Disusun oleh :
Irani Kartika putri Hutomo,S.Gz
NRTKK 814.1.8.7.012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat-nya serta karunia-Nya karena kami dapat menyelesaikan laporan tahunan program
gizi UPT Puskesmas Bojonegara tahun 2022, sebagai sarana untuk melaporkan hasil
kegiatan Puskesmas selama satu tahun. Laporan tahunan program gizi UPT Puskesmas
Bojonegara merupakan gambaran dan informasi hasil kinerja yang telah dicapai program gizi
UPT Puskesmas Bojonegara Tahun 2022. Banyak kendala dan masalah dalam setiap
kegiatan program, akan tetapi syukur alhamdulillah akhirnya berjalan walaupun hasil yang
diharapkan tidak sesuai dengan yang direncanakan dikarenakan masih adanya corona.
Laporan tahunan program gizi UPT Puskemas Bojonegara ini kami susun
berdasarkan indikator kinerja dan mutu pelayanan program gizi yang dilakukan di
Puskesmas dengan tujuan untuk mengevaluasi atau menilai sejauh mana tingkat
keberhasilan pelayanan program gizi yang dilakukan selama setahun yang telah berjalan dan
digunakan sebagai pendoman untuk perencanaan kegiatan tahun 2023. Dalam penyusunan
laporan tahunan program gizi UPT Puskesmas Bojonegara tahun 2022 menggunakan data
dari capaian kinerja program Gizi.
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada rekan dan mitra kerja kami para
pemegang program di puskesmas Bojonegara, dengan kerja keras mereka pula semua
kegiatan yang ada di puskesmas dapat terselenggara dengan baik. Semoga kegiatan kami
selanjutnya masih mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.
ii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Daftar Tabel iv
Daftar Gambar v
Bab I Pendahuluan 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan dan Manfaat 2
a. Tujuan Umum 2
b. Tujuan Khusus 2
c. Manfaat3
Bab II Analisa 4
A. Visi UPT Puskesmas Bojonegara 4
B. Misi UPT Puskesmas Bojonegara 4
C. Moto dan nilai budaya Upt Puskesmas Bojonegara 4
D. Kondisi Umum 5
E. Ketenagaan Kerjaan 6
F. Sasaran 6
Bab III Program Gizi Tahun 2021 8
A. Kegiatan dalam Gedung8
a. Edukasi Gizi 8
B. Kegiatan Luar Gedung 8
a. Edukasi Gizi 8
b. Konseling Asi Eksklusif dan PMBA 8
c. Konseling Gizi melalui PTM 9
d. Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu 9
e. Pemberian Vitamin A 10
f. TTD Bumil 11
g. TTD remaja putri 12
h. Pengelolaan Pemberin MP-Asi dan PMT-P 13
i. Kerjasama Lintas Program dan Linsek 14
BAB IV Hasil Kegiatan Program Gizi 15
A. Program Gizi 15
a. Penyusunan Peta Informasi Masalah Gizi 15
1. Kegiatan posyandu rutin 16
A. Kegiatan Pemantauan di posyandu 16
B. Cakupan vitamin A 17
C. Cakupan pemberian TTD Bumil 19
D. Penyuluhan posyandu, kelas ibu 19
E. Cakupan strata posyandu 20
F. Keaktifan Kader 20
2. Penanggulangan masalah gizi 21
a. Stunting 21
b. Asi Eksklusif 21
c. TTD rematri 22
d. IMD 24
e. Gizi Buruk 24
f. Pengadaan PMT 25
g. Inovasi Puskesmas 25
1. Permata Fe 25
iii
2. Bonceng 26
3. Pawal Asik 27
4. Germani Canting 27
5. Pos Gizi 28
BAB V Analisa Kegiatan 31
A. Penyusunan Peta Informasi Stunting 31
a. Pemantauan Stunting 31
b. Pemantauan Status Gizi 31
c. Pemberian Makanan Tambahan dan Vitamin 31
d. Langkah-langkah kegiatan pos gizi 34
B. Penanggulangan Masalah Gizi 35
C. Kegiatan Rutin di Posyandu 36
a. Kegiatan Pemantauan Posyandu 36
b. Pemantauan vitamin A 37
c. Pemberian TTD Bumil 37
d. Cakupan strata posyandu 37
D. Monev 38
BAB VI Permaslaahan dan Pemecahan Masalah 39
A. Permasalah 39
B. Pemecahan masalah 39
BAB VII Kesimpulan 40
A. Kesimpulan 40
Daftar Pustaka 42
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Faktor langsung penyebab adalah makanan yang dikonsumsi, harus memenuhi
jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi syarat gizi seimbang. Makanan lengkap
gizi seimbang bagi bayi sampai usia enam bulan adalah Air Susu Ibu (ASI), yang
dilanjutkan dengan tambahan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) bagi usia 6 bulan
sampai 2 tahun (Ana, dan Eko, 2018). Pola makan yang baik dan terarur perlu
diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan perkenalan jam-jam makan dan variasi
makanan dapat membantu mengkoordinasikan kebutuhan akan pola makan sehat pada
anak (Tella dalam Waladow.dkk, 2013).
Dalam rangka percepatan penurunan masalah kurang gizi, pemerintah telah
mengeluarkan berbagai kebijakan antara lain dengan diterbitkannya Peraturan Presiden
no 42 tahun 2013 yang berisi tentang upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat
melalui penggalangan partisipasi dan kepedulian pemangku kepentingan secara
terencana dan terkoordinasi dalam rangka percepatan perbaikan gizi masyarakat melalui
Gerakan 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) dan berbagai kebijakan dan program
di Kementerian lain di luar Kesehatan, seperti di Kementerian Pertanian dan Kementerian
terkait lainnya. Adapun prinsip dari Gerakan 1000 HPK tersebut adalah bagaimana
upaya yang harus dilakukan agar dalam 1000 HPK yaitu sejak masa 9 bulan kehamilan
(270 hari) dan masa 2 tahun setelah lahir (730 hari) tersebut tidak terjadi kekurangan gizi
(Kemenkumham, 2013).
Di Puskesmas Bojonegara setiap program sudah mempunyai Inovasi. Salah satunya
yaitu Inovasi program gizi. Inovasi program gizi yaitu Permata FE (Pelajar mengenal dan
memahami Tablet FE) dan Germani Cating (Gerakan Makan Ikan Cegah Stunting).
Tujuan dengan diadakannya Inovasi yaitu untuk mencegah dan menanggulangi adanya
masalah gizi di Kecamatan Bojonegara.
2. Tujuan Khusus
2
c. Menentukan rencana kegiatan dari masalah yang menjadi prioritas di UPT
Puskesmas Bojonegara.
3. Manfaat
a. Sebagai bahan evaluasi dalam rangka menyusun rencana kerja di tahun 2023.
b. Sebagai bahan masukan terutama dalam rangka tahunan kondisi kesehatan
masyarakat di Kecamatan Bojonegara
c. Sebagai salah satu bahan informasi baik bagi UPT Puskesmas Bojonegara, Dinas
Kesehatan Kabupaten Serang dan Masyarakat yang ada di wilayah kerja
puskesmas bojonegara.
d.
