DISUSUN OLEH:
KONSENTRASI GIZI
PROGRAM PASCA SARJANA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
DAFTAR ISI
Halaman
COVER ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 2
1. Tujuan Umum ................................................................... 2
2. Tujuan Khusus .................................................................. 2
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Bagaimana melakukan analisa prioritas masalah dan evaluasi program gizi
PMT-P balita gizi kurang di Puskesmas Kapasa tahun 2018
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan analisa prioritas masalah dan evaluasi program gizi PMT-P
balita gizi kurang di Puskesmas Kapasa tahun 2018
2. Tujuan Khusus
- Mengetahui prioritas masalah program gizi Puskesmas Kapasa tahun 2018
- Mengetahui capaian program gizi di Puskesmas Kapasa tahun 2018
- Mengetahui analisis masalah di Puskesmas Kapasa tahun 2018
- Mengetahui evaluasi program gizi PMT-P secara input, proses dan output
Puskesmas Kapasa tahun 2018
BAB II
GAMBARAN UMUM
1. Keadaan Geografis
Puskesmas Kapasa terletak di Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar
dengan luas wilayah kerja kira-kira 1495 M2. Wilayah kerjanya meliputi 2 Kelurahan,
yaitu Kelurahan Kapasa, yang terdiri dari 33 RT/7 RW, dan Kelurahan Kapasa Raya
terdiri dari 37 RT/7 RW.
Pemanfaatan potensi lahan dan alih fungsi lahan terjadi sedemikian rupa,
yang akan membawa pengaruh terhadap kondisi dan perkembangan sosial ekonomi
dan keamanan masyarakat. Keadaan wilayah di beberapa bagian beralih fungsi
menjadi pemukiman penduduk. Alih fungsi lahan banyak terjadi pada sektor
pemukiman dan perumahan yang menjamur beberapa tahun terakhir. Hal demikian
akan membawa pengaruh pada urbanisasi, status gizi, pola, dan jenis penyakit di
wilayah kerja Puskesmas Kapasa.
Adapun letak atau batas-batas wilayah kerja Puskesmas Kapasa sebagai
berikut :
Sebelah Utara : Kelurahan Daya Kecamatan Biringkanaya
Sebelah Barat : Kelurahan Bira & Kel. Parang Loe Kecamatan Tamalanrea
Sebelah Selatan : Kelurahan Tamalanrea Indah Kecamatan Tamalanrea
Sebelah Timur : Kelurahan Paccerakkang Kecamatan Tamalanrea
2. Visi – Misi Puskesmas Kapasa
a. Visi
Terwujudnya Puskesmas yang unggul dan menjadi pilihan masyarakat
menuju Kapasa Sehat Mandiri.
b. Misi
1) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam memberikan pelayanan
kesehatan dasar.
2) Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab kesehatan di wilayah kerja
puskesmas Kapasa.
3) Meningkatkan kemitraan baik internal maupun eksternal puskesmas.
3. Tugas pokok
Melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujun pembangunan
kesehatan di wilayah kerja dalam rangka mendukung terwujudnya Kapasa Sehat.
4. Fungsi Puskesmas
Penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) primer di tingkat pertama
diwilayahnya.
Sebagai pusat penyedia data dan informasi kesehatan di wilayah kerja.
Penyelenggara Kesehatan Perorangan (UKP) primer tingkat pertama yang
berkualitas dan beerorientasi pada pengguna layanannya.
5. Peran puskesmas
Sebagai penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas berperan sebagai penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, yang mana Puskesmas menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan
dunia usaha di wilayah kerjanya sehingga berwawasan serta mendukung
pembangunan kesehatan.
Sebagai pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka
masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki
kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat
untuk hidup sehat.
Pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambvungan.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab Puskesmas
meliputi pelayanan perorangan antara lain rawat jalan dan pelayanan kesehatan
masyarakat yang bersifat publik dan dengan tujuan utama memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
6. Kegiatan upaya perbaikan gizi di Puskesmas
a. Cakupan distribusi Vitamin A
Distribusi Vitamin A pada tahun 2018 dilakukan pada bulan Februari dan
Agustus di seluruh wilayah kerja Puskesmas Kapasa dengan sasaran utamanya
pada anak bayi dan balita, sebagai berikut :
Jumlah sasaran bayi (6–11 bulan) vitamin A sebanyak 330 bayi dan yang
mendapat vitamin A sebanyak 293 bayi dengan cakupan 89 %.
Jumlah sasaran anak balita yang mendapat vitamin A (1–5 tahun) sebanyak
666 balita dan yang mendapat vitamin A sebanyak 666 anak balita dengan
cakupan 100%.
A. Identifikasi Masalah
Proses pendefinisian masalah merupakan kegiatan yang penting dan
relevan bagi pembuat kebijakan. Dengan mengenali masalah secara spesifik,
akan memudahkan untuk menyusun langkah-langkah selanjutnya dalam
pembuatan atau analisis kebijakan. Masalah kebijakan yang strategi adalah
masalah yang memiliki dampak terkait dengan tujuan jangka panjang yang
diharapkan, keamanan, dan kelangsungan negara, serta hajat hidup dan
keselamatan banyak orang sehingga perlu segera ditanggulangi.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, secara nasional
proporsi status gizi buruk dan gizi kurang pada balita sebesar 17,7 %. Adapun
proporsi status gizi buruk dan kurang di Sulawesi Selatan sebesar 19,4%.
Sementara jumlah balita di puskesmas Kapasa berjumlah 1017 orang pada
tahun 2018. Untuk cakupan status gizi balita di puskesmas Kapasa terdiri dari:
balita gizi buruk berjumlah 15 orang (1,5%), balita gizi kurang berjumlah 53
orang (5,3%), dan balita stunting berjumlah 7 orang (0,7%). Dari hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa balita yang mengalami gizi kurang merupakan
jumlah terbanyak kasusnya di Puskesmas Kapasa tahun 2018 dibandingkan gizi
buruk dan stunting. Oleh karena itu, masalah gizi kurang menjadi prioritas
masalah yang ditetapkan oleh pihak puskesmas untuk segera ditindaklanjuti.
B. Analisis Masalah
Masalah gizi kurang menjadi prioritas masalah di Puskesmas Kapasa, hal
ini karena jumlahnya yang terbanyak dibandingkan kasus gizi buruk dan stunting.
namun tentu tidak berarti menjadikan permasalahan lainnya yang ada tidak perlu
penanganan. Masalah gizi kurang pada balita menjadi salah satu masalah besar
yang dihadapi oleh pemerintah. Balita yang masih dalam masa pertumbuhan
ketika mengalami maslaah kurang gizi tentu sangat riskan untuk mengalami gizi
buruk yang akan berakibat pada gagalnya pertumbuhan dan perkembangan.
Oleh karena itu, masalah gizi kurang pada balita harus segera diselesaikan
dengan mencapai berat badan yang optimal. Upaya untuk mencapai berat badan
yang optimal tentu peran perbaikan gizi sangat dibutuhkan. Asupan makanan
dengan adanya tambahan kalori dan protein yang tinggi bagi balita menjadi
faktor penting untuk diberikan. Bentuk pemberian makanan tambahan tinggi
kalori dan protein seperti biskuit yang menjadi kesukaan anak balita sudah cukup
tepat. Oleh karena itu, program PMT-P yang telah ditetapkan oleh pemerintah
dan dijalankan oleh pihak puskesmas sudah cukup baik. Hanya saja program
yang baik tersebut mengalami beberapa masalah salah satunya adalah
pendistribusian PMT-P. Berdasarkan data Riskesdas 2018, Proporsi balita 6-59
bulan yang mendapat makanan tambahan hanya sebesar 41% dan balita yang
mendapat PMT program sebesar 58,3%, sementara sasaran kemenkes yang
hendak dicapai sebesar 90%.
