Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN TAHUN PROGRAM GIZI TAHUN 2023

Disusun oleh :
Irani Kartika putri Hutomo,S.Gz
NRTKK 814.1.8.7.012
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat-nya serta karunia-Nya karena kami dapat menyelesaikan laporan tahunan program
gizi UPT Puskesmas Bojonegara tahun 2022, sebagai sarana untuk melaporkan hasil
kegiatan Puskesmas selama satu tahun. Laporan tahunan program gizi UPT Puskesmas
Bojonegara merupakan gambaran dan informasi hasil kinerja yang telah dicapai program gizi
UPT Puskesmas Bojonegara Tahun 2022. Banyak kendala dan masalah dalam setiap
kegiatan program, akan tetapi syukur alhamdulillah akhirnya berjalan walaupun hasil yang
diharapkan tidak sesuai dengan yang direncanakan dikarenakan masih adanya corona.
Laporan tahunan program gizi UPT Puskemas Bojonegara ini kami susun
berdasarkan indikator kinerja dan mutu pelayanan program gizi yang dilakukan di
Puskesmas dengan tujuan untuk mengevaluasi atau menilai sejauh mana tingkat
keberhasilan pelayanan program gizi yang dilakukan selama setahun yang telah berjalan dan
digunakan sebagai pendoman untuk perencanaan kegiatan tahun 2023. Dalam penyusunan
laporan tahunan program gizi UPT Puskesmas Bojonegara tahun 2022 menggunakan data
dari capaian kinerja program Gizi.
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada rekan dan mitra kerja kami para
pemegang program di puskesmas Bojonegara, dengan kerja keras mereka pula semua
kegiatan yang ada di puskesmas dapat terselenggara dengan baik. Semoga kegiatan kami
selanjutnya masih mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.

Mengetahui, Serang, 01 Januari 2022


Kepala UPT Puskesmas Bojonegara TPG

Drg. Yatni Suprapti Nafisah Irani Kartika Putri Hutomo


NIP.19740905 200701 2 003 NRTKK.814.1.8.7.012

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Daftar Tabel iv
Daftar Gambar v
Bab I Pendahuluan 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan dan Manfaat 2
a. Tujuan Umum 2
b. Tujuan Khusus 2
c. Manfaat3
Bab II Analisa 4
A. Visi UPT Puskesmas Bojonegara 4
B. Misi UPT Puskesmas Bojonegara 4
C. Moto dan nilai budaya Upt Puskesmas Bojonegara 4
D. Kondisi Umum 5
E. Ketenagaan Kerjaan 6
F. Sasaran 6
Bab III Program Gizi Tahun 2021 8
A. Kegiatan dalam Gedung8
a. Edukasi Gizi 8
B. Kegiatan Luar Gedung 8
a. Edukasi Gizi 8
b. Konseling Asi Eksklusif dan PMBA 8
c. Konseling Gizi melalui PTM 9
d. Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu 9
e. Pemberian Vitamin A 10
f. TTD Bumil 11
g. TTD remaja putri 12
h. Pengelolaan Pemberin MP-Asi dan PMT-P 13
i. Kerjasama Lintas Program dan Linsek 14
BAB IV Hasil Kegiatan Program Gizi 15
A. Program Gizi 15
a. Penyusunan Peta Informasi Masalah Gizi 15
1. Kegiatan posyandu rutin 16
A. Kegiatan Pemantauan di posyandu 16
B. Cakupan vitamin A 17
C. Cakupan pemberian TTD Bumil 19
D. Penyuluhan posyandu, kelas ibu 19
E. Cakupan strata posyandu 20
F. Keaktifan Kader 20
2. Penanggulangan masalah gizi 21
a. Stunting 21
b. Asi Eksklusif 21
c. TTD rematri 22
d. IMD 24
e. Gizi Buruk 24
f. Pengadaan PMT 25
g. Inovasi Puskesmas 25
1. Permata Fe 25
iii
2. Bonceng 26
3. Pawal Asik 27
4. Germani Canting 27
5. Pos Gizi 28
BAB V Analisa Kegiatan 31
A. Penyusunan Peta Informasi Stunting 31
a. Pemantauan Stunting 31
b. Pemantauan Status Gizi 31
c. Pemberian Makanan Tambahan dan Vitamin 31
d. Langkah-langkah kegiatan pos gizi 34
B. Penanggulangan Masalah Gizi 35
C. Kegiatan Rutin di Posyandu 36
a. Kegiatan Pemantauan Posyandu 36
b. Pemantauan vitamin A 37
c. Pemberian TTD Bumil 37
d. Cakupan strata posyandu 37
D. Monev 38
BAB VI Permaslaahan dan Pemecahan Masalah 39
A. Permasalah 39
B. Pemecahan masalah 39
BAB VII Kesimpulan 40
A. Kesimpulan 40
Daftar Pustaka 42

iv
DAFTAR TABEL

2.1 Tenaga Kesehatan di UPT Puskesmas Bojonegara 6


2.2 Target SPM 7
4.1 Indikator untuk menentukan Strata Posyandu 20
4.2 Desa yang sudah melakukan pos gizi 29

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peta informasi masalah gizi 15


Gambar 4.2 Cakupan SKDN 16
Gambar 4.3 Cakupan vitamin A 6-11 bulan 17
Gambar 4.4 Cakupan vitamin A 1 -5 tahun 18
Gambar 4.5 Cakupan vitamin A Bufas 18
Gambar 4.6 Cakupan TTD bumil 19
Gambar 4.7 Cakupan strata Posyandu 20
Gambar 4.8 Kasus Stunting Kec.Bojonegara 21
Gambar 4.9 Cakupan Asi Eksklusif 22
Gambar 4.10 Cakupan TTD Rematri 22
Gambar 4.11 Cakupan IMD 22
Gambar 4.12 Cakupan Gizi Buruk 24

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, tetapi


penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan
kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, karena itu
pendekatan penanggulangannya harus melibatkan lintas sector dan lintas program yang
terkait. Faktor penyebab masalah gizi lainnya yaitu masalah kemiskinan, pemerataan,
sosial, budaya, pola asuh keluarga dan masalah kesempatan kerja (Supariasa et al,
2017). Masalah gizi di Indonesia di negara berkembang pada umumnya masih
didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi, masalah
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI), masalah Kurang Vitamin A (KVA), dan
masalah obesitas terutama di kota-kota besar (Supariasa et al, 2017).
Saat ini Indonesia menghadapi masalah beban gizi ganda yang ditunjukkan dengan
masih tingginya masalah gizi kurang (19,6%) dan stunting (37,2%) serta semakin
meningkatnya masalah kegemukan pada Balita sebesar 11,8%. Kedua masalah gizi
tersebut erat kaitannya dengan masalah gizi dan kesehatan ibu hamil dan menyusui, bayi
baru lahir dan anak usia di bawah dua tahun (Baduta). Hal tersebut dapat terlihat dari
tingginya masalah kurang gizi pada masa pra hamil yang ditandai tingginya prevalensi
anemia pada remaja dan Wanita Usia Subur (WUS) masing-masing sebesar 22,7% dan
37,1%, dan prevalensi Kurang Energi Kronis (KEK) pada WUS dan ibu hamil sebesar
20,8% dan 24,2%. Keadaan ini tentunya akan memberikan kontribusi terhadap terjadinya
gangguan gizi pada masa pre natal yang ditandai dengan tingginya angka prevalensi
bayi BBLR (<2500 gram) sebesar 10,2% dan bayi lahir pendek (<48 cm) sebesar 20,2%
(Balitbangkes, 2013).
Kekurangan gizi yang terjadi pada masa kehamilan dan masa usia dini maka dalam
jangka pendek akan berpengaruh terhadap terjadinya: 1) gangguan perkembangan sel-
sel otak; 2) gangguan pertumbuhan fisik berupa IUGR dan BBLR; 3) terganggunya
proses metabolik dari berbagai komponen seperti glukosa, lemak, protein, hormon, gen
dan reseptor. Selanjutnya dalam jangka panjang, ketiga gangguan tersebut secara
paralel, masing-masing dapat mengakibatkan :1) rendahnya kemampuan kognitif; 2)
risiko tetap stunting pada periode umur selanjutnya; serta 3) meningkatkan risiko untuk
menderita penyakit kronis pada usia dewasa, seperti hipertensi, DM, jantung coroner,
dan obesitas. Dampak yang ditimbulkan tersebut bersifat permanen dan tidak dapat
diperbaiki pada periode umur selanjutnya sehingga akan berpengaruh terhadap
rendahnya kualitas hidup manusia Indonesia (Rajagopalan, 2003).

1
Faktor langsung penyebab adalah makanan yang dikonsumsi, harus memenuhi
jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi syarat gizi seimbang. Makanan lengkap
gizi seimbang bagi bayi sampai usia enam bulan adalah Air Susu Ibu (ASI), yang
dilanjutkan dengan tambahan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) bagi usia 6 bulan
sampai 2 tahun (Ana, dan Eko, 2018). Pola makan yang baik dan terarur perlu
diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan perkenalan jam-jam makan dan variasi
makanan dapat membantu mengkoordinasikan kebutuhan akan pola makan sehat pada
anak (Tella dalam Waladow.dkk, 2013).
Dalam rangka percepatan penurunan masalah kurang gizi, pemerintah telah
mengeluarkan berbagai kebijakan antara lain dengan diterbitkannya Peraturan Presiden
no 42 tahun 2013 yang berisi tentang upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat
melalui penggalangan partisipasi dan kepedulian pemangku kepentingan secara
terencana dan terkoordinasi dalam rangka percepatan perbaikan gizi masyarakat melalui
Gerakan 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) dan berbagai kebijakan dan program
di Kementerian lain di luar Kesehatan, seperti di Kementerian Pertanian dan Kementerian
terkait lainnya. Adapun prinsip dari Gerakan 1000 HPK tersebut adalah bagaimana
upaya yang harus dilakukan agar dalam 1000 HPK yaitu sejak masa 9 bulan kehamilan
(270 hari) dan masa 2 tahun setelah lahir (730 hari) tersebut tidak terjadi kekurangan gizi
(Kemenkumham, 2013).
Di Puskesmas Bojonegara setiap program sudah mempunyai Inovasi. Salah satunya
yaitu Inovasi program gizi. Inovasi program gizi yaitu Permata FE (Pelajar mengenal dan
memahami Tablet FE) dan Germani Cating (Gerakan Makan Ikan Cegah Stunting).
Tujuan dengan diadakannya Inovasi yaitu untuk mencegah dan menanggulangi adanya
masalah gizi di Kecamatan Bojonegara.

1.2 Tujuan dan Manfaat


1. Tujuan Umum
Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah sebagai gambaran dan evaluasi dari
hasil kegiatan yang telah dilaksanakan oleh tenaga pelaksana gizi Puskesmas
Bojonegara pada tahun 2022 dan merencanakan program kerja di tahun 2023 untuk
meningkatkan status gizi masyarakat, sehingga tercapainya derajat hidup sehat
dikecamatan Bojonegara tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi masalah program gizi kesehatan masyarakat di UPT Puskesmas


Bojonegara.
b. Menetapkan prioritas masalah program gizi Kesehatan Masyarakat di UPT
Puskesmas Bojonegara.

2
c. Menentukan rencana kegiatan dari masalah yang menjadi prioritas di UPT
Puskesmas Bojonegara.

3. Manfaat

a. Sebagai bahan evaluasi dalam rangka menyusun rencana kerja di tahun 2023.
b. Sebagai bahan masukan terutama dalam rangka tahunan kondisi kesehatan
masyarakat di Kecamatan Bojonegara
c. Sebagai salah satu bahan informasi baik bagi UPT Puskesmas Bojonegara, Dinas
Kesehatan Kabupaten Serang dan Masyarakat yang ada di wilayah kerja
puskesmas bojonegara.
d.

