors for Diarrhe


Bibliography : 34 (1997- 2021)

V
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan anugerah-Nya, sehingga hasil penelitian ini dapat selesai sesuai
harapan penulis. Hasil penelitian ini fakus memahami masalah Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kambata Mapabuhang, Kecamatan Kambata Mapabuhang,Kabupaten
Sumba Timur. Hasil survei demografi angka kejadian diare pada balita di NTT
masih tinggi.
Ada banyak faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita
antara lain: kebiasaan ibu mencuci tangan sebelum memberi ASI, tempat
penyimpanan makanan, kebiasaan membersihkan botol susu balita, ketersediaan
sarana air bersih, kepemilikan jamban keluarga, pengelolaan sampah. Berbagai
upaya telah dilakukan untuk menurunkan angka kejadian diare diare pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Kambata Mapauhang. Namun belum berhasil secara
signifikan karena masih banyak faktor yang mempengaruhi dan saling berkaitan
satu sama lain. Penelitian ini dibuat untuk mengungkapkan yang berhubungan
kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang.
Dalam melakukan penulisan hasil penelitian ini, penulis banyak dapat
bantuan dari berbagai pihak. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
tak terhingga kepada Bapak Soni Doke, S.Pt M. Kes selaku Pembimbing I dan Ibu
Indriati Tedju Hinga, S.KM., M.Sc selaku Pembimbing II serta Ibu Dr Marylin
Susanti Junias, ST., M.Kes selaku penguji yang telah meluangkan pikiran, tenaga,
dan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan serta arahan kepada
penulis dalam penyempurnakan hasil penelitian.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Apris A. Adu, S.Pt., M.Kes selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana.
2. Bapak Mustakim Sahdan, SKM.,M.Kes selaku Ketua Program Studi
Kesehatan Masyarakat FKM UNDANA.

VI
3. Drs. Bapak Johny A.R. Salmun, M,Si selaku Dosen Penasehat Akademik
yang telah membimbing penulis selama menempuh perkuliahan.
4. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Kesehatan Masyarakat Undana
Kupang yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan dan dukungan demi
kelancaran studi penulis.
5. Bapak Tinus Ndjurumbaha, S.KM., M.AP selaku Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Sumba Timur dan Bapak Amki Ludji Mase, A.Md. Kep selaku
Kepala Puskesmas Kambata Mapabuhang beserta seluruh staf yang telah
memberikan datanya guna penyusunan Hasil Penelitian.
6. Kedua orang tua terkasih, Bapak Kornelis Karipi Wuhi dan Ibu Kristina
Kanora Anna, kakak dan kedua adik yang selalu mendukung, mendoakan,
memberikan cinta dan kasih sayang kepada penulis dalam tiap proses
kehidupan penulis, khususnya dalam penulisan tugas akhir. Teman-teman
dalam rumah Asrama Sumba Timur, yang selalu memberi motivasi dan
mendukung penulis dalam melaksanakan penulisan tugas akhir.

Penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini masih belum sempurna.


Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk perbaikan usulan penelitian ini.

Kupang, Agustus 2023

Penulis

VII
DAFTAR ISI

Halaman
SKRIPSI...................................................................................................................i
SKRIPSI.................................................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.....................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL..................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
1.1 Latar Belakang..................................................................................................3
1.2 Rumusan masalah.............................................................................................6
1.3 Tujuan penelitian..............................................................................................7
1.3.1 Tujuan umum...........................................................................................7
1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................7
1.4 Manfaat penelitian............................................................................................8
1.4.1 Manfaat Praktis........................................................................................8
1.4.2 Manfaat Teoritis......................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................10
2.1 Kejadian Diare................................................................................................10
2.1.1 Pengertian Penyakit Diare.....................................................................10
2.1.2 Etiologi Penyakit Diare.........................................................................11
2.1.3 Jenis-jenis Diare....................................................................................13
2.1.4 Tanda dan Gejala Diare.........................................................................14
2.1.5 Cara Penularan dan Faktor Risiko.........................................................15
2.1.6 Pencegahan Diare..................................................................................16
2.2 Kejadian Diare Pada Balita.............................................................................18
2.2.1 Pengertian Balita...................................................................................18
2.2.2 Ciri-cir Tumbuh Kembang Anak...........................................................18
2.3 Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Penyakit Diare..............................20
2.4 Kerangka Konsep Penelitian...........................................................................25
2.4.1 Kerangka Teori Penelitian.....................................................................25
2.4.2 Kerangka Hubungan Antar Variabel.....................................................26
2.4.3 Hipotesis................................................................................................27
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................29
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian......................................................................29

VIII
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian........................................................................29
3.2.1 Lokasi Penelitian...................................................................................29
3.2.2 Waktu Penelitian...................................................................................29
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian......................................................................29
3.4 Jenis, Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data............................................31
3.4.1 Jenis Data...............................................................................................31
3.5 Teknik Pengambilan Data...............................................................................31
3.5.1 Instrumen Pengumpulan Data...............................................................32
3.6 Definisi Operasional.......................................................................................33
3.7 Teknik Pengolahan,Analisis dan Penyajian Data...........................................34
3.7.1 Teknik Pengolahan Data........................................................................34
3.7.2 Analisis Data.........................................................................................35
3.7.3 Penyajian Data.......................................................................................36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................37
4.1 Hasil Penelitian...............................................................................................36
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.....................................................36
4.1.2 analisis univariat....................................................................................39
4.2 Bahasan...........................................................................................................39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................57
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................57
5.2 Saran...............................................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................59
LAMPIRAN...........................................................................................................62

IX
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1 Definisi Operasional 29
Tabel 2 Wilayah kerja Puskesmas Kambata 36
Mapambuhang dan jumlah penduduk
Kecamatan Kambata Mapambuhang
Tabel 3 Distribusi balita di wilayah kerja Puskesmas 37
Kambata Mapabuhang berdasarkan umur
Tabel 4 Dustribusi Responden Berdasarkan Jenis 37
Kelamin
Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan kebiasaan 38
mencuci tangan sebelum memberi ASI
Tabel 6 Tempat Penyimpanan Makanan 38
Tabel 7 Distribusi responden berdasarkan Kebiasaan 39
Membersihkan Botol Susu Balita
Tabel 8 distribusi responden berdasarkan ketersediaan 39
sarana air bersih
Tabel 9 distribusi responden berdasarkan kepemilikan 40
jamban
Tabel 10 distribusi responden berdasarkan pengelolaan 40
sampah
Tabel 11 sebelum memberi ASI dengan kejadian diare 42
pada balita
Tabel 12 Ditribusi hubungan antara tempat penyimpanan 43
makanan dengan kejadian diare pada balita
Tabel 13 Distribusi hubungan kebiasaan membersihkan 44
botol susu balita dengan kejadian diare pada
balita
Tabel 14 Distribusi hubungan ketersediaan sarana air 45
bersih dengan kejadian diare pada balita
Tabel 15 Distribusi hubungan kepemilikan jamban 46
dengan kejadian diare pada balita
Tabel 16 Distribusi pengelolaan sampah dengan kejadian 47
diare pada balita

X
DAFTAR LAMPIRAN

halaman
Lampiran 1 Kaji Etik 62
Lampiran 2 Lembar Persetujuan ,Menjadi Responden 63
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian 64
Lampiran 4 Surat Ijin Penelitian 67
Lampiran 5 Master Tabel 70
Lampiran 6 Hasil Uji Univariat 72
Lampiran 7 Hasil Uji Bivariat 74
Lampiran 8 Dokumen Penelitian 87
Lampiran 9 Daftar Riwayat Hidup 88

XI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan

konsistensi tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi berak

lebih dari biasanya (tiga kali dalam sehari). Penyakit diare sering menyerang bayi

dan balita, apabila tidak segera diatasi dapat menyebabkan dehidrasi yang

mnyebabkan kematian. Departemen Kesehatan (2002) menunjukan bahwa diare

menjadi penyakit pembunuh kedua bayi di bawah lima tahun (balita) di indonesia

setelah radang paru atau pneumonia (Depkes RI, 2002)

Menurut data United Nation Children’s (UNICEF) Wold Helth

Organization (WHO), (2009) Diare merupakan penyebab kedua dengan kematian

anak dibawah 5 tahun di Dunia dengan presentase 16% kematian akibat diare

pada balita sebanyak 1,7 miliar kasus diare terjadi setiap tahunnya dan menyebab

sekitar 760.000 anak meninggal dunia setiap tahunnya. Rencana aksi global

terpadu untuk pencegahan dan pengendalian pneomonia dan diare (GAPPD) oleh

WHO dan UNICEF menargetkan untuk mengurangi angka kematian akibat diare

menjadi kurang dari 1 per 1000 kelahiran hidup. (Nia dan Sri, 2014).

Berdasarkan Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2018 kasus diare

4.504.524 atau 62,93%, dan pada tahun 2019 penderita diare sebanyak 3.979.790

kasus atau 40 %, dan pada tahun 2020 sebanyak 3.953.716 atau 28,8% dan

Provinsi yang paling tinggi yaitu Jawa Barat dengan jumlah kasus sebanyak

1
726.431 atau 34,2%, jawa Timur dengan jumlah kasus 468.721 atau 41,5%, Jawa

Tengah dengan jumlah kasus sebanyak 438.814 atau 27,2%, Kalimantan Utara

dengan jumlah kasus sebanyak 12.961 atau 42,2% pertahun, hasil Survey

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, menunjukan diare merupakan

penyebab kematian nomor dua pada balita dan nomor tiga bagi bayi serta nomor

lima bagi semua umur (Ditjen Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit,Kemenkes

RI, 2021)

Salah satu kabupaten dengan jumlah penderita diare terbanyak di Provinsi

NTT yaitu Kabupaten Sumba Timur. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan

Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tahun 2018, Kabupaten

Sumba Timur menempati urutan ke-2 dari 22 kabupaten/kota se-NTT dengan

jumlah kasus diare sebesar 7.910 kasus dibawah Kabupaten Sumba Barat Daya

yang menempati peringkat pertama dengan jumlah kasus sebesar 8.764 kasus, di

ikuti Kabupaten Sumba Timur (7.910 kasus), Kabupaten Ende (7.518 kasus),

Kabupaten Timor Tengah Selatan (7.001 kasus), dan Kota Kupang (6.772 kasus).

Kabupaten Sumba Tengah menempati urutan terendah dengan jumlah kasus

sebesar 918 kasus (BPS NTT, 2018).

Kabupaten Sumba Timur merupakan salah satu kabupaten di wilayah di

Provinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak di bagian selatan dan salah satu dari

empat Kabupaten yang berada di pulau Sumba. Berdasarkan data Dinas Kesehatan

kabupaten Sumba Timur, penyakit diare pada balita mengalami peningkatan pada

3 tahun terakhir, yang dimana pada 2018 penyakit diare pada balita sebanyak 7.

910 orang, pada tahun 2019 penyakit diare pada balita sebanyak 3.986 orang,
sedangkan pada tahun 2020 penyakit diare pada balita sebanyak 4.217 orang

(Profil Dinkes Kab Sumba Timur,2021)

Berdasarkan data Puskesmas Kambata Mapabuhang pada 3 tahun terakhir,

angka kejadian diare semakin meningkat dari tahun 2018 sampai ke tahun 2021,

dan berdasarkan hasil pegambilan data awal puskesmas Kambata Mapabuhang,

Kabupaten Sumba Timur, angka kejadian diare pada tahun 2018 sebanyak 104

orang, pada tahun 2019 sebanyak 106 orang, pada tahun 2020 sebanyak 107 orang

(Profil Puskesmas Kambata Mapabuhang, 2021).

Faktor yang menjadi penyebab terjadinya diare pada balita diantaranya,

faktor yang berhubungan dengan kejadian diare meliputi faktor lingkungan, faktor

perilaku. Faktor perilaku manusia seperti kebiasaan ibu yang tidak mencuci

tangan sebelum memberi ASI pada balita, penyimpanan makanan, mayarakat

setempat tidak mempunyai tempat penyimpanan makanan yang baik sehingga

makanan mudah terkontamnisasi bakteri dan alat-alat penyimpanan tidak bersih

dan kebiasaan membersihkan botol susu pada balita, Orang tua tidak

membersihkan botol susu dengan benar sehingga bakteri masih menempel di botol

susu.

Faktor lingkungan yaitu ketersediaan air bersih, diamana air bersih di

Puskesmas Kambata Mapabuhang belum memadai karena masyarakat masih

menggunakan air PAM namun tidak merata sehingga tidak mencukupi kebutahan

air dalam kehidupan sehari-hari, kepemilikan jamban di Puskesmas Kambata

Mapabuhang khususnya di Desa-desa, tidak semua masyarakat mempunyai

jamban dan masih banyak masyarakat yang BAB di kebun dan di belakang
pohon-pohon besar yang letaknya tersembunyi, sedangkan pengelolaan sampah

disana tidak baik, misalnya masyarakat setempat membuang sampah sembarang

serta tidak mengelola sampah dengan benar dan membuang sampah dibelakang

rumah masing-masing.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian

Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang,

Kecamatan Kambata Mapabuhang Kabupaten Sumba Timur.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang berhubungan kejadian diare pada

balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang, Kecamatan Kambata

Mapabuhang, Kabupaten Sumba Timur.

1. Apakah ada hubungan dengan kebiasaan ibu mencuci tangan sebelum

memberi ASI dengan kejadian diare pada balita Wilayah Kerja Puskesmas

Kambata Mapabuhang,Kecamatan Kambata Mapabuhang, Kabupaten

Sumba Timur?

2. Apakah ada hubungan penyimpanan makanan dengan kejadian diare pada

balita Wilayah Kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang,Kecamatan

Kambata Mapabuhang, Kabupaten Sumba Timur?

3. Apakah ada hubungan kebiasaan membersihkan botol susu dengan

kejadian diare pada balita Wilayah Kerja Puskesmas Kambata


Mapabuhang, Kecamatan Kambata Mapabuhang, Kabupaten Sumba

Timur?

4. Apakah ada hubungan ketersediaan air bersih dengan kejadian diare pada

balita Wilayah Kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang,Kecamatan

Kambata Mapabuhang, Kabupaten Sumba Timur?

