Anda di halaman 1dari 54

Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th.

2016

DEFENISI
OPERASIONAL
PROGRAM KESEHATAN KELUARGA

Di Sampaikan Oleh :
Asmalena, SKM

Seksi Kesehatan Anak


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BENGKULU UTARA
Jl. Prof.M.Yamin No.233 Arga MakmurBengkulu
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

Definisi
Operasional
Program
Kesehatan
Anak
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

PERSENTASE PUSKESMAS YANG


MELAKSANAKAN KELAS IBU DAN BALITA

Adalah Persentase Puskesmas yang minimal salah satu


bidan Puskesmas dan 50 % bidan desa diwilayah
kerjanya melaksanakan kelas ibu dan balita.

Rumus yg dipakai :

Jumlah Puskesmas yang minimal salah satu


bidan Puskesmas dan 50 % bidan desa
diwilayah kerjanya melaksanakan kelas ibu
dan balita
x 100
Jumlah Seluruh Puskesmas di Satu Wilayah
Kabupaten/Kota
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

KELAHIRAN HIDUP ADALAH :

Janin Pada Waktu Lahir


Memperlihatkan Tanda
Kehidupan
KEMATIAN PERINATAL
Adalah :
Kematian bayi (dengan umur kehamilan lebih 22 minggu)
yang lahir dalam keadaan meninggal atau bayi yang lahir
hidup namun kemudian meninggal dalam masa 7 hari
setelah persalinan

LAHIR MATI (STILLBIRTH)


Adalah :
Bayi dengan berat lahir lebih dari 500 gram atau umur
kehamilan lebih 22 minggu yang dilahirkan tanpa tanda-
tanda kehidupan.
Dibagi menjadi 2 kelompok : Lahir mati dengan tanda
maserasi dan lahir mati tanpa tanda maserasi (masih
tampak segar).
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

KEMATIAN NEONATAL
Adalah :
Kematian bayi lahir hidup yang kemudian meninggal
sebelum 28 hari kehidupannya dengan penyebab
kematian karena BBLR, Asfiksia, Tetanus
Neonatorum, Sepsis, Kelainan Bawaan, Lain-lain.

Dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :


 Kematian neonatal adalah Kematian bayi yang
terjadi pada 7 hari pertama kehidupannya.
 Kematian neonatal lanjut adalah Kematian bayi
yang terjadi pada masa 8-28 hari kehidupannya.
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

Angka Kematian
Neonatal
Jumlah Kematian Bayi dalam
28 hari pertama setelah lahir
per 1.000 kelahiran hidup
dalam wilayah dan kurun
waktu tertentu
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

ANGKA KEMATIAN NEONATAL


PER-1.000 KELAHIRAN HIDUP

Jumlah Bayi Berumur 0-28 Hari Yg Meninggal di


Suatu Wilayah Tertentu Slm 1 Th
x 1.000 KH
Jumlah Kelahiran Hidup di Wil Tertentu Selama 1
Thn
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL PERTAMA


(KN1) SESUAI STANDAR
Definisi Operasional:
Cakupan pelayanan kesehatan bayi baru lahir (umur
6 jam - 48 jam) yang memperoleh pelayanan sesuai
standar.

Keterangan:
- Pemeriksaan menggunakan formulir MTBM
- Perawatan tali pusat,
- Konseling ASI dan tanda bahaya,
- Pemberian imunisasi HB 0, salep mata antibiotik,
dan vitamin K1, jika belum diberikan saat lahir.
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

10 KETERANGAN :

• Informasi pelayanan yang diberikan pada bayi


usia 6 - 48 jam dapat diperoleh dari : kartu
balita/ formulir MTBM/ Buku KIA/ Kohor bayi.
• Puskesmas menghitung jumlah bayi usia 6 – 48
jam yang mendapat pelayanan KN1 dalam
kurun waktu 1 bulan. Kemudian melaporkan ke
dinkes kab/kota menggunakan format LB 3
SP2TP
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

CARA PERHITUNGAN CAKUPAN KN1


Jumlah bayi baru lahir yang telah mendapatkan 1 kali
pelayanan Kunjungan Neonatal pada umur 6 - 48 jam
sesuai standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu
__________________________________________________ x 100%
Jumlah Sasaran Kelahiran Hidup di satu wilayah kerja
pada kurun waktu yang sama

Sumber Data
1) SIMPUS (Kohor bayi, LB3, PWS-KIA)
2) SIRS termasuk pelayanan yang dilakukan oleh swasta.