3
BAB II
ANALISA SITUASI
4
D. Kondisi Umum UPT Puskesmas Bojonegara
5
E. KETENAGAAN
6
TARGET SPM :
1. D/S 78 80 82 84 86 86
Cakupan bumil
2 80 85 90 98 98 98
mendapatkan TTD
3 Vitamin A Balita 85 87 90 92 95 95
4 Vitamin A Bufas 80 85 87 90 90 90
5 TTD REMATRI 20 25 30 35 40 40
6 IMD 40 45 50 55 60 60
7 Asi Eksklusif 40 45 50 55 60 60
Balita Kurus
8 40 50 60 70 80 80
mendapatkan PMT
Bumil Kek mendapatkan
9 20 30 35 35 35 35
PMT
Balita gizi buruk
10 100 100 100 100 100 100
mendapatkan perawatan
11 Cakupan N/S 70 75 77 77 77 77
7
BAB III
PROGRAM GIZI TAHUN 2022
UPT PUSKESMAS BOJONEGARA
a. Klinik Gizi
Klinik Gizi di UPT Puskesmas Bojonegara melayani konseling pada keluarga
Balita Gizi buruk/Kurang, konseling Bumil KEK/Anemi/Resti serta Lansia rujukan poli
PTM. Hal ini dilakukan bertujuan untuk memantau kesehatan Balita Gizi Buruk/ Gizi
Kurang Serta Ibu Hamil dan Lansia agar dapat memperbaiki status gizi dan status
kesehatan menjadi lebih baik. Salah satu intervensi yang diberikan di Klinik Gizi
adalah pemberian PMT dan Konseling. Klinik gizi di UPT Puskesmas Bojonegara
dilaksanakan setiap hari Senin dan Kamis.
a. Edukasi Gizi
8
b. Lokasi konseling antara lain Posyandu, Kelompok pendukung Ibu (KP-Ibu),
terintegrasi dengan program lain dalam kegiatan kelas balita, kelas Ibu.
Fase tumbuh kembang anak usia 0-5 tahun perlu mendapat perhatian dari para
orangtua. Pada masa golden age inilah, anak-anak mengembangkan kemampuan
motorik kasar, motorik halus, berbahasa dan kecerdasannya. Penting bagi orangtua
untuk memahami risiko keterlambatan tumbuh kembang anak, sekaligus juga
memahami bagaimana cara menyikapinya dengan tepat. Dengan begitu, anak bisa
tertangani dengan baik kalau pun mengalami keterlambatan. Orangtua juga lebih
mampu mengambil tindakan terbaik untuk si kecil, dan tidak terpedaya mitos (Fazriyati,
2013). Hal ini terkait dengan masalah pertumbuhan pada balita. Pertumbuhan
mencakup perubahan kuantitas, secara fisik diukur dengan berat (gram, kilogram),
panjang (cm, meter). Perkembangan terkait dengan bertambahnya kemampuan
struktur dan fungsi tubuh, biasanya dinilai dari kemampuan kognitif, bahasa, motorik,
emosi, dan perkembangan perilaku (Soetjiningsih & Ranuh G., 2013). Kurang
pengetahuan pada orang tua akan mempengaruhi pemberian stimulasi pada
perkembangan anak sehingga dapat berakibat pada pertumbuhan dan perkembangan
anak. Selain itu, kesibukan orang tua untuk bekerja akan berpengaruh pada pemberian
stimulasi yang seharusnya diberikan pada anak (Saputra, Hasanah & Sabrian, 2015).
9
Pemantauan pertumbuhan balita sangat penting dilakukan untuk mengetahui
adanya gangguan pertumbuhan (growth faltering) secara dini. Untuk mengetahui
pertumbuhan tersebut, penimbangan balita setiap bulan sangat diperlukan.
Penimbangan balita dapat dilakukan di berbagai tempat seperti Posyandu, atau sarana
pelayanan kesehatan lainnya. Informasi tentang pemantauan pertumbuhan anak
diperoleh dari frekuensi penimbangan anak umur 6- 59 bulan selama enam bulan
terakhir. Idealnya dalam enam bulan anak balita ditimbang minimal enam kali
(Kemenkes, 2013). Upaya pola mengasuh Anak dilakukan melalui pemberian
konseling kepada orang tua atau pelayanan oleh petugas Taman Pengasuhan Anak
(TPA), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Bina Kesehatan Balita (BKB), dan
Posyandu pada anak usia 0 (nol) sampai 72 bulan. Pemantauan pertumbuhan,
perkembangan, dan gangguan tumbuh kembang harus diselenggarakan secara
komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan: stimulasi yang memadai; deteksi dini
penyimpangan tumbuh kembang; dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang.
Pemantauan tersebut diselenggarakan di fasilitas kesehatan dasar dan di taman
kanak-kanak (Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 25 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Anak, 2014). Melalui para kader kesehatan anak yang berperan sebagai tangan
panjang Puskesmas inilah masyarakat akan meningkat pengetahuannya. Puskesmas
yang membina kader ini dapat secara bersinergi bekerja sama dengan institusi
kesehatan yang mempunyai perhatian pada kesehatan anak. Media yang digunakan
untuk melakukan pemantauan tumbuh kembang adalah dacin , timbangan bayi ,
timbangan balita, microtoist, Panjang badan , dan lila. Pelatihan yang akan dilakukan
kepada kader kesehatan anak diharapkan dapat membantu masyarakat dalam
mengidentifikasi gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada balita. Jika kader
Posyandu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik maka mereka akan dapat
membantu para orang tua dalam mengenali keterlambatan atau kegagalan anak
mengikuti pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya. Tujuan
kegiatan ini adalah untuk memantau status gizi Balita menggunakan KMS (Kartu
Menuju Sehat) atau buku KIA).
e. Pemberian Vitamin A
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan
oleh tubuh yang berguna untuk mata (agar dapat melihat dengan baik) dan untuk
tubuh (meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan penyakit misalnya campak,
diare, dan penyakit infeksi lain) (Depkes RI, 2005). Tujuan kegiatan ini adalah untuk
meningkatkan keberhasilan kegiatan pemberian Vitamin A melalui pembinaan mulai
dari perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan sehingga kegiatan pencegahan
kekurangan vitamin A dapat berjalan dengan baik.
10
Sasaran pemberian vitamin A:
a. Bayi umur 6-11 bulan, baik sehat maupuan tidak sehat, dengan dosis 100.000 SI
(warna biru). Satu kapsul diberikan satu kali secara serentak pada bulan Februari dan
Agustus.
b. Anak balita umur 1-5 tahun, baik sehat maupun tidak sehat, dengan dosis 200.000
SI (warna merah). Satu kapsul diberikan satu kali secara serentak pada bulan Februari
dan Agustus.
c. Ibu nifas, paling lambat 30 hari setelah melahirkan, diberikan satu kapsul vitamin A
dosis 200.000 SI (warna merah), dengan tujuan agar bayi memperoleh vitamin A yang
cukup melalui ASI (Depkes RI, 2003).
