Anda di halaman 1dari 19

Tugas Individu

Mata Kuliah : Analisa Kebijakan Pangan dan Gizi


Dosen : DR. Dr Citrakesumasari., M,Kes

ANALISIS PRIORITAS MASALAH DAN EVALUASI PROGRAM GIZI DI


PUSKESMAS KAPASA KOTA MAKASSAR

DISUSUN OLEH:

PUTRI DWI KASIH ANGGRAINI (K012181051)

KONSENTRASI GIZI
PROGRAM PASCA SARJANA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
DAFTAR ISI
Halaman
COVER ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 2
1. Tujuan Umum ................................................................... 2
2. Tujuan Khusus .................................................................. 2

BAB II GAMBARAN UMUM


1. Keadaan geografis ............................................................... 3
2. Visi misi ................................................................................ 3
3. Tugas pokok puskesmas ..................................................... 4
4. Fungsi puskesmas ............................................................... 4
5. Peran puskesmas ............................................................... 4
6. Kegiatan upaya perbaikan gizi di Puskesmas ..................... 5
7. Data 10 Penyakit Terbesar di Puskesmas Kapasa .............. 6
8. Penyuluhan kesehatan masyarakat ..................................... 6
9. System pencatatan dan pelaporan ....................................... 6
10. Peran serta masyarakat ....................................................... 7
11. Dana/pembiayaan puskesmas ............................................. 7
12. Tenaga puskesmas .............................................................. 8

BAB III PEMBAHASAN


A. Identifikasi masalah ................................................................... 9
B. Analisis masalah........................................................................ 9
C. Evaluasi program....................................................................... 12

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ................................................................................ 16
B. Saran ......................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 17


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang masih menghadapi masalah


gizi, terutama masalah gizi kurang pada balita. Masalah gizi kurang pada balita telah
mendapat perhatian pemerintah salah satunya dengan membuat program PMT-P.
Namun, pelaksanaan program PMT-P tak terlepas dari berbagai kendala. Adiyasa
dkk (2010), menemukan banyaknya kendala dalam pelaksanaan program PMT-P,
diantaranya masalah pendataan riil balita pada keluarga miskin, terbatasnya
pengalokasian bahan dari pusat, sulitnya pemantauan petugas dalam ketepatan
konsumsi pada sasaran, adanya penolakan PMT-P, adanya keterlambatan formulir
pencatatan dan pelaporan, dan pelaksanaan program yang selalu di akhir tahun.
Selain itu, menurut Lubis dkk (2012), adanya sumber daya yang kurang, sarana dan
prasarana yang minim, pendistribusian yang tidak sesuai sasaran, pemantauan
status gizi balita yang belum sesuai standar juga merupakan kendala dalam
pelaksanaan program PMT-P.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, secara nasional
proporsi status gizi buruk dan gizi kurang pada balita sebesar 17,7 %. Adapun
proporsi status gizi buruk dan kurang di Sulawesi Selatan sebesar 19,4%. Proporsi
balita 6-59 bulan yang mendapat makanan tambahan hanya sebesar 41% dan balita
yang mendapat PMT program sebesar 58,3%, sementara sasaran kemenkes yang
hendak dicapai sebesar 90%.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan
tujuan perbaikan gizi adalah untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan
masyarakat. Mutu gizi akan tercapai antara lain melalui penyediaan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan profesional disemua institusi pelayanan kesehatan.
Salah satu pelayanan kesehatan yang penting adalah pelayanan gizi di Puskesmas
yang terdiri dari kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung dan di luar gedung.
Pelayanan gizi di dalam gedung umumnya bersifat individual, dapat berupa
pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Kegiatan di dalam gedung
juga meliputi perencanaan program pelayanan gizi yang akan dilakukan diluar
gedung. Sedangkan pelayanan gizi diluar gedung umumnya pelayanan pelaksanaan
pelayanan gizi pada kelompok dan masyarakat dalam bentuk promotif dan preventif.
Dalam rangka peningkatan status gizi anak balita gizi kurang di Puskesmas
Tamalanrea, salah satu upayanya adalah dengan mengadakan program pemberian
makanan tambahan pemulihan (PMT-P). PMT-P adalah pemberian makanan
tambahan pemulihan selama 90 hari untuk bayi dan balita gizi buruk dan gizi
kurang. Untuk mengukur keberhasilan program PMT-P anak balita diperlukan
adanya evaluasi terhadap program. Evaluasi ini perlu dilakukan dengan alasan
masih banyak ditemukan kasus gizi kurang dan untuk mengetahui kinerja pengelola
program PMT-anak balita menggunakan standar pedoman petunjuk teknis program
yang telah ditetapkan oleh Depkes sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan
untuk perbaikan pelaksanaan program PMT pada masa yang akan datang. Dengan
menelaah latar belakang di atas, maka peneliti berminat untuk menganalisa prioritas
masalah gizi dan mengevaluasi program PMT-P balita gizi kurang yang telah
terlaksana di Puskesmas Kapasa Makassar.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana melakukan analisa prioritas masalah dan evaluasi program gizi
PMT-P balita gizi kurang di Puskesmas Kapasa tahun 2018

