Anda di halaman 1dari 17

PERAN KELUARGA DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI ANAK MELALUI POS GIZI /

KELAS GIZI
DI PUSKESMAS UMANEN

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas hidayah dan karuniaNya, kami dapat
menyusun laporan kegiatan program Gizi pada Puskesmas Jereweh Tahun 2011. Khususnya
kegiatan POSGIAT atau Pos Pelayanan Gizi Masyarakat guna penanggulangan Masalah Gizi
Masyarakat khususnya masalah Gizi Buruk dan Gizi Kurang yang terjadi pada bayi dan balita
di wilayah kerja puskesmas Jereweh Kabupaten Sumbawa Barat.
Dengan tersusunnya laporan ini kami tak lupa mengucapkan terima kasih yang tak terhingga,
yang mana tidak dapat kami sebutkan satu per satu khususnya seluruh pihak yang terlibat
langsung baik dalam proses kegiatan, pendanaan hingga tersusunnya laporan ini.
Kami juga berharap bahwa dengan adanya kritik dan saran terhadap seluruh rangkaian
kegiatan ini guna untuk meningkatkan kinerja dan kegiatan program Gizi di masa yang akan
datang.

Jereweh, 27 Desember 2011


Penyusun,

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tujuan pembangunan di era millennium yang telah tercantum dalam kesepakatan
MDGs adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat yang di dukung oleh bidang kesehatan.
Dimana masalah kesehatan dewasa ini sangat kompleks terjadi di setiap lapisan masyarakat,
salah satunya merupakan masalah-masalah gizi yang tak lepas dari masalah Gizi Buruk dan

Gizi Kurang. Tercatat 13,8 % balita di Indonesia mengalami masalah Gizi buruk gizi kurang
maupun gizi buruk (Riskesdas tahun 2007).
Mengingat masih banyaknya jumlah balita yang menderita gizi buruk dan gizi Kurang, tidak
terkecuali di wilayah kerja puskesmas Jereweh juga terdapat masalah gizi buruk dan gizi
kurang. Pada awal tahun 2011 tercatat 4 kasus gizi buruk dan 32 kasus gizi kurang
berdasarkan indikator berat badan menurut umur (BB/U) dari hasil penimbangan yang
dilakukan di posyandu.
Didasarkan pada asumsi bahwa beberapa solusi untuk masalah-masalah masyarakat sudah
ada di dalam masyarakat dan hanya perlu diketemukan. Karena perubahan perilaku
berlangsung perlahan, sejumlah besar Tokoh masyarakat dan kesehatan masyarakat setuju
bahwa solusi-solusi yang diketemukan dalam suatu masyarakat dapat lebih bertahan
dibandingkan dengan solusi dari luar yang dibawa masuk ke dalam masyarakat tersebut.
kegiatan

Posgiat memanfaatkan kearifan lokal yang berhasil mengobati dan mencegah

kekurangan gizi dan menyebarluaskan kearifan tersebut ke seluruh masyarakat yang ada di
wilayah kerja puskesmas Jereweh.
Di Puskesmas Jereweh telah melaksanakan serangkaian kegiatan program Gizi terutama Gizi
Masyarakat diantaranya pemantauan status gizi balita di posyandu, Membina Kelompok
Kadarzi tingkat Dasa Wisma, Pelacakan Balita Gizi Buruk, Penyuluhan Gizi dan kegiatankegiatan lainnya dengan sasaran seluruh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Jereweh.
Dalam rangka penanggulangan masalah gizi buruk dan gizi untuk itu perlu dilaksanakan
secara maksimal dengan membentuk posgiat (pos gizi Masyarakat) yang berbasis masyarakat
dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat guna memantau dan mengawasi pelaksanaan
kegiatan tersebut. Di wilayah kerja Puskesmas Jereweh telah dibentuk 3 (tiga) Posgiat yang
ada di desa beru, Dasan Anyar dan Jelenga.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Meningkatkan status gizi balita serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara
menyeluruh di wilayah kerja Puskesmas Jereweh.
2. Tujuan Khusus :

a.
b.
c.

Meningkatkan konsumsi balita


Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu balita
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader posyandu

BAB II POSGIAT (POS GIZI MASYARAKAT)


A.

Pengertian
Pos Gizi Masyarakat (Posgiat) yaitu, suatu wadah atau tempat yang berbasis keluarga dan
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan gizi bagi balita gizi buruk dan gizi kurang yang
dilaksanakan oleh kader dan masyarakat dengan bimbingan petugas kesehatan untuk dapat
mengurangi jumlah anak kurang gizi pada saat ini dan mencegah terjadinya kekurangan gizi
setelah program tersebut selesai dilaksanakan.

B.
Manfaat
1. Dengan cepat memulihkan anak-anak kurang gizi yang diidentifikasi di dalam masyarakat.
2. Memungkinkan keluarga-keluarga tersebut mempertahankan status gizi baik anak tersebut di
3.

rumah masing-masing secara mandiri.


Mencegah kekurangan gizi pada anak-anak yang akan lahir kemudian dalam asyarakat
tersebut, dengan merubah norma-norma masyarakat mengenai perilaku-perilaku pengasuhan
anak, pemberian makan, dan mencari pelayanan kesehatan.