11
dalam pemakaian obat jadi tablet zat besi denagan dosis rendah lebih cenderung
ditoleransi (dan diminum) dari pada dosisi tinggi. Setiap tablet setara dengan 200mg
ferrosulfat. Selama kehamilan minimal diberikan 90 tablet sampai 42 minggu setelah
melahirkan diberikan sejak pemeriksaan ibu hamil pertama. 1) Pemberian tablet
tambah darah lebih bisa ditoleransi jika dilakukan pada saat sebelum tidur malam 2)
Pemberian tablet tambah darah harus dibagi serta dilakukan dengan interval sedikitnya
6-8 jam , dan kemudian interval ini di tingkatkan hingga 12 atau 24 jam jika tinbul efek
samping 3) Muntah dan kram perut merupakan efek samping dan sekaligus tanda dini
toksitasi zat besi, keduanya ini menunjukan perlu mengubah (menurunkan) dosis zat
besi dengan segera 4) Minum tablet tambah darah pada saat makan atau segera
sesudah makan selain dapat mengurangi gejala mual yang menyertainya tetapi juga
akan menurunkan jumlah zat besi yang diabsorpsi (Soe Jordan, 2003).
Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan pemberian TTD untuk
kelompok masyarakat yang rawan menderita anemia gizi besi yaitu Ibu hamil melalui
pembinaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan sehingga kegiatan
pencegahan anemia gizi besi.
Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau kadar Hb
dalam darah kurang dari normal. Anemia terjadi bila jumlah sel darah merah
berkurang. Kurangnya sel darah merah membuat kemampuan sel darah merah untuk
membawa oksigen ke seluruh tubuh berkurang. Akibatnya, tubuh menjadi kekurangan
pasokan oksigen, sehingga menyebabkan tubuh menjadi lemas dan cepat lelah.
Pemberian TTD pada remaja putri bertujuan meningkatkan status gizi remaja putri
untuk mencegah terjadinya balita stunting, menurunkan kasus anemia, dan
meningkatkan cadangan zat besi dalam tubuh sebagai bekal mempersiapkan generasi
yang sehat berkualitas dan produktif (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2016).
Pemberian TTD dilakukan untuk remaja putri usia 12-18 tahun. Pemberian TTD
pada rematri di sekolah dilakukan dengan menentukan hari minum TTD bersama
setiap minggunya sesuai kesepakatan setiap sekolah. Saat libur sekolah TTD diberikan
sebelum libur. TTD tidak diberikan pada rematri yang menderita penyakit thalasemia,
hemosiderosis, atau atas indikasi dokter lainnya (Kemenkes, 2016). Pemberian TTD
pada remaja putri melalui UKS/M di institusi pendidikan (SMP dan SMA atau yang
sederajat) dengan menentukan hari minum TTD bersama setiap minggunya sesuai
kesepakatan di wilayah masing-masing. Pemberian TTD pada WUS di tempat kerja
menggunakan TTD yang disediakan oleh institusi tempat kerja atau secara mandiri.
Dalam pelaksanaan tatalaksana pemberian TTD (Tablet Tambah Darah) terdapat 3 hal
12
penting yang harus diperhatikan yaitu sasaran penerima, tempat dan petugas yang
memberikan, pengadaan dan pendistribusian.
Penyimpanan dan pendistribusian:
a. Penyimpanan
Penyimpanan Sesuai dengan standar penyimpanan obat, yaitu di tempat yang
sejuk dan tidak boleh terkena sinar matahari langsung dan dalam kemasan tertutup
rapat.
b. Pendistribusian
Gudang Farmasi mendistribusikan Tablet Tambah Darah sesuai dengan
kebutuhan tiap Puskesmas. Gudang Farmasi mendistribusikan ke gudang farmasi
puskesmas, dan selanjutnya dari puskesmas mendistribusikan TTD ke sekolah-
sekolah yang ada di daerah tersebut melalui pengelola program gizi. Untuk
pelaporan yaitu TPG mencatat pemberian TTD kepada siswa dan selanjutnya
petugas TPG merekap laporan dari sekolah dan pesantren. Kemudian melaporkan
ke dinas kesehatan kabupaten. Frekuensi pelaporan dilakukan setiap bulan. Setelah
menerima laporan wajib menganalisis laporan yang diterima dan menyampaikan
umpan balik penerimaan laporan untuk mengetahui informasi hasil pelaksanan
pemberian TTD yang telah dilakukan dan hasil analisisnya untuk menilai dan
pengembangan program.
a. MP- ASI
MP-Asi adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi yang diberikan
pada bayi atau anak berumur 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizi.
Sebelum bayi berusia 24 tahun ,diberikan Asi terlebih dahulu, setelah itu baru
diberikan MP-Asi. Tujuan pemberian MP-Asi adalah memenuhi kebutuhan nutri
bayi dan pola makan keluarga pada bayi. Tenaga gizi puskesmas akan
mendistribusikan kepada masyarakat.
MP-ASI lokal adalah MP-ASI yang dibuat dari makanan lokal setempat
dalam rangka untuk meningkatkan pemahaman dan ketrampilan tenaga
kesehatan. MP-ASI lokal dapat dialokasikan dari dana bantuan dana Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan dana Anggaran Pendapatan Belanja
Desa (APDES). Tugas tenaga gizi puskesmas dalam ini adalah:
1. Merencanakan menu MP-ASI lokal
2. Mengadakan bahan MP-ASI lokal
3. Mengolah MP-ASI lokal dibantu oleh kader
13
4. Mendistribusikan kepada sasaran dibantu oleh kader
b. PMT- Pemulihan
Untuk mengatasi kekurangan gizi yang terjadi pada kelompok usia balita perlu
diselenggarakan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan. PMT
Pemulihan bagi anak usia 6-59 bulan dimaksudkan sebagai tambahan, bukan
sebagai pengganti makanan utama sehari-hari. PMT Pemulihan dimaksud
berbasis bahan makanan lokal dengan menu khas daerah yang disesuaikan
dengan kondisi setempat. Sasaran: Balita gizi kurang, balita pasca perawatan gizi
buruk, ibu hamil KEK (Kurang energy kronik). PMT Pemulihan untuk balita gizi
kurang adalah makanan ringan padat gizi dengan kandungan 350-400 kalori
energy dan 10-15 gram protein. PMT bumil KEK Bufferstock diberikan dalam
bentuk makanan padat gizi dengan kandungan 500 kalori energy dan 15 gram
protein. Lama pemberian PMT pemulihan untuk balita dan Ibu Hamil KEK adalah
90 hari makan anak (HMA) dan 90 hari makan bumil (HMB). Fungsi tenaga gizi
puskesmas dalam manajemen pemberian MP-ASI dan PMT-Bumil KEK antara
lain:
a. Merencanakan kebutuhan MP-ASI dan PMT Bumil KEK untuk sasaran
selama satu tahun.
b. Memantau kegiatan pemberian MP-ASI dan PMT Bumil KEK, di wilayah
kerja Puskesmas Bojonegara.
c. Menyusun laporan pelaksanaan distribusi MP-ASI dan PMT Bumil KEK
wilayah kerja Puskesmas Bojonegara.
