KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas hidayah dan karuniaNya, kami dapat
menyusun laporan kegiatan program Gizi pada Puskesmas Jereweh Tahun 2011. Khususnya
kegiatan POSGIAT atau Pos Pelayanan Gizi Masyarakat guna penanggulangan Masalah Gizi
Masyarakat khususnya masalah Gizi Buruk dan Gizi Kurang yang terjadi pada bayi dan balita di
Dengan tersusunnya laporan ini kami tak lupa mengucapkan terima kasih yang tak terhingga,
yang mana tidak dapat kami sebutkan satu per satu khususnya seluruh pihak yang terlibat
langsung baik dalam proses kegiatan, pendanaan hingga tersusunnya laporan ini.
Kami juga berharap bahwa dengan adanya kritik dan saran terhadap seluruh rangkaian kegiatan
ini guna untuk meningkatkan kinerja dan kegiatan program Gizi di masa yang akan datang.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tujuan pembangunan di era millennium yang telah tercantum dalam kesepakatan
MDGs adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat yang di dukung oleh bidang kesehatan.
Dimana masalah kesehatan dewasa ini sangat kompleks terjadi di setiap lapisan masyarakat,
salah satunya merupakan masalah-masalah gizi yang tak lepas dari masalah Gizi Buruk dan Gizi
Kurang. Tercatat 13,8 % balita di Indonesia mengalami masalah Gizi buruk gizi kurang maupun
terkecuali di wilayah kerja puskesmas Jereweh juga terdapat masalah gizi buruk dan gizi kurang.
Pada awal tahun 2011 tercatat 4 kasus gizi buruk dan 32 kasus gizi kurang berdasarkan indikator
berat badan menurut umur (BB/U) dari hasil penimbangan yang dilakukan di posyandu.
Didasarkan pada asumsi bahwa beberapa solusi untuk masalah-masalah masyarakat sudah ada di
dalam masyarakat dan hanya perlu diketemukan. Karena perubahan perilaku berlangsung
perlahan, sejumlah besar Tokoh masyarakat dan kesehatan masyarakat setuju bahwa solusi-
solusi yang diketemukan dalam suatu masyarakat dapat lebih bertahan dibandingkan dengan
solusi dari luar yang dibawa masuk ke dalam masyarakat tersebut. kegiatan Posgiat
memanfaatkan kearifan lokal yang berhasil mengobati dan mencegah kekurangan gizi dan
menyebarluaskan kearifan tersebut ke seluruh masyarakat yang ada di wilayah kerja puskesmas
Jereweh.
Di Puskesmas Jereweh telah melaksanakan serangkaian kegiatan program Gizi terutama Gizi
Masyarakat diantaranya pemantauan status gizi balita di posyandu, Membina Kelompok Kadarzi
tingkat Dasa Wisma, Pelacakan Balita Gizi Buruk, Penyuluhan Gizi dan kegiatan-kegiatan
Dalam rangka penanggulangan masalah gizi buruk dan gizi untuk itu perlu dilaksanakan secara
maksimal dengan membentuk posgiat (pos gizi Masyarakat) yang berbasis masyarakat dengan
melibatkan seluruh elemen masyarakat guna memantau dan mengawasi pelaksanaan kegiatan
tersebut. Di wilayah kerja Puskesmas Jereweh telah dibentuk 3 (tiga) Posgiat yang ada di desa
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Meningkatkan status gizi balita serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara
A. Pengertian
Pos Gizi Masyarakat (Posgiat) yaitu, suatu wadah atau tempat yang berbasis keluarga dan
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan gizi bagi balita gizi buruk dan gizi kurang yang
dilaksanakan oleh kader dan masyarakat dengan bimbingan petugas kesehatan untuk dapat
mengurangi jumlah anak kurang gizi pada saat ini dan mencegah terjadinya kekurangan gizi
B. Manfaat
1. Dengan cepat memulihkan anak-anak kurang gizi yang diidentifikasi di dalam masyarakat.
3. Mencegah kekurangan gizi pada anak-anak yang akan lahir kemudian dalam asyarakat
mempraktekkan berbagai perilaku baru dalam hal memasak, pemberian makan, kebersihan dan
pengasuhan anak yang telah terbukti berhasil dalam merehabilitasi anak-anak yang kurang gizi.
