KESEHATAN
Monday, 20 February 2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya meningkatkan kualitas SDM seharusnya dimulai sedini mungkin sejak janin
dalam kandungan. Masa kehamilan merupakan periode yang sangat menentukan kualitas
SDM di masa depan, karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan sejak masa janin dalam
kandungan. Bila keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil baik, maka besar peluang janin
yang dikandungnya akan baik dan keselamatan ibu sewaktu melahirkan akan terjamin. Ibu
hamil adalah salah satu kelompok yang paling rawan terhadap masalah gizi. Masalah gizi
yang dialami ibu hamil sebelum atau selama kehamilan dapat mempengaruhi pertumbuhan
janin yang sedang dikandung. Masalah gizi yang dialami ibu hamil seperti kekurangan energi
kronis (KEK), anemia, dan kurang yodium (Mawaddah dan Hardinsyah, 2008).
Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru suatu periode pertumbuhan.
Kondisi kesehatan di masa lampau sekaligus keadaan kesehatan ibu saat ini merupakan
landasan suatu kehidupan baru (Bobak et al, 2004). Kehamilan menyebabkan meningkatnya
metabolisme energi. Karena itu, kebutuhan energi dan zat gizi lainnya akan meningkat dari
sebelumnya. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin. Pertambahan besarnya organ kandungan, serta perubahan komposisi
dan metabolisme tubuh ibu sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil
dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna (Rahmaniar, 2003).
Kebutuhan nutrisi selama kehamilan meningkat untuk nutrisi tertentu. Untuk
memenuhi tuntutan gizi yang tinggi selama kehamilan, seorang wanita harus hati-hati dalam
membuat pilihan makanan. Kebutuhan energi bervariasi dengan perkembangan kehamilan.
Dalam trimester pertama, wanita hamil tidak memerlukan energi tambahan, tetapi saat
kehamilan berlanjut, kebutuhan energinya meningkat. Wanita hamil membutuhkan tambahan
340 kalori setiap hari selama trimester kedua dan tambahan 450 kalori setiap hari selama
trimester ketiga (DeBruyne et al, 2008)
Kualitas bayi yang dilahirkan sangat dipengaruhi oleh keadaan gizi ibu sebelum dan
selama mengandung. Apabila status gizi ibu buruk, baik sebelum dan selama kehamilan akan
menyebabkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Selain itu akan mengakibatkan
terhambatnya pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah
terinfeksi, abortus dan sebagainya (Supariasa, 2002).
Kekurangan Energi Kronis (KEK) merupakan suatu keadaan dimana status gizi
seseorang buruk disebabkan karena kurangnya konsumsi pangan sumber energi yang
mengandung zat gizi makro yang berlangsung lama atau menahun (Rahmaniar et al,
2011)..Selanjutnya, Depkes (2002) menyatakan bahwa kurang energi kronis pada kehamilan
telah banyak diketahui memberikan dampak negatif pada ibu hamil serta kepada janin yang
dikandungnya. Salah satu dampak negatif yang sangat menonjol adalah risiko kematian ibu
saat melahirkan dan bayi lahir dengan berat badan rendah. Ibu hamil yang menderita KEK
dan anemia mempunyai risiko kesakitan yang lebih besar terutama pada trimester III
kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil normal. Akibatnya mereka mempunyai risiko
yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR, kematian saat persalinan, pendarahan,
dan pasca persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami gangguan kesehatan.
Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan
yang baru, sehingga dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan,
bahkan dapat mengganggu kelangsungan hidupnya (Adriani dan Wirjatmadi, 2012).
Nutrisi merupakan satu dari banyak faktor yang ikut mempengaruhi asil akhir
kehamilan. Status nutrisi dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktorfaktor yang membuat nutrisi
seorang wanita berisiko, seperti kemiskinan, kurang pendidikan, lingkungan yang buruk,
kebiasaan makan yang aneh, dan kondisi kesehatan yang buruk akan terus berpengaruh pada
status gizi dan pertumbuhan serta perkembangan janin. Ibu hamil dengan status gizi buruk
perlu mendapat perawatan khusus (Bobak et al, 2004).
Pendidikan merupakan salah satu ukuran yang digunakan dalam status sosial
ekonomi. Pada perempuan, semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin rendah angka
kematian bayi dan ibu (Timmreck, 2005). Dalam penelitian Kartikasari (2012) menyebutkan
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin mudah menerima konsep hidup
sehat secara mandiri, kreatif dan berkesinambungan. Lebih lanjut dikatakan bahwa
pendidikan ibu mempengaruhi status gizi ibu hamil karena tingginya tingkat pendidikan akan
ikut menentukan atau mempengaruhi mudah tidaknya seseorang menerima informasi tentang
gizi. Orang dengan pendidikan yang tinggi semakin besar peluangnya untuk mendapatkan
penghasilan yang cukup dan pada gilirannya nanti berkesempatan untuk hidup dalam
lingkungan yang baik dan sehat (Khomsan, 2006).