Kerja sama lintas program merupakan kerja sama yang dilakukan antara
beberapa program dalam bidang yang sama untuk mencapai tujuan yang sama. Kerja
sama lintas program yang diterapkan di puskesmas berarti melibatkan beberapa
program terkait yang ada di puskesmas. Tujuan khusus kerja sama lintas program
adalah meningkatkan pencapaian indikator perbaikan gizi ditingkat puskesmas melalui
kerjasama lintas sektor dan lintas program Kerja sama lintas sektor melibatkan
masyarakat di luar sektor kesehatan yang merupakan usaha bersama mempengaruhi
faktor yang secara langsung atau tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Kerja
sama tidak hanya dalam proposal pengesahan, tetapi juga ikkut serta mendefinisikan
masalah, prioritas kebutuhan, pengumpulan, dan interpretasi informasi serta
mengevaluasi. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kerjsasama lintas sektor
penganggulangan yang meliputi anggaran, peraturan, komunikasi, komitmen, peran,
14
dan tanggung jawab. Sasaran: seksi pemberdayaan masyarakat kantor camat,
penyuluh pertanian lapangan, juru penerang kecamatan, TP PKK, Dinas pendidikan,
Kepala Desa/Kelurahan, program KIA, bidan coordinator, tenaga sanitarian, tenaga
promosi kesehatan , perawat, sanitarian, juru imunisasi, dan lain-lain.
BAB IV
HASIL KEGIATAN PROGRAM GIZI
UPT PUSKESMAS BOJONEGARA
1. Program Gizi
STUNTING : 16
BALITA
STUNTING : 22
BALITA
STUNTING : 14
BALITA
STUNTING : 12
BALITA
STUNTING : 18 GIZI
BALITA BURUK 1
STUNTING : 12
BALITA
STUNTING : 15
BALITA
STUNTING : 15
BALITA
STUNTING : 12
GIZI BALITA
BURUK 1
STUNTING : 15
BALITA
GIZI GIZI
BURUK 1 STUNTING : 12
BURUK 1
BALITA
15
1. Kegiatan Rutin di Posyandu
Upaya peningkatan gizi keluarga di mulai dari kegiatan posyandu. Jumlah posyandu di
wilayah UPT Puskesmas Bojonegara ada 60 Posyandu.
100 98.04
100
80.47 78.89
80
60
40
20
0
D/S K/S N/S N/D
2022
16
o N/S Efektifitas Program
Cakupan Efektifitas Program posyandu sebesar 78,89%. Bila melihat target 2022
sebesar 75%, cakupan ini sudah mencapai target yang telah ditetapkan. Hal ini
disebabkan karena berbagai faktor antara lain masih ada beberapa balita yang
tidak hadir di posyandu, pertumbuhan yang terganggu, asupan nutrisi yang
kurang, pola asuh orang tua, penyakit infeksi, dll.
B. Cakupan Vitamin A
100
80
60
40
100 100
20
Februari Agustus
Gambar 4.3 Cakupan Vitamin A bayi (6-11 Bulan)
Berdasarkan dari grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan vitamin A untuk bayi usia
6-11 bulan pada bulan Februari dan Agustus mencapai 100% dengan target sasaran
sebesar 95% berarti sudah mencapai target.
.
17
CAKUPAN VITAMIN A BALITA (1 - 5 TAHUN)
KECAMATAN BOJONEGARA
TAHUN 2022
120
100
80
60
40
100 100
20
Februari Agustus
Gambar 4.4 Cakupan Vitamin A balita (1-5 tahun)
Berdasarkan dari grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan vitamin A untuk balita
usia 1–5 tahun bulan pada bulan Februari dan Agustus mencapai 100% dengan
target sasaran sebesar 95%.
Berdasarkan hasil grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan vitamin A bufas
yang tertinggi terdapat di Desa Bojonegara , mangkunegara , Pengarengan, dan
Pakuncen yaitu 100%, sedangkan untuk Cakupan Vitamin A Bufas yang terendah
di Desa Margagiri yaitu 84.7%. Sedangkan target yang telah ditentukan sebesar
90%. Berarti cakupan rata rata Vitamin A bufas tahun 2022 selama satu tahun sudah
mencapai target.
18
C. CAKUPAN PEMBERIAN TABLET BESI PADA IBU HAMIL
100 100
99.5
99
98.5
98.5
98
97.5
FE 1 FE 3
Gambar 4.6 Cakupan Pemberian Tablet Fe pada Ibu Hamil
Berdasarkan hasil grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan pemberian tablet besi ibu
hamil tahun 2022 fe1 dan fe 3 sebesar 98,5% sedangkan target tahun 2022 sebesar 98%
berarti sudah mencapai target.
19
E. CAKUPAN STRATA POSYANDU
STRATA POSYANDU
KECAMATAN BOJONEGARA
TAHUN 2022
42
14
4
0
PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI
20
F. KEATIFAN KADER
Jumlah kader yang seharusnya ada di Kecamatan Bojonegara sebanyak 300 orang
bila melihat jumlah posyandu dikalikan 5 orang kader tiap posyandu. Dan 300 kader
semua aktif.
2. Penanggulangan Stunting, Ibu Hamil KEK, GAKY dan Kekurangan zat gizi mikro
lainnya.
a. Stunting
Berdasarkan pada grafik diatas dapat dilihat bahwa balita stunting tahun 2022 yang
tertinggi berada di desa Mekarjaya yaitu ada 22 balita sedangkan angka balita
stunting yang terendah desa Ukirsari, Karangkepuh , Kertasana , Lambangsari yaitu
ada 12 balita.
b. Asi Eksklusif
ASI EKSKLUSIF
DI KECAMATAN BOJONEGARA
TAHUN 2022
76.26 72.74 65.19
80 60.54 57.63 50.58 49.05 49.2
60
40 29.05 27.73 21.45
20
0
a a ra n ta iri h n ri a ar
i
a n
j ay
g a c e a r
a g pu g a s a
g ar rs
rta
s ar ne ku
n
na
k
ar
g
gk
e
re
n
an
g
ne ki
e ek u a a n a b j o U
K M gk P W M ra ng m Bo
an K a
P e La
M
c. TTD Rematri
22
Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia
gizi besi karena mempunyai kebutuhan zat besi yang tinggi untuk pertumbuhan dan
peningkatan kehilangan akibat menstruasi. Penelitian menunjukkan bahwa 27% anak
perempuan usia 11-18 tahun tidak memenuhi kebutuhan zat besi, sedangkan anak
laki-laki hanya 4%. Hal ini menunjukan bahwa remaja putri lebih rawan untuk
mengalami defisiensi zat besi dan keadaan ini dapat mempercepat kejadian anemia
(Permata, 2018). Untuk meningkatkan capaian pemberian tablet tambah darah (TTD)
pada remaja putri di Kecamatan Bojonegara, program gizi Puskesmas Bojonegara
mempunyai inovasi Permata Fe yang dibentuk dari tahun 2017 sampai dengan
sekarang. Dengan Tujuan meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang
bahayanya anemia, meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang gizi seimbang,
meningkatkan kemandirian remaja putri mencegah anemia pada diri sendiri dan orang
lain, membiasakan remaja putri minum tablet fe secara rutin setiap minggu. Sehingga
capaian pemberian TTD rematri tahun 2019 meningkat sebesar 93,98% dari target
35%, sedangkan pada tahun 2020 TTD Rematri pada tahun 2020 sebesar 30%
mengalami penurunan dikarenakan adanya pandemic covid 19 yang mengharuskan
semua sekolah melakukan kegiatan belajar mengajar secara daring . Hal ini yang
menjadi kendala untuk mendistribusikan TTD ke sekolah, akan tetapi pemberian TTD
pada tahun 2020 sudah diberikan secara serentak di semua sekolah pada bulan
januari sebelum pandemic covid-19 dan berlanjut hingga bulan maret.