C.

Pendekatan Pos Gizi


Pada pendekatan Pos Gizi Masyarakat, para kader dan ibu balita/pengasuh anak-anak kurang
gizi mempraktekkan berbagai perilaku baru dalam hal memasak, pemberian makan,
kebersihan dan pengasuhan anak yang telah terbukti berhasil dalam merehabilitasi anak-anak
yang kurang gizi. Berbagai kebiasaan terpilih tersebut berasal dari hasil penemuan dan
berbagai perilaku kunci yang dikemukakan oleh para ahli kesehatan masyarakat. Para kader
secara aktif melibatkan ibu dan anak dalam proses rehabilitasi dan pembelajaran dalam
situasi rumah yang nyaman dan bekerja agar keluarga-keluarga tersebut dapat
mempertahankan status gizi anak yang sudah baik di rumah. Kegiatan Pos Gizi terdiri dari

rehabilitasi dan pendidikan gizi selama periode tertentu yang diikuti dengan kunjungan para
kader ke rumah setiap ibu balita/pengasuh.
Pendekatan Pos Gizi Masyarakat mendorong terjadinya perubahan perilaku dan
memberdayakan para ibu balita/pengasuh untuk bertanggungjawab terhadap rehabilitasi gizi
anak-anak mereka dengan menggunakan pengetahuan dan sumber daya lokal. Setelah
pemberian makanan tambahan berkalori tinggi selama dua minggu, anak-anak menjadi lebih
bertenaga dan nafsu makan merekapun bertambah. Perubahan nyata yang terlihat pada anak,
dengan disertai metode belajar sambil bekerja, akan meningkatkan kepercayaan diri dan
ketrampilan ibu balita/pengasuh dalam berbagai perilaku pemberian makan, pengasuhan
anak, kebersihan, dan mencari pelayanan kesehatan.
Adanya perilaku-perilaku yang lebih baik, tanpa memperdulikan latar belakang pendidikan
sang ibu, akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Pendekatan ini telah
berhasil mengurangi angka kurang gizi pada kelompok masyarakat sasaran dengan
memampukan para anggota masyarakat untuk menemukan kearifan dari ibu-ibu dan
mempraktekkan kearifan tersebut dalam kegiatan harian Pos Gizi. Pos Gizi Masyarakat
adalah alat mobilisasi masyarakat yang efektif, menggembleng masyarakat untuk bekerja
dengan melibatkan berbagai lapisan sosial di masyarakat tersebut, untuk bekerjasama
mengatasi masalah dan menemukan solusi dari dalam masyarakat mereka sendiri. Pendekatan
ini menitikberatkan pada upaya memaksimalkan sumber daya, ketrampilan dan strategi yang
ada untuk mengatasi suatu permasalahan Gizi harus disesuaikan dengan kondisi lokal dan
langkah pelaksanaannya fleksibel, ada beberapa elemen penting yang harus dimasukkan
untuk mempertahankan keefektifan dari pendekatan Pos Gizi.

Pengalaman telah menunjukkan bahwa semua program yang efektif:


1. Melakukan Pelacakan kasus Gizi Buruk dalam setiap kelompok masyarakat sasaran dengan
melibatkan para anggota masyarakat dan petugas Kesehatan.

2.

Melibatkan ibu-ibu kader setempat untuk menyelenggarakan kegiatan Pos Gizi dan

melakukan tindak lanjut-kunjungan rumah.


3. Sebelum pelaksanaan kegiatan Pos Gizi, semua anak diberi obat cacing ( 1 kali dalam waktu
6 bulan) dan Suplemen gizi yang dibutuhkan.

BAB III. PROSES PELAKSANAAN POSGIAT DI PUSKESMAS JEREWEH


A.

Sosialisasi dan Mobilisasi Masyarakat


Pos Gizi Masyarakat adalah program masyarakat sehingga membutuhkan partisipasi aktif
dari masyarakat. Karena proses ini menuntut penemuan dan aksi secara mandiri dari
masyarakat, lembaga pelaksana tidak dapat menjalankan program Pos Gizi Masyarakatyang
sukses tanpa adanya partisipasi dan dukungan dari masyarakat.

Di puskesmas jereweh dilaksanakan sosialisasi dan mobilisasi tentang posgiat pada tanggal 4
januari 2011 bersamaan dengan acara lokakarya posyandu yang dilaksanakan di gedung serba
guna. Sosialisasi menjelaskan betapa pentingnya penanganan kasus gizi buruk dengan PMT
(Pemberian Makanan Tambahan) Pemulihan melalui Posgiat. Diutamakan PMT-P

pada

Posgiat akan menggunakan Bahan Makanan Lokal yang mutunya tidak kalah dengan
makanan produksi pabrik tetapi mudah kita dapat dan murah.
Mobilisasi dilakukan dengan cara :
1. Mengadakan pendekatan dan pertemuan dengan Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan Kader
2.

Posyandu.
Memberikan Orientasi dan bekerja sama dengan Petugas Poskesdes dan Pustu untuk

mengkoordinasikan berbagai upaya kegiatan Posgiat.


