Anda di halaman 1dari 53

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Merokok adalah suatu kebiasaan menghisap rokok yang dilakukan

dalam kehidupan sehari-hari, merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa

dihindari bagi orang yang mengalami kecenderungan terhadap rokok (dr.Isnan

Wahyudi, 2020).

Merokok merupakan suatu masalah yang komplek di dalam kehidupan

masyarakat yang dapat menimbulkan banyak kerugian baik dari segi sosial,

ekonomi maupun kesehatan bahkan kematian (Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia, 2011).

Perilaku merokok masih merupakan masalah kesehatan dunia karena

dapat menyebabkan berbagai penyakit dan bahkan kematian. Perokok berisiko

untuk terkena kanker hati dan paru, bronkitis kronis, emphysema, gangguan

pernapasan, kerusakan dan luka bakar, berat badan rendah dan perkembangan

yang terhambat pada bayi. Selain itu, rokok juga dapat mengakibatkan

gangguan reproduksi pada pria dan wanita (Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia, 2011).

Rokok berbahaya bagi kesehatan. Dalam sebatang rokok terkandung

sekitar 4.000 senyawa kimia, diantaranya karbonmonoksida, nikotin, dan tar.

Merokok sudah terbukti mengganggu kesehatan dan mengancam jiwa

seseorang. Bahaya yang mengancam pada orang yang merokok bisa bersifat

akut dan kronik. Ancaman akut yang dapat terjadi meliputi penurunan kadar
2

oksigen di dalam darah, peningkatan kadar karbon monoksida, peningkatan

resiko pengerasan arteri, pengentalan darah, serangan jantung, serta ancaman

kronik dari penggunaan tembakau adalah penyakit kanker paru (Kementerian

Kesehatan, 2012).

Setiap harinya, terdapat 11.176 orang di seluruh dunia meninggal

diakibatkan rokok. Menurut laporan terakhir dari WHO mengenai konsumsi

tembakau dunia, angka prevalensi merokok di Indonesia merupakan satu di

antara yang tertinggi di dunia yaitu 67,2% laki-laki dan 8,3% perempuan

dengan usia 10 tahun ke atas (WHO, 2019)

Data Survey Ekonomi Nasional (Susenas), ada pengingkatan prevalensi

perokok usia lebih darri 15 tahun,, yaitu 27% (Kementeriaan Kesehatan RI,

2015). Pada tahun 22015, ssekitar 72 juta dari 184 juta populasi dengan usia

lebih dari 15 tahun merupaakan perokok (WHO , 2015). Dari penelitian

Ardita (2016), dinyatakan bahwa beberapa factor yang menyebabkan perokok

berhenti merokok, yaitu adanya dorongan atau dukungan sosiaal dari orang

terdekat (orang tua, teman sebaya, kepribadian, dan media informasi yang

mengiklankan tentaanng rokok, kontrrol diri, tingkat ekonom/pekerjaan yang

memiliki dan, kesadaran tterhadap pentingya kesehatan dan bahaya merokok

terrhadap diri sendiri serta lingkungannya.

Meningkatnya prevalensi perokok menyebabkan masalah rokok

menjadi semakin serius. Perilaku merokok di masyarakat tidak terjadi tanpa

adanya hal-hal yang mendorong perokok untuk melakukan tindakan tersebut.

Banyak faktor yang mendorong individu untuk merokok. Secara garis besar
3

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok adalah faktor lingkungan

yang terdiri dari lingkungan keluarga dan lingkungan sebaya, serta kepuasan

psikologis (Kementerian Kesehatan, 2012).

Berhenti merokok adalah proses untuk menghentikan kebiasaan

merokok. Rokok atau tembakau membawa beberapa efek buruk bagi tubuh,

terutama yang disebabkan kandungan nikotin sehingga menyebabkan rokok

menjadi sangat adiktif. Kandungan nikotin tersebut yang membuat perokok

sulit berhenti merokok dan menjadikannya proses yang panjang dan

menyulitkan (2020 DocDoc Pte Ltd). Berhenti merokok merupakan hal yang

tidak mudah bagi pecandu rokok. Adapun alasan tertentu sehingga mereka

memilih untuk berhenti merokok. Hal yang dapat mempengaruhi seseorang

untuk berhenti merokok adalah keinginan, kontrol diri dan motivasi yang kuat

untuk melaksanakannya. Namun, berdasarkan fenomena yang ada, banyak

perokok yang gagal berhenti merokok meskipun telah mengetahui bahaya

yang dapat ditimbulkan oleh rokok (Kementerian Kesehatan, 2012)

Faktor resiko merokok merupakan faktor penyebab utama kali

seseorang untuk merokok atau faktor yang dapat meningkatkan probabilitas

seseorang untuk merokok. Faktor resiko dari merokok adalah pengaruh orang

tua/keluarga, pengaruh teman, faktor kepribadian, pengaruh iklan, jenis

kelamin, stress, budaya, pengalaman buruk dampak kemudahan memperoleh

rokok. Adapun dampak yang ditimbulkan oleh rokok bagi kesehatan antara

lain yakni batuk, kanker, impotensi dan resiko system kardiovaskuler.


4

Factor yang mendorong seseorang merokok yakni ingin mencoba citarasa

( menthol, cappuccino, teh hitam, dll ) yang dijanjikan oleh iklan rokok serta

harga yang murah dan mudah didapat, ingin tampil macho, gaul, dianggap

dewasa, setia kawan, persepsi bahwa rokok dapat menghilangkan rasa stress,

bersosialisasi, saat berada di komunitas yang sedang merokok, mengusir rasa

sepi, jenuh, galau (Kemenkes RI, 2018).

Larangan merokok untuk usia 18 tahun tercantum dalam Pearutan

Pemerintah Nomor 109 tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang

mengandung zat adiktif berupa produk tembakau.

Di Provinsi Nusa Tenggara Barat, umur pertama kali merokok antara

10-14 tahun sebesar 18% sedangkan pada umur 15-19 tahun sebesar 53,9%

dengan rata-rata rokok yang dihisap adalah 10,7 batang perhari. Semakin

meningkatnya perokok di Indonesia menjadi masalah nasional yang perlu di

prioritaskan. Jumlah perokok yang mengalami peningkatan secara cepat

diikuti dengan banyaknya batang rokok yang dikonsumsi setiap tahunnya.

Salah satu hal yang dapat mempengaruhi seseorang untuk berhenti

merokok adalah motivasi. Keinginan seseorang berhenti merokok timbul

disebabkan oleh pengetahuan seseorang terhadap bahaya rokok yang disertai

dengan keinginan dan motivasi yang kuat untuk melaksanakannya

(Nainggolan, 2004).

Motivasi merupakan salah satu hal yang mempengaruhi perilaku

manusia, motivasi disebut juga sebagai pendorong, keinginan, pendukung atau

kebutuhan- kebutuhan yang dapat membuat seseorang bersemangat dan


5

termotivasi untuk mengurangi serta memenuhi dorongan diri sendiri, sehingga

dapat bertindak dan berbuat menurut cara-cara tertentu yang akan membawa

ke arah yang optimal.Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil jika

tujuannya jelas dan disadari oleh yang dimotivasi serta sesuai dengan

kebutuhan orang yang dimotivasi.

Motivasi adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang

yang di indikasikan dengan adanya (1) hasrat dan minat untuk melakukan

kegiatan, (2) dorongan dan kebutuhan untuk melakukan kegiatan, (3) harapan

dan cita-cita, (4) penghargaan dan penghormatan atas diri, (5) lingkungan

yang baik, serta (6) kegiatan yang menarik (Nursalam, 2012).