Perhitungan cakupan
Kohor bayi.
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

PUSKESMAS YANG MENYELENGGARAKAN PENJARINGAN


KESEHATAN PESERTA DIDIK KELAS I, VII dan X

Definisi Operasional :
 Puskesmas yang menyelenggarakan penjaringan
kesehatan pada Peserta Didik kelas 1, VII dan X di
seluruh sekolah SD/MI, SMP/MTs, SMU/MA dan SLB di
wilayah kerja puskesmas tersebut.
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

Cara Perhitungan Persentase Puskesmas yang


Menyelenggarakan Penjaringan Kesehatan Untuk Peserta
Didik Kelas I, VII dan X

Jumlah Puskesmas yang


Presentase Puskesmas
menyelenggarakan
yang
penjaringan kesehatan peserta didik kelas 1,
menyelenggarakan = VII dan X di suatu wilayah kabupaten/kota
penjaringan kesehatan
atau provinsi dalam satu tahun
untuk peserta didik X 100%
kelas I, VII dan X Jumlah Seluruh Puskesmas Di Suatu
Wilayah Kabupaten/Kota atau Provinsi
Dalam Satu Tahun
PUSKESMAS YANG MELAKSANAKAN PENJARINGAN KES PESERTA
DIDIK KELAS 1 SD/MI
Definisi Operasional :
 Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan
pada Peserta Didik kelas 1 Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah (SD/MI) dan SDLB di wilayah kerja puskesmas
tersebut.
PUSKESMAS YANG MELAKSANAKAN PENJARINGAN KES
PESERTA DIDIK KELAS 7 DAN 10

Definisi Operasional :
 Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan
pada Peserta Didik (kelas 7 dan10) dan SMPLB dan
SMALB di wilayah kerja puskesmas tersebut.

Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan


kesehatan untuk peserta didik kelas 1
• Cara Perhitungan
Jumlah Puskesmas yang melaksanakan
Presentase Puskesmas
penjaringan kesehatan peserta didik
yang melaksanakan
kelas 1 SD/MI dan SDLB di suatu wilayah
penjaringan
dalam tahun
kesehatan untuk = X 100%
peserta didik kelas 1 jumlah seluruh Puskesmas di satu
wilayah dalam tahun
Presentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan
kesehatan untuk peserta didik kelas 7 dan 10
• Cara Perhitungan
Jumlah Puskesmas yang melaksanakan
Presentase penjaringan kesehatan peserta didik
Puskesmas yang kelas 7 SMP/MTs/SMPLB dan 10
melaksanakan SMA/MA/SMK/SMALB di suatu wilayah
penjaringan dalam tahun
= X 100%
kesehatan untuk jumlah seluruh Puskesmas di satu
peserta didik kelas 7 wilayah dalam tahun
dan 10
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

16
PETUNJUK PERHITUNGAN
PENJARINGAN KESEHATAN:
• Penghitungan Puskesmas melaksanakan Penjaringan
Kesehatan dilakukan pada 1 tahun yaitu pada semester 1
(bulan Januari - Desember) dan semesrter genap (bulan
Januari-Juni) selama tahun ajaran baru awal kelas I,VII
dan X

• Bila di wilayah kerja puskesmas tidak ada


SMA/MA
namun memiliki SMP, maka tetap tercatat sebagai
melaksanakan penjaringan
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

CONTOH PERHITUNGAN PENJARINGAN


KESEHATAN PESERTA DIDIK :
Jan Juli 2014 Des
2014 2014

Tahun Ajaran 2014/2015

Jan Juli 2015 Des


2015 2015

Tahun Ajaran 2014/2015 Tahun Ajaran 2015/2016

Jumlah Puskesmas yang melaksanakan


penjaringan kesehatan peserta didik
Presentase
kelas 1 SD/MI, 7 SMP/MTs dan 10
Puskesmas yang
SMA/MA/SMK di suatu wilayah dalam
melaksanakan
tahun ajaran 2014 - 2015
penjaringan kesehatan =
untuk peserta didik
kelas 1, 7 dan 10 tahun jumlah seluruh Puskesmas di x 100%
2015 satu wilayah dalam tahun
2015
PETUNJUK TEKNIS
PELAKSANAAN PENJARINGAN :
18