5. Apakah ada hubungan kepemilikan jamban dengan kejadian diare pada

balita Wilayah Kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang, Kecamatan

Kambata Mapabuhang, Kabupaten Sumba Timur?

6. Apakah ada hubungan pengelolaan sampah dengan kejadian diare pada

balita Wilayah Kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang, Kecamatan

Kambata Mapabuhang, Kabupaten Sumba Timur

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada

balita di wilayah kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang, Kecamatan Kambata

Mapabuhang, Kabupaten Sumba Timur.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari permasalahan ini sebagai berikut:

1. Menganalisis hubungan dengan kebiasaan ibu mencuci tangan sebelum

memberi ASI dengan kejadian diare pada balita Wilayah Kerja Puskesmas

Kambata Mapabuhang,Kecamatan Kambata Mapabuhang, Kabupaten

Sumba Timur
2. Menganalisis hubungan penyimpanan makan dengan kejadian diare pada

balita Wilayah Kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang,Kecamatan

Kambata Mapabuhang, Kabupaten Sumba Timur

3. Menganalisis hubungan kebiasaan membersihkan botol susu dengan

kejadian diare pada balita Wilayah Kerja Puskesmas Kambata

Mapabuhang,Kecamatan Kambata Mapabuhang, Kabupaten Sumba Timur

4. Menganalisis hubungan ketersediaan air bersih dengan kejadian diare pada

balita Wilayah Kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang,Kecamatan

Kambata Mapabuhang, Kabupaten Sumba Timur

5. Menganalisis hubungan kepemilikan jamban dengan kejadian diare pada

balita Wilayah Kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang,Kecamatan

Kambata Mapabuhang, Kabupaten Sumba Timur

6. Menganalisis hubungan pengelolaan sampah dengan kejadian diare pada

balita Wilayah Kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang,Kecamatan

Kambata Mapabuhang, Kabupaten Sumba Timur

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Kesehatan
Bagi kesehatan masyarakat khususnya dibidang kesehatan lingkungan dan

keselamatan kerja (KLKK). Untuk menambah pengetahuan tentang faktor-

faktor yang berhubungan kejadian diare pada balita di wilayah kerja

Puskesmas Kambata Mapabuhang, Kecamatan Kambata Mapabuhang,

Kabupaten Sumba Timur.

2. Bagi Kepala Puskesmas


Bagi kepala puskesmas diharapkan dapat dijadikan bahan masukan untuk

pengambilan keputusan di puskesmas terutama dalam program kesehatan

balita dalam rangka upaya pencegahan diare pada ballita di wilayah kerja

Puskesmas Kambata Mapabuhang, Kecamatan Kambata Mapabuhang,

Kabupaten Sumba Timur.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan untuk

masyarakat tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare

pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang, Kecamatan

Kambata Mapabuhang, Kabupaten Sumba Timur.

4. Bagi Peneliti

Sebagai bahan referensi untuk mengembangkan penelitian terkait faktor-

faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah

kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang, Kecamatan Kambata

Mapabuhang, Kabupaten Sumba Timur.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kejadian Diare

2.1.1 Pengertian Penyakit Diare

Menurut WHO (2009), pengertian diare adalah buang air besar dengan

konsistensi cair (mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam).

Ingat, dua kriteria penting harus ada, yaitu BAB cair dan sering, jadi misalnya

buang air besar sehari 3 kali tapi tidak cair, maka tidak bisa disebut diare. Begitu

juga apabila buang air besar dengan tinja cair tapi tidak sampai 3 kali dalam

sehari, mka itu bukan diare. Pengertian diare didefenisikan sebagai inflamasi pada

membran mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan diare, muntah-

muntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbuljan

dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit (Betz, 2009)

Menurut Kemenkes RI (2014) diare merupakan suatu penyakit dengan

tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsintesi pada tinja, yang melembek

atau mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya.

Diare adalah buang besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan

frekuensi lebih banyak dari biasanya, neonatus dinyatakan diare bila frekuensi

buang air besar sudah lebih dari 4 kalisedangkan untuk bayi yang berumur lebih

dari satu bulan dan dan anak bila frekuensinya lebih dari 3 kali.

Menurut (Frida M Aya,2012), diare merupakan penyakit yang ditandai

dengan perubahan bentuk dan konsentensi tinja, serta bertambahnya frekuensi


9

buang air besar dari biasanya hingga 3 kali atau lebih dalam sehari. Kandungan air

dalam tinja lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam ) atau

frekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada bayi dan tiga kali pada anak.

Menurut Ariani (2016:12) dalam Kurniawati (2018) diare adalah penyakit

yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali

sehari disertai perubahan konsentrasi tinja menjadi lebih cair atau setengah padat

dengan atau tanpa lendir atau darah.

Menurut Saydan (2011) dalam Kurniawati (2018) diare merupakan salah

satu penyakit yang berulang-ulang buang air besar yang sifatnya encer (cair). Bila

seseorang dihinggapi dan menderita penyakit diare akan sangat sering ke toilet

untuk membuang hajat yang memang sifatnya cair dan tidak bisa ditahan-tahan.

2.1.2 Etiologi Penyakit Diare

Penyakit diare secara klinis dapat dikelompokan dalam enam golongan

besar, yaitu infeksi, melabsorsi, alergi, keracunan, imnodefesiensidan diare karena

sebab-sebab lain,tetapi yang sering ditemukan adalah diare yang disebabkan oleh

infeksi dan keracunan. (Kemenkes RI,2009)

a. Faktor infeksi

Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak.

Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang antara lain:

1) Infeksi oleh bakteri: escharichia coli,salmonella thyposa, vibrio cholera

dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan patogenik

seperti pseudomonas.
10

2) Infeksi basil (disentri)

3) Infeksi virus rotavirus

4) Infeksi parasit oleh cacing

5) Infeksi jamur

6) Infeksi akibat organ lain seperti radang tonsil, brobchitis, dan radang

tenggorokan.

7) Keracunan makanan

b. Faktor malabsorpsi

Faktor melabsorpsi dibagi menjadi dua yaitu melaborsi karbohidrat

dan lemak. Melabsorpsi karbohidrat pada bayi kepekaan terhadap

lactoglobulis dalam susu formula dapat menyebabkan diare. Gejalanya

berupa diare berat, tinja berbau sangat asam dan sakit didaerah perut.

Sedangkan melabsorpsi lemak, terjadi bila dalam makanan terdapat lemak

yang disebut triglyserida, triglyserida dengan bantuan kelenjer lipase,

mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika tidak ada

lipase yang terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat muncul karena tidak

terserat dengan baik.

c. Faktor makanan

Makanan yang menyebabakan diare adalah makanan yang tercemar,

basi, beracun, dan terlalu banyka lemak, mentah (sayuran), dan kurang

matang. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Astusi, dkk (2011) perilaku

ibu masih banyak yang merugikan kesehatan salah satunya kurang

memperhatikan kebersihan makanan seperti pengolahan makanan terhadap


11

fasilitas pencucian, penyimpanan makanan, penyimpanan bahan mentah dan

perlindungan bahan makanan terhadap debu

d. Faktor psikologis

Rasa takut, cemas, tengang, jika terjadi pada anak dapat

menyebabkan diare kronis. Tetapi jarang terjadi pada anak balita, umumnya

terjadi pada anak yang lebih besar.

2.1.3 Jenis-jenis Diare

Menurut Hidayat (2008) ada 3 jenis diare

1. Diare cair akut

Diare cair akut memiliki 3 ciri utama, gejalanya dimulai secara

tiba-tiba, tinjanya encer dan cair, pemulihan biasanya terjadi dalam waktu

3-7 hari. Kadang kala gejala bisa berlangsung sampai 14 hari. Lebih dari

37% orang yang terkena diare mengalami diare cair akut.

2. Disentri

Disentri memiliki 2 ciri utama yaitu, adanya darah dalam tinja,

mungkin disertai kram perut, berkurannya nafsu makan dan penurunan

berat badan yang cepat, sekittar 10-15% anak-anak dibawah usia 5 tahun

(balita) mengalami disetri.

3. Diare kronik

Diare yang menetap atau persistem memiliki 3 ciri utama

yaitu,pengeluaran tinja encer disertai darah, gejalanya berlangsung lebih

14 hari dan ada penurunan berat badan.


12

Derajat dehidrasi akibat diare menurut Widoyono (2008) dibedakan

menjadi 3 yaitu:

1) Tanpa dehidrasi, biasanya anak meras normal, tidak rewel, masih

bermain seperti biasa. Umunya karena diare tidak berat, anak masih

mau makan dan minum seperti biasa.

2) Dehidrasi ringan atau sedang, meyebabkan anak rewel atau gelisah.

Mata sedikit cekung, turgor masih kembali dengan cepat jika dicubit.

Dehidrasi berat, anak apatis (kesadaran berkabut), mata cekung, pada

cubitan kulit turgor kembali lambat, nafas cepat, anak terlihat lemah.

2.1.4 Tanda dan Gejala Diare

Menurut schowartz (2004) tanda dan gejala diare pada anak antara lain:

1. Gejala umum

1) Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare.

2) Muntah, biasanya meyertai diare pada gastroenteritis akut.

3) Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare.

4) Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketengangan kulit menurun,

apatis bahkan gelisah.

2. Gejala spesifik

1) Vibrio cholera yaitu diare hebat, warna tinja seperti air cucian beras

dan berbau amis.

2) Disenterifom yaitu tinja berlendir dan berdarah.


13

2.1.5 Cara Penularan dan Faktor Risiko

Menurut Kemenkes RI, (2011) Cara penularan diare melalui cara

faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar kuman atau

kontak langsung tangan penderita atau tidak langsung melalui lalat (melalui

5f= faeces, flies, food, fluid,finger)

Faktor resiko terjadinya diare adalah:

a. Faktor perilaku

b. Faktor lingkungan

Faktor perilaku antara lain:

a. Kebiasaan ibu memcuci tangan dalam memberikan ASI, suatu kebiasaan

ibu pada balita harus mencuci tangan dalam memberi ASI sehingga tidak

tercemar dan terkontaminasi penyakit diare.

b. Penyimpanan makanan, harus mencuci alat-alat makanan dan minuman

dengan sabun dan letakkan di atas rak piring yang bersih sehingga tidak

tercemar oleh debu dan kotoran lainnya.

c. Kebiasaan membersihkan botol susu balita, adapun ibu pada balita

menggunakan botol susu meningkatkan risiko terkena penyakit diare

karena sangat sulit membersihkan botol dan juga kualitas air yang sudah

terkontaminasi kuman-kuman penyakit seperti bakteri E.Coli

Faktor lingkungan antara lain:

a. Ketersediaan air bersih, tempat mendapatkan air yang digunakan

b. Kepemilikan jamban,harus menggunakan tempat pembungan tinja

yang bersih dan nyaman untuk dipake.


14

Pengelolaan sampah, kegiatan yang dilakukan dari perwadahan,

pengumpulan, pemimdahan, pengangkutan, pemrosesan dan pemunahan

2.1.6 Pencegahan Diare

Menurut Kemenkes RI (2005) pencegahan diare adalah sebagai berikut:

1. Pemberian ASI esklusif

ASI ekslusif mempunyai khasiat preventif secara imunologik secara

adanya antibody dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI ekslusif

diberikan pada umur 0-6 bulan. ASI ekslusif turut memberi perlindungan

terhadap diare pada bayi yang baru lahir. Kolostrum mengandung zat bodi

yang berguna bagi daya tahan tubuh bayi. Pemberian ASI ekslusif

mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada

pemberian ASI yng disertai dengan susu botol.

2. Pemberian makanan pedamping ASI

Makanan pedamping ASI diberikan setelah bayi usia 4-6 bulan. Berikan

makanan yang bergizi, bersih dan aman untuk mulai menyapih. Pada usia

6-9 bulan bayi mulai diberikan makanan pedamping ASI berupa makanan

lumat 2 kali sehari (bubur, sayur, dan buah yang dicincang halus). Anak

berusia 9-12 mulai dikenalkan dengan makanan lembek (nasi tim , nasi

lembek). Anak usia 12-24 bulan anak dikenalkan dengan makanan

keluarga yang lunak dengan porsi setengah makanan orang dewasa setiap

kali makan.
15

3. Menggunakan air bersih yang cukup

Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur

fecal-oral mereka dapat ditularkan denngan memasukkan kedalam mulut,

cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari

tangan, makanan yang disiapkan dalam panic yang dicuci dengan air

tercemar. Masyarakat yang terjangkau dengan penyediaan air yang benar-

benar bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan

dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih.

4. Mencuci tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting

dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan

dengan air mengalir dan sabun, terutama sesudah buang airbesar, sesuadh

buang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi

makanan anakdan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian

diare.

5. Kebersihan jamban

Toulet dan pembungan tinja yang digunakan harus memnuhi syarat

sebagai berikut :

1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya

2. Tidak mengotori air disekitarnya

3. Tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya


16

4. Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai tempat lalat

bertelur atau perkembangbiakan vector penyakit lainnya

5. Tidak menimbulkan bau

a. Membuang tinja bayi dengan benar

Tinja penderita atau orang sehat yang mengandung kuman bila akan

mengeluarkan tinja akan mencemari lingkungan terutama air, untuk itu

sebaiknya membuang tinja terutama tinja bayi di jamban.

b. Imunisasi sesuai usia balita

Balita yang telah mendapatkan status imunisasi dasar lengkap dapat

mencegah timbulnya penyakit. Penyakit diare sering timbul menyertai

campak sehingga pemberian imunisasi campak segera setelah berumur 9

bulan.

2.2 Kejadian Diare Pada Balita

2.2.1 Pengertian Balita

Balita adalah individu atau sekelompok individudari suatu penduduk yang

berada dalam rentan usia tertentu. Usia balita dapat dikelompokkan menjadi 3

golongan yaitu golongan usia bayi (0-2 tahun), golongan batita (2-3 tahun), dan

golongan prasekolah (>3-5 tahun). Adapun menurut WHO, kelompok balita

adalah 0-60 bulan (Adriani Dan Bambang, 2014).