Capaian indikator kinerja dan target kegiatan perbaikan gizi tahun 2015 -
2019 adalah sebagai berikut:
Target (%)
No Indikator status gizi dan kinerja
2015 2016 2017 2018 2019
1 Persentase balita underweight 17
Persentase balita kurus yang
2 70 75 80 85 90
mendapat PMT
3 Persentase balita wasting 9,5
4 Persentase ibu hamil anemia 28
Persentase bayi dengan berat badan
5 10 10 9 9 8
lahir rendah (berat badan < 2500 gram)
Persentase bayi usia kurang dari 6
6 39 42 44 47 50
bulan mendapat ASI Eksklusif
Persentase bayi usia 6 bulan
7 39 42 44 47 50
mendapat ASI Eksklusif
Persentase ibu hamil yang
mendapatkan Tablet Tambah Darah
8 82 85 90 95 98
(TTD) minimal 90 tablet selama masa
Kehamilan
Persentase ibu hamil Kurang Energi
9 Kronik (KEK) yang mendapat makanan 13 50 65 80 95
tambahan
Persentase balita kurus yang
10 70 75 80 85 90
mendapat makanan tambahan
11 Persentase remaja puteri mendapat 10 15 20 25 30
TTD
Persentase bayi yang baru lahir
12 38 41 44 47 50
mendapat IMD
Persentase balita yang ditimbang berat
13 75 76 77 78 80
badannya
Persentase balita mempunyai buku
14 50 57 65 72 80
KIA/KMS
Persentase balita ditimbang yang naik
15 71 72 73 74 76
berat badannya
Persentase balita yang tidak naik berat
16 3 3 3 4 4
badannya dua kali berturut-turut (2T)
Persentase balita 6-59 bulan mendapat
17 80 82 84 87 90
kapsul vitamin A
Persentase ibu nifas mendapat kapsul 82 85 90 95 98
18
vitamin A
Persentase rumah tangga 80 82 84 86 90
19
mengonsumsi garam beriodium
Persentase kasus balita gizi buruk 100 100 100 100 100
20
yang mendapat perawatan
A. Kesimpulan
1. Indikator kinerja gizi yang bermasalah yaitu jumlah balita gizi buruk, balita gizi
kurang, dan persentase balita stunting.
2. Prioritas masalah dari program gizi adalah balita gizi kurang dengan
memperhatikan aspek-aspek distribusi PMT-P. Pemberian PMT-P telah
memenuhi target nasional yaitu 100%
3. Evaluasi yang dilakukan adalah pemantauan pemberian PMT-P dengan
perlunya pendampingan hingga pemantauan output dari pemberian PMT-P
pada balita sasaran.
B. Saran
1. Promosi kesehatan yang dilakukan hendaknya lebih ditekankan pada
peningkatan peran para ibu, dengan penyuluhan bersama antara petugas
dan kader kepada masyarakat tentang pentingnya pola asuh dan pola makan
yang baik bagi balita.
2. Puskesmas mendorong kader untuk aktif mendatangi ibu balita yang gizi
kurang untuk selanjutnya dianalisis penyebab masalah yang dihadapi
sehingga mampu diberikan alternatif pemecahan masalahnya
3. Petugas diharapkan bekerja secara lebih optimal dalam membina kader,
mengawasi jalannya program gizi khususnya program PMT-P
4. Meningkatkan koordinasi antara puskesmas dan kader dengan mengadakan
rapat koordinasi program untuk membahas sasaran dan target program yang
harus dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Adiyasa dkk. 2010. Evaluasi Program Pemberian MP-ASI bubuk instan dan biskuit di
Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Lombok Timur, dan Bengkulu Utara
Tahun 2007. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Vol.6. No.3, Maret : 145-155
Dinkes, 2017. Rencana kerja tahun 2018 dinkes Propinsi Sulawesi Selatan.
Lubis dkk. 2012. Analisis Implementasi Program Penanggulangan Gizi Buruk pada
Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Labuhan, Kota Medan Tahun 2008.
Penel Gizi Makan 35(1): 70-77