3
BAB II
ANALISA SITUASI

A. Visi UPT Puskesmas

“Terwujudnya masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat menuju kecamatan


bojonegara sehat”

B. Misi UPT Puskesmas Bojonegara

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kecamatan


bojonegara
2. Mewujudkan pelayanan masyarakat di bidang kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau
3. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga dan masyarakat
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perseorangan, keluarga dan masyarakat
beserta lingkungan
5. Mengintegrasikan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan secara lintas program dan lintas
sector

C. Moto dan Nilai Budaya UPT Puskesmas Bojonegara

a. Moto UPT Puskesmas Bojonegara


“Melayani dengan senyum”
b. Nilai budaya UPT Puskesmas Bojonegara
Nilai budaya Upt Puskesmas Bojonegara adalah “BERSINAR”
Ber : Bertakwa
S : Sehat
I : Indah
N : Nyaman
A : Aman
R : Ramah

4
D. Kondisi Umum UPT Puskesmas Bojonegara

1. Letak geografis dan luas wilayah

Puskesmas Bojonegara adalah wilayah kecamatan dengan tempat perawatan


(Puskesmas BLUD) yang berlokasi di Desa Bojonegara Kecamatan Bojonegara
Kabupaten Serang.
Dengan cakupan wilayah kerja seluar 104,5 km 2 yang terdiri dari 11 desa yaitu
Desa Bojonegara, Karangkepuh, Mangkunegara, Kertasana, Wanakarta,
Lambangsari, Ukirsari,Margagiri, pengarengan , Pakuncen , Mekarjaya. Desa yang
letak geografisnya sulit ditempuh dengan kendaraan roda 4 yaitu Desa
Pengarengan, Pakuncen, dan Mekarjaya (desa pemekaran dari pengarengan)
Batas wilayah kerja Puskesmas Bojonegara :

a. Sebelah utara : Berbatasan dengan Pulo Ampel


b. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan
c. Sebelah Timur : Kramatwatu
d. Sebelah Barat : Berbatasan Laut dengan Kasemen
Berbatasan dengan Kota Cilegon
2. Data Kependudukan

Jumlah penduduk yang ada diwilayah Puskesmas Bojonegara adalah 44.331


jiwa dengan 12.702 Kepala Keluarga yang terdiri dari 22.694 pria dan 21.637
wanita. Mayoritas pendudukan Bojonegara beragama Islam. Sumber mata
pencaharian pada penduduk Bojonegara adalah nelayan (1,28%),pedagang (2,5%)
petani (5,80%), buruh (22,96%), PNS (1,24%), pegawai Swasta (13,63%)
sedangkan sisanya tidak bekerja sebesar (35,84%). Mayoritas tingkat pendidikan
penduduk Bojonegara adalah mayoritas tamatan SD sebanyak (30,3%).

3. Jumlah Sarana Kerja

Jumlah sarana kerja di wilayah kerja Puskesmas Bojonegara sebagai berikut:


Puskesmas : 1 puskesmas
Pustu : 2 pustu
Poskesdes : 1 Poskesdes
Posyandu : 60 Posyandu

5
E. KETENAGAAN

1. Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Bojonegara


Jumlah tenaga kesehatan dan tenaga pendukung yang terdapat di wilayah Kerja
Puskesmas Bojonegara adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Bojonegara

NO TENAGA KESEHATAN STATUS JUMLAH


1. Dokter Gigi PNS 2
2. Dokter Umum PNS 3
3. Bidan Puskesmas PNS 7
4. Bidan Desa 8 PNS , 3 THL 11
6. Perawat 3 PNS , 8 THL 11
7. Pengelola Obat THL 3
8. Petugas Imunisasi PNS 1
9. Petugas RR PNS 2
10. Petugas Kesling PNS 1
11. Petugas Lab THL 1
12. Petugas Keamanan THL 2
13 Petugas Kebersihan THL 3
14. Petugas Gizi THL 1
15. Petugas Ambulance THL 3
16. Juru Masak THL 1
17. Petugas Pendaftaran 2 THL , 1 PNS 3
18. Petugas Keuangan THL 1
19. Asisten Admin THL 1
20. Bidan BLUD THL 5
21. IT THL 1
JUMLAH 63

2. Tenaga pendukung di wilayah Kerja Puskesmas Bojonegara :

a. Jumlah Kader : 300 orang


b. Jumlah kader aktif : 300 orang

F. SASARAN DAN TARGET KEGIATAN


Sasaran Program :
a. Bayi ( 0-11 bulan ) : 1003 bayi
b. Balita ( 12-59 bulan ) : 5081 balita
c. Bumil : 1050 orang
d. Bufas : 1002 orang
e. Balita Gizi Buruk : 4 anak
f. Remaja Putri : 1985 orang

6
TARGET SPM :

Tabel 2.2 Target SPM

TARGET INDIKATOR SAMPAI TAHUN 2022

Target Sampai Tahun 2022


NO Indikator
2017 2018 2019 2020 2021 2022

1. D/S 78 80 82 84 86 86

Cakupan bumil
2 80 85 90 98 98 98
mendapatkan TTD
3 Vitamin A Balita 85 87 90 92 95 95
4 Vitamin A Bufas 80 85 87 90 90 90
5 TTD REMATRI 20 25 30 35 40 40
6 IMD 40 45 50 55 60 60
7 Asi Eksklusif 40 45 50 55 60 60
Balita Kurus
8 40 50 60 70 80 80
mendapatkan PMT
Bumil Kek mendapatkan
9 20 30 35 35 35 35
PMT
Balita gizi buruk
10 100 100 100 100 100 100
mendapatkan perawatan

11 Cakupan N/S 70 75 77 77 77 77

Jumlah Kader dan


Petugas yang mendapat
12 80 80 80 80 80 80
pelatihan penanganan
posyandu
Cakupan Kader dapat
13 100 100 100 100 100 100
redward

7
BAB III
PROGRAM GIZI TAHUN 2022
UPT PUSKESMAS BOJONEGARA

A. Kegiatan Dalam Gedung

a. Klinik Gizi
Klinik Gizi di UPT Puskesmas Bojonegara melayani konseling pada keluarga
Balita Gizi buruk/Kurang, konseling Bumil KEK/Anemi/Resti serta Lansia rujukan poli
PTM. Hal ini dilakukan bertujuan untuk memantau kesehatan Balita Gizi Buruk/ Gizi
Kurang Serta Ibu Hamil dan Lansia agar dapat memperbaiki status gizi dan status
kesehatan menjadi lebih baik. Salah satu intervensi yang diberikan di Klinik Gizi
adalah pemberian PMT dan Konseling. Klinik gizi di UPT Puskesmas Bojonegara
dilaksanakan setiap hari Senin dan Kamis.

B. Kegiatan Luar Gedung

a. Edukasi Gizi

Edukasi gizi merupakan pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku


individu/masyarakat yang diperlukan dalam peningkatan atau dalam mempertahankan
gizi tetap baik (Notoatmodjo, 2014). Tujuan edukasi gizi diantaranya adalah: 1)
Terciptanya sikap positif terhadap gizi, 2) terbentuknya pengetahuan dan kecakapan
memilih dan menggunakan sumber-sumber pangan, 3) Timbulnya kebiasaan makan
yang baik dan adanya motivasi untuk mengetahui lebih lanjut tentang hal-hal yang
berkaitan dengan gizi (Suhardjo, 2003). Sasarannya adalah kelompok dan masyarakat
di wilayah kerja puskesmas Bojonegara. Edukasi gizi dilakukan di Posyandu, Pusling,
Institusi Pendidikan, Kelas Ibu, Kelas Balita, Upaya kesehatan kerja (UKK), dll.

b. Konseling Asi Eksklusif dan PMBA

a. Tujuan Konseling ASI dan PMBA adalah:


1) Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku keluarga sehingga bayi baru
lahir segera diberikan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan meneruskan ASI
Ekslusif sampai bayi berusia 6 bulan.
2) Sejak usia 6 bulan disamping meneruskan ASI mulai diperkenalkan Makanan
Pendamping ASI ( MP-ASI ).
3) Meneruskan ASI dan MP-ASI sesuai kelompok umur sampai usia 24 bulan.

8
b. Lokasi konseling antara lain Posyandu, Kelompok pendukung Ibu (KP-Ibu),
terintegrasi dengan program lain dalam kegiatan kelas balita, kelas Ibu.

c. Konseling Gizi melalui Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular


(Posbindu PTM)

Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan


deteksi dini dan pemantauan risiko PTM Utama yang dilaksanakan secara terpadu,
rutin, dan kesehatan. Faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) meliputi merokok,
konsumsi minuman beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas,
hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol serta menindak lanjuti secara dini risiko yang
ditemukan melalui konseling dan segera merujuk ke fasilitas pelayanan dasar.
Kelompok PTM Utama adalah diabetes melitus (DM), hipertensi , strock, jantung ,
asma , obesitas , osteoporosis. Tujuan PTM yaitu Meningkatkan peran serta
masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini risiko PTM. Sasaran: masyarakat
sehat, beresiko dan penyandang PTM berusia > 15 tahun. Lokasi: Posbindu PTM di
integrasikan ke kegiatan masyarakat yang sudah aktif berjalan baik antara lain institusi,
ditempat kerja maupun dilingkungan tempat tinggal dalam wadah desa, yang dilakukan
minimum 1 (satu) kali dalam sebulan.

d. Pemantaun pertumbuhan di posyandu

Fase tumbuh kembang anak usia 0-5 tahun perlu mendapat perhatian dari para
orangtua. Pada masa golden age inilah, anak-anak mengembangkan kemampuan
motorik kasar, motorik halus, berbahasa dan kecerdasannya. Penting bagi orangtua
untuk memahami risiko keterlambatan tumbuh kembang anak, sekaligus juga
memahami bagaimana cara menyikapinya dengan tepat. Dengan begitu, anak bisa
tertangani dengan baik kalau pun mengalami keterlambatan. Orangtua juga lebih
mampu mengambil tindakan terbaik untuk si kecil, dan tidak terpedaya mitos (Fazriyati,
2013). Hal ini terkait dengan masalah pertumbuhan pada balita. Pertumbuhan
mencakup perubahan kuantitas, secara fisik diukur dengan berat (gram, kilogram),
panjang (cm, meter). Perkembangan terkait dengan bertambahnya kemampuan
struktur dan fungsi tubuh, biasanya dinilai dari kemampuan kognitif, bahasa, motorik,
emosi, dan perkembangan perilaku (Soetjiningsih & Ranuh G., 2013). Kurang
pengetahuan pada orang tua akan mempengaruhi pemberian stimulasi pada
perkembangan anak sehingga dapat berakibat pada pertumbuhan dan perkembangan
anak. Selain itu, kesibukan orang tua untuk bekerja akan berpengaruh pada pemberian
stimulasi yang seharusnya diberikan pada anak (Saputra, Hasanah & Sabrian, 2015).

9
Pemantauan pertumbuhan balita sangat penting dilakukan untuk mengetahui
adanya gangguan pertumbuhan (growth faltering) secara dini. Untuk mengetahui
pertumbuhan tersebut, penimbangan balita setiap bulan sangat diperlukan.
Penimbangan balita dapat dilakukan di berbagai tempat seperti Posyandu, atau sarana
pelayanan kesehatan lainnya. Informasi tentang pemantauan pertumbuhan anak
diperoleh dari frekuensi penimbangan anak umur 6- 59 bulan selama enam bulan
terakhir. Idealnya dalam enam bulan anak balita ditimbang minimal enam kali
(Kemenkes, 2013). Upaya pola mengasuh Anak dilakukan melalui pemberian
konseling kepada orang tua atau pelayanan oleh petugas Taman Pengasuhan Anak
(TPA), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Bina Kesehatan Balita (BKB), dan
Posyandu pada anak usia 0 (nol) sampai 72 bulan. Pemantauan pertumbuhan,
perkembangan, dan gangguan tumbuh kembang harus diselenggarakan secara
komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan: stimulasi yang memadai; deteksi dini
penyimpangan tumbuh kembang; dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang.
Pemantauan tersebut diselenggarakan di fasilitas kesehatan dasar dan di taman
kanak-kanak (Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 25 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Anak, 2014). Melalui para kader kesehatan anak yang berperan sebagai tangan
panjang Puskesmas inilah masyarakat akan meningkat pengetahuannya. Puskesmas
yang membina kader ini dapat secara bersinergi bekerja sama dengan institusi
kesehatan yang mempunyai perhatian pada kesehatan anak. Media yang digunakan
untuk melakukan pemantauan tumbuh kembang adalah dacin , timbangan bayi ,
timbangan balita, microtoist, Panjang badan , dan lila. Pelatihan yang akan dilakukan
kepada kader kesehatan anak diharapkan dapat membantu masyarakat dalam
mengidentifikasi gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada balita. Jika kader
Posyandu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik maka mereka akan dapat
membantu para orang tua dalam mengenali keterlambatan atau kegagalan anak
mengikuti pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya. Tujuan
kegiatan ini adalah untuk memantau status gizi Balita menggunakan KMS (Kartu
Menuju Sehat) atau buku KIA).

e. Pemberian Vitamin A

Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan
oleh tubuh yang berguna untuk mata (agar dapat melihat dengan baik) dan untuk
tubuh (meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan penyakit misalnya campak,
diare, dan penyakit infeksi lain) (Depkes RI, 2005). Tujuan kegiatan ini adalah untuk
meningkatkan keberhasilan kegiatan pemberian Vitamin A melalui pembinaan mulai
dari perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan sehingga kegiatan pencegahan
kekurangan vitamin A dapat berjalan dengan baik.