17

2.2.2 Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak

Menurut (Kemenkes, 2012) Proses tumbuh kembang anak

mempunyai beberapa ciri yang saling berkaitan, yaitu:

1. Perkembangan menimbulkan perubahan

Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap

pertumbuhang disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya dengan

perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan

otak dan serabut saraf.

2. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan

perkembangan selanjutnya

Setiap anak tidak akan bisa melewati setiap tahap perkembangan sebelum ia

melewati tahapan sebelumnya. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika

pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri

anak terhambat. Perkembangan awal merupakan masa kritis karena akan

menentukan perkembangan selanjutnya.

3. Pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ pada masing-

masing anak mempunyai kecepatan yang berbeda

4. Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan

Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian,

terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, bertambah berat badan dan

tinggi badannya serta bertambahnya kepandaiannya.

5. Perkembangan mempunyai pola yang tetap


18

Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang

tetap, yaitu:

1) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian

menuju kea rah anggota tubuh

2) Perkembangan terjadi terlebih dahulu di daerah proksimal (gerak

kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang

mempunyai kemampuan gerak halus.

6. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan

Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan

berurutan. Tidak bisa terjadi terbalik.

2.3 Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Penyakit Diare

Menurut Depkes RI (2006), Adapun faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian diare pada balita antara lainnya:

a. Kebiasaan cuci tangan

Diare merupakan salah satu penyakit yang penularannya berkaitan

dengan perilaku hidup sehat. Pada penularan ini tangan memegang peran

penting karena lewat tangan yang tidak bersih makanan atau minuman yang

tercemar kuman penyakit masuk ke tubuh manusia. Perilaku mencuci

tangan menggunakan sabun adalah sebagai perilaku amat penting bagi

upaya mencegah diare. Tidak mencuci tangan sebelum menyuapkan

makanan pada anak setelah buang air besar dapat meningkatkan resiko

terjadinya penyakit diare.


19

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang

penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci

tangan dengan sabun, terutama sudah buang air besar, sesudah membuang

tinja anak, sebelum menyuapi makan anak dan sesudah makan, mempunyai

dampak dalam kejadian diare.

b. Kepemilikan jamban sehat

Pengalaman dibeberapa negara membuktikan bahwa upaya

penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan

resiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban

harus membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban Yang

harus diperhatikan oleh keluarga:

a. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat

dipakai oleh seluruh anggota keluarga

b. Bersihkan jamban secara teratur

c. Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ketempat

membuang air besar sendiri. Buang air besar hendaknya jauh rumah,

jalan setapak dan tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10

meter dari sumber air, hindari buang air besar tanpa alas kaki.

c. Ketersediaan Sumber Air

Sumber air adalah tempat mendapatkan air yang digunakan. Air

baku tersebut sebelum digunakan adalah yang diolah dulu, namun ada pula

yang langsung digunakan oleh masyarakat. Kualitas air baku pada

umumnya tergantung dari mana sumber air tersebut didapat. Ada beberapa
20

macam sumber air misalnnya: air hujan, air tanah (sumur gali, sumur

pompa), air permukaan (sungai,danau), dan mata air. Apabila kualitas air

dan sumber air tersebut telah memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan

peraturan yang berlaku, dapat langsung dipergunakan tetapi apabila belum

memenuhi syarat, harus melalui proses pengolahan air terlebih dahulu. Saat

ini, penggunaan air minum isi ulang kemungkinan mempengaruhi terjadinya

penyakit diare. Hal ini dapat disebabkan oleh air yang dijual bukan

merupakan air bersih yang siap minum, sedangkan konsumen

mengkomsumsi air tersebut tanpa dimasak terlebih dahulu.

Berdasarkan data survei dan demografi dan kesehatan tahun 1997,

kelompok anak-anak dibawah 5 tahun dan keluarganya menggunakan

sarana sumur gali mempunyai resiko terkena diare 1,2 kali dibandingkan

dengan kelompok anak yang keluarganya menggunakan sumber sumur

pompa (Simatupang, 2004). Adapun kuantitas dan kualitas air sebagai

berikut

Sifat fisik air yang dapat dianalisa secara visual dengan pancaindra.

Misalnya, air keruh dan berwarna dapat dilihat, air berbau dapat

dicium.penilaian tersebut dapat tentunya bersifat kualitatif. Misalnya, bila

tercium bau berbeda, rasa air pun akan berbeda, rasa air pun berbeda atau

bila air berwarna merah, bau yang akan tercium pun pasti sudah dapat

ditebak. Cara ini dapat dilakukan untuk menganalisis air secara sederhana

karena sifat-sifat air saling berkaitan (Kuanaedi,2010). Ada beberapa


21

persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam sistem penyediaan air bersih.

Persyartan tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut (Kuanaedi,2010).

a. Syarat kuantitatif

Persyaratan kuantitatif dalam penyediaan ar bersih adalah ditinjau

dari banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat

digunakan untuk memenuhhi kebutuhan sesuai dengan jumlah penduduk

yang akan dilayani.selain itu, jumlah air yang dibutuhkan sangat

tergantung pada tingkat kemajuan teknologi dan sosial ekonomi masyarakt

setempat. Berdasarkan pada peraturan menteri dalam negeri nomor 23

tahun 2006 tentang pedoman teknis dan cara pengaturan tarif air minum,

standar kebutuhan pokok air sebesar 60 liter/orang/hari.

b. Syarat kualitatif

Mengambarkan mutu atau kualitas dari air baku air

bersih.persyaratan ini meliputi syarat fisik, kimia, biologis,dan radiologis.

1) Syarat fisik

Secara fisik air bersih harus jernih. Tidak berwarna, tidak berbau dan

tidak berasa (tawar). Warna dalam persyaratan dalam air bersih untuk

masyarakat karena pertimbangan estetika. Rasa asin, manis,

pahit,asam dan sebagainya tidak boleh terdapat dalam air bersih untuk

masyarakat. Bau yang bisa terdapat pada air adalah bau busuk, amis,

dan sebagainya. Bau dan rasa biasanya terdapat sama-sama dalam air.

Suhu air sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih

25OC,sedangkan untuk jernih atau tidaknya air dikarenakan adanya


22

butiran-butiran koloid dari bahan tanah liat. Semakin banyak

mengandung koloid maka air semakin keruh.

2) Syarat kimia

Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah

yang malampauhi batas. Secara kimia, air bersih tidak bleh terdapat

zat-zat yang beracun, tidak boleh ada zat-zat yang dapat menimbulkan

gangguan kesehatan, tidak megandung zat-zat yang melebihi kadar

tertentu sehingga menimbulkan gangguan teknis, dan tidak boleh

mengandung zat kimia tertentu sehingga dapat menimbulkan

gangguan ekonomi.

3) Syarat bakteriologis

Air bersih tidak boleh mengandung kuman-kuman patogen dan

parasitik seperti kuman-kuman typus, kolera, disentri, dan gastroenteris.

Karena apabila bakteri patogen dijumpai pada air minum maka akan

menganggu kesehatan atau timbul penyakit. Untuk mengetahui adanya

bakteri patogen dapat dilakukan dengan pengamatan terhadap ada atau

tidaknya bakteri E.Coli yang merupakan bakteri indikator pencemaran

air. Secara bakteriologis, total Coliform yang diperbolehkan pada air

bersih yaitu 0 kaloni per 100 ml air bersih.air bersih yang mengandung

golongan Coli lebih dari kadar tersebut dianggap terkontaminasi oleh

kotoran manusia.
23

4) Syarat radioaktif

Air minum tidak boleh menagandung zat yang menghasilkan bahan-bahan

yang mengandung radioaktif seperti sinar alfa,gamma, dan beta.

c. Pengelolaan sampah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang

pengelolaan sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/

proses alam yang berbentuk padat. Sedangkan pengelolaan sampah adalah

kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi

pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah sering

didefinisikan sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, mulai dari

perwadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pemrosesan serta

pembuangan akhir dengan penanganan-penanganan terbaik untuk kesehatan,

ekonomi, estetika, lingkungan, teknis, konservasi, dan juga terhadap sikap

masyarakat.

2.4 Kerangka Konsep Penelitian

2.4.1 Kerangka Teori Penelitian

Menurut WHO (2009), pengertian diare adalah buang air besar dengan

konsistensi cair (mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam).

Jadi kejadian diare merupakan suatu kejadian dimana sering buang air besar cair

atau mencret dengan ukuran lebih dari 3 kalli sehari. Sejalan dengan pengertian

tersebut, tercatat masih banyak kasus penyakit diare pada balita di wilayah kerja

Puskesmas Kambata Mapabuhang, Kecamatan Kambata Mapabuhang, Kabupaten


24

Sumba Timur. Dikarenakan ada beberapa faktor yang berhubungan kejadian diare

pada balita seperti, faktor lingkungan dan faktor perilaku.

Berdasarkan telaah kepustakaan yang ada dan kerangka terori dibuat maka

peneliti hanya meningkatkan variabel bebas (independen) yaitu faktor

ketersediaan sumber air bersih,faktor ini sangat berpengaruh dengan kejadian

diare pada balita karena di wilayah kerja puskesmas kambata mapabuhang masih

banyak masyarakat yang pemakaian airnya sangat terbatas dimana sumber airnya

sangat jauh dari masyarakat sekitar, dan adapun kepemilikan jamban, pada faktor

ini banyak masyarakat yang tidak mempunyai jamban sendiri dan masih

meminjam jamban tetangga sekitar, adapun faktor pengelolaan sampah, pada

faktor ini banyak masyarakat yang tidak mampu mngelola sampah mulai dari

pengumpulan, pengangkatan, pemisahan sampai pada pemusnahan serta

mengolah sampah untuk dijadikan pupuk dan adapun faktor perilaku seperti

kebiasaan ibu mencuci tangan sebelum memberi ASI, pada faktor ini banyak ibu-

ibu yang tidak mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mnegalir

sehingga dapat menyebabkan diare pada balita. penyimpanan makanan, kebiasaan

ini sering terjadi di keluarga yang tidak mengerti dengan kebersihan pada meja

dan alat-alat makanan sehingga balita rentang terkena penyakit diare. Kebiasaan

membersihkan botol susu, pada kebiasaan ini banyak ibu-ibu yang tidak

membersihkan botol susu dengan baik sehingga botol susu


25

2.4.2 Kerangka Hubungan Antar Variabel

Faktor perilaku

Kebiasaan ibu mencuci


tangan sebelum
memberi ASI
Penyimpanan makanan
Kebiasaan
membersihkan botol
Kejadian Diare
susu
Pada Balita

Faktor lingkungan

Ketersediaan air bersih

Kepemilikan jamban

Pengelolaan sampah

Gambar 2.1 Hubungan antar variabel/Fokus penelitian

Keterangan :
: Variabel Independen

: Variabel Dndependen

2.4.3 Hipotesis

1. Ada hubungan anatara kebiasaan ibu mencuci tangan sebelum memberi

ASI dengan kejadian diare pada balita

2. Ada hubungan antara penyimpanan makanan dengan kejadian diare pada

balita

3. Ada hubungan antara kebiasaan membersihkan botol susu dengan kejadian

diare pada balita


26

4. Ada hubungan antara ketersediaan ar bersih dengan kejadian diare pada

balita

5. Ada hubungan antara kepemilikan jamban dengan kejadian diare pada

balita

6. Ada hubungan antara pengelolaan sampah dengan kejadian diare pada

balita.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik, dengan desain penelitian

yang digunakan adalah Cross Sectional Study yaitu penelitian yang mempelajari

faktor hubungan terjadinya diare pada balita. Lokasi dan Waktu penelitian

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian.

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kerja Puskesmas Kambata

Mapabuhang, Kecamatan Kambata Mapabuhang, Kabupaten Sumba Timur

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2022

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.1.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita 1-5

tahun di wilayah kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang yang berjumlah

sebanyak 107 orang

3.1.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari papulasi yang diteliti. Sampel dalam

penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita 1-5 tahun pada tahun 2020

27
28

diwilayah kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang. Teknik pengambilan

sampel yang dilakukan adalah Anciden Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus sampel Lameshow

1997 dan tingkat kesalahan yang dihendaki adalah 10%

Keterangan :

n= jumlah sampel keseluruhan

N= jumlah populasi

d= standar error (10%)

p= estimasi penelitian diare pada balita 28,3%

Z= confidencecoeficient = 1,96

Berdasarkan rumus di atas, maka besar sampel minimal dalam penelitian

ini adalah:

n=

n=

n=

n=
29

n=

n=

Besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah berjumlah 44

orang.

3.4 Definisi Operasional

Tabel 3 1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Kriteria Objektif Skala


Ukur
1. Kejadian diare Suatu keadaan dimana terjadi buang air 0 = Diare: BAB ≥ 3 kali sehari Nominal
pada balita besar cair atau mencert dengan frekuensi 1 = tidak Diare : BAB ≤ 3 kali
lebih dari tiga kali dalam sehari sehari
berdasarkan diagnosa dokter dan rekam
media(WHO, 2009)
2. Kebiasan ibu Suatu kebiasaan yang berhubungan 0 = Buruk : jika tidak Nominal
mencuci tangan dengan kebersihan dalam penularan diare melakukan kebiasaan
sebelum saat memberi ASI dengan mencuci tangan mencuci tangan dengan
memberi ASI menggunakan sabun dan air mengalir. menggunakan sabun dan air
mengalir
1 = Baik : jika melakukan
kebiasaan mencuci tangan
dengan menggunakan sabun dan
air mengalir
3. Tenpat Kebersihan segala sesuatu dari alat yang 0 = Buruk : jika alat penyimpanan Nominal
penyimpanan digunakan untuk kegiatan penyimpanan makanan tidak bersih
makanan makanan. 1= Baik : jika alat penyimpanan
diwilayah kertja bersih
Puskesmas
Kambata
Mapabuhang
4. Kebiasaan Suatu Kebiasaan Ibu Balita membersihkan 0 = Buruk : jika tidak membersihkan
membersihkan botol susu dengan menggunakan sabun, botol susu dengan sabun
botol susu balita air panas dan air mengalir dibawah air mengalir
30

Puskesmas 1 = Baik : jika rajin membersihkan


Kambata botol susu
Mapabuhang dengan menggunakan sabun
dibawah air mengalir.
5. Ketersediaan air Ketersediaan air bersih adalah jumlah 0 = Buruk : jika ketersediaan air Nominal
bersih diwilaya ketersediaan air yang dibutuhkan per bersih tidak memenuhi syarat
kerja orang dalam kehidupan sehari-hari yaitu, per orang ≤ 60 liter per
Puskesmas (Kuanedi, hari Mapabuhang 2010) hari
Mapabuhang 1 = Baik : jika ketersediaan air bersih
memenuhi syarat yaitu, per
orang ≥ 60 liter per hari
6. Kepemilikan Ketersediaan sarana jamban atau 0 = Buruk : jika keluarga tidak Nominal
jamban tempat pembuangan tinja yang memiliki jamban milik sendiri
diwilayah kerja dimiliki masyarakat sendiri atau 1 = Baik : jika keluarga memiliki
Puskesmas meminjam tetangga dalam pembuangan jamban
Kambata tinja.
Mapabuhan
7. Pengelolaan Cara yang digunakan masyarakat dalam 0 = Buruk : jika tidak mengelola
sampah mengelolah sampah mulai sampah dengan benar
diwilaya kerja dari pengumpulan, pengangkatan, 11 = Baik : jika mengelolah sampah
Puskesmas pemisahan sampai pada pemusnahan dengan benar
Kambata sampah di Wilaya Kerja Puskesmas
Mapabuhang Kambata Mapabuhang

3.5 Jenis, Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

3.5.1 Jenis Data

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang pertama kali dicatat dan dikumpulkan oleh

peneliti dan diperoleh dari mengukur tingkat faktor yang berhubungan dengan

kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kambata

Mapabuhang, Kecamatan Kambata Mapabuhang, Kabupaten sumba Timur.