• Di tingkat kecamatan, Kepala Puskesmas dan Kepala Sekolah


menetapkan sekolah di wilayah kerjanya yang akan dilakukan penjaringan
pada saat awal tahun baru (semester 1) atau semester berikutnya
(semester 2)  dilakukan kepada seluruh peserta didik baru kelas I, VII
dan X di SD/MI, SMP/MTs/SMA/SMK/MA dan SLB
• Pelaksanaan penjaringan dapat dilaksanakan di sekolah atau di
puskesmas
• Pemeriksaan minimal penjaringan Kesehatan peserta didik adalah
pemeriksaan status gizi (Tinggi Badan, Berat Badan), pemeriksaan gigi,
tajam penglihatan dan tajam pendengaran pada peserta didik SD/MI
ditambah pemeriksaan tekanan darah pada peserta didik kelas VII dan X
• Pada saat penjaringan kesehatan juga dapat dilakukan pemeriksaan
intelegensia, kespro, kesehatan mental, dan pelayanan kesehatan lainnya
seperti penyuluhan, pemberian tablet besi, pemberian obat cacing, BIAS
dan lainnya
• Peserta didik yg ditemukan mempunyai penyakit /gangguan / kelainan
ditangani / dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit

Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
PUSKESMAS YANG MENYELENGGARAKAN
KEGIATAN KESEHATAN REMAJA

• DEFINISI OPERASIONAL :
Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan
remaja memenuhi kriteria:
- Memiliki tenaga kesehatan terorientasi/terlatih
pelayanan kesehatan peduli remaja
- Memiliki pedoman kesehatan remaja
- Melakukan pelayanan konseling pada remaja

Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan


remaja mengukur upaya peningkatan akses pelayanan
kesehatan untuk remaja

Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
Persentase Puskesmas yang Menyelenggarakan Kegiatan
Kesehatan Remaja
Persentase Jumlah puskesmas menyelenggarakan
Puskesmas yg kegiatan kesehatan remaja sesuai kriteria
Menyelengga di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
= X 100%
ran Kegiatan
Jumlah seluruh puskesmas di suatu
Kesehatan
Remaja wilayah kerja dalam 1 tahun

Cara Perhitungan
1. Pembilang :
Jumlah puskesmas memenuhi kriteria menyelenggarakan kegiatan Kesehatan
Remaja di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
2. Penyebut :
Jumlah seluruh puskesmas di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun yang sama
3. Ukuran/Konstanta :
Persentase (%)
4. Sumber data:
SIMPUS LB 4

Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

Contoh soal Cakupan Puskesmas yg Menyelenggarakan Kegiatan


Kesehatan Remaja
• Pada tahun 2015 Kab/Kota memiliki 20 puskesmas, sebanyak
10 puskesmas mempunyai tenaga terorientasi/terlatih PKPR ,
mempunyai pedoman dan melakukan konseling kepada remaja
yang datang ke puskesmas tersebut, sebanyak 5 puskesmas
mempunyai tenaga terorientasi/terlatih PKPR, mempunyai
pedoman PKPR, namun tidak melakukan konseling kepada remaja
yang datang ke puskesmas tersebut, sebanyak 5 puskesmas tidak
mempunyai tenaga terorientasi/terlatih PKPR, mempunyai
Pedoman PKPR, tidak melakukan lonseling kepada remaja yang
datang ke puskesmas tersebut

• Cara Perhitungan :
Presentase Puskesmas 10
yang = 100%
menyelenggarakan 20
kegiatan Kesehatan
= 10/20*100% = 50%
remaja tahun 2015
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

Puskesmas yang memberi pelayanan kesehatan esensial pada


bayi baru lahir (usia 0-28 hari) sesuai standar dalam kurun
waktu tertentu.
Indikator ini mengukur kesiapan puskesmas yang mampu melaksanakan
pelayanan kesehatan neonatal esensial ditinjau dari ketersediaan SDM
(bidan/perawat/dokter), alat pemeriksaan fisik dasar (Timbangan Bayi,
Lampu penghangat, Termometer, Stetoskop bayi, ARI timer/stopwatch
atau jam dengan jarum detik, Pengukur panjang badan, Pengukur lingkar
kepala, Kain atau selimut, Semprit/Jarum Suntik 1cc), obat (vaksin HB0,
tetrasiklin salep mata, Vit K injeksi), dan formulir (BBL, MTBM)
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

CARA PERHITUNGAN

Jumlah puskesmas yang melaksanakan


Persentase pelayanan kesehatan neonatal esensial
Puskesmas yang sesuai standar dalam kurun waktu tertentu
melaksanakan
pelayanan
= X 100%
kesehatan
Neonatal Jumlah seluruh puskesmas dalam kurun
Esensial sesuai waktu yang sama
standar

Sumber Data
1) Buku KIA,
2) Register Kohort Bayi,
3) Formulir Bayi Baru Lahir
4) Formulir MTBM
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

Contoh soal Puskesmas yang melaksanakan pelayanan


kesehatan Neonatal Esensial sesuai standar
• Jumlah Puskesmas di Kabupaten Y : 30
• Dari hasil rekapan Laporan yang diterima pada bulan
Januari-Juni terdapat 27 Puskesmas yang melaksanakan
Pelayanan Kesehatan Neonatal Essensial
• Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan
kesehatan Neonatal Esensial sesuai standar
• = 27/ 30 x 100 % = 90 %.
DEFINISI OPERASIONAL
Persentase puskesmas yang melaksanakan Stimulasi Deteksi
dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)

A. Definisi Operasional

1) Persentase puskesmas yang melaksanakan Stimulasi Deteksi dan


Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) adalah Puskesmas yang
memberi pelayanan SDIDTK pada Balita dan Anak Pra sekolah
sesuai standar di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun.
2) Balita adalah anak usia 0 – 59 bulan.
3) Anak Pra sekolah adalah anak usia 60 - 72 bulan.
4) Pelayanan SDIDTK pada Balita dan Anak Pra sekolah sesuai
standar adalah pelayanan SDIDTK 2 kali pertahun.
5) Dalam melaksanakan SDIDTK, Puskesmas bekerjasama dengan
institusi yang melakukan pelayanan anak usia dini seperti TK/RA,
Kelompok Bermain, Tempat Penitipan Anak dan Satuan PAUD
Sejenis.
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

6. Pelayanan SDIDTK:
 Pemantauan pertumbuhan: melakukan pengukuran
antropometri (berat badan dan panjang badan atau tinggi
badan) serta pengukuran lingkar kepala
 Pemantauan perkembangan: menggunakan Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP) yang meliputi motorik kasar,
motorik halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan
kemandirian; Tes Daya Dengar (TDD); Tes Daya Lihat (TDL)
 Jika ada keluhan atau kecurigaan pada perilaku anak, maka
dilakukan pemeriksaan untuk gangguan mental emosional,
autisme serta gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas.
 Intervensi dini dilakukan bila ditemukan penyimpangan atau
gangguan perkembangan. Jika setelah dilakukan intervensi dini
tidak ada perbaikan, maka dilakukan rujukan kepada tenaga
kesehatan yang lebih memiliki kompetensi atau ke fasilitas
kesehatan rujukan. Rujukan dilakukan secara berjenjang.
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

SDM yang melaksanakan SDIDTK selain tenaga


kesehatan adalah Pendidik TK/RA, Kelompok Bermain,
Tempat Penitipan Anak dan Satuan PAUD sejenis yang
telah dilatih SDIDTK.
Bila pelaksana SDIDTK non tenaga kesehatan
menemukan penyimpangan, segera dirujuk ke tenaga
kesehatan.
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

B. Jenis Pelayanan
 Jenis pelayanan kesehatan sesuai standar adalah Pelayanan
Stimulasi Deteksi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) 2 kali
pertahun (setiap 6 bulan)
C. Rujukan
1) Pedoman dan Instrumen Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan
Kesehatan Dasar
2) Buku Kesehatan Ibu dan Anak

