(Salah Satu Syarat Dalam Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Penulisan
Ilmiah)
Dosen Pengampu: Widani Darma Isasih , S.Gz., M.kes
DISUSUN OLEH:
Anggita Cahyani 2102010027
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas Mini Research yang berjudul "Hubungan waktu pemberian makanan tambahan
dengan status gizi balita " dengan tepat waktu.
Mini Research disusun untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester Selain itu, Mini
research ini bertujuan menambah wawasan tentang KESEHATAN bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya mini research ini.
Penulis menyadari mini research ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan mini research ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
2.1. LATAR BELAKANG
Status gizi merupakan hasil akhir dari keadaan tubuh berdasarkan keseimbangan zat
gizi yang dibutuhkan tubuh untuk dikonsumsi. Status gizi buruk pada balita dapat
(PMT). Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi adalah pengetahuan ibu
(Rachmawati & Santi, 2023). Status gizi seseorang ditentukan sejak dalam kandungan
dan selama menyusui. Asupan gizi yang baik sejak dalam kandungan merupakan faktor
penunjang status gizi pada anak usia dini. Pemberian makanan tambahan terlalu dini
bayi dan anak,serta pola asuh yang tidak sehat merupakan penyebab secara langsung
dan tidak langsung menjadi peyebab utama kekurangan gizi dan obesitas pada anak
banyak ibu yang tinggal di perkotaan dan pedesaan, memilih untuk bekerja membantu
suami mencari nafkah. Akibatnya, mereka kesulitan menyusui bayinya dan lebih
cenderung diberikan PASI atau susu formula, meskipun ASI tetap diberikan. Dalam
kasus lain, agar bayi tidak lapar dan menangis, mereka diberikan makanan di bulan
pertama kehidupannya, seperti bubur pisang, bubur beras, bubur tepung, tepung beras
pisang, dll, yang terkait dengan makanan tambahan ASI makanan MP ASI (Gizi, 2021)
4
2.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan pemberian makanan tambahan pada balita?
2. Apa saja kandungan pengembangan Biskuit Mpasi ?
3. Apa saja manfaat mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan PMT balita?
4. Apa saja Kombinasi dari Pemberian Makanan Tambahan pada balita?
2.3 TUJUAN
Untuk menganalisis hubungan waktu pemberian makanan tambahan dengan status gizi
balita. Pemberian makanan tambahan balita dengan pola asuh yang tidak sehat dan
pengetahuan ibu yang kurang dapat menimbulkan kelebihan status gizi pada balita
dengan adanya kebiasaan makanan yang tidak sehat karena balita cenderung di berikan
makanan protein dan lemak tinggi.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Permenkes dalam (Rachmawati & Santi, 2023) Pada usia Balita Sering di
sebut sebagai masa kritis dimana harus ada ketersediaan Sumber daya manusia yang
memiliki kualitas, terutama pada dua tahun pertama yang di anggap sebagai masa emas
Status gizi yang baik, Karena status gizi sangat memegang peranan penting dalam
Zogara dalam (Muliani et al., 2021) Masalah yang paling signifikan mempengaruhi
status gizi balita adalah batas waktu penyampaian MPASI. Pemberian MPASI terlalu
enzim yang belum termurnikan sempurna ecernaan balita dibawah usia 6 bulan belum
mampu mencerna makanan dengan baik dikarenakan enzim bayi yang belum
bulan tidak mampu menyaring makanan dengan baik sehingga sangat rentan terhadap
dalam (Muliani et al., 2021) Edukasi tentang PMT yang benar dengan memberikan
makanan tambahan berdasarkan bahan makanan yang ada dalam keluarga Program
PMT bertujuan untuk meningkatkan status gizi balita. Salah satu faktor penyebabnya
