Anda di halaman 1dari 53

EFEKTIVITAS PEMBERIAN PMT MODIF BERBASIS KEARIFAN LOKAL

TERHADAP PENINGKATAN STATUS GIZI BALITA GIZI KURANG DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS MODAYAG BARAT KABUPATEN
BOLAANG MONGONDOW TIMUR

Proposal Skripsi
Program Studi Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika Jurusan Gizi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado

Diajukan Oleh:
Elsya Mamonto
71131120015

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO
2023
LEMBARAN PERSETUJUAN

Usulan Penelitian Untuk Skripsi

Efektifitas Pemberian PMT Modif Berbasis Kearifan Lokal Terhadap Peningkatan Status Gizi
Balita Gizi Kurang di Wilayah Kerja Puskesmas Modayag Barat Kabupaten Bolaang
Mongondow Timur

yang diajukan oleh :

Elsya Mamonto
NIM : 711331120008

Telah disetujui oleh :

Pembimbing I

Drs. Meildy E. Pascoal, M.Kes Tanggal, Juni 2022


NIP. 196505031989031004

Pembimbing II

Phembriah S. Kereh, S.Pd, SST, M.Si Tanggal, Juni 2022


NIP. 196811061993031003
Kata Pengantar

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa


yang telah melimpahkan kasih dan karuniaNya, sehingga proposal dengan
judul “Efektifitas Pemberian PMT Modif Berbasis Kearifan Lokal Terhadap
Peningkatan Status Gizi Balita Gizi Kurang di WilayahKerja Puskesmas
Modayag Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Timur ” dapat
terselesaikan dengan baik.
Proposal penelitian ini merupakan salah satu syarat yang

harus dipenuhi mahasiswa Program Studi Sarjana Terapan Gizi dan

Dietetika dalam penyusunan Skripsi.

Penyusun menyadari adanya keterbatasan di dalam penyusunan proposal

penelitian. Besar harapan penyusun akan saran dan kritik yang bersifat membangun.

Akhirnya Penyusun berharap agar proposal ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan

bagi pembaca sekalian.

Manado, Mei 2023


1. Latar Belakang

Upaya penanggulangan balita gizi buruk maupun gizi kurang

telah dilakukan mulai tahun 1998 dengan melakukannya upaya

penemuan kasus, rujukan dan pemulihan di sarana kesehatan secara

gratis. Selain itu dilakukan upaya lain berupa pemberian makanan

tambahan (PMT) dan upaya lainnya yang bersifat pemulihan. Semua

upaya tersebut belum mampu menekan kejadian kasus gizi buruk/kurang

dan mengembalikan status gizi yang baik pada masyarakat (Iskandar,

2017).

Bahan makanan yang sangat mudah didapatkan dan terjangkau oleh

seluruh lapisan masyarakat serta memiliki kandungan gizi tinggi adalah

labu kuning (Cucurbita moschata). Gizi yang terkandung didalam labu

kuning sangat beragam seperti vitamin A, vitamin B1 dan Vitamin C serta

protein dan karbohidrat. Terkandung1.569 μg β-karoten yang merupakan

pro vitamin A pada setiap 100 gram labu kuning (Prabasini dan Ishartani,

2013).

Permasalahan kekurangan gizi pada balita saat ini masih menjadi hal

yang cukup mendapatkan banyak perhatian karena dapat merugikan tidak

saja bagi anakanak tersebut tapi juga bagi negara. Dampak akibat

kekurangan gizi pada balita jika tidak segera ditangani dapat bertahan

sampai dewasa dan tidak dapat diperbaiki kembali sehingga menjadi beban

bagi suatu negara (Irawan,2019).

3
Kekurangan gizi pada balita bukan hanya dikarenakan kandungan gizi

dalam makanan yang kurang, akan tetapi juga disebabkan penyakit infeksi

sehingga mempengaruhi daya tahan dan asupan makan pada balita. Kurang

gizi dapat ditunjukkan dengan adanya penurunan berat badan yang terjadi

dalam waktu dekat dan parah, dapat disebabkan karena tidak memiliki

cukup makanan untuk dimakan dan/atau menderita penyakit menular,

seperti diare, yang menyebabkan mereka kehilangan berat badan ( Irwan

and Nur Ayini, 2020).

Berdasarkan hasil SSGI prevalensi stunting di Kabupaten Bolaang

Mongondow Timur pada tahun 2019 sebesar 23,9 % naik pada tahun 2020

menjadi 24,4 % dan tahun 2022 melonjak 30.1 %, dan menjadi daerah yang

tertinggi angka staunting di Sulawesi Utara. sedangkan data e-PPGBM

Agustus 2022 sebanyak 385 (6.20 %) jumlah kasus anak stunting yang

tersebar di 7 kecamatan dengan 81 desa, khusus untuk Kecamatan Modayag

Barat ada 62 anak Stunting. Kebijakan pemerintah Daerah telah

mengeluarkan Surat Keputusan Bupati Bolaang Mongondow Timur No 116

Tahun 2022 telah menetapkan 26 lokus desa stunting. Sementara untuk

wilayah Kecamatan Modayag barat.

Pemerintah Indonesia saat ini sedang melaksanakan berbagai hal

dalam perbaikan permasalahan gizi salah satunya stunting. Salah satu target

dalam Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai tujuan

pembangunan berkelanjutan ke-2 yaitu mengatasi kelaparan dan segala

bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta mencapai ketahanan pangan.

4
Dalam rangka mewujudkan target SDGs, pemerintah menjadikan stunting

sebagai salah satu program prioritas (Safrina dan Silvia,2022). Berdasarkan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga,

salah satu upaya yang dilakukan yaitu menyelenggarakan kegiatan

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk balita (Pusdatin Kemenkes

RI,2018).

Penelitian yang dilaksanakan oleh Rini di Kota Semarang mengenai

perubahan status gizi balita gizi buruk setelah pemberian makanan

tambahan pemulihan selama 3 bulan menunjukkan hasil bahwa ada

perbedaan pada perubahan status gizi balita sebelum dan sesudah PMT

Pemulihan menurut indeks antropometri BB/U ( Pangestuti dan

Rahfiludin,2017). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Safrina dan

Enda mengenai hubungan antara PMT dengan risiko kejadian stunting pada

balita diperoleh hasil uji statistik menunjukkan ada perubahan status gizi

(TB/U) pada balita sebelum dan sesudah mendapatkan PMT diperoleh nilai

p-value = 0,00, diketahui juga bahwa terdapat perbedaan rata-rata status gizi

(TB/U) balita sebelum dan sesudah PMT (Safrina dan Silvia,2022).

Penelitian Arum dan Trias di tahun 2020 menunjukkan hasil yang

berbeda yaitu berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat

perbedaan yang bermakna pada status gizi balita indeks BB/TB setelah

PMT Pemulihan dan saat penelitian yang ditunjukkan dengan nilai p=0.430

(p>0,05). Data tersebut diperoleh setelah pemberian PMT pemulihan selama

5
5 bulan selesai, penurunan persentase balita dengan status gizi normal dari

68,4% menjadi 63,2% dan ditemukan balita dengan status gizi sangat kurus

sebesar 2,6%.

Berdasarkan uraian di atas, menarik minat peneliti untuk melakukan

penelitian dengan judul “efektivitas pemberian PMT modif berbasis

kearifan lokal terhadap peningkatan status gizi balita gizi kurang di wilayah

kerja puskesmas modayag barat”.

2. Rumusan Masalah

Bagaimana Efektivitas Pemberian PMT Modif Berbasis Kearifan

Lokal Terhadap Peningkatan Status Gizi Balita Gizi Kurang Di Wilayah

Kerja Puskesmas Modayag Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Timur ?

3. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Efektivitas Pemberian PMT Modif Berbasis

Kearifan Lokal Terhadap Peningkatan Status Gizi Balita Gizi Kurang Di

Wilayah Kerja Puskesmas Modayag Barat Kabupaten Bolaang Mongondow

Timur.

b. Tujuan Khusus

1. Mengetahui status gizi anak balita sebelum dan sesudah

mendapatkan PMT berupa snack bar Tepung Ikan Tuna dimodifkasi

dengan tepung labu kuning

6
2. Mengetahui pengaruh pemberian makananan tambahan (PMT)

berupa snack bar Tepung Ikan Tuna dimodifkasi dengan tepung labu

kuning

4. Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi peneliti sendiri dalam memahami kaitan serta

gambaran efektivitas program pemberian makanan tambahan pada

anak balita gizi kurang

b. Bagi Instansi atau Puskesmas

Diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai efektivitas

program PMT pada anak balita gizi kurang dan dapat menjadi bahan

acuan perencanaan untuk pembinaan kesehatan sebagai upaya untuk

mengatasi gizi kurang pada anak balita

c. Bagi Institusi

Sebagai referensi keilmuan mengenai gizi, khususnya gambaran

program PMT pada pada anak balita gizi kurang dan serta

meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa, pembaca

pada umumnya dan bagi peneliti selanjutnya.

5. Tinjauan Pustaka

1. Balita

a. Pengertian Balita

Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

7
(2014), balita adalah anak umur 12 bulan sampai dengan 59

bulan.Masa ini adalah periode yang sangat penting bagi tumbuh

kembangnya sehingga biasa disebut dengan golden period. Balita

adalah istilah umum bagi anak umur 1-3 tahun (batita) dan anak

prasekolah (3-5 tahun).

Balita merupakan kelompok yang rentan terhadap kesehatan dan

gizi. Kekurangan gizi pada masa balita dapat mengakibatkan gagalnya

tumbuh kembang otak anak. Gizi kurang yang terjadi pada anak-anak

dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit infeksi dan

rendahnya tingkat kecerdasan anak. Keadaan gizi buruk secara

langsung disebabkan oleh kurangnya asupan makanan dan penyakit

infeksi, sedangkan secara tidak langsung disebabkan oleh

ketersediaan pangan, sanitasi, pelayanan kesehatan, pola asuh,

kemampuan daya beli keluarga, pendidikan dan pengetahuan

(Gunawan, dkk., 2011).

Ada beberapa tugas perkembanganmasa bayi dan awal masa kanak-

kanak yang ditemukan oleh seorang tokoh psikologi perkembangan

Havighurst ( 1972 ) dalam Marimbi ( 2010 ) :

1. Belajar makan makanan padat

2. Belajar berjalan

3. Belajar berbicara

4. Belajar mengendalikan kotoran tubuh

5. Mempelajari perbedaan peranan seks

8
6. Mempersiapkan diri untuk membaca

7. Belajar membedakan benar dan salah, mulai mengembangkan hati

nurani

b. Karakteristik Balita

Septiari (2012) menyatakan karakteristik balita dibagi menjadi

dua yaitu:

1. Anak usia 1-3 tahun

Usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif artinya anak

menerima makanan yang disediakan orang tuanya. Laju

pertumbuhan usia balita lebih besar dari usia prasekolah, sehingga

diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Perut yang lebih kecil

menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam

sekali makan lebih kecil bila dibandingkan dengan anak yang

usianya lebih besar oleh sebab itu, pola makan yang diberikan

adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.

2. Anak usia prasekolah (3-5 tahun)

Anak prasekolah adalah anak usia 3-5 tahun, mereka biasanya

sudah mampu mengikuti program prasekolah atau Taman Kanak–

Kanak. Dalam perkembangan anak usia prasekolah anak sudah siap

belajar, memiliki kepekaan menulis dan memiliki kepekaan yang

bagus untuk membaca. Usia 3-5 tahun anak menjadi konsumen

aktif dan sudah mulai memilih makanan yang disukainya. Pada usia

9
ini berat badan anak cenderung mengalami penurunan, disebabkan

karena anak beraktivitas lebih banyak dan mulai memilih maupun

menolak makanan yang disediakan orang tuanya.

c. Definisi Gizi Balita

Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk

melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan

memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan.

d. Prinsip Gizi Pada Balita

Masa balita adalah periode perkembangan fisik dan mental yang

pesat. Pada masa ini otak balita telah siap menghadapi berbagai

stimuli seperti belajar berjalan dan berbicara lebih lancar. Kesehatan

seorang balita sangat dipengaruhi oleh gizi yang terserap di dalam

tubuh. Anak di bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang

menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan

zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita

ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita

akibat kekurangan gizi. Masa balita adalah masa pertumbuhan

sehingga memerlukan gizi yang baik. Bila gizinya buruk maka

perkembangan otak pun kurang dan itu akan berpengaruh pada

kehidupan di usia sekolah dan prasekolah.

e. Nutrisi Untuk Balita

10
a) Asam Lemak Otak : asam lemak esensial serta omega 3

merupakan zat gizi yang harus terpenuhi. Sumber dapat diperoleh dari

ASI, sayuran hijau, minyak kanola, kenari, biji gandum, kacang

kedelai dan ikan laut. Selain omega 3/DHA, AA berfungsi membantu

pembentukan senyawa yang bersifat seperti hormon, yaitu bertugas

sebagai pengatur perintah dari satu sel syaraf lainnya dalm tubuh,

termasuk otak.

b) Karbohidrat: karbohidrat merupakan sumber energi yang

diperlukan untuk berbagai proses metabolisme otak. Karbohidrat

terdapat pada: beras, beras merah, tepung, makaroni, pasta, jagung,

sagu dan kentang.

c) Kalori dan Protein: Kalori dibutuhkan dalm proses metabolisme

otak. Kalori dan protein terdapat pada daging sapi, ayam, ikan, telur,

susu dan produk lainnya.

d) Vitamin

e) Zat-zat gizi lainnya seperti taurin, kolin, lecitin, kolesterol,

zat besi.

Tabel 1. Kebutuhan Gizi Balita

Zat Gizi Manfaat Sumber


Karbohidrat Menyediakan energi Beras, roti,
yang bisa langsung kentang, umbi-
digunakan tubuh umbian, buah,
untuk beraktivitas. gula pasir, labu
kuning,
makaroni,
mie kering,
jagung.
Protein 1. Sumber asam amino. Daging sapi,
2. Membangun sel-sel ayam, susu, telur,

11
jaringan tubuh. ikan, kacang-
3. Mengganti sel-sel kacangan, dan
tubuh yang rusak. produk
Olahanya seperti

12
4. Membuat enzim dan tahu dan tempe.
hormon.
5. Membuat protein
darah
Lemak 1. Pelarut vitamin A, D, Margarin,
E, K. mentega, minyak
2. Sumber energi. kelapa,
3. Isolator penghalang Kuning telur,
tubuh kehilangan kacang-kacangan,
keju
panas.
4. Memelihara
kesehatan
kulit
Vitamin A 1.Membantu kesehatan Telur, keju, ubi
mata jalar, susu, hati,
2.Membentu ikan, buah dan
pertumbuhan tulang, sayur berwarna
kesehatan kulit, gigi kuning
dan rambut.
Vitamin B 1.Meningkatkan selera Hati, daging,
makan dan kerja susu,
pencernan. telur ,kacang-
2.Menjaga fungsi kacangan.
sistim syaraf.
Vitamin C Meningkatkan Buah-buahan dan
imunitas terhadap sayuran hijau.
infeksi.
Vitamin D Membantu Susu dan olahanya
penyerapan kalsium
dan fosfor
Vitamin E Antioksidan yang Tauge, sayur-
Melindungi sel dari sayuran,kacang-
kerusakan kacangan.
Vitamin K Penting untuk proses Sayuran hijau tua
pembekuan darah.

f. Nutrisi Untuk Balita

Penyusunan menu balita selain memperhatikan komposisi zat

gizi, juga harus memperhatikan variasi menu makanan agar anak tidak

bosan. Sebaiknya dibuat siklus menu tujuh hari atau sepuluh hari.

Membiasakan anak makan sesuai jadwal akan membuat pencernaan

13
anak lebih siap dalam mengeluarkan hormon dan enzim yang

dibutuhkan untuk mencerna makanan yang masuk. Idealnya

pemberian makan balita yaitu tiga kali makan utama dan dua kali

makan selingan.

1. Menu sarapan pagi

Menu makanan cukup dengan satu hidangan terpadu untuk menu

sarapan pagi misalnya omellete sayur, mie goreng, atau roti bakar

ditambah susu/ jus buah.

2. Menu makan siang atau malam

Susunan menu makan siang atau malam sehari-hari terdiri dari

makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur dan buah.

Pengaturan ini sesuai dengan triguna makanan. Perhatikan

penyajiannya, buat yang semenarik mungkin untuk menggugah

selera makan anak.

3. Menu makanan selingan

Makan selingan dapat berupa kue, biskuit atau jus buah.

g. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Makanan

1. Umur.

2. Berat badan.

3. Diagnosis dari penyakit dan stadium/ keadaan.

4. Keadaan mulut sebagai alat penerima makanan.

5. Kebiasan makanan, kesukaan & ketidaksukaan terhadap jenis

makanan.

14
6. Jenis dan jumlah makanan yang diberikan.

7. Kapan saat yang tepat pemberian makanan.

h. Gizi Seimbang Balita

Balita dalam proses tumbuh kembangnya ditentukan oleh

makanan yang dimakan sehari-hari. Kebutuhan gizi balita dipengaruhi

oleh umur, jenis kelamin, kegiatan dan suhu lingkungan udara dingin

atau panas.

Tabel 2. Konsumsi Makanan Sehari

Kelompok Umur Bentuk Makanan Frekuensi


0-6 bulan Asi Eksklusif Sesering mungkin
6- 12 bulan 1. Makanan lumat 1. 2 x sehari 2
2. Makanan lembek sendok makan
setiap kali.
2. 3 x sehari Plus
2 x makanan
selingan
11- 36 bulan 1. Makanan keluarga 3x sehari
2. 1 - 1½ piring nasi/
pengganti
3. 2-3 potong lauk
hewani
4. 1-1 potong lauk
nabati
5. ½ mangkuk sayur
6. 2-3 potong buah
buahan
7. 1 gelas susu

15
37-59 Bulan 1. 1-2 piring nasi / 3x sehari .
pengganti.
2. 2-3 potong lauk
hewani.
3. 1-3 potong lauk
nabati.
4. 1 - 1½ mangkuk
sayur.
5. 2-3 potong buah-
buahan
6. 1-2 gelas susu

i. Perlunya Gizi Seimbang

Manfaat atau guna zat gizi balita adalah:

1. Karbohidrat dan lemak sebagai penghasil energi dan

tenaga Contoh bahan makanan yang mengandung karbohidrat

adalah beras, jagung, sagu, ubi, singkong, roti, sukun, dan gula

murni. Contoh bahan makanan sumber lklemak ialah daging

berlemak, margarin, minyak goreng, jeroan dan keju.

2. Protein berguna untuk pertumbuhan dan pemeliharaan. Contoh

bahan makanan yang mengandung protein hewani seperti daging

ikan, ayam, hati, telur, susu dan olahannya. Bahan makanan yang

mengandung protein nabati seperti kacang-kacangan, tempe, dan

tahu.

3. Vitamin dan mineral berguna untuk pengatur.

j. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Balita

Menurut para ahli ada beberapa pendapat yang mempengaruhi

16
tumbuh kembang anak. Soetjiningsih mengatakan bahwa yang

mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu faktor genetik dan faktor

lingkungan (faktor prenatal dan faktor postnatal). Faktor prenatal

(sebelum lahir) terdiri dari gizi ibu pada waktu hamil : mekanis, toksin

atau zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunitas dan anoksia

embrio. Faktor postnatal (setelah lahir) :

1. Lingkungan biologis yaitu ras, jenis kelamin, gizi, umur,

kesehatan, fungsi metabolisme dan hormon.

2. Lingkungan fisik yaitu cuaca, sanitasi, keadaan rumah, radiasi.

3. Psikologi yaitu stimulus, motivasi, stress, kualitas interaksi anak

orang tua .

4. Faktor keluarga dan adat istiadat yaitu pendapatan keluarga,

pendidikan , jumlah saudara, norma , agama, urbanisasi.

Menurut UNICEF ( 1999) ,faktor yang mempengaruhi faktor

tumbuh kembang anak terdiri dari sebab langsung sebab tidak

langsung dan penyebab dasar. Sebab langsung meliputi kecukupan

pangan dan keadaan kesehatan. Sebab tidak langsung meliputi

ketahanan pangan keluarga pola asuh anak, pemanfaatan pelayanan

kesehatan dan sanitasi lingkungan, penyebab dasar struktur ekonomi.

2. Konsep Status Gizi

a. Pengertian Status Gizi

Menurut Proverawati (2010), Gizi adalah suatu unsur makanan

17
yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi,

transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang

tidak digunkan untuk perkembangan kehidupan, pertumbuhan dan

fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi.

Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi

makanan dan penggunaan zat gizi, dimana zat gizi sangat dibutuhkan

oleh tubuh sebagai sumber energi, pertumbuhan dan pemeliharaan

jaringan tubuh, serta pengatur proses tubuh ( Auliya,2015)

b. Klasifikasi Status Gizi

Beberapa istilah terkait status gizi balita yang sering di

gunakan (Kemenkes RI, 2011).

1. Gizi kurang dan gizi buruk

Status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan menurut umur

(BB/U) yang merupakan padanan istilah underweight (gizi kurang)

dan severely underweight (gizi buruk).

2. Pendek dan sangat pendek

Status gizi yang didasarkan pada indeks panjang badan menurut

umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U) yang

merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted

(sangat pendek).

3. Kurus dan sangat kurus

Status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan menurut

18
panjang badan (BB/PB) atau berat badan menurut tinggi badan

(BB/TB) yang merupakan padanan istilah wasted (kurus) dan

severely wasted (sangat kurus).

3. Penilaian Status Gizi

a) Antropomentri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.

Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan

dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi

tubuh dari berbgai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara

umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan ini terlihat pada

pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot

dan jumlah air dalam tubuh. Penilaian status gizi antropometri

disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain,

seperti berat badan menurut umur (BB/U), panjang badan atau tinggi

badan menurut umur (PB/U atau TB/U) , dan berat badan menurut tinggi

badan atau panjang badan (BB/TB) atau (BB/PB).

Status gizi yang digambarkan oleh masing-masing indeks

mempunyai arti yang berbeda-beda. Jika antropometri ditujukan utuk

mengukur seseorang yang kurus kering (wasting), kecil pendek

(stunting), keterlambatan pertumbuhan , maka indeks yang cocok

digunakan BB/TB dan TB/U. Cara pengukuran lain yang sering

digunakan adalah indeks BB/U atau melakukan penelitian dengan

melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan

(Hasdianah, 2014).

19
b) Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting utuk

menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-

perubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi.

Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues)

seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ

yang dekat dengan permukaan tubuh (Hasdianah,2014).

c) Biokimia

Pemeriksaan yang diuji secara laboratorium yang dilakukan pada

berbagai macam jaringan tubuh . Jaringan tubuh yang digunakan

antara lain : darah, urin, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti

hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa

kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi

(Hasdianah,2014).

d) Klasifikasi Status Gizi

Menggunakan Skor Simpangan Baku (Z-Skor) digunakan untuk

meneliti dan memantau pertumbuhan standar deviasi unit ini

digunakan untuk mengetahui klasifikasi status gizi seseorang

berdasarkan kriteria yang ditetapkan, antara lain berat badan, umur

dan tinggi badan. Rumus perhitungan Z-Scor adalah :

Z-Scor = Nilai individu subjek –nilai median baku rujukan

Nilai simpangan baku rujukan

Klasifikasi status gizi berdasarkan perhitungan rumus diatas

20
adalah sebagai berikut : 1. Status gizi obes bila Z-Score = > + 2 SD ;

2. Status gizi lebih Z-Score = > + 1 SD ; 3. Status gizi normal bila Z-

Score = + 1 sampai -2SD ; 4. Status gizi kurang bila Z-Score = -3 SD

sampai <-2SD ; dan 5. Status gizi buruk bila Z-Score = <-3 SD

(WHONCHS) (Siyoto,2014)

e) Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks

BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini.

Tabel 3. Standar Berat Badan menurut Umur (BB/U) Anak Laki-Laki


Umur 0-60 Bulan
Umur Berat Badan (Kg)
(bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD

0 2.1 2.5 2.9 3.3 3.9 4.4 5.0


1 2.9 3.4 3.9 4.5 5.1 5.8 6.6
2 3.8 4.3 4.9 5.6 6.3 7.1 8.0
3 4.4 5.0 5.7 6.4 7.2 8.0 9.0
4 4.9 5.6 6.2 7.0 7.8 8.7 9.7
5 5.3 6.0 6.7 7.5 8.4 9.3 10.4
6 5.7 6.4 7.1 7.9 8.8 9.8 10.9
7 5.9 6.7 7.4 8.3 9.2 10.3 11.4
8 6.2 6.9 7.7 8.6 9.6 10.7 11.9
9 6.4 7.1 8.0 8.9 9.9 11.0 12.3
10 6.6 7.4 8.2 9.2 10.2 11.4 12.7
11 6.8 7.6 8.4 9.4 10.5 11.7 13.0
12 6.9 7.7 8.6 9.6 10.8 12.0 13.3
13 7.1 7.9 8.8 9.9 11.0 12.3 13.7
14 7.2 8.1 9.0 10.1 11.3 12.6 14.0
15 7.4 8.3 9.2 10.3 11.5 12.8 14.3

21
16 7.5 8.4 9.4 10.5 11.7 13.1 14.6
17 7.7 8.6 9.6 10.7 12.0 13.4 14.9
18 7.8 8.8 9.8 10.9 12.2 13.7 15.3
19 8.0 8.9 10.0 11.1 12.5 13.9 15.6
20 8.1 9.1 10.1 11.3 12.7 14.2 15.9
21 8.2 9.2 10.3 11.5 12.9 14.5 16.2
22 8.4 9.4 10.5 11.8 13.2 14.7 16.5
23 8.5 9.5 10.7 12.0 13.4 15.0 16.8
24 8.6 9.7 10.8 12.2 13.6 15.3 17.1
25 8.8 9.8 11.0 12.4 13.9 15.5 17.5
26 8.9 10.0 11.2 12.5 14.1 15.8 17.8
27 9.0 10.1 11.3 12.7 14.3 16.1 18.1
28 9.1 10.2 11.5 12.9 14.5 16.3 18.4
29 9.2 10.4 11.7 13.1 14.8 16.6 18.7
30 9.4 10.5 11.8 13.3 15.0 16.9 19.0
31 9.5 10.7 12.0 13.5 15.2 17.1 19.3
32 9.6 10.8 12.1 13.7 15.4 17.4 19.6
33 9.7 10.9 12.3 13.8 15.6 17.6 19.9
34 9.8 11.0 12.4 14.0 15.8 17.8 20.2
35 9.9 11.2 12.6 14.2 16.0 18.1 20.4
36 10.0 11.3 12.7 14.3 16.2 18.3 20.7
37 10.1 11.4 12.9 14.5 16.4 18.6 21.0
38 10.2 11.5 13.0 14.7 16.6 18.8 21.3
39 10.3 11.6 13.1 14.8 16.8 19.0 21.6
40 10.4 11.8 13.3 15.0 17.0 19.3 21.9
41 10.5 11.9 13.4 15.2 17.2 19.5 22.1
42 10.6 12.0 13.6 15.3 17.4 19.7 22.4
43 10.7 12.1 13.7 15.5 17.6 20.0 22.7
44 10.8 12.2 13.8 15.7 17.8 20.2 23.0

22
45 10.9 12.4 14.0 15.8 18.0 20.5 23.3
46 11.0 12.5 14.1 16.0 18.2 20.7 23.6
47 11.1 12.6 14.3 16.2 18.4 20.9 23.9
48 11.2 12.7 14.4 16.3 18.6 21.2 24.2
49 11.3 12.8 14.5 16.5 18.8 21.4 24.5
50 11.4 12.9 14.7 16.7 19.0 21.7 24.8
51 11.5 13.1 14.8 16.8 19.2 21.9 25.1
52 11.6 13.2 15.0 17.0 19.4 22.2 25.4
53 11.7 13.3 15.1 17.2 19.6 22.4 25.7
54 11.8 13.4 15.2 17.3 19.8 22.7 26.0
55 11.9 13.5 15.4 17.5 20.0 22.9 26.3
56 12.0 13.6 15.5 17.7 20.2 23.2 26.6
57 12.1 13.7 15.6 17.8 20.4 23.4 26.9
58 12.2 13.8 15.8 18.0 20.6 23.7 27.2
59 12.3 14.0 15.9 18.2 20.8 23.9 27.6
60 12.4 14.1 16.0 18.3 21.0 24.2 27.9
Sumber : Kepmenkes No.2 tahun 2020 tentang Standar Antropometri
Penilaian Status Gizi Anak.

Tabel 4. Standar Berat Badan menurut Umur (BB/U) Anak


Perempuan Umur 0-60 Bulan
Umur Berat Badan (Kg)

23
(bulan) -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD

0 2.0 2.4 2.8 3.2 3.7 4.2 4.8


1 2.7 3.2 3.6 4.2 4.8 5.5 6.2
2 3.4 3.9 4.5 5.1 5.8 6.6 7.5
3 4.0 4.5 5.2 5.8 6.6 7.5 8.5
4 4.4 5.0 5.7 6.4 7.3 8.2 9.3
5 4.8 5.4 6.1 6.9 7.8 8.8 10.0
6 5.1 5.7 6.5 7.3 8.2 9.3 10.6
7 5.3 6.0 6.8 7.6 8.6 9.8 11.1
8 5.6 6.3 7.0 7.9 9.0 10.2 11.6
9 5.8 6.5 7.3 8.2 9.3 10.5 12.0
10 5.9 6.7 7.5 8.5 9.6 10.9 12.4
11 6.1 6.9 7.7 8.7 9.9 11.2 12.8
12 6.3 7.0 7.9 8.9 10.1 11.5 13.1
13 6.4 7.2 8.1 9.2 10.4 11.8 13.5
14 6.6 7.4 8.3 9.4 10.6 12.1 13.8
15 6.7 7.6 8.5 9.6 10.9 12.4 14.1
16 6.9 7.7 8.7 9.8 11.1 12.6 14.5
17 7.0 7.9 8.9 10.0 11.4 12.9 14.8
18 7.2 8.1 9.1 10.2 11.6 13.2 15.1
19 7.3 8.2 9.2 10.4 11.8 13.5 15.4
20 7.5 8.4 9.4 10.6 12.1 13.7 15.7
21 7.6 8.6 9.6 10.9 12.3 14.0 16.0
22 7.8 8.7 9.8 11.1 12.5 14.3 16.4
23 7.9 8.9 10.0 11.3 12.8 14.6 16.7
24 8.1 9.0 10.2 11.5 13.0 14.8 17.0
25 8.2 9.2 10.3 11.7 13.3 15.1 17.3
26 8.4 9.4 10.5 11.9 13.5 15.4 17.7
27 8.5 9.5 10.7 12.1 13.7 15.7 18.0

24
28 8.6 9.7 10.9 12.3 14.0 16.0 18.3
29 8.8 9.8 11.1 12.5 14.2 16.2 18.7
30 8.9 10.0 11.2 12.7 14.4 16.5 19.0
31 9.0 10.1 11.4 12.9 14.7 16.8 19.3
32 9.1 10.3 11.6 13.1 14.9 17.1 19.6
33 9.3 10.4 11.7 13.3 15.1 17.3 20.0
34 9.4 10.5 11.9 13.5 15.4 17.6 20.3
35 9.5 10.7 12.0 13.7 15.6 17.9 20.6
36 9.6 10.8 12.2 13.9 15.8 18.1 20.9
37 9.7 10.9 12.4 14.0 16.0 18.4 21.3
38 9.8 11.1 12.5 14.2 16.3 18.7 21.6
39 9.9 11.2 12.7 14.4 16.5 19.0 22.0
40 10.1 11.3 12.8 14.6 16.7 19.2 22.3
41 10.2 11.5 13.0 14.8 16.9 19.5 22.7
42 10.3 11.6 13.1 15.0 17.2 19.8 23.0
43 10.4 11.7 13.3 15.2 17.4 20.1 23.4
44 10.5 11.8 13.4 15.3 17.6 20.4 23.7
45 10.6 12.0 13.6 15.5 17.8 20.7 24.1
46 10.7 12.1 13.7 15.7 18.1 20.9 24.5
47 10.8 12.2 13.9 15.9 18.3 21.2 24.8
48 10.9 12.3 14.0 16.1 18.5 21.5 25.2
49 11.0 12.4 14.2 16.3 18.8 21.8 25.5
50 11.1 12.6 14.3 16.4 19.0 22.1 25.9
51 11.2 12.7 14.5 16.6 19.2 22.4 26.3
52 11.3 12.8 14.6 16.8 19.4 22.6 26.6
53
54 11.4 12.9 14.8 17.0 19.7 22.9 27.0
55 11.5 13.0 14.9 17.2 19.9 23.2 27.4
56 11.6 13.2 15.1 17.3 20.1 23.5 27.7

25
57 11.7 13.3 15.2 17.5 20.3 23.8 28.1
58 11.8 13.4 15.3 17.7 20.6 24.1 28.5
59 11.9 13.5 15.5 17.9 20.8 24.4 28.8
60 12.0 13.6 15.6 18.0 21.0 24.6 29.2
12.1 13.7 15.8 18.2 21.2 24.9 29.5
Sumber : Kepmenkes No.2 tahun 2020 tentang Standar Antropometri
Penilaian Status Gizi Anak.

Tabel 5. Penilaian Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/U.TB/U, BB/TB


Standart Buku Antropometri WHO-CGS
Indeks yang Batas
Dipakai Pengelompokan
BB/U < -3 SD
-3 s/d < -2 SD
-2 s/d + 2 SD
> + 2SD
TB/U < -3 SD
-3s/d < -2 SD
-2 s/d + 2 SD
>+2 SD
BB/TB < -3 SD
-3 s/d <- 2SD
-2s/d + 2SD
> + 2 SD
Sumber : Kepmenkes No.2 tahun 2020 tentang Standar Antropometri
Penilaian Status Gizi Anak.

BB/U memberikan indikasi masalah gizi secara umum karena

berat badan berkolerasi positif dengan umur dan tinggi badan. Indeks

TB/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai

akibat dari keadaan yang berlangsung lama ( misalnya :

kemiskinan,perilaku hidup sehat, dan asupan makanan kurang dalam

waktu yang lama sehingga mengakibatkan anak menjadi pendek).

Tabel 6. Penilaian Status Gizi Berdasarkan Indeks Z-Score BB/TB Standart


Buku Antropometri WHO-NCHS Tahun 2013

26
Tahun < -3SD -3 s/d < - Median -2 s/d + 2 > + 2 SD
2 SD SD
0 32.1 33.1 34.5 35.8 38.9
1 35.1 36.1 37.3 38.5 39.5
2 36.9 37.9 39.1 40.3 41.3
3 38.3 39.3 40.5 41.7 42.7
4 39.3 40.4 41.6 42.9 43.9
5 40.3 41.3 42.6 43.8 44.8
Sumber : Riskesdas,2013

Indeks BB/TB memberikan indikasi masalah yang sifatnya akut

sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang singkat.

Tabel 7. Penilaian Ideal BB/TB anak Perempuan dan Laki-Laki


PEREMPUAN
USIA BERAT BADAN TINGGI BADAN
ANAK
1 tahun 7-11,5 kg 68,9-79,2 cm
2 tahun 9-14,8 kg 80-92,9 cm
3 tahun 10,8-18,1 kg 87,4-101,7 cm
4 tahun 12,3-21,5 kg 94,1-111,3 cm
5 tahun 13,7-24,9 kg 99,9-118,9 cm

LAKI-LAKI
USIA BERAT BADAN TINGGI BADAN
ANAK
1tahun 7,7- 12 kg 71-80,5 cm
2tahun 9,7 – 15,3 kg 81,7-93,9 cm
3tahun 11,3-18,3 kg 88,7-103,5 cm
4tahun 12,7 – 21,2 kg 94,9 – 111,7 cm
5tahun 14,1-24,2 kg 100,7-119,2 cm

4. Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Balita

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita ada 2 yaitu

faktor langsung dan faktor tidak langsung (Kemenkes RI ,2016 ).

a. Faktor Langsung

1. Riwayat Sakit 1 bulan terakhir

Riwayat sakit merupakan salah satu riwayat sakit yang sering

terjadi pada anak balita, dimana salah satu penyebab adalah

keadaan status gizi balita yang kurang, yang secara langsung di

27
pengaruhi oleh kurangnya pengetahuan Ibu khususnya tentang

makanan yang bergizi. Kecukupan gizi yang baik pada anak akan

meningkatkan daya tahan terhadap penyakit, anak yang mengalami

kurang gizi akan mudah terkena penyakit.

2. Riwayat Lahir

Riwayat lahir yaitu berat badan lahir. Berat badan merupakan

salah satu ukuran tubuh yang paling banyak digunakan yang

memberi gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat

badan lahir sebagai pengukuran yang terpenting bagi bayi baru

lahir. Berat badan merupakan sebagai hasil peningkatan /penurunan

semua jaringan yang pada tubuh antara tulang, otot, lemak, cairan

tubuh, dan lainnya. Berat badan dipakai sebagai indikator yang

terbaik untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak.

Berat lahir dikategorikan menjadi dua yaitu, rendah dan normal.

Berat badan lahir rendah (BBLR) jika berat lahirnya <2500

gram).

(Kemenkes, 2010). Dampak BBLR akan berlangsung antar

generasi, bagi perempuan yang lahir BBLR, besar resikonya bahwa

kelak ia juga akan menjadi ibu stunted sehingga beresiko

melahirkan bayi BBLR. (Hasdianah dkk, 2014).

3. Riwayat Pemberian ASI Eksklusif

ASI Eksklusif merupakan pemberian ASI saja tanpa ada

makanan lain pada bayi berumur nol sampai 6 bulan (DEPKES

28
RI,2004). Menurut Suharyono (1990) ASI (air susu ibu) merupakan

cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita melalui

proses laktasi. ASI terdiri dari berbagai komponen gizi dan non

gizi. Bayi yang diberi ASI secara Eksklusif, maka kebutuhan

nutrisinya akan terpenuhi karena ASI makanan terbaik bayi. ASI

merupakan asupan gizi yang sesuai dengan dengan kebutuhan akan

membantu pertumbuhan dan perkembangan anak. Bayi yang tidak

mendapatkan ASI dengan cukup berarti memiliki asupan gizi yang

kurang baik dan dapat menyebabkan kekurangan gizi salah satunya

dapat menyebabkan stunting. Sesuai dengan Prasetyono (2009)

bahwa salah satu manfaat ASI eksklusif adalah mendukung

pertumbuhan bayi terutama tinggi badan karena kalsium ASI lebih

efisien diserap dibanding susu pengganti ASI atau susu formula.

Sehingga bayi yang diberikan ASI Eksklusif cenderung memiliki

tinggi badan yang lebih tinggi dan sesuai dengan kurva

pertumbuhan dibanding dengan bayi yang diberikan susu formula.

4. Jenis Makanan Yang Dikonsumsi Secara Mutu Maupun Kuantitas

Yang Baik

Status gizi masyarakat dapat diketahui melalui penilaian

konsumsi pangannya berdasarkan data kuantitatif maupun

kualitatif. Status gizi merupakan tanda-tanda penampilan seseorang

akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi

yang berasal dari pangan yang dikonsumsi pada suatu saat

29
berdasarkan pada kategori dan indikator yang digunakan.

b. Faktor Tidak Langsung

1. Jenis Kelamin

Jenis kelamin menentukan besarnya kebutuhan gizi bagi

seseorang sehingga terdapat ketertarikan antara status gizi dan jenis

kelamin (Apriadji, 1986). Perbedaan besarnya kebutuhan gizi

tersebut dipengaruhi karena adanya perbedaan komposisi tubuh

antara laki-laki dan perempuan. Kebutuhan zat gizi anak laki-laki

berbeda dengan anak perempuan dan biasanya lebih tinggi karena

anak laki-laki memiliki aktivitas fisik yang lebih tinggi. Khumaidi,

2009 menyebutkan bahwa anak laki-laki biasanya mendapatkan

prioritas yang lebih tinggi dalam hal makanan dibandingkan anak

perempuan. Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa kekurangan

gizi lebih banyak terdapat pada anak perempuan daripada anak

laki- laki.

2. Sosial Ekonomi

Keadaan sosial ekonomi suatu keluarga sangat memengaruhi

tercukupi atau tidaknya kebutuhan primer, sekunder, serta

perhatian dan kasih sayang yang akan diperoleh anak. Hal tersebut

tentu berkaitan erat dengan pendapatan keluarga, jumlah saudara

dan pendidikan orang tua. Status ekonomi rendah akan lebih

banyak membelanjakan pendapatanya untuk makan. Banyaknya

anak balita yang kurang gizi dan gizi buruk disejumlah wilayah di

30
tanah air disebabkan ketidaktahuan orang tua akan pentingnya gizi

seimbang bagi anak balita yang pada umumnya disebabkan

pendidikan orang tua yang rendah serta faktor kemiskinan.

Kurangnya asupan gizi biasanya disebabkan oleh terbatasnya

jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak

memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan dengan alasan sosial

ekonomi yaitu kemiskinan.

3. Tingkat Pendidikan Ibu

Tingkat pendidikan dalam keluarga khususnya ibu dapat

menjadi faktor yang mempengaruhi status gizi balita dalam

keluarga. Semakin tinggi pendidikan orang tua maka

pengetahuannya akan gizi akan lebih baik dari yang berpendidikan

rendah. Salah satu penyebab gizi kurang pada anak adalah

kurangnya perhatian orang tua akan gizi anak. Hal ini disebabkan

karena pendidikan dan pengetahuan gizi ibu yang rendah.

Pendidikan formal ibu akan mempengaruhi tingkat pengetahuan

gizi, semakin tinggi pendidikan ibu , maka semakin tinggi

kemampuan untuk menyeap pengetahuan praktis dan pendidikan

formal terutama melalui media. Hal serupa juga dikatakan oleh

L.Green Rooger yang menyatakan bahwa makin baik tingkat

pendidikan, maka baik pula keadaan gizi balitanya (Berg,1986).

4. Tingkat Pengetahuan Ibu

Pada keluarga tingkat pengetahuan yang rendah sering kali

31
balita harus puas dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi

kebutuhan gizi balita karena ketidahtahuan. Pengetahuan gizi yang

diperoleh ibu sangat bermanfaat, apabila ibu tersebut

mengaplikasikan pengetahuan gizi yang dimiliki. Aspek-aspek

dalam pengetahuan gizi meliputi pangan dan gizi untuk balita,

pangan dan gizi ibu hamil, pemantauan pertumbuhan anak dan

pengetahuan tentang pengasuhan anak.

5. Pendapatan Keluarga

Bila pendapatannya bertambah biasanya mereka akan

menghabiskan sebagian besar pendapatannya untuk menambah

makanan. Dengan demikian, pendapatan merupakan faktor yang

paling menentukan kuantitas dan kualitas makanan.

6. Pola Asuh Yang Kurang Memadai

Pola asuh keluarga adalah pola pendidikan yang diberikan oleh

orang tua terhadap anak-anaknya. Setiap anak membutuhkan cinta,

perhatian, kasih saying yang akan berdampak pada mental, fisik

dan emosional. Pehatian yang cukup dan pola asuh yang tepat akan

berpengaruh yang besar dalam memperbaiki status gizi . Anak yang

mendapat perhatian lebih, baik secara fisik maupun emosional

misalnya selalu mendapat senyuman, mendapat respon ketika

berceloteh, mendapat ASI dan makanan yang seimbang maka

keadaan gizinya lebih baik dibandingkan dengan teman sebayanya

yang kurang mendapatkan perhatian orangtuanya.

32
7. Sanitasi Lingkungan Yang Kurang Baik

Masalah sanitasi lingkungan merupakan determinan penting

dalam bidang kesehatan. Kesehatan lingkungan yang baik seperti

penyedia air bersih dan perilaku hidup bersih dan sehat akan

mengurangi resiko kejadian penyakit infeksi. Sebaliknya

lingkungan yang buruk seperti air minum tidak bersih, tidak ada

penampungan air limbah, tidak menggunakan dengan baik dapat

menyebabkan penyebaran penyakit. Infeksi dapat meyebabkan

kurangnya nafsu makan menjadi rendah dan akhirnya

menyebabkan kurang gizi.

8. Rendahnya Ketahanan Pangan Tingkat Tempat Tinggal

Status gizi dipengaruhi oleh ketersediaan pangan ditingkat

keluarga, hal ini sangat tergantung dari cukup tidaknya pangan

yang dikonsumsi oleh anggota keluarga untuk mencapai gizi baik

dan hidup sehat.

9. Perilaku Pada Pelayanan Kesehatan

Pemantauan pertumbuhan yang diikuti dengan tindak lanjut

berupa konseling, terutama oleh petugas kesehatan berpengaruh

pada pertumbuhan anak. Pemanfaatan fasilitas kesehatan seperti

penimbangan balita, pemberian suplemen vitamin A, penanganan

diare dengan oralit serta imunisasi.

5. Tepung Ikan Tuna

a. Definisi Tepung

33
Tepung merupakan salah satu bahan dasar dari tepung komposit

dan terdiri atas karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin.

Tepung merupakan produk setengah jadi untuk bahan baku industri

lebih lanjut. Tepung adalah partikel padat yang berbentuk butiran

halus bahkan sangat halus tergantung pada pemakaiannya. Tepung

biasanya digunakan untuk bahan baku industri, keperluan penelitian,

maupun dipakai dalam kebutuhan rumah tangga, misalnya membuat

kue dan roti. Tepung dibuat dari berbagai jenis bahan nabati, yaitu

dari bangsa padi-padian, umbi-umbian, akar-akaran, atau sayuran

yang memiliki zat tepung atau pati atau kanji. Contoh tepung nabati

adalah tepung terigu yang berasal dari gandum, tepung tapioka yang

berasal dari singkong, tepung maizena yang berasal dari jagung,

tepung ketan yang berasal dari beras ketan. Tepung dapat juga dibuat

dari bahan hewani, misalnya tepung tulang dan tepung ikan.

b. Definisi ikan tuna

Ikan tuna merupakan salah satu kelompok ikan pelagis besar yang

tersebar di seluruh Indonesia. Terdapat lima jenis ikan tuna yang

tersebar di Indoneisa, yaitu Yellowfin Tuna, Bluefin Tuna, Big Eye

Tuna, Albacore dan Skipjack Tuna

c. Kandungan Nutrisi Ikan Tuna

Ikan tuna kandungan nutrisi yang tinggi untuk mengatasi

permasalahan gizi. Selain protein yang tinggi, tuna memiliki

kandungan Vit. A, D, B6, B12 dan kaya akan mineral. Kandungan

34
omega 3 pada ikan tuna juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan

daging ayam dan sapi.

Tabel 8. Kandungan gizi dalam 100 gr


Kandungan gizi Satuan Kadar
Air g 74,7
Energi kkal 100
Protein g 13,7
Lemak g 1,5
Karbohidrat g 8,0
Serat g 0
Kalsium mg 92
Fosfor (P) mg 606
Besi (Fe) mg 1,7
Natrium (Na) mg 202
Kalium (K) mg 227,0
Tembaga (Cu) mg 0,20
Seng (Zn) mg 1,6
Sumber: Data Komposisi Pangan Indonesia 2018

b. Definisi Labu Kuning

Labu kuning merupakan tanaman merambat dengan batang

berbentuk segi lima, sangat Panjang, berambut (pilosus) yang kaku

dan tajam. Panjang batang dapat memcapai 5-10 meter atau bahkan

lebih. Sedangkan buah labu kuning memiliki berat antara 3-5 kg

bahkan bisa mencapai 15 kg. Dinding buahnya ada 3 lapisan, kulit

luar (exocarpium) yang sangat kuat daan keras berwarna kuning, kulit

tengah (mesocarpium) yang tebal berdaging dan dapat dimakan

sehingga disebut sebagai daging buah (sacocarpium) dan kulit dalam

(end ocarpium) yang berbatasan dengan ruang yang berisi biji

(semen). Buah labu kuning yang tua berwarna kuning sedangkan yang

masih muda berwarna hijau (Anonim, 2017).

a. Kandungan Nutrisi Labu Kuning

35
Labu kuning memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap

diantaranya energi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat

besi, vitamin A, B dan C. serta kaya akan betakaroten.

Tabel 9. Kandungan gizi labu kuning (per 100 g)


Kandungan Gizi Satuan Kadar
Energi Kkal 2,9
Protein G 1.1
Karbohidrat G 6,6
Lemak G 0,3
Kalsium Mg 4,5
Fosfor Mg 64,0
Zat besi Mg 1,4
Vitamin A SI 180,0
Vitamin B Mg 0,9
Vitamin C Mg 52,0
Sumber : Direktorat Gizi, Dep Kesehatan RI

Faktor yang mempengaruhi status


gizi balita : Kemenkes 2016

1. Faktor langsung
- Riwayat sakit 1 bulan
terakhir**
- Riwayat lahir**
- Riwayat Pemberian
ASI Eksklusif**
2. Faktor tidak langsung
- Jenis kelamin**
- Tingkat pendidikan
6. Kerangka Konsep
ibu**
- Tingkat pngetahuan
ibu**
- Sosial ekonomi*
- Pendapatan*
- Pola asuh*
- Rendahnya ketahanan
pangan* 36
- Perilaku layanan
kesehatan*
Status Gizi
Balita
Menurut BB/U

Keterangan :

** : Diteliti * : Tidak Diteliti

7. Hipotesis Penelitian

H0 (hipotesis nol):

Tidak terdapat pengaruh peningkatan status gizi sebelum dan sesudah

pemberian makanan tambahan (PMT) berupa snack bar tepung ikan

tuna dimodifikasi dengan tepung labu kuning.

Ha (hipotesis alternatif):

Terdapat pengaruh peningkatan status gizi sebelum dan sesudah

pemberian makanan tambahan (PMT( berupa snack bar tepung labu

kuning dimodifikasi dengan tepung ikan tuna.

8. Metodeologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian pra Eksperimen design dengan rancangan

pretest-postest desain. Penelitian ini akan mendeskripsikan

37
perbedaan pengaruh status gizi sebelum dan sesudah diberikan

intervensi berupa snack bar tepung ikan tuna dimodifikasikan

dengan tepung labu kuning.

2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Modayag Barat

Kabupaten Bolaang Mongondow Timur pada bulan maret 2024

3. Variabel Penelitian

a) Variabel Bebas (Independen): Snack bar

b) Variabel Terikat (Dependen): Peningkatan status gizi

4. Definisi Oprasional

Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur


operasional
Snack Bar Produk yang Timbangan bahan Diukur berat
digunakan berupa makanan snack bar yang
snack bar tepung diberikan
ikan tuna
dimodifikasikan
dengan tepung
labu kuning
sebagai bahan
intervensi dalam
penelitian ini dan
produk diberikan
selama 14 hari
Riwayat Lahir sebanyak 30 gr. Buku KIA dan
(Berat Badan Merupakan Kuesioner Wawancara
Lahir) gambaran berat
badan ditimbang
pada saat lahir
sampai dengan 24
jam pertama
Jenis Kelamin setelah lahir Kuesioner
Varian yang Wawancara
terdiri dari laki-
Tingkat laki dan Kuesioner
Pendidikan Ibu perempuan Wawancara

38
Jenjang
pendidikan
formal yang
ditempuh
oleh ibu sebagai
bekal agar dapat
mendidik anak-
Tingkat anaknya dengan
Pengetahuan Ibu baik Wawancara
Tentang Gizi Pengukuran
Balita pengetahuan ibu
dilakukan dengan
wawancara atau
angket yang
menanyakan isi
materi.

1. Pengerti
2. an dan
prinsip gizi
balita.
3. Nurisi dan
kebutuhan
gizi balita.
4. Menyusun
menu balita.
5. Gizi Buku KIA dan
Riwayat seimbang
Pemberian ASI Kuesioner Wawancara
balita.
Eksklusif 6. Status gizi
balita.
ASI tanpa susu
atau makanan
tambahan
diberikan
Riwayat Sakit 1 kepada anak Kuesioner
sampai umur 6 Wawancara
Bulan
bulan dan yang
terecord di Buku
KIA .
Gambaran
riwayatsakit
pada balita
dalam 1 bulan
terakhir

39
Peingkatan Status Keadaan dari Antropometri dan Melakukan
Gizi Balita balita yang dapat timbangan injak penimbangan
ditentukan dari berat badan balita
indikator berat
badan menurut
umur (BB/U)
dengan nilai Z-
Score < -3 SD

5. Populasi dan Sampel

a) Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah balita gizi kurang di Desa

Bongkudai Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.

b) Kriteria Sampel

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu balita gizi

kurang 0-59 bulan yang bersedia diukur berat badan, tinggi

badan,dan bersedia diwawancarai serta hadir pada saat

penelitian.

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu anak yang

tidak bersedia menjadi responden dan anak yang tidak

bersedia diukur tinggi badan, berat badan dan tidak bersedia

untuk diwawancarai serta tidak hadir pada saat penelitian.

c) Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampel yang digunakan adalah teknik total

sampling, Analisis data menggunakan paired sampel t-test

40
dengan terlebih dahulu melakukan uji normalitas data. Teknik

ini dilakukan sesuai dengan inklusi sampel yaitu anak balita gizi

kurang yang bersedia menjadi responden serta anak balita gizi

kurang yang bersedia diukur berat badan, tinggi dan bersedia

untuk diwawancarai serta hadir pada saat penelitian.

d) Sampel
2
z1- α /2 [ P 1 ( 1- P1 ) + P 2(1-P 2)]
n=

1,96 ² [ 0,24 (1-0,24 ) +0,19(1-0,19)]


=0,20²

3,84 [0,24 ( 0,76 ) +0,19(0,81)]


¿
0,04

3,84 [0,18+0,15]
¿
0,04

3,84 (0,33)
¿
0,04

1,27
¿
0,04

= 32

6. Instrumen Penelitian

a) Formulir antropometri

b) Formulir food recall 1 x 24 jam

7. Teknik Pengumpulan Data

a) Jenis dan sumber data

1) Data Primer

Data primer meliputi data asupan makan yang diperoleh

41
melalui recall 1 x 24 jam. Selanjutnya data status gizi

yang diperoleh melalui pengukuran antropometri

sebelum dan sesudah pemberian snack bar.

2) Data Sekunder

Data sekunder Puskesmas Modayag Barat adalah salah

satu kesatuan organisasi kesehatan di moyongkota, kec.

Modayag barat, kab. Bolaang mongondow timur.

8. Jalan Penelitian/Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dimulai dari peneliti mengurus

perijinan untuk melakukan penelitian dari Jurusan Gizi

Poltekkes Kemenkes Manado ditujukan kepada kepala desa

Bongkudai Moonow diberikan ijin resmi untuk melakukan

penelitian Bongkudai Moonow. Langkah-langkah dalam

pengumpulan data penelitian ini meliputi:

1. Mengurus surat keterangan kelayakan etika penelitian ke

Komisi Etika Penelitian Poltekkes Kemenkes Manado.

2. Peneliti membawa surat ijin penelitian ke kepala desa

bongkudai moonow.

3. Menentukan subjek penelitian.

4. Menjelaskan tentang prosedur pengambilan data.

5. Menjelaskan tentang pemberian produk yang akan

diberikan selama 2 minggu pada jam 09.00.

42
6. Melakukan pengukuran berat badan, tinggi badan dan

recall 1 x 24 jam melalui wawancara pada ibu balita.

7. Data-data yang diperoleh dicatat pada format pengumpulan

data yang telah disiapkan sebelumnya.

8. Selanjutnya data yang terkumpul dilakukan pengolahan

data, analisa data serta penyajian data dalam bentuk tabel.

9. Pengolahan Data dan Analisis Data

a) Pengolahan Data :

1. Editing: proses pengecekan data pengukuran status gizi

apakah sudah lengkap, jelas, relevan dengan data.

2. Coding: proses pemberian kode untuk mempermudah

pengolahan data.

3. Cleaning: pengecekan kembali data yang sudah dikumpul

untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan dan

memperbaiki data yang tidak sesuai selanjutnya akan

dilakukan perbaikan.

4. Entry Data: Data yang dimasukan pada proses entry yaitu

data nama, umur, status gizi menggunakan Software

Statistik.

b) Analisis Data :

1. Analisis Univariat

Analisis yang dilakukan dengan mendeskripsikan setiap

variabel dalam penelitian meliputi umur dan status gizi

43
sebelum dan sesudah perlakuan.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui adanya

hubungan, korelasi, dan perbedaan. Analisis pada penelitian

ini menggunakan uji Anova dan uji Paire d T-test untuk

menganalisis peningkatan status gizi dan efektifitas

pemberian makanan tambahan (PMT) sebelum dan sesudah

pemberian snack bar tepung ikan tuna mix tepung labu

kuning.

10. Prosedur Kerja

a) Menyediakan Bahan-Bahan

Ikan tuna dibeli di supermarket lalu di potong-potong dan di

cuci. Labu kuning dibeli di supermarket lalu dikupas dan dicuci.

Baking powder, gula pasir, garam, telur, susu cair, pasta vanila,

dan margarin dibeli disupermaket.

b) Pembuatan Snack Bar

1. Siapkan alat : Timbangan, sendok, loyang, dan oven.

2. Siapkan bahan dan timbang tepung ikan tuna, tepung labu

kuning, Baking powder, gula pasir, garam, telur, susu cair,

pasta vanila, dan margarin.

3. Mengayak tepung ikan tuna, tepung labu kuning dan baking

powder lalu tambahkan gula pasir dan garam, aduk sampai

rata.

44
4. Kemudian campur telur, susu cair, vanila pasta dan margarin

leleh.

5. Lalu tuang ke dalam adonan tepung sambil diaduk rata. Lalu,

sebarkan pada loyang berukuran 26 x 10 x 4 cm yang diolesi

margarin sebelumnya.

6. Kemudian dipanggang dalam oven dengan suhu 180 o selama

30 menit hingga matang merata.

11. Jadwal Penelitian

45
N Tahun  
 
o Kegiatan Tahun 2022  
2023  
J
    M A M J J A M A M J
u
    r P e u u g a p E u
l
    t R i n l s r r I n
Penyusunan
 
1 Proposal                    
Seminar
 
2 Proposal                  
Perbaikan
 
3 Proposal                    
Pengurusan
etik
4 penelitian
Pengambilan
 
5 Data                    
Pengolahan
 
6 Data                    
Penyusunan
 
7 Skripsi                    
Seminar
 
8 Hasil                    
Revisi Hasil
 
9 Sidang                    
Penjilidan
Laporan
 
10 Penelitian                    

46
12. Biaya Penelitian

No Jenis Pengeluaran Anggaran


1 Kertas HVS Rp.150.000
2 Pulpen Rp.30.000
3 Baliho Rp.60.000
4 Konsumsi Rp.400.000
5 Fotocopy/Jilid Rp.200.000
6 Tinta Print Rp.150.000
7 Transportasi
Mahasiswa : Rp.300.000
Supervisior : Rp.1000.000
8 Ikan Tuna Rp. 500.000
9 Labu Kuning Rp.200.000
10 Gula Pasir Rp.100.000
11 Garam Rp 50.000
12 Margarin Rp.100.000
13 Baking Powder Rp.100.000
14 Pasta Vanila Rp.100.000
Jumlah Rp. 3.440.000

47
DAFTAR PUSTAKA

Arum Sekar Rahayuning Putri and Trias Mahmudiono, “Efektivitas Pemberian


Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan Pada Status Gizi Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Simomulyo, Surabaya,” Amerta Nutr , vol. 4, no. 1, pp.
58–64, 2020
Archia Aguw.(2019). Hubungan Antara Status Imunisasi dan Pemberian ASI
Eksklusif dengan Status Gizi Balita Usia 24059 Bulan di Desa Tateeli Weru
Kecamatan Mandolang Kabupaten Minahasa
Departemen Kesehatan RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014.
Jakarta : Depkes RI
Depkes RI (2011). Buku Panduan Kader Posyandu Dalam Menuju Keluarga
Sadar Gizi. Jakarta.
Dewi, A.B.F.K., Nurul P. Dan Ibnu F. Ilmu Gizi Untuk Praktisi
Kesehatan.Yogyakarta: Graha Ilmu; (2013)

(Firdaus, Maulana., 2018). PROFIL PERIKANAN TUNA DAN CAKALANG DI


INDONESIA. Buletin Ilmiah “MARINA” Sosial Ekonomi Kelautan dan
Perikanan, Vol. , No.1, 23-32
Gunawan G, Fadlyana E, Kusnandi R (2011). Hubungan Status Gizi dan
Perkembangan Anak Usia 1-2 Tahun. Sari Pediatri. (2011);13(2):142-146.
Hasdianah, HR., (2014). Gizi, Pemanfaatan Gizi, Diet, dan Obesitas. Yogyakarta:
Nuha Medika
Iskandar. [2017]. Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan
Modifikasi Terhadap Status Gizi Balita. Jurnal AcTion: Aceh
Nutrition Journal. November 2017;2(2): 120-125
Irlina Raswanti Irawan et al., “Faktor Risiko Underweight Pada Balita Di
Perkotaan Dan Perdesaan Indonesia [Analisis Data Studi Status Gizi Balita
Indonesia [Analisis Data Studi Status Gizi Balita Indonesia 2019],”
Penelitian Gizi Dan Makanan, vol. 1, no (Placeholder1). 45, pp. 47–58,
2022.
Irwan and Nur Ayini S. Lalu, “Pemberian Pmt Modifikasi Berbasis Kearifan
Lokal Pada Balita Stunting Dan Gizi Kurang,” JPKM : Jurnal Pengabdian

48
Kesehatan Masyarakat, vol. 1, pp. 38–54, Nov. 2020
I. Rini, R. D. Pangestuti, and M. . Z. Rahfiludin, “Pengaruh Pemberian Makanan
Tambahan Pemulihan (PMT-P) Terhadap Perubahan Status Gizi Balita Gizi
Buruk Tahun 2017 (Studi di Rumah Gizi Kota Semarang),” . J. Kesehat.
Masy, pp. 698–705, 2017
Irawati Y, (2007). Hubungan antara Riwayat Infeksi dan Pengetahuan Gizi Iu
dengan Status Gizi Balita di Puskesmas Jatibarang Brebes. Semarang:
Universitas Muhammadiya Semarang
KemenKes. RI. (2014). Pedoman Gizi Seimbang. Direktorat Jenderal Bina Gizi
dan KIA. Jakarta. Halaman 12-22
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Kemenkes RI; (2016)
Khum32waidi. Gizi Masyarakat. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia; (2012)
Kusumawati, H. N., & Noer, E. R. (2016). Perbedaan Asupan Zat Gizi Makro
Sebelum dan Setelah Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
Bubur Instan Berbasis Ikan Gabus dan Labu Kuning pada Balita Gizi
Kurang (Doctoral dissertation, Diponegoro University).
Pusdatin Kemenkes RI., “Data dan Informasi Kesehatan: Situasi Balita Pendek
(Stunting) di Indonesia,” Kementerian Kesehatan Republik Indonesia., 2018
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 2 tahun 2020 tentang
Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Direktorat Jenderal Bina
Gizi Kesehatan Ibu dan Anak
Peraturan Bupati Ngawi Nomor 8 Tahun 2013 tentang Pedoman Umum
Pelaksanaan Penanganan Gizi Buruk. Ngawi, Dinas Kesehatan Kabupaten
Ngawi.
Proverawati, Atikah dan Wati, Erna Kusuma. (2010). Ilmu Gizi untuk
Keperawatan & Gizi Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika
Putri.(2015) Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dan Tingkat Pendapatan Keluarga
dengan Status Gizi Anak Prasekolah dan Sekolah Dasar di Kecamatan
Godean.Kes Mas : :7(1) : 15-20
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan

49
Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/fi
les/Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf – Diakses Desember 2020
Rosdiana.(2020).Faktor Yang Berhubungan dengan Status Gizi Anak Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Kassi Kassi Kota Makassar
Roshe et al .(2013).Mengenal ASI Eksklusif: Jakarta
Santoso, S. dan Anne L. Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Rineka Cipta; (2009).
Sediaoetama.(2000). Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia Jilid
Jakarta: Dian Rakyat
Septiari, B. (2012). Mencetak Balita Cerdas dan Pola Asuh Orang
Tua.Yogyakarta: Nuha Medika.
Septikasari.(2016).Status Gizi Anak dan Faktor yang Mempengaruhi.Yogyakarta:
UNY Press
Sibagariang, E. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Trans Info Media;
(2010).
Soekirman.(2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Soetjiningsih dan Ranuh, G. Tumbuh Kembang Anak Ed 2. Jakarta: EGC; (2013)
Unicef, WHO, World Bank Group. Levels and trends in child malnutrition.
Geneva 2017.
Wulandari. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi Anak
usia 1-3 tahun. Riau: Universitas Riau. (2019).
Yayuk, Farida, dkk. (2004). Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya.
Jakarta

50
1
20

Anda mungkin juga menyukai