PROGRAM GIZI
TAHUN 2020
PUSKESMAS BOJONEGARA
SERANG-BANTEN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-nya serta karunia-Nya karena kami dapat menyelesaikan Laporan
Tahunan Program Gizi UPT Puskesmas Bojonegara tahun 2020, sebagai sarana untuk
melaporkan hasil kegiatan Puskesmas selama satu tahun . Laporan Tahuna Program
Gizi UPT Puskesmas Bojonegara merupakan gambaran dan informasi hasil kinerja
yang telah dicapai Program Gizi UPT Puskesmas Bojonegara Tahun 2020. Banyak
kendala dan masalah dalam setiap kegiatan program, akan tetapi syukur Alhamdulillah
akhirnya berjalan walaupun hasil yang diharapkan tidak sesuai dengan yang
direncanakan dikarenakan masa pandemic covid 19.
Laporan Tahun Program Gizi UPT Puskemas Bojonegara ini kami susun
berdasarkan Indikator Kinerja dan Mutu Pelayanan Program Gizi yang dilakukan di
Puskesmas dengan tujuan untuk mengevaluasi atau menilai sejauh mana tingkat
keberhasilan pelayanan program gizi yang dilakukan selama setahun yang telah
berjalan dan digunakan sebagai pendoman untuk perencanaan kegiatan tahun 2021.
Dalam Penyusunan Laporan Tahunan Program Gizi UPT Puskesmas Bojonegara tahun
2020 menggunakan data dari Capaian kinerja Program Gizi.
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada rekan dan mitra kerja kami para
pemegang program di puskesmas Bojonegara, dengan kerja keras mereka pula semua
kegiatan yang ada di puskesmas dapat terselenggara dengan baik. Tak lupa kami
ucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak terutama rekan/ mitra
kerja kami baik dari swasta/LSM maupun pemerintahan yang telah membantu baik
secara moril maupun materil sehingga kami bisa menyelesaikan kegiatan program gizi.
Semoga kegiatan kami selanjutnya masih mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.
Mengetahui,
Kepala UPT Puskesmas Bojonegara
ii
Drg. Yatni Suprapti Nafisah
NIP.19740905 200701 2 003
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah gizi pada hakekatnya adalah masalah kesehatan masyarakat,
namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis
dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah
multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan
berbagai sektor yang terkait. Masalah gizi di Indonesia dan di negara
berkembang masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP),
masalah anemia besi, masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY),
masalah Kurang Vitamin A (KVA), stunting dan masalah obesitas terutama di
kota-kota besar yang perlu ditanggulangi.
Gizi bagi Balita adalah sesuatu yang sangat penting dan sangat
dibutuhkan karena berguna untuk tumbuh kembangnya. Ketika Balita
kekurangan gizi maka tidak hanya menimbulkan gangguan pertumbuhan fisik,
tetapi juga mempengaruhi kecerdasan dan produktivitas di masa dewasa. Salah
satu dampak dari kurang gizi yaitu gizi buruk (severe malnutrition). Gizi buruk
(severe malnutrition) adalah kondisi tubuh yang tampak sangat kurus karena
makanan yang dimakan setiap hari tidak dapat memenuhi zat gizi yang
dibutuhkan terutama energi dan protein. Gizi buruk tidak hanya disebabkan oleh
kondisi sosial, ekonomi, budaya keluarga, pola asuh, daya beli keluarga, dan
juga pengetahuan ibu, tetapi juga karena dipengaruhi oleh tidak cukupnya
konsumsi energi, protein dan zat gizi lain. Faktor langsung penyebab pertama
adalah makanan yang dikonsumsi, harus memenuhi jumlah dan komposisi zat
gizi yang memenuhi syarat gizi seimbang. Makanan lengkap gizi seimbang bagi
bayi sampai usia enam bulan adalah Air Susu Ibu (ASI), yang dilanjutkan dengan
tambahan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) bagi usia 6 bulan sampai 2 tahun
(Ana, dan Eko, 2018). Pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan
sejak dini, antara lain dengan perkenalan jam-jam makan dan variasi makanan
dapat membantu mengkoordinasikan kebutuhan akan pola makan sehat pada
anak (Tella dalam Waladow.dkk, 2013).
Pertumbuhan yang tidak maksimal dialami oleh sekitar 8,9 juta anak
Indonesia atau 1 dari 3 anak Indonesia mengalami stunting. Angka stunting atau
anak tumbuh pendek hasil riskesdas tahun 2018 walaupun mengalami
penurunan dari hasil riskesdas tahun 2013 dari 37,2 menjadi 30,8 persen, akan
tetapi masih termasuk tinggi jika mengacu pada data WHO yang prevalensinya
1
itu harus kurang dari 20 persen. Begitu juga hasil data pemerintahan status gizi
(PSG) tahun 2018 tingkat kabupaten serang 19,2 pesen balita mengalami
stunting, angka tersebut sudah termasuk balita stunting yang ada di wilayah
Kecamatan bojonegara sebanyak 220 balita. Pemerintah Indonesia meluncurkan
“Gerakan 1.000 Hari Pertama Kehidupan” yang dikenal sebagai 1.000 HPK.
Masa 1000 hari pertama kehidupan (HPK), yang bermula sejak saat konsepsi
hingga anak berusia 2 tahun, merupakan masa paling kritis untuk memperbaiki
perkembangan fisik dan kognitif anak. Beberapa penelitian melaporkan bahwa
tumbuh kembang anak tidak hanya pada 2 tahun pertama saja, jika pemerintah
hanya terfokus pada 1000 HPK tanpa melihat perkembangan berikutnya, maka
pasca program 1000 HPK akan bermunculan masalah gizi yang lain. Efek jangka
pendeknya dapat menyebabkan perkembangan otak, pertumbuhan masa tubuh
dan komposisi badan terhambat, serta gangguan metabolisme glukosa, lipid,
protein dan hormone.
Di Puskesmas Bojonegara setiap program sudah mempunyai Inovasi.
Salah satunya yaitu Inovasi program gizi. Inovasi program gizi yaitu Permata FE
(Pelajar mengenal dan memahami Tablet FE), Bonceng (Bojonegara Cegah
Stunting), Pawal Asik (Program Kawal Asi Eksklusif), Ramah Anak ASIK (Aktif,
Kreatif, Sehat dan Imajinatif), Germani Cating (Gerakan Makan Ikan Cegah
Stunting). Tujuan dengan diadakannya Inovasi yaitu untuk mencegah dan
menanggulangi adanya masalah gizi di Puskesmas Bojonegara.
1. Tujuan Umum :
Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah sebagai gambaran dan
evaluasi dari hasil kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Tenaga Pelaksana
Gizi Puskesmas Bojonegara pada tahun 2020 dan merencanakan program
kerja di tahun 2021 untuk meningkatkan status gizi masyarakat , sehingga
tercapainya derajat hidup sehat dikecamatan Bojonegara tahun 2021.
2. Tujuan Khusus :
a. Mengidentifikasi masalah program gizi kesehatan masyarakat di UPT
Puskesmas Bojonegara.
b. Menetapkan prioritas masalah program gizi kesehatan masyarakat di UPT
Puskesmas Bojonegara.
c. Menentukan rencana kegiatan dari masalah yang menjadi prioritas di UPT
Puskesmas Bojonegara.
3. Manfaat
a. Sebagai bahan penilaian kinerja puskesmas tahun 2020
b. Sebagai bahan evaluasi dalam rangka menyusun rencana kerja di tahun
2
2021
c. Sebagai bahan masukan terutama dalam rangka review tahunan kondisi
kesehatan masyarakat di Kecamatan Bojonegara
d. Sebagai salah satu bahan informasi baik bagi UPT Puskesmas
Bojonegara,
Dinas Kesehatan Kabupaten Serang dan Masyarakat yang ada di wilayah
kerja puskesmas bojonegara.
3
BAB II
ANALISA SITUASI
A. DATA UMUM
1. Letak geografis dan luas wilayah
Puskesmas Bojonegara adalah wilayah kecamatan dengan Tempat
perawatan (Puskesmas BLUD) yang berlokasi di Desa Bojonegara
Kecamatan Bojonegara Kabupaten Serang.
Dengan Cakupan wilayah kerja seluar 104,5 km 2 yang terdiri dari 11 desa
yaitu Desa Bojonegara, Karangkepuh, Mangkunegara, Kertasana,
Wanakarta, Lambangsari, Ukirsari,Margagiri, pengarengan , Pakuncen ,
Mekarjaya. Desa yang letak geografisnya sulit ditempuh dengan kendaraan
roda 4 yaitu Desa Pengarengan, Pakuncen, dan Mekarjaya ( desa
pemekaran dari pengarengan)
Batas wilayah kerja Puskesmas Bojonegara :
a. Sebelah utara : Berbatasan dengan Pulo Ampel
b. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan
c. Sebelah Timur : Kramatwatu
d. Sebelah Barat : Berbatasan Laut dengan Kasemen
Berbatasan dengan Kota Cilegon
2. Data Kependudukan
Jumlah penduduk yang ada diwilayah Puskesmas Bojonegara adalah
44.331 jiwa dengan 12.702 Kepala Keluarga yang terdiri dari 22.694 pria dan
21.637 wanita. Mayoritas pendudukan Bojonegara beragama Islam.
Sumber mata pencaharian pada penduduk Bojonegara adalah nelayah
(1,28%),pedagang ( 2,5%) petani (5,80%), buruh (22,96%), PNS (1,24%),
pegawai Swasta (13,63%) sedangkan sisanya tidak bekerja sebesar
(35,84%). Mayoritas tingkat pendidikan penduduk Bojonegara adalah
mayoritaas tamatan SD sebanyak (30,3%).
3. Jumlah Sarana Kerja
Jumlah sarana kerja di Wilayah Kerja Puskesmas Bojonegara sebagai
berikut:
Puskesmas : 1 puskesmas
Pustu : 2 pustu
Poskesdes : 1 Poskesdes
Posyandu : 60 Posyandu
4
B. KETENAGAAN
1. Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Bojonegara
Jumlah tenaga kesehatan dan tenaga pendukung yang terdapat di wilayah
Kerja Puskesmas Bojonegara adalah sebagai berikut :
5
C. SASARAN DAN TARGET KEGIATAN
Sasaran Program :
a. Bayi ( 0-11 bulan ) : 820
b. Balita ( 12-59 bulan ) : 4643
c. Bumil : 898
d. Bufas : 857
TARGET SPM :
1. D/S 74 75 78 80 82 84 86
Cakupan bumil
2 70 72 80 85 90 98 98
mendapatkan TTD
3 Vitamin A Balita 70 72 85 87 90 92 95
4 Vitamin A Bufas 74 75 80 85 87 90 90
5 TTD REMATRI 19 20 20 25 30 35 40
6 IMD 35 38 40 45 50 55 60
7 Asi Eksklusif 35 38 40 45 50 55 60
Bumil Kek
9 18 20 20 30 35 35 35
mendapatkan PMT
11 Posyandu Aktif 45 47 50 55 60 65 65
6
7
D. PENYEBAB MASALAH GIZI
E. PENYEBAB STUNTING
Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko
meningkatnya angka kematian, kemampuan kognitif dan perkembangan motorik
yang rendah serta fungsi tubuh yang tidak seimbang, perkembangan motorik
yang rendah serta fungsi-fungsi tubuh yang tidak seimbang (Allen, 2002).
Stunting pada balita perlu menjadi perhatian khusus karena dapat menghambat
perkembangan fisik dan mental anak. Stunting berkaitan dengan peningkatan
risiko kesakitan dan kematian serta terhambatnya pertumbuhan kemampuan
motorik dan mental (Kemenkes RI, 2010). Stunting juga meningkatkan risiko
obesitas, karena orang dengan tubuh pendek berat badan idealnya juga rendah.
Kenaikan berat badan beberapa kilogram saja bisa menjadikan Indeks Masa
Tubuh (IMT) orang tersebut naik melebihi batas normal. Keadaan overweight
dan obesitas yang terus berlangsung lama akan meningkatan risiko kejadian
penyakit degeneratif (Astari, 2005).
Status gizi ibu hamil sangat memengaruhi keadaan kesehatan dan
perkembangan janin. Gangguan pertumbuhan dalam kandungan dapat
menyebabkan berat lahir rendah (WHO, 2014). Penelitian di Nepal menunjukkan
bahwa bayi dengan berat lahir rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk
menjadi stunting (Paudel, et al., 2012). Panjang lahir bayi juga berhubungan
dengan kejadian stunting. Penelitian di Kendal menunjukkan bahwa bayi dengan
8
panjang lahir yang pendek berisiko tinggi terhadap kejadian stunting pada balita
(Meilyasari dan Isnawati, 2014). Faktor lain yang berhubungan dengan stunting
adalah asupan ASI Eksklusif pada balita.
Penelitian di Ethiopia Selatan membuktikan bahwa balita yang tidak
mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan berisiko tinggi mengalami stunting
(Fikadu, et al., 2014). Status sosial ekonomi keluarga seperti pendapatan
keluarga, pendidikan orang tua, pengetahuan ibu tentang gizi, dan jumlah
anggota keluarga secara tidak langsung dapat berhubungan dengan kejadian
stunting. Hasil Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa kejadian stunting balita
banyak dipengaruhi oleh pendapatan dan pendidikan orang tua yang rendah.
Keluarga dengan pendapatan yang tinggi akan lebih mudah memperoleh akses
pendidikan dan kesehatan sehingga status gizi anak dapat lebih baik
(Bishwakarma, 2011). Penelitian di Semarang menyatakan bahwa jumlah
anggota keluarga merupakan faktor risiko terjadinya stunting pada balita usia 24-
36 bulan (Nasikhah dan Margawati, 2012).
N
NAMA FASKES ALAMAT/DESA
O
G. INVENTARIS BARANG
9
BAB III
A. KEGIATAN PROGRAM
10
BAB IV
HASIL KEGIATAN
GIZI BURUK 1
STUNTING : 22
BALITA
STUNTING : 24
BALITA
STUNTING : 52
STUNTING : 41
BALITA
BALITA
STUNTING : 43
BALITA
STUNTING : 38
STUNTING : 30 BALITA
BALITA
GIZI BURUK
1
STUNTING : 43
BALITA STUNTING : 36
BALITA
GIZI BURUK 1
GIZI
BURUK 1
GIZI BURUK 4
STUNTING : 45
STUNTING : 22
BALITA
BALITA
11
B. PENANGGULANGAN STUNTING, IBU HAMIL KEK, GAKY DAN KEKURANGAN
ZAT GIZI MIKRO LAINNYA.
a. Pemantauan garam di Masyarakat
Berdasarkan dari grafik diatas dapat dilihat bahwa tahun 2019 KK yang
menggunakan garam beryodium yaitu 92% dan yang tidak beryodium ada 8 %.
Sedangkan pada tahun 2020 KK yang menggunakan garam yodium yaitu 95,2%
dan yang tidak beryodium yaitu 4,8. Hal ini disebabkan karena petugas gizi dan
lintas program melakukan Penyuluhan tentang garam garam yodium dan salah
satu upaya pencegaha GAKY yaitu dengan masyarakat mau mengkonsumsi
garam beryodium.
b. STUNTING
10
0
ra i i iri
a puh a ra
a na a rta s ar s ar g ga
n
ce
n
ay
a
eg e e g s k g i r g a n n rj
gk rta na an k ar e ku ka
j on n k un e a b U
M g ar a e
Bo ra g K W m n P M
Ka Man La Pe
Series 1
12
Berdasarkan pada grafik diatas dapat dilihat bahwa balita stunting tahun 2020
yang tertinggi berada di desa Margagiri sedangkan angka balita stunting yang
terendah di desa Kertasana dan Pakuncen.
Series 1
Berdasarkan hasil grafik diatas dapat dilihat bahwa kasus balita gizi buruk di
Puskesmas Bojonegara yaitu 7 balita gizi buruk.
d. ASI EKSKLUSIF
ASI EKSKLUSIF
DI KECAMATAN BOJONEGARA
TAHUN 2020
62 60.91 60.09
60 59.08 58.82
58
55.77
56
53.51
54 52.35 51.89 51.37
52
50
48
46
Berdasarkan hasil grafik diatas dapat dilihat bahwa Cakupan asi Eksklusif
Tertinggi berada di Desa Mekarjaya yaitu 60,91%. Hal ini disebabkan karena
petugas gizi, bidan atau kader melakukan penyuluhan di desa tentang pentingnya
13
asi eksklusif. Petugas gizi membuat kartu pantau asi dan sudah di bagikan disetiap
desa. Di desa Mekarjaya pengetahuan Ibu tentang asi sudah bagus dan banyak
dukungan dari keluarga terutama suami, banyak masyarakat yang sudah merubah
pola pikir untuk tidak memberikan MP-Asi pada bayi kurang dari 6 bulan. Sedangkan
capaian asi eksklusif terendah di Desa Bojonegara yaitu 51,37%. Hal ini disebabkan
karena banyak masyarakat yang beranggapan jika bayi menangis karena lapar,
mssih ada ibu yang belum memahami manfaat pembeian Asi Eksklusif bagi
bayinya , masih ada ibu yang memberikan MP-Asi (pisang, air tajin, madu, dan lain-
lain). Pada bayi baru lahir ,tidak adanya dukungan suami dan keluarga terdekat
untuk keberhasilan Asi Eksklusif, masih terpengaruh oleh iklan memalui media cetak
dan elektronik bahwa susu formula baik bagi kesehatan bayinya, asupan makan di
ibu menyusui yang kurang adekuat sehingga Asi tidak keluar/ keluar sedikit.
Asi Eksklusif adalah hanya memberikan ASI saja pada bayi 0-6 bulan tanpa
tambahan makanan dan minuman lain selain vitamin/obat (atas rekomendasi).
Untuk mengawal keberhasilan pemberian Asi Eksklusif program gizi Puskesmas
Bojonegara mempunya inovasi yaitu Pawal Asik (Program Kawal Asi Eksklusif)
yang bertujuan untuk.....
14
Pengadaan PMT dilakukan oleh Dinas Kesehatan kabupaten Serang
dengan dana APBN dan puskesmas dana CSR. Pendistribusian PMT sesuai
alokasi jumlah sasaran balita gizi buruk yang diterima yaitu 8 balita. PMT dari
dinas kesehatan terdiri dari biskuit balita usia >6 bulan. Selain biskuit, vitamin,
dan susu yang diterima dari dinas kesehatan kabupaten serang, puskesmas
bojonegara juga menerima susu formula untuk gizi buruk.
Grafik balita gizi buruk desa mana aja .....
15
Inovasi untuk tablet Fe masih mempunyai beberapa kendala yaitu masih
ada kepala sekolah dan dewan guru yang kurang kooperatif mendukung
Kegiatan Pemberian Ttd , Masih Ada Siswi Yang Tidak Mau Minum Ttd,
Masih Ada Siswi Yang Cuek Akan Bahaya Anemia, Pengkaderan Ulang Duta
Permata Fe Setiap Ajaran Baru, Pencatatan Dan Pelaporan Yang Belum Rutin
Dilaporkan Oleh Duta Alasan Padatnya Kegiatan Kesiswaan
2. Bonceng (Bojonegara Cegah Stunting)
Stunting (kerdil) merupakan keadaan di mana tinggi badan anak lebih
pendek dibanding anak lain seusianya, hal ini juga kenal dengan kondisi gagal
tumbuh pada anak Balita. Stunting disebabkan oleh kurangnya asupan gizi
yang diperoleh oleh bayi/janin selama masa 1000 hari pertama kehidupan, di
mana hal ini dapat menyebabkan kematian janin. Pemerintah Indonesia
meluncurkan “Gerakan 1.000 Hari Pertama Kehidupan” yang dikenal sebagai
1.000 HPK. Masa 1000 hari pertama kehidupan (HPK), yang bermula sejak
saat konsepsi hingga anak berusia 2 tahun, merupakan masa paling kritis
untuk memperbaiki perkembangan fisik dan kognitif anak. Menurut Riskesdas
Tahun 2018 balita stunting di provinsi banten mencapai 30,8%. Balita Stunting
dapat diketahui melalui EPPBGM (TB/U). Dari hasil EPPBGM ditemukan balita
stunting sebanyak 467 balita di Kecamatan Bojonegara tahun 2020. Untuk
mencegah stunting program gizi mengadakan kegiatan Pos gizi selama 3
bulan dengan sasaran balita stunting dan balita gizi kurang. Tempat untuk
kegiatan Pos gizi dijadikan satu. Kegiatan lainnya untuk mencegah stunting
yaitu penyuluhan dan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan di
posyandu. Petugas gizi meminta management untuk membuatkan SK
Stunting. Sosialisasi stunting dilakukan di aula Kecamatan Bojonegara dengan
mengundang ketua kader tiap desa.
Tujuan diadakan inovasi Bonceng yaitu Menurunkan angka stunting balita
di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Bojonegara , Meningkatkan kehadiran
ibu hamil dan balita ke posyandu , Mendeteksi dini balita gizi kurang dan
stunting , Memberikan penyuluhan program terintegrasi , Memberikan PMT
Pemulihan pada gizi kurang , Pencatatan dan pelaporan gizi berbasis
masyarakat (eppgbm) secara rutin setiap bulan.
Hambatan Kegiatan inovasi Bonceng yaitu Masih ada orang tua yang
tidak membawa anaknya ke posyandu , Masih ada posyandu yang belum
memiliki alat ukur BB/TB yang sesuai standar sehingga penilaian status gizi
tidak akurat , Masih adanya masyarakat yang tidak memiliki KK , Masih
adanya ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya ditenaga
kesehatan, Masih adanya balita yang tidak diberikan ASI eksklusif usia 0-6
bulan, Masih adanya orang tua yang melarang untuk Imunisasi , Masih
16
adanya calon pengantin yang belum imunisasi TT , Masih rendahnya sarana
air bersih dan sanitasi lingkungan , Dukungan lintas program dan lintas sektor
yang masih belum maksimal , Pencatatan dan pelaporan posyandu yang
masih kurang rapih , Masih ada desa yang belum melaksanakan pelatihan
kader.
3. PAWAL ASIK (Program Pemantauan Asi Eksklusif)
Pemberian Asi Eksklusif di berikan pada bayi usia 0-6 bulan setelah
melahirkan. Banyak ibu yang tidak memberikan asi eksklusif kepada bayi
dikarenakan asinya belum keluar, ibunya sibuk kerja. Pawal Asik yaitu Upaya
Pendampingan Terhadap Keberhasilan Pemberian Asi Eksklusif Oleh
Petugas Kesehatan Dan Kader Asik Dengan Melibatkan Suami, Keluarga,
Dan Masyarakat Sekitar Melalui Peningkatan Pengetahuan Asi. Tujuan
Inovasi Pawal Asik yaitu Meningkatkan Cakupan Asi Eksklusif ,
Meningkatkan Pengetahuan Ibu Bayi Dan Keluarga Tentang Pentingnya
Pemberian Asi Eksklusif , Ada Nya Dukungan Dari Suami, Keluarga Dan
Masyarakat Sekitar Terhadap Keberhasilan Asi Eksklusif , Merubah Pola
Pikir Keluarga Dan Masyarakat Untuk Tidak Memberikan Mp-Asi Pada Bayi
Kurang Dari 6 Bulan , Memberikan Penghargaan Kepada Ibu Yang Lulus
Memberikan Asi Eksklusif Berupa Sertifikat Asik.
Hambatan yang dialami dalam pemberian Asi Eksklusif yaitu Masih Ada
Ibu Yang Belum Memahami Manfaat Pembeian Asi Eksklusif Bagi Bayinya ,
Masih Ada Ibu Yang Memberikan Mp-Asi (Pisang, Air Tajin, Madu, Dll) Pada
Bayi Baru Lahir , Tidak Adanya Dukungan Suami Dan Keluarga Terdekat
Untuk Keberhasilan Asi Eksklusif, Masih Terpengaruh Oleh Iklan Memalui
Media Cetak Dan Elektronik Bahwa Susu Formula Baik Bagi Kesehatan
Bayinya , Asupan Makan Ibu Menyusui Yang Kurang Adekuat Sehingga Asi
Tidak Keluar/ Keluar Sedikit.
4. Ramah Anak ASIK (Aktif, Kreatif, Sehat dan Imajinatif)
Ramah anak yaitu Suatu Wujud Pelayanan Bidanag Kesehatan Yang
Memproyeksikan Kenyamanan Anak Saat Di Fasilitas Kesehatan. Tujuan
Inovasi Ramah Anak Asik adalah Memberi Kenyamanan Anak Pada Saat
Berada Di Fasilitas Kesehatan , Menyediakan Wadah Edukatif Dan Nyaman
Bagi Anak Untuk Melatih Tumbuh Kembang, Kreatifitas Dan Imajinasi Anak ,
Meningkatkan Anak Bersosialisasi Dengan Teman Sebaya , Mendukung
Program Pemerintah Tentang Ramah Anak.
5. Germani Cating (Gerakan Makan Ikan Cegah Stunting)
Inovas Germani Cating yaitu balita stunting diajurkan untuk
mengkonsumsi ikan setiap hari atau seminggu 3 kali. Kegiatan inovasi
Germani Cating dilakukan pada saat pos gizi. Menu untuk kegiatan pos gizi
17
lebih dianjurkan setiap dua hari sekali ada ikan. Tujuan Inovasi Germani
Canting yaitu mencegah balita stunting, meningkatkan pengetahuan ibu
balita supaya dapat memberikan menu makan anak selalu ada ikan,
Memberi pengetahuan kepada ibu balita tentang bahaya anak stunting,
Meningkatkan kemandirian ibu balita supaya anak mengkonsumsi makanan
bergizi seimbang, dan Membiasakan ibu balita supaya memberi makanan
pada anak selalu bergizi seimbang.
Kegiatan pos gizi gemani canting meliputi: pemantauan BB dan TB, demo
masak, edukasi kepada ibu balita, pemeriksaan fisik anak dan makan
bersama.
Hambatan Kegiatan Germani Cating yaitu Banyak ibu balita yang belum
mengetahui bahaya nya stunting, Tidak ada dukungan suami atau keluarga
terdekat tentang mengkonsumsi ikan, Ibu balita banyak yang tidak mau
membeli ikan di pasar, Ada beberapa anak yang tidak suka ikan.
18
rumah) ke balita tersebut untuk memantau tumbuh kembang balita. Berdasarkan
grafik di atas Cakupan K/S yaitu 99,96% dengan target 96%.
o K/S Cakupan Program
Cakupan kelangsungan program gizi posyandu sebesar 99,96%. Bila melihat
target tahun 2020 sebesar 96%, cakupan ini sudah mencapai target yang telah
ditetapkan.
o N/S Efektifitas Program
Cakupan Efektifitas Program posyandu sebesar 77%. Bila melihat target 2020
sebesar 75%, cakupan ini sudah mencapai target yang telah ditetapkan. Hal ini
disebabkan karena berbagai factor antara lain masih ada beberapa balita yang
tidak hadir di posyandu, pertumbuhan yang terganggu, asupan nutrisi yang
kurang, pola asuh orang tua, penyakit infeksi, dll. Akan tetapi Cakupan Efektifitas
sudah mencapai target.
o N/D’ Keberhasilan Program
Cakupan Keberhasilan Program posyandu sebesar 90,77. Bila melihat target
2020 sebesar 75%, hasil cakupan sudah mencapai target yang telah ditetapkan.
b. Cakupan Vitamin A
100
80
60
100 100
40
20
Februari Agustus
Berdasarkan dari grafik diatas dapat dilihat bahwa Cakupan Vitamin A untuk bayi
usia 6-11 bulan pada bulan Februari dan Agustus mencapai 100% dengan target
sasaran sebesar 90%.
19
CAKUPAN VITAMIN A BALITA(1-5 TAHUN)
KECAMATAN BOJONEGARA
TAHUN 2020
120
100
80
60
100 100
40
20
Februari Agustus
Berdasarkan dari grafik diatas dapat dilihat bahwa Cakupan Vitamin A untuk
balita usia 1–5 tahun bulan pada bulan Februari dan Agustus mencapai 100%
dengan target sasaran sebesar 90%.
20
c. CAKUPAN PEMBERIAN TABLET BESI PADA IBU HAMIL
FE 1 FE 3
21
akhir (pengumpulan data akhir). Sosialisai pos gizi mengundang ketua kader
tiap desa di aula Kecamatan Bojonegara. Pos gizi dilaksanakan di rumah –
rumah penduduk atau Posyandu dalam waktu 3 bulan dengan 5 - 10 anak gizi
kurang atau stunting dan ibunya/pengasuhnya. Sebelum kegiatan pos gizi
petugas gizi mengundang 2 perwakilan kader setiap desa untuk melakukan
demo masak di aula Puskemas.
Kegiatan Pos Gizi pertama kali dilakukan di Desa Kertasana. Pada setiap
kegiata pos gizi semua kader dilibatkan. Petugas Gizi membuatkan jadwal menu
makanan seminggu selama 3 bulan yang akan di masak oleh kader. Kader
dibuatkan pembagian jadwal pos gizi supaya pembagian tugasnya lebih efisien
dan mudah. Kegiatan Pos gizi kader yang sudah di jadwalkan harus memasak
sesuai menu yang sudah dibuatkan oleh petugas gizi. Pada hari pertama
kegiatan balita harus di timbang dan diukur tinggi badannya. Untuk
penimbangan pada balita dilakukan seminggu sekali sedangkan untuk
pengukuran tinggi badan dilakukan sebulan sekali. Jadwal pemberian makan
untuk balita yaitu pada minggu 0 dilakukan 7 kali pemberian makan, minggu
pertama dilakukan 7 kali pemberian makan , minggu kedua dilakukan 3 kali
pemberian makan, minggu ketiga dilakukan 3 kali pemberian makan, minggu ke
empat dilakukan 2 kali pemberian makan, minggu ke lima dilakukan 1 kali
pemberian makan, minggu ke enam dilakukan 1 kali pemberian makan, minggu
ke tujuh tidak dilakukan pos gizi , minggu ke delapan dilakukan 1 kali pemberian
makan, minggu ke Sembilan tidak dilakukan pos gizi, minggu ke sepuluh
dilakukan 1 kali pemberian makan, minggu ke sebelas tidak dilakukan kegiatan
pos gizi, minggu ke duabelas dilakukan 1 kali pemberian makan.
Selama kegiatan pos gizi petugas gizi memantau langsung dan
mengarahkan apa saja yang diperlukan untuk kegiatan pos gizi kepada kader.
Petugas gizi menghadiri pos gizi selama satu minggu, kemuadian petugas gizi
memantau kegiatan pos gizi melalui handphone (mandiri)kepada ketua kader,
dan ketua kader yang mengarahkan amanat dari petugas gizi. Hari pertama
kegiatan disiapkan spanduk, tempat makan balita, penyuluhan kepada ibu
balita, Melakukan konseling kepada ibu balita, melakukan pengukuran balita,
menyiapkan alat dan bahan juga tempat untuk memaksa, jadwal kegiata,
pembagian kader, pemantauan berat badan dan tinggi badan, Membuat catatan
porsi makan yang dihabiskan oleh balita, membuat absensi balita dan ibu balita.
Pada hari kedua petugas gizi menanyakan apakah makanan yang diberikan
kepada balita habis atau tidak, konseling kepada balita jika ada makanan yang
tidak habis. Kemudian ibu balita ditanyakan ada keluhan tidak setelah
mengkonsumsi makanan yang disediakan. Dan jika ada balita yang diare , batuk
pilek langsung dikonsulkan kepada dokter atau bidan dan langsung diberikan
22
obat. Begitupun seterusnya. Jika ada balita yang tidak datang ke pos gizi , kader
mengantarkan makanan kerumah balita yang tidak datang. Penyuluhan di pos
gizi dilakukan seminggu 3 kali selama 3 bulan. Pada minggu pertama balita
dilakukan penimbangan ulang, jika ada balita yang berat badannya turun,
dilakukan konseling oleh petugas gizi.
23
f. CAKUPAN STRATA POSYANDU
STRATA POSYANDU
KECAMATAN BOJONEGARA
TAHUN 2019
39
17
0 4
PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI
STRATA POSYANDU
KECAMATAN BOJONEGARA
TAHUN 2020
42
14
0 4
PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI
24
INDIKATOR UNTUK MENENTUKAN STRATA POSYANDU
g. KEATIFAN KADER
Jumlah kader yang seharusnya ada di Kecamatan Bojonegara sebanyak
300 orang bila melihat jumlah posyandu dikalikan 5 orang kader tiap Posyandu.
Dan 300 kader semua aktif.
h. MONEV
Kegiatan monitoring dilakukan pada setiap kegiatan program gizi.
Sedangkan kegiatan evaluasi dilaksanakan setiap bulan melalui lokalkarya
bulanan puskesmas atau setelah program dilaksanakan
25
BAB V
ANALISA KEGIATAN
26
Indonesia yang masih tinggi tersebar di beberapa kota di seluruh provinsi di
Indonesia salah satunya di Provinsi Banten dengan prevalensi stunting 29,6%.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menetapkan 160 kabupaten/kota
yang menjadi prioritas penanganan stunting.
Dampak buruk stunting dalam jangka pendek adalah terganggunya
perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan
metabolisme tubuh (Kementerian Kesehatan, Pemerintah RI, 2016). Selain itu,
dampak jangka panjangnya adalah anak dengan stunting akan tumbuh dengan
risiko tinggi menderita obesitas, diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah,
kanker, stroke, disabilitas pada usia tua, menurunnya kemampuan kognitif dan
prestasi belajar, serta kualitas kerja yang tidak kompetitif dan berakibat pada
rendahnya produktivitas ekonomi (Kementerian Kesehatan, Pemerintah RI,
2016).
Menurut Riskesdas Tahun 2018 balita stunting di provinsi banten mencapai
30,8%.
Balita Stunting dapat diketahui melalui EPPBGM (TB/U). untuk
mengetahui status gizi balita dibutuhkan sisitem pencatatan dan pelaporan yang
akurat dan menggambarkan tiap individu. Sistem informasi gizi terpadu (Sigizi
Terpadu) merupakan bagian besar dari sistem yang digunakan untuk mencatat
dan melaporkan data gizi baik data sasaran tiap individu, status gizi, cakupan
kinerja dan juga data PMT yang bersumber dari APBN maupun dari APBD.
Dengan adanya EPPBGM, pemantauan status gizi anak terutama stunting dapat
terpantau dengan setiap bulannya. Dari hasil EPPBGM ditemukan balita stunting
sebanyak 467 balita di Kecamatan Bojonegara tahun 2020. (Indikator TB/U <-3
SD). Sebelum dilakukan kegiatan pos gizi, TPG, bidan desa dan kader harus
melakukan validasi data balita stunting dengan cara dilakukan pengukuran
ulang. Untuk mencegah stunting program gizi mengadakan kegiatan Pos gizi
selama 3 bulan dengan sasaran balita stunting dan balita gizi kurang. Tempat
untuk kegiatan Pos gizi dijadikan satu. Kegiatan lainnya untuk mencegah
stunting yaitu penyuluhan dan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan di
posyandu. Petugas gizi dengan management membuatkan SK Stunting.
Sosialisasi stunting dilakukan di aula Kecamatan Bojonegara dengan
mengundang ketua kader tiap desa.
Di Puskesmas Bojonegara stunting sendiri mempunyai Inovasi yaitu
Bonceng (Bojonegara Cegah Stunting) dan Germani Cating (Gerakan makan
Ikan Cegah Stunting).
2. PEMANTAUN STATUS GIZI
Pemantauan status gizi yang dilakukan dikecamatan Bojonegara adalah
dengan melakukan penimbangan di posyandu setiap bulan. Jika ada balita yang
27
tidak hadir di posyandu, maka kader melakukan sweeping atau kunjungan rumah
ke balita tersebut. Dari hasil EPPBGM (Indikator BB/TB <-3 SD) masih
ditemukan balita gizi buruk sebanyak 8 balita. Balita gizi buruk diberikan formula
100, PMT dan taburia untuk menaikkan berat badan. Di Puskesmas bojonegara
mengadakan pos gizi untuk balta stunting dan gizi buruk/kurang dengan
menggunakan dana Desa.
3. PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DAN VITAMIN
Pemberian PMT pemulihan dan vitamin kepada gizi buruk berupa susu
formula untuk anak usia >6 bulan, biskuit bayi >6bulann dan multivitamin.
Pemberian PMT ini diharapkan ada peninhkatan status gizi. Akan tetapi kasusu
gizi buruk 2020 disertai dengan penyakit penyerta seperti Bocor jantung, anemia
sehingga penangananya agak sulit dikarenakan sudah dari bawaan bayi).
Kecamatan Bojonegara akan mengadakan kegiatan pos gizi selama 3
bulan untuk balita stunting dan gizi buruk supaya dapat terpantau dengan benar
dengan 5-10 anak.. Kegiatan tersebut menggunakan dana Desa dan setiap desa
harus menyediakan satu tempat untuk pos gizi. Pos gizi belum dilakasanakan
tahun 2020 dan baru dilakukan sosialisa disetiap desa. Untuk kegiatan pos gizi
belum semua desa yang ada dananya. Kemudian kader akan dilatih untuk
memasak sesuai dengan menu yang sudah disediakan oleh ahli gizi. Pada
setiap sesi, para Ibu/pengasuh mempersiapkan makanan – makanan padat
energi dan memberi makan anak- anak mereka di bawah bimbingan kader
kesehatan.
4. KOMPONEN KEGIATAN POS GIZI UNTUK STUNTING
- Menentukan tempat memasak dan pemberian makan
- Mencuci tangan
- Mempersiapkan makan
- Pemberian makan
- Integrasi pesan – pesan dan prilaku – prilaku pendidikan kesehatan dan gizi
5. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN POS GIZI
a. Menjadwalkan Kegiatan Pos Gizi
Ketika merencanakan/menjadwalkan kegiatan Pos Gizi, ingat kriteria berikut
ini :
- Lakukan segera setelah anak – anak di timbang
- Rencanakan kegiatan setiap bulan, atau setiap dua bulan atau dalam
permusiman sesuai denan bulan – bulan dimana anak mengalami
kekurangan gizi terburuk
- Rencanakan kegiatan Pos Gizi musiman untuk memberikan para keluarga
variasi menu sesuai dengan musim
b. Merencanakan Menu Kegiatan Pos Gizi
28
Terdiri dari makanan lengkap dengan gizi seimbang.
Ikut sertakan makan – makanan khas positif ( misalnya buah, sayur dan
lauk hewani lainnya).
Gunakan bahan makanan yang tersedia secara local
c. Lakukan Survey Pasar
Survey pasar sederhana yang di lakukan berguna untuk mengidentifikasi
makanan yang sesuai dang terjangkau yang dapat di beli dan digunakan oleh
tiap keluarga Memudahkan variasi bahan makanan
d. Menghitung nilai gizi makanan pos gizi
Menentukan nilai gizi dari makanan Pos Gizi per anak sehingga jumlah
total kandungan kalori dan protein cukup untuk mencapai “chtch up growth”
(mengejar ketinggalan pertumbuhan) dan pastikan adanya asupan dan
vitamin yang cukup.
e. Lakukan Penyesuaian menu bila diperlukan
Menu harus sesuai secara budaya dan disesuaikan dengan usia peserta
yang kekurangan gizi. Bila mayoritas anak-anak berusia dibawah 12 bulan,
makanan pendamping ASI yang sesuai harus disiapkan. Bila pesertanya
beasal dari kelompok umur yang beragam, biasanya disiapkan menu yang
sama tapi konsistensi yang lebih lunak.
f. Tentukan ukuran porsi
1. Menggunakan kebutuhan atau kalori dan protein dan timbangan
makanan,
menentukan kuantitas dan berat untuk tiap satu porsi.
2. Karena makanan harus dihidangkan berdasarkan volume dan bukan
berat, maka selama sesi Pos Gizi, tentukan bagaimana mengukur volume
yang diinginkan menggunakan alat-alat ukur lokal
g. Siapkan Jadwal menu
Dengan menggunakan semua informasi yanga da, siapkan jadwal menu
sesuai hari sesi Pos Gizi. Termasuk :
a. Beragam menu (dapat menukar dua menu dasar dari hari ke hari)
b. Kuantitas yang diperlukan untuk masing – masing bahan
c. Siapa yang akan menyediakan bahan-bahan tertentu dan berapa banyak
ukuran tiap porsi.
h. Siapkan jadwal makan
Dengan semua informasi yang ada, siapkan jadwal makan yang mecakup
hari kegiatan pos gizi. Termasuk :
a. Beragam menu (dapat menukar dua menu dasar dari hari ke hari)
b. Kuantitas yang diperlukan untuk masing-masing bahan
29
c. Siapa yang akan menyediakan bahan-bahan tertentu dan sebrapa banyak
ukuran porsi
6. PENANGGULANGAN IBU HAMIL KEK, ANEMIA, GAKY DAN KEKURANGAN
ZAT GIZI MIKRO LAINNYA
Untuk penanggulangan ibu hamil kek sudah sesuai SPM mendapatkan
PMT, upaya lain adalah penanggulangan Anemia berupa pemberian tablet
tambah darah kepada ibu hamil minimal 60 tablet selama kehamilan. Pemberian
tamblet tambah darah untuk remaja putri sehari 1 kali selama satu minggu.
Selain TTD juga pemberian kapsul vitamin A pada bayi 6-11 bulan dan balita 1-5
tahun serta ibu nifas.
Salah satu upaya kegiatan pencegahan/penanggulangan GAKY di
Kecamatan Bojonegara adalah pemantauan garam dimasyarakat yang dilakykan
di setiap KK perdesa. Dari hasil pemantauan baru 95% rumah tangga yang
mengkonsumsi garam beryodium dengan target 95% berarti sudah mencapai
target. Sedangkan 5% rumah tangga mengkonsumsi garam yang tidak
beryodium. Garam beryodium mengalami peningkatan dari tahun 2019 yaitu
92% dan yang tidak beryodium ada 8 % , tahun 2020 menjadi yaitu 95,2% dan
yang tidak beryodium yaitu 4,8. Hal ini dikarenakan banyak masyarakat yang
sudah mengetahui manfaat garam beryodium.
A. ASI EKSKLUSIF
Asi Eksklusif adalah hanya memberikan ASI saja pada bayi 0-6 bulan
tanpa tambahan makanan dan minuman lain selain vitamin/obat (atas
rekomendasi). Kecamatan Bojonegara cakupan ASI Eksklusif tahun 2019
sebesar 42,51% dan pada tahun 2020 sebesar 55% dengan target 55%. Hal
ini dikarenakan Asi Eksklusif sudah mempunya inovasi di Puskesmas
Bojonegara yaitu Pawal Asik (Program Kawal Asi Eksklusif). Dan petugas
gizi sudah membuatkan kartu pantau asi dan sudah dibagikan kepada
semua desa. Petugas gizi juga melakukan penyuluhan tentang pentingnya
asi eksklusif saat kelas ibu dan posyandu.
Cakupan asi Eksklusif Tertinggi berada di Desa Mekarjaya yaitu
60,91%.Hal ini disebabkan karena petugas gizi, bidan atau kader melakukan
penyuluhan di desa tentang pentingnya asi eksklusif. Petugas gizi membuat
kartu pantau asi dan sudah di bagikan disetiap desa. Di desa Mekarjaya
pengetahuan Ibu tentang asi sudah bagus dan banyak dukungan dari
keluarga terutama suami, Banyak masyarakat yang sudah merubah Pola
Pikir untuk Tidak Memberikan Mp-Asi Pada Bayi Kurang Dari 6 Bulan.
Sedangkan capaian asi eksklusif terendah di Desa Bojonegara yaitu 51,37%.
Hal ini disebabkan karena banyak masyarakat yang beranggapan jika bayi
menangis karena lapar , Masih Ada Ibu Yang Belum Memahami Manfaat
30
Pembeian Asi Eksklusif Bagi Bayinya , Masih Ada Ibu Yang Memberikan Mp-
Asi (Pisang, Air Tajin, Madu, Dll) Pada Bayi Baru Lahir ,Tidak Adanya
Dukungan Suami Dan Keluarga Terdekat Untuk Keberhasilan Asi Eksklusif,
Masih Terpengaruh Oleh Iklan Memalui Media Cetak Dan Elektronik Bahwa
Susu Formula Baik Bagi Kesehatan Bayinya , Asupan Makan Ibu Menyusui
Yang Kurang Adekuat Sehingga Asi Tidak Keluar/ Keluar Sedikit.
7. KEGIATAN RUTIN DI POSYANDU
A. Kegiatan Pemantaun Pertumbuhan dan Perkembangan Balita di
Posyandu
Cakupan kegiatan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita di
posyandu tahun 2020 yaitu
D/S (Partisipasi Masyarakat ke Posyandu)
Partisipasi masyarakat ke posyandu rata rata sebesar 85,83% dengan
target 84%. Hal ini di sebabkan karena tahun 2020 ada pandemic covid 19
sehingga tidak semua ibu balita yang dating ke posyandu karena takut
tertular covid 19. Dan balita yang tidak dapat ke posyandu, akan dilakukan
sweeping (kunjungan rumah) ke balita tersebut untuk memantau tumbuh
kembang balita. Berdasarkan grafik di atas Cakupan K/S yaitu 99,96%
dengan target 96%.
K/S Cakupan Program
Cakupan kelangsungan program gizi posyandu sebesar 99,96%. Bil melihat
target tahun 2020 sebesar 96%, cakupam ini sudah mencapai target yang
telah ditetapkan.
N/S Efektifitas Program
Cakupan Efektifitas Program posyandu sebesar 77%. Bila melihat target
2020 sebesar 75%, cakupan ini sudah mencapai target yang telah
ditetapkan. Hal ini disebabkan karena berbagai factor antara lain masih ada
beberapa balita yang tidak hadir di posyandu, pertumbuhan yang
terganggu, asupan nutrisi yang kurang, pola asuh orang tua, penyakit
infeksi, dll. Akan tetapi Cakupan Efektifitas sudah mencapai target.
N/D’ Keberhasilan Program
Cakupan Keberhasilan Program posyandu sebesar 90,77. Bila melihat
target 2020 sebesar 75%, hasil cakupan sudah mencapai target yang telah
ditetapkan.
B. Pemberian Vitamin A
Pemberian Vitamin A pada bayi dan balita sudah mencapai target
yaitu 100% dengan target yang telah ditentukan sebesar 90%. Hal ini
dikarenakan bayi dan balita yang tidak dating ke posyandu dilakukan
sweeping atau kunjungan rumah oleh kader sesudah kegiatan posyandu.
31
Untuk pemberian kapsul vitamin A pada Ibu Nifas tahun 2020 yaitu
111,4% dengan target yang ditentukan 90%. Berarti sudah mencapai target.
Hal ini disebabkan banyaknya ibu yang melahirkan karena pandemi covid.
C. Pemberian Tablet Besi Ibu Hamil
Untuk pemberian tablet besi ibu hamil (FE3) tahun 2020 yaitu 108,4%
dengan target yang telah ditentukan 98%. Hal ini dikarenakan setiap desa
sudah ada kelas ibu dan petugas gizi , atau bidan melakukan penyuluhan
tentang pentingnya minum Tablet tambah darah dan meningkatkan
pengetahuan ibu tentang dampak negative dari ibu hamil yang anemia.
D. Cakupan Strata Posyandu
Untuk tingkat kemandirian posyandu diKecamatan Bojonegara pada tahun
2019 yaitu Madya 17, Purnama 39, dan mandiri 4 sedangkan pada tahun
2020 strata posyandu mengalami peningkatan yaitu Madya 14, Purnama 42
dan Mandiri 4. Hal ini dikarenakan sudah ada sarana dan prasarana dari
dana desa dan dinas kesehatan. Setiap posyandu sudah mempunya alat
antropomentri yang lengkap. Setiap posyandu mempunyai 5 kader dan aktif
semua. Karena ada 60 posyandu jadi jumlah kader menjadi 300 orang.
8. MONEV
Dalam kegiatan monev selalu dilakukan kegiatan pembinaan setiap program.
Melalui bidan desa dan pada kader saat ada kesempatan tatap muka seperti
pada saat kegiatan posyandu. Berdasarkan hasil monev dari kegiatan program
dapat termonitor dan terevaluasi ( dapat dilihat hasil dan analisa kegiatan).
32
BAB VI
A. PERMASLAHAN
Permasalahan yang dihadapi dalam program gizi tahun 2020 :
a. Fokus intervensi stunting dan gizi buruk
b. Banyak kasus stunting dan gizi buruk yang disebabkan oleh factor ekonomi ,
social dan politik.
c. Masalah gizi adalah masalah yang kompleks , yang tidak bisa ditanggulangi
hanya pada sector kesehatan saja akan tetapi harus terintegrasi
(komprehensif).
d. Masih kurangnya pengetahuan kader mengani berbagai hal yang berkenaan
dengan posyandu.
e. Pola asuh keluarga balita tidak mendukung.
f. Infeksi penyakit dan penyakit penyerta dari penderita gizi buruk.
g. Partisipasi masyarakat belum optimal.
h. Pencatatan pelaporan masih belum optimal.
i. Masih rendahnya cakupan kegiatan posyandu khususnya asi eksklusif.
B. PEMECAHAN MASALAH
a. Peningkatan kualitas dan frekuensi penyuluhan/konseling
b. Perlunya penyegaran/pelatihan kader untuk pencatatan/ pelaporan di tingkat
posyandu dan mengetahui tugas-tugas sebagai kader
c. Perlu dukungan yang komprehensif dari berbagai sector dalam
penanggulangan dan perbaikan gizi masyarakat.
d. Peningkatan koordinasi lintas program dan lintas sector.
e. Membentuk tim puskesmas dalam mendukung AKI/AKB
f. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat.
g. Pemberdayaan masyarakat.
h. Pemberian makanan tambahan, vitamin, suplemen lainnya kepada balita dan
bayi stunting , gizi buruk.
i. Jika ada balita yang tidak dating ke posyandu maka kader harus melakukan
kunjungan rumah untuk tetap mengetahui tumbuh kembangnya.
33
BAB VII
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Untuk mencegah stunting dan balita gizi kurang dilakukan kegiatan Pos
Gizi. POS GIZI adalah Adalah Pusat Pemulihan Gizi Buruk dengan
pemberdayaan masyarakat yang dikelola dari, oleh dan untuk masyarakat yang
34
meliputi pemberian makanan tambahan kepada anak secara intensif sesuai usia
dan kondisinya serta pembelajaran edukatif kepada ibu balita dengan melibatkan
peran serta kader, ibu balita serta lintas sektor terkait. Tahapan Pelaksanaan
Pos Gizi yaitu sosialisasi,screening dan pendataan sasaran program, persiapan,
(MMD), pengumpulan data awal , pelaksanaan di Posyandu atau rumah
penduduk, pemantauan proses pelaksaan kegiatan, dan evaluasi akhir
(pengumpulan data akhir). Sosialisai pos gizi mengundang ketua kader tiap desa
di aula Kecamatan Bojonegara. Pos gizi dilaksanakan di rumah – rumah
penduduk atau Posyandu dalam waktu 3 bulan dengan 5 - 10 anak gizi kurang
atau stunting dan ibunya/pengasuhnya. Sebelum kegiatan pos gizi petugas gizi
mengundang 2 perwakilan kader setiap desa untuk melakukan demo masak di
aula Puskemas.
35