KELAS GIZI
DI PUSKESMAS UMANEN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas hidayah dan karuniaNya, kami dapat
menyusun laporan kegiatan program Gizi pada Puskesmas Jereweh Tahun 2011. Khususnya
kegiatan POSGIAT atau Pos Pelayanan Gizi Masyarakat guna penanggulangan Masalah Gizi
Masyarakat khususnya masalah Gizi Buruk dan Gizi Kurang yang terjadi pada bayi dan balita
di wilayah kerja puskesmas Jereweh Kabupaten Sumbawa Barat.
Dengan tersusunnya laporan ini kami tak lupa mengucapkan terima kasih yang tak terhingga,
yang mana tidak dapat kami sebutkan satu per satu khususnya seluruh pihak yang terlibat
langsung baik dalam proses kegiatan, pendanaan hingga tersusunnya laporan ini.
Kami juga berharap bahwa dengan adanya kritik dan saran terhadap seluruh rangkaian
kegiatan ini guna untuk meningkatkan kinerja dan kegiatan program Gizi di masa yang akan
datang.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tujuan pembangunan di era millennium yang telah tercantum dalam kesepakatan
MDGs adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat yang di dukung oleh bidang kesehatan.
Dimana masalah kesehatan dewasa ini sangat kompleks terjadi di setiap lapisan masyarakat,
salah satunya merupakan masalah-masalah gizi yang tak lepas dari masalah Gizi Buruk dan
Gizi Kurang. Tercatat 13,8 % balita di Indonesia mengalami masalah Gizi buruk gizi kurang
maupun gizi buruk (Riskesdas tahun 2007).
Mengingat masih banyaknya jumlah balita yang menderita gizi buruk dan gizi Kurang, tidak
terkecuali di wilayah kerja puskesmas Jereweh juga terdapat masalah gizi buruk dan gizi
kurang. Pada awal tahun 2011 tercatat 4 kasus gizi buruk dan 32 kasus gizi kurang
berdasarkan indikator berat badan menurut umur (BB/U) dari hasil penimbangan yang
dilakukan di posyandu.
Didasarkan pada asumsi bahwa beberapa solusi untuk masalah-masalah masyarakat sudah
ada di dalam masyarakat dan hanya perlu diketemukan. Karena perubahan perilaku
berlangsung perlahan, sejumlah besar Tokoh masyarakat dan kesehatan masyarakat setuju
bahwa solusi-solusi yang diketemukan dalam suatu masyarakat dapat lebih bertahan
dibandingkan dengan solusi dari luar yang dibawa masuk ke dalam masyarakat tersebut.
kegiatan
kekurangan gizi dan menyebarluaskan kearifan tersebut ke seluruh masyarakat yang ada di
wilayah kerja puskesmas Jereweh.
Di Puskesmas Jereweh telah melaksanakan serangkaian kegiatan program Gizi terutama Gizi
Masyarakat diantaranya pemantauan status gizi balita di posyandu, Membina Kelompok
Kadarzi tingkat Dasa Wisma, Pelacakan Balita Gizi Buruk, Penyuluhan Gizi dan kegiatankegiatan lainnya dengan sasaran seluruh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Jereweh.
Dalam rangka penanggulangan masalah gizi buruk dan gizi untuk itu perlu dilaksanakan
secara maksimal dengan membentuk posgiat (pos gizi Masyarakat) yang berbasis masyarakat
dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat guna memantau dan mengawasi pelaksanaan
kegiatan tersebut. Di wilayah kerja Puskesmas Jereweh telah dibentuk 3 (tiga) Posgiat yang
ada di desa beru, Dasan Anyar dan Jelenga.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Meningkatkan status gizi balita serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara
menyeluruh di wilayah kerja Puskesmas Jereweh.
2. Tujuan Khusus :
a.
b.
c.
Pengertian
Pos Gizi Masyarakat (Posgiat) yaitu, suatu wadah atau tempat yang berbasis keluarga dan
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan gizi bagi balita gizi buruk dan gizi kurang yang
dilaksanakan oleh kader dan masyarakat dengan bimbingan petugas kesehatan untuk dapat
mengurangi jumlah anak kurang gizi pada saat ini dan mencegah terjadinya kekurangan gizi
setelah program tersebut selesai dilaksanakan.
B.
Manfaat
1. Dengan cepat memulihkan anak-anak kurang gizi yang diidentifikasi di dalam masyarakat.
2. Memungkinkan keluarga-keluarga tersebut mempertahankan status gizi baik anak tersebut di
3.
C.
rehabilitasi dan pendidikan gizi selama periode tertentu yang diikuti dengan kunjungan para
kader ke rumah setiap ibu balita/pengasuh.
Pendekatan Pos Gizi Masyarakat mendorong terjadinya perubahan perilaku dan
memberdayakan para ibu balita/pengasuh untuk bertanggungjawab terhadap rehabilitasi gizi
anak-anak mereka dengan menggunakan pengetahuan dan sumber daya lokal. Setelah
pemberian makanan tambahan berkalori tinggi selama dua minggu, anak-anak menjadi lebih
bertenaga dan nafsu makan merekapun bertambah. Perubahan nyata yang terlihat pada anak,
dengan disertai metode belajar sambil bekerja, akan meningkatkan kepercayaan diri dan
ketrampilan ibu balita/pengasuh dalam berbagai perilaku pemberian makan, pengasuhan
anak, kebersihan, dan mencari pelayanan kesehatan.
Adanya perilaku-perilaku yang lebih baik, tanpa memperdulikan latar belakang pendidikan
sang ibu, akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Pendekatan ini telah
berhasil mengurangi angka kurang gizi pada kelompok masyarakat sasaran dengan
memampukan para anggota masyarakat untuk menemukan kearifan dari ibu-ibu dan
mempraktekkan kearifan tersebut dalam kegiatan harian Pos Gizi. Pos Gizi Masyarakat
adalah alat mobilisasi masyarakat yang efektif, menggembleng masyarakat untuk bekerja
dengan melibatkan berbagai lapisan sosial di masyarakat tersebut, untuk bekerjasama
mengatasi masalah dan menemukan solusi dari dalam masyarakat mereka sendiri. Pendekatan
ini menitikberatkan pada upaya memaksimalkan sumber daya, ketrampilan dan strategi yang
ada untuk mengatasi suatu permasalahan Gizi harus disesuaikan dengan kondisi lokal dan
langkah pelaksanaannya fleksibel, ada beberapa elemen penting yang harus dimasukkan
untuk mempertahankan keefektifan dari pendekatan Pos Gizi.
2.
Melibatkan ibu-ibu kader setempat untuk menyelenggarakan kegiatan Pos Gizi dan
Di puskesmas jereweh dilaksanakan sosialisasi dan mobilisasi tentang posgiat pada tanggal 4
januari 2011 bersamaan dengan acara lokakarya posyandu yang dilaksanakan di gedung serba
guna. Sosialisasi menjelaskan betapa pentingnya penanganan kasus gizi buruk dengan PMT
(Pemberian Makanan Tambahan) Pemulihan melalui Posgiat. Diutamakan PMT-P
pada
Posgiat akan menggunakan Bahan Makanan Lokal yang mutunya tidak kalah dengan
makanan produksi pabrik tetapi mudah kita dapat dan murah.
Mobilisasi dilakukan dengan cara :
1. Mengadakan pendekatan dan pertemuan dengan Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan Kader
2.
Posyandu.
Memberikan Orientasi dan bekerja sama dengan Petugas Poskesdes dan Pustu untuk
Pos Gizi. Jika hal ini tidak terjadi maka libatkan masyarakat untuk mengambil
keputusan. Apakah anda akan memfokuskan pada seluruh anak dibawah usia tiga tahun? Atau
semua anak dibawah usia lima tahun? Karena anak-anak tidak boleh diberikan makanan
tambahan sebelum berusia enam bulan, maka target usia minimal adalah anak yang berusia
tujuh bulan. Jika terlalu banyak anak berusia dibawah lima tahun yang harus diikut sertakan,
pertimbangkan untuk mengundang anak-anak yang berusia antara tujuh bulan sampai tiga
tahun ke dalam Pos Gizi. Anak dibawah usia tiga tahun mengalami pertumbuhan paling cepat
dibanding pada usia lainnya, namun sangat rentan terhadap penyakit yang dapat merugikan
dan menghambat pertumbuhan, dan memberikan respon yang paling baik terhadap usaha
intervensi. Sebagai tambahan, penelitian membuktikan bahwa pada periode usia tersebut,
status gizi anak berada pada
kondisi yang sangat rentan. Jika terjadi penyebaran kekurangan gizi di masyarakat dalam
skala besar dan jumlah banyak, akan sangat bijaksana jika mengkonsentrasikan usaha-usaha
kesehatan pada anak yang berusia tujuh hingga dua puluh empat bulan.
Pada Kesempatan ini puskesmas jereweh menyepakati bahwa kelompok usia yang diberikan
PMT pemulihan atau makanan tambahan barada pada kelompok usia 6 bulan hingga usia 36
bulan.
C.
Penilaian data awal gizi dapat mengidentifikasi anak-anak yang kurang gizi dan berguna
sebagai alat mobilisasi masyarakat. Sangat penting bagi anda untuk menimbang seluruh anak
pada target kelompok usia. Berat badan per tinggi badan merupakan ukuran yang disarankan
untuk menilai kekurangan gizi akut, atau kurus. Namun, karena berat badan per umur sangat
sensitive berubah, maka metode ini digunakan pada kebanyakan program Pos Gizi untuk
menilai anak yang berat badannya kurang.
Data awal untuk menentukan status gizi balita yang dipakai oleh Puskesmas Jereweh
disepakati menggunakan indikator Berat Badan menurut umur (BB/U). dan dari data awal
didapati yang mengalami gizi buruk 4 (empat) balita dan yang berstatus Gizi Kurang tercatat
32 (tiga puluh dua) Balita yang tersebar di seluruh wilayah kerja Puskesmas Jereweh. Semua
data tersebut didapat melalui kegiatan penimbangan masal yang dilaksanakan pada bulan
januari 2011.
D.
E.
Dari hasil data awal status gizi balita dan setelah dianalisa serta dilakukan survey status sosial
keluarga yang mengalami gangguan nutrisi di sepakati bahwa jumlah yang diberikan
Makanan Tambahan Pemulihan hanya yang berasal dari keluarga tidak mampu. dari hasil
survey terdapat 4 balita dengan Kasus Gizi buruk dan 17 Balita dengan kasus gizi kurang.
F.
G.
serba guna kecamatan jereweh. Adapun dilaksanakan pelatihan kader ini dengan tujuan :
1. Meningkatkan pengetahuan kader posgiat dalam mengelola dan melaksanakan kegiatan.
2. Menambah ketrampilan kader dalam mengolah atau memasak makanan tambahan bagi
3.
balita.
Meningkatkan ketrampilan tentang observasi dan metode wawancara kepada ibu sasaran
umumnya tidak diperlukan lebih dari satu tahun periode pada setiap Posgiat)
Rencanakan kegiatan Pos Gizi Masyarakat musiman untuk memberi para keluarga variasi
menu sesuai dengan musim sehingga mudah diselenggarakan.
Dengan menu ini akan terjadi pemulihan dalam waktu singkat, para ibu
balita/pengasuh akan melihat adanya perubahan nyata dalam waktu dua minggu. Ini akan
memotivasi keluarga-keluarga lain untuk mengadopsi perilaku baru dalam pemberian makan
tersebut.
Menyusun menu Makanan Tambahan juga harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1.
2.
3.
J.
K.
Dengan
informasi
tersebut,
ibu
balita/pengasuh
termotivasi
untuk
berbuat
dan
mempraktekkan perilaku rumah tangga yang dapat memperbaiki pertumbuhan anak. Petugas
Kesehatan atau petugas Gizi dapat memberikan konseling khusus dan rujukan ke pelayanan
kesehatan untuk membantu si anak mendapatkan pola asuh yang tepat untuk memastikan
bahwa dia dapat bertumbuh dengan baik.
