A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
a. Undang-undang Nomor : 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan.
b. Peraturan Pemerintah RI Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu
Eksklusif
b. Peraturan Presiden RI Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi
c. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 41 tahun 2014 tentang Pedoman Gizi
Seimbang
d. Instruksi Presiden No.1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Sehat
e. Peraturan Presiden No.83 Tahun 2017 tentang Kebijakan Strategis Pangan dan
Gizi
3. Gambaran Umum
a. Definisi Operasional
Stunting adalah sebuah kondisi dimana Tinggi Badan seseorang ternyata lebih
pendek dibandingkan Tinggi Badan orang lain pada umumnya (yang seusia).
Balita Stunting adalah balita yang berdasarkan hasil pengukuran panjang badan
atau tinggi badan menurut umur < -2 SD (Standar Deviasi)
Surveilans gizi adalah kegiatan pengamatan secara teratur dan
terus menerus terhadap status gizi masyarakat sebagai dasar untuk membuat
keputusan dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat melalui
pengamatan secara terus menerus, tepat waktu dan teratur terhadap keadaan
gizi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Surveilans gizi melalui e-PPGBM adalah kegiatan surveilans gizi
dengan memanfaatkan aplikasi pencatatan pelaporan gizi berbasis masyarakat
yang berisi data indikatorprogram gizi berbasis individu
1
Desiminasi adalah Suatu kegiatan penyebaran informasi yang
ditujukan kepada kelompok target atau individu agar mereka memperoleh
informasi,,timbul kesadaran,menerima,mengubah prilaku sasaran dan akhirnya
mereka mampu memanfaatkan informasi tersebut.
a. Latar Belakang
Indonesia saat ini tengah bermasalah dengan stunting. Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskedas) 2013 menunjukkan prevalensi stunting mencapai 37,2%.
Stunting bukan perkara sepele. Hasil riset Bank Dunia menggambarkan kerugian
akibat stunting mencapai 3—11% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Dengan
nilai PDB 2015 sebesar Rp11.000 Triliun, kerugian ekonomi akibat stunting di
Indonesia diperkirakan mencapai Rp300-triliun—Rp1.210 triliun per tahun.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 dan 2018, untuk Provinsi
Sulawesi tengah menunjukkan tren penurunan prevalennsi balita gizi kurang
(underweigth) dari 24,0% menjadi 19,6%, penurunan prevalensi balita pendek
(stunting) dari 42,1% menjadi 32,2%, sedangkan prevalensi balita kurus (wasting)
mengalami tren kenaikan dari 9,4% menjadi 12,2%.
B. PENERIMA MANFAAT
Penerima manfaat dari kegiatan Desiminasi Stunting berdasarkan hasil surveilance gizi
berbasis e-ppgbm :
- Puskesmas
- Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
- Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
- Pemda Kabupaten/Kota
- Kementerian Kesehatan
2
b. Narasumber Desiminasi stunting hasil surveilance gizi berbasis e-ppgbm :
1). Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
2). Instansi/OPD terkait
3). Pejabat Dinas Kesehatan Kabupaten
April
KEGIATAN
M1 M2 M3 M4
Rapat XXX
Persiapan XXX
Pelaksanaan XXX
Penyusunan Laporan XXX
Perkiraan total biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan Desiminasi Stunting berdasarkan
hasil Surveilance Gizi berbasis e PPGBM sebesar Rp. 70.774.000,- (Tujuh puluh juta tujuh
ratus tujuh puluh empat ribu rupiah). Biaya lebih rinci tercantum dalam RAB yang
merupakan satu kesatuan dengan TOR.
Tolitoli,
Drs.Bakri Idrus,Apt,MM.