10
Sasaran pemberian vitamin A:
a. Bayi umur 6-11 bulan, baik sehat maupuan tidak sehat, dengan dosis 100.000 SI
(warna biru). Satu kapsul diberikan satu kali secara serentak pada bulan Februari dan
Agustus.
b. Anak balita umur 1-5 tahun, baik sehat maupun tidak sehat, dengan dosis 200.000
SI (warna merah). Satu kapsul diberikan satu kali secara serentak pada bulan Februari
dan Agustus.
c. Ibu nifas, paling lambat 30 hari setelah melahirkan, diberikan satu kapsul vitamin A
dosis 200.000 SI (warna merah), dengan tujuan agar bayi memperoleh vitamin A yang
cukup melalui ASI (Depkes RI, 2003).

g. Tablet Tambah Darah pada untuk ibu Hamil

kebutuhan akan zat-zat selama kehamilan meningkat, peningkatan ini ditingkatkan


untuk memenuhi kebutuhan janin untuk bertumbuh (pertumbuhan janin memerlukan
banyak darah zat besi, pertumbuhan plasenta dan peningkatan volume darah ibu,
jumlahnya enzim 1000mg selama hamil (Arisman, 2007). Kebutuhan zat besi akan
meningkat pada trimester dua dan tiga yaitu sekitar 6,3 mg perhari. Untuk memenuhi
kebutuhan zat besi ini dapat diambil dari cadangan zat besi dan peningkatan adaptif
penyerapan zat besi melalui saluran cerna. Apabila cadangan zat besi sangat sedikit
atau tidak ada sama sekali sedangkan kandungan dan serapan zat besi dari makanan
sedikit, maka pemberian suplemen sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan zat
besi ibu hamil (Arisman, 2007).
Kebutuhan zat besi menurut Waryana,(2010) adalah sebagai berikut: 1) Trimester I
: Kebutuhan zat besi ± 1 mg/hari, (kehilangan basal 0,8 mg/hari) ditambah 30-40 mg
untuk kebutuhan janin dan sel darah merah 2) Trimester II : Kebutuhan zat besi ± 5
mg/hari, (kehilangan basal 0,8 mg/hari) ditambah kebutuhan sel darah merah 300 mg
dan conceptus 115 mg 3) Trimester III : Kebutuhan zat besi ± 5 mg/hari, (kehilangan
basal 0,8 mg/hari) ditamabah kebutuhan sel darah merah 150 mg dan conceptus
223mg. Penyerapan besi dipengaruhi oleh banyak faktor. Protein hewani dan vitamin C
meningkatkan penyerapan. Kopi, teh, garam kalsium, magnesium dapat mengikat Fe
sehingga mengurangi jumlah serapan. Karena itu sebaiknya tablet Fe ditelan
bersamaan dengan makanan yang dapat memperbanyak jumlah serapan, sementara
makanan yang mengikat Fe sebaiknya dihindarkan, atau tidak dimakan dalam waktu
bersamaan.
Efek samping terapi tablet tambah darah pada ibu hamil Suplemen oral zat besi
dapat menyebabkan mual, muntah, kram lambung, nyeri ulu hati, dan konstipasi
(kadang-kadang diare). Takaran zat besi diatas 60 mg dapat menimbulkan efek
samping yang tidak dapat diterima pada ibu hamil sehingga terjadi ketidakpatuhan

11
dalam pemakaian obat jadi tablet zat besi denagan dosis rendah lebih cenderung
ditoleransi (dan diminum) dari pada dosisi tinggi. Setiap tablet setara dengan 200mg
ferrosulfat. Selama kehamilan minimal diberikan 90 tablet sampai 42 minggu setelah
melahirkan diberikan sejak pemeriksaan ibu hamil pertama. 1) Pemberian tablet
tambah darah lebih bisa ditoleransi jika dilakukan pada saat sebelum tidur malam 2)
Pemberian tablet tambah darah harus dibagi serta dilakukan dengan interval sedikitnya
6-8 jam , dan kemudian interval ini di tingkatkan hingga 12 atau 24 jam jika tinbul efek
samping 3) Muntah dan kram perut merupakan efek samping dan sekaligus tanda dini
toksitasi zat besi, keduanya ini menunjukan perlu mengubah (menurunkan) dosis zat
besi dengan segera 4) Minum tablet tambah darah pada saat makan atau segera
sesudah makan selain dapat mengurangi gejala mual yang menyertainya tetapi juga
akan menurunkan jumlah zat besi yang diabsorpsi (Soe Jordan, 2003).
Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan pemberian TTD untuk
kelompok masyarakat yang rawan menderita anemia gizi besi yaitu Ibu hamil melalui
pembinaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan sehingga kegiatan
pencegahan anemia gizi besi.

h. Tablet tambah darah pada remaja putri

Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau kadar Hb
dalam darah kurang dari normal. Anemia terjadi bila jumlah sel darah merah
berkurang. Kurangnya sel darah merah membuat kemampuan sel darah merah untuk
membawa oksigen ke seluruh tubuh berkurang. Akibatnya, tubuh menjadi kekurangan
pasokan oksigen, sehingga menyebabkan tubuh menjadi lemas dan cepat lelah.
Pemberian TTD pada remaja putri bertujuan meningkatkan status gizi remaja putri
untuk mencegah terjadinya balita stunting, menurunkan kasus anemia, dan
meningkatkan cadangan zat besi dalam tubuh sebagai bekal mempersiapkan generasi
yang sehat berkualitas dan produktif (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2016).
Pemberian TTD dilakukan untuk remaja putri usia 12-18 tahun. Pemberian TTD
pada rematri di sekolah dilakukan dengan menentukan hari minum TTD bersama
setiap minggunya sesuai kesepakatan setiap sekolah. Saat libur sekolah TTD diberikan
sebelum libur. TTD tidak diberikan pada rematri yang menderita penyakit thalasemia,
hemosiderosis, atau atas indikasi dokter lainnya (Kemenkes, 2016). Pemberian TTD
pada remaja putri melalui UKS/M di institusi pendidikan (SMP dan SMA atau yang
sederajat) dengan menentukan hari minum TTD bersama setiap minggunya sesuai
kesepakatan di wilayah masing-masing. Pemberian TTD pada WUS di tempat kerja
menggunakan TTD yang disediakan oleh institusi tempat kerja atau secara mandiri.
Dalam pelaksanaan tatalaksana pemberian TTD (Tablet Tambah Darah) terdapat 3 hal

12
penting yang harus diperhatikan yaitu sasaran penerima, tempat dan petugas yang
memberikan, pengadaan dan pendistribusian.
Penyimpanan dan pendistribusian:

a. Penyimpanan
Penyimpanan Sesuai dengan standar penyimpanan obat, yaitu di tempat yang
sejuk dan tidak boleh terkena sinar matahari langsung dan dalam kemasan tertutup
rapat.

b. Pendistribusian
Gudang Farmasi mendistribusikan Tablet Tambah Darah sesuai dengan
kebutuhan tiap Puskesmas. Gudang Farmasi mendistribusikan ke gudang farmasi
puskesmas, dan selanjutnya dari puskesmas mendistribusikan TTD ke sekolah-
sekolah yang ada di daerah tersebut melalui pengelola program gizi. Untuk
pelaporan yaitu TPG mencatat pemberian TTD kepada siswa dan selanjutnya
petugas TPG merekap laporan dari sekolah dan pesantren. Kemudian melaporkan
ke dinas kesehatan kabupaten. Frekuensi pelaporan dilakukan setiap bulan. Setelah
menerima laporan wajib menganalisis laporan yang diterima dan menyampaikan
umpan balik penerimaan laporan untuk mengetahui informasi hasil pelaksanan
pemberian TTD yang telah dilakukan dan hasil analisisnya untuk menilai dan
pengembangan program.

i. Pengelolaan Pemberian MP-ASI dan PMT-Pemulihan

a. MP- ASI
MP-Asi adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi yang diberikan
pada bayi atau anak berumur 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizi.
Sebelum bayi berusia 24 tahun ,diberikan Asi terlebih dahulu, setelah itu baru
diberikan MP-Asi. Tujuan pemberian MP-Asi adalah memenuhi kebutuhan nutri
bayi dan pola makan keluarga pada bayi. Tenaga gizi puskesmas akan
mendistribusikan kepada masyarakat.
MP-ASI lokal adalah MP-ASI yang dibuat dari makanan lokal setempat
dalam rangka untuk meningkatkan pemahaman dan ketrampilan tenaga
kesehatan. MP-ASI lokal dapat dialokasikan dari dana bantuan dana Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan dana Anggaran Pendapatan Belanja
Desa (APDES). Tugas tenaga gizi puskesmas dalam ini adalah:
1. Merencanakan menu MP-ASI lokal
2. Mengadakan bahan MP-ASI lokal
3. Mengolah MP-ASI lokal dibantu oleh kader

13
4. Mendistribusikan kepada sasaran dibantu oleh kader

b. PMT- Pemulihan

Untuk mengatasi kekurangan gizi yang terjadi pada kelompok usia balita perlu
diselenggarakan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan. PMT
Pemulihan bagi anak usia 6-59 bulan dimaksudkan sebagai tambahan, bukan
sebagai pengganti makanan utama sehari-hari. PMT Pemulihan dimaksud
berbasis bahan makanan lokal dengan menu khas daerah yang disesuaikan
dengan kondisi setempat. Sasaran: Balita gizi kurang, balita pasca perawatan gizi
buruk, ibu hamil KEK (Kurang energy kronik). PMT Pemulihan untuk balita gizi
kurang adalah makanan ringan padat gizi dengan kandungan 350-400 kalori
energy dan 10-15 gram protein. PMT bumil KEK Bufferstock diberikan dalam
bentuk makanan padat gizi dengan kandungan 500 kalori energy dan 15 gram
protein. Lama pemberian PMT pemulihan untuk balita dan Ibu Hamil KEK adalah
90 hari makan anak (HMA) dan 90 hari makan bumil (HMB). Fungsi tenaga gizi
puskesmas dalam manajemen pemberian MP-ASI dan PMT-Bumil KEK antara
lain:
a. Merencanakan kebutuhan MP-ASI dan PMT Bumil KEK untuk sasaran
selama satu tahun.
b. Memantau kegiatan pemberian MP-ASI dan PMT Bumil KEK, di wilayah
kerja Puskesmas Bojonegara.
c. Menyusun laporan pelaksanaan distribusi MP-ASI dan PMT Bumil KEK
wilayah kerja Puskesmas Bojonegara.

j. Kerjamasama Lintas Program dan Lintas Sektor

Kerja sama lintas program merupakan kerja sama yang dilakukan antara
beberapa program dalam bidang yang sama untuk mencapai tujuan yang sama. Kerja
sama lintas program yang diterapkan di puskesmas berarti melibatkan beberapa
program terkait yang ada di puskesmas. Tujuan khusus kerja sama lintas program
adalah meningkatkan pencapaian indikator perbaikan gizi ditingkat puskesmas melalui
kerjasama lintas sektor dan lintas program Kerja sama lintas sektor melibatkan
masyarakat di luar sektor kesehatan yang merupakan usaha bersama mempengaruhi
faktor yang secara langsung atau tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Kerja
sama tidak hanya dalam proposal pengesahan, tetapi juga ikkut serta mendefinisikan
masalah, prioritas kebutuhan, pengumpulan, dan interpretasi informasi serta
mengevaluasi. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kerjsasama lintas sektor
penganggulangan yang meliputi anggaran, peraturan, komunikasi, komitmen, peran,