Pada 2021 dapat dilihat pada grafik diatas bahwa cakupan TTD remaja Putri sudah
mencapai 71.8% yang sudah diberikan tablet tambah darah di sekolah maupun di
pesantren. Di karenakan pada pertengahan tahun 2021 sekolah sudah mulai aktif
Kembali tetapi untuk aktifitas tatap muka disekolah hanya 50% saja. Dan siswa/siswi
bergantian tatap muka di sekolah sesuai jadwal yang sudah ditetapkan pihak sekolah.
Dari petugas gizi dan lintas program sudah mulai aktif memberikan tablet tambah
darah untuk remaja putri selama 3 bulan, dan juga melakukan penyuluhan di sekolah.
Dan sudah membentuk Kembali kader remaja / kader Kesehatan remaja untuk
memantau siswi perempuan supaya rutin minum tablet tambah darah. Dan setelah 3
bulan , kader remaja mengambil tablet tambah darah di puskesmas untuk di berikan
kepada remaja putri. Sekolah yang sudah melakukan pembentukan kader remaja ada
4 yaitu SMA 1 Bojonegara , MA Nurul Hidayah , SMP 1 Bojonegara , SMP PGRI. Pada
tahun 2022 dapat dilihat pada grafik diatas bawah Cakupan TTD pada remaja putri
sudah mencapai 100% dikarena tahun 2022 sudah tidak ada pandemic covid 19 dan
aktifitas sekolah sudah normal Kembali dan tidak ada sekolah yang siswa/siswa tatap
muka bergantian.
23
d. IMD (Inisiasi Menyusui Dini)
IMD
Berdasarkan grafik diatas cakupan IMD tertinggi berada di Desa Ukirsari yaitu 91,38%
dan IMD terendah ada di Desa Margagiri yaitu 72,41%. Target sasaran IMD adalah
60%. Berarti cakupan IMD tahun 2022 sudah mencapai target.
e. Gizi Buruk
Berdasarkan grafik diatas didapatkan gizi buruk di Desa Wanakarta ada 1 balita,
Desa Margagiri ada 1 Balita, Desa Mangkunegara ada 1 balita, dan Desa
Kertasana ada 1 balita. Dari 4 balita Gizi Buruk ada 1 balita yang menderita
penyakit bawaan dari bayi yaitu fimosis. Dan 3 balita lainnya disebabkan karena
malnutrisi dan berat badan bayi rendah/premature.
24
f. Pengadaan PMT
Pengadaan PMT dilakukan oleh Dinas Kesehatan kabupaten Serang dengan dana
APBN , dana APBDES , dan APBD sesuai alokasi jumlah balita / bumil yang
kekurangan gizi. PMT dari dinas kesehatan terdiri dari biskuit balita usia >6 bulan,
biskuit ibu hamil. Selain biscuit balita/ibu hamil , RUFT untuk anak usia >6 bulan ,
dan susu SGM untuk usia >1 tahun. Dari dinas Kesehatan provinsi maupun
kabupaten kemudian dialokasikan ke puskesmas bojonegara. Dari puskesmas
bojonegara di alokasikan ke 11 desa melalui bidan desa.
25
kemandirian remaja putri mencegah anemia pada diri sendiri dan orang lain,
membiasakan remaja putri minum tablet fe secara rutin setiap minggu.
Inovasi untuk tablet fe masih mempunyai beberapa kendala yaitu masih
ada kepala sekolah dan dewan guru yang kurang kooperatif mendukung
kegiatan pemberian ttd , masih ada siswi yang tidak mau minum ttd, masih ada
siswi yang cuek akan bahaya anemia, pengkaderan ulang duta permata fe
setiap ajaran baru, pencatatan dan pelaporan yang belum rutin dilaporkan oleh
duta alasan padatnya kegiatan kesiswaan.
26
akurat , masih adanya masyarakat yang tidak memiliki kk , masih adanya ibu
hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya ditenaga kesehatan, masih
adanya balita yang tidak diberikan asi eksklusif usia 0-6 bulan, masih adanya
orang tua yang melarang untuk imunisasi , masih adanya calon pengantin yang
belum imunisasi tt , masih rendahnya sarana air bersih dan sanitasi
lingkungan , dukungan lintas program dan lintas sektor yang masih belum
maksimal , pencatatan dan pelaporan posyandu yang masih kurang rapih ,
masih ada desa yang belum melaksanakan pelatihan kader.
Pemberian asi eksklusif di berikan pada bayi usia 0-6 bulan setelah
melahirkan. Salah satu inovasi di Puskemas Bojonegara yaitu Pawal asik.
Pawal asik yaitu upaya pendampingan terhadap keberhasilan pemberian asi
eksklusif oleh petugas kesehatan dan kader asik dengan melibatkan suami,
keluarga, dan masyarakat sekitar melalui peningkatan pengetahuan asi. tujuan
inovasi pawal asik yaitu meningkatkan cakupan asi eksklusif, meningkatkan
pengetahuan ibu bayi dan keluarga tentang pentingnya pemberian asi
eksklusif,ada nya dukungan dari suami,keluarga dan masyarakat sekitar
terhadap keberhasilan asi eksklusif,merubah pola pikir keluarga dan
masyarakat untuk tidak memberikan mp-asi pada bayi kurang dari 6
bulan,memberikan penghargaan kepada ibu yang lulus memberikan asi
eksklusif berupa sertifikat asik.
Hambatan yang dialami dalam pemberian asi eksklusif yaitu masih ada
ibu yang belum memahami manfaat pembeian asi eksklusif bagi bayinya,masih
ada ibu yang memberikan mp-asi (pisang, air tajin, madu, dll) pada bayi baru
lahir,tidak adanya dukungan suami dan keluarga terdekat untuk keberhasilan
asi eksklusif,masih terpengaruh oleh iklan memalui media cetak dan elektronik
bahwa susu formula baik bagi kesehatan bayinya,asupan makan ibu menyusui
yang kurang adekuat sehingga asi tidak keluar/ keluar sedikit.
27
anak stunting,meningkatkan kemandirian ibu balita supaya anak mengkonsumsi
makanan bergizi seimbang, dan membiasakan ibu balita supaya memberi
makanan pada anak selalu bergizi seimbang.