3. Mobilisasi Tim Kesehatan di Desa menggalang kemitraan dengan Pokja Jumantara dan Tim
Desa Siaga serta Kader Posyandu.
B.

Menentukan Target Kelompok Usia


Dalam banyak kasus, sumber dana mungkin akan menentukan target kelompok usia dalam
usaha

Pos Gizi. Jika hal ini tidak terjadi maka libatkan masyarakat untuk mengambil

keputusan. Apakah anda akan memfokuskan pada seluruh anak dibawah usia tiga tahun? Atau
semua anak dibawah usia lima tahun? Karena anak-anak tidak boleh diberikan makanan
tambahan sebelum berusia enam bulan, maka target usia minimal adalah anak yang berusia
tujuh bulan. Jika terlalu banyak anak berusia dibawah lima tahun yang harus diikut sertakan,
pertimbangkan untuk mengundang anak-anak yang berusia antara tujuh bulan sampai tiga
tahun ke dalam Pos Gizi. Anak dibawah usia tiga tahun mengalami pertumbuhan paling cepat
dibanding pada usia lainnya, namun sangat rentan terhadap penyakit yang dapat merugikan
dan menghambat pertumbuhan, dan memberikan respon yang paling baik terhadap usaha
intervensi. Sebagai tambahan, penelitian membuktikan bahwa pada periode usia tersebut,
status gizi anak berada pada
kondisi yang sangat rentan. Jika terjadi penyebaran kekurangan gizi di masyarakat dalam
skala besar dan jumlah banyak, akan sangat bijaksana jika mengkonsentrasikan usaha-usaha
kesehatan pada anak yang berusia tujuh hingga dua puluh empat bulan.
Pada Kesempatan ini puskesmas jereweh menyepakati bahwa kelompok usia yang diberikan
PMT pemulihan atau makanan tambahan barada pada kelompok usia 6 bulan hingga usia 36
bulan.
C.

Melakukan Penilaian Data Awal Status Gizi

Penilaian data awal gizi dapat mengidentifikasi anak-anak yang kurang gizi dan berguna
sebagai alat mobilisasi masyarakat. Sangat penting bagi anda untuk menimbang seluruh anak
pada target kelompok usia. Berat badan per tinggi badan merupakan ukuran yang disarankan
untuk menilai kekurangan gizi akut, atau kurus. Namun, karena berat badan per umur sangat
sensitive berubah, maka metode ini digunakan pada kebanyakan program Pos Gizi untuk
menilai anak yang berat badannya kurang.
Data awal untuk menentukan status gizi balita yang dipakai oleh Puskesmas Jereweh
disepakati menggunakan indikator Berat Badan menurut umur (BB/U). dan dari data awal
didapati yang mengalami gizi buruk 4 (empat) balita dan yang berstatus Gizi Kurang tercatat
32 (tiga puluh dua) Balita yang tersebar di seluruh wilayah kerja Puskesmas Jereweh. Semua
data tersebut didapat melalui kegiatan penimbangan masal yang dilaksanakan pada bulan
januari 2011.
D.

Analisis Data Awal Status Gizi


Perencanaan program yang baik didasarkan pada pemahaman yang menyeluruh atas situasi
yang sedang terjadi di dalam suatu masyarakat. Sebagai tambahan pada penilaian data awal
gizi, informasi-informasi penting yang harus dikumpulkan adalah: Situasi kesehatan secara
umum: cakupan imunisasi; kejadian serta manajemen kasus ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut), terutama pneumonia, penyakit diare, malaria, dan cacingan pada anak;
kekurangan vitaminA, penerimaan keluarga berencana; akses terhadap perawatan ibu dan
anak. Angka dan penyebab kematian anak dibawah usia lima tahun: termasuk penyebabpenyebab medis (diagnosa) dan sistem (perawatan yang terlambat, perawatan berkualitas
rendah, dsb.). Berbagai Perilaku dan kepercayaan saat ini: perilaku-perilaku pemberian
makan dalam keluarga, pengasuhan dan mencari pelayanan kesehatan; kepercayaankepercayaan yang umum menyangkut makanan dan kesehatan, termasuk hal-hal yang tabu
dan norma-norma, serta ketersediaan air bersih.

E.

Melakukan Survei pemeringkatan Kesejahteraan Sasaran


Membuat kriteria tingkat kesejahteraan bersama dengan masyarakat dan kerjasama dengan
anggota masyarakat untuk mengklasifikasikan setiap rumahtangga berdasarkan status sosialekonomi. Usaha tersebut dilakukan untuk membedakan rumahtangga yang tidak mampu
dengan yang mampu. Para kader Pos Gizi dan anggota-anggota tim kesehatan desa yang
memiliki hubungan dekat dengan masyarakat dapat merupakan pihak yang paling tepat untuk
merancang kriteria tingkat kesejahteraan karena sangat khusus secara biaya.

Dari hasil data awal status gizi balita dan setelah dianalisa serta dilakukan survey status sosial
keluarga yang mengalami gangguan nutrisi di sepakati bahwa jumlah yang diberikan
Makanan Tambahan Pemulihan hanya yang berasal dari keluarga tidak mampu. dari hasil
survey terdapat 4 balita dengan Kasus Gizi buruk dan 17 Balita dengan kasus gizi kurang.
F.