Berbagai kebiasaan terpilih tersebut berasal dari hasil penemuan dan berbagai perilaku kunci
yang dikemukakan oleh para ahli kesehatan masyarakat. Para kader secara aktif melibatkan ibu
dan anak dalam proses rehabilitasi dan pembelajaran dalam situasi rumah yang nyaman dan
bekerja agar keluarga-keluarga tersebut dapat mempertahankan status gizi anak yang sudah baik
di rumah. Kegiatan Pos Gizi terdiri dari rehabilitasi dan pendidikan gizi selama periode tertentu
yang diikuti dengan kunjungan para kader ke rumah setiap ibu balita/pengasuh.
Pendekatan Pos Gizi Masyarakat mendorong terjadinya perubahan perilaku dan memberdayakan
para ibu balita/pengasuh untuk bertanggungjawab terhadap rehabilitasi gizi anak-anak mereka
dengan menggunakan pengetahuan dan sumber daya lokal. Setelah pemberian makanan
tambahan berkalori tinggi selama dua minggu, anak-anak menjadi lebih bertenaga dan nafsu
makan merekapun bertambah. Perubahan nyata yang terlihat pada anak, dengan disertai metode
belajar sambil bekerja, akan meningkatkan kepercayaan diri dan ketrampilan ibu
balita/pengasuh dalam berbagai perilaku pemberian makan, pengasuhan anak, kebersihan, dan
Adanya perilaku-perilaku yang lebih baik, tanpa memperdulikan latar belakang pendidikan sang
ibu, akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Pendekatan ini telah berhasil
mengurangi angka kurang gizi pada kelompok masyarakat sasaran dengan memampukan para
anggota masyarakat untuk menemukan kearifan dari ibu-ibu dan mempraktekkan kearifan
tersebut dalam kegiatan harian Pos Gizi. Pos Gizi Masyarakat adalah alat mobilisasi masyarakat
yang efektif, menggembleng masyarakat untuk bekerja dengan melibatkan berbagai lapisan
sosial di masyarakat tersebut, untuk bekerjasama mengatasi masalah dan menemukan solusi dari
dalam masyarakat mereka sendiri. Pendekatan ini menitikberatkan pada upaya memaksimalkan
sumber daya, ketrampilan dan strategi yang ada untuk mengatasi suatu permasalahan Gizi harus
disesuaikan dengan kondisi lokal dan langkah pelaksanaannya fleksibel, ada beberapa elemen
penting yang harus dimasukkan untuk mempertahankan keefektifan dari pendekatan Pos Gizi.
Pengalaman telah menunjukkan bahwa semua program yang efektif:
1. Melakukan Pelacakan kasus Gizi Buruk dalam setiap kelompok masyarakat sasaran dengan
2. Melibatkan ibu-ibu kader setempat untuk menyelenggarakan kegiatan Pos Gizi dan melakukan
3. Sebelum pelaksanaan kegiatan Pos Gizi, semua anak diberi obat cacing ( 1 kali dalam waktu 6
Pos Gizi Masyarakat adalah program masyarakat sehingga membutuhkan partisipasi aktif dari
masyarakat. Karena proses ini menuntut penemuan dan aksi secara mandiri dari masyarakat,
lembaga pelaksana tidak dapat menjalankan program Pos Gizi Masyarakatyang sukses tanpa
Di puskesmas jereweh dilaksanakan sosialisasi dan mobilisasi tentang posgiat pada tanggal 4
januari 2011 bersamaan dengan acara lokakarya posyandu yang dilaksanakan di gedung serba
guna. Sosialisasi menjelaskan betapa pentingnya penanganan kasus gizi buruk dengan PMT
(Pemberian Makanan Tambahan) Pemulihan melalui Posgiat. Diutamakan PMT-P pada Posgiat
akan menggunakan Bahan Makanan Lokal yang mutunya tidak kalah dengan makanan produksi
1. Mengadakan pendekatan dan pertemuan dengan Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan Kader
Posyandu.