Hambatan kegiatan germani cating yaitu banyak ibu balita yang belum
mengetahui bahaya nya stunting, tidak ada dukungan suami atau keluarga
terdekat tentang mengkonsumsi ikan, ibu balita banyak yang tidak mau
membeli ikan di pasar, ada beberapa anak yang tidak suka ikan.
h. Pos Gizi
Pos gizi adalah adalah pusat pemulihan gizi buruk dengan pemberdayaan
masyarakat yang dikelola dari, oleh dan untuk masyarakat yang meliputi
pemberian makanan tambahan kepada anak secara intensif sesuai usia dan
kondisinya serta pembelajaran edukatif kepada ibu balita dengan melibatkan peran
serta kader, ibu balita serta lintas sektor terkait. Tahapan pelaksanaan pos gizi
yaitu sosialisasi,screening dan pendataan sasaran program, persiapan, (MMD),
pengumpulan data awal, pelaksanaan di Posyandu atau rumah penduduk,
pemantauan proses pelaksaan kegiatan, dan evaluasi akhir (pengumpulan data
akhir). Sosialisai pos gizi dilaksanakan di aula Kecamatan Bojonegara dengan
mengundang perwakilan ketua kader, pejabat desa dan pejabat kecamatan. Pos
gizi dilaksanakan di rumah – rumah penduduk atau posyandu dalam waktu 3 bulan
dengan 5 - 10 anak gizi kurang atau stunting dan ibunya/pengasuhnya. Sebelum
kegiatan pos gizi petugas gizi mengundang 2 perwakilan kader setiap desa untuk
melakukan demo masak di aula Puskemas pada hari kamis.
Kegiatan pos gizi pertama kali dilakukan di Desa Kertasana pada tahun 2020.
Pada setiap kegiatan pos gizi tiap desa semua kader diikutsertakan. Petugas gizi
membuatkan jadwal menu (siklus menu) selama seminggu untuk 3 bulan dan
menu menu tersebut akan di masak oleh kader. Kader dibuatkan pembagian
jadwal pos gizi supaya pembagian tugasnya supaya lebih efisien dan menghemat
tenaga kader. Kegiatan pos gizi kader yang sudah di jadwalkan harus memasak
sesuai menu yang sudah dibuatkan oleh petugas gizi. Pada hari pertama kegiatan
balita harus di timbang dan diukur tinggi badannya. Untuk penimbangan pada
balita dilakukan seminggu sekali sedangkan untuk pengukuran tinggi badan
dilakukan sebulan sekali. Jadwal pemberian makan untuk balita yaitu pada minggu
0 dilakukan 7 kali pemberian makan, minggu pertama dilakukan 7 kali pemberian
makan , minggu kedua dilakukan 3 kali pemberian makan, minggu ketiga dilakukan
3 kali pemberian makan, minggu ke empat dilakukan 2 kali pemberian makan,
minggu ke lima dilakukan 1 kali pemberian makan, minggu ke enam dilakukan 1
kali pemberian makan, minggu ke tujuh tidak dilakukan pos gizi , minggu ke
28
delapan dilakukan 1 kali pemberian makan, minggu ke Sembilan tidak dilakukan
pos gizi, minggu ke sepuluh dilakukan 1 kali pemberian makan, minggu ke sebelas
tidak dilakukan kegiatan pos gizi, minggu ke duabelas dilakukan 1 kali pemberian
makan.
Selama kegiatan pos gizi petugas gizi memantau langsung dan mengarahkan
apa saja yang diperlukan untuk kegiatan pos gizi kepada kader. Petugas gizi
menghadiri pos gizi selama satu minggu, kemudian petugas gizi memantau
kegiatan pos gizi melalui handphone (mandiri) kepada ketua kader, dan ketua
kader yang mengarahkan amanat dari petugas gizi. Hari pertama kegiatan
disiapkan spanduk, tempat makan balita, penyuluhan kepada ibu balita, Melakukan
konseling kepada ibu balita, melakukan pengukuran balita, menyiapkan alat dan
bahan juga tempat untuk memaksa, jadwal kegiata, pembagian kader,
pemantauan berat badan dan tinggi badan, Membuat catatan porsi makan yang
dihabiskan oleh balita, membuat absensi balita dan ibu balita. Pada hari kedua
petugas gizi menanyakan apakah makanan yang diberikan kepada balita habis
atau tidak, konseling kepada balita jika ada makanan yang tidak habis. Kemudian
ibu balita ditanyakan ada keluhan tidak setelah mengkonsumsi makanan yang
disediakan. Dan jika ada balita yang diare , batuk pilek langsung dikonsulkan
kepada dokter atau bidan dan langsung diberikan obat. Begitupun hari berikutnya.
Jika ada balita yang tidak datang ke pos gizi , kader mengantarkan makanan
kerumah balita yang tidak datang. Penyuluhan di pos gizi dilakukan seminggu 3
kali selama 3 bulan. Pada minggu pertama balita dilakukan penimbangan ulang,
jika ada balita yang berat badannya turun, dilakukan konseling oleh petugas gizi.
30
BAB V
ANALISA KEGIATAN
a. PEMANTAUAN STUNTING
Stunting (kerdil) merupakan keadaan di mana tinggi badan anak lebih pendek
dibanding anak lain seusianya, hal ini juga kenal dengan kondisi gagal tumbuh pada
anak Balita. Banyak factor yang menyebabkan stunting di kecamatan bojonegara
masih banyak yaitu ibu hamil anemia, asi eksklusif,berat badan lahir rendah,diare, gizi
buruk dan kecacingan. stunting disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang
diperoleh oleh bayi/janin selama masa 1000 hari pertama kehidupan, di mana hal ini
dapat menyebabkan kematian janin. Pemerintah Indonesia meluncurkan “Gerakan
1.000 Hari Pertama Kehidupan” yang dikenal sebagai 1.000 HPK. Masa 1000 hari
pertama kehidupan (HPK), yang bermula sejak saat konsepsi hingga anak berusia 2
tahun, merupakan masa paling kritis untuk memperbaiki perkembangan fisik dan
kognitif anak. Beberapa penelitian melaporkan bahwa tumbuh kembang anak tidak
hanya pada 2 tahun pertama saja, jika pemerintah hanya terfokus pada 1000 HPK
tanpa melihat perkembangan berikutnya, maka pasca program 1000 HPK akan
bermunculan masalah gizi yang lain. Efek jangka pendeknya dapat menyebabkan
perkembangan otak, pertumbuhan masa tubuh dan komposisi badan terhambat, serta
gangguan metabolisme glukosa, lipid, protein dan hormone. Efek jangka panjan g
dapat menyebabkan menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, kekebalan
tubuh, kapasitas kerja, dan terjadinya penyakit, seperti penyakit jantung dan pembuluh
darah, diabetes, kanker, dan disabilitas lansia (James dalam Jalal 2007).
Stunting menggambarkan status gizi kurang yang bersifat kronik pada masa
pertumbuhan dan perkembangan sejak awal kehidupan. Keadaan ini dipresentasikan
dengan nilai z-score tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari -2 standar deviasi
(SD) berdasarkan standar pertumbuhan menurut WHO (WHO, 2010). Secara global,
sekitar 1 dari 4 balita mengalami stunting (UNICEF, 2013). Anak dapat dikatakan
sangat pendek (severely stunted) jika tinggi atau panjang badan kurang dari 3 kali
standar deviasi (<-3 SD) sedangkan anak dikatakan pendek (stunted) apabila tinggi
atau panjang badannya -3 SD sampai dengan – 2 SD 2 . Prevalensi stunting
meningkat dari 27,5% (2016) menjadi 29,6% (2017) . Menurut data Riskesdas (2018)
yang menunjukkan bahwa prevalensi balita pendek mengalami peningkatan dari
19,2% tahun 2013 menjadi 19,3% pada tahun 2018 sedangkan balita sangat pendek
mengalami penurunan dari 18% pada tahun 2013 menjadi 11,5% pada tahun 2018.