D. SDM
1) Tenaga kesehatan : Bidan, Perawat dan Dokter
2) Ahli gizi
3) Pendidik TK/RA, Kelompok Bermain, Tempat Penitipan Anak
dan Satuan PAUD Sejenis yang sudah dilatih SDIDTK
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

Indikator ini mengukur kesiapan puskesmas dan


jejaringnya yang mampu melaksanakan SDIDTK ditinjau
dari ketersediaan SDM, Skrining Kit SDIDTK, KPSP &
formulir Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak

Persentase Jumlah puskesmas yang melaksanakan


puskesmas yang pelayanan SDIDTK sesuai standar dalam
melaksanakan 1 tahun
Stimulasi Deteksi = X 100%
dan Intervensi Dini Jumlah seluruh puskesmas dalam 1
Tumbuh Kembang tahun
(SDIDTK)
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

Kriteria Puskesmas yang melaksanakan pelayanan SDIDTK


sesuai standar :
a) Balita dan Anak Pra sekolah mendapat pelayanan Stimulasi Deteksi
Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) 2 kali pertahun sesuai standar yaitu:
1) Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan (BB/PB, BB/TB, LKA/U)
2) Deteksi dini penyimpangan perkembangan (KPSP menurut umur,
TDL, TDD)
3) Deteksi dini penyimpangan mental emosional (KMME, CHAT,
GPPH)
b) Tersedianya:
• Tenaga kesehatan terlatih SDIDTK minimal 2 orang
• Pedoman & Instrumen Pelaksanaan SDIDTK
• Alat ukur PB/TB, BB, lingkar kepala dan Skrining kit SDIDTK/APE
• Formulir deteksi dini tumbuh kembang anak
• Kohor Bayi & kohor Anak Balita dan Pra Sekolah
• Register deteksi tumbuh kembang
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

Cara Perhitungan
1. Pembilang :
Jumlah puskesmas yang melaksanakan pelayanan SDIDTK sesuai
standar dalam 1 tahun
2. Penyebut :
Jumlah seluruh puskesmas dalam 1 tahun
3. Ukuran/Konstanta :
Persentase (%)
4. Contoh Perhitungan :
Kabupaten A tahun 2015
Jumlah seluruh puskesmas dalam 1 tahun adalah 26 Puskesmas
Jumlah puskesmas yang melaksanakan pelayanan SDIDTK sesuai
standar dalam 1 tahun adalah 20 Puskesmas
Persentase puskesmas yang melaksanakan Stimulasi Deteksi dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
= 20/26 x 100% = 76,9 %
DEFINISI OPERASIONAL

A. Definisi Operasional :

• Kabupaten/kota yang memiliki minimal 4 puskesmas melakukan

pelayanan tatalaksana kasus KtA di satu wilayah kerja pada


kurun waktu 1 tahun
o Puskesmas melakukan pelayanan tatalaksana kasus KtA
adalah memiliki tenaga kesehatan terlatih tatalaksana kasus
KtA

Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
KABUPATEN/KOTA YANG MEMILIKI MINIMAL 4 PUSKESMAS MELAKUKAN PELAYANAN
TATALAKSANA KASUS KEKERASAN TERHADAP ANAK (KTA)

 B. Pengertian:
KtA adalah semua bentuk tindakan /perlakuan menyakitkan secara
fisik ataupun emosional, penyalahgunaan seksual, trafiking,
penelantaran, eksploitasi komersial termasuk eksploitasi seksual
komersial anak (ESKA) yang mengakibatkan cedera/kerugian nyata
ataupun potensial terhadap kesehatan anak, kelangsungan hidup
anak, tumbuh kembang anak ataupun martabat anak, yang dilakukan
dalm konteks hubungan tanggung jawab, kepercayaan atau
kekuasaan.
Kriteria Puskesmas yang melakukan pelayanan tatalaksana kasus KtA
adalah puskesmas yang minimal memiliki tenaga terlatih tatalaksana
kasus KtA.
Jumlah Kabupaten/Kota adalah jumlah kabupaten/ kota di Indonesia
per tahun 2015 yaitu 514 kabupaten/kota di Indonesia
(Kepmendagri). Penambahan kabupaten baru (pemekaran) tidak
diperhitungkan. Pada tahun berjalan.
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
• C. Cara Penghitungan Rumus
Persentase Jumlah kabupaten/ kota yang memiliki 4
Kabupaten/Ko puskesmas melakukan tatalaksana
ta yang kasus KtA
Memiliki
minimal 4 PKM = X 100%
Melakukan
Jumlah seluruh kabupaten/kota di suatu
Pelayanan
Tatalaksana provinsi dalam 1 tahun
KtA