rendahnya status gizi balita adalah pola konsusmsi MPASI yang kurang memadai
terkait dengan waktu dan cara pembuatannya. Asi eksklusif selama 6 bulan sangat
penting untuk mencegah Kesakitan dan kematian bayi.Pemberian MPASI sebelum usia
6 bulan dapat mengurang jumlah Asi yang di berikan pada anak dapat mengakibatkan
anak sedikit menerima antibody yang di produksi oleh Asi.Balita mudah terserang
6
berbagai jenis penyakit infeksi yang merupakan gejala potensial.Resiko dengan cara ini
dapat di perparah dengan Kondisi lingkungan sekitar bayi yang tidak sehat sehingga
perkembangan ekonomi yang buruk, kemiskinan, masalah iklim dan perang, serta
faktor-faktor lain yang berperan, antara lain jumlah anggota keluarga, pola makan yang
buruk, dan tingginya insiden malnutrisi. dan penyakit menular. Faktor lain yang
berkontribusi terhadap prevalensi gizi buruk pada balita adalah pemberian makanan
permasalahan di atas perlu diadakan penyuluhan MP ASI (MP ASI) dan pelatihan
MPASI buatan rumah (MP ASI). Upaya pencegahan dan pengurangan pemberian ASI
dini (MPASI) membutuhkan peran keluarga, dokter khususnya bidan, dan pemerintah.
Saat Posyand terbentuk, bidan akan dapat memberikan penyuluhan gizi kepada bayi
setiap bulan, memberikan brosur tentang ASI eksklusif dan MP ASI, serta contoh gizi
seimbang untuk tumbuh kembang anak. Sedangkan peran keluarga terutama ibu adalah
memperhatikan pemberian makanan tambahan pada saat setelah anak mencapai usia
lanjut, agar gizi anak tercukupi. Selain itu,pemerintah juga harus meningkatkan kualitas
posyandu, tidak hanya dalam penimbangan dan vaksinasi, tetapi juga penyuluhan
tentang pentingnya pemberian makanan bayi yang bergizi dan pemantauan tumbuh
kembang anak, sehingga tumbuh kembang anak sebagai calon generasi penerus bangsa
7
Pemberian Makanan Pendamping Makanan Pendamping (PMT) adalah kegiatan
pemberian makanan kepada anak usia dini berupa jajanan yang aman, bermutu, dengan
memperhatikan mutu dan kegiatan pendukung lainnya dalam hal keamanan pangan. Dan
mengandung nilai gizi yang memenuhi target kebutuhan. Ada dua jenis makanan
pendamping ASI (PMT), MPASI pemulihan (PMT) dan MPASI konseling (PMT).
Keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu memenuhi kebutuhan gizi yang dibutuhkan
oleh anak kecil. PMT Pemulihan dirancang untuk memenuhi kebutuhan gizi anak kecil
serta kebutuhan belajar ibu dari anak kecil sasaran. Pemulihan PMT diberikan dalam
bentuk pangan atau bahan pangan lokal. Ditujukan hanya untuk anak kurang gizi di
bawah usia lima tahun dan sebagai pelengkap makanan sehari-hari, bukan sebagai
pengganti makanan utama. Pilih makanan penyembuhan yang dibuat dengan bahan-
bahan lokal. jika bahan lokal terbatas, makanan produksi lokal dapat digunakan, tetapi
pangan. Preferensi diberikan pada sumber protein hewani dan nabati serta sumber
2021).Menurut Pusdatin Kemenkes RI dan Rahayu dalam (Safrina & Putri, 2022) PMT
untuk anak balita dirancang untuk dapat menjawab Kebutuhan nutrisi anak dan balita,
mengutamakan nilai gizi yang dibutuhkan oleh anak-anak Balita. Menurut Damayanti,
dkk dalam (Safrina & Putri, 2022)menjelaskan bahwa PMT dapat mencukupi kebutuhan
nutrisi, sehingga berat badan sesuai usianya dapat tercapai. PMT dapat berupa produk
yang kaya akan gizi dan makanan yang menyehatkan. Selain Selain biskuit, PMT yang
dapat diberikan kepada balita yaitu daun kelor. Menurut Muliawati, dkk. dalam (Safrina
& Putri, 2022) juga menyatakan bahwa ekstrak daun kelor yang begitu banyak sangat
8
bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita. Menurut Irwan, dkk.