Menurut O’Neil (2012), motivasi menyangkut dimensi-dimensi

kognitif dalam proses pembelajaran atau berbagi pengetahuan yang mencakup

penyerapan dan retensi aspek deklaratif dan prosedural ilmu pengetahuan.

Motivasi itu mencakup beberapa komponen, seperti upaya (effort), kecemasan

(anxiety), dan rasa ingin tahu (curriosity) yang semuanya berada dalam

tahapan.

Tujuan dari motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah

seseorang agar secara sadar dan sengaja timbul keinginan dan kemampuannya

untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil dan mencapai

tujuab yang dinginkan.

Berdasarkan data yang diperoleh di Desa Dasan Lekong Tahun 2021

dari bulan Januari sampai dengan Agustus menunjukkan bahwa sebagian

besar masyarakat merupakan perokok aktif sebanyak 1.827 orang (79,99%)


6

dari 2.740 kepala keluarga. Sedangkan dari hasil studi pendahuluan yang telah

dilakukan terhadap 10 orang yang tinggal di Desa Dasan Lekong diketahui

bahwa 6 orang (60%) diantaranya mengatakan masih merokok dan

diantaranya mengatakan belum bisa berhenti merokok karena kecanduan dan 4

orang (40%) diantaranya mengatakan berhenti merokok karena adanya

dorongan atau motivasi dari lingkungan keluarga.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis melakukan penelitian

mengenai hubungan motivasi dengan tindakan berhenti merokok pada Kepala

Keluarga di Desa Dasan Lekong Wilayah Kerja Puskesmas Dasan Lekong

Tahun 2021.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disusun di atas, maka dapat

ditarik beberapa permasalahan yang timbul di Desa Dasan Lekong Wilayah

Kerja Puskesmas Dasan Lekong yaitu :

1. Sebagian besar perokok aktif di Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah

perokok dengan umur 15-19 tahun sebesar 53,9% dengan rata-rata rokok

yang dihisap adalah 10,7 batang perhari.

2. Sebagian besar kepala keluarga yang ada di Desa Dasan Lekong

merupakan perokok aktif sebanyak 1.827 orang (79,99%) dari 2.284 KK.

3. Dari hasil observasi awal terhadap 10 orang diketahui bahwa 6 orang

(60%) diantaranya mengatakan berhenti merokok karena adanya dorongan

atau motivasi dari lingkungan keluarga dan 4 orang (40%) diantaranya

mengatakan belum bisa berhenti merokok karena kecanduan.


7

C. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan motivasi dengan tindakan berhenti merokok

pada Kepala Keluarga di Desa Dasan Lekong Wilayah Kerja Puskesmas

Dasan Lekong Tahun 2021”.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisis hubungan motivasi dengan tindakan berhenti merokok

pada Kepala Keluarga di Desa Dasan Lekong Tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi motivasi kepala keluarga di Desa Dasan Lekong

Wilayah Kerja Puskesmas Dasan Lekong Tahun 2021.

b. Mengidentifikasi tindakan berhenti merokok pada Kepala Keluarga di

Desa Dasan Lekong Wilayah Kerja Puskesmas Dasan Lekong Tahun

2021.

c. Menganalisis hubungan motivasi dengan tindakan berhenti merokok

pada Kepala Keluarga di Desa Dasan Lekong Wilayah Kerja

Puskesmas Dasan Lekong Tahun 2021.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Peneliti

Diharapkan dengan adanya hasil penelitian ini peneliti mampu

menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan tentang hubungan

motivasi dengan tindakan berhenti merokok.


8

2. Untuk Institusi Pendidikan

Diharapkan dengan adanya penelitian ini bisa dijadikan sebagai

bahan masukan, literature dan referensi untuk meningkatkan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan para mahasiswa khususnya mahasiswa

Universitas Pendidikan Mandalika

3. Bagi Masyarakat

Diharapkan dengan adanya hasil penelitian ini dapat meningkatkan

kesadaran masyarakat khususnya bagi perokok aktif dan pasif supaya

berhenti merokok agar terhindar dari bahaya yang diakibatkan oleh rokok.
9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Motivasi merupakan salah satu hal yang mempengaruhi perilaku

manusia, motivasi disebut juga sebagai pendorong, keinginan, pendukung

atau kebutuhan- kebutuhan yang dapat membuat seseorang bersemangat

dan termotivasi untuk mengurangi serta memenuhi dorongan diri sendiri,

sehingga dapat bertindak dan berbuat menurut cara-cara tertentu yang akan

membawa ke arah yang optimal. Motivasi (motivation) dalam manajemen

hanya ditujukan pada sumber daya manusia pada umumnya dan bawahan

khususnya. Motivasi mempersoalkan bagai mana cara mengarahkan daya

potensi bawahan, agar mau bekerja sama produktif berhasil mencapai dan

mewujudkan tujuan yang telah ditentukan (Malayu, 2009)

Menurut Mangkunegara (2010), motivasi terbentuk dari sikap

(attitute) karyawan dalam menghadapi stuasi kerja diperusahaan

(situation). Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan

diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi

perusahaan.

2. Tujuan Motivasi

Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil jika tujuannya jelas

dan disadari oleh yang dimotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang

yang dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan memberikan
10

motivasi harus mengenal dan memahami benar- benar latar belakang

kehidupan, kebutuhan, dan kepribadian orang yang akan dimotivasi.

Tujuan Menejer dalam memotivasi harus menyadari bahwa orang akan

mau bekerja keras dengan harapan ia akan dapat memenuhi kebutuhan dan

keinginan- keinginannya dari hasil pekerjaannya (Malayu, 2009) :

a. Mendorong gairah dan semangat kerja

b. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja

c. Meningkatkan produktifitas kerja

d. Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan

e. Meningkatkan ke disiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan

f. Mengefektifkan pengadaan karyawan

g. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik

h. Meningkatkan kretifitas dan partisipasi karyawan

i. Meningkatkan kesejahteraan karyawan

j. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya

k. Mendrong untuk berprestasi dan peraihan peluang karir.

3. Teori Motivasi

a. Teori Kebutuhan (Hierarki)

Menurut Maslow yang dikutip Malayu S.P. Hasibuan (2009:154)

factor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja yaitu :

1) Kebutuhan fisiologis (Physiological Needs)

Kebutuhan untuk mempertahankan hidup, yang termasuk dalam

kebutuhan ini adalah makan, minum, perumahan, udara, dan


11

sebagainya. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan ini merangsang

seseorang berprilaku dan giat bekerja.

2) Kebutuhan akan rasa aman (Safety and Security Needs)

Kebutuhan akan kebebasan dari ancaman yakni rasa aman dari

ancaman kecelakaan dan keselamatan dalam melaksanakan

pekerjaan. Kebutuhan ini mengarah kepada dua bentuk yakni

kebutuhan akan keamanan jiwa terutama keamanan jiwa di tempat

bekerja pada saat mengerjakan pekerjaan dan kebutuhan akan

keamanan harta di tempat pekerjaan pada waktu bekerja.

3) Kebutuhan sosial, atau afiliasi (Affiliation or acceptance Needs)

Kebutuhan sosial, teman afiliasi, interaksi, dicintai dan mencintai,

serta diterima dalam pergaulan kelompok pekerja dan masyarakat

lingkungannya. Pada dasarnya manusia normal tidak mau hidup

menyendiri seorang diri di tempat terpencil, ia selalu

membutuhkan kehidupan berkelompok.

4) Kebutuhan yang mencerminkan harga diri (Esteem or Status

Needs) Kebutuhan akan penghargaan diri dan pengakuan serta

penghargaan prestise dari karyawan dan masyarakat

lingkungannya. Idealnya prestise timbul karena adanya prestasi,

tetapi tidak selamanya demikian. Akan tetapi perlu juga

diperhatikan oleh pimpinan bahwa semakin tinggi kedudukan

seseorang dalam masyarakat atau posisi seseorang dalam

organisasi semakin tinggi pula prestisenya. Prestise dan status


12

dimanifestasikan oleh banyak hal yang digunakan sebagai simbol

status itu.

5) Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self Actualization)

Kebutuhan akan aktualisasi diri dengan menggunakan

kemampuan, keterampilan dan potensi optimal untuk mencapai

prestasi kerja yang sangat memuaskan. Kebutuhan ini merupakan

realisasi lengkap potensi seseorang secara penuh. Keinginan

seseorang untuk mencapai kebutuhan sepenuhnya dapat berbeda

satu dengan yang lainnya, pemenuhan kebutuhan dapat dilakukan

pimpinan perusahan dengan menyelenggarakan pendidikan dan

pelatihan.

b. Teori Prestasi

Mc. Clelland’s Achivement yang dikutib (Malayu S.P Hasibuan,

2009:162-163) berpendapat bahwa karyawan mempunyai cadangan

energi dilepaskan dan digunakan tergantung pada kekuatan-dorongan

motivasi-seseorang dari situasi serta peluang yang tersedia peluang

yang tersedia. Energi ini akan dimanfaatkan oleh karyawan karena

didorong oleh :

1) Kekuatan motif dan kebutuhan dasar yang terlibat.

2) Harapan keberhasilan.

3) Nilai insenif yang terlekat dengan tujuan.


13

Hal- hal yang memotivasi orang adalah :


1) Kebutuhan akan prestasi (Need for achievemnt).

Merupakan daya penggerak yang mendorong memotivasi semangat

bekerja seseorang. Karena itu need for achievement akan

mendorong seseorang untuk mengembangkan kreatifitas dan

mengarahkan semua kemampuanserta energy yang dimilikinya

demi mencpai prestasi kerja yang maksimal

2) Kebutuhan akan kerja sama (Need for affiliation).

Kebutuhan akan kerja sama need for affiliation menjadi daya

penggerak yang akan memotivasi semangat bekerja seseorang.

Oleh karena itu, need for affiliation ini akan merangsang gairah

bekerja pegawainya.

3) Kebutuhan akan kekuasaan (Need for power).

Merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja

karyawan. Need for power merangsang dan memotivasi gairah

kerja karyawan serta mengarahkan semua kemampuannya demi

mencapai kekuasaan atau kedudukan yang terbaik. Ego manusia

lebih ingin berkuasa akan menimbulkan persaingan.

c. Teori motivasi Claude S. George bahwa seseorang mempunyai

kebutuhan yang berhubungan dengan tempat dan suasana di

lingkungan ia bekerja Malayu S.P Hasibuan (2009:163), yaitu :

1) Upah yang adil dan layak

2) Kesempatan untuk maju/promosi

3) Pengakuan sebagai individu


14

4) Keamanan kerja

5) Tempat kerja yang baik

6) Penerimaan oleh kelompok

7) Perlakuan yang wajar

8) pengakuan akan prestasi.

4. Faktor Motivasi

Motivasi adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri

seseorang yang di indikasikan dengan adanya (1) hasrat dan minat untuk

melakukan kegiatan, (2) dorongan dan kebutuhan untuk melakukan

kegiatan, (3) harapan dan cita-cita, (4) penghargaan dan penghormatan

atas diri, (5) lingkungan yang baik, serta (6) kegiatan yang menarik

(Nursalam, 2012).

Menurut O’Neil (2012), motivasi menyangkut dimensi-dimensi

kognitif dalam proses pembelajaran atau berbagi pengetahuan yang

mencakup penyerapan dan retensi aspek deklaratif dan prosedural ilmu

pengetahuan. Motivasi itu mencakup beberapa komponen, seperti upaya

(effort), kecemasan (anxiety), dan rasa ingin tahu (curriosity) yang

semuanya berada dalam tahapan.

Upaya peningkatan motivasi seperti tersebut dengan memberikan

sesuatu kepada masyarakat dipandang sebagai cara atau metode untuk

meningkatkan berperilaku hidup sehat. Tetapi apabila dilihat dari apa yang

diberikan kepada orang atau masyarakat, yang akhirnya dapat


15

meningkatkan motivasi. Apabila hal ini dapat dikategorikan sebagai alat

motivasi, maka dapat dikelompokkan menjadi 3, yakni:

a. Materil, yaitu apa yang diberikan kepada masyarakat dapat memenuhi

kebutuhan untuk hidup sehat, yang berupa uang atau barang yang

merupakan faktor pemungkin untuk melakukan hidup sehat.

b. Non materil, yaitu pemberian tersebut tidak dapat dinilai dengan uang,

tetapi pemberian sesuatu yang hanya memberikan kepuasan atau

kebanggaan kepada orang atau masyarakat. Misalnya pemberian

penghargaan kepada peserta KB berupa: medali, piagam, piala, bintang

penghargaan dan sebagainya.

c. Kombinasi materi dan non materi, yaitu disamping fasilitas yang

diterima, bonus yang diterima, masyarakat juga memperoleh

penghargaan.

Adapun motivasi dapat dikelompokkan menjadi dua macam,

diantaranya sebagai berikut:

a. Motivasi positif

Adalah pimpinan masyarakat atau organisasi memberikan hadiah atau

reward kepada anggota atau bawahan yang berprestasi atau berperilaku

sehat.

b. Motivasi negatif

Adalah pimpinan memberikan hukuman (punishment) kepada anggota

atau bawahannya yang kurang berprestasi atau berperilaku kurang

baik.
16

5. Pengukuran Motivasi

Menurut Notoatmodjo (2010), motivasi tidak dapat diobservasi

secara langsung namun harus diukur. Pada umumnya, yang diukur adalah

motivasi social dan motivasi biologis. Ada beberapa cara mengukur

motivasi, yaitu:

a. Tes proyektif

Apa yang kita katakan merupakan cerminan dari apa yang ada

dalam diri kita. Dengan demikian untuk memahami apa yang

dipikirkan orang, maka kita beri stimulus yang harus diinterpretasikan.

b. Kuesioner

Salah satu cara untuk mengukur motivasi melalui kusioner

adalah dengan meminta responden untuk mengisi kuesioner yang

berisi pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing motivasi

responden.

c. Observasi perilaku

Cara lain mengukur motivasi adalah dengan membuat situasi

sehingga responden dapat memunculkan perilaku yang mencerminkan

motivasinya. Perilaku yang diobservasi adalah responden

menggunakan umpan balik yang diberikan, mengambil keputusan yang

beresiko dan meningkatkan kualitas daripada kualitas kerja.

Pengukuran motivasi menggunakan kuesioner dengan

skala Likert yang berisi pernyataan-pernyataan terpilih dan telah diuji

validitas dan realibilitas.


17

d. Pernyataan positif ( Favorable)

1) Sangat setuju (SS) jika responden sangat setuju dengan pernyataan

kuesioner yang diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 4.

2) Setuju (S) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner yang

diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 3.

3) Tidak setuju (TS) jika responden tidak setuju dengan pernyataan

kuesioner yang diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 2.

4) Sangat tidak setuju (STS) jika responden sangat tidak setuju

dengan pernyataan kuesioner yang diberikan melalui jawaban

kuesioner diskor 1

Menurut Hidayat (2009), kriteria motivasi dikategorikan menjadi:

1) Motivasi kuat : bila skor 24-30 dari total jawaban

2) Motivasi sedang : bila skor 17-23 dari total jawaban

3) Motivasi kurang : bila skor 1-16 dari total jawaban

B. Konsep Rokok

1. Definisi Rokok

Rokok merupakan silinder yang terbuat dari kertas dengan panjang

antara 70 sampai 120 mm, berisi daun tembakau yang telah dicacah. Cara

menyalakan rokok dengan dibakar disalah satu ujungnya setelah itu

dihirup melalui mulut dengan ujung yang lain (Heryani, 2014).

Perokok merupakan seseorang yang menghisap asap rokok baik

langsung melalui batang rokok maupun tidak. Perokok aktif adalah

seseorang yang mengonsumsi rokok secara rutin, walaupun hanya satu


18

batang sahari atau orang yang menghisap rokok walau tidak rutin

sekalipun atau hanya coba-coba dan cara menghisap rokok dengan

mengembuskan asap dan tidak masuk ke paru-paru (Kemenkes RI, 2012).

Sedangkan perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tetapi

ikut menghirup asap rokok orang lain atau orang yang berada dalam satu

ruangan tertutup dengan orang yang merokok (Kemenkes RI, 2012)

Merokok adalah kegiatan membakar gulungan tembakau kemudian

mengirupnya melalui rokok atau melalui pipa sehingga 15 menimbulkan

asap yang dapat dihirup oleh orang-orang yang ada disekitarnya (Saleh,

2011 dalam Tomsom, 2016)

2. Tahap-Tahap Dalam Perilaku Merokok

Menurut Laventha & Chearly (dalam Wismanto dan Sarwo, 2007)

terdapat empat tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok,

yaitu:

a. Tahap Prepatory

Tahap ini adalah bahwasannya seseorang mempunyai gambaran

yang menyenangkan dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil

bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok.

b. Tahap Intiation

Tahap ini disebut juga tahap perintisan yang artinya apakah

seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok.


19

c. Tahap Becoming a Smoker

Tahap dimana perokok sudah mengonsumsi rokok sebanyak

empat batang prhari maka mempunyai kecenderungan menjadi

perokok.

d. Tahap Maintenance of Smoking

Tahap ini mempunyai arti dimana merokok sudah menjadi

salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating).

3. Bahan Baku

Rokok Bahan baku pembuatan rokok antara lain:

a. Tembakau

Tembakau adalah tanaman yang banyak dijumpai di Indonesia.

Tembakau mempunyai beberapa spesies, di Indonesia spesies

tembakau yang banyak ditemukan adalah Nicotiana Tabacum (Santika,

2011).

b. Cengkeh

Caryophylli Flos atau lebih dikenal dengan bunga cengkeh

adalah tanaman dari keluarga Myrtaceae. Kandungan yang ada pada

cengkeh adalah minyak atsiri yang mengandung egenol, zat serupa

damar, kariofilin, tannin dang om. Kegunaan cengkeh selain sebagai

stimulan dapat juga sebagai obat mulas, penghilang rasa mual dan

mutah. Cengkeh mempunyai bau aromatic yang kuat dan mempunyai

rasa yang pedas.


20

c. Saus Rahasia

Menurut (Anonim, 2013) saus tersebut terbuat dari beraneka

rempah dan ektra buah-buahan untuk menciptakan aroma dan rasa

tertentu. Bahan ini yang menjadi pembeda antara merk satu dengan

yang lainnya.

4. Kandungan Rokok

Didalam rokok terdapat zat racun, zat racun tersebut sangat

berbahaya oleh tubuh. Zat-zat racun yang terdapat pada rokok adalah:

a. Tar

Tar adalah senyawa polinuklik hidrokarbon aromatika yang

bersifat karsinogenik. Zat tersebut dapat lengket pada paru-paru

sehingga jika dibiarkan terlalu lama akan menyebabkan kanker. Ketika

rokok dihisap pada mulut tar akan masuk kedalam rongga mulut

sehingga uap asap rokok menjadi padat, asap yang sudah dinggin akan

mengendap berwarna kuning pada gigi, saluran pernafasan dan paru-

paru. Pengendapan tar bervariasi antara 3-40 mg perbatang, sedangkan

kadar pada rokok berkisar 24-45 mg (Sitoepe dalam pramesti, 2014).

b. Gas Karbon Monoksida (CO)

Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari

unsur zat atau karbon. Gas CO dapat meningkatkan Hemoglobin (Hb)

lebih kuat dibandingakn dengan Oksigen.


21

c. Nikotin

Nikotin bersifat racun yang dapat mempengarui kinerja otak

atau susunan syaraf pusat. Nikotin dapat merangsang pengeluaran

dopamine, sehingga dapat menyebabkan perokok menjadi lebih senang

dan perokok mengulangi 18 aktifitas merokoknya, tetapi tubuh

membutuhkan kadar nikotin yang tinggi untuk mencapai kepuasannya

(Wayne dalam Putra, 2013).

5. Jenis Rokok

Mustikaningrum (2010), menjelaskan bahwa rokok dibagi menjadi

delapan, antara lain:

a. Rokok merupakan sediaan tembakau yang telah banyak digunakan.

b. Rokok organic merupakan jenis rokok yang tidak terdapat bahan

adiktif dianggap lebih aman dari pada rokok biasa

c. Rokok lintingan banyaknya penggunaan rokok lintingan disebakan

karena budaya dan faktor finansial

d. Bidis merupakan jenis rokok yang berasal dari india dan beberapa

negara di asia tenggara. Penghisapan bidis lebih intensif dibandingkan

dengan rokok biasa sehingga dapat memasukkan nikotin ke dalam

tubuh lebih besar dibanding dengan rokok biasa. Oleh karena itu

menggunaan bidis dapat mempertinggi resiko terkena penyakit

kardiovaskuer.
22

e. Kretek mengandung 40% cengkeh dan 60% tembakau. Cengkeh dapat

menimbulkan aroma yang enak, sehingga kretek dihisap lebih dalam

daripada rokok biasa.

f. Cerutu merupakan rokok dengan kandungan tembakau lebih banyak

dibandingkan jenis lainya, terkadang cerutu juga mengandung

tembakau saja.

g. Pipa, asap yang dihasilakan dari pipa lebih basa sehingga tidak perlu

langsung dihisap untuk mendapatkan kadar nikotin yang lebih tinggi

oleh tubuh.

h. Pipa air, pipa air adalah sediaan yang dianggap sangat aman. Nama

local dengan sediaan pipa air antara lain hookah, bhang, narghile dan

shisha.

6. Faktor-Faktor Yang Mempengarui Kebiasaan Merokok

Perilaku merokok adalah perilaku yang berbahaya bagi kesehatan,

akan tetapi banyak orang yang masih melakukannya. Banyak orang mulai

merokok ketika mereka masih remaja. Sejumlah penelitian menjelaskan

bahwa perokok mulai merokok dari usia 11 tahun dan 13 tahun dan 85%

sampai 95% sebelum umur 18 tahun.

Faktor resiko merokok merupakan faktor penyebab utama kali

seseorang untuk merokok atau faktor yang dapat meningkatkan

probabilitas seseorang untuk merokok. Faktor resiko dari merokok adalah:


23

a. Pengaruh orang tua/keluarga

Keluarga merupakan lingkungan social pertama interaksi,

membentuk pola perilaku dan sikap seseorang yang mempengarui

norma dan nilai yang terdapat dilingkungan keluarga. Seseorang

menjadi perokok lebih tinggi pada keluarga yang anggota keluarganya

perokok.

b. Pengaruh teman

Teman merupakan faktor kedua yang dapat mempengarui

sesorang dalam merokok. Pengaruh teman lebih kuat dibandingkan

dengan pengaruh dari keluarga.

c. Faktor kepribadian

Faktor kepribadian merupakan faktor intrinsic atau faktor dari

dalam tubuh manusia. Terdapat beberapa tipe kepribadian pada diri

sesorang yang dapat memicu seseorang merokok, antara lain adalah

konformitas social dan kepribadian lemah. Faktor intriksik lainnya

adalah umur dan genetic.

d. Pengaruh iklan

Iklan adalah sarana untuk memasarkan produk baru, membujuk

para konsumen untuk membeli produk dari perusahaan mereka. Iklan

juga dapat menyebabkan seseorang membeli produk atau jasa yang

tidak dibutuhkan. Oleh karena itu orang membeli rokok karena

pengaruh bujukan yang ada pada iklan rokok.


24

e. Jenis kelamin

Perokok laki-laki mempunyai jumlah lebih banyak

dibandingkan dengan perokok perempuan, hal tersebut menyebabkan

orang mempunyai pemikiran jika laki-laki tidak merokok akan

dianggap kurang jantan. Adanya anggapan tersebut menyebabkan laki-

laki lebih memilih untuk merokok daripada menerima tanggapan

tersebut.

f. Stress

Didalam rokok terdapat kandungan nikotin, nikotin dapat

bereaksi dibagian otak yang mengatur bagian perasaan nyaman dan

dihargai. Seseorang menggunakan rokok sebagai penghilang rasa

marah, cemas, gelisah sehingga bila merokok perasaan negative akan

berkurang.

g. Budaya

Dorongan psikologis dan fisiologis juga merupakan faktor

pencetus seseorang merokok. Dorongan psikologis antara lain adalah

ritual-ritual di masyarakat yang menggunakan tembakau seseorang

akan mencoba rokok. Selain hal tersebut juga terdapat budaya

maskulistik yang mengakar kuat di masyarakat.

h. Pengalaman buruk

Menurut penelitian yang terdaapat pada The Journal of The

American Medical Association mengungkapkan bahwa memiliki


25

pengalaman buruk pada masa kanak-kanak lebih besar kemungkinan

akan menjadi perokok berat di usia dewasa.

i. Kemudahan memperoleh rokok

Faktor selanjutnya adalah kemudahan memperoleh rokok. Hal

tersebut karena rokok dijual bebas dipasaran dan dapat ditemui di toko

kecil sampai swalayan besar. Harga rokok yang murah juga semakin

memudahkan perokok untuk mendapatkannya.

7. Dampak Rokok

Dampak yang ditimbulkan oleh rokok bagi kesehatan antara lain:

a. Batuk

Batuk merupakan dapat dikatakan sebawai awal/fase pertama

dari efek yang ditimbulkan oleh rokok. Batuk biasanya terjadi pada

saat orang baru memulai merokok, hal itu terjadi karena didalam

teggorokan terdapat syaraf-syaraf perasa yang sangat sensitive

(Sukmana, 2011).

b. Kanker

Penyakit kanker disebabkan karena tingginya nikotin yang ada

pada paru-paru yang dapat menyebabkan kerja paru menjadi berat

yang diakibatkan oleh penggumpalan nikotin didalam paru-paru

(Sukmana, 2011).

c. Impotensi

Asap rokok akan terbawa langsung oleh darah sehingga dapat

menyebar ke seluruh tubuh termasuk ke organ reproduksi. Racun yang


26

ada dalam nikotin akan membawa pengaruh terhadap spermatogenesis

atau terjadi pembelahan sperma laki-laki (Sukmana, 2011).

d. Resiko system kardiovaskuler

Nikotin dan gas gas CO dalam asap dapat merusak pembuluh

darah yang terjadi penggumpalan darah dalam saluran, dapat

mengganggu irama jantung. Perokok dapat meningkatkan 3x resiko

serangan jantung dibandingan yang bukan perokok. Dan dapat

meningkatkan resiko kematian. Merokok juga dapat memperburuk

keadaan pada pasien penderita hipertensi.

8. Efek Positif dan Negatif Rokok

Efek positif yang ditimbulkan oleh rokok adalah dapat

menimbulkan perasaan bahagia karena didalam rokok terdapat kandungan

nikotin yang ada pada tembakau. Kandungan nikotin yang ada pada

tembakau menstimulasia adrenokorticitropic hormone (ACTH) yang

terdapat pada area spesifik otak (Hans % Payne, 2003).

Sedangkan menurut (Marks, Murray, et al, 2004) mengatakan jika

mengonsumni nikotin dalam jumlah kecil dapat mempengarui efek

psikologis diantaranya:

a. Menenangkan

b. Mengurangi berat badan

c. Mengurangi perasaan mudah tersenggung

d. Meningkatkan kesiagaan

e. Memperbaiki fungsi kognitif


27

Sedangkan efek negatif dari merokok adalah:

a. Perokok lebih mudah sakit dibandingkan dengan yang tidak merokok

b. Perokok menjalani masa pemulihan yang lebih lama dibanding dengan

yang tidak merokok.

c. Perokok mempunyai usia hidup yang lebih singkat dibanding dengan

yang tidak merokok.

9. Penyakit Yang Disebabkan Oleh Rokok

Menurut Mashita (2017) rokok tidak hanya berbahaya bagi saluran

pernafasan tetapi juga dapat menimbulkan penyakit lain seperti:

a. Bagi perokok aktif:

1) Kanker

2) Penyakit jantung dan stroke. Bagi perokok aktif ancaman terkena

serangan jantung dan strok 2x lebih besar.

3) Bronchitis

4) Gangguan kehamilan dan janin (bagi wanita)

5) Rambut rontok

6) Katarak

7) Kulit keriput

8) Pendengaran terganggu

9) Osteoroporosis

10) Tukak lambung

11) Kanker usus

12) Kanker kulit


28

13) Diskolerasi jari-jari

14) Kerusakan sperma

b. Bagi perokok pasif

1) Kerusakan paru-paru

2) Sakit tenggorokan.

3) Batuk

4) Penyakit jantung

10. Klasifikasi Rokok

Menurut Darmanto (2009) dalam Tomsom (2016) seseorang dapat

dikatakan perokok jika sudah menghabiskan 100 batang rokok.

a. Jumlah rokok yang dihisap

Jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan batang,

bungkus, dan pak per hari. Dan jenis perokok dapat dibagi menjadi 3

kelompok:

1) Perokok ringan : perokok yang mengabiskan rokok kurang dari 10

batang sehari

2) Perokok sedang: perokok yang menghisap 10-20 batang sehari

3) Perokok berat: perokok berat adalah perokok yang dapat

menghabiskan lebih dari 20 batang perhari.

b. Lama merokok

Lama merokok dapat diklasifikasikan menjadi kurang dari 10

tahun atau lebih dari 10 tahun. Orang yang memulai dari awal

merokok akan semakin sulit untuk dapat menghentikan rokok.