NIP. 19670209 199302 1 001
3
PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
TAHUN ANGGARAN 2020
B. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
a. Undang - Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan.
b. Undang - Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang perlindungan anak
c. SE Menkes Nomor 1209?menkes/X/1998 tentan monitoring dan penanggulangan
krisis kesehatan (KLB Gizi Buruk)
d. Peraturan Pemerintah Nomor :38 Tahun 2007 tentang Urusan Wajib Bidang
Kesehatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota
e. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar Teknis
Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan
f. PMK Nomor 14 Tahun 2019 Tentang Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi
g. PMK Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Upaya Perbaikan Gizi
h. Peraturan Presiden RI Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi
i. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 41 tahun 2014 tentang Pedoman Gizi
Seimbang
a. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 51 Tahun 2016 tentang Standar Produk
Suplementasi Gizi.
b. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
c. Surat Edaran Dirjen Kesehatan Masyarakat Nomor : HK.02.02/V/407/2017 tentang
Pemberian Suplementasi Gizi PMT Ibu Hamil, PMT Anak Balita dan PMT Anak
Sekolah
2. Gambaran Umum
a. Definisi Operasional
Balita kurus adalah balita yang berdasarkan hasil pengukuran berat badan
menurut panjang badan/tinggi badan < - 2 SD (Standar Deviasi)
Balita buruk adalah balita yang berdasarkan hasil pengukuran berat badan
menurut panjang badan/tinggi badan < - 3 SD (Standar Deviasi) dan atau disertai
gejala klinis (kwashiorkor, marasmus, marasmus-kwashiorkor)
4
Kasus gizi buruk yang mendapatkan perawatan adalah balita gizi buruk yang
dirawat inap maupun rawat jalan di fasilitas pelayanan kesehatan dan
masyarakat.
Makanan Tambahan (MT) Penyuluhan adalah makanan tambahan yang
diberikan kepada seluruh sasaran dan sekaligus dapat memberikan edukasi
kepada kelompok sasaran agar dapat menyajikan dan mengkonsumsi makanan
bergizi seimbang sesuai kelompok usia untuk pencegahan risiko Ibu hamil KEK
dan balita kurus dengan waktu pemberian maksimal selama 1 bulan.
Makanan Tambahan (MT) Pemulihan adalah makanan tambahan yang diberikan
untuk meningkatkan status gizi pada sasaran
Makanan Tambahan (MT) Balita adalah suplementasi gizi berupa
makanantambahan dalam bentuk biskuit dengan formulasi khusus dan
difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang diberikan kepada anak balita usia 6-
59 bulan, dan prioritas dengan kategori kurus untuk mencukupi kebutuhan gizi.
Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan terorganisir/trestruktur untuk
identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut
Edukasi gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesan-pesan gizi dan
kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap serta perilaku positif pasien/klien dan
lingkungannnya terhadap upaya perbaikan gizi dan kesehatan.
Surveilans gizi adalah kegiatan pengamatan secara teratur dan
terus menerus terhadap status gizi masyarakat sebagai dasar untuk membuat
keputusan dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat melalui
pengamatan secara terus menerus, tepat waktu dan teratur terhadap keadaan
gizi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas adalah setiap orang yang
memberikan pelayanan gizi berupa upaya untuk memperbaiki atau meningkatkan
makanan, dietetik masyarakat, kelompok atau klien yang merupakan suatu
rangkaian yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisa, simpulan, anjuran
implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai
status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit
b. Latar Belakang
kondisi gizi buruk pada anak tidak terjadi secara tiba-tiba, ada proses yang
menyebabkan kondisi itu terjadi. “Deteksi dini oleh teman-teman di lapangan
sangat diperlukan untuk menekan gizi buruk,” Jika pada wilayah kerja petugas
kesehatan ada posyandu, mereka dapat menggiring para ibu untuk rutin
menimbang berat badan anaknya secara berkala di sana. Petugas perlu jeli jika
ada anak yang menunjukkan gejala penurunan berat badan. Mereka harus
intervensi sesegera dan sebaik mungkin, sehingga tidak ada istilahnya gizi kurang,
bahkan gizi buruk. Perlu dilihat apa penyebabnya, apakah ada penyakit yang
mendasari, sehingga terjadi gizi buruk atau hanya karena pola makan yang salah.