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang dikumpulkan atau diperoleh dari

perusahaan terkait mencakup data umum perusahaan. Data berupa catatan dan
31

dokumen-dokumen di wilayah kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang,

Kecamatan Kambata Mapabuhang, Kabupaten Sumba Timur.

3.6 Teknik Pengambilan Data

a. Wawancara, penelitian ini, wawancara dilakukan bertujuan untuk

memperoleh data terkait faktor yang berhubungan dengan diare pada balita

di wilayah kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang, Kecamatan Kambata

Mapabuhang, Kabupaten sumba Timur.

b. Observasi, penelitian ini, observasi dilakukan bertujuan untuk

menentukan titik pengukuran faktor yang berhubungan dengan diare

pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang,

Kecamatan Kambata Mapabuhang, Kabupaten sumba Timur.

c. Dokumentasi, penelitian ini dokumentasi bertujuan untuk mengetahui

faktor yang berhubungan dengan diare pada balita di wilayah kerja

Puskesmas Kambata Mapabuhang, Kecamatan Kambata Mapabuhang,

Kabupaten sumba Timur.

3.5.1 Instrumen Pengumpulan Data

Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Kuesioner merupakan metode pengumpulan data melalui penyebaran daftar

pertanyaan untuk dijawab dan penulis mendampingi responden pada saat

menjawab guna memberikan penjelasan atas pertanyaan yang kurang

dipahami. Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk mengidentifikasi

faktor-faktor yang berhungan dengan kejadian diare pada balita di Wilayah


32

Kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang, Kecamatan Kambata

Mapabuhang, dan Kabupaten Sumba Timur.

2. Lembar observasi, dalam penelitiam ini observasi dilakukan dengan cara

peneliti mengamati langsung mengenai faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kambata

Mapabuhang, Kecamatan Kambata Mapabuhang, dan Kabupaten Sumba

Timur.

3.7 Teknik Pengolahan,Analisis dan Penyajian Data

3.7.1 Teknik Pengolahan Data

Setelah data diperoleh, maka dilakukan pengolahan data dengan

urutan sebagai berikut:

1. Editing, dilakukan untuk mengecek dan memperbaiki pengisian kuesioner

atau formulir. Penyuntingan penting untuk dilakukan karena terdapat

sebagian datayang sudah terhimpun tidak memenuhi harapan peneliti,

terdapat salah pengisian, terlewatkan atau kurang, tumpang tindih bahkan

ada yang terlupakan. Eidtimg dilakukan untuk meminimalisir berbagai

kemungkinan keadaan tersebut (Notoadmodjo,2010).

2. Coding merupakan tahap yang dilakukan setelah proses editing yaitu

berupa mengubah data yang berbentuk kata atau kalimat menjadi data

angka atau biasa disebut dengan coding (Notoadmojo,2010).

3. Tabulasi adalah bagian terakhir dari semua tahapan proses pengolahan

data. Tabulasi yaitu membuat tabel-tabel data sesuai dengan keinginan dan

tujuan penelitian (Notoadmojo, 2010)


33

4. Pengolahan data secara univariatdan juga bivariat dengan menggunakan

tabel dan sebaran yang akan diteliti, disertai dengan uraian penjelasannya.

3.7.2 Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis Univariat adalah suatu teknik analisis data terhadap suatu

variabel secara mandiri, tiap variabel dianalisis tanpa kaitan dengan variabel

lainnya. Analisis Univariat biasa juga disebut analisis deskriptif yang

bertujuan mengambarkan kondisi fenomena yang dikaji. Angka hasil

pengukuran dapat ditampilkan dalam bentuk angka, atau sudah diolah

menjadi presentase, ratio, prevalensi.

2. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat dilakukan menggunakan tabel silang untuk

menyoroti dan menganalisis perbedaan atau hubungan antara dua variabel.

Dalam analisis bivariat dilakukan dengan uji chi square dengan tingkat

kepercayaan 95% (α=0,05) untuk mengetahui hubungan yang signifikan

antara masing-masing variabel bebas dan variabel terikat.

Adapun rumus uji chi square sebagai berikut :


34

X2

Keterangan:

X2 = chi kuadrat

Oi = nilai yang diamati

Ei = nilai yang diharapkan

3.8 Hasil Penelitian

3.8.1 Penyajian Data

Data diperoleh dari hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel disertai

dengan narasi yang merupakan hasil dari analisa data.


35

BAB IV

HASIL DAN BAHASAN

4.1 Hasil penilitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Berdasarkan data kecamatan Kambata Mapabuhang Puskesmas Kambata

Mapambuhang adalah salah satu puskesmas yang berada di Provinsi Nusa

Tenggara Timur, Kabupaten Sumba Timur tepatnya di wilayah, kecamatan

Kambata Mapabuhang Desa Lukuwingir. Puskesmas Kambata Mapabuhang

merupakan salah satu puskesmas yang berada di Kabupaten Sumba Timur

tepatnyadi Sumba Timur bagian timur dengan luas wilayah 7.000,50 Km 2 yang

terdiri dari 6 (Enam) Desa yaitu Desa Lukuwingir, Desa Mahubokul, Desa

Laimeta, Desa Maidang, Desa Waibidi, dan Desa Marada Mundi. Daerah ini

merupakan daerah pertanian lahan kering dengan sistem pertanian tadah hujan,

kondisi alam yang terdiri dari lembah dan perbukitan dengan tingkat curah hujan

pertahun antara empat sampai dengan lima bulan hujan. Berdasarkan letak

geografisnya Puskesmas Kambata Mapabuhang terletak di Desa Lukuwingir dan

memiliki batas-batas Desa sebagai berikut:

a) Sebelah utara berbatasan dengan Desa Mahubokul .

b) Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Marada Mundi .

c) Sebelah timur berbatasan dengan Desa Maidang.

d) Sebelah barat berbatasan dengan Desa Waibidi.


36

Wilayah kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang terdapat jumlah penduduk dari

masing-masing Desa yaitu:

Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Wilayah
Kerja Puskesmas Kambata Mapambuhang, Kecamatan Kambata
Mapambuhang, Kabupaten Sumba Timur.
Nama Desa P L KK
Waibidi 255 241 132
Lukuwingir 311 302 156
Marada Mundi 420 383 210
Maidang 450 380 190
Laimeta 317 332 172
Mahubokul 204 215 119
Total 1.957 1.859 979
Sumber: Data kecamatan kambata mapabuhang
Ket: P= Perempuan
L= Laki – Laki
KK=Kapala Keluarga

Tabel 4.1 Menunjukan karakteristik jumlah penduduk berdasarkan wilayah

kerja Puskesmas Kambata Mapambuhang berjumlah 979 KK dan berjumlah 3810

orang. Jumlah KK paling banyak terdapat di Desa Marada Mundi sebanyak 210,

sedangkan jumlah KK paling sedikit terdapat di Desa Mahubokul sebanyak 119

KK.

1. Gambaran Karakteristik Responden

a. Distribusi Responden Berdasarkan Umur pada Balita di Wilayah Kerja


Puskesmas Kambata Mapabuhang, Kabupaten Sumba Tim

Adapun Hubungan responden berdasarkan umur pada wilayah kerja

kambata mapabuhang dapat dilihat pada Tabel 4.2


37

Tabel 4.2 Distribusi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang


berdasarkan umur
Umur Jumlah Responden Persentase (%)
(Orang)
1-2 Tahun 7 16
>2-3 Tahun 8 18
>3-4 Tahun 15 34
>4- 5Tahun 14 32
Total 44 100

Berdasarkan tabel 4.2 dari 44 responden terdapat paling banyak umur >3-

4 tahun berjumlah 15 (34%) responden, dan dikuti yang berumur >4-5 tahun

dengan jumlah 14 (32%) responden dan diikuti yang berumur >2-3 tahun dengan

jumlah 8 (18%) responden, sedangkan yang paling rendah umur 1-2 tahun

sebanyak 7 (16%) orang responden.

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis kelamin

Adapun karakter responden berdasarkan jenis kelamin pada wilayah kerja

Puskesmas Kambata Mapabuhang dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4. 3 Dustribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis kelamin Jumlah Responden Persentase (%)
(Orang)
Laki-laki 21 48
Perempuan 23 52
Total 44 100

Tabel 4.3 menunjukan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

lebih banyak pada perempuan sebanyak 23 (52%) orang dan laki-laki sebanyak

21 (48%) orang.
38

4.1.2 Analisis Univariat

a. Distribusi kebiasaan Ibu mencuci tangan sebelum memberi ASI


Hubungan responden berdasarkan kebiasaan mencuci tangan sebelum memberi

ASI dapat dilihat pada Tabel 4.4

Tabel 4. 4 Distribusi responden berdasarkan kebiasaan mencuci tangan sebelum


memberi ASI

Kebiasaan Ibu Mencuci Tangan Jumlah Responden Persentase


Sebelum Memberi ASI (Orang) (%)
Buruk 17 39
Baik 27 61
Total 44 100

Tabel 4.4 menunjukan bahwa responden kebiasaan ibu mencuci tangan

sebelum memberi ASI baik berjumlah 27 (61%) orang, responden yang buruk

kebiasaan mencuci tangan sebelum memberi ASI berjumlah 17 (39%) orang.

b. Distribusi Tempat Penyimpanan Makanan

Adapun karakter responden berdasarkan tempat penyimpanan makanan

pada wilayah kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang dapat dilihat pada Tabel 4.5

Tabel 4. 5 Tempat Penyimpanan Makanan


Tempat Penyimpanan Makanan Jumlah Responden Persentase
(Orang) (%)
Buruk 28 64
Baik 16 36
Total 44 100

Tabel 4.5 menunjukan bahwa distribusi responden berdasarkan tempat

penyimpanan makanan yang buruk berjumlah 28 (64%) orang sedangkan tempat

penyimpanan makanan yang baik berjumlah 16 (36%) responden.


39

c. Distribusi Kebiasaan Membersihkan Botol Susu Balita

Hubungan responden berdasarkan Kebiasaan Membersihkan Botol Susu

Balita. dapat dilihat pada Tablel 4.6

Tabel 4. 6 Distribusi responden berdasarkan Kebiasaan Membersihkan Botol Susu


Balita.

Kebiasaan Membersihkan Jumlah Responden Persentase (%)


Botol Susu Balita (Orang)

Buruk 27 61
Baik 16 39
Total 44 100

Tabel 4.6 menunjukan bahwa distribusi responden kebiasaan membersihkan

botol susu balita yang buruk berjumlah 27 (61%) dan kebiasaan membersihkan

botol susu balita yang baik berjumlah 16 (39%) responden.

d. Distribusi Ketersediaan sarana air bersih

Hubungan respoden berdasarkan ketersediaan air bersih dapat dilihat pada Tabel

4.7

Tabel 4. 7 distribusi responden berdasarkan ketersediaan sarana air bersih


Ketersediaan Sarana Air Bersih Jumlah Responden Persentase (%)
(Orang)
Buruk 35 80
Baik 9 20
Total 44 100

Tabel 4.7 menunjukan bahwa distribusi responden ketersediaan sarana air

bersih lebih banyak yang buruk dengan jumlah 35 (80%), dan ketersediaan sarana air

bersih yang baik dengan jumlah 9 (20%) responden.


40

e. Distribusi Kepemilikan jamban keluarga

Adapun huibungan responden berdasarkan kepemilikan jamban keluarga

pada wilayah kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang dapat dilihat pada Tabel

4.8

Tabel 4. 8 distribusi responden berdasarkan kepemilikan jamban.


Kepemilikan jamban Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)
Buruk 24 55
Baik 20 45
Total 44 100

Tabel 4.8 menunjukan bahwa distribusi responden tidak memiliki jamban

berjumlah 24 (55%) responden, dan yang memiliki jamban sebanyak 20 (45%)

responden.

f. Distribusi Pengelolaan sampah

Adapun hubungan responden berdasarkan pengelolaan sampah pada

wilayah kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang dapat dilihat pada Tabel 4.9

Tabel 4. 9 distribusi responden berdasarkan pengelolaan sampah


Pengelolaan sampah Jumlah Responden Persentase (%)
(Orang)
Buruk 33 75
Baik 11 25
Total 44 100

Tabel 4.9 menunjukan bahwa distribusi responden berdasarkan mengelola

samah dengan baik sebanyak 11 (25%) responden, sedangkan mengelola sampah

dengan buruk sebanyak 33 (75%) responden.