Kejadian stunting di Indonesia yang masih tinggi tersebar di beberapa kota di seluruh
31
provinsi di Indonesia salah satunya di Provinsi Banten dengan prevalensi stunting
29,6%. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menetapkan 160 kabupaten/kota
yang menjadi prioritas penanganan stunting.
Dampak buruk stunting dalam jangka pendek adalah terganggunya
perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan
metabolisme tubuh (Kementerian Kesehatan, Pemerintah RI, 2016). Selain itu,
dampak jangka panjangnya adalah anak dengan stunting akan tumbuh dengan risiko
tinggi menderita obesitas, diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker,
stroke, disabilitas pada usia tua, menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi
belajar, serta kualitas kerja yang tidak kompetitif dan berakibat pada rendahnya
produktivitas ekonomi (Kementerian Kesehatan, Pemerintah RI, 2016).
Menurut Riskesdas Tahun 2018 balita stunting di provinsi banten mencapai 30,8%.
Balita Stunting dapat diketahui melalui EPPBGM (TB/U). untuk mengetahui
status gizi balita dibutuhkan sisitem pencatatan dan pelaporan yang akurat dan
menggambarkan tiap individu. Sistem informasi gizi terpadu (Sigizi Terpadu)
merupakan bagian besar dari sistem yang digunakan untuk mencatat dan melaporkan
data gizi baik data sasaran tiap individu, status gizi, cakupan kinerja dan juga data
PMT yang bersumber dari APBN maupun dari APBD. Dengan adanya EPPBGM,
pemantauan status gizi anak terutama stunting dapat terpantau dengan setiap
bulannya. Dari hasil EPPBGM ditemukan balita stunting sebanyak 467 balita di
Kecamatan Bojonegara tahun 2020. (Indikator TB/U <-3 SD). sedangkan di tahun
2022 balita stunting mengalami penurunan menjadi 237 balita stunting. Hal Ini
disebabkan karena setiap desa sudah dilakukan intervensi seperti pembentukan pos
gizi, dan pemerian PMT, Sosialisasi stunting dilakukan di setiap desa dengan
mengundang kader posyandu, penyuluhan dan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan di posyandu. kepada balita stunting. Sebelum dilakukan kegiatan pos
gizi, TPG, bidan desa dan kader harus melakukan validasi data balita stunting dengan
cara dilakukan pengukuran ulang. Untuk mencegah stunting program gizi
mengadakan kegiatan Pos gizi selama 3 bulan dengan sasaran balita stunting dan
balita gizi kurang. Tempat untuk kegiatan Pos gizi dijadikan satu. Kegiatan lainnya
untuk mencegah stunting yaitu penyuluhan dan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan di posyandu. Petugas gizi dengan management membuatkan SK
Stunting. Desa yang sudah melakukan kegiatan pos gizi yaitu Desa Kertasana,
Mangkunegara , Lambangsari , Mekarjaya , dan Karangkepuh. Pada tahun 2022
penurunan stunting menjadi 200 balita hal ini disebabkan karena adanya pos gizi dan
pemberian makanan tambahan melalui APBDes. Yang sudah melaksanakan pos gizi
ada 10 desa yaitu Desa Bojonegara , Karangkepuh , Mangkunegara, Kertasana,
Wanakarta , Ukirsari, Lambangsari , Margagiri, Pakuncen , dan Mekarjaya . Kegiatan
pos gizi ini jika ada anggaran dari APBDes akan dilaksanakan sampai tahun 2024.
32
Di Puskesmas Bojonegara stunting sendiri mempunyai Inovasi yaitu Bonceng
(Bojonegara Cegah Stunting) dan Germani Cating (Gerakan makan Ikan Cegah
Stunting).
Pemberian PMT pemulihan dan vitamin kepada gizi buruk berupa susu SGM
untuk anak usia >1 tahun, biskuit bayi >6 bulan dan vitamin sakatonik. Pemberian
PMT ini diharapkan ada peningkatan status gizi. Akan tetapi kasus gizi buruk 2022
disertai dengan penyakit penyerta seperti Bocor jantung, anemia sehingga
penangananya agak sulit dikarenakan sudah dari bawaan bayi.
Kecamatan Bojonegara akan mengadakan kegiatan pos gizi selama 3 bulan
untuk balita stunting dan gizi buruk supaya dapat terpantau dengan benar dengan 5-
10 anak.. Kegiatan tersebut menggunakan dana APBDES (Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa) dan setiap desa harus menyediakan satu tempat untuk pos gizi. Syarat
tempat untuk dijadikan pos gizi yaitu jauh dari warung, ada cuci tangan, tidak jauh dari
rumah sasaran balita, tempat luas. Kegiatan pos gizi dilakasanakan tahun 2020
pertama kali di Desa Kertasana. Pada tahun 2021 desa yang sudah melaksanakan
kegiatan pos gizi yaitu Mangkunegara , Lambangsari , Mekarjaya, dan Karangkepuh.
Desa yang sudah melakukan sosialisasi pos gizi yaitu desa Kertasana, Bojoegara,
Mangkunegara , Karangkepuh , Wanakarta , Lambangsari , Pengarengan , Mekarjaya,
Margagiri. Sebelum melakukan kegiatan pos gizi , petugas gizi Bersama lintas
program melakukan demo masak di puskesmas Bojonegara untuk memasak sesuai
dengan menu yang sudah disediakan. Pada tahun 2022 desa yang sudah
melaksanakan pos gizi ada desa Bojonegara , Karangkepuh , Mangkunegara,
Kertasana, Wanakarta , Ukirsari, Lambangsari , Margagiri, Pakuncen , dan Mekarjaya.
33
d. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN POS GIZI
Menentukan nilai gizi dari makanan pos gizi per anak sehingga jumlah total
kandungan kalori dan protein cukup untuk mencapai “chtch up growth” (mengejar
ketinggalan pertumbuhan) dan pastikan adanya asupan dan vitamin yang cukup.
Menu harus sesuai secara budaya dan disesuaikan dengan usia peserta yang
kekurangan gizi. Bila mayoritas anak-anak berusia dibawah 12 bulan, makanan
pendamping ASI yang sesuai harus disiapkan. Bila pesertanya beasal dari
kelompok umur yang beragam, biasanya disiapkan menu yang sama tapi
konsistensi yang lebih lunak.
34
f. Tentukan ukuran porsi
Dengan menggunakan semua informasi yanga da, siapkan jadwal menu sesuai
hari sesi pos gizi. Termasuk :
a. Beragam menu (dapat menukar dua menu dasar dari hari ke hari)
b. Kuantitas yang diperlukan untuk masing – masing bahan
c. Siapa yang akan menyediakan bahan-bahan tertentu dan berapa banyak
ukuran tiap porsi.