Jika terdeteksi penyakit langsung ditangani di puskesmas. Jika dokter di
puskesmas tidak mampu, bisa dirujuk pada dokter spesialis anak,”
Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan gizi di puskesmas perlu
memahami tentang tata laksana gizi buruk, sehingga dapat menentukan diagnosis
dan intervensi gizi dengan tepat dan cepat, baik pada pelayanan gizi
perseorangan maupun gizi masyarakat. Tenaga yang memberikan pelayanan gizi
puskesmas idealnya adalah tenaga profesional yang memberikan pelayanan
fungsional teknis mengenai layanan gizi, meliputi aspek asuhan, gizi klinis, asuhan
gizi masyarakat, dan penyelenggaraan makanan sebagai substansi terapi pada
pasien.
Pada saat ini seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi tatalksana gizi
buruk menunjukkan bahwa kasus ini dapat ditangani dengan dua pendekatan.Gizi
buruk dengan komplikasi harus dirawat di rumah sakit,puskesmas
perawatan,pusat pemulihan gizi (PPG) atau Therapeutic feeding center (CFC)
sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan.
Penagnanan gizi buruk secara rawat jalan dan rawat inap merupakan jawaban
terhadap pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang perbaikan
gizi,yaitu setiap anak gizi buruk yang ditemukan harus mendapat perawatan
sesuai standar.
5
B. PENERIMA MANFAAT
Maret
KEGIATAN
M1 M2 M3 M4
Rapat XXX
Persiapan XXX
Pelaksanaan XXX
Penyusunan Laporan XXX
Jadwal
Kategori
Kagiatan Jenis Belanja Pelaksanaan Penarikan
(U/P)
Bulan Minggu Bulan Minggu
Orientasi Belanja bahan U Maret II Maret II
tatalaksana Gizi Belanja Jasa U Maret II Maret II
Buruk Profesi
Belanja U Maret II Maret II
akomodasi dan
transportasi
6
D. KURUN WAKTU PENCAPAIAN KELUARAN
Pelaksanaan kegiatan ditargetkan di minggu ke dua bulan maret tahun 2020.
.
E. BIAYA YANG DIPERLUKAN
Perkiraan total biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan program perbaikan gizi Masyarakat
sebesar Rp. 65.198.800,- (Enam puluh lima juta seratus Sembilan puluh delapan ribu
delapan ratus rupiah). Biaya lebih rinci tercantum dalam RAB yang merupakan satu
kesatuan dengan TOR.
Tolitoli,
Drs.Bakri Idrus,Apt,MM.
NIP. 19670209 199302 1 001
7
KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE
PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
TAHUN ANGGARAN 2020
A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
8
3. Gambaran Umum
a. Definisi Operasional
Ibu Hamil KEK adalah ibu hamil Kekurangan Energi Kronikyang diketahui dari
hasil pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) < 23,5 cm.
Balita kurus adalah balita yang berdasarkan hasil pengukuran berat badan
menurut panjang badan/tinggi badan < - 2 SD (Standar Deviasi)
Balita Stunting adalah balita yang berdasarkan hasil pengukuran panjang badan
atau tinggi badan menurut umur < -2 SD (Standar Deviasi)
Balita buruk adalah balita yang berdasarkan hasil pengukuran berat badan
menurut panjang badan/tinggi badan < - 3 SD (Standar Deviasi) dan atau disertai
gejala klinis (kwashiorkor, marasmus, marasmus-kwashiorkor)
Makanan Tambahan (MT) Pemulihan adalah makanan tambahan yang diberikan
untuk meningkatkan status gizi pada sasaran
Makanan Tambahan (MT) Balita adalah suplementasi gizi berupa
makanantambahan dalam bentuk biskuit dengan formulasi khusus dan
difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang diberikan kepada anak balita usia 6-
59 bulan, dan prioritas dengan kategori kurus untuk mencukupi kebutuhan gizi.
Makanan Tambahan (MT) Ibu hamil adalah suplementasi gizi berupa biskuit lapis
yang dibuat dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan mineral
yang diberikan kepada ibu hamil, dan prioritas dengan kategori Kurang Energi
Kronis (KEK) untuk mencukupi kebutuhan gizi.
Surveilans gizi adalah kegiatan pengamatan secara teratur dan terus menerus
terhadap status gizi masyarakat sebagai dasar untuk membuat keputusan dalam
upaya meningkatkan status gizi masyarakat melalui pengamatan secara terus
menerus, tepat waktu dan teratur terhadap keadaan gizi dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Surveilans gizi melalui e-PPGBM adalah kegiatan surveilans gizi dengan
memanfaatkan aplikasi pencatatan pelaporan gizi berbasis masyarakat yang
berisi data indikatorprogram gizi berbasis individu
Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas adalah setiap orang yang memberikan
pelayanan gizi berupa upaya untuk memperbaiki atau meningkatkan makanan,
dietetik masyarakat, kelompok atau klien yang merupakan suatu rangkaian yang
meliputi pengumpulan, pengolahan, analisa, simpulan, anjuran implementasi dan
evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan
optimal dalam kondisi sehat atau sakit
b. Latar Belakang
Direktorat Gizi Masyarakat telah mengembangkan sistem aplikasi online Elektronik
Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) sejak tahun 2017
dengan data dasar individu by name by adress.Penggunaan e PPGBM bertujuan
agar tenaga pelaksana gizi dan pemangku kebijakan di daerah lebih muda dalam
mengamati permasalahan gizi di wilayah mereka untuk selanjutnyamengambil
keputusan terhadap respon dan tindakan apa yang akan dilakukan baik secara
komunitas maupun individu.
Informasi yang dihasilkan dapat membantu siklus surveilans gizi terutama untuk
analisis data dalam melakukan intervensi masalah gizi di wilayah kerja.
Masalah gizi dapat terjadi pada setiap siklus kehidupan, dimulai sejak janin. hingga
menjadi bayi, anak, dewasa sampai usia lanjut. Saat ini Indonesia menghadapi
masalah gizi ganda yaitu gizi kurang dalam bentuk Kurang energy Protein, kurang
vitamin A, Anemia dan gangguan akibat kurang Iodium dan gizi lebih berkaitan
dengan timbulnya penyakit degenerative seperti Diabetes Mellitus,
jantung,hipertensi,dll. Masalah gizi kurang merupakan salah satu faktor penyebab
kematian bayi. Keadaan tersebut secara langsung disebabkan oleh asupan gizi
yang kurang mencukupi gizi balita. Oleh sebab itu untuk membantu mencukupi
kebutuhan gizi masyarakat tentang anak balita, pemerintah mengembangkan
program Pemberian Makanan Tambahan (PMT).
9
buruk dan sebagai tambahan makanan sehari-hari bukan sebagai makanan
pengganti makanan utama.
Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan lokal. Jika bahan
lokal terbatas dapat digunakan makanan pabrikan yang tersedia di wilayah setempat
dengan memperhatikan kemasan, label dan masa kadaluarsa untuk keamanan pangan.
Diuatamakan berupa sumber protein hewani dan nabati serta sumber vitamin dan mineral
terutama berasaal dari sayur dan buah. PMT pemulihan ini diberikan sekali dalam satu hari
selama 90 hari berturut-turut atau 3 bulan.
Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan lokal. Jika bahan
lokal terbatas dapat digunakan makanan pabrikan yang tersedia di wilayah setempat
dengan memperhatikan kemasan, label dan masa kadaluarsa untuk keamanan pangan.
Diuatamakan berupa sumber protein hewani dan nabati serta sumber vitamin dan mineral
terutama berasaal dari sayur dan buah. PMT pemulihan ini diberikan sekali dalam satu hari
selama 90 hari berturut-turut atau 3 bulan.
Sedangkan PMT pemulihan berbasis bahan makanan lokal ada dua jenis yanitu berupa
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk bayi dan anak usia 6 – 23 bulan ) dan
makanan tambahan untuk pemulihan anak balita 24-59 bulan berupa makanan keluarga.
B. PENERIMA MANFAAT
Penerima manfaat dari kegiatan monev pelaksanaan PMT pabrikan dan PMT lokal serta
pelaksanaan eppgbm di puskesmas adalah :
- Puskesmas
- Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
- Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
- Pemda Kabupaten/Kota
- Kementerian Kesehatan
Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun jul Agt sep Okt Nov Des
Monev
pemanta X
uan
pelaksan
aan PMT
pabrikan
dan PMT
lokal
serta
pelaksan
10
aan
kegiatan
e-ppgbm
Perkiraan total biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan program perbaikan gizi Masyarakat
sebesar Rp. 21.470.000,- (Dua puluh satu juta empat ratus tujuh puluh ribu rupiah). Biaya
lebih rinci tercantum dalam RAB yang merupakan satu kesatuan dengan TOR.
Tolitoli,
Drs.Bakri Idrus,Apt,MM.
NIP. 19670209 199302 1 001
11
KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE
PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
TAHUN ANGGARAN 2020
C. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
a. Undang-undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan.
b. Peraturan Pemerintah Nomor :38 Tahun 2007 tentang Urusan Wajib Bidang
Kesehatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota
c. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar Teknis
Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan
d. Peraturan Presiden RI Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi
e. Kepmenkes RI Nomor 145/Menkes/SK/I/2007 tentang pedoman Penanggulangan
Bencana Bidang Kesehatan
f. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 28 bahwa surveilans gizi
merupakan kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap masalah
gizi dan indikator pembinaan gizi masyarakat agar dapat melakukan tindakan
penanggulangan secara efektif dan efesien serta tindak lanjut sebagai respon
terhadap perkembangan informasi.
3. Gambaran Umum
a. Definisi Operasional
Balita kurus adalah balita yang berdasarkan hasil
pengukuran berat badan menurut panjang badan/tinggi badan < - 2 SD (Standar
Deviasi)
Balita Stunting adalah balita yang berdasarkan hasil pengukuran panjang badan
atau tinggi badan menurut umur < -2 SD (Standar Deviasi)
Balita buruk adalah balita yang berdasarkan hasil pengukuran berat badan
menurut panjang badan/tinggi badan < - 3 SD (Standar Deviasi) dan atau disertai
gejala klinis (kwashiorkor, marasmus, marasmus-kwashiorkor)
12
Edukasi gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesan-pesan gizi dan
kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap serta perilaku positif pasien/klien dan
lingkungannnya terhadap upaya perbaikan gizi dan kesehatan.
Surveilans gizi adalah kegiatan pengamatan secara teratur dan terus menerus
terhadap status gizi masyarakat sebagai dasar untuk membuat keputusan dalam
upaya meningkatkan status gizi masyarakat melalui pengamatan secara terus
menerus, tepat waktu dan teratur terhadap keadaan gizi dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
b. Latar Belakang
B. PENERIMA MANFAAT
1. Penerima manfaat dari kegiatan Pelacakan kasus gizi buruk dan gizi kurang adalah :
- Puskesmas
- Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
- Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
- Kementerian Kesehatan
b. Pelaksana kegiatan :
Kegiatan Pelacakan kasus gizi buruk dan gizi kurang dilaksanakan oleh kepala
seksi kesehatan keluarga dan gizi dan pengelola program gizi dinas kesehatan
kabupaten.
c. Metode Pelaksanaan
Kegiatan Pelacakan kasus gizi buruk dan gizi kurang ini, dilaksanakan secara
swakelola oleh Dinas Kesehatan kabupaten.
13
d. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
a. Tahapan
b. Persiapan pelaksanaan kegiatan, surat tugas dan SPPD
c. Pelaksanaan kegiatan pelacakan
d. Pelaporan kegiatan
b. Waktu pelaksanaan
Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun jul Agt sep Okt Nov
Pelacakan X X
kasus gizi
buruk dan
gizi
kurang
Perkiraan total biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan program perbaikan gizi Masyarakat
sebesar Rp. 13.050.000,- (Tiga Belas Juta Lima Puluh Ribu Rupiah). Biaya lebih rinci
tercantum dalam RAB yang merupakan satu kesatuan dengan TOR.
Tolitoli,
Drs.Bakri Idrus,Apt,MM.
NIP. 19670209 199302 1 001
14