41

4.1.3 Analisis Bivariat

a. Hubungan antara Umur Balita dengan Kejadian Diare pada Balita di


Wilayah Kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang, Kecematan
Kambata Mapabuhang, Kabupaten Sumba Timur
Hubungan antara Umur Balita dengan kejadiaan diare pada balita

dapat dilihat pada Tabel 4.10

Tabel 4. 10 Distribusi Hubungan Umur Balita dengan Kejadian Diare pada Balita
Umur Balita Kejadian Diare Pada Total % P
Balita (value)
Diare Tidak Diare
N % N %
1-2 Tahun 5 11,36 2 4,54 7 15,90
>2-3 Tahun 5 11,36 3 6,81 8 18,18 0,036
>3-4 Tahun 6 13,63 9 20,45 15 34,09
>5-6 Tahun 4 9,09 10 22,72 14 31,82
Total 20 45,45 24 54,54 44 100

Tabel 4.10 menunjukan bahwa dari 44 responden Umur balita arti umur 1-

2 Tahun terdapat diare dengan jumlah 5 (11,36%) dan tidak diare 2 (4,54%),

>2-3 Tahun terdapat diare dengan jumlah 5 (11,36%) dan tidak diare 3

(6,81%), >3-4 Tahun 6 (13,63%) dan tidak diare 9 (20,45%), >5-6 Tahun

dengan jumlah diare 4 (9,09%) dan tidak diare 10 (22,72%).

b. Hubungan Antara Kebiasaan Ibu Mencuci Tangan Sebelum Memberi ASI


dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Kambata Mapabuhang, Kecematan Kambata Mapabuhang, Kabupaten
Sumba Timur
Hubungan antara kebiasan ibu mencuci tangan sebelum memberi ASI

dengan kejadiaan diare pada balita dapat dilihat pada Tabel 4.11
42

Tabel 4. 11 Distribusi Hubungan Antara Kebiasaan Ibu Mencuci Tangan


Sebelum Memberi ASI dengan Kejadian Diare pada Balita

Kebiasaan Ibu Kejadian Diare Pada Total % P


Mencuci Tangan Balita (value)
Sebelum Memberi
ASI dengan Diare Tidak Diare
Kejadian Diare
N % N %
pada Balita

Buruk 12 27,27 5 11,36 17 38,64

Baik 8 18,18 19 43,18 27 61,36 0,019

Total 20 45,45 24 54,54 44 100

Tabel 4.11 menunjukan bahwa dari 44 responden kebiasaan ibu mencuci

tangan sebelum memberi ASI pada balita artinya berjumlah 27 (61,36%) dan

semuanya mengalami kejadian diare pada balita, sedangkan perilaku yang buruk

Ibu mencuci tangan sebelum memberi ASI pada balita sebanyak 17 (38,64%)

orang dengan frekuensi kejadian diare pada balita berjumlah 12 (27,27%) orang

dan tidak mengalami kejadian diare pada balita berjumlah 5 (11,36%).

Hasil uji stastistik di peroleh nilai p value = 0,019 (<0,05), artinya ada

hubungan antara kebiasaa ibu mencuci tangan sebelum memberi ASI pada balita

dengan kejadian diare pada balita\

c. Hubungan Antara Tempat Penyimpanan Makanan dengan Kejadian


Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang,
Kecematan Kambata Mapabuhang, Kabupaten Sumba Timur

hubungan antara tempat penyimpanan makanan dengan kejadian diare pada

balita dapat dilihat pada Tabel 4.12


43

Tabel 4. 12 Ditribusi hubungan antara tempat penyimpanan makanan dengan


kejadian diare pada balita.

Tempat Kejadian diare pada Total % P


penyimpanan balita (value)
makanan
Daire Tidak Diare

N % N %

Buruk 17 38,64 11 25 28 63,64

Baik 3 6,82 13 29,55 16 36,36 0,018

Total 20 45,46 24 54,55 44 100

Tabel 4.12 menunjukan bahwa dari 44 responden tempat penyimpanan

makanan terdapat 16 (36,36%) orang dan semuanya mengalami kejadian diare

pada balita, sedangkan yang tidak mempunyai tempat penyimpanan makanan

berjumlah 28 (63,64%) orang dengan frekuensi kejadian diare pada balita

sebanyak 17 (38,64%) orang dan tidak mengalami kejadian diare pada balita

sebanyak 11 (25%) orang.

Hasil uji stastistik diperoleh nilai p value 0,018 (<0,05) artinya ada

hubungan antara tempat penyimpanan makanan dengan kejadian diare pada

balita.

d. Hubungan Antara Kebiasaan Membersihkan Botol Susu Balita dengan


Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kambata
Mapabuhang, Kecematan Kambata Mapabuhang, Kabupaten Sumba
Timur
Hubungan antara kebiasaan membersihkan botol susu balita dengan

kejadian diare pada balita dapat dilihat pada Tabel 4.13


44

Tabel 4. 13 Distribusi hubungan kebiasaan membersihkan botol susu balita


dengan kejadian diare pada balita
Kejadian diare pada Total % P
Kebiasaan balita (value)
membersihkan
botol susu balita Diare Tidak Diare

N % N %

Buruk 20 45,45 7 38,64 27 61

Baik 0 0 17 15,91 17 39 0,000

Total 20 45,45 24 54,55 44 100

Tabel 4.13 menunjukan bahwa dari 44 responden kebiasaan

membersihkan botol susu balita berjumlah 17 (39%) orang dan semuanya

mengalami kejadian diare pada balita, sedangkan yang tidak membersihkan

botol susu pada balita berjumlah 27 (61%) orang dengan frekuensi kejadian

diare pada balita sebanyak 20 (45,45%) orang dan tidak mengalami kejadian

diare pada balita berjumlah 7 (15,91%) orang.

Hasil uji stastistik diperoleh nilai p value = 0,000 (<0,05) artinya ada

hubungan antara kebiasaan membersihkan botol susu balita dengan kejadian

diare pada balita.


45

e. Hubungan Antara Ketersediaan Sarana Air Bersih dengan Kejadian


Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang,
Kecematan Kambata Mapabuhang, Kabupaten Sumba Timur

Hubungan antara ketersediaan sarana air bersih dengan kejadian diare pada

balita dapat dilihat pada Tabel 4.14

Tabel 4. 14 Distribusi Hubungan Ketersediaan Sarana Air Bersih dengan


Kejadian Diare pada Balita

Kejadian Diare pada


Ketersediaan Balita Total
Sarana Air Bersih Diare Tidak Diare % P (value)
N % N %
Buruk 20 45,45 15 34,09 35 79,55

Baik 0 0 9 20,45 9 20,45 0,007

Total 20 45,45 24 54,54 44 100

Tabel 4.14 menunjukan bahwa dari 44 responden terdapat 9 (20,45%)

orang yang mempunyai ketersediaan air bersih dan semuanya mengalami

kejadian diare pada balita, sedangkan yang tidak mempunyai ketersediaan sarana

air bersih berjumlah 35 (79,55%) orang dengan frekuensi kejadian diare pada

balita sebanyak 20 (45,45%) orang dan tidak mengalami kejadian diare pada

balita berjumlah 15 (54,54%) responden.

Hasil uji stastistik diperoleh nilai p value = 0,007 (<0,05) artinya ada

hubungan antara ketersediaan sarana air bersih dengan kejadian diare pada

balita.
46

f. Hubungan Antara Kepemilikan Jamban dengan Kejadian Diare pada


Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang, Kecematan
Kambata Mapabuhang, Kabupaten Sumba Timur

Hubungan antara kepemilikan jamban dengan kejadian diare pada balita


dapat dilihat pada Tabel 4.15
Tabel 4. 15 Distribusi hubungan kepemilikan jamban dengan kejadian diare
pada balita

Kejadian Diare pada


Kepemilikan Balita Total
Jamban Diare Tidak Diare % P (value)
N % N %
Buruk 19 43,18 5 11,36 24 54,55
Baik 1 2,27 19 43,18 20 45,45
0,000
Total 20 45,45 24 54,54 44 100

Tabel 4.15 menunjukan bahwa dari 44 responden terdapat 20 (45,45%)

responden yang mempunyai jamban dan semuanya mengalami kejadian diare

pada balita, sedangkan yang tidak mempunyai jamban 24 (54,45%) orang

dengan frekuensi kejadian diare pada balita berjumlah 19 (43,18%) orang dan

tidak mengalami kejadian diare pada balita berjumlah 5 (11,36%).

Hasil uji stastistik diperoleh nilai p value = 0,000 (<0,05) artinya ada

hubungan antara kepemilikan jamban dengan kejadian diare pada balita

g. Hubungan Antara Pengelolaan Sampah dengan Kejadian Diare pada


Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang, Kecematan
Kambata Mapabuhang, Kabupaten Sumba Timur

Hubungan antara pengelolaan sampah dengan kejadian diare pada balita

dapat dilihat pada Tabel 4.16


47

Tabel 4. 16 Distribusi pengelolaan sampah dengan kejadian diare pada balita


Kejadian diare pada balita
Pengelolaan
Total
Sampah Diare Tidak Diare % P (value)

N % N %

Buruk 19 43,18 14 31,82 33 75 O,014

Baik 1 2,27 10 22,73 11 25

Total 20 45,45 24 54,55 44 100

Tabel 4.16 menunjukan bahwa dari 44 responden terdapat 11 (25%)

orang yang mengelola sampah dengan baik dan semuanya mengalami kejadian

diare pada balita, sedangkan yang tidak mengelola sampah dengan baik

berjumlah 55 (75%) orang dengan frekuensi kejadian diare pada balita 19

(43,28%) responden dan tidak mengalami kejadian diare pada balita berjumlah

14 (31,82%) orang.

Hasil uji stastistik diperoleh nilai p value = 0,014 (<0,05) yang artinya

ada hubungan antara pengelolaan sampah dengan kejadian diare pada balita

4.2 Bahasan

1. Hubungan Kebiasaan Ibu Mencuci Tangan Sebelum Memberi ASI Pada


Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang, Kecamatan
Kambata Mapabuhang, Kabupaten Sumba Timur

Perilaku cuci tangan adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam

membersihkan bagian telapak, punggung tangan dan jari agar bersih dari kotoran

dan membunuh kuman penyakit yang merugikan kesehatan serta membuat tangan

menjadi harum baunya. (Kemenkes RI,2020). Mencuci tangan perlu dilakukan

pada saat setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, memegang
48

binatang, berkebun, buang air besar, mencebok bayi atau anak, makan dan

menyuapi anak dan sebelum memegang makanan).

Hasil uji stastistik di peroleh p-value 0,019 (p<0,05) yang berarti terdapat

ada hubungan antara kebiasaan ibu mencuci tangan sebelum memberi ASI dengan

kejadian diare pada balita. Hal ini disebabkan karena sebagian besar responden

kebiasaan mencuci tangan yang buruk cenderung mengalamai kejadian diare pada

balita yaitu sebesar (12) 27,27% dan (5)11,36% mengalami kejadian diare.

Responden kebiasaan menucuci tangan yang baik dan tidak mengalami kejadian

diare yaitu sebesar (19) 43,18% responden.

Menurut penelitian yang terjadi di wilayah kerja Puskemas Kambata

Mapabuhang menunjukan bahwa orang tua balita banyak yang tidak mencuci

tangan sebelum memberi ASI. Hampir seluruh orang tua tidak mempunyai

wastafel tempat untuk mencuci tangan. Biasanya orang tua disana mencuci tangan

ditempat cuci piring. Hal ini dapat dilihat di Puskesmas Kambata Mapabuhang

kurangnya kesadaran dalam penerapan cuci tangan yang baik dan benar sehingga

memicu terjadinya diare pada balita. Seperti yang saya ketahui banyak masyarakat

yang belum menerapkan cuci tagan yang baik dan benar, serta cuci tangan yang

efektif mencegah penularan penyakit diare pada balita, sebab kuman yang

menempel di tangan menjadi salah satu penularan penyakit diare secara langsung.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian (Radhika, 2020) tentang

hubungan tindakan cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare pada balita di

RW XI Keluarahan Sidotopo Kecamatan Semampir Kota Surabaya, dengan hasil

p 0,013 (<0,05) yang berarti terdapat hubungan antara perilaku cuci tangan
49

dengan kejadian diare pada balita. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Wendi

Selviana (2013) dengan nilai p =1,000, artinya tidak ada hubungan antara perilaku

cuci tangan dengan kejadian diare pada balita di Desa Sekardangan Kecamatan

Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo.

2. Hubungan Tempat Penyimpanan Makanan dengan Kejadian Diare pada


Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang, Kecamatan
Kambata Mapabuhang, Kabupaten Sumba Timur.

Tempat penyimpanan makanan berkaitan dengan kejadian diare karena kuman

penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan

atau minuman yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja penderita

diare (Depkes, 2014). Kebersihan alat makan merupakan bagian yang sangat

penting dan berpengaruh terhadap kualitas makanan dan minuman. Alat makan

yang tidak dicuci dengan baik dapat meningkatkan organisme atau bibit penyakit

yang tertinggal akan berkembang biak dan mencemari makanan yang akan

diletakkan diatas meja. Semua peralatan makanan yang mempunyai peluang

bersentuhan dengan makanan harus selalu dijaga dalam keadaan bersihdan tidak

sisa makanan yang tertinggal pada bagian-bagian alat makan tersebut. Kebersihan

alat makanan yang kurang baik maka tempat perkembangbiakan kuman,

penyebaran penyakit dan keracunan, untuk itu peralatan makanan haruslah dijaga

terus tingkat kebersihan agar terhindar dari kuman, dan debu (Tumelap, 2011).

Hasil uji statistik di peroleh p=0,018 (p<0,05) yang brarti terdapat ada

hubungan antara tempat penyimpanan makanan dengan kejadian diare pada balita.

Hal ini disebabkan karena sebagian besar responden yang mempunyai tempat

penyimpanan makanan yang buruk sebanyak (17) 38,64% dan sebesar (11) 25%
50

mengalami kejadian diare pada balita. Sedangkan responden yang mempunyai

tempat penyimpanan makanan yang baik dan tidak terkena penyakit diare pada

balita sebesar (13) 29,55% responden.