2. Memberikan Orientasi dan bekerja sama dengan Petugas Poskesdes dan Pustu untuk
3. Mobilisasi Tim Kesehatan di Desa menggalang kemitraan dengan Pokja Jumantara dan Tim
Dalam banyak kasus, sumber dana mungkin akan menentukan target kelompok usia dalam
usaha Pos Gizi. Jika hal ini tidak terjadi maka libatkan masyarakat untuk mengambil keputusan.
Apakah anda akan memfokuskan pada seluruh anak dibawah usia tiga tahun? Atau semua anak
dibawah usia lima tahun? Karena anak-anak tidak boleh diberikan makanan tambahan sebelum
berusia enam bulan, maka target usia minimal adalah anak yang berusia tujuh bulan. Jika terlalu
banyak anak berusia dibawah lima tahun yang harus diikut sertakan, pertimbangkan untuk
mengundang anak-anak yang berusia antara tujuh bulan sampai tiga tahun ke dalam Pos Gizi.
Anak dibawah usia tiga tahun mengalami pertumbuhan paling cepat dibanding pada usia lainnya,
namun sangat rentan terhadap penyakit yang dapat merugikan dan menghambat pertumbuhan,
dan memberikan respon yang paling baik terhadap usaha intervensi. Sebagai tambahan,
penelitian membuktikan bahwa pada periode usia tersebut, status gizi anak berada pada
kondisi yang sangat rentan. Jika terjadi penyebaran kekurangan gizi di masyarakat dalam skala
besar dan jumlah banyak, akan sangat bijaksana jika mengkonsentrasikan usaha-usaha kesehatan
pada anak yang berusia tujuh hingga dua puluh empat bulan.
Pada Kesempatan ini puskesmas jereweh menyepakati bahwa kelompok usia yang diberikan
PMT pemulihan atau makanan tambahan barada pada kelompok usia 6 bulan hingga usia 36
bulan.
Penilaian data awal gizi dapat mengidentifikasi anak-anak yang kurang gizi dan berguna sebagai
alat mobilisasi masyarakat. Sangat penting bagi anda untuk menimbang seluruh anak pada target
kelompok usia. Berat badan per tinggi badan merupakan ukuran yang disarankan untuk menilai
kekurangan gizi akut, atau kurus. Namun, karena berat badan per umur sangat sensitive berubah,
maka metode ini digunakan pada kebanyakan program Pos Gizi untuk menilai anak yang berat
badannya kurang.
Data awal untuk menentukan status gizi balita yang dipakai oleh Puskesmas Jereweh disepakati
menggunakan indikator Berat Badan menurut umur (BB/U). dan dari data awal didapati yang
mengalami gizi buruk 4 (empat) balita dan yang berstatus Gizi Kurang tercatat 32 (tiga puluh
dua) Balita yang tersebar di seluruh wilayah kerja Puskesmas Jereweh. Semua data tersebut
didapat melalui kegiatan penimbangan masal yang dilaksanakan pada bulan januari 2011.
Perencanaan program yang baik didasarkan pada pemahaman yang menyeluruh atas situasi yang
sedang terjadi di dalam suatu masyarakat. Sebagai tambahan pada penilaian data awal gizi,
umum: cakupan imunisasi; kejadian serta manajemen kasus ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan
Akut), terutama pneumonia, penyakit diare, malaria, dan cacingan pada anak; kekurangan
vitaminA, penerimaan keluarga berencana; akses terhadap perawatan ibu dan anak. Angka dan
penyebab kematian anak dibawah usia lima tahun: termasuk penyebab-penyebab medis
(diagnosa) dan sistem (perawatan yang terlambat, perawatan berkualitas rendah, dsb.). Berbagai
Perilaku dan kepercayaan saat ini: perilaku-perilaku pemberian makan dalam keluarga,
menyangkut makanan dan kesehatan, termasuk hal-hal yang tabu dan norma-norma, serta
Membuat kriteria tingkat kesejahteraan bersama dengan masyarakat dan kerjasama dengan
ekonomi. Usaha tersebut dilakukan untuk membedakan rumahtangga yang tidak mampu dengan
yang mampu. Para kader Pos Gizi dan anggota-anggota tim kesehatan desa yang memiliki
hubungan dekat dengan masyarakat dapat merupakan pihak yang paling tepat untuk merancang
keluarga yang mengalami gangguan nutrisi di sepakati bahwa jumlah yang diberikan Makanan
Tambahan Pemulihan hanya yang berasal dari keluarga tidak mampu. dari hasil survey terdapat 4
balita dengan Kasus Gizi buruk dan 17 Balita dengan kasus gizi kurang.