Dalam hal ini juga dilakukan analisa tumbuh kembang balita melalui KMS dan anamnesa
atau wawancara langsung dengan keluarga balita yang mengalami malnutrisi dengan cara
melakukan kunjungan rumah sasaran posgiat.
L.
M.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.
1. Dalam pelaksanaan Posgiat melibatkan masyarakat secara luas sangat membantu akan
keberhasilan program posgiat
2.
Memiliki sumber daya masyarakat yang terampil dan terlatih akan mempermudah setiap
kegiatan posgiat yang akan dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan terhadap
onang
Senin, 02 Mei 2011
kelas ibu dan balita
Anak balita merupakan salah satu populasi paling beresiko terkena bermacam gangguan kesehatan (kesakitan
dan kematian). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Balita
di Indonesia sebesar 44/10.000 Kelahiran Hidup. Bila dihitung secara matematis, berarti dalam setiap jamnya
terjadi 22 kematian balita di Indonesia, suatu jumlah yang tergolong fantastis untuk ukuran di era globalisasi.
Oleh karena itu Depkes telah meluncurkan berbagai program kesehatan untuk menanggulangi hal ini.
Ada banyak program kesehatan yang telah diimplementasikan Departemen Kesehatan mulai dari pusat, provinsi
hingga kabupaten, misalnya buku KIA, Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), pengendalian penyakit menular
maupun tidak menular, dsb. Salah satu program kesehatan yang diharapkan dapat turut berperan aktif dalam
menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak balita adalah buku Kesehatan Ibu dan Anak (buku KIA),
yaitu suatu buku yang berisi catatan kesehatan Ibu mulai kehamilan hingga anak berusia 5 tahun yang berisi
informasi cara menjaga kesehatan. Namun tidak semua ibu mau/dapat membaca buku KIA karena berbagai
sebab atau alasan, misalnya malas membaca, tidak punya waktu membaca, sulit mengerti atau memang
mengalami buta aksara.
Berdasarkan pertimbangan ini, maka sangat perlu menAnak balita merupakan salah satu populasi paling
beresiko terkena bermacam gangguan kesehatan (kesakitan dan kematian). Menurut Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Balita di Indonesia sebesar 44/10.000 Kelahiran
Hidup. Bila dihitung secara matematis, berarti dalam setiap jamnya terjadi 22 kematian balita di Indonesia, suatu
jumlah yang tergolong fantastis untuk ukuran di era globalisasi. Oleh karena itu Depkes telah meluncurkan
berbagai program kesehatan untuk menanggulangi hal ini.
Ada banyak program kesehatan yang telah diimplementasikan Departemen Kesehatan mulai dari pusat, provinsi
hingga kabupaten, misalnya buku KIA, Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), pengendalian penyakit menular
maupun tidak menular, dsb. Salah satu program kesehatan yang diharapkan dapat turut berperan aktif dalam
menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak balita adalah buku Kesehatan Ibu dan Anak (buku KIA),
yaitu suatu buku yang berisi catatan kesehatan Ibu mulai kehamilan hingga anak berusia 5 tahun yang berisi
informasi cara menjaga kesehatan. Namun tidak semua ibu mau/dapat membaca buku KIA karena berbagai
sebab atau alasan, misalnya malas membaca, tidak punya waktu membaca, sulit mengerti atau memang
mengalami buta aksara.
Berdasarkan pertimbangan ini, maka sangat perlu mengajari ibu-ibu tentang isi buku KIA dan cara
menggunakan buku KIA, salah satu solusinya yaitu melalui penyelenggaraan Kelas Ibu Balita. Kelas ibu Balita
ditujukan bagi ibu yang mempunyai anak balita (0-59 bulan) sedangkan 'Kelas ibu Hamil' ditujukan bagi ibu
hamil.
gajari ibu-ibu tentang isi buku KIA dan cara menggunakan buku KIA, salah satu solusinya yaitu melalui
penyelenggaraan Kelas Ibu Balita. Kelas ibu Balita ditujukan bagi ibu yang mempunyai anak balita (0-59 bulan)
sedangkan 'Kelas ibu Hamil' ditujukan bagi ibu hamil.
Apakah Kelas Ibu Balita?