• Pembilang
Jumlah kabupaten /kota yang mempunyai minimal 4 puskesmas
yang memiliki tenaga kesehatan terlatih tatalaksana kasus
kekerasan terhadap anak di satu wilayah kerja pada kurun
waktu 1 tahun
• Penyebut
Jumlah seluruh kabupaten/kota di satu provinsi dalam 1 tahun
• Ukuran
Presentase (%)
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

• Contoh Perhitungan
Jumlah kabupaten di Provinsi x tahun 2014 sebanyak 10 kabupaten/kota.
Jumlah kabupaten yang memiliki minimal 4 puskesmas melakukan
tatalaksana
kasus KTA adalah 2 kabupaten/kota
Cakupan Kabupaten/Kota yang Memiliki minimal 4 PKM yang melakukan
Tatalaksana kasus KtA adalah = 2/10 x 100% = 20%

• D. Rujukan
1. Buku Pedoman Pengembanagn Puskesmas mampu tatalaksana Kasus
Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak
2. Buku Pedoman Deteksi Dini, Pelaporan dan Rujukan Kasus Kekerasan dan
Penelantaran Anak
3. Pedoman Rujukan Kasus Kekerasan terhadap Anak

• E. Target
Tahun 2015 : 30%
Tahun 2016 : 40%
Tahun 2017 : 55%
Tahun 2018 : 70%
Tahun 2019 : 85%
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

• D. Langkah Kegiatan
1. Penyediaan pedoman
2. Penyediaan sarana dan prasarana (seperti rape kit, ruang
konseling dll)
3. Penyediaan bahan penyuluhan/media KIE
4. Pelatihan
5. Pelayanan kasus kekerasan terhadap anak menggunakan
algoritma pelayanan kekerasan terhadap anak di puskesmas
6. Pembahasan LPLS
7. Pencatatan dan Pelaporan
8. Pemantauan paska pelatihan (Supervisi, monitoring dan
evaluasi)

• E. Sumber Daya Manusia


1. Dokter
2. Bidan
3. Perawat
DEFINISI OPERASIONAL

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN NEONATUS 0 – 28


HARI (KN LENGKAP)
Definisi Operasional:
Cakupan pelayanan kesehatan neonatus 0 – 28 hari
adalah cakupan neonatus yang mendapatkan
pelayanan sesuai standar paling sedikit tiga kali
dengan distribusi waktu 1 kali pada 6 – 48 jam, 1 kali
pada hari ke 3 – hari ke 7 dan 1 kali pada hari ke 8 –
hari ke 28 setelah lahir disuatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.

Keterangan:
Pemeriksaan menggunakan formulir MTBM

Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

Cara menghitung indikator cakupan pelayanan


38
kesehatan neonatus 0 – 28 hari (KN Lengkap)
• Informasi pelayanan yang diberikan pada
neonatus usia 0 – 28 hari dapat diperoleh dari
: kartu balita/formulir MTBM/Buku KIA/Kohor
bayi.
• Puskesmas menghitung jumlah neonatus usia
0 – 28 hari yang mendapat penanganan KN1,
KN2 dan KN3 dalam kurun waktu 1 bulan.
Kemudian melaporkan ke dinkes kab/kota
menggunakan format LB 3 SP2TP
Cara Perhitungan
Jumlah bayi baru lahir yang telah memperoleh
pelayanan kunjungan neonatal minimal tiga
kali yaitu 1 kali pada masa 6-48 jam, 1 kali
Cakupan pada hari ke 3-7 dan 1 kali pada hari ke 8-28
pelayanan setelah lahir sesuai standar di wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu
kesehatan
= X 100%
neonatus 0–28
hari (KN
Lengkap) Jumlah seluruh kelahiran hidup di wilayah
kerja dalam tahun yang sama
Sumber Data
1) Buku KIA,
2) Register Kohort Bayi,
3) Formulir Bayi Baru Lahir
4) Formulir MTBM

Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

Contoh perhitungan KN Lengkap


• Jumlah seluruh bayi lahir hidup di Kec. L tahun 2014 =
300 orang
• Rekapitulasi Jumlah bayi baru lahir yg telah mendapatkan
pelayanan kunjungan neonatal sesuai standar minimal 3
kali (1 kali pada 6-48 jam, 1 kali pada 3-7 hari dan 1 kali
pada 8-28 hari) : 240 orang
• Cakupan kunjungan neonatal lengkap (KN lengkap) =
240 / 300 x 100 % = 80 %.
DEFINISI OPERASIONAL

Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus


Definisi Operasional:
•Cakupan Penanganan komplikasi bayi baru lahir adalah
cakupan bayi baru lahir dengan komplikasi yang ditangani
oleh tenaga kesehatan yang terlatih sesuai standar di
suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Keterangan:
-pemeriksaan menggunakan formulir MTBM
-Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan
kesehatan dalam menangani kasus – kasus
kegawatdaruratan neonatal, yang kemudian ditindaklanjuti
sesuai dengan kewenangannya, atau dapat dirujuk ke
tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
-Kasus komplikasi yang ditangani adalah seluruh kasus
yang ditangani tanpa melihat hasilnya hidup atau mati.
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

Komplikasi pada bayi baru lahir :


Yang termasuk komplikasi pada bayi baru lahir :
• Asfiksia , Prematuritas dan BBLR (bayi berat lahir
rendah < 2500 gr), Infeksi/ sepsis, Ikterus,
Kejang , Hipotermia, Tetanus neonatorum,
Masalah pemberian ASI , Trauma lahir, sindroma
gangguan pernapasan, kelainan kongenital,
Masuk dalam klasifikasi kuning dan merah
dengan pemeriksaan algoritma MTBM pada saat
kunjungan neonatal ;
- infeksi bakteri lokal
- diare dehidrasi ringan/sedang
- ikterus
- berat badan rendah menurut umur dan/atau masalah
pemberian ASI.
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

43
Penjelasan indikator cakupan pelayanan neonatus
komplikasi
• Informasi pelayanan yang diberikan pada bayi
baru lahir (0-28 hari) dapat diperoleh dari:
kartu balita/formulir MTBM/Buku KIA/Kohor
bayi.
• Puskesmas menghitung jumlah neonatus
komplikasi usia 0 – 28 hari yang mendapat
pelayanan baik yang ditangani maupun yang
dirujuk, dalam kurun waktu 1 bulan. Kemudian
melaporkan ke dinkes kab/kota menggunakan
format LB 3 SP2TP
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

Cara Perhitungan

Jumlah bayi baru lahir dengan komplikasi


Cakupan yang tertangani sesuai standar di suatu
Penanganan wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
100
= X
Komplikasi %
Neonatus 15 % x Jumlah seluruh kelahiran hidup di
suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

Sumber Data
1) SIMPUS (Register Kohort Bayi, LB 3, PWS-KIA)
2) SIRS, termasuk pelayanan yang dilakukan oleh swasta

Perhitungan cakupan:
Kohor Bayi
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

DEFINISI OPERASIONAL

JUMLAH NEONATUS YANG MENDAPAT


PELAYANAN SKRINING HIPOTIROID
KONGENITAL (SHK)

Definisi Operasional:
•Jumlah neonatus yang dilakukan pemeriksaan skrining
hipotiroid kongenital (SHK)
Keterangan:
Waktu pemeriksaan SHK idealnya usia 48 – 72 jam dengan
mengambil darah dari tumit bayi atau dari vena
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

46 PENJELASAN INDIKATOR JUMLAH NEONATUS


YANG MENDAPAT PELAYANAN SKRINING
HIPOTIROID KONGENITAL (SHK)

• Pelayanan SHK yang idealnya diberikan pada bayi


usia 48 – 72 jam dapat diperoleh dari : Buku KIA dan
Kohor bayi.
• Puskesmas menghitung jumlah neonatus usia 48
– 72 jam yang mendapat pelayanan skrining
hipotiroid kongenital (SHK) dalam kurun waktu 1
bulan. Kemudian melaporkan ke dinkes kab/kota
menggunakan format SP2TP
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi
47 KIA Th. 2016

