2016
DEFENISI
OPERASIONAL
PROGRAM KESEHATAN KELUARGA
Di Sampaikan Oleh :
Asmalena, SKM
Definisi
Operasional
Program
Kesehatan
Anak
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
Rumus yg dipakai :
KEMATIAN NEONATAL
Adalah :
Kematian bayi lahir hidup yang kemudian meninggal
sebelum 28 hari kehidupannya dengan penyebab
kematian karena BBLR, Asfiksia, Tetanus
Neonatorum, Sepsis, Kelainan Bawaan, Lain-lain.
Angka Kematian
Neonatal
Jumlah Kematian Bayi dalam
28 hari pertama setelah lahir
per 1.000 kelahiran hidup
dalam wilayah dan kurun
waktu tertentu
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
Keterangan:
- Pemeriksaan menggunakan formulir MTBM
- Perawatan tali pusat,
- Konseling ASI dan tanda bahaya,
- Pemberian imunisasi HB 0, salep mata antibiotik,
dan vitamin K1, jika belum diberikan saat lahir.
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
10 KETERANGAN :
Sumber Data
1) SIMPUS (Kohor bayi, LB3, PWS-KIA)
2) SIRS termasuk pelayanan yang dilakukan oleh swasta.
Perhitungan cakupan
Kohor bayi.
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
Definisi Operasional :
Puskesmas yang menyelenggarakan penjaringan
kesehatan pada Peserta Didik kelas 1, VII dan X di
seluruh sekolah SD/MI, SMP/MTs, SMU/MA dan SLB di
wilayah kerja puskesmas tersebut.
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
Definisi Operasional :
Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan
pada Peserta Didik (kelas 7 dan10) dan SMPLB dan
SMALB di wilayah kerja puskesmas tersebut.
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
16
PETUNJUK PERHITUNGAN
PENJARINGAN KESEHATAN:
• Penghitungan Puskesmas melaksanakan Penjaringan
Kesehatan dilakukan pada 1 tahun yaitu pada semester 1
(bulan Januari - Desember) dan semesrter genap (bulan
Januari-Juni) selama tahun ajaran baru awal kelas I,VII
dan X
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
PUSKESMAS YANG MENYELENGGARAKAN
KEGIATAN KESEHATAN REMAJA
• DEFINISI OPERASIONAL :
Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan
remaja memenuhi kriteria:
- Memiliki tenaga kesehatan terorientasi/terlatih
pelayanan kesehatan peduli remaja
- Memiliki pedoman kesehatan remaja
- Melakukan pelayanan konseling pada remaja
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
Persentase Puskesmas yang Menyelenggarakan Kegiatan
Kesehatan Remaja
Persentase Jumlah puskesmas menyelenggarakan
Puskesmas yg kegiatan kesehatan remaja sesuai kriteria
Menyelengga di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
= X 100%
ran Kegiatan
Jumlah seluruh puskesmas di suatu
Kesehatan
Remaja wilayah kerja dalam 1 tahun
Cara Perhitungan
1. Pembilang :
Jumlah puskesmas memenuhi kriteria menyelenggarakan kegiatan Kesehatan
Remaja di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
2. Penyebut :
Jumlah seluruh puskesmas di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun yang sama
3. Ukuran/Konstanta :
Persentase (%)
4. Sumber data:
SIMPUS LB 4
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
• Cara Perhitungan :
Presentase Puskesmas 10
yang = 100%
menyelenggarakan 20
kegiatan Kesehatan
= 10/20*100% = 50%
remaja tahun 2015
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
CARA PERHITUNGAN
Sumber Data
1) Buku KIA,
2) Register Kohort Bayi,
3) Formulir Bayi Baru Lahir
4) Formulir MTBM
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
A. Definisi Operasional
6. Pelayanan SDIDTK:
Pemantauan pertumbuhan: melakukan pengukuran
antropometri (berat badan dan panjang badan atau tinggi
badan) serta pengukuran lingkar kepala
Pemantauan perkembangan: menggunakan Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP) yang meliputi motorik kasar,
motorik halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan
kemandirian; Tes Daya Dengar (TDD); Tes Daya Lihat (TDL)
Jika ada keluhan atau kecurigaan pada perilaku anak, maka
dilakukan pemeriksaan untuk gangguan mental emosional,
autisme serta gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas.