Menurut penelitian yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Kambata

Mapabuhang, Kecamatan Kambata Mapabuhang, dan Kabupaten Sumba Timur

tempat penyimpanan makanan baik dan bersih tidak menyebabkan terjadinya

diare. Cara penyimpanan makanan yang biasanya di atas meja dan di lemari

dengan keadaan yang terbuka, maka debu-debu yang dari luar dapat menempel

pada makanan sehingga menyebabkan makanan tersebut terkontaminasi oleh

bakteri, kuman dan kemudian di komsumsi oleh balita sehingga menimbulkan

kejadian

diare pada balita.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Widiastuti, 2016) yang mengatakan ada hubungan antara penyimpanan makanan

dengan kejadian diare pada balita di wilayah Kerja Puskesmas Harapan Raya

dengan p value =0,023. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Wendi Selviana

(2013) dengan nilai p =0,130, artinya tidak ada hubungan antara penyimpanan

makanan dengan kejadian diare pada balita di Desa Sekardangan Kecamatan

Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo.


51

3. Hubungan Kebiasaan Ibu Membersihkan Botol Susu Balita di Wilayah


Kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang, Kecamatan Kambata Mapabuhag,
Kabupaten Sumba Timur

Perilaku dalam menjaga kebersihan botol susu dan menyimpan dalam

tempat yang tepat. Hal ini memang sebuah langkah yang sederhana, namun

mampu memberi dampak besar bagi kesehatan balita. Botol susu perlu dicuci

menggunakan air panas, merendamnya didalam air panas selama beberapa menit,

mencuci puting botol susu menggunakan air panas agar terhindar dari kuman,

botol yang basah dan bagian yang tertutup dapat menjadi rumah bagi bakteri dan

kuman, karena itu, setelah mencuci botol susu letakkan botol susu dengan kondisi

yang terbalik sehingga sehingga air menetes dan botol susu kering (Destika,

2012).

Hasil uji stastistik di peroleh p-value=0,000 (p<0,05) yang berarti terdapat

hubungan yang signifikan antara kebiasaan membersihkan botol susu balita

dengan kejadian diare pada balita. Hal ini disebabkan karena sebagian responden

yang mempunyai kebiasaan membersihkan botol susu balita yang buruk

cenderung mengalami kejadian diare pada balita sebesar (20) 45,45% dan (7)

15,91%. Responden yang mempunyai kebiasaan membersihkan botol susu balita

yang baik dan tidak terkena penyakit diare pada balita berjumlah (17) 38,64%

responden.

Menurut penelitian yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Kambata

Mapabuhang, banyaknya orang tua balita tidak mencuci botol susu dengan benar

sehingga adanya bakteri atau kuman pada bayi melalui botol susu. Hasil penelitian

menunjukan masih ada orang tua balita yang tidak membersihkan sisa susu yang
52

masih menempel pada botol susu balita sehingga terdapat E.coli pada botol susu

yang mengkontaminasi susu dan akan di komsusmsi balita sehingga masuk

kedalam tubuh melalui botol susu balita yang di pakai balita, sehingga memicu

terjadinya diare pada balita.

Oleh karena itu hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Setyaningsih, R., & Fitriyanti, 2015) yang menyatakan bahwa

ada hubungan antara perilaku ibu dalam membersihkan botol susu dengan

kejadian daire pada balita. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Saripah dengan

nilai p value=0,646>0,05. Artimya tidak ada hubungan antara higienitas pada

botol susu dengan kejadian diare pa da balita di wilayah kerja Puskesmas

Astambul Kabupaten Banjar.

4. Hubungan Ketersediaan Sarana Air Bersih di Wilayah Kerja Puskesmas


Kambata Mapabuhang, Kecamatan Kambata Mapabuhang, Kabupaten
Sumba Timur

Sumber air yang bersih merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki

derajat kesehatan masyarakat. Kesehatan lingkungan yang diselenggarakan untuk

mewujudkan lingkungan yang sehat, yaitu keadaan yang bebas dari resiko yang

membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup manusia. Dan sarana air bersih

yang digunakan responden semua adalah PAM atau air leding,sungai, dan mata

air. Penyakit diare ini dapat ditularkan juga melalui air, maka penyediaan air

bersih yang baik secara kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam

memmenuhi kebutuhan hidup sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri


53

dan lingkungan. Mencegah terjadinya diare, penyediaan air bersih yang cukup

disetiap rumah tangga harus tersedia (Kemenkes, 2011).

Hasil uji stastistik di peroleh p-value= 0,007 (p<0,05) yang berarti terdapat

ada hubungan antara ketersediaan sarana air bersih dengan kejadian diare pada

balita. Hal ini disebabkan karena sebagian responden yang memiliki ketersediaan

sarana air bersih yang buruk dan mengalami kejadian diare sebanyak (20) 45,45%

dan (15) 34,09%. Sedangkan responden yang mempunyai yang memiliki

ketersediaan sarana air bersih yang baik dan tidak terkena penyakit diare pada

ballita berjumlah (9) 20,45% responden.

Menurut penelitian yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Kambata

Mapabuhang, masih ada balita yang terkena diare di karenakan mata air tidak

terlindung, di sungai juga terdapat sampah-sampah yang berserakan. Banyak

orang tua yang mengambil air dari mata air dan sungai tidak memasak untuk di

minum dan tidak di saring juga, karena masyarakat percaya kalau mengambil air

mata air sudah aman sehingga langsung dikomsumsi, sehingga bakteri ada pada

air maka banyak balita yang terkena diare.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Praptiwi (2011),

bahwa adanya hubungan yang signifikan antara penyediaan air bersih dengan

kejadian diare pada balita. Adapun penelitian yang di lakukan oleh Wibowo dkk,

(2017) tidak ada hubungan dengan sumber air minum dengan kejadian diare.
54

5. Hubungan Kepemilikan Jamban di Wilayah Kerja Puskesmas Kambata


Mapabuhang, Kecamatan Kambata Mapabuhang, Kabupaten Sumba Timur

Jamban adalah sebuah ruangan yang memiliki fasilitas pembuangan feses

maupun urin manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan

leher angsa maupun (cemplung) yang terdapat penampungan air untuk

membersihkan (Rohmah, 2016) Jamban keluarga merupakan bagian yang penting

dalam rumah tangga karena dapat mencegah berkembangnya penyakit infeksius

yang berasal dari tinja manusia. Penggunaan jamban memiliki efek yang besar

bagi penurunan risiko penularan penyakit dan setiap anggota keluarga harus

buang air besar dijamban. Hal tersebut dapat diikuti oleh keeluarga yang lain

dengan menjaga jamban, menyiram jamban dengan air sampai kotoran tidak

terlihat lagi, dan membersihkan jamban dengan alat pembersih minimal 2-3 kali

seminggu (Tarigan, 2008).

Hasil uji stastistik diperoleh p- value 0,000 (p<0,05) yang berarti terdapat ada

hubungan antara kepemilikan jamban dengan kejadian diare. Hal ini disebabkan

karena sebagian besar responden memiliki jamban dan sebagian besar tidak

memiliki jamban dengan kejadian diare pada balita. Yaitu sebesar (19) 43,18%

dan (5) 11.36% mengalami kejadian diare pada balita, dan responden yang tidak

terkena penyakit diare pada balita sebesar (19) 43,18% responden.

Menurut penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kambata

Mapabuhang banyaknya responden yang tidak memiliki jamban sehingga

responden BAB sembarang tempat seperti di sungai, di belakang pohon-pohon

besar, di kebun dan di tempat yang tersembunyi agar tidak terlihat orang lain.
55

Sehinga tinja tersebut di hinggap oleh lalat, dan lalat terbang dan hinggap di

makanan yang di komsumsi oleh balita yang sudah terkontaminasi dari bakteri

sehingga dapat menyebabkan kejadian diare pada balita.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Lailatul tahun 2012 bahwa

ketersediaan sarana pembuangan tinja memiliki hubungan dengan kejadian diare

pada balita di wilayah kerja Puskesmas Purwoharjo Kabupaten Malang. Adapun

penelitian yang dilakukan oleh Sintia dengan nilai p 0,606, artinya tidak ada

hubungan antara kondisi jamban keluarga dengan kejadian diare pada balita di

Desa Waleuru

6. Hubungan Pengelolaan Sampah di Wilayah Kerja Puskesmas Kambata


Mapabuhang, Kecamatan Kambata Mapabuhang, Kabupaten Sumba Timur

Pengelolaan sampah adalah kegiatan pengumpulan, pengangkutan sampai

dengan pemusnahan atau dengan pengelolaan sampah dengan demikian rupa

sehingga sampah tidak menganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup

(Notoatmodjo, 2011). Banyak masyarakat yang pengelolaan sampahnya masih

dengan dibakar ataupun dibuang disuangai atau kali bahkan ada yang hanya

dibuang disekitar dihalaman rumahnya dengan begitu saja secara terbuka.

Pengaruh sampah secara biologis khususnya sampah organik yang mudah

membusuk merupakan media mikroorganisme untuk hidupnya, proses ini akan

menimbulkan bau yang menarik beberapa vektor penyakit dan binatang

penganggu.

Hasil uji stastistik di peroleh p-value = 0,014 (<0,05) yang berarti terdapat

ada hubungan antara pengelolaan sampah dengan kejadian diare pada balita di
56

Wilayah Kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang. Hal ini di sebabkan karena

sebagian responden yang mengelola sampah dengan buruk akan cenderung

terjadinya diare pada balita sebanyak (19) 43,18% dan (14) 31,82%. Sedangkan

responden yang mengelola sampah dengan baik dan tidak terkena penyakit diare

berjumlah (10) 22,73% responden.

Menurut penelitian yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Kambata

Mapabuhang, Kecamatan Kambata Mapabuhang masih merupakan salah satu

Kecamatan yang perumahannya termasuk wilayah perumahan kumuh di

Kabupaten Sumba Timur. Sistem pembuangan sampahnya terbilang buruk, karena

banyak masyarakat setempat yang tidak mempunyai tempat sampah khusus, serta

ada masyarakat yang pembungan sampahnya di sembarangan tempat, dan juga

masyarakat membuang sampah di sungai dengan demikian banyak kaleng bekas,

plastik, daun-daun dan sampah-sampah di sekitar rumah yang berpotensi menjadi

tempat perkambangbiakan vektor dan pada akhirnya dapat menimbulkan kejadian

diare pada balita.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Soamole, 2018) di Puskesmas

Siko Kota Ternate yang memiliki Hubungan anatara sarana pembuangan sampah

dengan kejadian diare p = 0,000 (p<0,05). Adapun penelitian yang dilakukan

Jaenudin (2018) dengan nilai p = 0,677, artinya tidak ada hubungan antara

pengelolaan sampah dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Argasunya

Kota Cirebon.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Ada hubungan kebiasaan ibu mencuci tangan sebelum memberi ASI dengan

kejadian diare pada balita diwilayah kerja Puskemas Kambata Mapabuhang,

Kecamatan Kambata Mapabuhang, Kabupaten Sumba Timur.

2. Ada hubungan tempat penyimpanan makanan dengan kejadian diare pada

balita diwilayah kerja Puskemas Kambata Mapabuhang, Kecamatan Kambata

Mapabuhang, Kabupaten Sumba Timur.

3. Ada hubungan kebiasaan membersihkan botol susu balita dengan kejadian

diare pada balita diwilayah kerja Puskemas Kambata Mapabuhang,

Kecamatan Kambata Mapabuhang, Kabupaten Sumba Timur.

4. Ada hubungan ketersediaan sarana air berih dengan kejadian diare pada balita

diwilayah kerja Puskemas Kambata Mapabuhang, Kecamatan Kambata

Mapabuhang, Kabupaten Sumba Timur.

5. Ada hubungan kepemilikan jamban dengan kejadian diare pada balita

diwilayah kerja Puskemas Kambata Mapabuhang, Kecamatan Kambata

Mapabuhang, Kabupaten Sumba Timur.

6. Ada hubungan pengelolaan sampah dengan kejadian diare pada balita

diwilayah kerja Puskemas Kambata Mapabuhang, Kecamatan Kambata

Mapabuhang, Kabupaten Sumba Timur.

57
58

5.2 Saran

1 Bagi masyarakat

Masyarakat diharapkan dapat menjaga kebersihan ,mengelola sampah dengan

baik, membiasakan diri untuk rajin mencuci tangan serta membersihkan botol

susu balita dan membersihkan pralatan makanan atau tempat penyimpanan

makanan,dan membuang sampah pada tempatnya.

2. Bagi puskesmas

Pemerintah diharapkan dapat melakukan penyuluhan tentang diare pada balita

dan cara pencegahan diare melalui media massa, sekolah, tempat ibadah atau

kelompok masyarakat lainnya sebagai upaya untuk menurunkan kasus diare.

3. Bagi peneliti lainnya

Peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan dengan

menambah variabel yang belum diteliti dalam penelitian ini seperti variabel

tempat penampungan air.