CARA PERHITUNGAN JUMLAH NEONATUS


YANG MENDAPATKAN PELAYANAN SKRINING
HIPOTIROID KONGENITAL (SHK) :

Jumlah neonatus
yang Jumlah bayi baru lahir yang dilakukan
= pemeriksaan SHK
mendapatkan
pelayanan SHK

Sumber data:
1.Buku KIA
2.Kohor Bayi
3.SP2TP

Perhitungan cakupan:
Kohor bayi
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

CONTOH PERHITUNGAN SHK :

• Jumlah seluruh bayi baru lahir di Kabupaten A


20.000. Bayi baru lahir umur 48 – 72 jam yang
diambil sampel darah tumitnya untuk
dilakukan skrining hipotiroid kongenital pada
bulan Januari adalah 50 bayi, 10 sampel
reject dan dilakukan pengambilan ulang,
dengan hasil positif SHK 5 orang.
• Jumlah neonatus yang mendapatkan
pemeriksaan SHK pada bulan Januari adalah
50 bayi baru lahir.
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

Penyebab Kesakitan
NEONATAL Post neonatal ANAK BALITA
NO.
(0-28 hr) (29hr-11 bln) (12-59bln)
Tetanus
1 Diare Diare
Neonatorum
2 Pneumonia Pneumonia Pneumonia
3 Ikterus Campak Campak
4 Diare Difteri Malaria
5 Kelainan Bawaan Malaria Difteri
6 Lain - lain Lain - lain DBD

7 Lain-lain
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

Penyebab Kematian
NEONATAL Post neonatal ANAK BALITA
NO.
(0-28 hr) (29hr-11 bln) (12-59bln)
1 BBLR Pneumonia Diare
2 Asfiksia Diare Pneumonia
Tetanus Kelainan
3 Malaria
Neonaturum Saluran Cerna
4 Sepsis Tetanus Campak
Kelainan Saraf
5 Kelainan Bawaan DBD

6 Malaria Difteri
7 Lain - lain Lain-lain
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

DEFINISI OPERASIONAL
51

PUSKESMAS MEMBINA
LAPAS/RUTAN/LPKA
Adalah puskesmas yang melakukan 1 (satu) atau lebih
pelayanan kesehatan di Lapas/Rutan/LPKA, antara lain:
1. Penyuluhan tentang kesehatan anak
2. Penyuluhan tentang kesehatan lingkungan
3. Penjaringan kesehatan
4. Pemberantasan sarang nyamuk
5. Imunisasi
6. Pengobatan
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

DEFINISI OPERASIONAL
52

Puskesmas Membina Panti (LKSA)


Adalah puskesmas yang melaksanakan pelayananan
kesehatan meliputi:
1.Yankes bayi (Imunisasi, Pemanfaatan Buku KIA,
Pemberian Vit A, Pengobatan)
2.Yankes Balita (Imunisasi, Pemanfaatan Buku KIA,
Pemberian Vit A, Pengobatan)
3.Yankes Anak Usia Sekolah & Remaja (Penyuluhan salah
satu topik yaitu Kespro, PHBS, HIV AIDS, Napza, KtA;
Kes Gigi & Mulut &Pengobatan)
4.Pembinaan kesehatan lingkungan
Disusun Oleh Tim Perencanaan & Informasi Seksi KIA Th. 2016

DEFINISI OPERASIONAL
53

Puskesmas Membina SLB


Adalah puskesmas yang melakukan 1 (satu) atau
lebih pelayanan kesehatan melalui UKS di SLB,
antara lain :
1. Penyuluhan tentang kesehatan anak
2. Penyuluhan tentang kesehatan lingkungan
3. Penjaringan kesehatan
4. Pemberantasan sarang nyamuk
5. Imunisasi
6. Pengobatan
TERIMA KASIH
TIM PERENCANAAN DAN INFORMASI

SEKSI KESEHATAN
ANAK
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN BENGKULU Utara

KONTAK:
Email: kiadinkesbu@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai