Anda di halaman 1dari 14

KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE

PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT


TAHUN ANGGARAN 2020

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan RI


Unit Eselon I / II : Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat /
Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah
Program : Perbaikan Gizi Masyarakat
Sasaran Program : Meningkatnya Perbaikan Status Gizi Masyarakat
Indikator Kinerja Program : Persentase bayi,balita stunting berdasarkan hasil E-
PPGBM
Kegiatan : Desiminasi Stunting berdasarkan hasil surveilance gizi
berbasis e PPGBM
Sasaran Kegiatan : Camat,Lintas Sektor,Lintas program terkait dan petugas
gizi puskesmas
Indikator Kinerja Kegiatan :  Data bayi,balita yang mengalami stunting di masing-
masing kecamatan di Wilayah kabupaten Tolitoli
Keluaran (Output) : Tersedianya Informasi tentang jumlah kasus stunting di
10 (sepuluh) Kecamatan di Wilayah Kabupaten Tolitoli.
Volume Keluaran (Output) : Terselenggaranya kegiatan Desiminasi stunting
berdasarkan hasil surveilance gizi berbasis e PPGBM di
tingkat Kabupaten dan di 7 (tujuh) Kecamatan.
Satuan Ukur Keluaran (Output) : 100 %
Penandaan Anggaran (Tagging) : Prioritas Nasional Kesehatan

A. LATAR BELAKANG

1. Dasar Hukum
a. Undang-undang Nomor : 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan.
b. Peraturan Pemerintah RI Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu
Eksklusif
b. Peraturan Presiden RI Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi
c. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 41 tahun 2014 tentang Pedoman Gizi
Seimbang
d. Instruksi Presiden No.1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Sehat
e. Peraturan Presiden No.83 Tahun 2017 tentang Kebijakan Strategis Pangan dan
Gizi

2. Tugas dan Fungsi Unit Kerja Terkait dan/atau Penugasan Tambahan


a. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 64 Tahun 2015 tentang Struktur Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan RI (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 1508)
b. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 06 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas–Dinas Daerah Provinsi Sulawesi
Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2008 Nomor 06);
c. Peraturan Gubernur Sulawesi Tengah Nomor 13 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas,
Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah.

3. Gambaran Umum
a. Definisi Operasional
 Stunting adalah sebuah kondisi dimana Tinggi Badan seseorang ternyata lebih
pendek dibandingkan Tinggi Badan orang lain pada umumnya (yang seusia).
 Balita Stunting adalah balita yang berdasarkan hasil pengukuran panjang badan
atau tinggi badan menurut umur < -2 SD (Standar Deviasi)
 Surveilans gizi adalah kegiatan pengamatan secara teratur dan
terus menerus terhadap status gizi masyarakat sebagai dasar untuk membuat
keputusan dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat melalui
pengamatan secara terus menerus, tepat waktu dan teratur terhadap keadaan
gizi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
 Surveilans gizi melalui e-PPGBM adalah kegiatan surveilans gizi
dengan memanfaatkan aplikasi pencatatan pelaporan gizi berbasis masyarakat
yang berisi data indikatorprogram gizi berbasis individu

1
 Desiminasi adalah Suatu kegiatan penyebaran informasi yang
ditujukan kepada kelompok target atau individu agar mereka memperoleh
informasi,,timbul kesadaran,menerima,mengubah prilaku sasaran dan akhirnya
mereka mampu memanfaatkan informasi tersebut.

a. Latar Belakang

Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia dan Membangun Indonesia dari


pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara
kesatuan merupakan jabaran dari Nawa Cita ke–5 dan ke-3. Namun, upaya
menghadirkan generasi emas Indonesia ini dibayangi kehadiran stunting yang
masih mengancam. Stunting merujuk pada kondisi tinggi anak yang lebih pendek
dari tinggi badan seumurannya. Stunting terjadi lantaran kekurangan gizi dalam
waktu lama pada masa 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).

Indonesia saat ini tengah bermasalah dengan stunting. Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskedas) 2013 menunjukkan prevalensi stunting mencapai 37,2%.
Stunting bukan perkara sepele. Hasil riset Bank Dunia menggambarkan kerugian
akibat stunting mencapai 3—11% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Dengan
nilai PDB 2015 sebesar Rp11.000 Triliun, kerugian ekonomi akibat stunting di
Indonesia diperkirakan mencapai Rp300-triliun—Rp1.210 triliun per tahun.