Mengadakan Pertemuan Dengan Masyarakat


Melakukan pertemuan dengan masyarakat dilaksanakan dengan cara MMD (Musyawarah
Masyarakat Desa) atau pertemuan tingkat Desa yang dilaksanakan pada awal bulan pebruari
2011 pada semua desa di wilayah kerja puskesmas Jereweh. Guna memperoleh umpan balik
dari masyarakat untuk menentukan tempat dan kegiatan posgiat serta sasaran dan tujuan
kegiatan posgiat. Dalam pertemuan tersebut kita bahas juga tentang hasil survey dan analisa
data yang telah kami lakukan sebelumnya.
Melalui pertimbangan jumlah dan sebaran lokasi sasaran dan dari hasil pertemuan tingkat
desa disepakati dan dibentuk 3 (tiga) lokasi Posgiat di wilayah Puskesmas Jereweh. Yaitu
Posgiat Bahagia II yang berlokasi di desa Beru, Posgiat Batu Ketiri yang berada di Dusun
Jelenga dan Posgiat Sudi Mampir yang ada di Desa Dasan Anyar. Dalam kesempatan itu pula
di sepakati masyarakat yang melaksanakan kegiatan posgiat di masing-masing desa.

G.

Melaksanakan Pelatihan Kader Pelaksana Posgiat


Palatihan Kader Posgiat dilaksanakan pada bulan pebruari 2011 yang bertempat di gedung

serba guna kecamatan jereweh. Adapun dilaksanakan pelatihan kader ini dengan tujuan :
1. Meningkatkan pengetahuan kader posgiat dalam mengelola dan melaksanakan kegiatan.
2. Menambah ketrampilan kader dalam mengolah atau memasak makanan tambahan bagi
3.

balita.
Meningkatkan ketrampilan tentang observasi dan metode wawancara kepada ibu sasaran

posgiat guna memonitoring dan memantau perkembangan sasaran.


4. Dapat memotivasi dan menyebarkan informasi tentang gizi keluarga dan perilaku dalam
mengasuh serta merawat balita dengan kasus gizi buruk dan gizi kurang.
H.

Menyusun Jadwal Kegiatan Posgiat


Dalam merencanakan/ kegiatan Pos Gizi Masyarakat harus mempertimbangkan kriteria
berikut ini:
1. Menjadwalkan dengan segera setelah anak-anak ditimbang di posyandu
2. Rencanakan kegiatan setiap bulan, atau setiap dua bulan, atau dalam pola musiman sesuai
dengan bulan-bulan dimana anak-anak mengalami kekurangan gizi terburuk (kegiatan tsb
3.

umumnya tidak diperlukan lebih dari satu tahun periode pada setiap Posgiat)
Rencanakan kegiatan Pos Gizi Masyarakat musiman untuk memberi para keluarga variasi
menu sesuai dengan musim sehingga mudah diselenggarakan.

Di Puskesmas Jereweh Posgiat dijadwalkan menurut kesepakatan pengelola dengan


masyarakat, dan disepakati jadwal buka posgiat pada hari sabtu dan minggu sore hari. Karena
pada hari itu hari libur dan diluar kesibukan masyarakat. Untuk kasus Gizi Buruk
dilaksanakan 1 minggu sekali dan untuk anak Gizi Kurang dilaksanakan 2 minggu sekali
sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan.
I.

Merencanakan Menu Kegiatan Posgiat


Makanan tambahan diperlukan untuk merehabilitasi anak yang kurang gizi yang dihidangkan
setiap hari selama kegiatan dua minggu tersebut. Menurut WHO, selama periode rehabilitasi,
setiap anak harus menerima antara 150-220 kalori per kilogram berat badan per hari. Bila
seorang anak makan kurang dari 130 kalori per kilogram berat badan tiap hari, tidak bisa
terjadi rehabilitasi. Karena itu, program tersebut harus berusaha untuk menciptakan menu Pos
Gizi yang mengandung 600-800 kalori tiap hari dengan 25-27 gram protein untuk setiap
anak.

Dengan menu ini akan terjadi pemulihan dalam waktu singkat, para ibu

balita/pengasuh akan melihat adanya perubahan nyata dalam waktu dua minggu. Ini akan
memotivasi keluarga-keluarga lain untuk mengadopsi perilaku baru dalam pemberian makan
tersebut.
Menyusun menu Makanan Tambahan juga harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1.
2.

Gunakan bahan lokal yang tersedia , sesuai musim dan terjangkau.


Pastikan bahwa semua kelompok makanan ada dalam tiap hidangan makan sehingga anak-

3.

anak mendapatkan makanan yang seimbang.


Memperhatikan Kebiasaan dan kesukaan anak dalam konsumsi makanan.

J.

Merencanakan Pesan Pendidikan Kesehatan


Karena kegiatan Pos Gizi Masyarakat dilaksanakan dalam ukuran kecil dan suasana yang
akrab dimana para ibu dapat berkonsentrasi tentang kesehatan anak-anak mereka, maka ada
kesempatan sangat baik untuk menyebarkan pesan-pesan pendidikan kesehatan. Para peserta
bukan hanya sebagai pendengar/penonton setia tetapi mereka juga terbuka menerima
pesan-pesan tersebut dan tertarik untuk menjaga kesehatan anak mereka.
Dalam hal ini program posgiat bekerjasama dengan program promkes dan lintas program
lainnya lainnya untuk menyusun pesan-pesan kesehatan yang berkaitan dengan masalah gizi
buruk dan gizi kurang atau kasus malnutrisi.

K.

Memonitor Pelaksanaan Posgiat


Program Pos Gizi memonitor baik status gizi anak maupun status gizi masyarakat. Tiap- tiap
ibu balita/pengasuh mendapatkan sebuah KMS yangmenunjukkan kemajuan status gizi anak.

Dengan

informasi

tersebut,

ibu

balita/pengasuh

termotivasi

untuk

berbuat

dan

mempraktekkan perilaku rumah tangga yang dapat memperbaiki pertumbuhan anak. Petugas
Kesehatan atau petugas Gizi dapat memberikan konseling khusus dan rujukan ke pelayanan
kesehatan untuk membantu si anak mendapatkan pola asuh yang tepat untuk memastikan
bahwa dia dapat bertumbuh dengan baik.
Dalam hal ini juga dilakukan analisa tumbuh kembang balita melalui KMS dan anamnesa
atau wawancara langsung dengan keluarga balita yang mengalami malnutrisi dengan cara
melakukan kunjungan rumah sasaran posgiat.
L.

Evaluasi Kegiatan Posgiat


Evaluasisecara harafiah berarti mengkaji nilai dari sesuatu. Adalah langkah yang penting
dalam keseluruhan proses, menyediakan sebuah kesempatan bagi seluruh pihak yang
berkepentingan dan pelaku untuk merasa memiliki berbagai prestasi dan kesuksesan proyek
tersebut, mengidentifikasi dan melakukan analisis berbagai masalah, dan memberikan
rekomendasi untuk pelaksanaan di masa depan. Evaluasi dapat menjawab pertanyaanpertanyaan spesifik. Tipe evaluasi yang dilakukan akan ditentukan oleh jenis pertanyaan yang
ditanyakan, siapa yang menanyakan, dan sumber-sumber apa yang tersedia untuk menjawab
mereka. Pertanyaan-pertanyaan berikut ini mengilustrasikan berbagai variasi strategi untuk
melakukan evaluasi. Informasi lebih lanjut mengenai cara melakukan evaluasi peran serta,
Bagaimana Cara Memobilisasi Masyarakat untuk Menciptakan Perubahan Kesehatan dan
Sosial.

M.

Kegiatan- Kegiatan Lain di Posgiat


Pelaksanaan Posgiat di wilayah kerja Puskesmas Jereweh dari serangkaian kegiatan diatas
juga dilaksanakan kegiatan Demo Memasak untuk menu PMT Pemulihan dengan
Menggunakan Bahan Makanan Lokal sekaligus sebagai kegiatan Kelas Gizi untuk ibu balita
sasaran Posgiat.

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.
1. Dalam pelaksanaan Posgiat melibatkan masyarakat secara luas sangat membantu akan
keberhasilan program posgiat

2.

Memiliki sumber daya masyarakat yang terampil dan terlatih akan mempermudah setiap
kegiatan posgiat yang akan dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan terhadap

masalah-masalah gizi masyarakat.


3. Kerjasama antar lintas sector dan lintas program serta antar petugas kesehatan di desa juga
perlu di jalin sehingga pelaksanaan posgiat dapat berjalan sebagaimana mestinya.
B. Saran
1. Posgiat merupakan kegiatan yang sangat efektif dalam penanggulangan masalah gizi
masyarakat, sehingga perlu adanya pembinaan lebih lanjut dari pihak-pihak terkait terutama
dari Dinas Kesehatan tingkat kabupaten, yang selama ini sangat kurang dalam pembinaan
2.

posgiat di tingkat puskesmas maupun tingkat desa.


Kemitraan atau kerjasama dengan pihak ketiga harus tetap berjalan apa bila tanpa adanya
sumber dana yang memadahi maka kegiatan posgiat tidak akan berjalan secara maksimal.