Dalam (Safrina & Putri, 2022) diketahui bahwa pemberian cookies tepung daun dan biji
kelor dapat meningkatkan berat badan anak balita. Pendidikan ibu merupakan modal
utama penopang ekonomi keluarga dan berperan penting dalam menyiapkan makanan
keluarga, membesarkan dan mengasuh anak. Bagi keluarga dengan tingkat pendidikan
yang lebih tinggi, mereka lebih mudah mengakses informasi kesehatan khususnya di
bidang gizi, sehingga dapat menambah pengetahuan dan mampu menerapkannya dalam
mereka sendiri dan orang-orang yang bergantung pada mereka. Wanita dengan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki kesehatan yang lebih baik. Jika tingkat
pendidikan dan pengetahuan ibu rendah, akibatnya ibu tidak dapat memilih apakah
makanan yang diberikan untuk keluarga memenuhi syarat gizi seimbang.(Ahmad et al.,
2023). Pertambahan berat badan yang sangat cepat pada bayi Anda dikaitkan dengan
masalah pertumbuhan, jumlah, ukuran atau dimensi yang masif pada tingkat sel, dan
organ bayi Anda biasanya diukur berdasarkan beratnya. Untuk menambah kandungan
gizi, bahan-bahan tersebut dapat diganti dengan makanan lokal sumber protein dan
vitamin. Kacang hijau merupakan bahan pangan lokal dengan nilai gizi tinggi yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pangan yang mudah didapat di masyarakat. Zat
gizi yang terkandung dalam kacang hijau (Phaseolus radiatus) antara lain karbohidrat
yang merupakan komponen terbesar dalam kacang hijau yaitu mencapai 62-63%.
Kandungan lemak kacang hijau adalah 0,7-1 g/kg kacang hijau segar, dimana 73% lemak
tak jenuh dan 27% lemak jenuh, sehingga aman dikonsumsi. Dari segi kandungan,
9
mengandung 20-25% protein. Kecernaan protein dalam kacang hijau mentah adalah
sekitar 77%. Selain kacang hijau, salah satu sumber protein hewani yang dibutuhkan
tubuh dipenuhi melalui konsumsi telur. Kandungan gizi telur adalah: air 73,7%, protein
12,9%, lemak 11,2%, karbohidrat 0,9%. Orang Indonesia biasanya memenuhi kebutuhan
proteinnya dengan mengonsumsi telur. Manfaat telur bagi kehidupan manusia sangatlah
besar sehingga sangat dianjurkan bagi anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan
untuk mengkonsumsi telur. (Erty Suksesty, 2020). Menurut Muharyani et.,al dalam
(Permatasari et al., 2020) Keterampilan Pemberian Makanan Tambahan bayi juga harus
dilatih, dan salah satu cara untuk melatih keterampilan makan bayi Anda adalah melalui
baby-led weaning. Bentuk makanan yang cocok untuk menyapih bayi Anda adalah finger
food. Salah satu jenis makanan bayi berupa finger food adalah biskuit yaitu produk
makanan kering yang dipanggang dari adonan yang terbuat dari tepung terigu, lemak,
pengembang dan penambahan bahan makanan lain yang diperbolehkan. Bahan baku
utama biskuit adalah tepung terigu yang sebagian besar merupakan produk impor. Oleh
karena itu perlu dilakukan penggantian tepung terigu dengan tepung kacang tunggak dan
tepung hati ayam untuk meningkatkan nilai gizinya. Menurut Hidayati et al., dalam
(Permatasari et al., 2020) Kacang tunggak (Vignaunguiculata L), juga disebut kacang
tolo, adalah salah satu jenis kacang yang telah lama dibudidayakan di Indonesia.