14
dan tanggung jawab. Sasaran: seksi pemberdayaan masyarakat kantor camat,
penyuluh pertanian lapangan, juru penerang kecamatan, TP PKK, Dinas pendidikan,
Kepala Desa/Kelurahan, program KIA, bidan coordinator, tenaga sanitarian, tenaga
promosi kesehatan , perawat, sanitarian, juru imunisasi, dan lain-lain.
BAB IV
HASIL KEGIATAN PROGRAM GIZI
UPT PUSKESMAS BOJONEGARA

1. Program Gizi

A. Penyusunan Peta Informasi Masalah Gizi di UPT Puskesmas Bojonegara

STUNTING : 16
BALITA

STUNTING : 22
BALITA

STUNTING : 14
BALITA
STUNTING : 12
BALITA
STUNTING : 18 GIZI
BALITA BURUK 1

STUNTING : 12
BALITA

STUNTING : 15
BALITA
STUNTING : 15
BALITA

STUNTING : 12
GIZI BALITA
BURUK 1
STUNTING : 15
BALITA

GIZI GIZI
BURUK 1 STUNTING : 12
BURUK 1
BALITA

Gambar 4.1 Peta Informasi Masalah gizi

15
1. Kegiatan Rutin di Posyandu

Upaya peningkatan gizi keluarga di mulai dari kegiatan posyandu. Jumlah posyandu di
wilayah UPT Puskesmas Bojonegara ada 60 Posyandu.

A. Kegiatan Pemantauan Pertumbuhan Dan Perkembangan Posyandu


Hasil kegiatan Posyandu dapat di lihat di tabel dibawah ini :

Cakupan SKDN UPT Puskesmas Bojonegara :

CAKUPAN KEGIATAN POSYANDU KECAMATAN BO-


JONEGARA TAHUN 2022
120

100 98.04
100

80.47 78.89
80

60

40

20

0
D/S K/S N/S N/D

2022

Gambar 4.2. Cakupan SKDN

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat cakupan kegiatan posyandu di Kecamata


Bojonegara tahun 2022 yaitu :

o D/S (Partisipasi Masyarakat ke Posyandu)


Partisipasi masyarakat ke posyandu rata rata sebesar 80,47 % dengan target
86%. Hal ini di sebabkan karena ibu balita tidak mau mengantar balita ke
posyandu. Dan ibu balita takut jika anaknya akan di vaksinasi. Dan balita yang
tidak datang ke posyandu, akan dilakukan sweeping (kunjungan rumah) ke balita
tersebut untuk memantau tumbuh kembang balita.

o K/S Cakupan Program


Berdasarkan grafik di atas Cakupan K/S yaitu 100% dengan target 100%.
cakupan ini sudah mencapai target yang telah ditetapkan.

16
o N/S Efektifitas Program
Cakupan Efektifitas Program posyandu sebesar 78,89%. Bila melihat target 2022
sebesar 75%, cakupan ini sudah mencapai target yang telah ditetapkan. Hal ini
disebabkan karena berbagai faktor antara lain masih ada beberapa balita yang
tidak hadir di posyandu, pertumbuhan yang terganggu, asupan nutrisi yang
kurang, pola asuh orang tua, penyakit infeksi, dll.

o N/D’ Keberhasilan Program


Cakupan Keberhasilan Program posyandu sebesar 98,04%. Bila melihat target
2022 sebesar 75%, berarti cakupan sudah mencapai target yang telah
ditetapkan.

B. Cakupan Vitamin A

CAKUPAN VITAMIN A BAYI (6-11 BULAN)


KECAMATAN BOJONEGARA
TAHUN 2022
120

100

80

60

40
100 100
20

Februari Agustus
Gambar 4.3 Cakupan Vitamin A bayi (6-11 Bulan)

Berdasarkan dari grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan vitamin A untuk bayi usia
6-11 bulan pada bulan Februari dan Agustus mencapai 100% dengan target sasaran
sebesar 95% berarti sudah mencapai target.
.

17
CAKUPAN VITAMIN A BALITA (1 - 5 TAHUN)
KECAMATAN BOJONEGARA
TAHUN 2022
120

100

80

60

40
100 100
20

Februari Agustus
Gambar 4.4 Cakupan Vitamin A balita (1-5 tahun)

Berdasarkan dari grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan vitamin A untuk balita
usia 1–5 tahun bulan pada bulan Februari dan Agustus mencapai 100% dengan
target sasaran sebesar 95%.

CAKUPAN VITAMIN A IBU NIFAS


KECAMATAN BOJONEGARA
TAHUN 2022
105
100 100 100 100
100 97.1 95.5
95 93.8
91 89.2
90
85.5 84.7
85
80
75
ra ra an en rta u h ari n a a ri ya iri
a a g c a p s a rs j a a g
n eg n eg ren un ak ke ng tas ki k ar rg
jo u a k n g a r U e a
Bo gk ng Pa W
a
ra
n
m
b Ke M M
a n e a L a
M P K

Cakupan Vitamin A Bufas

Gambar 4.5 Cakupan Vitamin A Ibu Nifas

Berdasarkan hasil grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan vitamin A bufas
yang tertinggi terdapat di Desa Bojonegara , mangkunegara , Pengarengan, dan
Pakuncen yaitu 100%, sedangkan untuk Cakupan Vitamin A Bufas yang terendah
di Desa Margagiri yaitu 84.7%. Sedangkan target yang telah ditentukan sebesar
90%. Berarti cakupan rata rata Vitamin A bufas tahun 2022 selama satu tahun sudah
mencapai target.

18
C. CAKUPAN PEMBERIAN TABLET BESI PADA IBU HAMIL

CAKUPAN PEMBERIAN TABLET FE IBU HAMIL


KECAMATAN BOJONEGARA
TAHUN 2022
100.5

100 100

99.5

99
98.5
98.5

98

97.5

FE 1 FE 3
Gambar 4.6 Cakupan Pemberian Tablet Fe pada Ibu Hamil

Berdasarkan hasil grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan pemberian tablet besi ibu
hamil tahun 2022 fe1 dan fe 3 sebesar 98,5% sedangkan target tahun 2022 sebesar 98%
berarti sudah mencapai target.

D. PENYULUHAN DI POSYANDU, KELAS IBU


Penyuluhan adalah proses perubahan perilaku dikalangan masyarakat agar
mereka tahu, mau dan mampu melakukan perubahan demi tercapainya peningkatan
produksi, pendapatan atau keuntungan dan perbaikan kesejahteraan (Subejo,2010).
Penyuluhan di posyandu adalah Kegiatan yang dilakukan petugas gizi, bidan atau lintas
sektor untuk meningkatkan pengetahuan ibu balita supaya balita selalu sehat dan selalu
makan makanan bergizi. Penyuluhan di kelas ibu adalah Kegiatan yang dilakukan bidan
desa untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang tamblet tambah darah,
makanan apa saja yang di konsumsi, makanan yang tidak boleh dikonsumsi,persiapan
melahirkan.Di setiap desa sudah ada penyuluhan baik di posyandu maupun di Kelas ibu.

19
E. CAKUPAN STRATA POSYANDU

STRATA POSYANDU
KECAMATAN BOJONEGARA
TAHUN 2022
42

14

4
0
PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI

Gambar 4.7 Cakupan Strata Posyandu

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa tingkat kemandirian posyandu di


Kecamatan Bojonegara pada tahun 2022 yaitu Madya ada 14 posyandu, Purnama ada
42 posyandu dan Mandiri ada 4 posyandu. Posyandu wilayah puskesmas Bojonegara
sudah tidak ada yang cakupan strata pratama dikarenakan semua posyandu sudah
memenuhi kriteria.

INDIKATOR UNTUK MENENTUKAN STRATA POSYANDU


PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI
INDIKATOR
YA TIDAK YA TIDAK YA TIDAK YA TIDAK
Frekuensi
Penimbangan
Jumlah Kader
Rata-rata
Cakupan D/S
Cakupan KB
Cakupan KIA
Cakupan
Imunisasi
Program
tambahan
Cakupan
Tabel 4.1 Indikator untuk Menentukan Strata Posyandu

20
F. KEATIFAN KADER

Jumlah kader yang seharusnya ada di Kecamatan Bojonegara sebanyak 300 orang
bila melihat jumlah posyandu dikalikan 5 orang kader tiap posyandu. Dan 300 kader
semua aktif.

2. Penanggulangan Stunting, Ibu Hamil KEK, GAKY dan Kekurangan zat gizi mikro
lainnya.

a. Stunting

BALITA STUNTING BERDASARKAN HASIL


EPPBGM TB/U
25 22
20 18
16 15 15 15 14
15 12 12 12 12
10
5
0
iri i i
ya an en ara rta a ra g ar uh na ar
jr a g c g a g a rs p a s
a re
n
ku
n
ne ak ne rg ki ke ta
s ng
ek a a j o an u a U n g er b a
M ng P Bo W gk M
ar
a K m
P e an K La
M

Gambar 4.8 Kasus Stunting di Kecamatan Bojonegara

Berdasarkan pada grafik diatas dapat dilihat bahwa balita stunting tahun 2022 yang
tertinggi berada di desa Mekarjaya yaitu ada 22 balita sedangkan angka balita
stunting yang terendah desa Ukirsari, Karangkepuh , Kertasana , Lambangsari yaitu
ada 12 balita.

b. Asi Eksklusif

ASI EKSKLUSIF
DI KECAMATAN BOJONEGARA
TAHUN 2022
76.26 72.74 65.19
80 60.54 57.63 50.58 49.05 49.2
60
40 29.05 27.73 21.45
20
0
a a ra n ta iri h n ri a ar
i
a n
j ay
g a c e a r
a g pu g a s a
g ar rs
rta
s ar ne ku
n
na
k
ar
g
gk
e
re
n
an
g
ne ki
e ek u a a n a b j o U
K M gk P W M ra ng m Bo
an K a
P e La
M

Gambar 4.9 Cakupan Asi Eksklusif Kecamatan Bojonegara


21
Berdasarkan hasil grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan asi eksklusif
tertinggi berada di Desa Kertasana yaitu 76,26%. Hal ini disebabkan karena petugas
gizi, bidan atau kader melakukan penyuluhan di desa tentang pentingnya asi eksklusif.
Petugas gizi membuat kartu pantau asi dan sudah di bagikan disetiap desa supaya
bayi yang asi eksklusif dapat terkontrol dengan baik. Di desa Mekarjaya pengetahuan
Ibu tentang asi sudah bagus dan banyak dukungan dari keluarga terutama suami,
banyak masyarakat yang sudah merubah pola pikir untuk tidak memberikan Mp-Asi
pada bayi kurang Dari 6 Bulan. Sedangkan capaian asi eksklusif terendah di Desa
Ukirsari yaitu 21,45%. Hal ini disebabkan karena banyak masyarakat yang
beranggapan jika bayi menangis karena lapar , masih ada ibu yang belum memahami
manfaat pembeian asi eksklusif bagi bayinya , masih ada ibu yang memberikan Mp-
Asi (Pisang, Air Tajin, Madu, Dll) pada bayi baru lahir ,tidak adanya dukungan suami
dan keluarga terdekat untuk keberhasilan asi eksklusif, masih terpengaruh oleh iklan
memalui media cetak dan elektronik bahwa susu formula baik bagi kesehatan
bayinya , asupan makan ibu menyusui yang kurang adekuat sehingga asi tidak keluar/
keluar sedikit.
Asi eksklusif adalah hanya memberikan asi saja pada bayi 0-6 bulan tanpa
tambahan makanan dan minuman lain selain vitamin/obat (atas rekomendasi). Asi
eksklusif mempunya inovasi di puskesmas bojonegara yaitu pawal asik (program
kawal asi eksklusif). Asi Eksklusif bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh
bayi, dapat meningkatkan perkembangan psikomotorik, kognitif, penglihatan, emosi
yang hangat dan kepribadian yang percaya diri, dapat untuk memperkuat ikatan batin
antara ibu dan anak, mencegah angka kejadian kurang gizi dan mencegah Stunting.

c. TTD Rematri

CAKUPAN PEMBERIAN TABLET TAMBAH


DARAH PADA REMAJA PUTRI Tahun 2022
120 100 100 100 100 100 100 100 100 100
100
80
60
40
20
0
a a ri ar
i
en a
qi
n ah
ar ar gi s nc iro
m ar a ay
eg eg ga ng u lK eg ut d
j on jon ar ba Pa
k i on M Hi
Bo Bo M m Dz Bo
j
ru
l ul
ah La ah TS ur
N
1
N
2
i riy h i riy M N
1 Da N
P P ha ya ha A a
SM SM iri -l K
A M M
A l- K ha A SM
l -K TS
TS A M
M TS
M

Gambar 4.10 Cakupan TTD Rematri

22
Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia
gizi besi karena mempunyai kebutuhan zat besi yang tinggi untuk pertumbuhan dan
peningkatan kehilangan akibat menstruasi. Penelitian menunjukkan bahwa 27% anak
perempuan usia 11-18 tahun tidak memenuhi kebutuhan zat besi, sedangkan anak
laki-laki hanya 4%. Hal ini menunjukan bahwa remaja putri lebih rawan untuk
mengalami defisiensi zat besi dan keadaan ini dapat mempercepat kejadian anemia
(Permata, 2018). Untuk meningkatkan capaian pemberian tablet tambah darah (TTD)
pada remaja putri di Kecamatan Bojonegara, program gizi Puskesmas Bojonegara
mempunyai inovasi Permata Fe yang dibentuk dari tahun 2017 sampai dengan
sekarang. Dengan Tujuan meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang
bahayanya anemia, meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang gizi seimbang,
meningkatkan kemandirian remaja putri mencegah anemia pada diri sendiri dan orang
lain, membiasakan remaja putri minum tablet fe secara rutin setiap minggu. Sehingga
capaian pemberian TTD rematri tahun 2019 meningkat sebesar 93,98% dari target
35%, sedangkan pada tahun 2020 TTD Rematri pada tahun 2020 sebesar 30%
mengalami penurunan dikarenakan adanya pandemic covid 19 yang mengharuskan
semua sekolah melakukan kegiatan belajar mengajar secara daring . Hal ini yang
menjadi kendala untuk mendistribusikan TTD ke sekolah, akan tetapi pemberian TTD
pada tahun 2020 sudah diberikan secara serentak di semua sekolah pada bulan
januari sebelum pandemic covid-19 dan berlanjut hingga bulan maret.
Pada 2021 dapat dilihat pada grafik diatas bahwa cakupan TTD remaja Putri sudah
mencapai 71.8% yang sudah diberikan tablet tambah darah di sekolah maupun di
pesantren. Di karenakan pada pertengahan tahun 2021 sekolah sudah mulai aktif
Kembali tetapi untuk aktifitas tatap muka disekolah hanya 50% saja. Dan siswa/siswi
bergantian tatap muka di sekolah sesuai jadwal yang sudah ditetapkan pihak sekolah.
Dari petugas gizi dan lintas program sudah mulai aktif memberikan tablet tambah
darah untuk remaja putri selama 3 bulan, dan juga melakukan penyuluhan di sekolah.
Dan sudah membentuk Kembali kader remaja / kader Kesehatan remaja untuk
memantau siswi perempuan supaya rutin minum tablet tambah darah. Dan setelah 3
bulan , kader remaja mengambil tablet tambah darah di puskesmas untuk di berikan
kepada remaja putri. Sekolah yang sudah melakukan pembentukan kader remaja ada
4 yaitu SMA 1 Bojonegara , MA Nurul Hidayah , SMP 1 Bojonegara , SMP PGRI. Pada
tahun 2022 dapat dilihat pada grafik diatas bawah Cakupan TTD pada remaja putri
sudah mencapai 100% dikarena tahun 2022 sudah tidak ada pandemic covid 19 dan
aktifitas sekolah sudah normal Kembali dan tidak ada sekolah yang siswa/siswa tatap
muka bergantian.

23
d. IMD (Inisiasi Menyusui Dini)

IMD TAHUN 2022


100 91.38 89.52 87.95 87.36
90 86.76 85.94 82.22 80.73 77.23 77.78
80 72.41
70
60
50
40
30
20
10
0
ar
i
uh an n rta ya ri a a ra ri
ng nc
e ja sa ar an ga gi
irs ep ka ar ng eg s ga
Uk ng
k
ar
e ku a k on rta ne ar
a an e ba j e gk
u
ra ng P W M m Bo K M
Ka Pe La an
M

IMD

Gambar 4.11 Cakupan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Berdasarkan grafik diatas cakupan IMD tertinggi berada di Desa Ukirsari yaitu 91,38%
dan IMD terendah ada di Desa Margagiri yaitu 72,41%. Target sasaran IMD adalah
60%. Berarti cakupan IMD tahun 2022 sudah mencapai target.

e. Gizi Buruk

GIZI BURUK HASIL EPPBGM BERDASARKAN BB/TB


KECAMATAN BOJONEGARA TAHUN 2022
1.2
1 1 1 1
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0 0 0 0 0 0 0
0
ra i i iri
a puh a ra
a na a rta s ar s ar g ga
n
ce
n
ay
a
eg e g s k g i r g a n n rj
on gk ne rta na an k ar ar
e u a
oj a n k u e a b U
M g P ak ek
B r g K W m n M
Ka Man La Pe

Gambar 4.12 Cakupan Gizi buruk

Berdasarkan grafik diatas didapatkan gizi buruk di Desa Wanakarta ada 1 balita,
Desa Margagiri ada 1 Balita, Desa Mangkunegara ada 1 balita, dan Desa
Kertasana ada 1 balita. Dari 4 balita Gizi Buruk ada 1 balita yang menderita
penyakit bawaan dari bayi yaitu fimosis. Dan 3 balita lainnya disebabkan karena
malnutrisi dan berat badan bayi rendah/premature.

24
f. Pengadaan PMT

Pengadaan PMT dilakukan oleh Dinas Kesehatan kabupaten Serang dengan dana
APBN , dana APBDES , dan APBD sesuai alokasi jumlah balita / bumil yang
kekurangan gizi. PMT dari dinas kesehatan terdiri dari biskuit balita usia >6 bulan,
biskuit ibu hamil. Selain biscuit balita/ibu hamil , RUFT untuk anak usia >6 bulan ,
dan susu SGM untuk usia >1 tahun. Dari dinas Kesehatan provinsi maupun
kabupaten kemudian dialokasikan ke puskesmas bojonegara. Dari puskesmas
bojonegara di alokasikan ke 11 desa melalui bidan desa.

g. Inovasi Puskesmas Bojonegara

Di Puskesmas Bojonegara setiap program sudah mempunyai Inovasi. Salah


satunya yaitu inovasi program gizi. Inovasi program gizi yaitu permata fe (pelajar
mengenal dan memahami tablet fe), bonceng (bojonegara cegah stunting), pawal
asik (program kawal asi eksklusif), germani cating (gerakan makan ikan cegah
stunting). tujuan dengan diadakannya inovasi yaitu untuk mencegah dan
menanggulangi adanya masalah gizi di Puskesmas Bojonegara.

1. Permata FE (Pelajar Mengenal dan Memahami Tablet FE)


Tablet fe adalah tablet penambah darah untuk mencegah anemia pada
remaja putri dan ibu hamil. Anemia pada remaja putri menyebabkan
menurunnya konsentrasi belajar, kurang semangat dalam beraktivitas,
menurunnya daya ingat serta menurunnya kemampuan belajar di sekolah
(Gibney,2009). Anemia pada remaja menjadi berbahaya jika tidak ditangani
dengan baik, terutama untuk persiapan hamil dan melahirkan pada saat
dewasa. Remaja putri dengan anemia beresiko melahirkan bayi BBLR, infeksi
neonatus, melahirkan bayi premature, hingga kematian pada ibu dan bayi saat
proses persalinan. Anemia pada remaja putri yang sedang hamil juga dapat
meningjatkan resiko hipertensi dan penyakit jantung pada bayi yang dilahirkan
(Susetyawati,2016). Penelitian menunjukkan bahwa 27% anak perempuan usia
11-18 tahun tidak memenuhi kebutuhan zat besi, sedangkan anak laki-laki
hanya 4%. Hal ini menunjukan bahwa remaja putri lebih rawan untuk
mengalami defisiensi zat besi dan keadaan ini dapat mempercepat kejadian
anemia (Permata, 2018). Tujuan diadakannya inovasi permata fe yaitu
meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang bahayanya anemia,
meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang gizi seimbang, meningkatkan

25
kemandirian remaja putri mencegah anemia pada diri sendiri dan orang lain,
membiasakan remaja putri minum tablet fe secara rutin setiap minggu.
Inovasi untuk tablet fe masih mempunyai beberapa kendala yaitu masih
ada kepala sekolah dan dewan guru yang kurang kooperatif mendukung
kegiatan pemberian ttd , masih ada siswi yang tidak mau minum ttd, masih ada
siswi yang cuek akan bahaya anemia, pengkaderan ulang duta permata fe
setiap ajaran baru, pencatatan dan pelaporan yang belum rutin dilaporkan oleh
duta alasan padatnya kegiatan kesiswaan.

2. Bonceng (Bojonegara Cegah Stunting)

Stunting (kerdil) merupakan keadaan di mana tinggi badan anak lebih


pendek dibanding anak lain seusianya, hal ini juga kenal dengan kondisi gagal
tumbuh pada anak Balita. Stunting disebabkan oleh kurangnya asupan gizi
yang diperoleh oleh bayi/janin selama masa 1000 hari pertama kehidupan, di
mana hal ini dapat menyebabkan kematian janin. Pemerintah Indonesia
meluncurkan “Gerakan 1.000 Hari Pertama Kehidupan” yang dikenal sebagai
1.000 HPK. Masa 1000 hari pertama kehidupan (HPK), yang bermula sejak
saat konsepsi hingga anak berusia 2 tahun, merupakan masa paling kritis untuk
memperbaiki perkembangan fisik dan kognitif anak. Menurut Riskesdas Tahun
2018 balita stunting di provinsi banten mencapai 30,8%. Balita Stunting dapat
diketahui melalui EPPBGM (TB/U). Dari hasil EPPBGM ditemukan balita
stunting sebanyak 467 balita di Kecamatan Bojonegara tahun 2020 sedangkan
di tahun 2021 balita stunting mengalami penurunan menjadi 237 balita stunting.
Hal Ini disebabkan karena setiap desa sudah dilakukan intervensi seperti
pembentukan pos gizi, dan pemerian PMT, Sosialisasi stunting dilakukan di
setiap desa dengan mengundang kader posyandu, penyuluhan dan
pemantauan pertumbuhan dan perkembangan di posyandu. kepada balita
stunting. Desa yang sudah melakukan kegiatan pos gizi yaitu Desa Kertasana,
Mangkunegara , Lambangsari , Mekarjaya , dan Karangkepuh.
Tujuan diadakan inovasi bonceng yaitu menurunkan angka stunting
balita di wilayah kerja puskesmas kecamatan bojonegara , meningkatkan
kehadiran ibu hamil dan balita ke posyandu , mendeteksi dini balita gizi kurang
dan stunting , memberikan penyuluhan program terintegrasi , memberikan pmt
pemulihan pada gizi kurang , pencatatan dan pelaporan gizi berbasis
masyarakat (eppgbm) secara rutin setiap bulan.
Hambatan kegiatan inovasi bonceng yaitu masih ada orang tua yang
tidak membawa anaknya ke posyandu , masih ada posyandu yang belum
memiliki alat ukur bb/tb yang sesuai standar sehingga penilaian status gizi tidak

26
akurat , masih adanya masyarakat yang tidak memiliki kk , masih adanya ibu
hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya ditenaga kesehatan, masih
adanya balita yang tidak diberikan asi eksklusif usia 0-6 bulan, masih adanya
orang tua yang melarang untuk imunisasi , masih adanya calon pengantin yang
belum imunisasi tt , masih rendahnya sarana air bersih dan sanitasi
lingkungan , dukungan lintas program dan lintas sektor yang masih belum
maksimal , pencatatan dan pelaporan posyandu yang masih kurang rapih ,
masih ada desa yang belum melaksanakan pelatihan kader.