onang
Senin, 02 Mei 2011
kelas ibu dan balita

Kelas Ibu Balita


Pendahuluan

Anak balita merupakan salah satu populasi paling beresiko terkena bermacam gangguan kesehatan (kesakitan
dan kematian). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Balita
di Indonesia sebesar 44/10.000 Kelahiran Hidup. Bila dihitung secara matematis, berarti dalam setiap jamnya
terjadi 22 kematian balita di Indonesia, suatu jumlah yang tergolong fantastis untuk ukuran di era globalisasi.
Oleh karena itu Depkes telah meluncurkan berbagai program kesehatan untuk menanggulangi hal ini.
Ada banyak program kesehatan yang telah diimplementasikan Departemen Kesehatan mulai dari pusat, provinsi
hingga kabupaten, misalnya buku KIA, Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), pengendalian penyakit menular
maupun tidak menular, dsb. Salah satu program kesehatan yang diharapkan dapat turut berperan aktif dalam
menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak balita adalah buku Kesehatan Ibu dan Anak (buku KIA),
yaitu suatu buku yang berisi catatan kesehatan Ibu mulai kehamilan hingga anak berusia 5 tahun yang berisi
informasi cara menjaga kesehatan. Namun tidak semua ibu mau/dapat membaca buku KIA karena berbagai
sebab atau alasan, misalnya malas membaca, tidak punya waktu membaca, sulit mengerti atau memang
mengalami buta aksara.
Berdasarkan pertimbangan ini, maka sangat perlu menAnak balita merupakan salah satu populasi paling
beresiko terkena bermacam gangguan kesehatan (kesakitan dan kematian). Menurut Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Balita di Indonesia sebesar 44/10.000 Kelahiran
Hidup. Bila dihitung secara matematis, berarti dalam setiap jamnya terjadi 22 kematian balita di Indonesia, suatu
jumlah yang tergolong fantastis untuk ukuran di era globalisasi. Oleh karena itu Depkes telah meluncurkan
berbagai program kesehatan untuk menanggulangi hal ini.
Ada banyak program kesehatan yang telah diimplementasikan Departemen Kesehatan mulai dari pusat, provinsi
hingga kabupaten, misalnya buku KIA, Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), pengendalian penyakit menular
maupun tidak menular, dsb. Salah satu program kesehatan yang diharapkan dapat turut berperan aktif dalam
menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak balita adalah buku Kesehatan Ibu dan Anak (buku KIA),
yaitu suatu buku yang berisi catatan kesehatan Ibu mulai kehamilan hingga anak berusia 5 tahun yang berisi
informasi cara menjaga kesehatan. Namun tidak semua ibu mau/dapat membaca buku KIA karena berbagai
sebab atau alasan, misalnya malas membaca, tidak punya waktu membaca, sulit mengerti atau memang
mengalami buta aksara.
Berdasarkan pertimbangan ini, maka sangat perlu mengajari ibu-ibu tentang isi buku KIA dan cara
menggunakan buku KIA, salah satu solusinya yaitu melalui penyelenggaraan Kelas Ibu Balita. Kelas ibu Balita
ditujukan bagi ibu yang mempunyai anak balita (0-59 bulan) sedangkan 'Kelas ibu Hamil' ditujukan bagi ibu
hamil.
gajari ibu-ibu tentang isi buku KIA dan cara menggunakan buku KIA, salah satu solusinya yaitu melalui
penyelenggaraan Kelas Ibu Balita. Kelas ibu Balita ditujukan bagi ibu yang mempunyai anak balita (0-59 bulan)
sedangkan 'Kelas ibu Hamil' ditujukan bagi ibu hamil.
Apakah Kelas Ibu Balita?
Kelas Ibu Balita merupakan suatu aktifitas belajar kelompok dalam kelas dengan anggota beberapa ibu yang
mempunyai anak balita (usia 0-5 tahun) dibawah bimbingan satu atau beberapa fasilitator (pengajar) dengan
memakai buku KIA sebagai alat pembelajaran.
Tujuan Kelas Ibu Balita
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, merubah sikap dan perilaku ibu hamil tentang kesehatan balita, gizi
dan stimulasi pertumbuhan & perkembangan anak.
Manfaat Kelas Ibu Balita
Bagi ibu balita dan keluarganya, kelas ibu balita merupakan sarana untuk mendapatkan teman, bertanya, dan
memperoleh informasi penting yang harus dipraktekkan.
Bagi petugas kesehatan, penyelenggaraan kelas ibu balita merupakan media untuk lebih mengetahui tentang
kesehatan ibu balita, anak dan keluarganya serta dapat menjalin hubungan yang lebih erat dengan ibu balita
serta keluarganya dan masyarakat.
Konsep pelaksanaan Kelas Ibu Balita

Memakai buku KIA sebagai alat (acuan) utama pembelajaran.

Metode belajar memakai pendekatan cara belajar orang dewasa, yaitu partisipatif interaktif, ceramah,
tanya jawab, peragaan/praktek, curah pendapat, penugasan dan simulasi.

Materi: buku KIA, modul yang berkaitan (misal: buku modul tumbuh kembang anak) dan alat-alat bantu
lain.

Kurikulum: disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi/masalah kesehatan di tempat tersebut. Agar
efektif, Kelas Ibu Balita dapat diintegrasikan dengan kegiatan terkait yang ada di masyarakat, misalnya
Bina Keluarga Balita (BKB) dan Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD) atau kegiatan Desa lainnya.
Dari, oleh dan untuk masyarakat: seluruh masyarakat termasuk tokoh-tokoh agama dan masyarakat berperan dalam
pelaksanaan Kelas Ibu Balita.

Peserta: Ibu-ibu yang mempunyai anak berusia antara 0-5 tahun. Tiap kelas dibagi berdasarkan
kelompok umur balita: 0-1 tahun, 1-2 tahun, dan 2-5 tahun. Jumlah peserta idealnya maksimal 15
orang/kelas.