Mengandung 331 kalsium dalam 100 gram kacang tunggak, 56,6 gram karbohidrat, 1,9
gram lemak, 24,4 gram protein, 13,9 miligram besi (Fe) dan 5,9 miligram seng (Zn)
(TKPI, 2014). Kandungan tinggi besi (Fe) dan seng (Zn) dalam kacang tunggak dapat
membantu mengatasi masalah gizi mikro pada balita. Salah satu penyebab utama
kematian anak di negara berkembang adalah defisiensi seng. Selain itu, jika asupan besi
kurang dari 80% AKG, atau angka kecukupan gizi, anak beresiko 3,46 kali lebih besar
menjadi stunting dibandingkan dengan anak yang menerima asupan besi yang cukup.
10
BAB III
HASIL PEMBAHASAN
Menurut Lestari dalam (Wati, 2020) menyatakan bahwa Program Pemberian Tambahan
Makanan (PMT) adalah inisiatif untuk perbaikan gizi balita yang bertujuan untuk
dengan orang tua dan kader posyandu, ditemukan bahwa orang tua telah memberikan
Menurut Purba, lili sari A. and Harahap dalam (Ningsih et al., 2022) Konseling gizi adalah
suatu proses dua arah di mana klien dan konselor berbicara tentang masalah gizi untuk
membantu klien mengidentifikasi masalah gizi. Metode konseling dengan leflet berbeda
dari pengetahuan ibu tentang pencegahan gizi. Tahapan konseling, di mana materi
memengaruhi peningkatan pengetahuan. Ibu akan lebih mudah memilih makanan apa
yang harus dimakan anaknya jika mereka tahu apa yang sehat. Mengedukasi pentingnya
perbaikan gizi pada balita stunting untuk membantu meningkatkan pertumbuhan fisik dan
asupan gizi, khususnya protein.(Erty Suksesty, 2020). Untuk mengatasi kekurangan gizi
pada kelompok usia balita yang kurang gizi, program Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) Pemulihan diberikan oleh pemerintah kepada kelompok usia balita sebagai
tambahan pada makanan utama sehari-hari(Balita et al., 2022). Menurut Riskesdas tahun
2013 dalam (Pramandani et al., 2019) Masalah kurang energi protein merupakan salah
satu masalah gizi utama di Indonesia. menunjukkan bahwa secara nasional prevalensi
balita dengan gizi kurang dan gizi buruk meningkat menjadi 19,6% yang terdiri dari 5,7%
11
gizi buruk dan 13,9% gizi kurang. Jika dibandingkan dengan data tahun 2010 yaitu 17,9%
yang terdiri dari gizi kurang sebesar 13% dan gizi buruk sebesar 4,9%. Untuk mencapai
sasaran MDGs tahun 2015 yaitu 15,5% maka prevalensi gizi buruk dan gizi kurang secara
nasional harus diturunkan sebesar 4,1% dalam periode 2013 sampai 2015.Menurut (Erty
Suksesty, 2020) pemberian PMT yang berkualitas secara terus menerus yang
tambahan perbaikan yang mengandung zat gizi yang dapat membantu memenuhi asupan
balita sehingga tingkat asupan dalam sehari sebagian besar dapat terpenuhi.