3. PAWAL ASIK (Program Pemantauan Asi Eksklusif)

Pemberian asi eksklusif di berikan pada bayi usia 0-6 bulan setelah
melahirkan. Salah satu inovasi di Puskemas Bojonegara yaitu Pawal asik.
Pawal asik yaitu upaya pendampingan terhadap keberhasilan pemberian asi
eksklusif oleh petugas kesehatan dan kader asik dengan melibatkan suami,
keluarga, dan masyarakat sekitar melalui peningkatan pengetahuan asi. tujuan
inovasi pawal asik yaitu meningkatkan cakupan asi eksklusif, meningkatkan
pengetahuan ibu bayi dan keluarga tentang pentingnya pemberian asi
eksklusif,ada nya dukungan dari suami,keluarga dan masyarakat sekitar
terhadap keberhasilan asi eksklusif,merubah pola pikir keluarga dan
masyarakat untuk tidak memberikan mp-asi pada bayi kurang dari 6
bulan,memberikan penghargaan kepada ibu yang lulus memberikan asi
eksklusif berupa sertifikat asik.
Hambatan yang dialami dalam pemberian asi eksklusif yaitu masih ada
ibu yang belum memahami manfaat pembeian asi eksklusif bagi bayinya,masih
ada ibu yang memberikan mp-asi (pisang, air tajin, madu, dll) pada bayi baru
lahir,tidak adanya dukungan suami dan keluarga terdekat untuk keberhasilan
asi eksklusif,masih terpengaruh oleh iklan memalui media cetak dan elektronik
bahwa susu formula baik bagi kesehatan bayinya,asupan makan ibu menyusui
yang kurang adekuat sehingga asi tidak keluar/ keluar sedikit.

4. Germani Cating (Gerakan Makan Ikan Cegah Stunting)

Inovasi germani cating yaitu balita stunting diajurkan untuk mengkonsumsi


ikan setiap hari atau seminggu 3 kali. Kegiatan inovasi germani cating dilakukan
pada saat pos gizi. menu untuk kegiatan pos gizi lebih dianjurkan selalu ada
ikan. tujuan inovasi germani canting yaitu mencegah balita stunting,
meningkatkan pengetahuan ibu balita supaya dapat memberikan menu makan
anak selalu ada ikan, memberi pengetahuan kepada ibu balita tentang bahaya

27
anak stunting,meningkatkan kemandirian ibu balita supaya anak mengkonsumsi
makanan bergizi seimbang, dan membiasakan ibu balita supaya memberi
makanan pada anak selalu bergizi seimbang.
Hambatan kegiatan germani cating yaitu banyak ibu balita yang belum
mengetahui bahaya nya stunting, tidak ada dukungan suami atau keluarga
terdekat tentang mengkonsumsi ikan, ibu balita banyak yang tidak mau
membeli ikan di pasar, ada beberapa anak yang tidak suka ikan.

h. Pos Gizi

Pos gizi adalah adalah pusat pemulihan gizi buruk dengan pemberdayaan
masyarakat yang dikelola dari, oleh dan untuk masyarakat yang meliputi
pemberian makanan tambahan kepada anak secara intensif sesuai usia dan
kondisinya serta pembelajaran edukatif kepada ibu balita dengan melibatkan peran
serta kader, ibu balita serta lintas sektor terkait. Tahapan pelaksanaan pos gizi
yaitu sosialisasi,screening dan pendataan sasaran program, persiapan, (MMD),
pengumpulan data awal, pelaksanaan di Posyandu atau rumah penduduk,
pemantauan proses pelaksaan kegiatan, dan evaluasi akhir (pengumpulan data
akhir). Sosialisai pos gizi dilaksanakan di aula Kecamatan Bojonegara dengan
mengundang perwakilan ketua kader, pejabat desa dan pejabat kecamatan. Pos
gizi dilaksanakan di rumah – rumah penduduk atau posyandu dalam waktu 3 bulan
dengan 5 - 10 anak gizi kurang atau stunting dan ibunya/pengasuhnya. Sebelum
kegiatan pos gizi petugas gizi mengundang 2 perwakilan kader setiap desa untuk
melakukan demo masak di aula Puskemas pada hari kamis.
Kegiatan pos gizi pertama kali dilakukan di Desa Kertasana pada tahun 2020.
Pada setiap kegiatan pos gizi tiap desa semua kader diikutsertakan. Petugas gizi
membuatkan jadwal menu (siklus menu) selama seminggu untuk 3 bulan dan
menu menu tersebut akan di masak oleh kader. Kader dibuatkan pembagian
jadwal pos gizi supaya pembagian tugasnya supaya lebih efisien dan menghemat
tenaga kader. Kegiatan pos gizi kader yang sudah di jadwalkan harus memasak
sesuai menu yang sudah dibuatkan oleh petugas gizi. Pada hari pertama kegiatan
balita harus di timbang dan diukur tinggi badannya. Untuk penimbangan pada
balita dilakukan seminggu sekali sedangkan untuk pengukuran tinggi badan
dilakukan sebulan sekali. Jadwal pemberian makan untuk balita yaitu pada minggu
0 dilakukan 7 kali pemberian makan, minggu pertama dilakukan 7 kali pemberian
makan , minggu kedua dilakukan 3 kali pemberian makan, minggu ketiga dilakukan
3 kali pemberian makan, minggu ke empat dilakukan 2 kali pemberian makan,
minggu ke lima dilakukan 1 kali pemberian makan, minggu ke enam dilakukan 1
kali pemberian makan, minggu ke tujuh tidak dilakukan pos gizi , minggu ke

28
delapan dilakukan 1 kali pemberian makan, minggu ke Sembilan tidak dilakukan
pos gizi, minggu ke sepuluh dilakukan 1 kali pemberian makan, minggu ke sebelas
tidak dilakukan kegiatan pos gizi, minggu ke duabelas dilakukan 1 kali pemberian
makan.
Selama kegiatan pos gizi petugas gizi memantau langsung dan mengarahkan
apa saja yang diperlukan untuk kegiatan pos gizi kepada kader. Petugas gizi
menghadiri pos gizi selama satu minggu, kemudian petugas gizi memantau
kegiatan pos gizi melalui handphone (mandiri) kepada ketua kader, dan ketua
kader yang mengarahkan amanat dari petugas gizi. Hari pertama kegiatan
disiapkan spanduk, tempat makan balita, penyuluhan kepada ibu balita, Melakukan
konseling kepada ibu balita, melakukan pengukuran balita, menyiapkan alat dan
bahan juga tempat untuk memaksa, jadwal kegiata, pembagian kader,
pemantauan berat badan dan tinggi badan, Membuat catatan porsi makan yang
dihabiskan oleh balita, membuat absensi balita dan ibu balita. Pada hari kedua
petugas gizi menanyakan apakah makanan yang diberikan kepada balita habis
atau tidak, konseling kepada balita jika ada makanan yang tidak habis. Kemudian
ibu balita ditanyakan ada keluhan tidak setelah mengkonsumsi makanan yang
disediakan. Dan jika ada balita yang diare , batuk pilek langsung dikonsulkan
kepada dokter atau bidan dan langsung diberikan obat. Begitupun hari berikutnya.
Jika ada balita yang tidak datang ke pos gizi , kader mengantarkan makanan
kerumah balita yang tidak datang. Penyuluhan di pos gizi dilakukan seminggu 3
kali selama 3 bulan. Pada minggu pertama balita dilakukan penimbangan ulang,
jika ada balita yang berat badannya turun, dilakukan konseling oleh petugas gizi.

Desa yang sudah melakukan kegiatan pos gizi tahun 2022


No. Desa yang sudah melakukan Balita Stunting
pos gizi Sebelum Pos Sesudah Pos
Gizi Gizi
1. Kertasana 22 balita 12 balita
2. Lambangsari 12 balita 7 balita
3. Mangkunegara 15 Balita 8 balita
4. Mekarjaya 24 Balita 15 Balita
5. Karangkepuh 15 balita 12 Balita
6. Bojonegara 18 balita 14 balita
7. Wanakarta 16 balita 13 balita
8. Ukirsari 16 balita 12 balita
9. Margagiri 14 balita 8 balita
10 Pakuncen 18 balita 13 balita
Tabel 4.2 Data balita stunting
29
Berdasarkan table diatas dapat dilihat bahwa desa yang sudah melakukan pos
gizi dengan anggaran APBD ada 5 desa. Pada tahun 2020 desa Kertasana sudah
melakukan pos gizi pertama kali dengan sasaran 22 balita stunting. Setelah di
intervensi melalui pos gizi balita stunting menjadi 12 balita. Dikarenakan ada balita
yang demam sehingga nafsu makan menurun, setelah makan langsung BAB,
tetapi Sebagian besar balita nafsu makannya menjadi meningkat. Pada tahun 2021
ada 3 desa yaitu Lambangsari, Mangkunegara , dan mekarjaya. Di desa
Lambangsari balita stunting sebelum melakukan pos gizi ada 12 balita dan setelah
dilakukan pos gizi mengalami penurunan balita stunting menjadi 7 balita. di Desa
Mekarjaya balita stunting sebelum dilakukan pos gizi ada 24 balita dan setelah
dilakukan Pos Gizi ada 15 Balita. Tahun 2022 desa karangkepuh ada 15 balita
stunting , Bojonegara ada 18 balita stunting , Wanakarta ada 16 balita stunting ,
ukirsari ada 16 balita stunting , margagiri ada 14 balita stunting , Pakuncen ada 18
balita stunting.

30
BAB V
ANALISA KEGIATAN

A. PENYUSUNAN PETA INFORMASI STUNTING

a. PEMANTAUAN STUNTING

Stunting (kerdil) merupakan keadaan di mana tinggi badan anak lebih pendek
dibanding anak lain seusianya, hal ini juga kenal dengan kondisi gagal tumbuh pada
anak Balita. Banyak factor yang menyebabkan stunting di kecamatan bojonegara
masih banyak yaitu ibu hamil anemia, asi eksklusif,berat badan lahir rendah,diare, gizi
buruk dan kecacingan. stunting disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang
diperoleh oleh bayi/janin selama masa 1000 hari pertama kehidupan, di mana hal ini
dapat menyebabkan kematian janin. Pemerintah Indonesia meluncurkan “Gerakan
1.000 Hari Pertama Kehidupan” yang dikenal sebagai 1.000 HPK. Masa 1000 hari
pertama kehidupan (HPK), yang bermula sejak saat konsepsi hingga anak berusia 2
tahun, merupakan masa paling kritis untuk memperbaiki perkembangan fisik dan
kognitif anak. Beberapa penelitian melaporkan bahwa tumbuh kembang anak tidak
hanya pada 2 tahun pertama saja, jika pemerintah hanya terfokus pada 1000 HPK
tanpa melihat perkembangan berikutnya, maka pasca program 1000 HPK akan
bermunculan masalah gizi yang lain. Efek jangka pendeknya dapat menyebabkan
perkembangan otak, pertumbuhan masa tubuh dan komposisi badan terhambat, serta
gangguan metabolisme glukosa, lipid, protein dan hormone. Efek jangka panjan g
dapat menyebabkan menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, kekebalan
tubuh, kapasitas kerja, dan terjadinya penyakit, seperti penyakit jantung dan pembuluh
darah, diabetes, kanker, dan disabilitas lansia (James dalam Jalal 2007).
Stunting menggambarkan status gizi kurang yang bersifat kronik pada masa
pertumbuhan dan perkembangan sejak awal kehidupan. Keadaan ini dipresentasikan
dengan nilai z-score tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari -2 standar deviasi
(SD) berdasarkan standar pertumbuhan menurut WHO (WHO, 2010). Secara global,
sekitar 1 dari 4 balita mengalami stunting (UNICEF, 2013). Anak dapat dikatakan
sangat pendek (severely stunted) jika tinggi atau panjang badan kurang dari 3 kali
standar deviasi (<-3 SD) sedangkan anak dikatakan pendek (stunted) apabila tinggi
atau panjang badannya -3 SD sampai dengan – 2 SD 2 . Prevalensi stunting
meningkat dari 27,5% (2016) menjadi 29,6% (2017) . Menurut data Riskesdas (2018)
yang menunjukkan bahwa prevalensi balita pendek mengalami peningkatan dari
19,2% tahun 2013 menjadi 19,3% pada tahun 2018 sedangkan balita sangat pendek
mengalami penurunan dari 18% pada tahun 2013 menjadi 11,5% pada tahun 2018.
Kejadian stunting di Indonesia yang masih tinggi tersebar di beberapa kota di seluruh

