Anda di halaman 1dari 19

MINI RESEARCH

HUBUNGAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DENGAN


STATUS GIZI BALITA

(Salah Satu Syarat Dalam Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Penulisan
Ilmiah)
Dosen Pengampu: Widani Darma Isasih , S.Gz., M.kes

DISUSUN OLEH:
Anggita Cahyani 2102010027

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS BUMIGORA MATARAM
2023

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas Mini Research yang berjudul "Hubungan waktu pemberian makanan tambahan
dengan status gizi balita " dengan tepat waktu.
Mini Research disusun untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester Selain itu, Mini
research ini bertujuan menambah wawasan tentang KESEHATAN bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya mini research ini.
Penulis menyadari mini research ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan mini research ini.

Mataram 3 juli 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2


DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
BAB 1 ........................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
2.1. LATAR BELAKANG ............................................................................................... 4
2.2. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................... 5
2.3 TUJUAN.................................................................................................................... 5
BAB II ....................................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................................... 6
BAB III.................................................................................................................................... 11
HASIL PEMBAHASAN ........................................................................................................ 11
BAB IV .................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 16

3
BAB 1
PENDAHULUAN
2.1. LATAR BELAKANG

Status gizi merupakan hasil akhir dari keadaan tubuh berdasarkan keseimbangan zat

gizi yang dibutuhkan tubuh untuk dikonsumsi. Status gizi buruk pada balita dapat

diatasi melalui program berupa intervensi pemberian makanan pendamping ASI

(PMT). Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi adalah pengetahuan ibu

(Rachmawati & Santi, 2023). Status gizi seseorang ditentukan sejak dalam kandungan

dan selama menyusui. Asupan gizi yang baik sejak dalam kandungan merupakan faktor

penunjang status gizi pada anak usia dini. Pemberian makanan tambahan terlalu dini

dapat mempengaruhi kesehatan pencernaan, status gizi, bahkan dapat menyebabkan

kematian.(Muliani et al., 2021).Kurangnya Pengetahuan ibu cara memberi makanan

bayi dan anak,serta pola asuh yang tidak sehat merupakan penyebab secara langsung

dan tidak langsung menjadi peyebab utama kekurangan gizi dan obesitas pada anak

terutama pada anak di bawah 2 tahun.untuk mempertahankan ekonomi keluarga

banyak ibu yang tinggal di perkotaan dan pedesaan, memilih untuk bekerja membantu

suami mencari nafkah. Akibatnya, mereka kesulitan menyusui bayinya dan lebih

cenderung diberikan PASI atau susu formula, meskipun ASI tetap diberikan. Dalam

kasus lain, agar bayi tidak lapar dan menangis, mereka diberikan makanan di bulan

pertama kehidupannya, seperti bubur pisang, bubur beras, bubur tepung, tepung beras

pisang, dll, yang terkait dengan makanan tambahan ASI makanan MP ASI (Gizi, 2021)

4
2.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan pemberian makanan tambahan pada balita?
2. Apa saja kandungan pengembangan Biskuit Mpasi ?
3. Apa saja manfaat mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan PMT balita?
4. Apa saja Kombinasi dari Pemberian Makanan Tambahan pada balita?

2.3 TUJUAN
Untuk menganalisis hubungan waktu pemberian makanan tambahan dengan status gizi
balita. Pemberian makanan tambahan balita dengan pola asuh yang tidak sehat dan
pengetahuan ibu yang kurang dapat menimbulkan kelebihan status gizi pada balita
dengan adanya kebiasaan makanan yang tidak sehat karena balita cenderung di berikan
makanan protein dan lemak tinggi.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Permenkes dalam (Rachmawati & Santi, 2023) Pada usia Balita Sering di

sebut sebagai masa kritis dimana harus ada ketersediaan Sumber daya manusia yang

memiliki kualitas, terutama pada dua tahun pertama yang di anggap sebagai masa emas

perkembangan dan pertumbuhan otak yang optimal,yang harus di barengi dengan

Status gizi yang baik, Karena status gizi sangat memegang peranan penting dalam

menentukan berhasil atau tidaknya upaya peningkatan sumber daya manusia.Menurut

Zogara dalam (Muliani et al., 2021) Masalah yang paling signifikan mempengaruhi

status gizi balita adalah batas waktu penyampaian MPASI. Pemberian MPASI terlalu

dini menyebabkan balita mengalami masalah gizi yang parah dan

berkepanjangan.Menurut Darmayanti et al., dalam (Muliani et al., 2021) Pennyerapan

enzim yang belum termurnikan sempurna ecernaan balita dibawah usia 6 bulan belum

mampu mencerna makanan dengan baik dikarenakan enzim bayi yang belum

termurnikan sempurna sehingga rentan terhadap pencernaan balita di bawah usia 6

bulan tidak mampu menyaring makanan dengan baik sehingga sangat rentan terhadap

penyakit.Penyait infeksi akan mempengaruhi metabolisime zat gizi dan menyebakan

bekerja kurang efisien sehinhgga mengakibatkan masalah gizi. Menurut Permenkes

dalam (Muliani et al., 2021) Edukasi tentang PMT yang benar dengan memberikan

makanan tambahan berdasarkan bahan makanan yang ada dalam keluarga Program

PMT bertujuan untuk meningkatkan status gizi balita. Salah satu faktor penyebabnya

rendahnya status gizi balita adalah pola konsusmsi MPASI yang kurang memadai

terkait dengan waktu dan cara pembuatannya. Asi eksklusif selama 6 bulan sangat

penting untuk mencegah Kesakitan dan kematian bayi.Pemberian MPASI sebelum usia

6 bulan dapat mengurang jumlah Asi yang di berikan pada anak dapat mengakibatkan

anak sedikit menerima antibody yang di produksi oleh Asi.Balita mudah terserang

6
berbagai jenis penyakit infeksi yang merupakan gejala potensial.Resiko dengan cara ini

dapat di perparah dengan Kondisi lingkungan sekitar bayi yang tidak sehat sehingga

dapat makanan yang di konsumsi tidak higienis.Penyakit infeksi dapat menghambat

penyerapan nutrisi. Jika berlangsung lama dapat menghambat pertumbuhan. Secara

tradisional, malnutrisi dipengaruhi oleh ketersediaan pangan masyarakat,

perkembangan ekonomi yang buruk, kemiskinan, masalah iklim dan perang, serta

faktor-faktor lain yang berperan, antara lain jumlah anggota keluarga, pola makan yang

buruk, dan tingginya insiden malnutrisi. dan penyakit menular. Faktor lain yang

berkontribusi terhadap prevalensi gizi buruk pada balita adalah pemberian makanan

pendamping ASI. Pemberian makanan pendamping sejak dini dikaitkan dengan

peningkatan risiko malnutrisi 3,2 kali lipat.(Zogara, 2020).Untuk mengatasi

permasalahan di atas perlu diadakan penyuluhan MP ASI (MP ASI) dan pelatihan

MPASI buatan rumah (MP ASI). Upaya pencegahan dan pengurangan pemberian ASI

dini (MPASI) membutuhkan peran keluarga, dokter khususnya bidan, dan pemerintah.

Saat Posyand terbentuk, bidan akan dapat memberikan penyuluhan gizi kepada bayi

setiap bulan, memberikan brosur tentang ASI eksklusif dan MP ASI, serta contoh gizi

seimbang untuk tumbuh kembang anak. Sedangkan peran keluarga terutama ibu adalah

memperhatikan pemberian makanan tambahan pada saat setelah anak mencapai usia

lanjut, agar gizi anak tercukupi. Selain itu,pemerintah juga harus meningkatkan kualitas

posyandu, tidak hanya dalam penimbangan dan vaksinasi, tetapi juga penyuluhan

tentang pentingnya pemberian makanan bayi yang bergizi dan pemantauan tumbuh

kembang anak, sehingga tumbuh kembang anak sebagai calon generasi penerus bangsa

di Indonesia terus berkembang ke arah yang terbaik (Gizi, 2021)

7
Pemberian Makanan Pendamping Makanan Pendamping (PMT) adalah kegiatan

pemberian makanan kepada anak usia dini berupa jajanan yang aman, bermutu, dengan

memperhatikan mutu dan kegiatan pendukung lainnya dalam hal keamanan pangan. Dan

mengandung nilai gizi yang memenuhi target kebutuhan. Ada dua jenis makanan

pendamping ASI (PMT), MPASI pemulihan (PMT) dan MPASI konseling (PMT).

Keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu memenuhi kebutuhan gizi yang dibutuhkan

oleh anak kecil. PMT Pemulihan dirancang untuk memenuhi kebutuhan gizi anak kecil

serta kebutuhan belajar ibu dari anak kecil sasaran. Pemulihan PMT diberikan dalam

bentuk pangan atau bahan pangan lokal. Ditujukan hanya untuk anak kurang gizi di

bawah usia lima tahun dan sebagai pelengkap makanan sehari-hari, bukan sebagai

pengganti makanan utama. Pilih makanan penyembuhan yang dibuat dengan bahan-

bahan lokal. jika bahan lokal terbatas, makanan produksi lokal dapat digunakan, tetapi

perhatikan kemasan, label, dan tanggal kedaluwarsa untuk memastikan keamanan

pangan. Preferensi diberikan pada sumber protein hewani dan nabati serta sumber

vitamin dan mineral, terutama dalam bentuk sayuran dan buah-buahan.(Darubekti,

2021).Menurut Pusdatin Kemenkes RI dan Rahayu dalam (Safrina & Putri, 2022) PMT

untuk anak balita dirancang untuk dapat menjawab Kebutuhan nutrisi anak dan balita,

terutama yang mengalami keterlambatan perkembangan. PMT merupakan tindakan

penyediaan makanan berup a biskuit, terjamin keamanan dan mutunya, serta

mengutamakan nilai gizi yang dibutuhkan oleh anak-anak Balita. Menurut Damayanti,

dkk dalam (Safrina & Putri, 2022)menjelaskan bahwa PMT dapat mencukupi kebutuhan

nutrisi, sehingga berat badan sesuai usianya dapat tercapai. PMT dapat berupa produk

yang kaya akan gizi dan makanan yang menyehatkan. Selain Selain biskuit, PMT yang

dapat diberikan kepada balita yaitu daun kelor. Menurut Muliawati, dkk. dalam (Safrina

& Putri, 2022) juga menyatakan bahwa ekstrak daun kelor yang begitu banyak sangat

8
bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita. Menurut Irwan, dkk.

Dalam (Safrina & Putri, 2022) diketahui bahwa pemberian cookies tepung daun dan biji

kelor dapat meningkatkan berat badan anak balita. Pendidikan ibu merupakan modal

utama penopang ekonomi keluarga dan berperan penting dalam menyiapkan makanan

keluarga, membesarkan dan mengasuh anak. Bagi keluarga dengan tingkat pendidikan

yang lebih tinggi, mereka lebih mudah mengakses informasi kesehatan khususnya di

bidang gizi, sehingga dapat menambah pengetahuan dan mampu menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari. Tingkat pendidikan yang diterima perempuan tidak hanya

memberikan kontribusi untuk meningkatkan pengetahuan dan kesempatan kerja mereka,

tetapi juga menyediakan atau memberikan kontribusi untuk memenuhi kebutuhan

mereka sendiri dan orang-orang yang bergantung pada mereka. Wanita dengan tingkat

pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki kesehatan yang lebih baik. Jika tingkat

pendidikan dan pengetahuan ibu rendah, akibatnya ibu tidak dapat memilih apakah

makanan yang diberikan untuk keluarga memenuhi syarat gizi seimbang.(Ahmad et al.,

2023). Pertambahan berat badan yang sangat cepat pada bayi Anda dikaitkan dengan

masalah pertumbuhan, jumlah, ukuran atau dimensi yang masif pada tingkat sel, dan

organ bayi Anda biasanya diukur berdasarkan beratnya. Untuk menambah kandungan

gizi, bahan-bahan tersebut dapat diganti dengan makanan lokal sumber protein dan

vitamin. Kacang hijau merupakan bahan pangan lokal dengan nilai gizi tinggi yang dapat

dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pangan yang mudah didapat di masyarakat. Zat

gizi yang terkandung dalam kacang hijau (Phaseolus radiatus) antara lain karbohidrat

yang merupakan komponen terbesar dalam kacang hijau yaitu mencapai 62-63%.

Kandungan lemak kacang hijau adalah 0,7-1 g/kg kacang hijau segar, dimana 73% lemak

tak jenuh dan 27% lemak jenuh, sehingga aman dikonsumsi. Dari segi kandungan,

protein merupakan bahan terpenting kedua setelah karbohidrat. Kacang hijau

9
mengandung 20-25% protein. Kecernaan protein dalam kacang hijau mentah adalah

sekitar 77%. Selain kacang hijau, salah satu sumber protein hewani yang dibutuhkan

tubuh dipenuhi melalui konsumsi telur. Kandungan gizi telur adalah: air 73,7%, protein

12,9%, lemak 11,2%, karbohidrat 0,9%. Orang Indonesia biasanya memenuhi kebutuhan

proteinnya dengan mengonsumsi telur. Manfaat telur bagi kehidupan manusia sangatlah

besar sehingga sangat dianjurkan bagi anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan

untuk mengkonsumsi telur. (Erty Suksesty, 2020). Menurut Muharyani et.,al dalam

(Permatasari et al., 2020) Keterampilan Pemberian Makanan Tambahan bayi juga harus

dilatih, dan salah satu cara untuk melatih keterampilan makan bayi Anda adalah melalui

baby-led weaning. Bentuk makanan yang cocok untuk menyapih bayi Anda adalah finger

food. Salah satu jenis makanan bayi berupa finger food adalah biskuit yaitu produk

makanan kering yang dipanggang dari adonan yang terbuat dari tepung terigu, lemak,

pengembang dan penambahan bahan makanan lain yang diperbolehkan. Bahan baku

utama biskuit adalah tepung terigu yang sebagian besar merupakan produk impor. Oleh

karena itu perlu dilakukan penggantian tepung terigu dengan tepung kacang tunggak dan

tepung hati ayam untuk meningkatkan nilai gizinya. Menurut Hidayati et al., dalam

(Permatasari et al., 2020) Kacang tunggak (Vignaunguiculata L), juga disebut kacang

tolo, adalah salah satu jenis kacang yang telah lama dibudidayakan di Indonesia.

Mengandung 331 kalsium dalam 100 gram kacang tunggak, 56,6 gram karbohidrat, 1,9

gram lemak, 24,4 gram protein, 13,9 miligram besi (Fe) dan 5,9 miligram seng (Zn)

(TKPI, 2014). Kandungan tinggi besi (Fe) dan seng (Zn) dalam kacang tunggak dapat

membantu mengatasi masalah gizi mikro pada balita. Salah satu penyebab utama

kematian anak di negara berkembang adalah defisiensi seng. Selain itu, jika asupan besi

kurang dari 80% AKG, atau angka kecukupan gizi, anak beresiko 3,46 kali lebih besar

menjadi stunting dibandingkan dengan anak yang menerima asupan besi yang cukup.

10
BAB III
HASIL PEMBAHASAN

Menurut Lestari dalam (Wati, 2020) menyatakan bahwa Program Pemberian Tambahan

Makanan (PMT) adalah inisiatif untuk perbaikan gizi balita yang bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan gizi anak dan

memastikan bahwa anak-anak menerima makanan tambahan untuk mencapai

perkembangan optimal. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan

dengan orang tua dan kader posyandu, ditemukan bahwa orang tua telah memberikan

makanan tambahan pada anak-anak mereka untuk mencapai perkembangan optimal.

Menurut Purba, lili sari A. and Harahap dalam (Ningsih et al., 2022) Konseling gizi adalah

suatu proses dua arah di mana klien dan konselor berbicara tentang masalah gizi untuk

membantu klien mengidentifikasi masalah gizi. Metode konseling dengan leflet berbeda

dari pengetahuan ibu tentang pencegahan gizi. Tahapan konseling, di mana materi

diberikan secara bertahap dengan pengulangan pada pertemuan berikutnya, juga

memengaruhi peningkatan pengetahuan. Ibu akan lebih mudah memilih makanan apa

yang harus dimakan anaknya jika mereka tahu apa yang sehat. Mengedukasi pentingnya

perbaikan gizi pada balita stunting untuk membantu meningkatkan pertumbuhan fisik dan

perkembangan otak, pemberian makanan tambahan yang dilakukan memaksimalkan

asupan gizi, khususnya protein.(Erty Suksesty, 2020). Untuk mengatasi kekurangan gizi

pada kelompok usia balita yang kurang gizi, program Pemberian Makanan Tambahan

(PMT) Pemulihan diberikan oleh pemerintah kepada kelompok usia balita sebagai

tambahan pada makanan utama sehari-hari(Balita et al., 2022). Menurut Riskesdas tahun

2013 dalam (Pramandani et al., 2019) Masalah kurang energi protein merupakan salah

satu masalah gizi utama di Indonesia. menunjukkan bahwa secara nasional prevalensi

balita dengan gizi kurang dan gizi buruk meningkat menjadi 19,6% yang terdiri dari 5,7%

11
gizi buruk dan 13,9% gizi kurang. Jika dibandingkan dengan data tahun 2010 yaitu 17,9%

yang terdiri dari gizi kurang sebesar 13% dan gizi buruk sebesar 4,9%. Untuk mencapai

sasaran MDGs tahun 2015 yaitu 15,5% maka prevalensi gizi buruk dan gizi kurang secara

nasional harus diturunkan sebesar 4,1% dalam periode 2013 sampai 2015.Menurut (Erty

Suksesty, 2020) pemberian PMT yang berkualitas secara terus menerus yang

kandungannya dapat membantu memaksimalkan kebutuhan gizi Pemberian makanan

tambahan perbaikan yang mengandung zat gizi yang dapat membantu memenuhi asupan

balita sehingga tingkat asupan dalam sehari sebagian besar dapat terpenuhi.

Mengkonsumsi biscuit secara patuh membantu memenuhi kecukupan asupan diiringi

dengan konsumsi pangan yang cukup, asupan yang cukup dapat menyebabkan

peningkatan pada status gizi. Konsumsi PMT Pemulihan dapat membantu memenuhi

diberikan secara tepat maka dapat menyebabkan status gizi menjadi lebih baik. Menurut

Ningsih, dalam (Widaryanti, 2022) Pemberian makanan tambahan dengan kebiasaan

mengkonsumsi makanan instan dapat mengakibatkan pada pola konsumsi yang kurang

seimbang, dimana biasanya anak akan menjadi pilih-pilih makanan atau hanya mau

mengkonsumsi makanan tertentu. Kondisi ini akan diperparah ketika orang tua yang

kurang tegas dan selalu menyiapkan makanan sesuai kesukaan anak. Orang tua takut anak

tidak mau makan jika disediakan makanan dengan menu seimbang, sehingga lebih

memilih menyediakan makanan sesuai kesukaan anak seperti sosis, nugget, serta makanan

yang diolah dengan di goreng serta mengabaikan konsumsi buah dan sayur. Pencegahan

dapat diatasi dengan program pemberian makanan tambahan. Menurut Kementrian

Kesehatan RI dalam (Audyla Sri Putri, Dewi Martha Indria*, n.d.) dalam merubah

perilaku sesorang perlu dilaksanakan strategi promosi kesehatan paripurna, salah satunya

adalah pemberdayaan pengetahuan dan informasi. Pengetahuan merupakan hal yang

sangat penting dan bahkan dapat dikatakan sebagai ujung tombak dalam terbentuknya

12
perilaku seseorang. Pemberdayaan pengetahuan dan informasi adalah proses pemberian

pengetahuan dan informasi kepada individu, keluarga atau kelompok secara terus-

menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan serta proses membantu

individu, agar individu tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar

(knowledge), dari tahu menjadi mau (attitude) dan dari mau menjadi mampu

melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (practice). upaya yang dapat dilakukan adalah

dengan peningkatan pengetahuan gizi tentang pola makan yang baik, zat gizi yang adekuat

tidak harus mahal, pemenuhan asupan makanan yang cukup sangat penting bagi seorang

wanita sejak sebelum menikah karena wanita akan menjadi seorang ibu yang akan

mendidik dan membesarkan anak. Ibu mempengaruhi pemilihan makanan dalam satu

keluarga sehingga pengetahuan terkait gizi sangat penting. Posyandu sebagai salah satu

wadah skrining awal kesehatan menjadi titik penting dalam memotong rantai pemahaman

yang kurang terkait kesehatan. Kader posyandu merupakan salah satu penyambung

informasi yang efektif pada masyarakat agar rantai kebiasaan yang mengakibatkan

stunting dapat menurun(Asmi & Alamsah, 2022). Menurut Nadimin et al., dalam

(Nadimin, 2022) Peningkatan status gizi anak balita yang mendapat intervensi PMT-Tibus

dan edukasi gizi terlihat sangat konsisten pada indikator BB/U dan BB/TB. Kelompok

intervensi ini mengalami peningkatan nilai Z-BB/U dan Z-BB/TB yang lebih tinggi dari

kelompok pembanding. Disisi lain, kelompok pembanding hanya menerima intervensi

edukasi gizi mengalami penurunan nilai Z-BB/U dan Z-BB/TB. Hasil ini memberikan

pesan bahwa edukasi gizi saja tidak cukup untuk meningkatkan status gizi anak. Edukasi

gizi diperlukan untuk meningkatkan kemandirian keluarga dalam menyediakan makanan

yang seimbang bagi anaknya. Pemberian makanan tambahan merupakan salah satu

program pengentasan

13
malnutrisi di Indonesia. PMT diberikan dalam bentuk makanan pendamping di luar waktu

makanan utama. Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan zat gizi balita tanpa

mengurangi porsi makanan utama Terdapat 2 jenis PMT yang diberikan kepada balita,

yaitu PMT pemulihan dan PMT penyuluhan. Keduanya memiliki fungsi yang berbeda

terkait perbaikan status gizi pada balita. PMT pemulihan diberikan kepada balita dengan

status gizi buruk dan membutuhkan perbaikan zat gizi segera. Sementara PMT

penyuluhan diberikan kepada seluruh balita yang datang ke posyandu, sehingga

perubahan status gizinya pun akan lebih lama. Paling tidak dibutuhkan ±3 bulan untuk

dapat melihat perubahan status gizi balita setelah diberikan PMT pemulihan secara rutin

(Astani et al., 2023) Pemberian makanan tambahan ini dilakukan secara berkala sesuai

dengan kesepakatan antara koordinator kelas dan orang tua. Kegiatan pemberian makanan

tambahan untuk anak ini akan lebih baik apabila diadakan setiap hari dengan menu yang

beragam mulai dari snak yang bergizi, dan sehat. Kemudian lebih bagus lagi jika

berkoordinasi dengan ahli gizi atau puskesmas terdekat mengenai menu yang akan

diberikan kepada anak.(Ichsan et al., 2022).Menurut Kurniawati dan Komalyna, dalam

(Safrina & Putri, 2022) Peningkatan tinggi badan ini diketahui bahwa PMT yang diolah

dari daun kelor dan ikan lumi lumi mengandung nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh bayi

dan balita selama masa pertumbuhan dan perkembangan. Seperti yang diketahui daun

kelor merupakan tanaman yang banyak manfaatnya karena kaya akan vitamin dan mineral

dan berbagai zat lain yang berguna dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak.

Pemberian makanan tambahan pemulihan ini untuk menaikkan status gizi dan mencukupi

kebutuhan zat gizi anak agar tercapainya status gizi yang sesuai dengan usia anak Adapun

faktor yang mempengaruhi berat badan balita kurang adalah penyebab langsung dan

penyebab tidak langsung. Penyebab langsung meliputi masalah asupan gizi dipengaruhi

oleh ketidakseimbangan asupan makanan, penyakit infeksi yang diderita. Infeksi berat

14
bisa memperburuk keadaan gizi melalui gangguan masukan makanannya Sedangkan dari

penyebab tidak langsung meliputi tidak cukup pangan yang tidak tersedianya makanan

yang adekuat terkait kondisi sosial ekonomi seperti kemiskinan merupakan penyebab

pokok atau akar masalah kurang gizi. Kurangnya nafsu makan ketika menginjak usia

balita membuat orangtua khawatir atau cemas Pola asuh orangtua dan sanitasi lingkungan

akan menjadi masalah kesehatan apabila tidak melakukan cara pencegahan baik dimulai

dari diri sendiri maupun oranglain.(Abadi et al., 2022)

15
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Abadi, S., Sulandjari, K., Nasution, N. S., Keguruan, F., Universitas, P., & Karawang, S.
(2022). Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat J-Abdi Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat. SWARNA: Jurnal Pengabdian KepadaMasyarakat,
1(11), 3123–3132.
Ahmad, Z. F., Dulahu, W. Y., & Aulia, U. (2023). Sosialisasi dan Konseling Pencegahan
Stunting Serta Pemberian Makanan Tambahan berbahan Daun Kelor. Jurnal
Pengabdian Masyarakat Farmasi , 2(1), 14–21.
https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/Jpmf,
Asmi, N. F., & Alamsah, D. (2022). Edukasi Pembuatan Menu PMT Berbasis Pangan Lokal
pada Kader Posyandu Puskesmas Mekar Mukti. Poltekita: Jurnal Pengabdian
Masyarakat, 3(4), 816–824. https://doi.org/10.33860/pjpm.v3i4.1215
Astani, A. D., Sundu, R., & Fatimah, N. (2023). Edukasi Optimalisasi Pelaksanaan
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Kelurahan Sei Keledang. Jurnal
Abdi Masyarakat Kita, 3(1), 1–13. https://doi.org/10.33759/asta.v3i1.363
Audyla Sri Putri, Dewi Martha Indria*, E. S. (n.d.). PENGARUH PENGETAHUAN IBU
DAN POLA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP
STATUS GIZI BAYI USIA 6-12 BULAN DI KECAMATAN PUJON
KABUPATEN MALANG Audyla Sri Putri, Dewi Martha Indria*, Erna
Sulistyowati Program Studi Pendidikan Dokter, Universitas Islam Ma. 1–9.
Balita, P., Desa, D. I., & Kabupaten, P. (2022). BAKTIMU : Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat STF Muhammadiyah Cirebon ABSTRAK Kurang gizi merupakan
salah satu masalah gizi utama pada balita di Indonesia . Salah satu cara yang
dapat dilakukan adalah dengan peningkatan kesadaran gizi yang baik dengan
Pe. 2(2), 249–256.
Darubekti, N. (2021). Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan Bagi Balita Gizi
Buruk. Prosiding Seminar Nasional Penelitian Dan Pengabdian 2021, 3(49),
978–623.
Erty Suksesty, C. (2020). Efektifitas Program Pemberian Makanan Tambahan Menggunakan
Kombinasi Jus Kacang Hijau Dan Telur Ayam Rebus Terhadap Perubahan
Status Gizi Stunting Di Kabupaten Pandeglang. Jurnal IMJ: Indonesia
Midwifery Journal, 3(2), 35–41.

16
Gizi, S. (2021). HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ( MP ) ASI DINI
DENGAN STATUS GIZI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN ( Studi Di Desa
Candimulyo Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang ) Siti Shofiyah
STIKES Insan Cendekia Medika Jombang Email :
sitishofiyah215@gmail.com ABSTRA. Shofiyah,S.
Ichsan, O. A. N., Priyambodo, G. W., Noviana, I., Rahmawati, K. D., & Nurhuda, M. (2022).
Efektivitas Pendampingan Dan Pemberian Makanan Tambahan (Pmt) Pada
Anak Penderita Stunting Di Kelurahan Semanggi Provinsi Jawa Tengah. JMM
(Jurnal Masyarakat Mandiri), 6(1), 731.
https://doi.org/10.31764/jmm.v6i1.6612
Muliani, S., Safinatunnaja, B., & Mardianti, N. L. (2021). Hubungan waktu pemberian
makanan tambahan dengan status gizi balita. Journal of Midwifery Science
and Women’s Health, 2(1), 26–30. https://doi.org/10.36082/jmswh.v2i1.360
Nadimin, N. (2022). Pemberian makanan tambahan subtitusi tepung ikan gabus (PMT-tibus)
dalam meningkatkan status gizi anak balita. AcTion: Aceh Nutrition Journal,
7(1), 61. https://doi.org/10.30867/action.v7i1.613
Ningsih, V., Silitonga, E. M., Nababan, D. N., Tarigan, F. L., & Sitorus, M. E. J. (2022).
Hubungan Pendidikan, Konseling, Pemberian Makanan Tambahan (Pmt)
Dengan Status Gizi Balita Di Puskesmas Teluk Karang Kota Tebing Tinggi.
PREPOTIF : Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(1), 390–398.
https://doi.org/10.31004/prepotif.v6i1.2913
Permatasari, N., Angkasa, D., Swamilaksita, P. D., Melani, V., & Dewanti, L. P. (2020).
Pengembangan Biskuit MPASI Tinggi Besi dan Seng dari Tepung Kacang
Tunggak (Vignia unguiculata L.) dan Hati Ayam. Jurnal Pangan Dan Gizi,
10(02), 33–48.
Pramandani, M. B. C., Razak, M., & Sulistiastutik. (2019). Pengembangan Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MPASI )Berbasis Tepung Ikan Patin ( Pangasius
Sp.) dan Tepung Kecambah Kedelai. 27(1), 30–38.
Rachmawati, K., & Santi, E. (2023). Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Makanan
Tambahan dengan Status Gizi Balita.
Safrina, S., & Putri, E. S. (2022). Hubungan Pemberian Makanan Tambahan (Pmt) Dengan
Resiko Kejadian Stunting Pada Balita. Jurnal Biology Education, 10(1), 78–
90. https://doi.org/10.32672/jbe.v10i1.4119
Wati, N. (2020). Analisis Program Pemberian Makanan Tambahan (Pmt) Terhadap Status
17
Gizi Anak Di Posyandu Kelurahan Sembungharjo Semarang. TEMATIK:
Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Pendidikan Anak Usia Dini, 6(2), 94.
https://doi.org/10.26858/tematik.v6i2.15539
Widaryanti, R. (2022). Penurunan Masalah Gizi Pada Anak Usia Dini Melalui Edukasi PMT-
AS. Dinamisia : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 6(5), 1168–1173.
https://doi.org/10.31849/dinamisia.v6i5.10762
Zogara, A. U. (2020). Pemberian Makanan Pendamping ASI dan Status Gizi. 4.

18
19

Anda mungkin juga menyukai