Masyarakat Desa) atau pertemuan tingkat Desa yang dilaksanakan pada awal bulan pebruari
2011 pada semua desa di wilayah kerja puskesmas Jereweh. Guna memperoleh umpan balik dari
masyarakat untuk menentukan tempat dan kegiatan posgiat serta sasaran dan tujuan kegiatan
posgiat. Dalam pertemuan tersebut kita bahas juga tentang hasil survey dan analisa data yang
disepakati dan dibentuk 3 (tiga) lokasi Posgiat di wilayah Puskesmas Jereweh. Yaitu Posgiat
Bahagia II yang berlokasi di desa Beru, Posgiat Batu Ketiri yang berada di Dusun Jelenga dan
Posgiat Sudi Mampir yang ada di Desa Dasan Anyar. Dalam kesempatan itu pula di sepakati
Palatihan Kader Posgiat dilaksanakan pada bulan pebruari 2011 yang bertempat di gedung serba
guna kecamatan jereweh. Adapun dilaksanakan pelatihan kader ini dengan tujuan :
2. Menambah ketrampilan kader dalam mengolah atau memasak makanan tambahan bagi balita.
3. Meningkatkan ketrampilan tentang observasi dan metode wawancara kepada ibu sasaran
4. Dapat memotivasi dan menyebarkan informasi tentang gizi keluarga dan perilaku dalam
mengasuh serta merawat balita dengan kasus gizi buruk dan gizi kurang.
H. Menyusun Jadwal Kegiatan Posgiat
berikut ini:
2. Rencanakan kegiatan setiap bulan, atau setiap dua bulan, atau dalam pola musiman sesuai
dengan bulan-bulan dimana anak-anak mengalami kekurangan gizi terburuk (kegiatan tsb
umumnya tidak diperlukan lebih dari satu tahun periode pada setiap Posgiat)
3. Rencanakan kegiatan Pos Gizi Masyarakat musiman untuk memberi para keluarga variasi menu
dan disepakati jadwal buka posgiat pada hari sabtu dan minggu sore hari. Karena pada hari itu
hari libur dan diluar kesibukan masyarakat. Untuk kasus Gizi Buruk dilaksanakan 1 minggu
sekali dan untuk anak Gizi Kurang dilaksanakan 2 minggu sekali sesuai dengan jadwal yang
sudah ditetapkan.
I. Merencanakan Menu Kegiatan Posgiat
Makanan tambahan diperlukan untuk merehabilitasi anak yang kurang gizi yang dihidangkan
setiap hari selama kegiatan dua minggu tersebut. Menurut WHO, selama periode rehabilitasi,
setiap anak harus menerima antara 150-220 kalori per kilogram berat badan per hari. Bila
seorang anak makan kurang dari 130 kalori per kilogram berat badan tiap hari, tidak bisa terjadi
rehabilitasi. Karena itu, program tersebut harus berusaha untuk menciptakan menu Pos Gizi yang
mengandung 600-800 kalori tiap hari dengan 25-27 gram protein untuk setiap anak. Dengan
menu ini akan terjadi pemulihan dalam waktu singkat, para ibu balita/pengasuh akan melihat
adanya perubahan nyata dalam waktu dua minggu. Ini akan memotivasi keluarga-keluarga lain
Menyusun menu Makanan Tambahan juga harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
2. Pastikan bahwa semua kelompok makanan ada dalam tiap hidangan makan sehingga anak-
Karena kegiatan Pos Gizi Masyarakat dilaksanakan dalam ukuran kecil dan suasana yang akrab
dimana para ibu dapat berkonsentrasi tentang kesehatan anak-anak mereka, maka ada
kesempatan sangat baik untuk menyebarkan pesan-pesan pendidikan kesehatan. Para peserta
bukan hanya sebagai pendengar/penonton setia tetapi mereka juga terbuka menerima pesan-