59

DAFTAR PUSTAKA

Adriani M, B. (2014). Gizi Dan Kesehatan Balita (Peranan Mikro Zine Pada
Pertumbuhan Balita).Jakarta;Kencana.https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpa8
Betz, C. L. dan L. A. . (2009). Mosby’s Pediatric Nursing
Reference.NewYork;Elsevierhttp://repository.poltekkeskaltim.ac.id.
Depkes RI. (2005). Buku Saky Petugas Kesehatan Lintas Diare. Depkes RI.
https://pusdatin.kemkes.go.id/download.php?file=download/pus-diare.pdf
(2005). Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta:Ditjen PPM dan
PL. https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JAMS/article/down.load/13813/7162
(2012). Pelatihan Simulasi, Deteksi Dan Intervensi Tumbuh Kembang Anak
Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Depkes.
https://www.onesearch.id/Record/IOS7051.slims-1080
Destika, A. (2012). Faktor risiko terjadinya diare pada balitadiwilayah kerja
UPTPuskesmas Kandangan Kabupaten Temanggung 22
(1):44-50.http://repository.unism.ac.id/55/3/Naskah Diare.pdf %0A%0A
Dewi, M., Danang, B., Adenan, A. K. (2014). Analisis pengelolaan sampah medis
pelayanan kesehatan bidan praktik mandiri swasta di Kota
Banjarbaru.https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/es/article/view/1973
Hendra, (2008). Perbandingan Sistem Pengelolaan Sampah Di Indonesia Dan Korea
Selatan. Jakarta Selatan. Aspirasi Vol. 7 No. 1,Juni 2016.
https://www.onesearch.id/Record/IOS7051.slims-1080.
Hidayat, A. (2008). Pengantar Ilmu Keperwatan Anak 1. Jakarta;Salemba Medika.
Juffrie M. Sunarto SY, Oswari H, Arief S. Rosalina I, Mulyani NS 2011. Buku
Ajar Gastroenterrologi. Jilid I. Jakarta:IDAI. Halaman 87 – 118.
Kambata, Mapabuhang. (2021). Profil Dinkes Kabupaten Sumba timur.
https://stikesbanyuwangi.ac.id/lib/index.php?p=cite&id=1061&keywords=.
Kemenkes RI, (2011). Panduan sosialisasi talaksana diare pada balita. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
https://onesearch.id/Record/IOS7011.ai:slims-820.
(2015). Buku Kesehatan Ibu Dan Anak .Jakarta: Kemenkes RI
Schowartz, M.W. 2004. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta:EGC.
https://eprints.triatmamulya.ac.id/1427/1/61. Petunjuk Teknis Penggunaan Buku
Kesehatan Ibu dan Anak 2015.pdf
Maidartati, (2017). Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada
Balita(Studi Kasus Pada Puskesmas Babakansari.https://ejournal.bsi.ac.id/
ejurnal/index.php/jk/article/view/2638.
Mardhina Retno, (2019). Hubungan Antara Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Tatanan
Rumah Tangga dan Kejadian Diare Pada Balita. Volume 4, Nomor
1, Juni 2019. https://journal.uhamka.ac.id/index.php/arkesmas/article/view/3144.
Muhajir. (2007). Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Yudhistira.
https://adoc.pub/i-tinjauan-pustaka-muhajir-2007-8-menjelaskan-
bahwapendidik.html.
Notoadmojo, (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
https://kink.onesearch.id/Record/IOS3955.ai:slims-690/TOC.
(2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
https://id.scribd.com/document/378259162/Metodologi-Penelitihan-Kesehatan
Notoatmodjo.
60

(2010). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.


Jakarta: Rineka Cipta. https://www.academia.edu/45172102/Pendidikan_dan_Per
ilaku_Kesehatan_Jakarta_Rineka_Cipta_Notoatmodjo_S.
Nurfita, Desi. (2017). Faktor - Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada
Balita di Puskesmas Bululor Kota Semarang . Jurnal Kesehatan Masyarakat
http://journal.uad.ac.id/index.php/KesMas/article/view/7139.
Radhika. (2020). Hubungan tindakan cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare
pada balita di RW XI Kelurahan Sidotopo, Kecamatan Semampir,
Kota Surabaya https://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/SJKL/article/
view/878.
Rohmah, N. (2016). Hubungan antara PHBS, penggunaan air bersih, dan jamban sehat
dirumah tangga dengan kejadian diare pada balita diwilayah kerja Puskesmas
Sekardangan Kabupaten Sidoarjo https://journals.umkt.ac.id/index.php/bsr/
article/dowload/2434/1042
Soamole, Sudirman. (2018). Analisis hubungan antara faktor lingkungan dengan
kejadian diare di puskesmas siko kota ternate tahun 2017. Jurnal
hibualamo, 2, 26-36. Diakses dari
https://journal.unhena.ac.id/index.php/hibualamo/article/view/36
Setyaningsih, R., & Fitriyanti, L. (2015). Hubungan perilaku ibu dalam membersihkan
botol susu dengan kejadian diare pada bayi di Desa Sale Kecamatan Plaosan
Kabupaten Magetan (pp. 28–3). KOSALA.
http://eprints.uniska-bjm.ac.id/276/2/jurnal Higienitas Botol Susu %281%29,pdf
Simatupang M. (2004). Analisis Faktor – Faktor yang Behubungan Kejadian Diare
Pada Balita di Kota Sibolga Tahun 2003
[Universitas SumatraUtara]. https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/36083
Soamole, S. (2018). Analisis hubungan antara faktor lingkungan dengan kejadian diare
di puskesmas siko kota ternate tahun 2017 (pp. 2, 26–36). Jurnal
hibualamo. https://journal.unhena.ac.id/index.php/hibualamo/article/view/36
Sugiono, (2012). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung. Penerbit Alfa
Beta.https://www.pdfdrive.com/prof-dr-sugiyono-metode-penelitian-
kuantitatifkualitatif-dan-rd-intro-e56379944.html.
Sukardi, (2016) . Faktor- Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada
Balita Umur 5-9 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Tahun 2016.
Suriadi ,2006.
Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung Seto. https://stikessantupaulus.
ejournal.id/JWK/article/download/33/22/.
Tarigan, E. (2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi keluarga dalam
penggunaan jamban di Kota Kabanjahe tahun 2007 [Universitas
Sumatera Utara].https://media.neliti.com/media/publications/75520-ID-none.pdf
Tumelap. (2011). Kondisi bakteriologik peralatan makan dirumah makan
Jombang Tikala Manado (p. Vol.1,Pp.20-27). Kesehatan
Lingkungan.https://www.neliti.com/id/publications/104954/kondisi-
bakteriologik-peralatanmakan-di-rumah-jombang-tikala-manado
Wardani, 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Frekuensi Kejadian Diare
Pada Bayi Umur 7-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu
Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Vol1 no2. https://scholar.google.co.id/citations?
user=N2asaB4AAAAJ&hl=en.
Widiastuti, D. (2016). Hubungan faktor lingkungan dengan kejadian diare pada balita di
61

Desa Sumbang Kabupaten Bayumas tahun 2016. In Jurnal kesehatan lingkungan (p.
Hal 470-477). Jurnal kesehatan
lingkungan. http://jurnal.umb.ac.id/index.php/avicena/article/view/479/pdf
Widoyonno. (2008). Penyakit Tropis (Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, Dan

Pemberantasan).Erlangga.https://kink.onesearch.id/Record/IOS2902.YOGYA00
0000000010220
Widyastuti, P. (2005). Epidemologi. Suatu Pengantar. Edisi II Jakarta, EGC.
https://www.poltekkesbdg.info/perpustakaan/opac/index.php?
p=show_detail&id=15 829.
Wulandari A. P. (2011). Hubungan Antara Faktor Lingkungan Dan Faktor
Sosiodemografi Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Desa Bimbing,
Kecamatan
Sambirejo, Kabupaten Sragen. https://www.researchgate.net/publication/
279682720_hubungan_antara_faktor_lingkungan_dan_faktor_sosiodemografi_de
ngan_kejadian_diare_pada_balita_di_desa_blimbing_kecamatan_sambirejo_kabu
paten_sragen_tahun_2009.
62

LAMPIRAN

Lampiran 1: Sertifikat Kaji Etik


63

Lampiran 2: Lembar Persetujuan Menjadi Responden


No. Responden

Program
Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat
Universitas Nusa Cendana

PERNYATAAN KETERSEDIAANMENJADI RESPONDEN

Saya Solfina Eti Patang dari FKM Undana sedang melakukan studi tentang

faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah

kerja Puskesmas Kambata Mapabuhang, Kecamatan Kambata Mapabuhang,

Kabupaten Sumba Timur. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui faktor

apa saja yang dapat menyebabkan diare.

Oleh karena itu, saya meminta kesediaan Anak Ibu (Balita) dengan

sukarela untuk menjadi responden dalam studi ini. Diharapkan Orangtua dapat

berpartisipasi dengan mengemukakan pendapat dan pikiran dengan jujur dan apa

adanya. Jawaban yang Oarangtua berikan sangat berpengaruh penting dalam studi

ini.

Oleh karena itu apabila balita setuju untuk menjadi responden saya dalam

studi ini dimohon untuk menandatangani kolom yang telah disediakan.

Responden
64

(....................................)

Lampiran 3: Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA
BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMBATA MAPABUHANG,
KECEMATAN KAMBATA MAPABUHANG DAN KABUPATEN SUMBA TIMUR

IDENTITAS RESPONDEN
Nama Responden :
Umur Anak Balita :
Jenis Kelamin :
Alamat :
A. Kebiasaan Ibu Mencuci Tanganm Sebelum Memberi ASI
No. Pernyataan Ya Kadang-kadang Tidak

1. Apakah Ibu mrncuci tangan


sebelum memberi ASI

2. Apakah Ibu mencuci tangan dengan


sabun setelah buang air besar

3. Apakah setiap Ibu mencuci tangan


menggunakan sabun dan air

4. Apakah ibu mencuci tangan


sebelum memasakan dan
menyiapakan makanan
5. Apakah anak ibu mencuci tangan
sebelum makan makanan jajan
65

B. Tempat Penyimpanan Makanan


Pernyataan Ya Tidak
No.

1. Apakah ibu mempunyai tempat


penyimpanan makanan didalam rumah

2. Apakah keluarga mempunyai penutup


makanan (tutup saji dan lemari
makanan)
3. Apakah keluarga memisahkan makanan
yang basah dan yang
kering (Buah, Kue, Roti.Biscuit)

C. Kebiasaan Ibu Membersihkan Botol Susu Balita


1. Apakah ibu mencuci botol susu sebelum memberikan susu pada balita?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah Ibu mencuci botol menggunakan sabun?
a. Ya b. Tidak
3. Setelah ibu mencuci botol tersebut apakah ibu mengeringkan terlebih dahulu sebelum membuat
a. Ya b. Tidak
D. Ketersediaan Air Bersih
1. Apakah jenis sumber air dirumah?
a. PAM b. Air sumur c. Air sungai
No. Pernyataan Ya Kadang-kadang Tidak

1. Apakah didalam keluarga selalu


sediakan air bersih
2. Apakah didalam rumah selalu
memberi air minum isi ulang
3. Apakah keluarga berusaha
memperoleh sumber air bersih,jika
sumber air bersih tersebut jauh dari
rumah
66

E. Kepemilikan Jamban Keluarga


4. Apakah keluarga mempunyai jamban/kakus/Wcsendiri ?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah jenis jamban kakus/WCyang keluarga punya?
b. Jamban dengan tangki septic/leher angsa
c. Jamban dengan tangki septic/leher cemplung
6. Apakah jamban mempunyai lantai?
a. Ya b. Tidak
7. Berapa jarak antara sumber air bersih dengan jamban/kakus/WC?
a. ≤ 10 meter b. ≥ 10 meter

F. Pengelolaan Sampah
No. Pernyataan Ya Kadang-kadang Tidak

1. Apakah keluarga membuang sampah pada


tempatnya?
2. Sampah dibuang berdasarkan jenisnya
(organic misalnya makanan daun-daun,
kertas dan non organic misalnya plastik dan
botol)
3. Kkeluarga melakukan pemusnahan dan
pengelolaan sampah, misalnya
ditanam ,dibakar, atau dijadikan pupuk
67

Lampiran 4: Surat Ijin Penelitian


68
69
70

Lampiran 5 : Master Tabel


INISIAL JK UMUR
No. BALITA BALITA BALITA KIMT TPM KMBSB KSAB KJK PS KDB
1 AHK L 1-2 tahun 1 0 1 0 1 0 1
2 DUN L >3-4 tahun 0 0 0 0 0 0 0
3 JMM L >2-3 tahun 0 0 0 0 0 0 0
4 SKR L >3-4 tahun 1 1 1 1 1 0 1
5 IUNP L >2-3 tahun 0 0 0 0 0 0 0
6 URNT L >4-5 tahun 0 0 0 0 0 0 0
7 DUK L >3-4 tahun 0 1 1 0 1 1 1
8 MMN P 1-2 tahun 0 0 0 0 0 0 0
9 PPK L >4-5 tahun 1 1 1 0 1 0 1
10 IRJ L >3-4 tahun 0 0 0 0 0 0 0
11 RKW L >2-3 tahun 0 1 1 0 1 0 1
12 GT L >4-5 tahun 1 0 0 0 0 0 0
13 AMI P >3-4 tahun 0 1 0 1 0 0 1
14 IHI P >2-3 tahun 1 0 0 0 0 0 0
15 IWD L >3-4 tahun 1 1 1 1 1 1 1
16 FLN P 1-2 tahun 1 0 0 0 0 0 0
17 YDB P >3-4 tahun 1 1 1 1 1 1 1
18 DKA P >4-5 tahun 1 0 0 0 0 0 0
19 SRI P >2-3 tahun 1 1 1 1 1 0 1
20 SHM P >4-5 tahun 0 1 1 0 1 0 1
21 FJK P >4-5 tahun 1 0 1 1 1 1 1
22 RUH L >3-4 tahun 1 0 0 0 0 0 0
23 DR L >4-5 tahun 1 0 1 1 1 0 1
24 AUT L >2-3 tahun 1 1 0 0 0 0 0
25 JHT L >4-5 tahun 1 0 1 0 1 1 1
26 EHD L >3-4 tahun 1 1 0 0 1 0 0
27 SRD P >3-4 tahun 1 0 1 1 0 1 1
28 ATI P 1-2 tahun 0 0 0 0 0 0 0
29 MDH P >3-4 tahun 1 1 0 0 1 1 1
30 ALL P >4-5 tahun 1 0 0 0 1 0 1
31 EHN P >3-4 tahun 0 0 0 0 0 0 0
32 AGH P >2-3 tahun 1 1 1 0 1 1 1
33 IMK P >4-5 tahun 1 0 0 0 1 0 1
34 MMW P >4-5 tahun 1 0 0 0 1 0 1
35 SKA P >2-3 tahun 0 0 0 0 0 0 0
71

36 EKA P >3-4 tahun 1 0 0 0 0 0 1


37 GRN P >4-5 tahun 1 1 1 1 1 1 1
38 FUW L 1-2 tahun 0 0 0 0 0 0 0
39 SUK L >4-5 tahun 0 1 1 0 0 1 1
40 PK L >3-4 tahun 0 0 0 0 0 0 0
41 AAR P >3-4 tahun 1 0 1 0 1 0 1
42 MKA P 1-2 tahun 1 1 0 0 0 0 0
43 ALN L >4-5 tahun 0 0 0 0 0 1 0
44 JNN L 1-2 tahun 1 0 0 0 0 0 1