31
provinsi di Indonesia salah satunya di Provinsi Banten dengan prevalensi stunting
29,6%. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menetapkan 160 kabupaten/kota
yang menjadi prioritas penanganan stunting.
Dampak buruk stunting dalam jangka pendek adalah terganggunya
perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan
metabolisme tubuh (Kementerian Kesehatan, Pemerintah RI, 2016). Selain itu,
dampak jangka panjangnya adalah anak dengan stunting akan tumbuh dengan risiko
tinggi menderita obesitas, diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker,
stroke, disabilitas pada usia tua, menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi
belajar, serta kualitas kerja yang tidak kompetitif dan berakibat pada rendahnya
produktivitas ekonomi (Kementerian Kesehatan, Pemerintah RI, 2016).
Menurut Riskesdas Tahun 2018 balita stunting di provinsi banten mencapai 30,8%.
Balita Stunting dapat diketahui melalui EPPBGM (TB/U). untuk mengetahui
status gizi balita dibutuhkan sisitem pencatatan dan pelaporan yang akurat dan
menggambarkan tiap individu. Sistem informasi gizi terpadu (Sigizi Terpadu)
merupakan bagian besar dari sistem yang digunakan untuk mencatat dan melaporkan
data gizi baik data sasaran tiap individu, status gizi, cakupan kinerja dan juga data
PMT yang bersumber dari APBN maupun dari APBD. Dengan adanya EPPBGM,
pemantauan status gizi anak terutama stunting dapat terpantau dengan setiap
bulannya. Dari hasil EPPBGM ditemukan balita stunting sebanyak 467 balita di
Kecamatan Bojonegara tahun 2020. (Indikator TB/U <-3 SD). sedangkan di tahun
2022 balita stunting mengalami penurunan menjadi 237 balita stunting. Hal Ini
disebabkan karena setiap desa sudah dilakukan intervensi seperti pembentukan pos
gizi, dan pemerian PMT, Sosialisasi stunting dilakukan di setiap desa dengan
mengundang kader posyandu, penyuluhan dan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan di posyandu. kepada balita stunting. Sebelum dilakukan kegiatan pos
gizi, TPG, bidan desa dan kader harus melakukan validasi data balita stunting dengan
cara dilakukan pengukuran ulang. Untuk mencegah stunting program gizi
mengadakan kegiatan Pos gizi selama 3 bulan dengan sasaran balita stunting dan
balita gizi kurang. Tempat untuk kegiatan Pos gizi dijadikan satu. Kegiatan lainnya
untuk mencegah stunting yaitu penyuluhan dan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan di posyandu. Petugas gizi dengan management membuatkan SK
Stunting. Desa yang sudah melakukan kegiatan pos gizi yaitu Desa Kertasana,
Mangkunegara , Lambangsari , Mekarjaya , dan Karangkepuh. Pada tahun 2022
penurunan stunting menjadi 200 balita hal ini disebabkan karena adanya pos gizi dan
pemberian makanan tambahan melalui APBDes. Yang sudah melaksanakan pos gizi
ada 10 desa yaitu Desa Bojonegara , Karangkepuh , Mangkunegara, Kertasana,
Wanakarta , Ukirsari, Lambangsari , Margagiri, Pakuncen , dan Mekarjaya . Kegiatan
pos gizi ini jika ada anggaran dari APBDes akan dilaksanakan sampai tahun 2024.

32
Di Puskesmas Bojonegara stunting sendiri mempunyai Inovasi yaitu Bonceng
(Bojonegara Cegah Stunting) dan Germani Cating (Gerakan makan Ikan Cegah
Stunting).

b. PEMANTAUN STATUS GIZI

Pemantauan status gizi yang dilakukan dikecamatan Bojonegara adalah


dengan melakukan penimbangan di posyandu setiap bulan. Jika ada balita yang tidak
hadir di posyandu, maka kader melakukan sweeping atau kunjungan rumah ke balita
tersebut. Dari hasil EPPBGM (Indikator BB/TB <-3 SD) masih ditemukan balita gizi
buruk sebanyak 4 balita. Balita gizi buruk diberikan susu SGM usia >1 tahun , biscuit
balita , taburia dan RUFT untuk membantu menaikkan berat badan menjadi normal. Di
Puskesmas bojonegara mengadakan kegiatan pos gizi untuk balta stunting dan gizi
buruk/kurang dengan menggunakan dana APBDES.

c. PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DAN VITAMIN

Pemberian PMT pemulihan dan vitamin kepada gizi buruk berupa susu SGM
untuk anak usia >1 tahun, biskuit bayi >6 bulan dan vitamin sakatonik. Pemberian
PMT ini diharapkan ada peningkatan status gizi. Akan tetapi kasus gizi buruk 2022
disertai dengan penyakit penyerta seperti Bocor jantung, anemia sehingga
penangananya agak sulit dikarenakan sudah dari bawaan bayi.
Kecamatan Bojonegara akan mengadakan kegiatan pos gizi selama 3 bulan
untuk balita stunting dan gizi buruk supaya dapat terpantau dengan benar dengan 5-
10 anak.. Kegiatan tersebut menggunakan dana APBDES (Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa) dan setiap desa harus menyediakan satu tempat untuk pos gizi. Syarat
tempat untuk dijadikan pos gizi yaitu jauh dari warung, ada cuci tangan, tidak jauh dari
rumah sasaran balita, tempat luas. Kegiatan pos gizi dilakasanakan tahun 2020
pertama kali di Desa Kertasana. Pada tahun 2021 desa yang sudah melaksanakan
kegiatan pos gizi yaitu Mangkunegara , Lambangsari , Mekarjaya, dan Karangkepuh.
Desa yang sudah melakukan sosialisasi pos gizi yaitu desa Kertasana, Bojoegara,
Mangkunegara , Karangkepuh , Wanakarta , Lambangsari , Pengarengan , Mekarjaya,
Margagiri. Sebelum melakukan kegiatan pos gizi , petugas gizi Bersama lintas
program melakukan demo masak di puskesmas Bojonegara untuk memasak sesuai
dengan menu yang sudah disediakan. Pada tahun 2022 desa yang sudah
melaksanakan pos gizi ada desa Bojonegara , Karangkepuh , Mangkunegara,
Kertasana, Wanakarta , Ukirsari, Lambangsari , Margagiri, Pakuncen , dan Mekarjaya.

33
d. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN POS GIZI

a. Menjadwalkan Kegiatan Pos Gizi

Ketika merencanakan/menjadwalkan kegiatan pos gizi, ingat kriteria berikut ini:


- Lakukan segera setelah anak – anak di timbang
- Rencanakan kegiatan setiap bulan, atau setiap dua bulan atau dalam
permusiman sesuai denan bulan – bulan dimana anak mengalami kekurangan
gizi terburuk
- Rencanakan kegiatan Pos Gizi musiman untuk memberikan para keluarga
variasi menu sesuai dengan musim

b. Merencanakan Menu Kegiatan Pos Gizi

 Terdiri dari makanan lengkap dengan gizi seimbang.


 Ikut sertakan makan – makanan khas positif (misalnya buah, sayur dan lauk
hewani lainnya).
 Gunakan bahan makanan yang tersedia secara local

c. Lakukan Survey Pasar

Survey pasar sederhana yang di lakukan berguna untuk mengidentifikasi


makanan yang sesuai dang terjangkau yang dapat di beli dan digunakan oleh tiap
keluarga Memudahkan variasi bahan makanan

d. Menghitung nilai gizi makanan pos gizi

Menentukan nilai gizi dari makanan pos gizi per anak sehingga jumlah total
kandungan kalori dan protein cukup untuk mencapai “chtch up growth” (mengejar
ketinggalan pertumbuhan) dan pastikan adanya asupan dan vitamin yang cukup.

e. Lakukan Penyesuaian menu bila diperlukan

Menu harus sesuai secara budaya dan disesuaikan dengan usia peserta yang
kekurangan gizi. Bila mayoritas anak-anak berusia dibawah 12 bulan, makanan
pendamping ASI yang sesuai harus disiapkan. Bila pesertanya beasal dari
kelompok umur yang beragam, biasanya disiapkan menu yang sama tapi
konsistensi yang lebih lunak.

34
f. Tentukan ukuran porsi

1. Menggunakan kebutuhan atau kalori dan protein dan timbangan makanan,


menentukan kuantitas dan berat untuk tiap satu porsi.
2. Karena makanan harus dihidangkan berdasarkan volume dan bukan berat,
maka selama sesi pos gizi, tentukan bagaimana mengukur volume yang
diinginkan menggunakan alat-alat ukur local.
g. Siapkan Jadwal menu

Dengan menggunakan semua informasi yanga da, siapkan jadwal menu sesuai
hari sesi pos gizi. Termasuk :
a. Beragam menu (dapat menukar dua menu dasar dari hari ke hari)
b. Kuantitas yang diperlukan untuk masing – masing bahan
c. Siapa yang akan menyediakan bahan-bahan tertentu dan berapa banyak
ukuran tiap porsi.

h. Siapkan jadwal makan

Dengan semua informasi yang ada, siapkan jadwal makan yang mecakup hari
kegiatan pos gizi. Termasuk :
a. Beragam menu (dapat menukar dua menu dasar dari hari ke hari)
b. Kuantitas yang diperlukan untuk masing-masing bahan
c. Siapa yang akan menyediakan bahan-bahan tertentu dan sebrapa banyak
ukuran porsi

B. PENANGGULANGAN IBU HAMIL KEK, ANEMIA, GAKY DAN KEKURANGAN ZAT


GIZI MIKRO LAINNYA

Untuk penanggulangan ibu hamil kek sudah sesuai SPM mendapatkan PMT,
upaya lain adalah penanggulangan anemia berupa pemberian tablet tambah darah
kepada ibu hamil minimal 90 tablet selama kehamilan. Pemberian tamblet tambah
darah untuk remaja putri sehari 1 kali selama satu minggu. Selain TTD juga
pemberian kapsul vitamin A pada bayi 6-11 bulan dan balita 1-5 tahun serta ibu nifas.
Salah satu upaya kegiatan pencegahan/penanggulangan GAKY di Kecamatan
Bojonegara adalah pemantauan garam dimasyarakat yang dilakukan di setiap KK
perdesa. Dari hasil pemantauan baru 95% rumah tangga yang mengkonsumsi garam
beryodium dengan target 95% berarti sudah mencapai target. Sedangkan 5% rumah
tangga mengkonsumsi garam yang tidak beryodium. Garam beryodium tahun 2020
menjadi yaitu 95,2% dan yang tidak beryodium yaitu 4,8. Hal ini dikarenakan banyak

35
masyarakat yang sudah mengetahui manfaat garam beryodium. Petugas gizi dan
lintas sector juga melakukan penyuluhan tentang manfaat garam yodium.
Asi eksklusif adalah hanya memberikan asi saja pada bayi 0-6 bulan tanpa
tambahan makanan dan minuman lain selain vitamin/obat (atas rekomendasi).
Berdasarkan hasil grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan asi eksklusif
tertinggi berada di Desa Kertasana yaitu 65.34%. Hal ini disebabkan karena petugas
gizi, bidan atau kader melakukan penyuluhan di desa tentang pentingnya asi eksklusif.
Petugas gizi membuat kartu pantau asi dan sudah di bagikan disetiap desa supaya
bayi yang asi eksklusif dapat terkontrol dengan baik. Di desa Mekarjaya pengetahuan
Ibu tentang asi sudah bagus dan banyak dukungan dari keluarga terutama suami,
banyak masyarakat yang sudah merubah pola pikir untuk tidak memberikan Mp-Asi
pada bayi kurang Dari 6 Bulan. Sedangkan capaian asi eksklusif terendah di Desa
Bojonegara yaitu 40.55%. Hal ini disebabkan karena banyak masyarakat yang
beranggapan jika bayi menangis karena lapar , masih ada ibu yang belum memahami
manfaat pembeian asi eksklusif bagi bayinya , masih ada ibu yang memberikan mp-
asi (pisang, air tajin, madu, dll) pada bayi baru lahir ,tidak adanya dukungan suami
dan keluarga terdekat untuk keberhasilan asi eksklusif, masih terpengaruh oleh iklan
memalui media cetak dan elektronik bahwa susu formula baik bagi kesehatan
bayinya , asupan makan ibu menyusui yang kurang adekuat sehingga asi tidak keluar/
keluar sedikit.