dengan konsumsi pangan yang cukup, asupan yang cukup dapat menyebabkan
peningkatan pada status gizi. Konsumsi PMT Pemulihan dapat membantu memenuhi
diberikan secara tepat maka dapat menyebabkan status gizi menjadi lebih baik. Menurut
mengkonsumsi makanan instan dapat mengakibatkan pada pola konsumsi yang kurang
seimbang, dimana biasanya anak akan menjadi pilih-pilih makanan atau hanya mau
mengkonsumsi makanan tertentu. Kondisi ini akan diperparah ketika orang tua yang
kurang tegas dan selalu menyiapkan makanan sesuai kesukaan anak. Orang tua takut anak
tidak mau makan jika disediakan makanan dengan menu seimbang, sehingga lebih
memilih menyediakan makanan sesuai kesukaan anak seperti sosis, nugget, serta makanan
yang diolah dengan di goreng serta mengabaikan konsumsi buah dan sayur. Pencegahan
Kesehatan RI dalam (Audyla Sri Putri, Dewi Martha Indria*, n.d.) dalam merubah
perilaku sesorang perlu dilaksanakan strategi promosi kesehatan paripurna, salah satunya
sangat penting dan bahkan dapat dikatakan sebagai ujung tombak dalam terbentuknya
12
perilaku seseorang. Pemberdayaan pengetahuan dan informasi adalah proses pemberian
pengetahuan dan informasi kepada individu, keluarga atau kelompok secara terus-
individu, agar individu tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar
(knowledge), dari tahu menjadi mau (attitude) dan dari mau menjadi mampu
melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (practice). upaya yang dapat dilakukan adalah
dengan peningkatan pengetahuan gizi tentang pola makan yang baik, zat gizi yang adekuat
tidak harus mahal, pemenuhan asupan makanan yang cukup sangat penting bagi seorang
wanita sejak sebelum menikah karena wanita akan menjadi seorang ibu yang akan
mendidik dan membesarkan anak. Ibu mempengaruhi pemilihan makanan dalam satu
keluarga sehingga pengetahuan terkait gizi sangat penting. Posyandu sebagai salah satu
wadah skrining awal kesehatan menjadi titik penting dalam memotong rantai pemahaman
yang kurang terkait kesehatan. Kader posyandu merupakan salah satu penyambung
informasi yang efektif pada masyarakat agar rantai kebiasaan yang mengakibatkan
stunting dapat menurun(Asmi & Alamsah, 2022). Menurut Nadimin et al., dalam
(Nadimin, 2022) Peningkatan status gizi anak balita yang mendapat intervensi PMT-Tibus
dan edukasi gizi terlihat sangat konsisten pada indikator BB/U dan BB/TB. Kelompok
intervensi ini mengalami peningkatan nilai Z-BB/U dan Z-BB/TB yang lebih tinggi dari
edukasi gizi mengalami penurunan nilai Z-BB/U dan Z-BB/TB. Hasil ini memberikan
pesan bahwa edukasi gizi saja tidak cukup untuk meningkatkan status gizi anak. Edukasi
yang seimbang bagi anaknya. Pemberian makanan tambahan merupakan salah satu
program pengentasan
13
malnutrisi di Indonesia. PMT diberikan dalam bentuk makanan pendamping di luar waktu
makanan utama. Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan zat gizi balita tanpa
mengurangi porsi makanan utama Terdapat 2 jenis PMT yang diberikan kepada balita,
yaitu PMT pemulihan dan PMT penyuluhan. Keduanya memiliki fungsi yang berbeda
terkait perbaikan status gizi pada balita. PMT pemulihan diberikan kepada balita dengan
status gizi buruk dan membutuhkan perbaikan zat gizi segera. Sementara PMT
perubahan status gizinya pun akan lebih lama. Paling tidak dibutuhkan ±3 bulan untuk
dapat melihat perubahan status gizi balita setelah diberikan PMT pemulihan secara rutin
(Astani et al., 2023) Pemberian makanan tambahan ini dilakukan secara berkala sesuai
dengan kesepakatan antara koordinator kelas dan orang tua. Kegiatan pemberian makanan
