Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

melihat keberhasilan upaya kesehatan ibu. AKI adalah rasio kematian ibu

selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan,

persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab

lain seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup. (Profil

Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2019: hal. 42).

Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-11

bulan) per 1.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB

menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan

dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi

ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi

lingkungan dan sosial ekonomi. Apabila AKB di suatu wilayah tinggi, berarti

status kesehatan di wilayah tersebut rendah. (Profil Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah, 2019: hal. 60).

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2015 mengalami

penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup

dibandingkan pada tahun 2012 yaitu sebanyak 359 kematian ibu per 100.000

kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia, 2019; hal. 97-98). Menurut Pusat

Penelitian Badan Keahlian DPR RI (2019) AKI di Indonesia pada tahun 2019

1
2

masih tetap tinggi, yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka

kematian bayi (AKB) pada tahun 2017 sebanyak 24 per 1.000 kelahiran hidup,

hal tersebut mengalami penurunan dibandingkan AKB tahun 2012 yaitu

sebanyak 32 per 1.000 kelahiran hidup (Kementrian Kesehatan RI, 2017; h.

127).

Jumlah kasus kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2019

sebanyak 403 kasus, sedangkan kasus kematian ibu tahun 2018 yang sebanyak

421 kasus. Dengan demikian angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah juga

mengalami penurunan dari 78,60 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun

2018 menjadi 76,90 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2019 (Profil

Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2019; hal. 42).

Angka Kematian Bayi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2019 sebesar 8,2

per 1.000 kelahiran hidup. Kabupaten/kota dengan AKB terrendah adalah

Jepara sebesar 4,7 per 1.000 kelahiran hidup dan tertinggi adalah Rembang

(17,7 per 1.000 kelahiran hidup). (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,

2019; hal. 61).

Berbagai strategi pemerintah provinsi Jawa Tengah untuk menurunkan

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) antara lain

mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih,

yaitu dokter spesialis kebidanan (SpOG), dokter umum, dan bidan, serta

diupayakan dilakukan di fasilitas kesehatan. (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah, 2019).
3

Provinsi Jawa Tengah memiliki 35 Kabupaten salah satu diantaranya

yaitu Kabupaten Banjarnegara. Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten

Banjarnegara tahun 2019 adalah 139,83/100.000 kelahiran hidup dimana

secara absolut dihitung dari jumlah kematian ibu sebesar 22 kasus dengan

jumlah kelahiran hidup sebesar 15.733 bayi lahir hidup. Angka tersebut

meningkat jika dibandingkan tahun 2018 yaitu sebesar 58,8/100.000 kelahiran

hidup dengan jumlah kematian ibu sebesar 9 dengan kelahiran hidup sebesar

15.317 bayi. Kasus kematian ibu di Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2018

terdapat 9 kasus, jumlah kasus tesebut mengalami peningkatan pada tahun

2019 yaitu terdapat 22 kasus yang disebabkan karena perdarahan sebanyak 4

kasus, hipertensi dalam kehamilan 6 kasus, infeksi 3 kasus, gangguan sistem

peredaran darah 4 kasus dan lain-lain (penyakit penyerta) 5 kasus. (Profil

Kesehatan Kabupaten Banjarnegara, 2019: hal. 14-15).

Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Banjarnegara tahun 2019

adalah 12,14/1000 kelahiran hidup dimana secara absolut dihitung dari jumlah

kematian bayi sebesar 191 dengan kelahiran hidup sebesar 15.733. Angka

Kematian Bayi (AKB) tahun 2019 menurun dibanding tahun 2018 yang

sebesar 14,1/1000 kelahiran hidup dengan jumlah kematian 216 kasus dari

15.317 kelahiran hidup. (Profil Kesehatan Kabupaten Banjarnegara, 2019: hal.

28).

Upaya teknis yang telah dilakukan di lapangan sebagai bentuk

percepatan penurunan kematian ibu di Kabupaten Banjarnegara antara lain,

siaga penuh saat musim persalinan tiba maupun waktu tertentu (lebaran, tahun
4

baru), adanya alat-alat penunjang pelayanan kesehatan maternal dan neonatal

yang baru di Puskesmas dan Rumah Sakit, serta adanya jalinan komunikasi

melalui jejaring media social (whatsapp grup) untuk menyampaikan kasus-

kasus kegawatdaruratan agar dapat memperoleh pelayanan dan penanganan

yang tepat di Puskesmas maupun Rumah Sakit. (Dinas Kesehatan Kabupaten

Banjarnegara, 2019 ).

Puskesmas Klampok 1 merupakan puskesmas di kabupaten

Banjarnegara yang terletak di Jalan Pertanian nomor 1, Kecamatan Purwareja

Klampok Kabupaten Banjarnegara. Puskesmas Purwareja Klampok 1

melayani pelayanan KIA/KB, ANC/PNC dan Pertolongan Persalinan 24 jam

(PONED). Pada tahun 2020 di Puskesmas Purwareja Klampok 1 tidak ada

kasus kematian ibu dan angka kematian bayi (AKB) mencapai 4 kasus.

Penyebab kematian bayi diantaranya adalah (Laporan KIA Puskesmas

Klampok 1, 2020).

One Student One Client (OSOC), yaitu metode pendampingan setiap

ibu hamil oleh mahasiswa bidan secara komprehensif (Continuity of Care /

CoC model). Tujuan dari program OSOC antara lain yaitu melakukan

pendampingan secara berkelanjutan terhadap seorang perempuan sejak masa

kehamilan, persalinan hingga masa nifas 42 hari. Adanya deteksi dini terhadap

faktor risiko maupun komplikasi yang terjadi pada masa kehamilan, persalinan

dan masa nifas untuk dilakukan penanganan secara cepat dan tepat.

Program OSOC yang dijalankan oleh Perguruan Tinggi Politeknik

Banjarnegara tahun 2021, satu mahasiswa kebidanan mendampingi 1 pasien


5

ibu hamil dari usia kehamilan 36-37 minggu, nifas 42 hari, BBL serta sampai

ibu KB. Pelaksanaan OSOC dilakukan dimulai dari asuhan kebidanan

kehamilan (rekrutmen kasus dan pelaksanaan asuhan), asuhan kebidanan

persalinan (mendampingi proses persalinan apabila di lakukan rujukan maka

harus mengikuti perkembangan penanganan kasus sampai dengan pasca

tindakan dan klien di pulangkan kembali), asuhan kebidanan BBL (segera

setelah lahir, pemeriksaan fisik, pemeriksaan antropometri, IMD, pencegahan

hipotermi, pencegahan infeksi, pemberian injeksi vitamin k, salep mata,

antibiotik, imunisasi HBO, penanganan kegawatdaruratan bila diperlukan),

asuhan kebidanan nifas (dimulai dari 2 jam postpartum dan dilanjutkan

dengan kunjungan nifas ke 1 (6 jam – 3 hari ) kunjungan nifas 2 (4 hari – 28

hari ) dan kunjungan nifas 3 (29 hari – 42 hari) masa neonatus meliputi

kunjungan neonatus ke 1 (6 jam 48 jam) kunjungan neonatus 2 (3 hari 7 hari)

kunjungan neonatus 3 (8 hari – 28 hari) pelayanan KB (pelayanan KB awal

akseptor baru apabila klien belum menggunakan metode KB IUD PP atau KB

pasca salin, pelayanan KB pada akseptor dengan kunjungan ulang apabila

klien sudah menjadi akseptor metode KB.

Ny. D adalah salah satu ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya

di Puskesmas Klampok 1 dengan usia kehamilan 36-37 minggu. Kehamilan

ini merupakan kehamilan ketiga namun jarak kehamilan terakhir dengan

kehamilan sekarang cukup lama, yaitu 6 tahun. Sehingga pengetahuan dan

pengalaman tentang kehamilan banyak yang perlu diingatkan kembali.

Terlebih lagi, Ny. D belum memiliki riwayat KB apapun sehingga


6

pengetahuan tentang KB masih kurang. Oleh karena itu perlu adanya

pendampingan pada Ny. D selama kehamilan sampai pelayanan KB secara

komprehensif sebagai salah satu upaya untuk mencegah kematian ibu dan bayi

serta meningkatkan kesejahteraan kesehatan ibu dan anak. Berdasarkan latar

belakang dan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan asuhan

kebidanan dengan metode One Student One Client (OSOC) pada Ny. D umur

31 tahun G3P2A0 dengan kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan

akseptor KB Implant di Puskesmas Klampok 1 tahun 2021.

B. Perumusan Masalah

Bagaimana asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny. D umur

31 tahun G3P2A0 pada masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, dan

pelayanan KB Implant di Puskesmas Klampok 1 Kabupaten Banjarnegara?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny. D Umur

31 Tahun G3P2A0 Pada Masa Kehamilan, Persalinan, Bayi Baru Lahir,

Nifas, dan akseptor KB Implant di Puskesmas Klampok 1 Kabupaten

Banjarnegara Tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. D umur 31 tahun

G3P2A0 secara komprehensif.


7

b. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny. D umur 31 tahun

G3P2A0 secara komprehensif.

c. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Ny. D umur 31

tahun P3A0 secara komprehensif.

d. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. D umur 31 tahun

P3A0 secara komprehensif.

e. Memberikan asuhan kebidanan pada pelayanan KB Implant Ny. D

umur 31 tahun P3A0 secara komprehensif.

Anda mungkin juga menyukai