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan analisa prioritas masalah dan evaluasi program gizi PMT-P
balita gizi kurang di Puskesmas Kapasa tahun 2018
2. Tujuan Khusus
- Mengetahui prioritas masalah program gizi Puskesmas Kapasa tahun 2018
- Mengetahui capaian program gizi di Puskesmas Kapasa tahun 2018
- Mengetahui analisis masalah di Puskesmas Kapasa tahun 2018
- Mengetahui evaluasi program gizi PMT-P secara input, proses dan output
Puskesmas Kapasa tahun 2018
BAB II
GAMBARAN UMUM
1. Keadaan Geografis
Puskesmas Kapasa terletak di Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar
dengan luas wilayah kerja kira-kira 1495 M2. Wilayah kerjanya meliputi 2 Kelurahan,
yaitu Kelurahan Kapasa, yang terdiri dari 33 RT/7 RW, dan Kelurahan Kapasa Raya
terdiri dari 37 RT/7 RW.
Pemanfaatan potensi lahan dan alih fungsi lahan terjadi sedemikian rupa,
yang akan membawa pengaruh terhadap kondisi dan perkembangan sosial ekonomi
dan keamanan masyarakat. Keadaan wilayah di beberapa bagian beralih fungsi
menjadi pemukiman penduduk. Alih fungsi lahan banyak terjadi pada sektor
pemukiman dan perumahan yang menjamur beberapa tahun terakhir. Hal demikian
akan membawa pengaruh pada urbanisasi, status gizi, pola, dan jenis penyakit di
wilayah kerja Puskesmas Kapasa.
Adapun letak atau batas-batas wilayah kerja Puskesmas Kapasa sebagai
berikut :
 Sebelah Utara : Kelurahan Daya Kecamatan Biringkanaya
 Sebelah Barat : Kelurahan Bira & Kel. Parang Loe Kecamatan Tamalanrea
 Sebelah Selatan : Kelurahan Tamalanrea Indah Kecamatan Tamalanrea
 Sebelah Timur : Kelurahan Paccerakkang Kecamatan Tamalanrea
2. Visi – Misi Puskesmas Kapasa
a. Visi
Terwujudnya Puskesmas yang unggul dan menjadi pilihan masyarakat
menuju Kapasa Sehat Mandiri.
b. Misi
1) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam memberikan pelayanan
kesehatan dasar.
2) Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab kesehatan di wilayah kerja
puskesmas Kapasa.
3) Meningkatkan kemitraan baik internal maupun eksternal puskesmas.
3. Tugas pokok
Melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujun pembangunan
kesehatan di wilayah kerja dalam rangka mendukung terwujudnya Kapasa Sehat.
4. Fungsi Puskesmas
 Penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) primer di tingkat pertama
diwilayahnya.
 Sebagai pusat penyedia data dan informasi kesehatan di wilayah kerja.
 Penyelenggara Kesehatan Perorangan (UKP) primer tingkat pertama yang
berkualitas dan beerorientasi pada pengguna layanannya.
5. Peran puskesmas
 Sebagai penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas berperan sebagai penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, yang mana Puskesmas menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan
dunia usaha di wilayah kerjanya sehingga berwawasan serta mendukung
pembangunan kesehatan.
 Sebagai pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka
masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki
kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat
untuk hidup sehat.
 Pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambvungan.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab Puskesmas
meliputi pelayanan perorangan antara lain rawat jalan dan pelayanan kesehatan
masyarakat yang bersifat publik dan dengan tujuan utama memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
6. Kegiatan upaya perbaikan gizi di Puskesmas
a. Cakupan distribusi Vitamin A
Distribusi Vitamin A pada tahun 2018 dilakukan pada bulan Februari dan
Agustus di seluruh wilayah kerja Puskesmas Kapasa dengan sasaran utamanya
pada anak bayi dan balita, sebagai berikut :
Jumlah sasaran bayi (6–11 bulan) vitamin A sebanyak 330 bayi dan yang
mendapat vitamin A sebanyak 293 bayi dengan cakupan 89 %.
Jumlah sasaran anak balita yang mendapat vitamin A (1–5 tahun) sebanyak
666 balita dan yang mendapat vitamin A sebanyak 666 anak balita dengan
cakupan 100%.