Dengan semua informasi yang ada, siapkan jadwal makan yang mecakup hari
kegiatan pos gizi. Termasuk :
a. Beragam menu (dapat menukar dua menu dasar dari hari ke hari)
b. Kuantitas yang diperlukan untuk masing-masing bahan
c. Siapa yang akan menyediakan bahan-bahan tertentu dan sebrapa banyak
ukuran porsi
Untuk penanggulangan ibu hamil kek sudah sesuai SPM mendapatkan PMT,
upaya lain adalah penanggulangan anemia berupa pemberian tablet tambah darah
kepada ibu hamil minimal 90 tablet selama kehamilan. Pemberian tamblet tambah
darah untuk remaja putri sehari 1 kali selama satu minggu. Selain TTD juga
pemberian kapsul vitamin A pada bayi 6-11 bulan dan balita 1-5 tahun serta ibu nifas.
Salah satu upaya kegiatan pencegahan/penanggulangan GAKY di Kecamatan
Bojonegara adalah pemantauan garam dimasyarakat yang dilakukan di setiap KK
perdesa. Dari hasil pemantauan baru 95% rumah tangga yang mengkonsumsi garam
beryodium dengan target 95% berarti sudah mencapai target. Sedangkan 5% rumah
tangga mengkonsumsi garam yang tidak beryodium. Garam beryodium tahun 2020
menjadi yaitu 95,2% dan yang tidak beryodium yaitu 4,8. Hal ini dikarenakan banyak
35
masyarakat yang sudah mengetahui manfaat garam beryodium. Petugas gizi dan
lintas sector juga melakukan penyuluhan tentang manfaat garam yodium.
Asi eksklusif adalah hanya memberikan asi saja pada bayi 0-6 bulan tanpa
tambahan makanan dan minuman lain selain vitamin/obat (atas rekomendasi).
Berdasarkan hasil grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan asi eksklusif
tertinggi berada di Desa Kertasana yaitu 65.34%. Hal ini disebabkan karena petugas
gizi, bidan atau kader melakukan penyuluhan di desa tentang pentingnya asi eksklusif.
Petugas gizi membuat kartu pantau asi dan sudah di bagikan disetiap desa supaya
bayi yang asi eksklusif dapat terkontrol dengan baik. Di desa Mekarjaya pengetahuan
Ibu tentang asi sudah bagus dan banyak dukungan dari keluarga terutama suami,
banyak masyarakat yang sudah merubah pola pikir untuk tidak memberikan Mp-Asi
pada bayi kurang Dari 6 Bulan. Sedangkan capaian asi eksklusif terendah di Desa
Bojonegara yaitu 40.55%. Hal ini disebabkan karena banyak masyarakat yang
beranggapan jika bayi menangis karena lapar , masih ada ibu yang belum memahami
manfaat pembeian asi eksklusif bagi bayinya , masih ada ibu yang memberikan mp-
asi (pisang, air tajin, madu, dll) pada bayi baru lahir ,tidak adanya dukungan suami
dan keluarga terdekat untuk keberhasilan asi eksklusif, masih terpengaruh oleh iklan
memalui media cetak dan elektronik bahwa susu formula baik bagi kesehatan
bayinya , asupan makan ibu menyusui yang kurang adekuat sehingga asi tidak keluar/
keluar sedikit.
36
N/S Efektifitas Program
Cakupan Efektifitas Program posyandu sebesar 78,89%. Bila melihat target 2022
sebesar 75%, cakupan ini sudah mencapai target yang telah ditetapkan. Hal ini
disebabkan karena berbagai faktor antara lain masih ada beberapa balita yang
tidak hadir di posyandu, pertumbuhan yang terganggu, asupan nutrisi yang
kurang, pola asuh orang tua, penyakit infeksi, dll.
b. Pemberian Vitamin A
Pemberian vitamin A pada bayi dan balita sudah mencapai target yaitu 100%
dengan target yang telah ditentukan sebesar 95%. Hal ini dikarenakan bayi dan
balita yang tidak datang ke posyandu dilakukan sweeping atau kunjungan rumah
oleh kader sesudah kegiatan posyandu. Untuk pemberian kapsul vitamin A pada
ibu nifas tahun 2022 yaitu 98,6% dengan target yang ditentukan 90%. Berarti
sudah mencapai target.
Berdasarkan hasil grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan pemberian tablet
besi ibu hamil tahun 2022 fe1 sebesar 100% dan fe 3 sebesar 98,5 % sedangkan
target tahun 2022 sebesar 98% berarti sudah mencapai target. Hal ini dikarenakan
setiap desa sudah ada kelas ibu dan petugas gizi , atau bidan melakukan
penyuluhan tentang pentingnya minum Tablet tambah darah dan meningkatkan
pengetahuan ibu tentang dampak negative dari ibu hamil yang anemia.
37
yang lengkap. Setiap posyandu mempunyai 5 kader dan aktif semua. Karena ada
60 posyandu jadi jumlah kader menjadi 300 orang.
D. MONEV
38
BAB VI
PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH
A. PERMASLAHAN
B. PEMECAHAN MASALAH
39
BAB VII
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
40
sosialisasi,screening dan pendataan sasaran program, persiapan, (MMD),
pengumpulan data awal , pelaksanaan di Posyandu atau rumah penduduk,
pemantauan proses pelaksaan kegiatan, dan evaluasi akhir (pengumpulan data akhir).
Sosialisai pos gizi mengundang ketua kader tiap desa di aula Kecamatan Bojonegara.
Pos gizi dilaksanakan di rumah – rumah penduduk atau Posyandu dalam waktu 3
bulan dengan 5 - 10 anak gizi kurang atau stunting dan ibunya/pengasuhnya.
Sebelum kegiatan pos gizi petugas gizi mengundang 2 perwakilan kader setiap desa
untuk melakukan demo masak di aula Puskemas.
41
DAFTAR PUSTAKA
Arisman, 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.
Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI
Depkes RI, 2005; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 23 tahun 2005 Tentang
Kesehatan; Jakarta; Hal 1. Fisioterapi Indonesia; Jakarta
Depkes RI. (2010). Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi, dan intervensi tumbuh
kembang anak. Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Ditjen gizi dan KIA. Indonesia.
Notoatmodjo, S., 2014, Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Suhardjo.2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi aksara bekerjasama dengan
Pusat Antar universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
Supariasa I.DN, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.
Tella, Adeyinka, dkk. 2007. “Work Motivation, Job Satisfaction, and Organisational
Commitment of Library Personnel in Academic and Research Libraries in Oyo State,
Nigeria”. Library Philosophy and Practice (e-journal).
Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes Ri
Kementrian Kesehatan Ri. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Ri, 2016.
Notoatmodjo, S., 2014, Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Permenkes RI Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Upaya Kesehatan Anak. Menteri Kesehatan
Republik Indonesia.
Riskesdas, 2018, Laporan Nasional 2018, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan.
Suhardjo.2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi aksara bekerjasama dengan
Pusat Antar universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
Soetjiningsih, IG. N. Gde Ranuh G. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2013
42
Saputra, F., Hasanah, O., & Sabrian, F. 2015. Perbedaan tumbuh kembang anak toddler
yang diasuh orang tua dengan yang dititipkan ditempat penitipan anak
43