Kelas Ibu Balita merupakan suatu aktifitas belajar kelompok dalam kelas dengan anggota beberapa ibu yang
mempunyai anak balita (usia 0-5 tahun) dibawah bimbingan satu atau beberapa fasilitator (pengajar) dengan
memakai buku KIA sebagai alat pembelajaran.
Tujuan Kelas Ibu Balita
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, merubah sikap dan perilaku ibu hamil tentang kesehatan balita, gizi
dan stimulasi pertumbuhan & perkembangan anak.
Manfaat Kelas Ibu Balita
Bagi ibu balita dan keluarganya, kelas ibu balita merupakan sarana untuk mendapatkan teman, bertanya, dan
memperoleh informasi penting yang harus dipraktekkan.
Bagi petugas kesehatan, penyelenggaraan kelas ibu balita merupakan media untuk lebih mengetahui tentang
kesehatan ibu balita, anak dan keluarganya serta dapat menjalin hubungan yang lebih erat dengan ibu balita
serta keluarganya dan masyarakat.
Konsep pelaksanaan Kelas Ibu Balita
Metode belajar memakai pendekatan cara belajar orang dewasa, yaitu partisipatif interaktif, ceramah,
tanya jawab, peragaan/praktek, curah pendapat, penugasan dan simulasi.
Materi: buku KIA, modul yang berkaitan (misal: buku modul tumbuh kembang anak) dan alat-alat bantu
lain.
Kurikulum: disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi/masalah kesehatan di tempat tersebut. Agar
efektif, Kelas Ibu Balita dapat diintegrasikan dengan kegiatan terkait yang ada di masyarakat, misalnya
Bina Keluarga Balita (BKB) dan Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD) atau kegiatan Desa lainnya.
Dari, oleh dan untuk masyarakat: seluruh masyarakat termasuk tokoh-tokoh agama dan masyarakat berperan dalam
pelaksanaan Kelas Ibu Balita.
Peserta: Ibu-ibu yang mempunyai anak berusia antara 0-5 tahun. Tiap kelas dibagi berdasarkan
kelompok umur balita: 0-1 tahun, 1-2 tahun, dan 2-5 tahun. Jumlah peserta idealnya maksimal 15
orang/kelas.
Fasilitator/pengajar: Bidan atau petugas kesehatan yang telah dilatih menjadi fasilitator Kelas Ibu Balita
atau yang telah menjalani on the job training Kelas Ibu Balita.
Narasumber: Narasumber diperlukan untuk memberi input tentang topik tertentu. Narasumber
merupakan tenaga kesehatan dalam bidang spesifik tertentu seperti: ahli gizi, dokter, bidan, perawat,
perawat gigi, Kader PAUD, dll.
Waktu: disesuaikan dengan kesiapan ibu/bapak/keluarga, bisa pagi atau sore hari. Lama kegiatan 2060 menit atau disesuaikan dengan kondisi setempat.
Frekuensi pertemuan: 3 kali pertemuan atau sesuai hasil kesepakatan antara fasilitator dengan peserta.
Tempat fleksibel: bisa di Balai Desa, Dusun, memakai salah satu rumah warga, Posyandu, Puskesmas, RB, RS, dll.
Sumber
Departemen Kesehatan RI kerjasama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA), 2008, Leaflet
Kelas Ibu Balita.
Revitalisasi Posyandu
Desa Siaga
Klinik Sanitasi
Pesan 3 PUGS: Pilihlah makanan berkadar lemak sedang dan rendah lemak jenuh
Posyandu Lansia
Panduan Praktis Bagi Masyarakat Dalam Pencegahan Pandemi Flu Baru H1N1
Ke depan kita berharap, kelas ini bisa berkembang di seluruh desa dan
kelurahan se Kabupaten Kendal.
Diposkan oleh onang lestari di 21.55
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Poskan Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Pengikut
Arsip Blog
2011 (8)
o Mei (7)
DESA SIAGA
pengertian sehat
sejarah komputer
o April (1)
Mengenai Saya
onang lestari
Lihat profil lengkapku
Template Simple. Diberdayakan oleh Blogger.