Besarnya kerugian yang ditanggung akibat stuntinglantaran naiknya pengeluaran


pemerintah terutama jaminan kesehatan nasional yang berhubungan dengan
penyakit tidak menular seperti jantung, stroke,diabetes atapun gagal ginjal. Ketika
dewasa, anak yang menderita stunting mudah mengalami kegemukan sehingga
rentan terhadap serangan penyakit tidak menular seperti jantung, stroke ataupun
diabetes. Stunting menghambat potensi transisi demografis Indonesia dimana
rasio penduduk usia tidak bekerja terhadap penduduk usia kerja menurun. Belum
lagi

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 dan 2018, untuk Provinsi
Sulawesi tengah menunjukkan tren penurunan prevalennsi balita gizi kurang
(underweigth) dari 24,0% menjadi 19,6%, penurunan prevalensi balita pendek
(stunting) dari 42,1% menjadi 32,2%, sedangkan prevalensi balita kurus (wasting)
mengalami tren kenaikan dari 9,4% menjadi 12,2%.

B. PENERIMA MANFAAT

Penerima manfaat dari kegiatan Desiminasi Stunting berdasarkan hasil surveilance gizi
berbasis e-ppgbm :
- Puskesmas
- Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
- Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
- Pemda Kabupaten/Kota
- Kementerian Kesehatan

C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN


Desiminasi stunting hasil surveilance gizi berbasis e-ppgbm
a. Tujuan
Agar kelompok target atau individu memperoleh informasi,timbul
kesadaran,menerima dan akhirnya memanfaatkan informasi tersebut
Kegiatan ini dilaksanakan di tingkat kabupaten dan tingkat kecamatan sebanyak 7
(tujuh) kecamatan (Kecamatan dampal selatan,kecamatan dampal utara,kecamatan
dondo,kecamatan basidondo,kecamatan lampasio,kecamatan ogodeide dan
kecamatan tolitoli utara)

b. Peserta Desiminasi stunting hasil surveilance gizi berbasis e-ppgbm

a. Camat, sektor terkait,kepala puskesmas, program terkait,kepala desa,kader dan


pendamping desa

2
b. Narasumber Desiminasi stunting hasil surveilance gizi berbasis e-ppgbm :
1). Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
2). Instansi/OPD terkait
3). Pejabat Dinas Kesehatan Kabupaten

c. Panitia : Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten

d. Tahapan, Pelaksana dan Waktu Pelaksanaan


Tahapan pelaksanaan Desiminasi stunting hasil surveilance gizi berbasis e-ppgbm

April
KEGIATAN
M1 M2 M3 M4
Rapat XXX
Persiapan XXX
Pelaksanaan XXX
Penyusunan Laporan XXX

Pendalaman Strategi Pencapaian/Metode Pelaksanaan sebagai berikut :


Jadwal
Kegiatan Jenis Belanja Pelaksanaan Penarikan
Bulan Minggu Bulan Minggu
Desiminasi Stunting Belanja bahan April III April III
Berdasarkan Hasil Surveilans Belanja Jasa Profesi April III April III
Gizi Berbasis e PPGBM Belanja akomodasi April III April III
dan transportasi

D. KURUN WAKTU PENCAPAIAN KELUARAN


Pelaksanaan kegiatan ditargetkan bulan April tahun 2020 setelah pelaksanaan Pendataan
dan Pengentrian.
.
E. BIAYA YANG DIPERLUKAN

Perkiraan total biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan Desiminasi Stunting berdasarkan
hasil Surveilance Gizi berbasis e PPGBM sebesar Rp. 70.774.000,- (Tujuh puluh juta tujuh
ratus tujuh puluh empat ribu rupiah). Biaya lebih rinci tercantum dalam RAB yang
merupakan satu kesatuan dengan TOR.

Tolitoli,

Kepala Dinas Kesehatan


Kabupaten Tolitoli

Drs.Bakri Idrus,Apt,MM.
NIP. 19670209 199302 1 001

KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE

3
PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
TAHUN ANGGARAN 2020

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan RI


Unit Eselon I / II : Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat /
Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah
Program : Perbaikan Gizi Masyarakat
Sasaran Program : Meningkatnya Perbaikan Status Gizi Masyarakat
Indikator Kinerja Program : Persentase Tenaga Puskesmas yang mengikuti kegiatan
orientasi tatalaksana gizi buruk
Kegiatan : Orientasi Tatalaksana Gizi Buruk
Sasaran Kegiatan : Dokter/Perawat dan Petugas Gizi Puskesmas
Indikator Kinerja Kegiatan : Jumlah tenaga yang dilatih
Keluaran (Output) : Peningkatan Kompetensi Dokter/Perawat dan Tenaga
Gizi Puskesmas dalam menangani kasus gizi buruk
Volume Keluaran (Output) : Terlaksananya Orientasi Tatalaksana Gizi Buruk pada 30
orang tenaga puskesmas
Satuan Ukur Keluaran (Output) : 100%
Penandaan Anggaran (Tagging) : Prioritas Nasional Kesehatan

B. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
a. Undang - Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan.
b. Undang - Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang perlindungan anak
c. SE Menkes Nomor 1209?menkes/X/1998 tentan monitoring dan penanggulangan
krisis kesehatan (KLB Gizi Buruk)
d. Peraturan Pemerintah Nomor :38 Tahun 2007 tentang Urusan Wajib Bidang
Kesehatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota
e. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar Teknis
Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan
f. PMK Nomor 14 Tahun 2019 Tentang Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi
g. PMK Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Upaya Perbaikan Gizi
h. Peraturan Presiden RI Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi
i. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 41 tahun 2014 tentang Pedoman Gizi
Seimbang
a. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 51 Tahun 2016 tentang Standar Produk
Suplementasi Gizi.
b. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
c. Surat Edaran Dirjen Kesehatan Masyarakat Nomor : HK.02.02/V/407/2017 tentang
Pemberian Suplementasi Gizi PMT Ibu Hamil, PMT Anak Balita dan PMT Anak
Sekolah

2. Tugas dan Fungsi Unit Kerja Terkait dan/atau Penugasan Tambahan


a. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 64 Tahun 2015 tentang Struktur Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan RI (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 1508)
b. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 06 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas–Dinas Daerah Provinsi Sulawesi
Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2008 Nomor 06);
c. Peraturan Gubernur Sulawesi Tengah Nomor 13 Tahun 2009 tentang Uraian
Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah.

2. Gambaran Umum
a. Definisi Operasional
 Balita kurus adalah balita yang berdasarkan hasil pengukuran berat badan
menurut panjang badan/tinggi badan < - 2 SD (Standar Deviasi)
 Balita buruk adalah balita yang berdasarkan hasil pengukuran berat badan
menurut panjang badan/tinggi badan < - 3 SD (Standar Deviasi) dan atau disertai
gejala klinis (kwashiorkor, marasmus, marasmus-kwashiorkor)

4
 Kasus gizi buruk yang mendapatkan perawatan adalah balita gizi buruk yang
dirawat inap maupun rawat jalan di fasilitas pelayanan kesehatan dan
masyarakat.
 Makanan Tambahan (MT) Penyuluhan adalah makanan tambahan yang
diberikan kepada seluruh sasaran dan sekaligus dapat memberikan edukasi
kepada kelompok sasaran agar dapat menyajikan dan mengkonsumsi makanan
bergizi seimbang sesuai kelompok usia untuk pencegahan risiko Ibu hamil KEK
dan balita kurus dengan waktu pemberian maksimal selama 1 bulan.
 Makanan Tambahan (MT) Pemulihan adalah makanan tambahan yang diberikan
untuk meningkatkan status gizi pada sasaran
 Makanan Tambahan (MT) Balita adalah suplementasi gizi berupa
makanantambahan dalam bentuk biskuit dengan formulasi khusus dan
difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang diberikan kepada anak balita usia 6-
59 bulan, dan prioritas dengan kategori kurus untuk mencukupi kebutuhan gizi.
 Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan terorganisir/trestruktur untuk
identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut
 Edukasi gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesan-pesan gizi dan
kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap serta perilaku positif pasien/klien dan
lingkungannnya terhadap upaya perbaikan gizi dan kesehatan.
 Surveilans gizi adalah kegiatan pengamatan secara teratur dan
terus menerus terhadap status gizi masyarakat sebagai dasar untuk membuat
keputusan dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat melalui
pengamatan secara terus menerus, tepat waktu dan teratur terhadap keadaan
gizi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
 Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas adalah setiap orang yang
memberikan pelayanan gizi berupa upaya untuk memperbaiki atau meningkatkan
makanan, dietetik masyarakat, kelompok atau klien yang merupakan suatu
rangkaian yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisa, simpulan, anjuran
implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai
status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit

b. Latar Belakang
kondisi gizi buruk pada anak tidak terjadi secara tiba-tiba, ada proses yang
menyebabkan kondisi itu terjadi. “Deteksi dini oleh teman-teman di lapangan
sangat diperlukan untuk menekan gizi buruk,” Jika pada wilayah kerja petugas
kesehatan ada posyandu, mereka dapat menggiring para ibu untuk rutin
menimbang berat badan anaknya secara berkala di sana. Petugas perlu jeli jika
ada anak yang menunjukkan gejala penurunan berat badan. Mereka harus
intervensi sesegera dan sebaik mungkin, sehingga tidak ada istilahnya gizi kurang,
bahkan gizi buruk. Perlu dilihat apa penyebabnya, apakah ada penyakit yang
mendasari, sehingga terjadi gizi buruk atau hanya karena pola makan yang salah.
Jika terdeteksi penyakit langsung ditangani di puskesmas. Jika dokter di
puskesmas tidak mampu, bisa dirujuk pada dokter spesialis anak,”
Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan gizi di puskesmas perlu
memahami tentang tata laksana gizi buruk, sehingga dapat menentukan diagnosis
dan intervensi gizi dengan tepat dan cepat, baik pada pelayanan gizi
perseorangan maupun gizi masyarakat. Tenaga yang memberikan pelayanan gizi
puskesmas idealnya adalah tenaga profesional yang memberikan pelayanan
fungsional teknis mengenai layanan gizi, meliputi aspek asuhan, gizi klinis, asuhan
gizi masyarakat, dan penyelenggaraan makanan sebagai substansi terapi pada
pasien.

Pada saat ini seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi tatalksana gizi
buruk menunjukkan bahwa kasus ini dapat ditangani dengan dua pendekatan.Gizi
buruk dengan komplikasi harus dirawat di rumah sakit,puskesmas
perawatan,pusat pemulihan gizi (PPG) atau Therapeutic feeding center (CFC)
sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan.
Penagnanan gizi buruk secara rawat jalan dan rawat inap merupakan jawaban
terhadap pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang perbaikan
gizi,yaitu setiap anak gizi buruk yang ditemukan harus mendapat perawatan
sesuai standar.

5
B. PENERIMA MANFAAT

Penerima manfaat dari Orientasi Tatalaksana Gizi Buruk adalah :


- Petugas Gizi Puskesmas
- Dokter di Puskesmas

C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN


1. Orientasi Tatalaksana Gizi Buruk
a. Tujuan
Tujan Umum :
Meningkatkan Pengetahuan dan keterampilan petugas tentang tatalaksana gizi
buruk
Tujuan khusus :
- Terselenggaranya kegiatan perawatan balita gizi buruk sesuai standar
- Dilakukan pendampingan balita gizi buruk baik pasca rawat inap maupun rawat
jalan.

b. Peserta Orientasi Tatalksana gizi buruk


a. Tenaga Gizi Puskesmas 15 orang
b. Tenaga dokter/Perawat 15 orang

c. Narasumber Orientasi Tatalksana gizi buruk :


a. Narasumber dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

d. Panitia : Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten


.
e. Metode Pelaksanaan
Kegiatan pembinaan dalam peningkatan pengetahuan gizi masyarakat melalui
Orientasi Tatalksana gizi buruk, dilaksanakan secara swakelola oleh Dinas
Kesehatan kabupaten dan akan dilaksanakan di ibu kota kabupaten.

f. Tahapan, Pelaksana dan Waktu Pelaksanaan


Tahapan pelaksanaan Orientasi Tatalksana gizi buruk:

Maret
KEGIATAN
M1 M2 M3 M4
Rapat XXX
Persiapan XXX
Pelaksanaan XXX
Penyusunan Laporan XXX

Pendalaman Strategi Pencapaian/Metode Pelaksanaan sebagai berikut :

Jadwal
Kategori
Kagiatan Jenis Belanja Pelaksanaan Penarikan
(U/P)
Bulan Minggu Bulan Minggu
Orientasi Belanja bahan U Maret II Maret II
tatalaksana Gizi Belanja Jasa U Maret II Maret II
Buruk Profesi
Belanja U Maret II Maret II
akomodasi dan
transportasi

6
D. KURUN WAKTU PENCAPAIAN KELUARAN
Pelaksanaan kegiatan ditargetkan di minggu ke dua bulan maret tahun 2020.
.
E. BIAYA YANG DIPERLUKAN

Perkiraan total biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan program perbaikan gizi Masyarakat
sebesar Rp. 65.198.800,- (Enam puluh lima juta seratus Sembilan puluh delapan ribu
delapan ratus rupiah). Biaya lebih rinci tercantum dalam RAB yang merupakan satu
kesatuan dengan TOR.

Tolitoli,

Kepala Dinas Kesehatan


Kabupaten Tolitoli

Drs.Bakri Idrus,Apt,MM.
NIP. 19670209 199302 1 001

7
KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE
PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
TAHUN ANGGARAN 2020

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan RI


Unit Eselon I / II : Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat /
Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah
Program : Perbaikan Gizi Masyarakat
Sasaran Program : Meningkatnya Perbaikan Status Gizi Masyarakat
Indikator Kinerja Program : - Persentase balita BGM,Gizi Kurang,Gizi Buruk dan Ibu
Hamil KEK yang mendapat PMT
- Persentase Puskesmas yang melaksanajan e
PPGBM
Kegiatan : Monev Pelaksanaan PMT Pabrikan dan PMT Lokal serta
pelaksanaan e PPGBM di puskesmas
Sasaran Kegiatan : Petugas Gizi Puskesmas,Balita BGM,Gizi Kurang,Gizi
Buruk dan ibu hamil KEK yang mendapat PMT
Indikator Kinerja Kegiatan : 1.  Jumlah Balita BGM,Gizi Kurang,Gizi Buruk dan Ibu
hamil KEK yang mendapat PMT
2. Jumlah Puskesmas yang menggunakan aplikasi e
PPGBM
Keluaran (Output) : 1. Semua Kasus Balita BGM,Gizi Kurang,Gizi Buruk dan
Ibu Hamil KEK mendapat PMT
2. Semua Puskesmas melaksanakan aplikasi e PPGBM
Volume Keluaran (Output) : 13 Puskesmas
Satuan Ukur Keluaran (Output) : Dokumen
Penandaan Anggaran (Tagging) : Prioritas Nasional Kesehatan

A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum

a. Undang-undang Nomor 36 Tahun


2009 tentang Kesehatan.
b. Peraturan Pemerintah Nomor :38 Tahun 2007 tentang Urusan Wajib Bidang
Kesehatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota
c. Peraturan Presiden RI Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi
d. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2015 - 2019
e. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 28 bahwa surveilans
gizi merupakan kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap
masalah gizi dan indikator pembinaan gizi masyarakat agar dapat melakukan
tindakan penanggulangan secara efektif dan efesien serta tindak lanjut sebagai
respon terhadap perkembangan informasi.
f. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar Teknis
Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan
g. Surat Edaran Dirjen Kesehatan Masyarakat Nomor : HK.02.02/V/407/2017 tentang
Pemberian Suplementasi Gizi PMT Ibu Hamil, PMT Anak Balita dan PMT Anak
Sekolah

2. Tugas dan Fungsi Unit Kerja Terkait dan/atau Penugasan Tambahan

a. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 64 Tahun 2015 tentang Struktur Organisasi


dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan RI (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 1508)
b. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 06 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas–Dinas Daerah Provinsi Sulawesi
Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2008 Nomor 06);
c. Peraturan Gubernur Sulawesi Tengah Nomor 13 Tahun 2009 tentang Uraian
Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah.

8
3. Gambaran Umum
a. Definisi Operasional
 Ibu Hamil KEK adalah ibu hamil Kekurangan Energi Kronikyang diketahui dari
hasil pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) < 23,5 cm.
 Balita kurus adalah balita yang berdasarkan hasil pengukuran berat badan
menurut panjang badan/tinggi badan < - 2 SD (Standar Deviasi)
 Balita Stunting adalah balita yang berdasarkan hasil pengukuran panjang badan
atau tinggi badan menurut umur < -2 SD (Standar Deviasi)
 Balita buruk adalah balita yang berdasarkan hasil pengukuran berat badan
menurut panjang badan/tinggi badan < - 3 SD (Standar Deviasi) dan atau disertai
gejala klinis (kwashiorkor, marasmus, marasmus-kwashiorkor)
 Makanan Tambahan (MT) Pemulihan adalah makanan tambahan yang diberikan
untuk meningkatkan status gizi pada sasaran
 Makanan Tambahan (MT) Balita adalah suplementasi gizi berupa
makanantambahan dalam bentuk biskuit dengan formulasi khusus dan
difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang diberikan kepada anak balita usia 6-
59 bulan, dan prioritas dengan kategori kurus untuk mencukupi kebutuhan gizi.
 Makanan Tambahan (MT) Ibu hamil adalah suplementasi gizi berupa biskuit lapis
yang dibuat dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan mineral
yang diberikan kepada ibu hamil, dan prioritas dengan kategori Kurang Energi
Kronis (KEK) untuk mencukupi kebutuhan gizi.
 Surveilans gizi adalah kegiatan pengamatan secara teratur dan terus menerus
terhadap status gizi masyarakat sebagai dasar untuk membuat keputusan dalam
upaya meningkatkan status gizi masyarakat melalui pengamatan secara terus
menerus, tepat waktu dan teratur terhadap keadaan gizi dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
 Surveilans gizi melalui e-PPGBM adalah kegiatan surveilans gizi dengan
memanfaatkan aplikasi pencatatan pelaporan gizi berbasis masyarakat yang
berisi data indikatorprogram gizi berbasis individu
 Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas adalah setiap orang yang memberikan
pelayanan gizi berupa upaya untuk memperbaiki atau meningkatkan makanan,
dietetik masyarakat, kelompok atau klien yang merupakan suatu rangkaian yang
meliputi pengumpulan, pengolahan, analisa, simpulan, anjuran implementasi dan
evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan
optimal dalam kondisi sehat atau sakit

b. Latar Belakang
Direktorat Gizi Masyarakat telah mengembangkan sistem aplikasi online Elektronik
Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) sejak tahun 2017
dengan data dasar individu by name by adress.Penggunaan e PPGBM bertujuan
agar tenaga pelaksana gizi dan pemangku kebijakan di daerah lebih muda dalam
mengamati permasalahan gizi di wilayah mereka untuk selanjutnyamengambil
keputusan terhadap respon dan tindakan apa yang akan dilakukan baik secara
komunitas maupun individu.
Informasi yang dihasilkan dapat membantu siklus surveilans gizi terutama untuk
analisis data dalam melakukan intervensi masalah gizi di wilayah kerja.

Masalah gizi dapat terjadi pada setiap siklus kehidupan, dimulai sejak janin. hingga
menjadi bayi, anak, dewasa sampai usia lanjut. Saat ini Indonesia menghadapi
masalah gizi ganda yaitu gizi kurang dalam bentuk Kurang energy Protein, kurang
vitamin A, Anemia dan gangguan akibat kurang Iodium dan gizi lebih berkaitan
dengan timbulnya penyakit degenerative seperti Diabetes Mellitus,
jantung,hipertensi,dll. Masalah gizi kurang merupakan salah satu faktor penyebab
kematian bayi. Keadaan tersebut secara langsung disebabkan oleh asupan gizi
yang kurang mencukupi gizi balita. Oleh sebab itu untuk membantu mencukupi
kebutuhan gizi masyarakat tentang anak balita, pemerintah mengembangkan
program Pemberian Makanan Tambahan (PMT).

PMT pemulihan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita sekaligus


sebagai pembelajaran bagi ibu dari balita sasaran. PMT pemulihan diberikan dalam
bentuk makanan atau bahan makanan lokal. Hanya dikonsumsi oleh balita gizi

9
buruk dan sebagai tambahan makanan sehari-hari bukan sebagai makanan
pengganti makanan utama.

Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan lokal. Jika bahan
lokal terbatas dapat digunakan makanan pabrikan yang tersedia di wilayah setempat
dengan memperhatikan kemasan, label dan masa kadaluarsa untuk keamanan pangan.
Diuatamakan berupa sumber protein hewani dan nabati serta sumber vitamin dan mineral
terutama berasaal dari sayur dan buah. PMT pemulihan ini diberikan sekali dalam satu hari
selama 90 hari berturut-turut atau 3 bulan.

Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan lokal. Jika bahan
lokal terbatas dapat digunakan makanan pabrikan yang tersedia di wilayah setempat
dengan memperhatikan kemasan, label dan masa kadaluarsa untuk keamanan pangan.
Diuatamakan berupa sumber protein hewani dan nabati serta sumber vitamin dan mineral
terutama berasaal dari sayur dan buah. PMT pemulihan ini diberikan sekali dalam satu hari
selama 90 hari berturut-turut atau 3 bulan.

Sedangkan PMT pemulihan berbasis bahan makanan lokal ada dua jenis yanitu berupa
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk bayi dan anak usia 6 – 23 bulan ) dan
makanan tambahan untuk pemulihan anak balita 24-59 bulan berupa makanan keluarga.

B. PENERIMA MANFAAT
Penerima manfaat dari kegiatan monev pelaksanaan PMT pabrikan dan PMT lokal serta
pelaksanaan eppgbm di puskesmas adalah :
- Puskesmas
- Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
- Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
- Pemda Kabupaten/Kota
- Kementerian Kesehatan

C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN


Monev pemantauan pelaksanaan PMT pabrikan dan PMT Lokal serta pelaksanaan
kegiatan e-ppgbm di puskesmas.
a. Tujuan
untuk memperoleh informasi gambaran pelaksanaan kegiatan PMT dan
pelaksanaan e-ppgbm yang ada di puskesmas, kendala masalah dalam
pelaksanaan, pemacahan masalah serta sinkronisasi data antara puskesmas
dan kabupaten.
b. Pelaksana kegiatan :
Kegiatan Monev pemantauan pelaksanaan PMT pabrikan dan PMT Lokal serta
pelaksanaan kegiatan e-ppgbm di puskesmas ini dilakukan oleh Kepala Bidang,Kepala
seksi yang membawahi program gizi serta pengelola program gizi itu sendiri.
c. Metode Pelaksanaan
Kegiatan monev ini, dilaksanakan dalam bentuk investigasi kasus, pembinaan teknis,
monitoring evaluasi dilaksanakan secara swakelola oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
d. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
1)Tahapan
a. Persiapan pelaksanaan kegiatan, surat tugas dan SPPD
b. Pelaksanaan kegiatan investigasi kasus, pembinaan teknis, monitoring
evaluasi
c. Pelaporan kegiatan
2) Waktu pelaksanaan

Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun jul Agt sep Okt Nov Des
Monev
pemanta X
uan
pelaksan
aan PMT
pabrikan
dan PMT
lokal
serta
pelaksan

10
aan
kegiatan
e-ppgbm

Pendalaman Strategi Pencapaian/Metode Pelaksanaan sebagai berikut :


Jadwal
Akun Kategori
Kegiatan Pelaksanaan Penarikan
Belanja (U/P)
Bulan Minggu Bulan Minggu
Monev Perjala U Mar I – IV Mar I – IV
pemantauan nan
pelaksanaan dinas
PMT pabrikan dalam
daerah
dan PMT lokal
serta
pelaksanaan
kegiatan e-
ppgbm

D. KURUN WAKTU PENCAPAIAN KELUARAN


Pelaksanaan kegiatan ditargetkan di Bulan Maret tahun 2020.
.
E. BIAYA YANG DIPERLUKAN

Perkiraan total biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan program perbaikan gizi Masyarakat
sebesar Rp. 21.470.000,- (Dua puluh satu juta empat ratus tujuh puluh ribu rupiah). Biaya
lebih rinci tercantum dalam RAB yang merupakan satu kesatuan dengan TOR.

Tolitoli,

Kepala Dinas Kesehatan


Kabupaten Tolitoli

Drs.Bakri Idrus,Apt,MM.
NIP. 19670209 199302 1 001

11
KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE
PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
TAHUN ANGGARAN 2020

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan RI


Unit Eselon I / II : Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat /
Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah
Program : Perbaikan Gizi Masyarakat
Sasaran Program : Meningkatnya Perbaikan Status Gizi Masyarakat
Indikator Kinerja Program : Persentase Kasus Gizi Buruk dan Gizi Kurang yang
ditemukan
Kegiatan : Pelacakan Kasus Gizi Buruk dan Gizi Kurang
Sasaran Kegiatan : Balita
Indikator Kinerja Kegiatan : Jumlah kasus gizi buruk dan gizi kurang yang ditemukan
Keluaran (Output) : Diperolehnya Informasi Kasus Gizi Buruk dan Gizi Kurang
secara cepat dan akurat
Volume Keluaran (Output) : 15 Puskesmas
Satuan Ukur Keluaran (Output) : 100 %
Penandaan Anggaran (Tagging) : Prioritas Nasional Kesehatan

C. LATAR BELAKANG

1. Dasar Hukum
a. Undang-undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan.
b. Peraturan Pemerintah Nomor :38 Tahun 2007 tentang Urusan Wajib Bidang
Kesehatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota
c. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar Teknis
Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan
d. Peraturan Presiden RI Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi
e. Kepmenkes RI Nomor 145/Menkes/SK/I/2007 tentang pedoman Penanggulangan
Bencana Bidang Kesehatan
f. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 28 bahwa surveilans gizi
merupakan kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap masalah
gizi dan indikator pembinaan gizi masyarakat agar dapat melakukan tindakan
penanggulangan secara efektif dan efesien serta tindak lanjut sebagai respon
terhadap perkembangan informasi.

2. Tugas dan Fungsi Unit Kerja Terkait dan/atau Penugasan Tambahan


a. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 64 Tahun 2015 tentang Struktur Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan RI (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 1508)
b. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 06 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas–Dinas Daerah Provinsi Sulawesi
Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2008 Nomor 06);
c. Peraturan Gubernur Sulawesi Tengah Nomor 13 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas,
Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah.

3. Gambaran Umum

a. Definisi Operasional
 Balita kurus adalah balita yang berdasarkan hasil
pengukuran berat badan menurut panjang badan/tinggi badan < - 2 SD (Standar
Deviasi)
 Balita Stunting adalah balita yang berdasarkan hasil pengukuran panjang badan
atau tinggi badan menurut umur < -2 SD (Standar Deviasi)
 Balita buruk adalah balita yang berdasarkan hasil pengukuran berat badan
menurut panjang badan/tinggi badan < - 3 SD (Standar Deviasi) dan atau disertai
gejala klinis (kwashiorkor, marasmus, marasmus-kwashiorkor)

12
 Edukasi gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesan-pesan gizi dan
kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap serta perilaku positif pasien/klien dan
lingkungannnya terhadap upaya perbaikan gizi dan kesehatan.

 Surveilans gizi adalah kegiatan pengamatan secara teratur dan terus menerus
terhadap status gizi masyarakat sebagai dasar untuk membuat keputusan dalam
upaya meningkatkan status gizi masyarakat melalui pengamatan secara terus
menerus, tepat waktu dan teratur terhadap keadaan gizi dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.

b. Latar Belakang

Program perbaikan gizi masyarakat merupakan program pokok untuk mewujudkan


derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Masalah gizi merupakan masalah yang
penanganannya harus dilaksanakan secara terpadu dengan berbagai sektor, bukan
hanya dengan pendekatan medis. Masalah gizi berkaitan erat dengan masalah ekonomi
dan perilaku serta pengetahuan masyarakat. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang
kesehatan dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat akan
pentingnya kesehatan dan dampak kedepan jika kesehatan terabaikan. Keadaan gizi
masyarakat yang optimal, dapat meningkatkan produktifitas dan angka harapan hidup
masyarakat.
Gizi Buruk merupakan akibat dari kekurangan gizi tingkat berat yang bila tidak ditangani
secara cepat,tepat dan konfrehensif dapat mengakibatkan kematian.
Penanganan gizi buruk sangat terkait dengan strategi sebuah bangsa dalam
menciptakan sumber daya manusia yang sehat,cerdas dan produktif.Upaya peningkatan
sumber daya manusia yang berkualitas dimulai dengan cara penanganan pertumbuhan
anak sebagai bagian dari keluarga dengan asupan gizi dan perawatan yang
baik.Dengan lingkungan keluarga yang sehat, maka hadirnya infeksi menular ataupun
penyakit masyarakat lainnya dapat dihindari.Ditingkat masyarakat,faktor-faktor seperti
lingkungan yang higienis,ketahanan pangan keluarga,pola asuh terhadap anak dan
pelayanan kesehatan primer sangat menentukan dalam membentuk anak yang tahan
gizi buruk.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 dan 2018, untuk Provinsi Sulawesi
tengah menunjukkan tren penurunan prevalennsi balita gizi kurang (underweigth) dari
24,0% menjadi 19,6%, penurunan prevalensi balita pendek (stunting) dari 42,1%
menjadi 32,2%, sedangkan prevalensi balita kurus (wasting) mengalami tren kenaikan
dari 9,4% menjadi 12,2%.

B. PENERIMA MANFAAT

1. Penerima manfaat dari kegiatan Pelacakan kasus gizi buruk dan gizi kurang adalah :
- Puskesmas
- Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
- Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
- Kementerian Kesehatan

C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN


1. Pelacakan kasus gizi buruk dan gizi kurang
a. Tujuan
a. Ditemukannya kasus baru balita gizi buruk untuk dapat ditangani secara
cepat,tepat dan kofrehensif.
b. Teridentifikasinya faktor resiko gizi buruk disuatu wilayah sebagai bahan
informasi bagi sektor terkait dalam penentuan intervensi
c. Ditetapkannya rencana pencegahan dan penanggulangan gizi buruk secara
konfrehensif

b. Pelaksana kegiatan :
Kegiatan Pelacakan kasus gizi buruk dan gizi kurang dilaksanakan oleh kepala
seksi kesehatan keluarga dan gizi dan pengelola program gizi dinas kesehatan
kabupaten.

c. Metode Pelaksanaan
Kegiatan Pelacakan kasus gizi buruk dan gizi kurang ini, dilaksanakan secara
swakelola oleh Dinas Kesehatan kabupaten.

13
d. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
a. Tahapan
b. Persiapan pelaksanaan kegiatan, surat tugas dan SPPD
c. Pelaksanaan kegiatan pelacakan
d. Pelaporan kegiatan

b. Waktu pelaksanaan

Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun jul Agt sep Okt Nov
Pelacakan X X
kasus gizi
buruk dan
gizi
kurang

Pendalaman Strategi Pencapaian/Metode Pelaksanaan sebagai berikut :


Jadwal
Akun Kategori
Kegiatan Pelaksanaan Penarikan
Belanja (U/P)
Bulan Minggu Bulan Minggu
Pelacakan Perjalanan U Maret - I – IV Maret - I - IV
kasus gizi buruk dinas septem septem
dan gizi kurang dalam ber ber
daerah

F. KURUN WAKTU PENCAPAIAN KELUARAN


Pelaksanaan kegiatan ditargetkan bulan Maret dan September tahun 2020.
.
G. BIAYA YANG DIPERLUKAN

Perkiraan total biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan program perbaikan gizi Masyarakat
sebesar Rp. 13.050.000,- (Tiga Belas Juta Lima Puluh Ribu Rupiah). Biaya lebih rinci
tercantum dalam RAB yang merupakan satu kesatuan dengan TOR.

Tolitoli,

Kepala Dinas Kesehatan


Kabupaten Tolitoli

Drs.Bakri Idrus,Apt,MM.
NIP. 19670209 199302 1 001

14

Anda mungkin juga menyukai