Intervensi dini dilakukan bila ditemukan penyimpangan atau
gangguan perkembangan. Jika setelah dilakukan intervensi dini
tidak ada perbaikan, maka dilakukan rujukan kepada tenaga
kesehatan yang lebih memiliki kompetensi atau ke fasilitas
kesehatan rujukan. Rujukan dilakukan secara berjenjang.
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
B. Jenis Pelayanan
Jenis pelayanan kesehatan sesuai standar adalah Pelayanan
Stimulasi Deteksi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) 2 kali
pertahun (setiap 6 bulan)
C. Rujukan
1) Pedoman dan Instrumen Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan
Kesehatan Dasar
2) Buku Kesehatan Ibu dan Anak
D. SDM
1) Tenaga kesehatan : Bidan, Perawat dan Dokter
2) Ahli gizi
3) Pendidik TK/RA, Kelompok Bermain, Tempat Penitipan Anak
dan Satuan PAUD Sejenis yang sudah dilatih SDIDTK
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
Cara Perhitungan
1. Pembilang :
Jumlah puskesmas yang melaksanakan pelayanan SDIDTK sesuai
standar dalam 1 tahun
2. Penyebut :
Jumlah seluruh puskesmas dalam 1 tahun
3. Ukuran/Konstanta :
Persentase (%)
4. Contoh Perhitungan :
Kabupaten A tahun 2015
Jumlah seluruh puskesmas dalam 1 tahun adalah 26 Puskesmas
Jumlah puskesmas yang melaksanakan pelayanan SDIDTK sesuai
standar dalam 1 tahun adalah 20 Puskesmas
Persentase puskesmas yang melaksanakan Stimulasi Deteksi dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
= 20/26 x 100% = 76,9 %
DEFINISI OPERASIONAL
A. Definisi Operasional :
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
KABUPATEN/KOTA YANG MEMILIKI MINIMAL 4 PUSKESMAS MELAKUKAN PELAYANAN
TATALAKSANA KASUS KEKERASAN TERHADAP ANAK (KTA)
B. Pengertian:
KtA adalah semua bentuk tindakan /perlakuan menyakitkan secara
fisik ataupun emosional, penyalahgunaan seksual, trafiking,
penelantaran, eksploitasi komersial termasuk eksploitasi seksual
komersial anak (ESKA) yang mengakibatkan cedera/kerugian nyata
ataupun potensial terhadap kesehatan anak, kelangsungan hidup
anak, tumbuh kembang anak ataupun martabat anak, yang dilakukan
dalm konteks hubungan tanggung jawab, kepercayaan atau
kekuasaan.
Kriteria Puskesmas yang melakukan pelayanan tatalaksana kasus KtA
adalah puskesmas yang minimal memiliki tenaga terlatih tatalaksana
kasus KtA.
Jumlah Kabupaten/Kota adalah jumlah kabupaten/ kota di Indonesia
per tahun 2015 yaitu 514 kabupaten/kota di Indonesia
(Kepmendagri). Penambahan kabupaten baru (pemekaran) tidak
diperhitungkan. Pada tahun berjalan.
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
• C. Cara Penghitungan Rumus
Persentase Jumlah kabupaten/ kota yang memiliki 4
Kabupaten/Ko puskesmas melakukan tatalaksana
ta yang kasus KtA
Memiliki
minimal 4 PKM = X 100%
Melakukan
Jumlah seluruh kabupaten/kota di suatu
Pelayanan
Tatalaksana provinsi dalam 1 tahun
KtA
• Pembilang
Jumlah kabupaten /kota yang mempunyai minimal 4 puskesmas
yang memiliki tenaga kesehatan terlatih tatalaksana kasus
kekerasan terhadap anak di satu wilayah kerja pada kurun
waktu 1 tahun
• Penyebut
Jumlah seluruh kabupaten/kota di satu provinsi dalam 1 tahun
• Ukuran
Presentase (%)
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
• Contoh Perhitungan
Jumlah kabupaten di Provinsi x tahun 2014 sebanyak 10 kabupaten/kota.