Lampiran 6 : Hasil Uji Univariat

Umur Balita

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1-2 Tahun 7 15.9 15.9 15.9

>2-3 Tahun 8 18.2 18.2 34.1

>3-4 Tahun 15 34.1 34.1 68.2

>4-5 Tahun 14 31.8 31.8 100.0

Total 44 100.0 100.0

Kejadian Diare

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Buruk 20 45.5 45.5 45.5

Baik 24 54.5 54.5 100.0

Total
44 100.0 100.0
72

Notes

Output Created 08-Apr-2010 10:43:19


Comments
Input Data C:\Users\UMBU\Documents\
SOLFINA10.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
44
File
Missing Value Definition of Missing User-defined missing values are treated
Handling as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with
valid data.
Syntax FREQUENCIES VARIABLES=kmt tpm
kmbs ksab kj ps kd
/GROUPED=kmt tpm kmbs ksab kj ps
kd
/ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00.062


Elapsed Time 00:00:00.265

Statistics

temppat kebiasaan
kebiasaan penyimpanan membersihkan ketersediaan kepemilikan pengelolaan kejadian
mencuci tangan makanan botol susu sarana air bersih jamban sampah diare

NValid 44 44 44 44 44 44 44

Missing 0 0 0 0 0 0 0

kebiasaan mencuci tangan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
V buruk 17 38.6 38.6 38.6
a
baik 27 61.4 61.4 100.0
li
d Total 44 100.0 100.0
73

tempat penyimpanan makanan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
V buruk 28 63.6 63.6 63.6
a
baik 16 36.4 36.4 100.0
li
d Total 44 100.0 100.0

kebiasaan membersihkan botol susu


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
V buruk 27 61.4 61.4 61.4
a
baik 17 38.6 38.6 100.0
li
d Total 44 100.0 100.0

ketersediaan sarana air bersih


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
V buruk 35 79.5 79.5 79.5
a
baik 9 20.5 20.5 100.0
li
d Total 44 100.0 100.0

kepemilikan jamban
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
V buruk 24 54.5 54.5 54.5
a
baik 20 45.5 45.5 100.0
li
d Total 44 100.0 100.0

pengelolaan sampah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
V buruk 33 75.0 75.0 75.0
a
baik 11 25.0 25.0 100.0
li
d Total 44 100.0 100.0
74

kejadian diare
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
V >3x sehari 20 45.5 45.5 45.5
a
<3x sehari 24 54.5 54.5 100.0
li
d Total 44 100.0 100.0

Lampiran 7: Hasil Uji Bivariat


Crosstabs
75

Umur Balita * Kejadian Diare Crosstabulation

Kejadian Diare

Diare Tidak Diare Total

Umur Balita 1-2 Tahun Count 5 2 7

% within Umur Balita 71.4% 28.6% 100.0%

% within Kejadian Diare 25.0% 8.3% 15.9%

% of Total 11.4% 4.5% 15.9%

>2-3 Tahun Count 5 3 8

% within Umur Balita 62.5% 37.5% 100.0%

% within Kejadian Diare 25.0% 12.5% 18.2%

% of Total 11.4% 6.8% 18.2%

>3-4 Tahun Count 6 9 15

% within Umur Balita 40.0% 60.0% 100.0%

% within Kejadian Diare 30.0% 37.5% 34.1%

% of Total 13.6% 20.5% 34.1%

>4-5 Tahun Count 4 10 14

% within Umur Balita 28.6% 71.4% 100.0%

% within Kejadian Diare 20.0% 41.7% 31.8%

% of Total 9.1% 22.7% 31.8%

Total Count 20 24 44

% within Umur Balita 45.5% 54.5% 100.0%

% within Kejadian Diare 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 45.5% 54.5% 100.0%


76

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 4.632a 3 .201

Likelihood Ratio 4.730 3 .193

Linear-by-Linear Association 4.403 1 .036

N of Valid Cases 44

a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 3.18.

Crosstabs
77

Notes

Output Created 08-Apr-2010 10:46:03

Comments

Input Data C:\Users\UMBU\Documents\


SOLFINA10.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data


44
File

Missing Value Definition of Missing User-defined missing values are treated


Handling as missing.

Cases Used Statistics for each table are based on all


the cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.

Syntax CROSSTABS
/TABLES=kmt tpm kmbs ksab kj ps BY
kd
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ CORR RISK
/CELLS=COUNT ROW COLUMN
TOTAL
/COUNT ROUND CELL.

Resources Processor Time 00:00:00.109

Elapsed Time 00:00:00.187

Dimensions Requested 2

Cells Available 174762


78

Warnings

CORR statistics are available for numeric data only.

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kebiasaan mencuci
44 100.0% 0 .0% 44 100.0%
tangan * kejadian diare

temppat penyimpanan
44 100.0% 0 .0% 44 100.0%
makanan * kejadian diare

kebiasaan membersihkan
botol susu * kejadian 44 100.0% 0 .0% 44 100.0%
diare

ketersediaan sarana air


44 100.0% 0 .0% 44 100.0%
bersih * kejadian diare

kepemilikan jamban *
44 100.0% 0 .0% 44 100.0%
kejadian diare

pengelolaan sampah *
44 100.0% 0 .0% 44 100.0%
kejadian diare

pengelolaan sampah * kejadian diare


79

Crosstab

kejadian diare

>3x sehari <3x sehari Total

pengelolaan buruk Count 19 14 33


sampah
% within pengelolaan sampah 57.6% 42.4% 100.0%

% within kejadian diare 95.0% 58.3% 75.0%

% of Total 43.2% 31.8% 75.0%

baik Count 1 10 11

% within pengelolaan sampah 9.1% 90.9% 100.0%

% within kejadian diare 5.0% 41.7% 25.0%

% of Total 2.3% 22.7% 25.0%

Total Count 20 24 44

% within pengelolaan sampah 45.5% 54.5% 100.0%

% within kejadian diare 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 45.5% 54.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 7.822a 1 .005

Continuity Correctionb 5.989 1 .014

Likelihood Ratio 8.944 1 .003

Fisher's Exact Test .006 .005

Linear-by-Linear
7.644 1 .006
Association

N of Valid Casesb 44

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,00.

b. Computed only for a 2x2 table


80

Symmetric Measures

Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Pearson's R
.422 .111 3.013 .004c
Interval

Ordinal by Spearman Correlation


.422 .111 3.013 .004c
Ordinal

N of Valid Cases 44

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for


pengelolaan sampah 13.571 1.552 118.678
(buruk / baik)

For cohort kejadian diare


6.333 .955 41.988
= >3x sehari

For cohort kejadian diare


.467 .301 .724
= <3x sehari

N of Valid Cases 44

kepemilikan jamban * kejadian diare


81

Crosstab

kejadian diare

>3x sehari <3x sehari Total

kepemilikan buruk Count 19 5 24


jamban
% within kepemilikan jamban 79.2% 20.8% 100.0%

% within kejadian diare 95.0% 20.8% 54.5%

% of Total 43.2% 11.4% 54.5%

baik Count 1 19 20

% within kepemilikan jamban 5.0% 95.0% 100.0%

% within kejadian diare 5.0% 79.2% 45.5%

% of Total 2.3% 43.2% 45.5%

Total Count 20 24 44

% within kepemilikan jamban 45.5% 54.5% 100.0%

% within kejadian diare 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 45.5% 54.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 24.203a 1 .000

Continuity Correctionb 21.304 1 .000

Likelihood Ratio 28.129 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear
23.653 1 .000
Association

N of Valid Casesb 44

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,09.

b. Computed only for a 2x2 table


82

Symmetric Measures

Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Pearson's R
.742 .094 7.166 .000c
Interval

Ordinal by Spearman Correlation


.742 .094 7.166 .000c
Ordinal

N of Valid Cases 44

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for


kepemilikan jamban 72.200 7.692 677.671
(buruk / baik)

For cohort kejadian diare


15.833 2.318 108.142
= >3x sehari

For cohort kejadian diare


.219 .100 .481
= <3x sehari

N of Valid Cases 44

ketersediaan sarana air bersih * kejadian diare


83

Crosstab

kejadian diare

>3x sehari <3x sehari Total

ketersediaan sarana air buruk Count 20 15 35


bersih
% within ketersediaan sarana
57.1% 42.9% 100.0%
air bersih

% within kejadian diare 100.0% 62.5% 79.5%

% of Total 45.5% 34.1% 79.5%

baik Count 0 9 9

% within ketersediaan sarana


.0% 100.0% 100.0%
air bersih

% within kejadian diare .0% 37.5% 20.5%

% of Total .0% 20.5% 20.5%

Total Count 20 24 44

% within ketersediaan sarana


45.5% 54.5% 100.0%
air bersih

% within kejadian diare 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 45.5% 54.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 9.429a 1 .002

Continuity Correctionb 7.265 1 .007

Likelihood Ratio 12.829 1 .000

Fisher's Exact Test .002 .002

Linear-by-Linear
9.214 1 .002
Association

N of Valid Casesb 44

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,09.

b. Computed only for a 2x2 table


84

Symmetric Measures

Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Pearson's R
.463 .082 3.384 .002c
Interval

Ordinal by Spearman Correlation


.463 .082 3.384 .002c
Ordinal

N of Valid Cases 44

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

For cohort kejadian diare


.429 .292 .628
= <3x sehari

N of Valid Cases 44

kebiasaan membersihkan botol susu * kejadian diare


85

Crosstab

kejadian diare

>3x sehari <3x sehari Total

kebiasaan buruk Count 20 7 27


membersihkan botol
% within kebiasaan
susu 74.1% 25.9% 100.0%
membersihkan botol susu

% within kejadian diare 100.0% 29.2% 61.4%

% of Total 45.5% 15.9% 61.4%

baik Count 0 17 17

% within kebiasaan
.0% 100.0% 100.0%
membersihkan botol susu

% within kejadian diare .0% 70.8% 38.6%

% of Total .0% 38.6% 38.6%

Total Count 20 24 44

% within kebiasaan
45.5% 54.5% 100.0%
membersihkan botol susu

% within kejadian diare 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 45.5% 54.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 23.086a 1 .000

Continuity Correctionb 20.195 1 .000

Likelihood Ratio 29.730 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear
22.562 1 .000
Association

N of Valid Casesb 44

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,73.

b. Computed only for a 2x2 table


86

Symmetric Measures

Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Pearson's R
.724 .082 6.809 .000c
Interval

Ordinal by Spearman Correlation


.724 .082 6.809 .000c
Ordinal

N of Valid Cases 44

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

For cohort kejadian diare


.259 .137 .490
= <3x sehari

N of Valid Cases 44

tempat penyimpanan makanan * kejadian diare


87

Crosstab

kejadian diare

>3x sehari <3x sehari Total


temppa buruk Count 17 11 28
t
% within temppat
penyim 60.7% 39.3% 100.0%
penyimpanan makanan
panan
makan % within kejadian diare 85.0% 45.8% 63.6%
an
% of Total 38.6% 25.0% 63.6%
baik Count 3 13 16
% within temppat
18.8% 81.2% 100.0%
penyimpanan makanan
% within kejadian diare 15.0% 54.2% 36.4%
% of Total 6.8% 29.5% 36.4%
Total Count 20 24 44
% within temppat
45.5% 54.5% 100.0%
penyimpanan makanan
% within kejadian diare 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 45.5% 54.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.


Value df sided) sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square 7.232a 1 .007

Continuity Correctionb 5.638 1 .018

Likelihood Ratio 7.670 1 .006

Fisher's Exact Test .011 .008

Linear-by-Linear
7.067 1 .008
Association

N of Valid Casesb 44

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,27.

b. Computed only for a 2x2 table


88

Symmetric Measures

Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Pearson's R
.405 .130 2.874 .006c
Interval

Ordinal by Spearman Correlation


.405 .130 2.874 .006c
Ordinal

N of Valid Cases 44

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for temppat


penyimpanan makanan 6.697 1.545 29.030
(buruk / baik)

For cohort kejadian diare


3.238 1.119 9.371
= >3x sehari

For cohort kejadian diare


.484 .288 .811
= <3x sehari

N of Valid Cases 44

kebiasaan mencuci tangan * kejadian diare


89

Crosstab

kejadian diare

>3x sehari <3x sehari Total


kebiasaan mencuci buruk Count 12 5 17
tangan
% within kebiasaan mencuci
70.6% 29.4% 100.0%
tangan
% within kejadian diare 60.0% 20.8% 38.6%
% of Total 27.3% 11.4% 38.6%
baik Count 8 19 27
% within kebiasaan mencuci
29.6% 70.4% 100.0%
tangan
% within kejadian diare 40.0% 79.2% 61.4%
% of Total 18.2% 43.2% 61.4%
Total Count 20 24 44
% within kebiasaan mencuci
45.5% 54.5% 100.0%
tangan
% within kejadian diare 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 45.5% 54.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 7.059a 1 .008

Continuity Correctionb 5.503 1 .019

Likelihood Ratio 7.220 1 .007

Fisher's Exact Test .013 .009

N of Valid Casesb 44

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,73.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measuresa

Value

N of Valid
44
Cases

a. Correlation statistics are


available for numeric data
only.
90

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for


kebiasaan mencuci 5.700 1.506 21.567
tangan (buruk / baik)

For cohort kejadian diare


2.382 1.235 4.597
= >3x sehari

For cohort kejadian diare


.418 .192 .908
= <3x sehari

N of Valid Cases 44
91

Lampiran 8 : Dokumen Penelitian


92

Lampiran 9 : Surat Selesai Penelitian


93
94

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Solfina Eti Patang


Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan tanggal Lahir : Lukuwingir, 10 Oktober 1999
Alamat : Jl. Bumi 1 RT 06/ RW 03, Kel
Liliba Kota Kupang

Agama : Kristen Protestan


Nama Orang Tua
1. Ayah : Kornelis Karipi Wuhi
2. Ibu : Kristina Kanora Ana
Riwayat Pendidikan
1. SD Inpres Kawangu 2 : Tamat Tahun 2011
2. SMP Negeri 1 Pandawai : Tamat Tahun 2014
3. SMA Negeri 1 Pandawai : Tamat Tahun 2017
4. FKM UNDANA : Sejak Tahun 2017-2023

Anda mungkin juga menyukai