C. KEGIATAN RUTIN DI POSYANDU

a. Kegiatan Pemantaun Pertumbuhan dan Perkembangan Balita di


Posyandu

Cakupan kegiatan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita


di posyandu tahun 2022 yaitu :

 D/S (Partisipasi Masyarakat ke Posyandu)


Partisipasi masyarakat ke posyandu rata rata sebesar 80,47 % dengan target
86%. Hal ini di sebabkan karena ibu balita tidak mau mengantar balita ke
posyandu. Dan ibu balita takut jika anaknya akan di vaksinasi. Dan balita yang
tidak datang ke posyandu, akan dilakukan sweeping (kunjungan rumah) ke balita
tersebut untuk memantau tumbuh kembang balita.

 K/S Cakupan Program


Berdasarkan grafik di atas Cakupan K/S yaitu 100% dengan target 100%.
cakupan ini sudah mencapai target yang telah ditetapkan.

36
 N/S Efektifitas Program
Cakupan Efektifitas Program posyandu sebesar 78,89%. Bila melihat target 2022
sebesar 75%, cakupan ini sudah mencapai target yang telah ditetapkan. Hal ini
disebabkan karena berbagai faktor antara lain masih ada beberapa balita yang
tidak hadir di posyandu, pertumbuhan yang terganggu, asupan nutrisi yang
kurang, pola asuh orang tua, penyakit infeksi, dll.

 N/D’ Keberhasilan Program


Cakupan Keberhasilan Program posyandu sebesar 98,04%. Bila melihat target
2022 sebesar 75%, berarti cakupan sudah mencapai target yang telah
ditetapkan.

b. Pemberian Vitamin A

Pemberian vitamin A pada bayi dan balita sudah mencapai target yaitu 100%
dengan target yang telah ditentukan sebesar 95%. Hal ini dikarenakan bayi dan
balita yang tidak datang ke posyandu dilakukan sweeping atau kunjungan rumah
oleh kader sesudah kegiatan posyandu. Untuk pemberian kapsul vitamin A pada
ibu nifas tahun 2022 yaitu 98,6% dengan target yang ditentukan 90%. Berarti
sudah mencapai target.

c. Pemberian Tablet Besi Ibu Hamil

Berdasarkan hasil grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan pemberian tablet
besi ibu hamil tahun 2022 fe1 sebesar 100% dan fe 3 sebesar 98,5 % sedangkan
target tahun 2022 sebesar 98% berarti sudah mencapai target. Hal ini dikarenakan
setiap desa sudah ada kelas ibu dan petugas gizi , atau bidan melakukan
penyuluhan tentang pentingnya minum Tablet tambah darah dan meningkatkan
pengetahuan ibu tentang dampak negative dari ibu hamil yang anemia.

d. Cakupan Strata Posyandu

Untuk tingkat kemandirian posyandu di Kecamatan Bojonegara pada tahun


2022 strata posyandu mengalami peningkatan yaitu Madya 14 posyandu,
Purnama 42 posyandu dan Mandiri 4 posyandu. Posyandu wilayah puskesmas
Bojonegara sudah tidak ada yang cakupan strata pratama dikarenakan semua
posyandu sudah memenuhi kriteria sudah ada sarana dan prasarana dari dana
desa dan dinas kesehatan. Setiap posyandu sudah mempunya alat antropomentri

37
yang lengkap. Setiap posyandu mempunyai 5 kader dan aktif semua. Karena ada
60 posyandu jadi jumlah kader menjadi 300 orang.
D. MONEV

Dalam kegiatan monev selalu dilakukan kegiatan pembinaan setiap program.


Melalui bidan desa dan pada kader saat ada kesempatan tatap muka seperti pada
saat kegiatan posyandu. Berdasarkan hasil monev dari kegiatan program dapat
termonitor dan terevaluasi (dapat dilihat hasil dan analisa kegiatan).

38
BAB VI
PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH

A. PERMASLAHAN

Permasalahan yang dihadapi dalam program gizi tahun 2022 :

a. Fokus intervensi spesifik 30% dan sensitive 70% untuk stunting


b. Banyaknya masalah gizi di Indonesia yang disebabkan oleh factor ekonomi , social
dan politik.
c. Masalah gizi adalah masalah yang kompleks, yang tidak bisa ditanggulangi hanya
pada sector kesehatan saja akan tetapi harus terintegrasi (komprehensif).
d. Masih kurangnya pengetahuan kader mengenai berbagai hal yang berkenaan
dengan posyandu.
e. Kurangnya pola asuh keluarga balita.
f. Infeksi penyakit dan penyakit penyerta dari penderita gizi buruk.
g. Partisipasi masyarakat belum optimal.
h. Pencatatan pelaporan masih belum optimal.
i. Masih rendahnya cakupan kegiatan posyandu khususnya asi eksklusif.

B. PEMECAHAN MASALAH

a. Peningkatan kualitas dan frekuensi penyuluhan/konseling


b. Perlunya penyegaran/pelatihan kader untuk pencatatan/ pelaporan di tingkat
posyandu dan mengetahui tugas-tugas sebagai kader
c. Perlu dukungan yang komprehensif dari berbagai sector dalam penanggulangan
dan perbaikan gizi masyarakat.
d. Peningkatan koordinasi lintas program dan lintas sector.
e. Membentuk tim puskesmas dalam mendukung AKI/AKB
f. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat.
g. Pemberdayaan masyarakat.
h. Pemberian makanan tambahan, vitamin, suplemen lainnya kepada balita dan bayi
stunting , gizi buruk.
i. Jika ada balita yang tidak dating ke posyandu maka kader harus melakukan
kunjungan rumah untuk tetap mengetahui tumbuh kembangnya.

39
BAB VII
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Kegiatan program gizi tahun 2022 telah dilaksanakan. Terdapat beberapa


masalah yang harus ditangani lebih lanjut diantaranya adalah balita dan bayi stunting
dan gizi buruk untuk menangani masalah tersebut maka harus ditingkatkan kegiatan
surveilans gizi, dan pembinaan posyandu. Salah satu masalah gizi yang dihadapi oleh
Indonesia adalah kejadian balita pendek (stunting). Stunting adalah hal yang sangat
penting karena akan memengaruhi sumber daya manusia di masa depan. Balita
stunting mudah terjangkit penyakit dan bisa menderita penyakit degeneratif saat
dewasa. Stunting didefinisikan sebagai gangguan pertumbuhan pada anak dimana
tinggi badan anak lebih rendah atau pendek dari standar usianya yang diakibatkan
oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama (Kementerian Kesehatan,
Pemerintah RI, 2018). Stunting atau rendahnya tinggi badan menurut umur
merupakan indikator terjadinya gangguan pertumbuhan anak berupa malnutrisi kronis
(World Health Organization, 2019).
Stunting disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang diperoleh oleh bayi/janin
selama masa 1000 hari pertama kehidupan, di mana hal ini dapat menyebabkan
kematian janin. Pemerintah Indonesia meluncurkan “Gerakan 1.000 Hari Pertama
Kehidupan” yang dikenal sebagai 1.000 HPK. Masa 1000 hari pertama kehidupan
(HPK), yang bermula sejak saat konsepsi hingga anak berusia 2 tahun, merupakan
masa paling kritis untuk memperbaiki perkembangan fisik dan kognitif anak. Beberapa
penelitian melaporkan bahwa tumbuh kembang anak tidak hanya pada 2 tahun
pertama saja, jika pemerintah hanya terfokus pada 1000 HPK tanpa melihat
perkembangan berikutnya, maka pasca program 1000 HPK akan bermunculan
masalah gizi yang lain. Efek jangka pendeknya dapat menyebabkan perkembangan
otak, pertumbuhan masa tubuh dan komposisi badan terhambat, serta gangguan
metabolisme glukosa, lipid, protein dan hormone. Efek jangka panjang dapat
menyebabkan menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, kekebalan
tubuh, kapasitas kerja, dan terjadinya penyakit, seperti penyakit jantung dan pembuluh
darah, diabetes, kanker, dan disabilitas lansia (James dalam Jalal 2007).
Untuk mencegah stunting dan balita gizi kurang dilakukan kegiatan Pos gizi.
pos gizi adalah Adalah pusat pemulihan gizi buruk dengan pemberdayaan
masyarakat yang dikelola dari, oleh dan untuk masyarakat yang meliputi pemberian
makanan tambahan kepada anak secara intensif sesuai usia dan kondisinya serta
pembelajaran edukatif kepada ibu balita dengan melibatkan peran serta kader, ibu
balita serta lintas sektor terkait. Tahapan pelaksanaan pos gizi yaitu

40
sosialisasi,screening dan pendataan sasaran program, persiapan, (MMD),
pengumpulan data awal , pelaksanaan di Posyandu atau rumah penduduk,
pemantauan proses pelaksaan kegiatan, dan evaluasi akhir (pengumpulan data akhir).
Sosialisai pos gizi mengundang ketua kader tiap desa di aula Kecamatan Bojonegara.
Pos gizi dilaksanakan di rumah – rumah penduduk atau Posyandu dalam waktu 3
bulan dengan 5 - 10 anak gizi kurang atau stunting dan ibunya/pengasuhnya.
Sebelum kegiatan pos gizi petugas gizi mengundang 2 perwakilan kader setiap desa
untuk melakukan demo masak di aula Puskemas.

41
DAFTAR PUSTAKA

Arisman, 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.

Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI

Depkes RI, 2005; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 23 tahun 2005 Tentang
Kesehatan; Jakarta; Hal 1. Fisioterapi Indonesia; Jakarta

Depkes RI. (2010). Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi, dan intervensi tumbuh
kembang anak. Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Ditjen gizi dan KIA. Indonesia.

Notoatmodjo, S., 2014, Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Soetjiningsih, Ranuh, IG (2013). Tumbuh dan Kembang, Edisi 2.Jakarta : EGC

Suhardjo.2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi aksara bekerjasama dengan
Pusat Antar universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

Supariasa I.DN, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.

Tella, Adeyinka, dkk. 2007. “Work Motivation, Job Satisfaction, and Organisational
Commitment of Library Personnel in Academic and Research Libraries in Oyo State,
Nigeria”. Library Philosophy and Practice (e-journal).

Gibney, M.J., et al. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.

Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes Ri

Kementrian Kesehatan Ri. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Ri, 2016.

Notoatmodjo, S., 2014, Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Permenkes RI Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Upaya Kesehatan Anak. Menteri Kesehatan
Republik Indonesia.

Riskesdas, 2018, Laporan Nasional 2018, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan.

Subejo, (2010). Penyuluhan Pertanian Terjemahan dari Agriculture. Extention (Edisi 2)


Jakarta. Diakses 10 Desember 2011

Suhardjo.2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi aksara bekerjasama dengan
Pusat Antar universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

Soetjiningsih, IG. N. Gde Ranuh G. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2013
42
Saputra, F., Hasanah, O., & Sabrian, F. 2015. Perbedaan tumbuh kembang anak toddler
yang diasuh orang tua dengan yang dititipkan ditempat penitipan anak

Waryana, 2010, Gizi Reproduksi, Yogyakarta, Penerbit : Pustaka Rihama

43

Anda mungkin juga menyukai