Fasilitator/pengajar: Bidan atau petugas kesehatan yang telah dilatih menjadi fasilitator Kelas Ibu Balita
atau yang telah menjalani on the job training Kelas Ibu Balita.

Narasumber: Narasumber diperlukan untuk memberi input tentang topik tertentu. Narasumber
merupakan tenaga kesehatan dalam bidang spesifik tertentu seperti: ahli gizi, dokter, bidan, perawat,
perawat gigi, Kader PAUD, dll.

Waktu: disesuaikan dengan kesiapan ibu/bapak/keluarga, bisa pagi atau sore hari. Lama kegiatan 2060 menit atau disesuaikan dengan kondisi setempat.

Frekuensi pertemuan: 3 kali pertemuan atau sesuai hasil kesepakatan antara fasilitator dengan peserta.

Tempat fleksibel: bisa di Balai Desa, Dusun, memakai salah satu rumah warga, Posyandu, Puskesmas, RB, RS, dll.

Dimana dan kapan sebaiknya melaksanakan Kelas Ibu Balita?


- Di Posyandu, pada meja penyuluhan atau pada awal atau akhir kegiatan Posyandu.
- Bersamaan dengan kegiatan PAUD atau BKB.
- Dijadwalkan tersendiri, misal: di rumah warga, Balai Desa, Dusun, Pos Kesehatan Desa (Poskesdes/Polindes),
Puskesmas, Klinik, RB atau RS.
Contoh Kurikulum Kelas Ibu Balita:
Modul A (untuk usia 0-1 tahun):
- ASI
- Imunisasi
- Makanan pendamping ASI (untuk anak usia 6-12 bulan)
- Tumbuh kembang bayi
- Penyakit terbanyak pada bayi (Diare, ISPA)
Modul B (untuk usia 1-2 tahun):
- Merawat gigi anak
- Makanan pendamping ASI (untuk anak usia 1-2 tahun)
- Tumbuh kembang anak usia 1-2 tahun
- Penyakit pada anak (kecacingan, gizi buruk, dll)
- Permainan anak
Modul C (untuk usia 2-5 tahun):
- Tumbuh kembang anak
- Pencegahan kecelakaan
- Gizi seimbang
- Penyakit pada anak (TBC, DBD, Diare, dsb)
- Obat pertolongan pertama
- Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
Contoh Kelas Ibu Balita yang telah berjalan: di kabupaten Tanah Datar, provinsi Sumatera Barat.

Sumber
Departemen Kesehatan RI kerjasama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA), 2008, Leaflet
Kelas Ibu Balita.

Related Posts by Categories


Artikel Kesehatan

Revitalisasi Posyandu

Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)

JAMKESMAS (Jaminan Kesehatan Masyarakat)

Desa Siaga

Asuhan Persalinan Normal (APN)

Integrasi Program Kesehatan Jiwa dengan Program Puskesmas di Kebumen 3 (Pengantar)

Klinik Sanitasi

Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)

Pesan 7 PUGS: Biasakan makan pagi

Pesan 5 PUGS: Makanlah Makanan Sumber Zat Besi

Pesan 4 PUGS: Gunakan garam Beryodium

Pesan 3 PUGS: Pilihlah makanan berkadar lemak sedang dan rendah lemak jenuh

Pesan 2 PUGS: Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi

Pesan 1 PUGS: Makanlah Makanan yang Beraneka Ragam

Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)

