Anda di halaman 1dari 6

ISSN No.

1978-3787
Open Journal Systems 1045
……………………………………………………………………………………………………...
STRATEGI PENURUNAN ANGKA STUNTING MELALUI PENYADARAN BAHAYA
ASAP ROKOK DI TENJOLAYA, BOGOR JAWA BARAT

Oleh
Marthin Brian Ambarita1, Renny Nurhasana2, Fadhilah Rizky Ningtyas3,
Ni Made Shellasih4, Salsabila Nadya5
1,2
Kajian Pengembangan Perkotaan, Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas
Indonesia
3,4,5
Pusat Kajian Jaminan Sosial, Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas
Indonesia
E-mail: 2rennynurhasana@ui.ac.id

Abstrak
Salah satu permasalahan gizi nasional yang perlu mendapat perhatian khusus adalah stunting.
Dampak stunting mengancam masa depan Indonesia dan bisa menghambat pencapaian
Sustainable Development Goals (SDGs). Prevalensi balita stunting di Indonesia masih tinggi.
Rumah tangga dengan orang tua perokok kronis memiliki pengaruh terhadap tumbuh kembang
anak-anak yang tinggal bersama, yaitu cenderung memiliki pertumbuhan yang lebih rendah
dibandingkan dengan anak-anak pada orang tua yang tidak merokok. Kabupaten Bogor menempati
urutan ketujuh tertinggi prevalensi stunting. Permasalahannya adalah banyaknya masyarakat yang
belum mengetahui kaitan merokok dengan stunting serta usia rata-rata mulai merokok di
Kabupaten Bogor berada pada rentang usia 10-14 tahun. Dengan demikian perlu adanya sosialisasi
bahaya rokok berupa media promosi kesehatan, penerapan Kawasan Dilarang Merokok (KDM)
dan edukasi dampak konsumsi rokok terhadap perekonomian. Dengan adanya pemahaman oleh
warga mengenai kaitan perilaku merokok dan stunting, dapat meningkatkan kesadaran untuk
menghindari kegiatan merokok, kesadaran menjaga udara dari pencemaran asap rokok di wilayah
Kecamatan Tenjolaya dan kesadaran orang tua dapat lebih bijaksana untuk mengatur pengeluaran
rumah tangga.
Kata Kunci: Stunting, Perilaku Merokok, Sustainable Development Goals (SDGs),
Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

PENDAHULUAN Stunting perlu mendapat perhatian khusus


Stunting, atau kerdil dari usia karena merupakan permasalahan gizi nasional.
sebenarnya, dapat didefinisikan sebagai tinggi Terdapat beberapa faktor yang dapat
badan yang lebih dari dua standar deviasi di memengaruhi stunting di antaranya
bawah Median Standar Pertumbuhan Anak kemiskinan, pola asuh yang berupa pemberian
menurut World Health Organization/WHO makanan yang kurang bergizi sejak anak
(WHO, 2015). Stunting berdampak pada dilahirkan, dan perilaku hidup tidak sehat
buruknya kemampuan kognitif dan performa termasuk perilaku merokok. Sebuah riset yang
pendidikan yang tidak optimal, bahkan dapat dilakukan oleh tim peneliti pengabdian
meningkatkan risiko penyakit kronis yang masyarakat ini menemukan bahwa anak-anak
berhubungan dengan gizi di masa dewasa yang tinggal di rumah tangga dengan orang tua
seseorang. Hal ini mengancam masa depan perokok kronis maupun transien memiliki
Indonesia dan menghambat pencapaian pertumbuhan lebih lambat dalam tinggi dan
Sustainable Development Goals (SDGs). berat dibandingkan mereka yang tinggal di

……………………………………………………………………………………………………...
https://binapatria.id/index.php/MBI Vol.17 No.6 Januari 2023
Open Journal Systems
1046 ISSN No. 1978-3787
Open Journal Systems
……………………………………………………………………………………………………....
keluarga dengan orang tua yang bukan tinggi, yaitu Jawa Barat (24,5%), dimana
perokok. Anak-anak dari orang tua perokok Kabupaten Bogor menempati urutan 7
kronis memiliki pertumbuhan berat badan tertinggi prevalensi stunting. Terdapat 68 desa
yang lebih rendah 1,5 kg dari berat badan rata- yang menjadi fokus penanganan stunting.
rata dan pertumbuhan tinggi yang lebih rendah Salah satunya adalah desa di Kecamatan
0,34 cm dari tinggi rata-rata dibanding dengan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Kecamatan
anak-anak yang tinggal bersama orang tua non Tenjolaya memiliki luas wilayah sebesar
perokok (Dartanto, et al., 2018). 4.126,99 hektar. Kecamatan Tenjolaya
Di sisi lain, pajanan asap rokok terhadap memiliki jumlah penduduk sebesar 63.645
ibu hamil ataupun langsung kepada anak penduduk (BPS, 2022) dan terdiri dari 7 desa,
menyebabkan kerentanan penyakit kronis serta yaitu Desa Situdaun, Desa Tapos I, Desa
lingkungan yang tidak sehat. Hal ini juga Tapos II, Desa Cibitung Tengah, Desa Gunung
berdampak pada keparahan kondisi anak yang Malang, Desa Gunung Mulya dan Desa
menjadi stunting. Banyak penelitian yang Cinangneng. Namun jumlah tenaga pelayanan
membuktikan bahwa pajanan asap rokok kesehatan di Kecamatan Tenjolaya cukup
terhadap ibu hamil menyebabkan terbatas, dengan jumlah dokter umum 11 dan
pertumbuhan janin terhambat, bayi lahir bidan 12.
memiliki indeks masa tubuh yang lebih Maka dari itu, dibutuhkan berbagai
rendah, gangguan pertumbuhan tinggi badan, macam upaya intervensi lintas sektor untuk
perlambatan laju pertambahan lingkar kepala mencegahnya semakin parah, termasuk di
bayi, hingga menghambat perkembangan saraf antaranya adalah intervensi dalam
anak (Muraro, et al., 2014; Ng et al., 2019; pengendalian konsumsi rokok pada
Shisler et al., 2016; Soesanti et al., 2019). masyarakat yang juga berpotensi
Sementara prevalensi perokok semakin mengakibatkan stunting pada anak. Penurunan
mengkhawatirkan di Indonesia, prevalensi prevalensi stunting pada balita menjadi 14%
perokok aktif usia 15 tahun ke atas mencapai dan penurunan persentase perokok penduduk
33,8% dari populasi Indonesia pada 2018 usia 10-18 tahun menjadi 8,7%. Hal ini
(Riskesdas, 2018). Prevalensi ini meningkat termasuk kedalam Rencana Pembangunan
dari tahun sebelumnya. Perokok laki-laki Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
dewasa mendominasi prevalensi merokok, 2020-2024. Dengan demikian, sosialisasi ini
yakni sebesar 62,9%. Hal ini berpengaruh dilaksanakan untuk mendukung rencana
terhadap perempuan dan anak-anak sekitar tersebut.
yang dalam kesehariannya menjadi perokok Metode Pengabdian
pasif. Selain itu, terdapat peningkatan Kegiatan pengabdian masyarakat di
prevalensi perokok usia 10-18 tahun menjadi Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor adalah
9,1% (Riskesdas, 2018) dari yang sebelumnya sosialisasi mengenai kaitan antara perilaku
7,2% (Riskesdas, 2013). Apabila tidak merokok dan stunting, pemberian materi
dikendalikan, akan sangat memungkinkan promosi dan edukasi kesehatan tentang bahaya
bahwa generasi ini juga akan tetap berlanjut merokok, jenis rokok, cara berhenti merokok,
merokok. serta pembuatan artikel di media. Masyarakat
Berdasarkan data Studi Status Gizi yang menjadi sasaran sosialisasi, yaitu
Indonesia (2021), tercatat bahwa prevalensi beberapa perwakilan masyarakat umum, tokoh
balita stunting di Indonesia sebesar 24,4%. masyarakat, dan dari kader/Tim Pendamping
Sedangkan batas toleransi untuk stunting dari Keluarga (TPK) dari masing-masing desa di
WHO yaitu sebesar 20%. Salah satu provinsi Kecamatan Tenjolaya, dimana diharapkan
yang juga memiliki prevalensi stunting yang
……………………………………………………………………………………………………...
Vol.17 No.6 Januari 2023 https://binapatria.id/index.php/MBI
Open Journal Systems
ISSN No. 1978-3787 1047
Open Journal Systems
………………………………………………………………………………………………………
informasi yang diberikan dapat diteruskan informasi yang diberikan dapat diteruskan
kepada masyarakat lainnya. kepada masyarakat lainnya.
Materi sosialisasi yang disusun akan Pengabdian masyarakat ini
disesuaikan dengan target sasaran sosialisasi. diselenggarakan pada hari Senin, 7 November
Bersamaan dengan persiapan kegiatan 2022 pukul 09.00-12.00 WIB secara langsung
sosialisasi, mulai dilakukan juga proses di Balai Desa/Puskesmas setempat di Desa
pembuatan media promosi kesehatan terkait Cibitung, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten
perilaku merokok dan stunting dan larangan Bogor, Jawa Barat.
merokok dalam bentuk leaflet, poster, dan
stiker. Media promosi kesehatan ini harus
diselesaikan sebelum kegiatan sosialisasi
dilaksanakan karena pemberian dan
pemasangan media promosi kesehatan tersebut
akan dilakukan setelah acara sosialisasi.
Untuk memberikan pengetahuan dan
pemahaman kepada perwakilan masyarakat di
Kecamatan Tenjolaya, perlu diadakan
Gambar 1. Lokasi Pengabdian Masyarakat
sosialisasi dan edukasi, baik kepada remaja
Penurunan Stunting Melalui Lingkungan
maupun orang tua. Adapun materi yang
Bebas Rokok Kec. Tenjolaya, Kab. Bogor.
diberikan mengenai kaitan perilaku merokok
Sumber: Website Kecamatan Tenjolaya
dan stunting, bagaimana penerapan Kawasan
Kabupaten Bogor
Dilarang Merokok (KDM) di area permukiman
Kegiatan diawali dengan perkenalan dan
yang baik, bahaya rokok, jenis-jenis rokok baik
pertemuan tatap muka langsung antara Tim
rokok konvensional maupun rokok elektronik,
Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia
langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk
dengan para pemimpin dan penanggung jawab
berhenti merokok, dan dampak rokok terhadap
Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa
perekonomian keluarga. Kegiatan sosialisasi
Barat. Pertemuan pertama ini juga bertujuan
tersebut menghadirkan narasumber yang ahli di
untuk menginformasikan kegiatan apa saja
bidang pengendalian konsumsi rokok, baik dari
yang akan dan dapat dilakukan di Kecamatan
latar belakang akademisi, aktivis, maupun
Tenjolaya. Setelah itu, mulai direncanakan juga
stakeholder terkait.
untuk persiapan sosialisasi mengenai kaitan
antara perilaku merokok dan stunting,
HASIL DAN PEMBAHASAN
bagaimana penerapan Kawasan Dilarang
Hasil
Merokok (KDM) di area permukiman yang
Kegiatan pengabdian masyarakat di
baik, bahaya rokok, jenis-jenis rokok baik
Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor adalah
rokok konvensional maupun rokok elektronik,
sosialisasi mengenai kaitan antara perilaku
langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk
merokok dan stunting, pemberian materi
berhenti merokok, dan dampak rokok terhadap
promosi dan edukasi kesehatan tentang bahaya
perekonomian keluarga dengan target peserta
merokok, jenis rokok, cara berhenti merokok,
mulai dari remaja sampai orang tua.
serta pembuatan artikel di media. Masyarakat
Materi sosialisasi yang disusun
yang menjadi sasaran sosialisasi, yaitu
disesuaikan dengan target sasaran sosialisasi.
beberapa perwakilan masyarakat umum, tokoh
Bersamaan dengan persiapan kegiatan
masyarakat, dan dari kader/Tim Pendamping
sosialisasi, mulai dilakukan juga proses
Keluarga (TPK) dari masing-masing desa di
pembuatan media promosi kesehatan terkait
Kecamatan Tenjolaya, dimana diharapkan
……………………………………………………………………………………………………...
https://binapatria.id/index.php/MBI Vol.17 No.6 Januari 2023
Open Journal Systems
1048 ISSN No. 1978-3787
Open Journal Systems
……………………………………………………………………………………………………....
perilaku merokok dan stunting dan larangan Berdasarkan informasi dari berbagai
merokok dalam bentuk leaflet, poster, dan sumber, stunting disebabkan oleh beberapa
stiker. Media promosi kesehatan dipersiapkan sumber. Pada rokok, zat karsinogenik asap
sebelum kegiatan sosialisasi dilaksanakan rokok terhirup oleh ibu perokok pasif. Zat ini
karena pemberian dan pemasangan media masuk ke sirkulasi janin melalui plasenta,
promosi kesehatan tersebut akan dilakukan sehingga mengganggu pusat hipotalamus janin.
setelah acara sosialisasi. Kerusakan hipotalamus dapat menunda
Pembahasan pertumbuhan dan hal ini menyebabkan
Indonesia berada di tingkat ke 4 stunting. Sumber-sumber tersebut adalah
prevalensi stunting di ASEAN (28%). Di sisi sebagai berikut:
lain, prevalensi perokok anak dan dewasa
masih terus meningkat. Stunting mengancam
produktivitas Sumber Daya Manusia (SDM) Nutrisi:
karena adanya hambatan dalam pertumbuhan Terabainya Genetik Lingkungan:
dan perkembangan anak, baik secara kognitif kebutuhan
nutrisi - Higiene/
maupun motorik, serta pada saat berusia keluarga Sanitasi
dewasa lebih berisiko terserang berbagai dikarenakan - Penurunan
penyakit degeneratif. Konsumsi rokok sebagian imunitas
berpengaruh terhadap perkonomian pendapatan - Penyakit
keluarga infeksi
lokal/rumah tangga hingga nasional. Pada skala dihabiskan
rumah tangga, rokok merupakan pengeluaran untuk rokok Stunting
tertinggi kedua setelah makanan dan minuman
jadi (Badan Pusat Statistik, 2021). Konsumsi
ini berpengaruh pada daya beli makanan bergizi Gambar 3. Kerangka Teoritis Penyebab
untuk rumah tangga yang semakin berkurang. Stunting
Pada skala nasional, hal ini berpengaruh Keluarga perokok dan menerima bantuan
terhadap risiko keberlanjutan JKN dikarenakan sosial (bansos) memiliki konsumsi kalori,
keluarga perokok memiliki kepatuhan karbohidrat, lemak dan protein yang lebih
membayar iuran JKN yang lebih rendah. Selain rendah dibandingkan dengan keluarga tidak
itu, biaya kesehatan yang timbul dari rokok merokok dan menerima bantuan sosial.
sebesar 27.7 Triliun Rupiah (CISDI, 2021). Keluarga perokok dan menerima bantuan sosial
memiliki anak (usia di bawah 15 tahun) dengan
capaian pendidikan yang jauh lebih rendah
dibandingkan dengan keluarga penerima
bantuan sosial tetapi tidak merokok. Hal ini
sejalan dengan angka putus sekolah yang lebih
tinggi diantara dua tipe keluarga ini yaitu lebh
tinggi pada keluarga perokok dan penerima
bantuan sosial. Dalam hal kesehatan, anak usia
Gambar 2. Sosialiasi oleh Tenaga Ahli dari dibawah 15 tahun lebih sering sakit di keluarga
Dinas Kesehatan, Universitas Indonesia dan yang penerima bantuan sosial dan perokok
Pemberian Contoh Seorang Bapak dari dibandingkan dengan keluarga penerima
Tenjolaya yang Tidak Merokok Sepanjang bantuan sosial yang bukan perokok.
Hidupnya.

……………………………………………………………………………………………………...
Vol.17 No.6 Januari 2023 https://binapatria.id/index.php/MBI
Open Journal Systems
ISSN No. 1978-3787 1049
Open Journal Systems
………………………………………………………………………………………………………
3. Meningkatkan pemahaman nilai ekonomi
yang timbul akibat konsumsi rokok. Hal ini
menyadarkan bahwa konsumsi rokok hanya
dapat memenuhi kebutuhan satu orang saja.
Sehingga kebutuhan untuk anggota keluarga
lainnya menjadi berkurang. Pengeluaran
terhadap konsumsi rokok tidak membawa
manfaat kepada setiap anggota keluarga,
namun mengurangi daya beli makanan
bergizi. Adanya pergeseran dana belanja
pokok dengan rokok terbukti mengancam
Gambar 4. Peserta Acara dan Penugasan ketahanan pangan dan gizi anak yang pada
Tokoh Masyarakat untuk Distribusi Stiker akhirnya mengakibatkan stunting. Selain itu,
ke Rumah Warga konsumsi rokok juga terbukti menghambat
Strategi Pencegahan Stunting Melalui program bantuan sosial yang dimiliki
Permukiman Sehat Bebas Asap Rokok pemerintah. Untuk itu, kebijakan
Lingkungan memengaruhi pengendalian konsumsi rokok pada Rencana
perkembangan anak. Lingkungan yang Aksi Daerah (RAD) sangat diperlukan.
tercemar asap rokok memiliki kaitan dengan 4. Meningkatkan gerakan kesadaran
tumbuh kembang seseorang. Tingginya angka pembatasan area asap rokok pada Kawasan
stunting menghambat kesuksesan Sustainable Dilarang Merokok (KDM). Hal ini
Development Goal (SDG). Langkah-langkah dilakukan melalui promosi yang disebar
yang disarankan untuk dilakukan dalam upaya dengan menempelkan stiker di setiap rumah
menghambat angka stunting khususnya di warga. Sehingga setiap orang yang ingin
Kecamatan Tenjolaya, Kab Bogor adalah merokok dapat diingatkan untuk lebih
sebagai berikut: menjauh terhadap rumah yang sudah
1. Meningkatkan kesadaran bahaya asap rokok ditempelkan stiker tersebut.
terhadap lingkungan sekitar.
Pemahaman akan pengaruh asap rokok PENUTUP
terhadap lingkungan sekitar perlu disadari Kesimpulan
oleh warga. Hal ini terhambat dikarenakan Strategi yang dilakukan dalam
minimnya tenaga kesehatan yang berada di menghambat pertumbuhan stunting adalah
Kecamatan tersebut. Dengan demikian melalui edukasi masyarakat. Masyarakat diberi
pentingnya kegiatan sosialiasi untuk pemahaman terkait bahaya asap rokok. Selain
meningkatkan kesadaran bahaya asap rokok itu, masyarakat diberi pemahaman bahwa
tersebut baik dari akademisi maupun adanya juga kaitan antara asap rokok dengan
kegiatan oleh pemerintah daerah. pertumbuhan bayi stunting. Dengan edukasi
2. Meningkatkan pemahaman adanya kaitan dan sosialisasi ini, masyarakat semakin paham
antara paparan asap rokok terhadap stunting. dan memulai gerakan hidup sehat. Memiliki
Berdasarkan penelitian sebelumnya keturunan yang sehat secara fisik dan mental
ditemukan bahwa asap rokok yang berada di dapat mengurangi biaya pengobatan, selain itu
lingkungan sekitar memengaruhi tumbuh juga meningkatkan kualitas hidup anggota
kembang seseorang. Hal ini menjadi poin keluarga.
utama dalam kegiatan pengabdian ini untuk Kendala yang dihadapi adalah
mengedukasi masyarakat bahwa stunting banyaknya penolakan larangan merokok oleh
dapat terjadi akibat paparan asap rokok. kaum Ayah. Hal ini dikarenakan merokok
……………………………………………………………………………………………………...
https://binapatria.id/index.php/MBI Vol.17 No.6 Januari 2023
Open Journal Systems
1050 ISSN No. 1978-3787
Open Journal Systems
……………………………………………………………………………………………………....
sudah menjadi bagian dari kebutuhan pribadi adolescence: A cohort study. BMC
dan asumsi meningkatnya kepercayaan diri. Pediatrics, 14(1), 1–9.
Hal ini tidak dapat terwujud tanpa adanya https://doi.org/10.1186/1471- 2431-14-
dukungan dari Ayah. Solusi yang dianjurkan 99
adalah apabila ada keinginan untuk merokok [7] Ng, S., Aris, I. M., Tint, M. T.,
dapat dilakukan diluar rumah, menjauh dari Gluckman, P. D., Godfrey, K. M., Shek,
istri yang sedang mengandung dan orang lain L. P. C., … Chan, S. Y. (2019). High
termasuk anak-anak agar mereka tidak menjadi Maternal Circulating Cotinine during
perokok pasif, serta kesadaran mengalokasikan Pregnancy is Associated with Persistently
kebutuhan rumah tangga dibandingkan dengan Shorter Stature from Birth to Five Years
konsumsi rokok. in an Asian Cohort. Nicotine and Tobacco
Research, 21(8), 1103–1112. https://doi.
DAFTAR PUSTAKA org/10.1093/ntr/nty148
[1] Badan Pusat Statistik. 2022. Kabupaten [8] Peraturan Daerah Kabupaten Bogor
Bogor Dalam Angka 2022. Diakses dari Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Kawasan
https://bogorkab.bps.go.id/publication/ Tanpa Rokok
[2] Dartanto, dkk. 2018. Perilaku Merokok [9] Pikiran Rakyat. 2021. 56.000 Lebih Anak
Orang Tua dan Dampaknya terhadap Stunting di Bogor, 68 Desa Jadi Fokus
Stunting dan Jebakan Kemiskinan. Pusat Penanganan. Diakses dari
Kajian Jaminan Sosial UI. https://www.pikiran-rakyat.com/jawa-
[3] Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor. barat/pr-012541049/56000-lebih-
2019. Buku Profil Informasi Kesehatan anakstunting- di-bogor-68-desa-jadi-
2019. Diakses dari fokus-penanganan?page=2
https://diskes.jabarprov.go.id/assets/undu [10] Shisler, S., Eiden, R. D., Molnar, D. S.,
han/1.%20Profil%20Kesehatan%20Kab Schuetze, P., Coles, C. D., Huestis, M., &
upaten%20Bog or%202019.pdf. Colder, C. R. (2016). Effects of fetal
[4] Kementerian Kesehatan RI (2018). Riset tobacco exposure on focused attention in
Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: infancy. Infant Behavior and
Balitbang Kemenkes RI Kementerian Development, 45(5), 1–10.
Kesehatan RI. (2018). Situasi Balita https://doi.org/10.1016/j.infbeh.2016.07.
Pendek (Stunting) di Indonesia. Jakarta: 008 Soesanti, F., Uiterwaal, C. S. P. M.,
Pusat Data dan Informasi. Grobbee, D. E., Hendarto, A., Dalmeijer,
[5] Kementerian Kesehatan RI (2021). Buku G. W., & Idris, N. S. (2019). Antenatal
Saku Hasil Studi Status Gizi Indonesia exposure to second hand smoke of
(SSGI) Tingkat Nasional, Provinsi, dan nonsmoking mothers and growth rate of
Kabupaten/Kota Tahun 2021. Diakses their infants. PLoS ONE, 14(6), 1–10.
dari https://doi.org/10.1371/
https://www.litbang.kemkes.go.id/buku- journal.pone.0218577
saku-hasil-studi-status-gizi-indonesia-
ssgi-tahun-2021/
[6] Muraro, A. P., Gonçalves-Silva, R. M.
V., Moreira, N. F., Ferreira, M. G.,
Nunes-Freitas, A. L., Abreu-Villaça, Y.,
& Sichieri, R. (2014). Effect of tobacco
smoke exposure during pregnancy and
preschool age on growth from birth to
……………………………………………………………………………………………………...
Vol.17 No.6 Januari 2023 https://binapatria.id/index.php/MBI
Open Journal Systems

Anda mungkin juga menyukai