Jumlah kabupaten yang memiliki minimal 4 puskesmas melakukan
tatalaksana
kasus KTA adalah 2 kabupaten/kota
Cakupan Kabupaten/Kota yang Memiliki minimal 4 PKM yang melakukan
Tatalaksana kasus KtA adalah = 2/10 x 100% = 20%
• D. Rujukan
1. Buku Pedoman Pengembanagn Puskesmas mampu tatalaksana Kasus
Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak
2. Buku Pedoman Deteksi Dini, Pelaporan dan Rujukan Kasus Kekerasan dan
Penelantaran Anak
3. Pedoman Rujukan Kasus Kekerasan terhadap Anak
• E. Target
Tahun 2015 : 30%
Tahun 2016 : 40%
Tahun 2017 : 55%
Tahun 2018 : 70%
Tahun 2019 : 85%
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
• D. Langkah Kegiatan
1. Penyediaan pedoman
2. Penyediaan sarana dan prasarana (seperti rape kit, ruang
konseling dll)
3. Penyediaan bahan penyuluhan/media KIE
4. Pelatihan
5. Pelayanan kasus kekerasan terhadap anak menggunakan
algoritma pelayanan kekerasan terhadap anak di puskesmas
6. Pembahasan LPLS
7. Pencatatan dan Pelaporan
8. Pemantauan paska pelatihan (Supervisi, monitoring dan
evaluasi)
Keterangan:
Pemeriksaan menggunakan formulir MTBM
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
Keterangan:
-pemeriksaan menggunakan formulir MTBM
-Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan
kesehatan dalam menangani kasus – kasus
kegawatdaruratan neonatal, yang kemudian ditindaklanjuti
sesuai dengan kewenangannya, atau dapat dirujuk ke
tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
-Kasus komplikasi yang ditangani adalah seluruh kasus
yang ditangani tanpa melihat hasilnya hidup atau mati.
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
43
Penjelasan indikator cakupan pelayanan neonatus
komplikasi
• Informasi pelayanan yang diberikan pada bayi
baru lahir (0-28 hari) dapat diperoleh dari:
kartu balita/formulir MTBM/Buku KIA/Kohor
bayi.
• Puskesmas menghitung jumlah neonatus
komplikasi usia 0 – 28 hari yang mendapat
pelayanan baik yang ditangani maupun yang
dirujuk, dalam kurun waktu 1 bulan. Kemudian
melaporkan ke dinkes kab/kota menggunakan
format LB 3 SP2TP
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
Cara Perhitungan
Sumber Data
1) SIMPUS (Register Kohort Bayi, LB 3, PWS-KIA)
2) SIRS, termasuk pelayanan yang dilakukan oleh swasta
Perhitungan cakupan:
Kohor Bayi
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
DEFINISI OPERASIONAL
Definisi Operasional:
•Jumlah neonatus yang dilakukan pemeriksaan skrining
hipotiroid kongenital (SHK)
Keterangan:
Waktu pemeriksaan SHK idealnya usia 48 – 72 jam dengan
mengambil darah dari tumit bayi atau dari vena
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
Jumlah neonatus
yang Jumlah bayi baru lahir yang dilakukan
= pemeriksaan SHK
mendapatkan
pelayanan SHK
Sumber data:
1.Buku KIA
2.Kohor Bayi
3.SP2TP
Perhitungan cakupan:
Kohor bayi
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
Penyebab Kesakitan
NEONATAL Post neonatal ANAK BALITA
NO.
(0-28 hr) (29hr-11 bln) (12-59bln)
Tetanus
1 Diare Diare
Neonatorum
2 Pneumonia Pneumonia Pneumonia
3 Ikterus Campak Campak
4 Diare Difteri Malaria
5 Kelainan Bawaan Malaria Difteri
6 Lain - lain Lain - lain DBD
7 Lain-lain
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
Penyebab Kematian
NEONATAL Post neonatal ANAK BALITA
NO.
(0-28 hr) (29hr-11 bln) (12-59bln)
1 BBLR Pneumonia Diare
2 Asfiksia Diare Pneumonia
Tetanus Kelainan
3 Malaria
Neonaturum Saluran Cerna
4 Sepsis Tetanus Campak
Kelainan Saraf
5 Kelainan Bawaan DBD
6 Malaria Difteri
7 Lain - lain Lain-lain
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
DEFINISI OPERASIONAL
51
PUSKESMAS MEMBINA
LAPAS/RUTAN/LPKA
Adalah puskesmas yang melakukan 1 (satu) atau lebih
pelayanan kesehatan di Lapas/Rutan/LPKA, antara lain:
1. Penyuluhan tentang kesehatan anak
2. Penyuluhan tentang kesehatan lingkungan
3. Penjaringan kesehatan
4. Pemberantasan sarang nyamuk
5. Imunisasi
6. Pengobatan
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
DEFINISI OPERASIONAL
52
DEFINISI OPERASIONAL
53
SEKSI KESEHATAN
ANAK
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN BENGKULU Utara
KONTAK:
Email: kiadinkesbu@gmail.com