Selanjutnya Khomsan (2006) mengatakan bahwa perempuan yang bekerja diluar
rumah dan mendapatkan penghasilan akan meningkatkan pengaruhnya dalam alokasi
pendapatan keluarga. Pendapatan yang berasal dari perempuan berkorelasi erat dengan
semakin membaiknya derajat kesehatan keluarga. Dalam penelitian Hermawan (2006)
menunjukkan bahwa tingkat pendapatan mempunyai hubungan yang nyata positif dengan
status gizi ibu hamil. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendapatan, maka status gizi ibu
hamil semakin baik. Kekurangan gizi bisa terjadi akibat ketidaktahuan. Seseorang mudah
akses pangannya bisa saja memilih makanan yang kurang atau tidak bergizi karena
ketidaktahuannya. Tingkat pengetahuan gizi seseorang akan berpengaruh terhadap sikap dan
perilaku dalam pemilihan makanan. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan ibu yang baik
mengenai gizi dan kesehatan agar kebutuhan gizi selama hamil bisa terpenuhi (Mawaddah
dan Hardinsyah,2008).
Prevalensi wanita yang mengalami KEK adalah 15 – 47% di hampir semua negara
khususnya negara-negara berkembang seperti Bangladesh, India, Indonesia, Myanmar,
Nepal, Srilangka dan Thailand. Hal ini terjadi karena sebagian besar wanita yang mengalami
kekurangan energi disebabkan kurangnya asupan makanan yang dikonsumsi tidak sesuai
dengan kebutuhan mereka (WHO, 1997). Jika dipertimbangkan dalam perspektif global,
pencegahan kekurangan energi kronis di kalangan perempuan di Negara-negara berkembang
harus diberi prioritas tinggi (Shaheen dan Lindholm, 2006). Di Indonesia berdasarkan data
Riskesdas (Kemenkes, 2013) prevalensi ibu hamil yang mengalami KEK sebesar 24,2 %.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk melihat
hubungan tingkat sosial ekonomi dengan kejadian kurang energi kronis pada ibu hamil di
Kabupaten Bantul, Kecamatan Sedayu.
1.3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat sosial ekonomi dengan kejadian Kurang Energi
Kronis (KEK) ibu hamil di Desa Silang jana, Kabupaten Buleleng.
2. Tujuan Khusus
a. Pengertian kekurangan energi kronik (KEK)
b. Pengertian etiologi KEK
c. Pengertian lingkar lengkar atas
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekurangan energi kronik (KEK)?
e. Pemberian gizi pada ibu hamil
f. Cara penilaian status gizi ibu hamil
g. Pengertian gizi untuk tumbuh kembang janin
h. Kepentingan gizi saat hamil
i. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian KEK
j. Tinjauan kasus dan pembahasan pada pasien KEK
1.4. Manfaat
1. Bagi Dinas Kesehatan Buleleng.
Memberikan informasi tentang hubungan antara tingkat sosial ekonomi dengan kejadian
KEK Ibu hamil berdasarkan pengukuran LILA sehingga dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan penanggulangan masalah gizi ibu hamil serta sebagai masukan bagi
perencanaan program gizi dalam penyusunan kebijakkan program gizi yang akan datang.
2. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi tentang hubungan antara tingkat sosial ekonomi dengan kejadian
KEK ibu hamil. Khususnya kepada ibu hamil itu sendiri serta pada perempuan seluruhnya
untuk bisa lebih memperhatikan kesehatannya pada masa kehamilan nanti.
3. Bagi Peneliti lain.
Menambah wacana dan keilmuan gizi bagi mahasiswa gizi pada umumnya dan bagi peneliti
pada khususnya serta dapat dijadikan salah satu referensi untuk studi lebih lanjut bagi para
peneliti lain yang tertarik pada masalah KEK pada ibu hamil yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Etiologi
Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis
zat gizi yang dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh
kekurangan zat gizi antara lain: jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang, mutunya
rendah atau keduanya. Zat gizi yang dikonsumsi juga mungkin gagal untuk
diserap dan digunakan untuk tubuh (Helena, 2013).
Akibat KEK saat kehamilan dapat berakibat pada ibu maupun janin yang
dikandungnya yaitu meliputi:
a. Akibat KEK pada ibu hamil yaitu :
1) Terus menerus merasa letih
2) Kesemutan
3) Muka tampak pucat
4) Kesulitan sewaktu melahirkan
5) Air susu yang keluar tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi, sehingga bayi
akan kekurangan air susu ibu pada waktu menyusui.
b. Akibat KEK saat kehamilan terhadap janin yang dikandung antara lain :
1) Keguguran
2) Pertumbuhan janin terganggu hingga bayi lahir dengan berat lahir rendah
(BBLR)
3) Perkembangan otak janin terlambat, hingga kemungkinan nantinya
kecerdasaan anak kurang, bayi lahir sebelum waktunya (Prematur)
4) Kematian bayi (Helena, 2013).
3) Beban kerja/Aktifitas
Aktifitas dan gerakan seseorang berbeda-beda, seorang dengan gerak
yang otomatis memerlukan energi yang lebih besar dari pada mereka yang
hanya duduk diam saja. Setiap aktifitas memerlukan energi, maka apabila
semakin banyak aktifitas yang dilakukan, energi yang dibutuhkan juga semakin
banyak. Namun pada seorang ibu hamil kebutuhan zat gizi berbeda karena zat-
zat gizi yang dikonsumsi selain untuk aktifitas/ kerja zat-zat gizi juga digunakan
untuk perkembangan janin yang ada dikandungan ibu hamil tersebut. Kebutuhan
energi rata-rata pada saat hamil dapat ditentukan sebesar 203 sampai 263
kkal/hari, yang mengasumsikan pertambahan berat badan 10-12 kg dan tidak
ada perubahan tingkat kegiatan.