Dalam hal ini program posgiat bekerjasama dengan program promkes dan lintas program
lainnya lainnya untuk menyusun pesan-pesan kesehatan yang berkaitan dengan masalah gizi
Program Pos Gizi memonitor baik status gizi anak maupun status gizi masyarakat. Tiap- tiap ibu
perilaku rumah tangga yang dapat memperbaiki pertumbuhan anak. Petugas Kesehatan atau
petugas Gizi dapat memberikan konseling khusus dan rujukan ke pelayanan kesehatan untuk
membantu si anak mendapatkan pola asuh yang tepat untuk memastikan bahwa dia dapat
Dalam hal ini juga dilakukan analisa tumbuh kembang balita melalui KMS dan anamnesa atau
wawancara langsung dengan keluarga balita yang mengalami malnutrisi dengan cara melakukan
Evaluasi secara harafiah berarti mengkaji nilai dari sesuatu. Adalah langkah yang penting dalam
keseluruhan proses, menyediakan sebuah kesempatan bagi seluruh pihak yang berkepentingan
dan pelaku untuk merasa memiliki berbagai prestasi dan kesuksesan proyek tersebut,
mengidentifikasi dan melakukan analisis berbagai masalah, dan memberikan rekomendasi untuk
menanyakan, dan sumber-sumber apa yang tersedia untuk menjawab mereka. Pertanyaan-
pertanyaan berikut ini mengilustrasikan berbagai variasi strategi untuk melakukan evaluasi.
Informasi lebih lanjut mengenai cara melakukan evaluasi peran serta, Bagaimana Cara
Pelaksanaan Posgiat di wilayah kerja Puskesmas Jereweh dari serangkaian kegiatan diatas juga
dilaksanakan kegiatan Demo Memasak untuk menu PMT Pemulihan dengan Menggunakan
Bahan Makanan Lokal sekaligus sebagai kegiatan Kelas Gizi untuk ibu balita sasaran Posgiat.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.
1. Dalam pelaksanaan Posgiat melibatkan masyarakat secara luas sangat membantu akan
2. Memiliki sumber daya masyarakat yang terampil dan terlatih akan mempermudah setiap
kegiatan posgiat yang akan dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan terhadap masalah-
3. Kerjasama antar lintas sector dan lintas program serta antar petugas kesehatan di desa juga
B. Saran
1. Posgiat merupakan kegiatan yang sangat efektif dalam penanggulangan masalah gizi
masyarakat, sehingga perlu adanya pembinaan lebih lanjut dari pihak-pihak terkait terutama dari
Dinas Kesehatan tingkat kabupaten, yang selama ini sangat kurang dalam pembinaan posgiat di
2. Kemitraan atau kerjasama dengan pihak ketiga harus tetap berjalan apa bila tanpa adanya
sumber dana yang memadahi maka kegiatan posgiat tidak akan berjalan secara maksimal.
GAMBARAN POS GIZI
SEBAGAI MEKANISME
GAMBARAN POS GIZI SEBAGAI
MEKANISME
MANAJEMEN GIZI BURUK BERBASIS
MASYARAKAT
DI KELURAHAN CIPINANG MUARA
JATINEGARA
JAKARTA TIMUR
ABSTRACT
A description of pos gizi as a mechanism of
malnutrition management which based on
community in Cipinang Muara district,
Jatinegara, East of Jakarta.
PENDAHULUAN
Gizi buruk merupakan masalah kesehatan
yang umum terjadi di dunia. Sekitar 800
juta orang dewasa dan anak-anak
mengalami gizi buruk dan kebanyakan gizi
buruk terjadi di negara berkembang
(ACC/SCN, 1992). Indonesia merupakan
salah satu negara berkembang yang juga
memiliki masalah dengan gizi kurang.