tambahan untuk anak ini akan lebih baik apabila diadakan setiap hari dengan menu yang
beragam mulai dari snak yang bergizi, dan sehat. Kemudian lebih bagus lagi jika
berkoordinasi dengan ahli gizi atau puskesmas terdekat mengenai menu yang akan
(Safrina & Putri, 2022) Peningkatan tinggi badan ini diketahui bahwa PMT yang diolah
dari daun kelor dan ikan lumi lumi mengandung nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh bayi
dan balita selama masa pertumbuhan dan perkembangan. Seperti yang diketahui daun
kelor merupakan tanaman yang banyak manfaatnya karena kaya akan vitamin dan mineral
dan berbagai zat lain yang berguna dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pemberian makanan tambahan pemulihan ini untuk menaikkan status gizi dan mencukupi
kebutuhan zat gizi anak agar tercapainya status gizi yang sesuai dengan usia anak Adapun
faktor yang mempengaruhi berat badan balita kurang adalah penyebab langsung dan
penyebab tidak langsung. Penyebab langsung meliputi masalah asupan gizi dipengaruhi
oleh ketidakseimbangan asupan makanan, penyakit infeksi yang diderita. Infeksi berat
14
bisa memperburuk keadaan gizi melalui gangguan masukan makanannya Sedangkan dari
penyebab tidak langsung meliputi tidak cukup pangan yang tidak tersedianya makanan
yang adekuat terkait kondisi sosial ekonomi seperti kemiskinan merupakan penyebab
pokok atau akar masalah kurang gizi. Kurangnya nafsu makan ketika menginjak usia
balita membuat orangtua khawatir atau cemas Pola asuh orangtua dan sanitasi lingkungan
akan menjadi masalah kesehatan apabila tidak melakukan cara pencegahan baik dimulai
15
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, S., Sulandjari, K., Nasution, N. S., Keguruan, F., Universitas, P., & Karawang, S.
(2022). Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat J-Abdi Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat. SWARNA: Jurnal Pengabdian KepadaMasyarakat,
1(11), 3123–3132.
Ahmad, Z. F., Dulahu, W. Y., & Aulia, U. (2023). Sosialisasi dan Konseling Pencegahan
Stunting Serta Pemberian Makanan Tambahan berbahan Daun Kelor. Jurnal
Pengabdian Masyarakat Farmasi , 2(1), 14–21.
https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/Jpmf,
Asmi, N. F., & Alamsah, D. (2022). Edukasi Pembuatan Menu PMT Berbasis Pangan Lokal
pada Kader Posyandu Puskesmas Mekar Mukti. Poltekita: Jurnal Pengabdian
Masyarakat, 3(4), 816–824. https://doi.org/10.33860/pjpm.v3i4.1215
Astani, A. D., Sundu, R., & Fatimah, N. (2023). Edukasi Optimalisasi Pelaksanaan
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Kelurahan Sei Keledang. Jurnal
Abdi Masyarakat Kita, 3(1), 1–13. https://doi.org/10.33759/asta.v3i1.363
Audyla Sri Putri, Dewi Martha Indria*, E. S. (n.d.). PENGARUH PENGETAHUAN IBU
DAN POLA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP
STATUS GIZI BAYI USIA 6-12 BULAN DI KECAMATAN PUJON
KABUPATEN MALANG Audyla Sri Putri, Dewi Martha Indria*, Erna
Sulistyowati Program Studi Pendidikan Dokter, Universitas Islam Ma. 1–9.
Balita, P., Desa, D. I., & Kabupaten, P. (2022). BAKTIMU : Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat STF Muhammadiyah Cirebon ABSTRAK Kurang gizi merupakan
salah satu masalah gizi utama pada balita di Indonesia . Salah satu cara yang
dapat dilakukan adalah dengan peningkatan kesadaran gizi yang baik dengan
Pe. 2(2), 249–256.
Darubekti, N. (2021). Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan Bagi Balita Gizi
Buruk. Prosiding Seminar Nasional Penelitian Dan Pengabdian 2021, 3(49),
978–623.
Erty Suksesty, C. (2020). Efektifitas Program Pemberian Makanan Tambahan Menggunakan
Kombinasi Jus Kacang Hijau Dan Telur Ayam Rebus Terhadap Perubahan
Status Gizi Stunting Di Kabupaten Pandeglang. Jurnal IMJ: Indonesia
Midwifery Journal, 3(2), 35–41.
16
Gizi, S. (2021). HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ( MP ) ASI DINI
DENGAN STATUS GIZI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN ( Studi Di Desa
Candimulyo Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang ) Siti Shofiyah
STIKES Insan Cendekia Medika Jombang Email :
sitishofiyah215@gmail.com ABSTRA. Shofiyah,S.
Ichsan, O. A. N., Priyambodo, G. W., Noviana, I., Rahmawati, K. D., & Nurhuda, M. (2022).
Efektivitas Pendampingan Dan Pemberian Makanan Tambahan (Pmt) Pada
Anak Penderita Stunting Di Kelurahan Semanggi Provinsi Jawa Tengah. JMM
(Jurnal Masyarakat Mandiri), 6(1), 731.
https://doi.org/10.31764/jmm.v6i1.6612
Muliani, S., Safinatunnaja, B., & Mardianti, N. L. (2021). Hubungan waktu pemberian
makanan tambahan dengan status gizi balita. Journal of Midwifery Science
and Women’s Health, 2(1), 26–30. https://doi.org/10.36082/jmswh.v2i1.360
Nadimin, N. (2022). Pemberian makanan tambahan subtitusi tepung ikan gabus (PMT-tibus)
dalam meningkatkan status gizi anak balita. AcTion: Aceh Nutrition Journal,
7(1), 61. https://doi.org/10.30867/action.v7i1.613
Ningsih, V., Silitonga, E. M., Nababan, D. N., Tarigan, F. L., & Sitorus, M. E. J. (2022).
Hubungan Pendidikan, Konseling, Pemberian Makanan Tambahan (Pmt)
Dengan Status Gizi Balita Di Puskesmas Teluk Karang Kota Tebing Tinggi.
PREPOTIF : Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(1), 390–398.
https://doi.org/10.31004/prepotif.v6i1.2913
Permatasari, N., Angkasa, D., Swamilaksita, P. D., Melani, V., & Dewanti, L. P. (2020).
Pengembangan Biskuit MPASI Tinggi Besi dan Seng dari Tepung Kacang
Tunggak (Vignia unguiculata L.) dan Hati Ayam. Jurnal Pangan Dan Gizi,
10(02), 33–48.
Pramandani, M. B. C., Razak, M., & Sulistiastutik. (2019). Pengembangan Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MPASI )Berbasis Tepung Ikan Patin ( Pangasius
Sp.) dan Tepung Kecambah Kedelai. 27(1), 30–38.
Rachmawati, K., & Santi, E. (2023). Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Makanan
Tambahan dengan Status Gizi Balita.
Safrina, S., & Putri, E. S. (2022). Hubungan Pemberian Makanan Tambahan (Pmt) Dengan
Resiko Kejadian Stunting Pada Balita. Jurnal Biology Education, 10(1), 78–
90. https://doi.org/10.32672/jbe.v10i1.4119
Wati, N. (2020). Analisis Program Pemberian Makanan Tambahan (Pmt) Terhadap Status
17
Gizi Anak Di Posyandu Kelurahan Sembungharjo Semarang. TEMATIK:
Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Pendidikan Anak Usia Dini, 6(2), 94.
https://doi.org/10.26858/tematik.v6i2.15539
Widaryanti, R. (2022). Penurunan Masalah Gizi Pada Anak Usia Dini Melalui Edukasi PMT-
AS. Dinamisia : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 6(5), 1168–1173.
https://doi.org/10.31849/dinamisia.v6i5.10762
Zogara, A. U. (2020). Pemberian Makanan Pendamping ASI dan Status Gizi. 4.
18
19