Perawatan Gigi dan Mulut

Pelayanan Kesehatan Haji

Posyandu Lansia

Upaya Kesehatan Kerja

Panduan Praktis Bagi Masyarakat Dalam Pencegahan Pandemi Flu Baru H1N1

Program Penanggulangan Gizi Buruk

Yang perlu diketahui tentang penyakit TBC

Penyakit TBC pada Anak

STBM: Wujudkan Lingkungan Sehat, Rakyat Sehat

Gerakan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

Kelas Ibu Hamil dan Ibu Balita


Sepanjang tahun 2010, tak kurang dari 17.000 an ibu di Kabupaten Kendal
tercatat sebagai ibu yang menjalani proses kehamilan, baik kehamilan
pertama atau ke sekian. Diperkirakan bari sejumlah ibu hamil tersebut,
80% nya adalah ibu-ibu dengan kehamilan normal, sisanya keungkinan
bermasalah. Tidak sedikit macam gangguan yang dialami ibu hamil, yang
disebabkan oleh karena faktor internal maupun eksternal. Masyarakat
Kendal masih populer dengan nyidam, pantangan ibu hamil dari sisi
makanan maupun pantangan dari perbuatan. Beberapa pantangan nyaris
tak berpengaruh bagi kesehatan ibu, namun sebagian lagi ternyata
membawa dampak bagi kesehatan ibu maupun bayi.
Dalam mencapai upaya percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)
dan Angka Kematian Bayi (AKB) maka salah satu upaya promotif dan
preventif yang mulai gencar dilakukan adalah Kelas ibu hamil dan Kelas
ibu balita.Kegiatan ini membidik segmen langsung para ibu yang sedang
hamil beserta keluarganya dalam kelas ibu hamil, dan para ibu yang
memiliki balita (kelas ibu balita). Jika keduanya berkesinambungan,
diharapkan akan muncul kelompok para ibu yang benar-benar memahami
kesehatan diri dan bayinya, mampu menyiapkan diri menghadapai
gangguan selama kehamilan serta mampu menyiapkan diri dan
keluarganya selama proses persalinan. Kemudian dia juga mampu
merawat bayinya dengan baik hingga berusaia balita dan seterusnya.
Kelas ibu hamil adalah sarana untuk belajar tentang kesehatan bagi ibu
hamil dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai
kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan
bayi, mitos, penyakit menular dan akte kelahiran. Sedangkan kelas ibu
balita bertujuan meningkatkan pengetahuan orang tua ( ibu ) dari balita
mengenai tumbuh kembang, pola sus, asah serta asih.
Ujicoba pelaksanaan kelas ibu hamil dan Kelas ibu balita telah dimulai
pada tahun 2010 pada 5 Puskesmas yaitu : Puskesmas Singorojo 2,
Puskesmas Brangsong 1, Puskesmas Kendal 1, Puskesmas Gemuh 1 dan
Puskesmas Pageruyung. Kelima Puskesmas tersebut melaksanakan
kegiatan ini dengan menggunakan dana Jamkesmasda maupun dana
masyarakat lainnya. Hasil evaluasi di lapangan didapatkan bahwa
masyarakat ternyata antusias dengan kegiatan ini, karena kelas yang
eksklusif dan nyaman karena satu kelompok / kelas hanya berisi maksimal
10 orang membuat para ibu bisa menikmati kegiatan dengan nyaman.

Diharapkan tahun 2011 seluruh Puskesmas akan mampu melaksanakan


kelas ibu hamil maupun kelas ibu balita dengan dana BOK ( Bantuan
Operasional kesehatan ) yang ada di tiap Puskesmas, sehingga para ibu
hamil maupun ibu yang meiliki bayi dan balita di kendal ini memiliki
pengetahuan yang cukup untuk mendidik para putranya, selain juga
mampu mendidik dirinya sendiri.
Sisi menarik kegiatan baru ini penting untuk dicermati karena diharapkan
akan menjadi daya dorong turunnya AKI maupun AKB Kabupaten Kendal
yang tahun lalu masih menduduki peringkat 17 besar Jawa Tengah.
Meskipun belum terlihat hasilnya tahun ini, karena justru terlihat angka
kematian yang meningkat, kita yakin bahwa sebuah upaya memang tidak
bisa dinikmati dalam waktu 1 2 tahun, bahkan mungkin baru akan kita
nikmati puluhan tahun kemudian itupun setelah upaya yang terus
menerus dan tak kenal lelah. Beberapa sisi menarik pelaksanaan Kelas Ibu
Hamil dan Kelas Ibu Balita adalah:
1. Materi diberikan secara menyeluruh dan terencana.
2. Penyampaian materi lebih komprehensif
3. Dapat mendatangkan tenaga ahli untuk memberikan penjelasan
mengenai topik tertentu.
4. Waktu pemberian materi menjadi efektif karena pola penyajian
materi terstruktur dengan baik.
5. Ada interaksi antara petugas kesehatan dengan ibu hamil pada saat
pembahasan materi dilaksanakan.
6. Dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan.
7. Dilakukan evaluasi terhadap petugas kesehatan dan ibu hamil
dalam memberikan penyajian materi sehingga dapat meningkatkan
kualitas sistim pembelajaran.
Sasaran Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita
Peserta kelas ibu hamil sebaiknya ibu hamil pada umur kehamilan 20 s/d
32 minggu, karena pada umur kehamilan ini kondisi ibu sudah kuat.
Jumlah peserta kelas ibu hamil maksimal 10 orang setiap kelas, jika
diperlukan suami/ keluarga diikut sertakan. Sedangkan sasaran kelas ibu
balita adalah mereka yang punya balita usia 0 1 tahun, balita 1-2 tahun
serta balita 2- 5 tahun, yang masing-masing akan dikelompokkan dengan
usia balita yang dimiliki.
Teknis Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Ibu hamil dan Kelas Ibu Balita bisa
dilaksanakan dalam beberapa bentuk, mulai dari belajar bersama dan
diskusi, pembahasan buku KIA, senam hamil, praktek memasak dan
menyajikan makanan sehat dan balita hingga acara lain yang bisa
dikembangkan oleh masing-masing kelompok. Diharap kegiatan ini benarbenar bisa dinikmati para ibu sekaligus keluarganya.

Ke depan kita berharap, kelas ini bisa berkembang di seluruh desa dan
kelurahan se Kabupaten Kendal.
Diposkan oleh onang lestari di 21.55
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Poskan Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut
Arsip Blog

2011 (8)
o Mei (7)

DESA SIAGA

resep kue onang

mengethui bayi cukup asi

pengertian sehat

materi kuliah Darah adalah cairan tubuh yany ter...

sejarah komputer

kelas ibu dan balita

o April (1)

Mengenai Saya
onang lestari
Lihat profil lengkapku
Template Simple. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai