Anda di halaman 1dari 5

JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA

VOLUME 02 No. 03 September 2013 Halaman 107 - 111


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia
Artikel Penelitian

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KESEHATAN LIBAS 2+ SEBAGAI UPAYA


MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI DI KABUPATEN SAMPANG
IMPLEMENTATION OF LIBAS 2+ POLICY AS EFFORTS TO REDUCE MATERNAL AND INFANT
MORTALITY IN SAMPANG REGENCY

Ali Imron
Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya

ABSTRACT Mengingat sudah ada kebijakan kesehatan di Kabupaten


Introduction: The issue of MDGs 4 and 5 that targets reducing Sampang melalui program LIBAS (Lima Bebas), namun program
the AKI and AKB by three-quarters between 1990 and 2015 ini perlu dimonitoring dan dievaluasi untuk memastikan
seems difficult to achieve if there are no immediate concrete implementasi kebijakan berjalan baik. Penelitian ini bertujuan
steps. Areas with the highest AKI and AKB are Sampang mengkaji implementasi program LIBAS dan mengidentifikasi
Regency. Looking at the empirical conditions, it is necessary to faktor-faktor sosial budaya yang memengaruhi implementasi
identify the factors that led to the high AKI and AKB in Sampang kebijakan tersebut.
Regency. There is an existing health policy in Sampang district Metode: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
through LIBAS (Lima Bebas) 2+, but it needs to be monitored mengambil lokasi di wilayah kerja Puskesmas Camplong,
and evaluated to ensure policy implementation went well. This Kabupaten Sampang. Informan dipilih secara purposive. Data
study aims to assess the implementation of the Libas programs penelitian dikumpulkan dengan menggunakan pengamatan
and identify socio-cultural factors that influence health policy berpartisipasi, wawancara mendalam, dan FGD. Temuan data
implementation. kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif.
Methods: This study used qualitative methods that took place Hasil: Secara sosiologis, implementasi kebijakan dalam rangka
at the Puskesmas Camplong, Sampang Regency. Informants menurunkan AKI dan AKB di Kabupaten Sampang, salah satunya
were selected purposively. The research data was collected dipengaruhi oleh kemitraan bidan dukun, terutama dalam proses
by participating observation, in-depth interviews, and focus persalinan. Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap
group discussions. The finding was analyzed using descriptive bidan tentang kesehatan mengindikasikan penguatan relasi
analysis. sosial. Program Timbang, Tensi, Tablet fe, Timbang ukuran perut,
Results: Sociologically, the implementation of policy to reduce dan Tinggi badan sangat membantu ibu hamil untuk mengontrol
AKI and AKB in Sampang Regency is one of which is influenced perkembangan kehamilannya. SMS Bayi Sehat 24 jam
by the shaman midwife partnerships, especially in the delivery berfungsi sebagai kontrol dan monitoring dalam proses
process. Increasing public confidence in midwives indicates persalinan. Meskipun demikian, secara kultural, kontruksi budaya
strengthening social relations. 5T programs (weigh, tension, tradisional Madura, terutama masyarakat bercorak pesisir
tablet Fe, weigh abdominal size, and height) is helpful to control masih mengakar kuat sehingga konstruksi pengetahuan tentang
the development of maternal pregnancy. Healthy Babies 24 kesehatan reproduksi masih lemah. Pijat dukun, jamu tradisional,
Hours SMS number serves as a control and monitoring in mitos kehamilan, dan kharismatik tokoh sentral menjadi
delivery care. Nonetheless, culturally, traditional cultural eksemplar. Relasi sosial antar aktor lokal dan dukungan aktor
construction of Madura, particularly the coastal communities, lokal juga masih lemah.
still entrenched so that the construction of knowledge about Kesimpulan: Kuatnya nilai-nilai kultur lokal dan lemahnya relasi
reproductive health is still weak. Shaman massage, herbal dan dukungan sosial dari aktor lokal mengakibatkan implementasi
medicine, pregnancy myths, and charismatic central figure program LIBAS 2+ sebagai upaya menurunkan AKI dan AKB di
are prominent. Social relation between local actors is still weak, Kabupaten Sampang belum berjalan efektif.
so is the local actors support.
Conclusion: Strong local culture values and weak social Kata Kunci: kebijakan kesehatan, LIBAS 2+, relasi sosial, kultur
relationship and support of local actors as a result of program lokal
implementation LIBAS2+ reduce AKI and AKB efforts in
Sampang Regency had not been effective. PENGANTAR
Keywords: health policy, LIBAS 2+, social relationship, local
Isu yang tidak kalah penting dalam MDGs 2015
culture adalah berkaitan dengan penurunan angka kematian
anak dan peningkatan kesehatan ibu. Isu tersebut
ABSTRAK menargetkan menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI)
Latar Belakang: Isu MDGs 4 dan 5 yang menargetkan dan Angka Kematian Bayi (AKB) hingga tiga per-
menurunkan AKI dan AKB hingga tiga perempatnya antara tahun
1990 sampai 2015 sepertinya sulit diwujudkan apabila tidak
empatnya sampai tahun 2015. Data Survei Demografi
segera dilakukan langkah-langkah konkret. Daerah dengan AKI dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2008 men-
dan AKB tertinggi adalah Kabupaten Sampang. Melihat kondisi catat, rata-rata nasional AKI adalah 228 per 100 ribu
empiris tersebut, perlu mengidentifikasi faktor-faktor yang kelahiran hidup. Sementara Laporan ADB 2009, men-
menyebabkan tingginya AKI dan AKB di Kabupaten Sampang.

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 3 September 2013 107
Ali Imron: Implementasi Kebijakan Kesehatan Libas 2+

catat angka 405 atau rata-rata 2,3 perempuan me- program KIA masih rendah, ini terbukti dengan mi-
ninggal setiap satu jam karena melahirkan. Angka nimnya alokasi anggaran program KIA. Meskipun
tersebut menjadikan peringkat Indonesia berada di pada dasarnya seluruh stakeholder setuju dan men-
bawah negara-negara Asia lainnya dalam Human dukung adanya program tersebut. Keterlibatan stake-
Development Report sampai tahun 2008. Sementara holder lokal dalam proses perencanaan dan peng-
angka kematian balita 46/1.000 kh dari target 30/ anggaran program masih kurang. Koordinasi antara
1.000 kh tahun 2010. dinas kesehatan dengan stakeholder kunci dalam
Di Propinsi Jawa Timur, Badan Pusat Statistik perencanaan dan penganggaran juga tidak berjalan
(BPS) mencatat Angka Kematian Ibu (AKI) menurun dengan baik, sehingga sering terjadi perbedaan pe-
dari 334 tiap 100.000 kelahiran hidup tahun 1997 mahaman tentang program. Selain itu, kualitas pe-
menjadi 262 setiap 100.000 tahun 2005. Sedangkan rencanaan kegiatan dinilai masih rendah, dan lemah-
Angka Kematian Bayi (AKB) menurun dari 44,64 tiap nya advokasi dari Dinas Kesehatan.
1.000 kelahiran hidup tahun 2002-2003 menjadi Daerah yang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Ang-
35,32 tiap 1.000 pada tahun 2005-2006. Penurunan ka Kematian Bayi (AKB) tertinggi di Propinsi Jawa
angka ini seharusnya tidak lantas membuat peme- Timur adalah Kabupaten Sampang. Berdasarkan da-
rintah bangga diri karena AKI dan AKB saat ini masih ta perkembangan pencapaian program kesehatan
tergolong tinggi. Upaya penurunan AKI dan AKB di ibu di Kabupaten Sampang, menunjukkan bahwa pa-
Propinsi Jawa Timur masih belum maksimal karena da tahun 2004, AKB sebanyak 40 promil meningkat
angkanya masih terlalu tinggi. Setidaknya AKI yang sampai dengan tahun 2007 sebesar 72 promil. Se-
normal adalah 70 tiap 100.000 melahirkan hidup dan dangkan Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2004
AKB 10 tiap 1.000 kelahiran hidup. sebanyak 16 promil menurun pada tahun 2006 seba-
Penelitian yang dilakukan oleh Trisnantoro3 ten- nyak 14 promil. Kondisi tersebut semakin meyakin-
tang kebijakan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka kan ketika menilik Laporan Riskesdas Tahun 2007
Kematian Bayi (AKB) menunjukkan bahwa dampak Propinsi Jawa Timur, bahwa angka prosentase balita
untuk penurunan kematian ibu tidak signifikan, yang mengalami gizi buruk di Kabupaten Sampang
bahkan diberbagai daerah ada peningkatan. Sebagai sebanyak 16%. Angka ini adalah angka tertinggi di
komplemen berbagai penelitian perlu dilakukan ren- Propinsi Jawa Timur.
cana aksi di daerah dengan pendekatan common- Kabupaten Sampang merupakan salah satu ka-
sense. Pendekatan ini mengacu pada sifat luhur bupaten dengan kondisi sosial ekonomi yang tergo-
manusia yang mampu menggunakan akal sehat dan long rendah. Terkait dengan data IPM, misalnya, pa-
naluri. Pendekatan sense making menggunakan da tahun 2008, IPM Kabupaten Sampang tercatat
langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menggunakan sebesar 55,77 dan tahun 2009 naik menjadi 58,23.
konsep-konsep universal untuk memahami masalah Sedangkan jumlah penduduk miskin di Kabupaten
yang terjadi di KIA, 2) Mengidentifikasi fakta di la- Sampang tergolong cukup tinggi. Berdasarkan data
pangan dalam level kabupaten, 3) Melakukan pema- Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009, total
haman dan pemaknaan mengenai data dengan per- penduduk Sampang adalah 864.620 jiwa dan 39,42
spektif konsep-konsep universal (sense making), 4) persennya adalah penduduk miskin atau sebesar
Melakukan usulan respons dalam kebijakan dan 340.833 jiwa. Rendahnya indikator pembangunan ini
manajemen program untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi masyarakat Ka-
terjadi, 5) Usulan respons kebijakan dan manajemen bupaten Sampang, dimana sebagian besar berprofesi
program tertuang dalam dokumen yang berisi kebi- sebagai petani dan nelayan.
jakan dan manual manajemen yang komprehensif, Kesehatan ibu sangat terkait dengan pencapaian
6) Melakukan aksi perubahan berbasis respons di seluruh target MDGs, artinya Angka Kematian Ibu
berbagai tempat secara sukarela dan dimonitor (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) adalah indi-
proses dan evaluasi dampaknya, dan 7) Melakukan kator penting dalam pembangunan. Apabila masalah
evaluasi terhadap aksi perubahan yang dilakukan AKI dan AKB tidak ditangani dengan baik, maka
untuk perbaikan kebijakan. akan terjadi lost generation. Melihat kondisi empiris
Komitmen daerah disisi lain terkadang masih tersebut, maka perlu dilakukan identifikasi terhadap
rendah dalam konteks kebijakan dalam rangka me- faktor-faktor yang menyebabkan tingginya angka AKI
nurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka dan AKB di Kabupaten Sampang. Mengingat sudah
Kematian Bayi (AKB). Hal ini setidaknya tergambar ada kebijakan kesehatan yang pernah dihasilkan Ka-
jelas dari penelitian Iswarno4 menangkap fenomena bupaten Sampang, seperti yang tertuang dalam Per-
bahwa komitmen politik pemerintah daerah terhadap aturan Bupati Sampang tentang Jaminan Kesehatan

108 Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 3 September 2013
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

Daerah (Jamkesda) dan konsep pembiayaan jaminan Pemerintah Daerah Kabupaten Sampang menyusun
persalinan melalui program Lima Bebas dan Dua program kesehatan yang disebut Lima Bebas dan
Plus (LIBAS 2+). Penelitian ini bertujuan mengkaji Dua Plus (LIBAS 2+). Lima bebas tersebut diantara-
implementasi program LIBAS 2+ dan mengiden- nya mencakup: 1) Bebas kematian ibu melahirkan,
tifikasi faktor-faktor sosial budaya yang memengaruhi 2) Bebas kematian bayi, 3) Bebas gizi buruk, 4)
implementasi program tersebut. Bebas tuberculosis (TBC), dan 5) Bebas bayi yang
tidak terimunisasi lengkap. Sedangkan 2+ terdiri dari:
BAHAN DAN CARA PENELITIAN 1) Pelayanan gratis masyarakat miskin, dan 2) Tun-
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tas penanganan kusta. Program ini telah disahkan
metode kualitatif dengan mengambil lokasi di wilayah melalui Peraturan Bupati No. 24/2011 Tentang LIBAS
kerja Puskesmas Camplong, Kabupaten Sampang. 2+ dan dibiayai oleh dana bagi hasil cukai tembakau
Data primer diperoleh melalui pengamatan berpartisi- Kabupaten Sampang tahun 2011.
pasi, wawancara mendalam, dan Focus Group Dis- Program LIBAS 2+ merupakan gerakan terinte-
cussions (FGD). Data dari teknik FGD diperoleh dari: grasi dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat
1) ibu-ibu dan kepala keluarga dengan karakteristik 2015 dengan 11 pesan kunci, antara lain: 1) Semua
berasal dari keluarga miskin, memiliki anak yang ibu hamil harus memeriksakan kehamilannya empat
masih berusia < 1 tahun, dan mempunyai/tidak mem- kali ke petugas kesehatan, 2) Semua ibu hamil ber-
punyai kartu Jamkesmas dan/atau Jampersal; dan salin ke petugas kesehatan, 3) Semua bayi lahir
2) tenaga kesehatan dilingkungan wilayah kerja diperiksa tiga kali sebelum umur 28 hari, 4) Semua
Puskesmas Camplong. Data teknik wawancara men- bayi minum ASI saja selama enam bulan, 5) Semua
dalam diperoleh dari tokoh masyarakat dan ibu/ke- bayi diimunisasi lengkap (Hepatitis B, BCG, Polio,
pala keluarga dengan kasus unik (memiliki anak/ DPT, dan Campak), 6) Semua bayi dan balita ditim-
istri yang meninggal karena persalinan). Temuan bang setiap bulan, 7) Semua bayi dan anak diperiksa
data kemudian dianalisis dengan menggunakan tumbuh kembangnya, 8) Semua bayi memiliki Akte
analisis deskriptif. Kelahiran, 9) Semua ibu bayi ikut program KB, 10)
Up date data bayi BBLR dan persiapan penanganan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN lebih dini, dan 11) Monitoring lindukun dan kemitraan.
Gambaran Umum Kecamatan Camplong,
Kabupaten Sampang Implementasi Kebijakan Kesehatan Program
Kecamatan Camplong merupakan salah satu Lima Bebas dan Dua Plus
kecamatan di wilayah Kabupaten Sampang, Madura Program LIBAS 2+ telah terlaksana sejak tahun
dengan luas wilayah 33,09 Km2. Secara administra- 2012 dengan tujuan utama untuk menurukan Angka
tif, Kecamatan Camplong terbagi dalam delapan de- Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
sa dan 38 dusun, antara lain Desa Dharma di Kabupaten Sampang yang tergolong tinggi. Se-
Camplong, Desa Tamban, Desa Prajan, Desa Tadan, cara sosiologis, implementasi kebijakan dalam rang-
Desa Banjar Talela, Desa Banjar Tabulu, Desa ka menurunkan AKI dan AKB di Sampang, salah
Madupat, dan Desa Anggersek. Jumlah penduduk satunya dipengaruhi oleh kemitraan bidan dukun,
wilayah kerja Puskesmas Camplong tahun 2011 terutama dalam proses persalinan. Pada masa lalu,
sebanyak 42.949 jiwa dengan jumlah KK sebesar perempuan Madura memang tidak memiliki banyak
11.957. Diantara jumlah penduduk tersebut, terdapat pilihan kepada siapa dan dimana mereka akan
penduduk miskin yang telah mendapatkan pelayanan melahirkan. Namun saat ini, seiring perkembangan
Jamkesmas. Berdasarkan angka statistik, masya- zaman dan terbukanya cakrawala informasi dan
rakat Kecamatan Camplong memiliki tingkat pendi- pengetahuan tentang kesehatan, ibu hamil tidak lagi
dikan yang masih rendah dengan 24% tidak pernah menjauhi tenaga medis (bidan). Saat ini ibu-ibu
sekolah dan 42% hanya tamatan SD/MI. Sedangkan Madura justru mempercayakan kesehatannya kepa-
mata pencaharian penduduk di wilayah kerja Pus- da bidan desa. Alasannya cukup seragam, menurut
kesmas Camplong didominasi oleh pekerjaan mereka, memeriksakan kehamilan dan kesehatan
sebagai petani 74% dan buruh tani 15%. ibu dan anak pada bidan lebih terjamin dan berkua-
litas dari sisi pelayanan apabila dibandingkan dengan
Seputar Program Lima Bebas dan Dua Plus dukun. Sedangkan dari sisi biaya, berobat dan me-
Salah satu diantara delapan fokus prioritas na- lahirkan di bidan desa juga tidak membutuhkan biaya
sional bidang kesehatan adalah peningkatan kese- yang besar.
hatan ibu, bayi, balita, dan KB. Sebagai upaya untuk Meningkatnya kepercayaan masyarakat terha-
mengimplementasikan prioritas tersebut, maka dap bidan desa perihal kesehatan mengindikasikan

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 3 September 2013 109
Ali Imron: Implementasi Kebijakan Kesehatan Libas 2+

adanya penguatan relasi sosial. Kuatnya relasi sosial ini tergambar dari hasil temuan yang menyatakan
akan berimplikasi pada penguatan sistem sosial, bahwa ibu-ibu hamil juga masih ada yang meman-
termasuk sistem kesehatan yang sedang bersama- fatkan peran dukun beranak untuk melakukan pijat.
sama dikonstruksi oleh berbagai stakeholder terkait Selain itu, kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh
di Kabupaten Sampang. Sistem kesehatan yang kuat ibu-ibu selama masa kehamilan dan setelah persa-
akan semakin memudahkan dalam mencapai tujuan linan adalah minum jamu tradisional, yang oleh or-
atau target-target pembangunan kesehatan, terutama ang Madura dikenal dengan sebutan Jamu Ayu atau
dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan Jamu Kandung. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari
bayi. tradisi masyarakat madura yang menganggap jamu
Program Timbang, Tensi, Tablet fe, Timbang sebagai media untuk memperlancar persalinan dan
ukuran perut, dan Tinggi badan (5T) yang dilakukan menjaga rahim tetap sehat pasca persalinan.
bidan desa pada setiap pemeriksaan kehamilan sa- Mitos-mitos tertentu tentang kehamilan juga ma-
ngat membantu ibu hamil dalam mengontrol perkem- sih mengakar kuat di kalangan ibu-ibu hamil di Sam-
bangan kehamilannya. Selain itu, dalam rangka pang. Mitos tersebut antara lain ibu hamil tidak boleh
mempercepat pencapaian program LIBAS 2+, Pe- berdiri di depan pintu, bayi yang belum berusia 40
merintah Daerah Kabupaten Sampang melalui Dinas hari tidak boleh dibawa keluar rumah karena akan
Kesehatan meluncurkan gerakan berupa SMS Bayi kerasukan setan atau barang halus lainnya. Selain
Sehat 24 jam. Kegiatan ini berfungsi sebagai kontrol itu, masih kuatnya nilai kharismatik tokoh sentral
dan monitoring dalam proses persalinan. (kiai) juga menjadi penghambat program ini. Masih
Kegiatan SMS Bayi Sehat 24 jam, semua bayi banyak ibu hamil yang mempercayai kiai dan men-
yang lahir mulai 1 Januari 2012 jam 00.00 harus dila- cari pengobatan melalui jasa kiai. Doa-doa yang
porkan ke Dinas Kesehatan via SMS dengan menge- diucapkan oleh kiai masih diyakini sebagai obat
tik: Nama Bayi, Nama Ortu, Jam dan Tanggal Lahir, yang mujarab untuk mengatasi gangguan-gangguan
Jenis Kelamin, BB, TB, Penolong Persalinan, Ala- selama kehamilan maupun pasca persalinan.
mat Bayi, dan dikirimkan ke Dinas Kesehatan BAYI Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat
SEHAT melalui nomor ponsel 087808088048. SMS Kabupaten Sampang juga menjadi kendala dalam
yang masuk akan mendapatkan balasan SMS (ada implementasi program LIBAS 2+. Kondisi ini terlihat
4 jawaban), yaitu: 1) TERIMA KASIH. Lakukan Imuni- dari rendahnya pengetahuan masyarakat tentang
sasi, KN 2 dan timbang di Posyandu setiap bulan. jaminan kesehatan, baik Jamkesmas maupun Jam-
Jangan Lupa! KB dan Akta Kelahiran (BBL), 2) TERI- persal. Masih ada beberapa masyarakat yang tidak
MA KASIH. Lakukan Imunisasi, pantau satu minggu mengetahui dan tidak bisa membedakan antara dua
lagi, KN 2 dan timbang di Posyandu setiap bulan. jaminan kesehatan ini. Ada juga kasus, warga ma-
Jangan Lupa! KB dan Akta Kelahiran (BBLR), 3) syarakat yang memiliki kartu Jamkesmas akan tetapi
TERIMA KASIH. Pantau Perawatan Tali Pusat, Laku- tidak pernah memanfaatkannya karena alasan ren-
kan Imunisasi, KN2 dan timbang di Posyandu setiap dahnya kualitas pelayanan dan kualitas obat yang
bulan. Jangan Lupa ! KB dan Akta Kelahiran (LINDU- diberikan melalui fasilitas Jamkesmas. Pembagian
KUN), dan 4) TERIMA KASIH. Pantau Perawatan kartu Jamkesmas pun belum sepenuhnya merata.
Tali Pusat, Lakukan Imunisasi, pantau satu minggu Masih ada beberapa keluarga yang memenuhi per-
lagi, KN2 dan timbang di Posyandu setiap bulan. syaratan administratif untuk mendapatkan kartu
Jangan Lupa! KB dan Akta Kelahiran (LINDUKUN Jamkesmas karena berstatus sebagai keluarga mis-
dan BBLR). kin, tetapi hingga saat ini belum memilikinya karena
Adapun manfaat yang diperoleh dari kegiatan minimnya akses terhadap pusat kekuasaan di desa
SMS Bayi Sehat 24 jam, antara lain: 1) up date dan adanya kasus salah sasaran. Antar aktor atau
sasaran bayi di posyandu, 2) meningkatkan visi elit desa cenderung ingin memenuhi hasrat pribadi-
LIBAS, 3) up date data bayi BBLR dan persiapan nya, namun kepentingan masyarakat terabaikan
penanganan lebih dini, 4) pencegahan gizi buruk, 5) Bagi tenaga kesehatan, kendala yang dihadapi
pencegahan tetanus, 6) monitoring lindukun dan terkait pemanfaatan Jamkesmas dan Jampersal
kemitraan, dan 7) penggerakan lintas sektor. adalah masalah pencairan dana untuk mengganti
Meskipun demikian, secara kultural, kontruksi biaya pemeriksaan. Hasil diskusi yang dilaksanakan
budaya tradisional Madura masih mengakar kuat dengan beberapa tenaga kesehatan menyebutkan
sehingga konstruksi pengetahuan tentang kesehatan bahwa pencairan dana sering terlambat dan peng-
reproduksi masih lemah. Setidaknya kondisi empiris adaan obat belum mencukupi.

110 Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 3 September 2013
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

KESIMPULAN DAN SARAN kuat, salah satunya melalui pembangunan sistem


Kesimpulan kesehatan yang baik.
Pada dasarnya implementasi program LIBAS
2+ telah terlaksana dengan baik. Setidaknya hal ini REFERENSI
terlihat dari telah terlaksananya kemitraan bidan 1. Litbang Kompas, Dibalik Angka Kematian Ibu,
dukun, terutama dalam proses persalinan. Kegiatan Kompas, 23 April 2010, Halaman 24.
SMS Bayi Sehat 24 jam telah berfungsi dengan 2. Ibid., Halaman 25.
baik sebagai kontrol dan monitoring dalam proses 3. Trisnantoro, L., Strategi Luar Biasa untuk Penu-
persalinan. Namun, dibalik itu, ternyata nilai-nilai runan Kematian Ibu dan Bayi, Jurnal Manajemen
kultur lokal masih begitu mengakar kuat, sedangkan Pelayanan Kesehatan; Desember 2011; 14 (4):
relasi dan dukungan sosial dari aktor lokal yang 175.
masih lemah sehingga mengakibatkan implementasi 4. Iswarno, Hasanbasri, M., Lazuardi, L., Analisis
program LIBAS 2+ sebagai upaya menurunkan AKI Untuk Penerapan Kebijakan: Analisis Stake-
dan AKB di Kabupaten Sampang belum berjalan holder Dalam Kebijakan Program Kesehatan Ibu
efektif. dan Anak di Kabupaten Kepahiang, Jurnal
Kebijakan Kesehatan Indonesia; Juni 2013; 2
Saran (2): 83-85.
Kegiatan kemitraan bidan dukun dalam proses 5. Badan Perencanaan Kabupaten Sampang, Per-
persalinan yang telah menunjukkan tren positif harus kembangan Pencapaian Hasil Program Kese-
dipertahankan dengan tetap melakukan kontrol sosial hatan Ibu dan Anak, Sampang, 2009.
secara berkesinambungan, termasuk pelaksanaan 6. Balitbangkes Depkes RI, Laporan Riset Kese-
SMS Bayi Sehat 24 Jam. Pengetahuan masyarakat hatan Dasar Tahun 2007 Provinsi Jawa Timur,
tentang pelayanan kesehatan dan jaminan kesehat- Jakarta, 2007.
an, terutama Jamkesmas dan Jampersal perlu diting- 7. Pemerintah Kabupaten Sampang, Profil Pe-
katkan dengan memperbanyak intensitas sosialisasi nanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten
sampai ke level rumah tangga-rumah tangga. Para Sampang Tahun 2011. (http://www.scribd.com/
stakeholder atau aktor lokal perlu memperkuat ko- doc/45975045/profil-PPA-2011-1, Diakses 1 Juli
hesi sosial untuk menciptakan sistem sosial yang 2012).

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 3 September 2013 111

Anda mungkin juga menyukai