b. Cakupan distribusi tablet besi (Fe)


Pemberian tablet Fe kepada ibu hamil diharapkan dapat menanggulangi
anemia gizi pada ibu hamil. Pemberian tablet Fe kepada ibu hamil di Puskesmas
Kapasa sebanyak 383 orang (100%) bumil selama tahun 2018.

c. Penimbangan bulanan bayi dan balita

Indikator penimbangan bayi dan balita dapat diketahui dari cakupan


penimbangan dan frekuensi penimbangan bayi dan balita. Disamping itu
partisipasi masyarakat dalam kegiatan penimbangan (D/S) dan keberhasilan
program gizi (N/S) dapat dinilai sebagai salah satu indikator keberhasilan
program posyandu.

Adapun pencapaian masing-masing indikator tersebut pada puskesmas


Kapasa tahun 2018, adalah :
 Jumlah bayi (0-11 bulan) yang mempunyai KMS : 237 orang
 Rata-rata bayi yang ditimbang ke posyandu tiap bulan : 414 orang
 Jumlah Batita (1-3 tahun) yang mempunyai KMS : 237 orang
 Rata-rata Batita yang ditimbang ke posyandu perbulan : 641 orang
 Jumlah anak balita (3-5 tahun) yang mempunyai KMS : 414 orang
 Rata-rata anak balita ditimbang ke posyandu per bulan : 641 orang
 Partisipasi masyarakat dalam kegiatan penimbangan (D/S) : 62 % / 52 %
 Keberhasilan program gizi (N/D) :
 Jumlah bayi (0-11 bulan) yang status gizi buruk sebanyak 0 orang.
 Jumlah anak balita (1-5 tahun) yang status gizi buruk sebanyak 0 orang.

7. Data 10 Penyakit Terbesar di Puskesmas Kapasa Tahun 2018


No Penyakit Jumlah
1 Common Cold 1610
2 Cepalgia 597
3 Myalgia 561
4 Hypertensi 555
5 Gatritis 526
6 Bronchitis 442
7 Dipepsia 351
8 Frunkel 341
9 Pharingitis 313
10 DM 210
Sumber : Laporan Puskesmas Kapasa 2018
Jumlah Rujukan Puskesmas Kapasa ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Atas
sebanyak 900 orang.

8. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat


Penyuluhan Kesehatan Masyarakat dan penggerakan peran serta masyarakat,
berdasarkan hasil kegiatan Puskesmas Kapasa adalah sebagai berikut :
 Peran serta masyarakat melalui pembinaan dan pengembangan PKMD/
Posyandu (Jumlah Posyandu sebanyak 14 posyandu), frekuensi pembinaan
setiap posyandu 12 kali pertahun.
 Pembinaan dan bimbingan teknik kader, jumlah kader yang dilatih sebanyak 65
orang dan yang aktif sebanyak 65 orang.
 Pembinaan kerjasama lintas sektoral melalui rapat koordinasi 4 kali pertahun
9. Sistem Pencatatan Dan Pelaporan
Salah satu kegiatan dalam program pokok Puskesmas Kapasa adalah
pencatatan pokok Puskesmas, yaitu pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem
informasi kesehatan. Pelaksanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas (SP2TP) merupakan sub sistem dari sistem informasi manajemen
Puskesmas. Pencatatan yang utama adalah :
1. Kartu individu seperti : kartu rawat jalan, kartu ibu dan kartu TB
2. Register seperti kunjungan KIA, register posyandu dan sebagainya
3. Laporan kejadian KLB dan laporan bulanan sentinel
Jenis laporan dari puskesmas ke tingkat kota adalah sebagai berikut :
1. Laporan bulanan (LB 1, LB 2, LB 3 dan LB 4)
2. Laporan sentinel (LB1S dan LB2S)
3. Laporan Tahunan (LT1, LT2 dan LT3)
4. Laporan KLB dan wabah
5. Laporan lainnya menurut program yang ada petunjuk khususnya.

10. Peran serta masyarakat


Masyarakat mempunyai peranan penting dalam memelihara dan meningkatkan
diri dan lingkungannya, sementara masyarakat masih merasakan kesepakatan
untuk menunjang pembangunan kesehatan, tanggapan atau taksiran masyarakat
mengenai kewajiban dan tanggungjawabnya tentang kesehatan masih berbeda-
beda, hal ini sangat mempengaruhi keikutsertaan mereka dalam upaya kesehatan.
Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat perlu diciptakan iklim
yang memungkinkan kemampuan masyarakat untuk tumbuh dan berkembang,
untuk itu diperlukan komunikasi yang sehat antara pengembang upaya kesehatan
dengan masyarakat, tingginya peran serta masyarakat dapat diukur dengan
indikator yaitu semakin berkembangnya usaha-usaha yang dikelola oleh
masyarakat, dalam hal ini kader, misalnya ratio kader terhadap posyandu. Jumlah
posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kapasa sebanyak 14 posyandu, jumlah kader
yang aktif sebanyak 65 orang.
11. Dana/pembiayaan puskesmas
Pembiayaan kesehatan di Puskesmas Kapasa tahun 2014 berasal dari
berbagai sumber keuangan yang berbeda, secara garis besar dikelompokkan dalam
2 kelompok pembiayaan dari pemerintah.
1. APBN :
a. Biaya pembangunan meliputi :
 DIP Sektoral
 Operasional dan Pembangunan Puskesmas
 BLN (Bantuan Luar Negeri)
 Dan lain-lain
b. Biaya rutin meliputi :
 DIK
 SBBO (Subsidi Bantuan Biaya Operasional)
2. APBD Tingkat I
 Pembangunan (DIPDA I)
 Rutin (DIKDA I)
3. APBD Tingkat II
 Pembangunan (DIPDA II)
 Rutin (DIKDA II)
12. Tenaga puskesmas
Jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas Kapasa sebanyak 23
orang (PNS) dan tenaga sukarela sebanyak 16 orang dengan rincian jumlah dan
jenis tenaga kesehatan (Paramedis) serta non medis dapat dilihat pada tabel
berikut:
Situasi Sumber Daya Manusia Puskesmas Kapasa
NO Jenis Tenaga PNS Sukarela
1 Dokter Umum 3 0
2 Dokter Gigi 1 0
3 Perawat Bidan 3 0
4 Perawat 7 4
5 Bidan 1 6
6 Perawat Gigi 1 0
7 Sanitasi 1 0
8 Petugas Gizi 1 2
9 Laboran 1 1
10 Juru Imunisasi 1 0
11 Asisten Apoteker 1 1
12 Tenaga non medis 2 1
13 Kesmas 0 1
Jumlah 23 16
Sumber : Laporan kegiatan Puskesmas Kapasa 2018
BAB III
PEMBAHASAN