Berdasarkan data statistik kesehatan
Departemen Kesehatan (Depkes) tahun
2005, dari 241.973.879 penduduk
Indonesia sebanyak enam persen atau
sekitar 14.500.000 orang menderita gizi
buruk dan sebagian besar penderita gizi
buruk tersebut berusia di bawah lima tahun
(balita). Tingginya angka gizi buruk di
negara berkembang disebabkan oleh
beberapa faktor. Kurangnya dan tidak
tersedianya makanan ataupun terjadinya
infeksi yang berulang pada individu,
misalnya diare, campak ataupun
kecacingan merupakan penyebab tingginya
gizi buruk di negara berkembang
(Wahlqvist, 1997). Asuhan ibu yang buruk,
kelangkaan makanan, dan kondisi keluarga
yang tidak mengetahui tentang gizi
merupakan penyebab gizi buruk pada balita
(Sacharin,R, 1996).
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif. Semula, Penelitian ini akan
dilaksanakan di RW 04 Cipinang Muara,
Jatinegara, Jakarta Timur, tetapi karena di
wilayah tersebut Pos Gizi sudah tidak
berjalan lagi, kami melaksanakan penelitian
di wilayah RW 13 Cipinang Muara
Jatinegara Jakarta Timur sesuai masukan
dan saran dari Puskesmas Kecamatan
Jatinegara dan LSM Wahana Visi. Pos Gizi di
wilayah RW 13 Cipinang Muara merupakan
salah satu dari dua Pos Gizi yang menjadi
model atau percontohan yang selama ini
dibina oleh LSM Wahana Visi. Penelitian ini
dilaksanakan dari April sampai September
2007
Jumlah Informan
Diskusi kelompok terarah (FGD) dilakukan
pada seluruh ibu yang mengikuti program
pos gizi yaitu empat orang. Rencananya
FGD ini akan dilakukan kepada 10 orang
ibu yang mengikuti Pos Gizi dalam satu
periode, tetapi karena pada periode
tersebut yang mengikuti Pos Gizi hanya
empat orang ibu balita dengan Gizi kurang,
maka FGD ini hanya dilakukan kepada
empat orang ibu .
Karakteristik Informan
Informan adalah ibu yang memiliki balita
gizi buruk. Jumlah informan adalah empat
orang. Semua informan adalah perempuan
yang berusia antara 25-30 tahun. Semua
informan tinggal di wilayah RW 13 Cipinang
Muara Jatinegara Jakarta Timur lebih dari
lima tahun. Penghasilan rata-rata keluarga
semua informan Rp 10.000,-/hari dengan
mata pencarian sebagai buruh. Sebagian
kecil informan bekerja sebagai kuli cuci.
Semua informan menikah dan pernikahan
yang pertama kali. Sebagian besar
informan memiliki dua anak, dan anak
keduanyalah yang menderita gizi buruk dan
mengikuti kegiatan pos gizi. Hampir semua
informan memiliki pendidikan tamat SMP.
KESIMPULAN
1. Penyebab balita menderita gizi buruk di
wilayah RW 13 Cipinang Muara adalah
karena perilaku ibunya sendiri, antara lain
ibu malas nyuapin anaknya dan ibu tidak
tahu makanan yang bergizi untuk anaknya.
2. Proses pembetukan pos gizi yaitu
menentukan wilayah yang akan dibentuk
pos gizi, memobilisasi masyarakat serta
melatih nara sumber masyarakat,
mempersiapkan penyelidikan, melakukan
penyelidikan, merancang kegiatan pos gizi,
melaksanakan kegiatan pos gizi bagi anak-
anak yang mengalami kekurangan gizi
serta pengasuh mereka, mendukung
perilaku baru melalui kunjungan rumah,
mengulangi kegiatan pos gizi sesuai
kebutuhan, dan memperluas program PD
dan pos gizi pada masyarakat
3. Kegiatan pos gizi ada dua tahap yaitu 1)
pelaksanaan pos gizi selama 10 hari yang
meliputi konstribusi makanan,
penimbangan berat badan hari 1 dan hari
10, memasak, permainan, mencuci tangan
dengan sabun, pemberian cemilan, pesan
kesehatan, menyuapi secara aktif , dan
pembagian tugas untuk esok hari, 2)
kunjungan rumah (2-3 hari setelah pos
gizi) dilakukan kepada seluruh peserta pos
gizi sebanyak 2 X kunjungan. Kunjungan
rumah merupakan salah satu evaluasi hasil
pelaksanaan pos gizi, yaitu kader dapat
melihat langsung apakah ada perubahan
perilaku ibu dalam memberikan makan
anak setelah mengikuti pos gizi.