4) Penyakit /infeksi
Malnutrisi dapat mempermudah tubuh terkena penyakit infeksi dan juga
infeksi akan mempermudah status gizi dan mempercepat malnutrisi,
mekanismenya yaitu :
a) Penurunan asupan gizi akibat kurang nafsu makan, menurunnya absorbsi dan
kebiasaan mengurangi makanan pada waktu sakit.
b) Peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat diare, mual, muntah dan
perdarahan yang terus menerus.
c) Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit atau
parasit yang terdapat pada tubuh.
5) Pengetahuan ibu tentang Gizi
Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan,
sikap terhadap makanan dan praktek/ perilaku pengetahuan tentang nutrisi
melandasi pemilihan makanan. Pendidikan formal dari ibu rumah tangga sering
kali mempunyai asosiasi yang positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi
makanan dalam keluarga. Beberapa studi menunjukkan bahwa jika tingkat
pendidikan dari ibu meningkat maka pengetahuan nutrisi dan praktek nutrisi
bartambah baik. Usaha-usaha untuk memilih makanan yang bernilai nutrisi
semakin meningkat, ibu-ibu rumah tangga yang mempunyai pengetahuan nutrisi
akan memilih makanan yang lebih bergizi dari pada yang kurang bergizi.
6) Pendapatan keluarga
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas
makanan. Pada rumah tangga berpendapatan rendah, sebanyak 60 persen
hingga 80 persen dari pendapatan riilnya dibelanjakan untuk membeli makanan.
Artinya pendapatan tersebut 70-80 persen energi dipenuhi oleh karbohidrat
(beras dan penggantinya) dan hanya 20 persen dipenuhi oleh sumber energy
lainnya seperti lemak dan protein. Pendapatan yang meningkat akan
menyebabkan semakin besarnya total pengeluaran termasuk besarnya
pengeluaran untuk pangan.
7) Pemerkaan Kehamian ( Perawatan Ante Natal)
Dalam memantau status gizi ibu hamil, seorang ibu harus melakukan
kunjungan ketenaga kesehatan. Karena pemeriksaan kenaikan berat badan perlu
dilakukan dengan teliti, jangan sampai wanita hamil terlalu gemuk untuk
menghindarkan kesulitan melahirkan dan bahkan jangan terlalu kurus karena
dapat membahayakan keselamatan dirinya dan janin yang dikandungannya
(Sjahmien Moehji, 2003)
c. Protein
Pembentukan jaringan baru dari janin dan untuk tubuh ibu dibutukan
protein sebesa 910 gram dalam 6 bullan terakhir kehamilan. Dibutuhkan
tambahan 12 gram protein sehari untuk ibu hamil.
d. Zat besi (FE)
Pemberian suplemen tablet tambah darah atau zat besi secara rutin
adalah untuk membangun cadangan besi, sintesa sel darah merah, dan sinesa
darah otot. Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan
kebutuhan zat besi. Jumlah zat besi yang diperlukan ibu untuk mencegah anemia
akibat meningkatnya volume darah adalah 500 mg.
e. Kalsium
Untuk pembentukan tulang dan gigi bayi. Kebutuhan kalsium ibu hamil
adalah sebesar 500 mg sehari.
f. Pemberian suplemen vitamin
Vitamin D terutama pada kelompok beresiko penyakit seksual dan di
negara dengan musim dingin yang panjang
g. Pemberian yodium pada daerah dengan endemic kretinisme
(Kusmiyati, 2008)
2.9.2 Pendapatan
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas
makanan. Pada rumah tangga berpendapatan rendah, sebanyak 60 persen
hingga 80 persen dari pendapatan riilnya dibelanjakan untuk membeli makanan.
Artinya pendapatan tersebut 70-80 persen energi dipenuhi oleh karbohidrat
(beras dan penggantinya) dan hanya 20 persen dipenuhi oleh sumber energy
lainnya seperti lemak dan protein. Pendapatan yang meningkat akan
menyebabkan semakin besarnya total pengeluaran termasuk besarnya
pengeluaran untuk pangan (Djamilah, 2008).
Hasil penelitian Sadli (2011) tentang Hubungan Pengetahuan,
Penghasilan Keluarga Dan Budaya Dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronis
Pada Ibu Hamil didapatkan bahwa 67,2% responden mempunyai pengetahuan
yang baik, 67,2% berpenghasilan < Rp. 450.000,-, 50,7% budaya responden baik
dan 37,3% mengalami KEK. Didapatkan kesimpulan ada hubungan antara
pengetahuan, penghasilan dan budaya dengan kejadian KEK.
Ketersediaan pangan artinya pangan tersedia dalam jumlah yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga baik jumlah, mutu, dan
keamanannya. Ketersediaan pangan mencakup kualitas dan kuantitas bahan
pangan untuk memenuhi standart energy bagi individu agar mampu menjalankan
aktifitas sehari-hari (Dinkes Propsu, 2006).
Upah Minimum Provinsi (disingkat UMP) adalah upah minimum yang
berlaku untuk seluruh kabupaten/kota di satu provinsi. Dahulu Upah Minimum
Provinsi dikenal dengan istilah Upah Minimum Regional Tingkat I. Dasar hukum
penetapan UMP adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor 7 Tahun 2013 tentang Upah Minimum. UMP ditetapkan oleh gubernur
dengan memperhatikan rekomendasi Dewan Pengupahan Provinsi. Untujk
daerah Provinsi Aceh upah minimum tahun 2014 sebanyak Rp 1,750,000 (UMP,
2014).