A. Identifikasi Masalah
Proses pendefinisian masalah merupakan kegiatan yang penting dan
relevan bagi pembuat kebijakan. Dengan mengenali masalah secara spesifik,
akan memudahkan untuk menyusun langkah-langkah selanjutnya dalam
pembuatan atau analisis kebijakan. Masalah kebijakan yang strategi adalah
masalah yang memiliki dampak terkait dengan tujuan jangka panjang yang
diharapkan, keamanan, dan kelangsungan negara, serta hajat hidup dan
keselamatan banyak orang sehingga perlu segera ditanggulangi.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, secara nasional
proporsi status gizi buruk dan gizi kurang pada balita sebesar 17,7 %. Adapun
proporsi status gizi buruk dan kurang di Sulawesi Selatan sebesar 19,4%.
Sementara jumlah balita di puskesmas Kapasa berjumlah 1017 orang pada
tahun 2018. Untuk cakupan status gizi balita di puskesmas Kapasa terdiri dari:
balita gizi buruk berjumlah 15 orang (1,5%), balita gizi kurang berjumlah 53
orang (5,3%), dan balita stunting berjumlah 7 orang (0,7%). Dari hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa balita yang mengalami gizi kurang merupakan
jumlah terbanyak kasusnya di Puskesmas Kapasa tahun 2018 dibandingkan gizi
buruk dan stunting. Oleh karena itu, masalah gizi kurang menjadi prioritas
masalah yang ditetapkan oleh pihak puskesmas untuk segera ditindaklanjuti.
B. Analisis Masalah
Masalah gizi kurang menjadi prioritas masalah di Puskesmas Kapasa, hal
ini karena jumlahnya yang terbanyak dibandingkan kasus gizi buruk dan stunting.
namun tentu tidak berarti menjadikan permasalahan lainnya yang ada tidak perlu
penanganan. Masalah gizi kurang pada balita menjadi salah satu masalah besar
yang dihadapi oleh pemerintah. Balita yang masih dalam masa pertumbuhan
ketika mengalami maslaah kurang gizi tentu sangat riskan untuk mengalami gizi
buruk yang akan berakibat pada gagalnya pertumbuhan dan perkembangan.
Oleh karena itu, masalah gizi kurang pada balita harus segera diselesaikan
dengan mencapai berat badan yang optimal. Upaya untuk mencapai berat badan
yang optimal tentu peran perbaikan gizi sangat dibutuhkan. Asupan makanan
dengan adanya tambahan kalori dan protein yang tinggi bagi balita menjadi
faktor penting untuk diberikan. Bentuk pemberian makanan tambahan tinggi
kalori dan protein seperti biskuit yang menjadi kesukaan anak balita sudah cukup
tepat. Oleh karena itu, program PMT-P yang telah ditetapkan oleh pemerintah
dan dijalankan oleh pihak puskesmas sudah cukup baik. Hanya saja program
yang baik tersebut mengalami beberapa masalah salah satunya adalah
pendistribusian PMT-P. Berdasarkan data Riskesdas 2018, Proporsi balita 6-59
bulan yang mendapat makanan tambahan hanya sebesar 41% dan balita yang
mendapat PMT program sebesar 58,3%, sementara sasaran kemenkes yang
hendak dicapai sebesar 90%.
Capaian indikator kinerja dan target kegiatan perbaikan gizi tahun 2015 -
2019 adalah sebagai berikut:
Target (%)
No Indikator status gizi dan kinerja
2015 2016 2017 2018 2019
1 Persentase balita underweight 17
Persentase balita kurus yang
2 70 75 80 85 90
mendapat PMT
3 Persentase balita wasting 9,5
4 Persentase ibu hamil anemia 28
Persentase bayi dengan berat badan
5 10 10 9 9 8
lahir rendah (berat badan < 2500 gram)
Persentase bayi usia kurang dari 6
6 39 42 44 47 50
bulan mendapat ASI Eksklusif
Persentase bayi usia 6 bulan
7 39 42 44 47 50
mendapat ASI Eksklusif
Persentase ibu hamil yang
mendapatkan Tablet Tambah Darah
8 82 85 90 95 98
(TTD) minimal 90 tablet selama masa
Kehamilan
Persentase ibu hamil Kurang Energi
9 Kronik (KEK) yang mendapat makanan 13 50 65 80 95
tambahan
Persentase balita kurus yang
10 70 75 80 85 90
mendapat makanan tambahan
11 Persentase remaja puteri mendapat 10 15 20 25 30
TTD
Persentase bayi yang baru lahir
12 38 41 44 47 50
mendapat IMD
Persentase balita yang ditimbang berat
13 75 76 77 78 80
badannya
Persentase balita mempunyai buku
14 50 57 65 72 80
KIA/KMS
Persentase balita ditimbang yang naik
15 71 72 73 74 76
berat badannya
Persentase balita yang tidak naik berat
16 3 3 3 4 4
badannya dua kali berturut-turut (2T)
Persentase balita 6-59 bulan mendapat
17 80 82 84 87 90
kapsul vitamin A
Persentase ibu nifas mendapat kapsul 82 85 90 95 98
18
vitamin A
Persentase rumah tangga 80 82 84 86 90
19
mengonsumsi garam beriodium
Persentase kasus balita gizi buruk 100 100 100 100 100
20
yang mendapat perawatan

Berdasarkan SOP pemberian PMT-P pada balita, termuat dasar hukum


sebagai berikut:
1. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Kepmenkes RI No 224/Menkes/SK/II/2007 tentang spesifikasi Teknis MP ASI
3. Kepmenkes RI No 145/Menkes/SK/I/2007 tentang Pedoman
Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan
4. Permenkes No 741/Menkes/PER/VIII/2008 tentang SPM Bidang Kesehatan
di Kabupaten/Kota
5. Permendagri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengintegrasian
Layanan Sosial Dasar di Posyandu
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Kapasa, jumlah balita
yang mendapatkan PMT-P dari APBN berupa biskuit berjumlah 75 orang
(100%). Dari data tersebut, capaian pemberian PMT-P di puskesmas Kapasa
tahun 2018 menunjukkan bahwa telah memenuhi target capaian indikator kinerja
dan target kegiatan perbaikan gizi nasional sebesar 85%. Dari sisi pencapaian
100% tersebut tentu belum menunjukkan keberhasilan mencapai tujuan, sebab
PMT-P yang telah terdistribusi ditangan ibu balita belum bias dipastikan apakah
PMT-P tersebut dikonsumsi oleh balita. Hal ini karena banyak dijumpai
dimasyarakat yang mengkonsumsi PMT-P bukanlah sasaran yaitu baliita tetapi
keluarga balita. Selain itu, jika balita telah mengkonsumsi apakah PMT-P
tersebut dihabiskan atau tidak sehingga dapat dikatakan PMT-P yang habis
dikonsumsi telah cukup untuk menambah asupan zat gizinya yang berkorelasi
dengan penambahan berat badan.
C. Evaluasi Program
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
bidang kesehatan Tahun 2005-2025, kesehatan adalah hak asasi manusia yang
fundamental. Visi dalam RPJP bidang kesehatan yaitu dapat menjamin
terlindunginya masyarakat dari berbagai risiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan dan tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu, terjangkau dan
merata. Oleh karena itu, pembangunan kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
dapat terwujud.
Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada RPJPN tahun
2025 adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, yang ditunjukkan oleh
indikator dampak, salah satunya menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita
dari 26% pada tahun 2005 menjadi 9,5% pada tahun 2025.
Strategi pembangunan kesehatan yang akan ditempuh sampai tahun
2025 diprioritaskan pada pada pemberdayaan dan kemandirian masyarakat,
serta upaya kesehatan, khususnya upaya promotif dan preventif, yang ditunjang
oleh pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan
Dalam RPJPN upaya meningkatkan derajat kesehatan dan
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, terdapat beberapa tantangan yang
dihadapi antara lain: rendahnya kualitas kesehatan penduduk yang terlihat dari
masih tingginya angka kematian bayi (AKB), angka kematian anak balita, angka
kematian ibu melahirkan, serta tingginya proporsi anak balita yang mengalami
gizi kurang. Oleh karena itu, diharapkan menjelang tahun 2025 derajat
kesehatan masyarakat akan semakin bertambah baik karena menurunnya AKB
dan AKABA, meningkatnya status gizi masyarakat, serta UHH.
Strategi pembangunan kesehatan dalam RPJMN 2015-2019 untuk
mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat yaitu:
a. Spesifik : PMT, fortifikasi, suplementasi, fokus 1.000 HPK, remaja, calon
pengantin dan ibu hamil terutama untuk keluarga miskin dan DTPK
b. Sensitif: Pangan, air minum, sanitasi, PKH, PNPM generasi, dll.
Sasaran yang ingin dicapai dalam RPJMN 2015-2019 sebagaimana
mengacu pada RPJPN adalah meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi
masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang
didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan.
Masalah kebijakan harus dapat menjawab pertanyaan bagaimana, siapa
yang terlibat, kapan, bagaimana sebaiknya permasalahan tersebut dipecahkan,
serta dimana dilaksanakan. Ketepatan pengenalan dan identifikasi masalah
strategi akan memudahkan dalam memformulasikan, implementasi, perubahan,
serta pengontrolan kebijakan. Jadi, masalah yang strategis harus
memperhatikan aspek proses, isi, dan konteks. Ketiga aspek tersebut akan
menempatkan masalah menjadi lebih mudah dianalisis dan dipecahkan melalui
kebijakan, dan pada akhirnya dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah yang ada di puskesmas
Kapasa berkaitan dengan program PMT-P dapat dievaluasi berdasarkan tabel
berikut:
Input Proses Output
1. SDM diantaranya 1. Persiapan diantaranya : 1. Ketepatan
kasie/staf gizi dinas a. Menyiapkan data jumlah sasaran yaitu
kesehatan, kepala sasaran ketepatan umur
puskesmas, tenaga b. Validasi data gizi buruk sasaran dan
pelaksana gizi dan gizi kurang ketepatan
puskesmas, dan kader c. Mengajukan kebutuhan penerima PMT
2. Petunjuk pelaksanaan PMT-P 2. Kenaikan berat
program PMT atau SOP d. Membuat rencana badan balita
pemberian PMT pemberian PMT-P sasaran untuk
3. Sarana prasarana e. Membuat menu dan melihat
diantaranya gudang bentuk makanan keberhasilan
penyimpanan, tambahan yang diberikan pelaksanaan
kendaraan f. Sosialisasi dan rapat program PMT
pengangkutan bahan koordinasi antara para Sebanyak 75
PMT. pelaksana program PMT balita yang
4. Bahan paket program mendapat PMT-P
PMT berupa makanan 2. Pelaksanaan meliputi selama 90 hari.
kemasan a. Bekerjasama dengan 3. Cakupan
5. Pendanaan kader pendamping PMT-P persentase balita
b. Kader Pendamping gizi kurang lalu
memberikan PMT-P hasilnya
kepada sasaran sesuai dibandingkan
dengan data sasaran dengan
c. Kader Pendamping persentase
mencatat konsumsi PMT- sebelumnya
P yang di konsumsi adakah
sasaran pada Form peningkatan atau
d. Kader pendamping penururan
mencatat hasil
penimbangan BB sasaran
setiap satu bulan sekali
pada Form PMT-
Pemulihan, dan form
evaluasi pemantauan
status gizi (BB & TB)
selama 3 bulan
e. Kader pendamping
melaporkan hasil kegiatan
pencatatan R1/PMT-
P/2014 dan
perkembangan berat
badan kepada petugas
gizi puskesmas setiap
satu bulan sekali selama 3
bulan
f. Petugas gizi puskesmas
merekap hasil laporan dari
kader pendamping,
melaporkan hasil distribusi
dan pemberian PMT-P
setelah 3 bulan dan
mengevaluasi
perkembangan BB
sasaran kepada Dinkes.
3. Pemantauan diantaranya
memantau pelaksanaannya,
distribusi, bagaimana
perkembangan pertumbuhan
balita serta bagaimana daya
terima balita sasaran
terhadap bahan PMT

Program PMT-P merupakan upaya spesifik yang memiliki keberhasilan


30% untuk mengatasi masalah gizi. Dibutuhkan pula upaya sensitif yang
bersinergi dengan melibatkan semua pihak baik dari sisi kesehatan lingkungan,
pangan, ekonomi, bahkan pemerintahan atau politik. Masalah gizi masih menjadi
masalah utama di Indonesia padahal anggaran yang dikeluarkan oleh
pemerintah tidak sedikit diantaranya alokasi indikatif anggaran kemenkes untuk
program bina gizi dan kesehatan ibu dan anak setiap tahun mengalami
peningkatan, khusus tahun 2019 alokasi anggaran yang disediakan sebesar 8,1
miliyar rupiah namun ternyata belum mampu menurunkan bahkan
menghilangkan masalah gizi terkhusus gizi kurang. Hal ini dapat dianalisa bahwa
belum ada komitmen yang serius bagi semua pihak pengampu kebijakan untuk
mengatasi persoalan gizi yang ada, dana yang diberikan untuk mengatasi
kesehatan lebih banyak yang digunakan untuk kepentingan pribadi atau
kelompok. Selain itu, rusaknya system politik yang ada sangat mempengaruhi
semua kebijakan yang ditetapkan di masyarakat akibatnya tidak mampu
mengatasi masalah namun semakin menambah masalah yang ada termasuk
masalah gizi yang semakin mengkhawatirkan. Oleh karena itu, bagi semua pihak
pengampu kebijakan dan masyarakat perlu dibangun kesadaran untuk
melakukan perubahan system yang mendasar yaitu dengan penerapan aturan
Islam dalam kehidupan.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil identifikasi masalah yang telah dilakukan di Puskesmas


Perumnas Antang, maka diperoleh informasi bahwa :

1. Indikator kinerja gizi yang bermasalah yaitu jumlah balita gizi buruk, balita gizi
kurang, dan persentase balita stunting.
2. Prioritas masalah dari program gizi adalah balita gizi kurang dengan
memperhatikan aspek-aspek distribusi PMT-P. Pemberian PMT-P telah
memenuhi target nasional yaitu 100%
3. Evaluasi yang dilakukan adalah pemantauan pemberian PMT-P dengan
perlunya pendampingan hingga pemantauan output dari pemberian PMT-P
pada balita sasaran.

B. Saran
1. Promosi kesehatan yang dilakukan hendaknya lebih ditekankan pada
peningkatan peran para ibu, dengan penyuluhan bersama antara petugas
dan kader kepada masyarakat tentang pentingnya pola asuh dan pola makan
yang baik bagi balita.
2. Puskesmas mendorong kader untuk aktif mendatangi ibu balita yang gizi
kurang untuk selanjutnya dianalisis penyebab masalah yang dihadapi
sehingga mampu diberikan alternatif pemecahan masalahnya
3. Petugas diharapkan bekerja secara lebih optimal dalam membina kader,
mengawasi jalannya program gizi khususnya program PMT-P
4. Meningkatkan koordinasi antara puskesmas dan kader dengan mengadakan
rapat koordinasi program untuk membahas sasaran dan target program yang
harus dicapai.
DAFTAR PUSTAKA

Adiyasa dkk. 2010. Evaluasi Program Pemberian MP-ASI bubuk instan dan biskuit di
Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Lombok Timur, dan Bengkulu Utara
Tahun 2007. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Vol.6. No.3, Maret : 145-155

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). 2014. Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Jakarta.

Dinkes, 2017. Rencana kerja tahun 2018 dinkes Propinsi Sulawesi Selatan.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018. Laporan Riset Kesehatan Dasar


2018. Jakarta: Badan litbangkes Kemenkes RI

Kemenkes. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI; 2015.

Lubis dkk. 2012. Analisis Implementasi Program Penanggulangan Gizi Buruk pada
Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Labuhan, Kota Medan Tahun 2008.
Penel Gizi Makan 35(1): 70-77

Anda mungkin juga menyukai