4. Persepsi ibu terhadap kegiatan pos gizi
bahwa pos gizi adalah kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan berat badan
balita yang menderita gizi buruk.
5. Peran serta masyarakat dalam
pelaksanaan pos gizi sangat tinggi antara
lain memotivasi keluarga yang memiliki
balita gizi buruk agar mau mengikuti pos
gizi, membantu menyiapkan bahan
makanan yang akan di masak secara
bersama-sama, menyiapkan tempat dan
alat yang akan digunakan dalam
pelaksanaan pos gizi.
6. Hasil-hasil kegiatan yang dapat dicapai
dalam kegiatan pos gizi adalah BB balita
mangalami kenaikan, tingkat pengetahuan
ibu meningkat terutama mengenai
kesehatan pada balita, perilaku ibu berubah
menjadi lebih baik dan kreatif dalam
mengolah makanan dan memberi makan
yang bergizi pada anak, anak jadi mau
makan sayur dan ikan , anak selalu
menghabiskan makanannya setiap kali
makan dan anak mau berinteraksi dengan
yang lainnya.
7. Faktor pendukung dalam pelaksanaan
pos gizi adalah partisipasi masyarakat yang
sangat tinggi selain adanya bantuan dari
puskesmas dan LSM Wahana Visi. Faktor
penghambatnya adalah jumlah tenaga
kesehatan sedikit, jumlah kader pos gizi
sedikit, tidak ada dana khusus untuk
pelaksanaan pos gizi dari puskesmas
ataupun kelurahan, keluarga masih ada
yang belum memahami tentang manfaat
pos gizi.
SARAN
Bagi Pimpinan Puskesmas Cipinang Muara
1. Puskesmas diharapkan mau memberikan
informasi yang jelas dan terbuka mengenai
jumlah balita yang menderita gizi buruk di
wilayahnya, sehingga memudahkan pihak
lain untuk dapat membantu mengatasi
permasalahan gizi buruk pada balita
tersebut.
2. Gambaran pelaksanaan pos gizi yang
telah dilakukan oleh RW 13 Cipinang Muara
dapat dijadikan sebagai suatu pedoman
dalam melaksanakan pos gizi di wilayah
binaan puskesmas lainnya. Hal ini
dikarenakan hasil pelaksanaan pos gizi
bukan hanya meningkatkan berat badan
balita, tetapi juga merubah perilaku ibu
serta meningkatkan pengetahuan ibu dalam
memenuhi kebutuhan gizi balitanya.
3. Pos gizi yang telah dilakukan agar dapat
terus dilaksanakan dengan pembinaan
langsung oleh pihak Puskesmas, dimana
keterlibatan Puskesmas lebih ditingkatkan
lagi, tidak hanya dalam proses seleksi awal
dan pada akhir pelaksanaan, tetapi perlu
juga pemantauan dan pembinaan langsung
pada saat kegiatan pos gizi dilaksanakan.
4. Puskesmas perlu memperluas jejaring
kerja dan mitra pelaksanaan program lebih
luas lagi terutama dalam upaya mengatasi
gizi buruk balita, khususnya pada
pelaksanaan pos gizi. Hal ini dilakukan
karena masalah gizi buruk bukan masalah
yang mudah untuk diatasi, perlu
keterlibatan banyak pihak dalam
menyelesaikannya.
5. Mengingat peran serta masyarakat yang
diperlukan dalam pelaksanaan pos gizi ini
sangat tinggi, maka Puskesmas harus lebih
memperluas informasi tentang pelaksanaan
pos gizi ini kepada masyarakat misalnya
melalui program pelatihan kader pos gizi
secara berkala dan terus menerus.
Bagi perawat
Perawat Puskesmas diharapkan mau
berperan serta aktif dalam upaya
mengatasi gizi buruk pada balita di
keluarga dengan selalu mengembangkan
potensi yang ada di dalam keluarga
sehingga keluarga mampu mengatasi
masalah kesehatannya secara mandiri.
Positive Deviance
(2003) www.positive deviance.org