Ekonomi juga selalu menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan yang
sehat. Keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya
secara rutin, merencanakan persalinan di tenaga esehatan dan melakukan
persiapan lainnya dengan baik. Namun dengan adanya perencanaan yang baik
sejak awal, membuat tabungan persalinan, kehamilan dan proses persalinan pun
dapat berjalan dengan baik (Maulana, 2008).
c. Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, Ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin
e. Mempersiapkan peran Ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal (Saifuddin, dkk., 2002).
Keuntungan Antenatal Care Dapat mengetahui berbagai resiko dan
komplikasi hamil sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan
kerumah sakit. (Manuaba,1998)
Fungsi Antenatal Care adalah :
a. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas pendidikan
b. Melakukan screening, identifikasi dengan wanita dengan kehamilan resiko tinggi
dan merujuk bila perlu.
c. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan menangani
masalah yang terjadi. Cara Pelayanan Antenatal Care Cara pelayanan antenatal,
disesuaikan dengan standar pelayanan antenatal menurut Depkes RI yang terdiri
dari :
a. Kunjungan Pertama
1) Catat identitas ibu hamil
2) Catat kehamilan sekarang
3) Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
4) Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan
5) Pemeriksaan fisik diagnostic dan laboratorium
6) Pemeriksaan obstetric
7) Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
8) Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin, dan mineral lainnya
serta obat-obatan khusus atas indikasi.
9) Penyuluhan/konseling.
b. Jadwal Kunjungan Ibu Hamil Setiap wanita hamil menghadapi resiko
komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, wanita hamil
memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal:
1) Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu).
2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 – 28).
3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 – 36 dan sesudah
minggu ke 36) (Saifudin, dkk.,2002).
Pada setiap kunjungan antenatal, perlu didapatkan informasi yang sangat
penting.
a. Trimester pertama sebelum minggu ke 14
1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.
2) Mendeteksi masalah dan menanganinya
3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia
kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan
4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi
5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan
sebagainya
b. Trimester kedua sebelum minggu ke 28 Sama seperti diatas, ditambah
kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang gejala – gejala
preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk apakah ada
kehamilan ganda.
c. Trimester ketiga antara minggu 28-36 Sama seperti diatas, ditambah palpasi
abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda.
d. Trimester ketiga setelah 36 minggu Sama seperti diatas, ditambah deteksi
letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di
rumah sakit (Saifuddin, dkk., 2002)
Tinjauan Tentang Kunjungan Ibu Hamil Kontak ibu hamil dan petugas
yang memberikan pelayanan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan, istilah
kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang ke fasilitas tetapi
dapat juga sebaliknya, yaitu ibu hamil yang dikunjungi oleh petugas kesehatan
(Depkes RI, 1997:57).
Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “7 T”
a. (Timbang) berat badan
b. Ukur (Tekanan) darah
c. Ukur (Tinggi) fundus uteri
d. Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid)
e. Pemberian (Tablet) zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
f. (Tes) terhadap penyakit menular sexual
g. (Temu) wicara dalam rangka persiapan rujukan. (Saifudin, 2002)
b. HPL
19 november 2017
c. Gerakan Janin
Ibu mengatakan sudah merasakan gerakan janin
d. Vitamin / jamu yang dikomsumsi
Ibu mengatakan mengkonsumsi vitamin dari bidan
e. Keluhan keluhan pada
Trimester I : Ibu mengatakan mual muntah dan pusing
Trimester II : Ibu mengatakan sering pusing, badan lemas, nafsu
makan berkurang, dan cepat lelah saat beraktifitas.
f. ANC : 2 kali, di bidan
g. Penyuluhan yang pernah didapat
Ibu mengatakan pernah mendapat penyuluhan tentang tablet Fe di bidan.
h. Imunisasi TT
Ibu mengatakan pernah imunisasi TT satu kali pada saat sebelum menikah
i. Kekhawatiran khusus
Ibu mengatakan cemas dengan kehamilannya
4. Riwayat penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakan merasakan pusing, badan lemas dan cepat lelah.
b. Riwayat Penyakit Sistematik
1) Jantung
Ibu mengataka tidak berdebar debar pada dada kiri dan tidak mudah lelah
saat beraktifitas.
2) Ginjal
Ibu mengatakan tidak pernah merasa sakit perut bagian bawah dan tidak merasa sakit
saat berkemih.
3) Asma
Ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas.
4) TBC
Ibu mengatakan tidak pernah batuk yang berkepanjangan lebih dari 2 minggu.
5) Hepatitis
Ibu mengatakan kuku, mata, kulit tidak terlihat kuning dan urine berwarna kuning.
6) DM
Ibu mengatakan tidak mudah lapar, haus dan tidak sering BAK dimalam hari.
7) Hipertensi
Ibu mengatakan tidak pernah tensinya lebih dari 140/90 mmHg.
8) Epilepsi
Ibu mengatakan tidak pernah merasakan kejang sampai keluar busa dari mulut.
9) Lain lain
Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit lain seperti HIV/AIDS atau PMS
c. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan keluarganya ataupun keluarga suaminya tidak ada riwayat penyakit
menurun (hipertensi, DM, hepatitis) dan menular (hepatitis, TBC)
d. Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan keluarganya ataupun keluarga suaminya tidak ada riwayat keturunan
kembar.
e. Riwayat operasi
Ibu mengatakan belum pernah melakukan operasi apapun.
5. Riwayat perkawinan
a. Status pernikahan : Sah, Kawin : Satu kali
b. Kawin I : Umur 21 tahun dengan suami umur 24 tahun. Lamanya 1 tahun.
6. Riwayat Keluarga Berencana
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun
7. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Tidak ada karena pasien hamil pertama kali
8. Pola Kebutuhan Sehari-hari
a. Nutrisi
1) Sebelum hamil : Ibu mengatakan makan 3 kali sehari porsi sedang nasi, lauk tahu, tempe dan
sayur. Minum air putih 6-7 gelas sehari
2) Selama hamil : Ibu mengatakan makan 3 kali sehari porsi kecil dikarenakan adanya rasa mual
dan muntah, menu nasi ½ piring, lauk tahu tempe, dan sayur. Minum 7-8 gelas sehari
b. Pola eliminasi
1) Sebelum hamil : Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari. BAK 3- 4 kali sehari konsistensi feses
lembek,warna urine kuning jernih.
2) Selama hamil : Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari. BAK 5- 6 kali sehari konsistensi feses
lembek,warna urine kuning jernih.
c. Aktifitas
1) Sebelum hamil : Ibu mengatakan mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendirian.
2) Selama hamil : Ibu mengatakan pekerjaan rumah dibantu dengan suami.
d. Istirahat/Tidur
1) Sebelum hamil : Ibu mengatakan tidur siang ± 1 jam. Tidur malam ±8-9 jam
2) Selama hamil : Ibu mengatakan kadang tidur siang ±1 jam. Tidur malam ±7-8 jam.
e. Pola seksualitas
1) Sebelum hamil : Ibu mengatakan 2 kali dalam seminggu dan tidak ada keluhan.
2) Selama hamil : Ibu mengatakan 1 kali dalam seminggu dan tidak ada keluhan.
f. Personal Hygiene
1) Sebelum hamil : Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, ganti pakaian
dalam 2 kali sehari.
2) Selama hamil : Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, ganti pakaian
dalam 2 kali sehari.
g. Psikososial budaya
1) Perasaan tentang kehamilan ini : Ibu mengatakan senang dan cemas dengan keadaan yang
dialami.
2) Kehamilan ini direncanakan/tidak : Ibu mengatakan direncanakan
3) Jenis kelamin yang diharapkan : Ibu mengatakan laki-laki dan perempuan sama saja.
4) Dukungan keluarga terhadap kehamilan ini : Ibu mengatakan sangat mendukung
5) Keluarga yang tinggal serumah : Ibu mengatakan tinggal sendiri dengan suami.
6) Pantangan makanan : Ibu mengatakan tidak ada pantangan makanan apapun.
7) Kebiasaan adat istiadat dalam kehamilan : Ibu mengatakan mitoni pada kehamilan.
h. Penggunaan obat-obatan/rokok
Ibu mengatakan ibu dan suami tidak menggunakan obat-obatan dan tidak merokok.
d. Ektremitas
1) Atas : Lengkap, jari tangan kanan dan kiri
2) Bawah
a) Varices : Tidak ada
b) Oedema : Tidak ada
c) Reflek Patella : Tidak dilakukan
d) Kuku : Bersih, berwarna merah muda
V. PERENCANAAN
Tanggal: 13 september 2017 Pukul: 09.30. WIB
1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
2. Beri pendidikan kesehatan tentang ibu hamil dengan kekurangan energy kronis.
3. Beri pendidikan tentang gizi ibu hamil.
4. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup, yaitu : malam 8 jam dan siang 1-2 jam.
5. Anjurkan ibu untuk rutin melakukan pemeriksaan ke bidan.
6. Beri tablet Fe 500 mg 1 x 1, vit C 250 mg 1 x 1, Kalk 250 mg 1 x 1 tablet dan beritahu cara
minumnya.
7. Beri ibu makanan tambahan berupa susu ibu hamil
8. Beritahu ibu akan dilakukan kunjungan rumah 1 minggu lagi.
VI. PELAKSANAAN
Tanggal : 13 september 2017 Pukul:09.30WIB
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pemeriksaan Lingkar
Lengan Atas = 22,2 cm dan memberitahu ibu bahwa ibu mengalami Kekurangan Energi
Kronis.
2. Memberi pendidikan kesehatan tentang ibu hamil dengan kekurangan energi kronis, yaitu
keadaan dimana seorang wanita yang kekurangan energi kronis yang sudahberlangsung lama
atau menahun. Untuk dapat mengetahui KEK dpat dilakukan pengukuran LILA, dan bila
LILA kurang dari 23,5 berarti wanita itu mengalami KEK.
3. Memberi pendidikan tentang gizi ibu hamil dimana wanita memerlukan berbagai unsur gizi
yang jauh lebih banyak daripada yangdiperlukan dalam kedaan yang tidak hamil. Pemenuhan
gizi pada ibu hamil dengan prinsip menu seimbang yaitu meliputi karbohidrat (gandum,
beras, kentang, singkong), Protein (daging sapi, ayam, telur, susu, tempe), serat (sayur dan
buah-buahan), vitamin (vitamin A, B, C, dan D, mineral kalsium, Fosfor, Fe), Cairan ( 2,5 – 3
Liter sehari).
4. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup, yaitu : malam 8 jam dan siang 1-2 jam dan mengurangi
kerja yang berat seperti mencuci atau ngepel.
5. Menganjurkan ibu untuk rutin melakukan pemeriksaan ke bidan.
6. Memberi tablet Fe 500 mg 1 x 1, vit C 250 mg 1 x 1, Kalk 250 mg 1 x 1 sebanyak 10 tablet.
Cara minumnya tablet Fe diminum bersamaan dengan Vit C agar mempercepat penyerapan
dan diminum terpisah dengan Kalk dan juga hindari diminum bersamaan dengan kopi, teh
atau susu.
7. Beri ibu makanan tambahan berupa susu hamil
8. Beritahu ibu akan dilakukan kunjungan rumah 1 minggu lagi.
VII. EVALUASI
Tanggal: 13 september 2017 Pukul:09.30 WIB
1. Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaannya
2. Ibu telah mengerti dan paham tentang pendidikan kesehatan ibu hamil dengan kekurangan
energi kronis.
3. Ibu telah mengerti dan paham tentang pendidikan kesehatan gizi ibu hamil.
4. Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup dan tidak bekerja terlalu berat.
5. Ibu bersedia untuk rutin melakukan pemeriksaan ke bidan.
6. Ibu bersedia minum obat yang telah diberikan dengan teratur.
7. Ibu telah diberikan makanan tambahan berupa susu hamil.
9. Ibu sudah mengetahui bahwa akan dilakukan kunjungan rumah 1 minggu
lagi.
CATATAN PERKEMBANGAN I
Tanggal: 20 Oktober 2016 Pukul:14.30WIB
S:
1. Ibu mengatakan rasa pusingnya sudah berkurang
2. Ibu mengatakan sudah minum obat yang diberikan bidan.
3. Ibu mengatakan lemas sudah berkurang
/4. Ibu mengatakan sudah meminum susu yang diberikan.
5. Ibu mengatakan sudah makan sesuai menu gizi seimbang 4 x sehari dengan porsi sedang
menu nasi ½ piring, lauk tahu, tempe dan ikan, minum ±7 gelas air putih dan 1 gelas susu.
6. Ibu mengatakan cemas dengan keadaan kehamilanya.
O:
KU : Sedang
Kesadaran : Compos mentis
TTV
TD :100/70 mmHg R : 20x/menit
N : 80 x/menit S : 360C
LILA : 22,5 cm
BB : 44 kg
Hb : 11 gr%
Inspeksi
1. Rambut : Kusam, tidak mudah rontok.
2. Muka : Tidak pucat.
3. Mata : Conjungtiva merah muda, sklera putih.
Palpasi
1. Kontraksi : Tidak ada kontraksi
2. Leopold I : TFU setinggi pusat, bagian fundus teraba bulat, lunak,
tidak melenting (bokong)
3. Leopold II
Kanan :Teraba bagian keras memanjang seperti
papan (punggung).
Kiri : Teraba bagian kecil-kecil janin (ekstermitas)
4. Leopold III :Bagian terbawah janin teraba bulat, keras, dan
melenting (kepala).
5. Leopold IV : Bagian terbawah janin belum masuk panggul.
6. TFU Mc Donald : 25 cm.
7. TBJ : TFU-12x155 (25-12)x155=2015 gram.
A:
Ny. D umur 22 tahun, G1P0A0 hamil 26+6 minggu, janin tunggal, hidup, intra uteri,
letak memanjang, punggung kanan, presentasi kepala, bagian terbawah janin belum masuk
panggul dengan Kekurangan Energi Kronis.
P:
Tanggal: 20 Oktober 2016 Pukul:15.00 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemerikaan
2. LILA : 22,5 cm dan memberitahu ibu bahwa ibu masih menderita
KEK LILA ibu masih kurang dari 23,5 cm.
3. Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi ibu hamil dengan nutrisi gizi
seimbang.
4. Menganjurkan ibu untuk tetap tidak bekerja yang terlalu berat.
5. Memberi obat Fe 500 mg 1 x 1, Kalk 250 mg 1 x 1, Vit C 250 mg 1 x 1 10 tablet (masih
sisa 3 tablet) dan menganjurkan ibu untuk meminumnya teratur.
6. Memberi nutrisi susu hamil pada ibu dan ibu bersedia untuk meminum susu teratur.
7. Memberiahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah 1 minggu lagi.
Evaluasi
Tanggal: 20 Oktober 2016 Pukul:15.15 WIB
1. Ibu dan keluarga telah diberitahu kondisi dan keadaan ibu saat ini
KU : Sedang
TTV
TD : 100/70 mmHg R : 20x/menit
N : 80x/menit
S : 360C
LILA : 22,5 cm
2. Ibu bersedia untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi ibu hamil dengan nutrisi gizi seimbang.
3. Ibu bersedia untuk tetap tidak bekerja yang terlalu berat.
4. Ibu bersedia umtuk minum obat secara teratur Fe 500 mg 1 x 1, Kalk 250 mg 1 x 1, Vit C 250
mg 1 x 1 10 tablet dan menganjurkan ibu untuk meminumnya teratur.
5. Ibu bersedia untuk memenuhi nutrisinya dengan minum susu hamil dan ibu bersedia untuk
meminum susu teratur.
6. Ibu telah mengetahui bahwa akan dilakukan kunjungan rumah 1 minggu lagi.
CATATAN PERKEMBANGAN II
Tanggal: 23 Oktober 2016 Pukul:14.00WIB
S:
1. Ibu mengatakan rasa pusingnya sudah berkurang
2. Ibu mengatakan selalu minum obat yang diberikan bidan dengan teratur.
3. Ibu mengatakan lemas sudah berkurang
4. Ibu mengatakan sudah meminum susu yang diberikan.
5. Ibu mengatakan nafsu makanya sudah bertanbah makan 3 kali sehari dengan porsi sedang
6. Ibu mengatakan sudah tidak terlalu cemas dengan kehamilanya.
O:
KU : Sedang
Kesadaran : Compos mentis
TTV
TD : 100/80 mmHg R : 20x/menit
N : 90 x/menit S : 36,50C
LILA : 23 cm
BB : 45 kg
Inspeksi
1. Rambut : Bersih, tidak mudah rontok.
2. Muka : Tidak pucat.
3. Mata : Conjungtiva merah muda sklera putih.
Palpasi
1. Kontraksi : Tidak ada kontraksi
2. Leopold I : TFU setinggi pusat, bagian fundus
teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong)
3. Leopold II
Kanan : Teraba bagian keras memanjang seperti papan (punggung).
Kiri : Teraba bagian kecil-kecil janin (ekstermitas)
4. Leopold III : Bagian terbawah janin teraba bulat, keras,
dan melenting (kepala).
5. Leopold IV : Bagian terbawah janin belum masuk panggul.
6. TFU Mc Donald : 26 cm.
7. TBJ : TFU-12x155 (26-12)x155=2170 gram.
A:
Ny.D umur 22 tahun, G1P0A0 hamil 27+6 minggu, janin tunggal, hidup, intra uteri,
letak memanjang, punggung kanan, presentasi kepala, bagian terbawah janin
belum masuk panggul dengan Kekurangan Energi Kronis.
P:
Tanggal: 23 Oktober 2016 Pukul:14.30 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemerikaan
2. LILA : 23 cm dan memberitahu ibu bahwa ibu masih menderita KEK LILA ibu masih kurang
dari 23,5 cm.
3. Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi ibu hamil dengan nutrisi gizi
seimbang.
4. Menganjurkan ibu untuk selalu memakan makanan tambahan seperti roti, bubur kacang ijo,
dan susu
5. Mengajarkan ibu cara mengolah masakan yang benar, yaitu memilih sayuran yang masih
segar, kemudian mencuci dengan bersih dan memasaknya jangan terlalu lama karena
vitaminya larut dalam air. Dan memasak daging harus benar-benar matang.
6. Memberi obat Fe 500 mg 1 x 1, Kalk 250 mg 1 x 1, Vit C 250 mg 1 x 1 10 tablet (masih sisa
6) dan menganjurkan ibu untuk meminumnya teratur.
7. Memberi nutrisi susu hamil pada ibu dan ibu bersedia untuk meminum susu teratur.
8. Memberiahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah 1 minggu lagi.
Evaluasi
Tanggal: 23 Oktober 2016 Pukul:15.15 WIB
1. Ibu dan keluarga telah diberitahu kondisi dan keadaan ibu saat ini
KU : Sedang
TTV
TD : 100/80 mmHg R:20x/menit
N : 90x/menit S:36,50C
LILA : 23 cm
2. Ibu bersedia untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi ibu hamil dengan nutrisi gizi seimbang.
3. Ibu bersedia untuk tetap tidak bekerja yang terlalu berat.
4. Ibu telah mengetahui cara mengolah masakan yang benar dan mau melakukan sendiri.
5. Ibu bersedia umtuk minum obat secara teratur Fe 500 mg 1 x 1, Kalk 250 mg 1 x 1, Vit C 250
mg 1 x 1 10 tablet dan menganjurkan ibu untuk meminumnya teratur.
6. Ibu bersedia untuk memenuhi nutrisinya dengan minum susu hamil dan ibu bersedia untuk
meminum susu teratur.
7. Ibu telah mengetahui bahwa akan dilakukan kunjungan rumah 1 minggu lagi.
B. PEMBAHASAN
Pembahasan merupakan bagian dari laporan kasus yang membahas kendala atau
hambatan selama melakukan Asuhan Keperawatan pada klien. Kendala tersebut menyangkut
kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Dengan adanya kesenjangan tersebut
dapat dilakukan pemecahan masalah untuk perbaikan atau masukan demi meningkatkan
asuhan keperawatan. Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny. D umur 22 tahun
G1P0A0 dengan Kekurangan Energi Kronis untuk membahas tentang kesenjangan yang
terdapat dalam tinjauan teori dengan kenyataan yang penulis temukan sejak melakukan
pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi, rencana tindakan, implementasi
data, evaluasi, penulis uraikan sebagai berikut :
1. Pengkajian Pada Ny. D
Pengkajin penulis memperoleh data dari data subjektif dan data objektif. Data subjektif
diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien, sedangkan data objektif diperoleh dari hasil
pemeriksaan pasien secara menyeluruh. Berdasarkan data subjektif yang diperoleh dari Ny. D
yaitu Ibu mengatakan datang ke Bidan desa untuk memeriksa kehamilan yang pertama,
dengan keluhan sering pusing, badan lemas, nafsu makan berkurang dan cepat lelah saat
beraktifitas dan dari hasil pemeriksaan fisik didapat LILA 22 cm, rambut kusam, conjungtiva
merah muda, TD 100/70 mmHg, berat badan 43 kg. Kurang energi kronis (KEK) adalah
keadaan dimana remaja putri mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang
berlangsung lama atau menahun. Istilah kurang energi kronis (KEK) merupakan istilah lain
dari kurang energi protein (KEP) yang diperuntukkan pada wanita yang kurus dan lemah
akibat kurang energi yang kronis (WHO). Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya
kesenjangan antara teori dan praktik yang ada di lahan.
2. Interpretasi Data
Dalam interpretasi data diperoleh diagnosa keperawatan Ny. D umur 22 tahun G1P0A0
hamil 25+6 minggu, janin tunggal, hidup, intra uteri, letak memanjang, punggung kanan,
presentasi kepala, bagian terbawah janin belum masuk panggul dengan Kekurangan Energi
Kronis. Masalah yang muncul pada kasus ini adalah ibu merasa cemas, panik dan takut
dengan keadaan kehamilanya disebabkan ibu cepat lelah saat beraktifitas, pusing, dan nafsu
makan yang berkurang. Kebutuhan yang diberikan pada ibu hamil Ny. D adalah memberikan
informasi tentang keadaan kehamilannya yaitu informasi tentang KEK ( Kekurangan Energi
Kronis). Masalah yang muncul pada ibu hamil dengan kekurangan energy kronis yaitu ibu
merasa cemas dengan keadaan kehamilanya dan ibu merasa kurang pengetahuannya tentang
gizi ibu hamil (Kristiyanasari, 2010). Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya
kesenjangan antara teori dan praktik yang ada di lahan.
3. Diagnosa Potensial
Pada kasus Ny. D dengan kekurangan energi kronis dapat terjadi diagnosa potensial
yaitu resiko dan komplikasi pada ibu : anemia, perdarahan, persalinan sulit dan terkena
infeksi dan pada bayi : abortus, bayi lahir mati, cacat bawaan, lahir dengan berat badan lahir
rendah. Setelah dilakukan penanganan tidak terjadi diagnosa potensial karena adanya kerja
sama yng baik antara petugas kesehatan dengan pasien. Diagnosa potensial yang dapat
ditimbulkan oleh ibu yang kekurangan gizi dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada
ibu antara lain terhadap Ibu : anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara
normal dan mudah terkena infeksi. Terhadap Persalinan : persalinan sulit dan lama,
persalinan belum waktunya (prematur), perdarahan setelah persalinan, serta persalinan
dengan operasi cenderung meningkat. Terhadap Janin : keguguran, abortus pada bayi, bayi
lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, afiksia intra partum, bayi
lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (Kristiyanasari, 2010). Pada langkah ini
penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktik yang ada di lahan.
4. Penanganan Segera
Tindakan antisipasi pada ibu hamil Ny. D dengan kekurangan energi kronis adalah
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian makanan tambahan supaya kebutuhan ibu dan
janin terpenuhi, pemberian tablet besi dan pemberian terapi. Penanganan segera yang dapat
dilakukan pengukuran LILA, meningkatkan makanan yang yang bergizi, makanan cukup
dengan pedoman gizi seimbang, hidup sehat, periksa kehamilan kepada petugas kesehatan
(ANC) teratur (Supariasa,dkk, 2012). Pada langkah ini penulis menemukan kesenjangan
antara teori dengan lahan praktik yaitu pemberian tablet besi dikarenakan pasien mengalami
anemia ringan.
5. Rencana Tindakan
Dalam langkah perencanaan pada kasus Ny. D dengan kekurangan energi kronis yaitu
beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan, beri pendidikan kesehatan tentang ibu hamil dengan
kekurangan energy kronis, beri pendidikan tentang gizi ibu hamil, anjurkan ibu untuk
istirahat cukup, beri terapi obat (Fe 500 mg 1 x 1, Kalk 250 mg 1 x 1, Vit C 250 mg 1 x 1),
beri ibu makanan tambahan berupa susu ibu hamil, beritahu ibu akan dilakukan kunjungan
rumah 1 minggu lagi. Perencanaanya meliputi : beri ibu informasi tentang makanan yang
cocok dengan ibu hamil, beri pengetahuan pada ibu tentang zat gizi dalam makanan,
pemberian makanan tambahan (Kristiyanasari, 2010), anjurkan ibu untuk ANC teratur,
pengukuran LILA, anjurkan ibu makan makanan yang bergizi (Supriasa, dkk, 2012). Pada
langkah ini penulis menemukan kesenjangan antara teori dengan lahan praktik yaitu
pemberian tablet besi dikarenakan pasien mengalami anemia ringan.
6. Pelaksanaan
Pada langkah ini pelaksanaan dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat,
pada langkah ini penulis menemukan kesenjangan antara teori dengan lahan praktik yaitu
pemberian tablet besi dikarenakan pasien mengalami anemia ringan.
7. Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 4 minggu didapatkan : keadaan umum ibu
baik, ibu mengerti tentang gizi yang dibutuhkan ibu hamil, ibu bersedia mebgonsumsi tablet
besi, ibu mengerti tentang makanan tambahan pada ibu hamil, berat badan ibu mengalami
kenaikan dari 43 kg menjadi 46 kg, LILA bertambah dari 22 cm menjadi 23,5 cm, dan ibu
bersedia ANC teratur.
Search
About Me
Dio Pradini
View my complete profile
Blog Archive
▼ 2017 (7)
o ► May (4)
o ▼ February (3)
Makalah Demam Berdarah Dengue
penatalaksanaan herpes zoster dan simplex
KEK (Kekurangan Energi Kronik)
Ethereal theme. Powered by Blogger.