29

11. Intensitas Perokok

Pada study pendahuluan yang dilakukan oleh (Tomson, 2016)

menjelaskan bahwa intensitas rokok dapat ditentukan oleh 26 Indeks

Brinkman (IB) dengan rumus jumlah rata-rata konsumsi rokok perhari

(batang) dikali lama merokok (tahun), dengan hasil adalah:

a. Ringan (0-199)

b. Sedang (200-599)

c. Berat (>600)

12. Faktor-faktor yang berhubungan dengan berhenti merokok

a. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan terdiri dari :

1) Lingkungan Pergaulan

Dalam perkembanngannya, remaja sangat rentan terhadap

pengaruh lingkungan. Lingkungan sosial budaya yang tidak positif

merupakan faktor risiko bagi remaja untuk terjebak dalam perilaku

yang tidak sehat, yaitu: merokok, minuman keras, penggunaan

narkoba, tawuran, dan tindakan kriminal. Semua perilaku remaja

yang dianggap menyimpang ini sangat berisiko terhadap kesehatan

dan keselamatan mereka (Tarwoto, 2010).

Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak

lingkungan merokok maka semakin besar kemungkinan teman-

temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Terdapat

dua kemungkinan yang terjadi dari fakta tersebut, pertama anak


30

tersebut terpengaruh oleh teman-temannya atau lingkungan dan

sebaliknya. Pengaruh kuat teman sebaya atau sesama remaja

merupakan hal penting yang tidak dapat diremehkan dalam masa-

masa remaja.

Diantara pada remaja terdapat jalinan yang kuat. Pada

kelompok teman sebaya ini untuk pertama kalinya remaja

menerapkan prinsip-prinsip hidup bersama dan bekerja sama.

Keberadaan teman sebaya sangat mempengaruhi tingkah laku,

minatbahkan sikap dan pikiran remaja (Tarwoto, 2010).

Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap individu, dan

kebanyakan seseorang akan berperilaku merokok dengan

memperhatikan lingkungannya yang menyebabkan seseorang

tersebut ingin mencoba. Di balik kegunaan rokok yang member

efek santai terkandung bahaya besar bagi orrang yang merokok

maupun orang di sekitar perokok yang bukan perokok (Aula,

2010).

Terdapat berbagai macam alasan yang melatarbelakangi

perilaku merokok pada remaja. Secara umum, perilaku merokok

disebabkan faktor dalam diri juga disebabkan faktor lingkungan.

Faktor dari lingkungan adalah pihak-pihak yang berpengaruh besar

dalam proses sosial. Proses ini meliputi transmisi nilai,

kepercayaan, sikap dan perilaku yang diturunkan. Walaupun orang

tua memiliki peranan dalam proses sosial, namun ada kelompok


31

yang memiliki transmisi sosial secara horizontal yaitu teman

sebaya (Kurniawan, 2015).

Lingkungan teman sebaya memberikan sumbangan efektif

sebesar 93,8% terhadap munculnya perilaku merokok pada remaja.

Semakinn banyak dukungan teman untuk merokok dapat

mendorong seseorang untuk semakin menjadi perokok. Pada masa

remaja, ada sesuatu yang lain yang sama pentingnya dengan

kedewasaan, yakni solidaritas kelompok, dan melakukan apa yang

dilakukan oleh kelompok. Apabila dalam suatu kelompok remaja

telah melakukan kegiatan merokok maka individu remaja merasa

harus melakukannya juga. Individu remaja tersebut mulai merokok

karena individu dalam kelompok remaja tersebut tidak ingin

dianggap sebagai orang asing, bukan karena (Prasetya, 2010).

2) Lingkungan Keluarga

Perilaku remaja memang sangat menarik dan gaya mereka

pun bermacam-macam. Ada yang atraktif, lincah, modis, agresif

dan kreatif dalam hal-hal yang berguna, namun ada juga remaja

yang suka hura-hura bahkan mengacau. Pada masa remaja, remaja

mulai berjuang melepas ketergantungan kepada orang tua dan

berusaha mencapai kemandirian sehingga dapat ddireima dan

diakui ssebagai orang dewasa (Depkes RI, 2005).

Pada masa remaja hubungan keluarga yang dulu sangat erat

sekarang tampk terpecah. Orang tua sangat berperan pada masa


32

ini, pola asuh keluarga akan sangat berpengaruh pada perilaku

remaja, pola asuh keluarga yang kurang baik akan menimbulkan

perilaku yang menyimpang seperti merokok, minum-minuman

keras, menggunakan obat-obatan terlarang dan lain-lain (Kustanti,

2014).

4)
33

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Adapun kerangka konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Variabel Independent Variabel Dependent

Lingkungan rumah Terdampak


penyakit

Tingkat pendidikan Nasihat


Tindakan kepala Dokter
Motivasi
Kepala keluarga untuk Berhenti
Pengalaman keluarga Merokok Ketersediaan
rokok

Keterangan : ________ : Variabel Yang Diteliti


------------- : Variabel Yang Tidak Diteliti
Sumber : (Modifikasi Hidayat, 2009 dan Sukmana, 2011)

Deskripsi Kerangka Konsep :

Variabel independentnya adalah motivasi yang dipengaruhi oleh keinginan

untuk melakukan kegiatan, dorongan untuk melakukan kegiatan, harapan dan

lingkungan yang baik dan variabel dependentnya adalah tindakan berhenti

merokok dipengaruhi oleh terdampak penyakit, nasihat dokter dan

ketersediaan rokok.
34

B. Hipotesis Penelitian

Ada hubungan yang bermakna antara motivasi dengan tindakan

berhenti merokok pada Kepala Keluarga di Desa Dasan Lekong Wilayah

Kerja Puskesmas Dasan Lekong Tahun 2021.


35

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif

dengan desain penelitian observasional dengan menggunakan rancangan

penelitian analitik korelasi dengan bentuk cross sectional yaitu setiap subjek

penelitian hanya di observasi satu kali saja dan pengukuran terhadap variabel

dilakukan pada saat yang sama

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono,2016:135).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kepala Keluarga yang

tinggal di Desa Dasan Lekong Tahun 2021 sebanyak 2.740 Orang.

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2015:73).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian

populasi yang tinggal di Desa Dasan Lekong Tahun 2021. Untuk mencari

besarnya sample dihitung dengan menggunakan rumus Slovin :


36

N
n=
1+ N (d 2 )
2. 740 2 .740 2. 284
=
2 1+6 , 85
= =349
n= 1+2740 (0 , 05) 7 , 80 (dibulatkan)
3. Teknik Pengambilan Sampel

Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dengan cara

proposional random sampling atau dengan cara acak sederhana.

Adapun rumus alokasi proportional random sampling :

Ni
ni= .n
N
Dimana :

ni = jumlah anggota saampel menurut stratum

n = jumlah anggota sampel seluruhnya

Ni = jumlah anggota populasi menurut stratum

N = jumlah anggotaa populasi seluruhnnya

Maka jumlah anggota sampel :

No Dusun Distribusi Jumlah Sampling


1. Tojang Bedeng 451 57 KK
x 349
2740
2. Dasan Tereng 554 71 KK
x 349
2740
3. Gubuk Bangket 297 38 KK
x 349
2740
4. Gubuk Peken 262 33 KK
x 349
2740
5. Gubuk Bongkot 188 24 KK
x 349
2740
6. Pancor Manis 269 34 KK
x 349
2740
7. Timuk Jero 719 92 KK
x 349
2740
Total 349 KK
37

Penentuan anggota sampel dilakukan secara acak yaitu dengan cara

mengundi nama Kepala Keluarga di setiap dusun sehingga diperoleh

sesuai jumlah sampel yang dibutuhkan.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan di Desa Dasan Lekong

Wilayah Kerja Puskesmas Dasan Lekong.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan pada bulan Februari

tahun 2022

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Penelitian

a. Variabel Independent

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independentnya

adalah motivasi.

b. Variabel Dependent

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependentnya adalah

tindakan berhenti merokok.


38

2. Definisi Operasional

Tabel IV.1 Definisi Operasional


Definisi
No Variabel Pengukuran Skala data
operasional
1 Motivasi Kebutuhan, Motivasi berhenti Ordinal
dorongan dan merokok diukur
tujuan yang ada dengan menggunakan
pada diri kuesioner. Hasil
seseorang/kepalaa ukurnya
keluarga untuk dikategorikan
berhenti merokok. menjadi :
1. Motivasi kuat :
bila skornya 24-
30
2. Motivasi sedang :
bila skornya 17-
23
3. Motivasi kurang :
bila skornya 10-
16
2 Tindakan Aksi yang Tindakan berhenti Nominal
berhenti dilakukan oleh merokok diukur
merokok seseorang/kepalaa dengan menggunakan
keluarga untuk kuesioner. Hasil
menghentikan ukurnya
kebiasaan dikategorikan
merokok menjadi :
1. Berhenti
merokok
2. Tidak berhenti
merokok

E. Teknik dan Instrumen Penelitian

1. Teknik Penelitian

Data yang dikumpulkan dalam penelitian in terdiri dari :

a. Data Primer

1) Data tentang motivasi diperoleh malalui wawancara dengan

menggunakan alat bantu kuesioner.


39

2) Data tentang tindakan berhenti merokok diperoleh melalui

wawancara dengan menggunakan alat bantu kuesioner.

b. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini yaitu : data tentang gambaran

umum Desa Dasan Lekong diperoleh dari buku profil.

2. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner.

F. Prosedur Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti melakukan langkah-langkah yang akan

dijalankan melalui tiga tahap yaitu:

1. Persiapan

a. Menyusun rancangan penelitian

b. Memilih lokasi penelitian

c. Mengurus perizinan

d. Mengamati keadaan

e. Memilih dan memanfaatkan informan

f. Menyiapkan instrument penelitian

2. Lapangan

a. Memahami dan memasuki lapangan

b. Aktif dalam kegiatan (pengumpulan data)


40

3. Pengolahan Data

a. Analisis data

b. Mengambil kesimpulan dan verifikasi

c. Narasi hasil analisis

G. Analisis Data

Analisa data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Analisis Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi dan persentase dari tiap variabel yaitu motivasi dan tindakan

berhenti merokok.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Meliputi satu variabel independen

(motivasi) dan variabel dependen (tindakan berhenti merokok). Kemudian

untuk analisis hubungan menggunakan uji chi square, uji ini dapat

digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan variabel x dan y.

Hasil perhitungan bila p value lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak, bila

p value lebih besar maka Ho diterima. Dalam penelitian ini alasan

menggunakan chi square adalah menguji hubungan motivasi dengan

tindakan berhenti merokok di Desa Dasan Lekong.


41

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Desa Dasan Lekong

a. Keadaan Demografi

Desa Dasan Lekong adalah salah satu desa yang terletak di

Kecamatan Sukamulia, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa

Tenggara Barat, Indonesia. Desa ini memiliki kodepos 83652. Di desa

ini terdapat beberapa hasil pertanian utamanya seperti padi, tembakau

dan cabe. Jumlah penduduk di desa ini adalah 9.678 jiwa.

b. Batas Wilayah

1) Sebelah Utara : Desa Nyiur Tebel

2) Sebelah Selatan : Kelurahan Pancor

3) Sebelah Timur : Desa Sukamulia

4) Sebelah Barat : Desa Paok Pampang

c. Prasarana dan Sarana Kesehatan


1) Sarana Kesehatan
Posyandu 9 unit
Jumlah Rumah/Kantor Praktek Dokter 1 unit
Rumah Bersalin 1 unit

2) Sarana Kesehatan
Jumlah dokter umum 5 orang
Jumlah dokter gigi 1 orang
Jumlah dukun bersalin terlatih 2 orang
Bidan 5 orang
42

Perawat 12 orang
Dukun pengobatan alternatif 4 orang
Jumlah dokter praktek 1 orang

d. Prasarana dan Sarana Kebersihan


Jumlah gerobak sampah 4 unit
Jumlah tong sampah 40 unit
Jumlah truck pengangkut sampah 2 unit
Jumlah pemulung 3 orang

2. Analisis Univariat

a. Motivasi Berhenti Merokok di Desa Dasan Lekong Wilayah Kerja


Puskesmas Dasan Lekong Tahun 2021

Pada penelitian ini motivasi berhenti merokok pada responden

dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu : motivasi kurang, motivasi

sedang dan motivasi kuat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Tabel V.1 berikut :

Tabel V.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Motivasi Berhenti
Merokok di Desa Dasan Lekong Wilayah Kerja
Puskesmas Dasan Lekong
Tahun 2021
No Tingkat Pendapatan F %
1 Motivasi Kuat 65 18,6
2 Motivasi Sedang 115 33,0
3 Motivasi Kurang 169 48,4
Jumlah 349 100

Berdasarkan Tabel V.1 di atas dapat diketahui bahwa dari 349

responden yang diteliti di Desa Dasan Lekong Wilayah Kerja

Puskesmas Dasan Lekong, sebagian besar memiliki motivasi kurang


43

sebanyak 169 orang (48,4%) dan sebagian kecil memiliki motivasi

kuat sebanyak 65 orang (18,6%).

b. Tindakan Berhenti Merokok di Desa Dasan Lekong Wilayah


Kerja Puskesmas Dasan Lekong Tahun 2021

Pada penelitian yang dilakukan di Desa Dasan Lekong Wilayah

Kerja Puskesmas Dasan Lekong, tindakan berhenti merokok

dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu: berhenti merokok dan tidak

berhenti merokok. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel V.2

berikut :

Tabel V.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tindakan Berhenti
Merokok di Desa Dasan Lekong Wilayah Kerja
Puskesmas Dasan Lekong
Tahun 2021
No Tindakan Berhenti Merokok F %
1 Berhenti Merokok 105 30,1
2 Tidak Berhenti Merokok 244 69,9
Jumlah 349 100

Berdasarkan Tabel V.2 di atas dapat diketahui bahwa dari 349

responden yang diteliti di Desa Dasan Lekong Wilayah Kerja

Puskesmas Dasan Lekong, lebih banyak yang tidak berhenti merokok

sebanyak 244 orang (69,9%) dibandingkan dengan yang berhenti

merokok sebanyak 105 orang (30,1%).


44

3. Analisis Bivariat

a. Hubungan Motivasi Berhenti Merokok dengan Tindakan Berhenti


Merokok di Desa Dasan Lekong Wilayah Kerja Puskesmas Dasan
Lekong Tahun 2021

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Untuk melihat hubungan motivasi

berhenti merokok dengan tindakan berhenti merokok di Desa Dasan

Lekong Wilayah Kerja Puskesmas Dasan Lekong dapat dilihat pada

Tabel V.3 berikut :

Tabel V.3
Hubungan Motivasi Berhenti Merokok dengan Tindakan Berhenti
Merokok di Desa Dasan Lekong Wilayah Kerja
Puskesmas Dasan Lekong
Tahun 2021
Tindakan Berhenti
Merokok
Motivasi Berhenti Total
No Berhenti Tidak Berhenti P Value
Merokok
Merokok Merokok
F % F % F %
1 Motivasi Kuat 48 73,8 17 26,2 65 100,0
2 Motivasi Sedang 41 35,7 74 64,3 115 100,0 0.000
3 Motivasi Kurang 16 9,5 153 90,5 169 100,0
Jumlah 105 30,1 244 69,9 349 100

Berdasarkan Tabel V.3 di atas dapat diketahui bahwa dari 65

responden motivasinya kuat, lebih banyak yang berhenti merokok

sebanyak 48 orang (73,8%) dibandingkan dengan yang tidak berhenti

merokok sebanyak 17 orang (26,2%), kemudian dari 115 responden

yang motivasinya sedang lebih banyak yang tidak berhenti merokok

sebanyak 74 orang (64,3%) dibandingkan dengan yang berhenti

merokok sebanyak 41 orang (35,7%), sedangkan dari 169 responden


45

yang motivasinya kurang lebih banyak yang tidak berhenti merokok

sebanyak 153 orang (90,5%) dibandingkan dengan yang berhenti

merokok sebanyak 16 orang (9,5%).

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Square

diperoleh nilai p value sebesar 0,000 dengan taraf signifikansi 0,05

(p < 0,05), karena 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan motivasi dengan tindakan berhenti merokok di Desa Dasan

Lekong Wilayah Kerja Puskesmas Dasan Lekong Tahun 2021.

B. Pembahasan

1. Motivasi Berhenti Merokok di Desa Dasan Lekong Wilayah Kerja


Puskesmas Dasan Lekong Tahun 2021

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 349 responden yang

diteliti di Desa Dasan Lekong Wilayah Kerja Puskesmas Dasan Lekong,

sebagian besar memiliki motivasi kurang sebanyak 169 orang (48,4%) dan

sebagian kecil memiliki motivasi kuat sebanyak 65 orang (18,6%). Hal ini

menunjukkan bahwa kurangnya motivasi yang diberikan oleh anggota

keluarga kepada kepala keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi tindakan kepala keluarga untuk berhenti merokok.

Semakin kuat motivasi yang diberikan, maka semakin besar pula

keinginannya untuk berhenti merokok.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Raudhatul Jannah (2017)

tentang : “Motivasi Berhenti Merokok Pada Pelanggan Warung Kopi di

Banda Aceh” dari hasil penelitiannya diketahui variabel motivasi berhenti

merokok diperoleh sebanyak 46 responden (26,3%) menyatakan kadang-


46

kadang berpikir untuk berhenti merokok tetapi tidak ada rencana untuk

berhenti merokok. Terdapat 40 responden (22,9%) menyatakan

memutuskan untuk berhenti merokok sepanjang umur, dan 30 responden

(17,1%). Dalam penelitiannya dijelaskan bahwa motivasi berhenti

merokok dipengaruhi oleh keinginan atau harapan yang didapatkan dari

merokok antara lain agar lebih percaya diri, dapat dihargai, memberikan

ketenangan dan menjadi dewasa. Harapan terhadap rokok ini timbul

karena rokok telah menjadi kebutuhan fisiologi/dasar dalam kehidupan

sehari-hari. Selain kebutuhan fisiologi harapan terhadap rokok juga

dipengaruhi oleh valensi/manfaat yang akan diperoleh apabila berhenti

merokok baik secara fisik maupun psikologis atau manfaat bagi

keluarganya.

Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa motivasi

merupakan salah satu hal yang mempengaruhi perilaku manusia, motivasi

disebut juga sebagai pendorong, keinginan, pendukung atau kebutuhan-

kebutuhan yang dapat membuat seseorang bersemangat dan termotivasi

untuk mengurangi serta memenuhi dorongan diri sendiri, sehingga dapat

bertindak dan berbuat menurut cara-cara tertentu yang akan membawa ke

arah yang optimal. Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil jika

tujuannya jelas dan disadari oleh yang dimotivasi serta sesuai dengan

kebutuhan orang yang dimotivasi (Nursalam, 2012).

Hal ini juga didukung oleh teorinya Malayu (2009), yang

menyatakan bahwa motivasi merupakan salah satu hal yang dapat


47

mempengaruhi perilaku manusia, motivasi disebut juga sebagai

pendorong, keinginan, pendukung atau kebutuhan- kebutuhan yang dapat

membuat seseorang bersemangat dan termotivasi untuk mengurangi serta

memenuhi dorongan diri sendiri, sehingga dapat bertindak dan berbuat

menurut cara-cara tertentu yang akan membawa ke arah yang optimal.

2. Tindakan Berhenti Merokok di Desa Dasan Lekong Wilayah Kerja


Puskesmas Dasan Lekong Tahun 2021

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 349 responden yang

diteliti di Desa Dasan Lekong Wilayah Kerja Puskesmas Dasan Lekong,

lebih banyak yang tidak berhenti merokok sebanyak 244 orang (69,9%)

dibandingkan dengan yang berhenti merokok sebanyak 105 orang

(30,1%).

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa

tindakan untuk berhenti merokok merupakan salah satu sikap yang dapat

memberikan dampak yang positif bagi kesehatan responden. Jika dilihat

dari hasil penelusuran yang telah peneliti lakukan di Desa Dasan Lekong,

dimana sebagian besar responden tidak berhenti merokok, hal ini

disebabkan karena merokok sudah menjadi kebiasaan hidup yang sulit

dihilangkan seolah-olah rokok sudah menjadi kebutuhan hidup sehari-hari.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kementerian

Kesehatan (2012), yang menyatakan bahwa tindakan berhenti merokok

merupakan proses untuk menghentikan kebiasaan merokok. Rokok atau

tembakau membawa beberapa efek buruk bagi tubuh, terutama yang

disebabkan kandungan nikotin sehingga menyebabkan rokok menjadi


48

sangat adiktif. Kandungan nikotin tersebut yang membuat perokok sulit

berhenti merokok dan menjadikannya proses yang panjang dan

menyulitkan. Selain itu, berhenti merokok merupakan hal yang tidak

mudah bagi pecandu rokok. Adapun alasan tertentu sehingga mereka

memilih untuk berhenti merokok. Hal yang dapat mempengaruhi

seseorang untuk berhenti merokok adalah keinginan, kontrol diri dan

motivasi yang kuat untuk melaksanakannya. Namun, berdasarkan

fenomena yang ada, banyak perokok yang gagal berhenti merokok

meskipun telah mengetahui bahaya yang dapat ditimbulkan oleh rokok.

3. Hubungan Motivasi Berhenti Merokok Dengan Tindakan Berhenti


Merokok di Desa Dasan Lekong Wilayah Kerja Puskesmas Dasan
Lekong Tahun 2021

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel motivasi memiliki

hubungan dengan tindakan berhenti merokok pada responden. Hal ini

dapat dilihat dari peroleh nilai p value sebesar 0,000 dengan menggunakan

taraf signifikan 0,05 (p < 0,05). Variabel motivasi memiliki hubungan

dengan tindakan berhenti merokok karena dari hasil pengumpulan data

terlihat bahwa responden yang memiliki motivasi kuat ternyata banyak

yang memiliki rencana untuk berhenti merokok sedangkan responden

dengan motivasi kurang banyak yang tidak memiliki keinginan untuk

berhenti merokok. Hal ini menunjukkan bahwa dengan motivasi yang kuat

mampu mendorong responden untuk meningkatkan kesadarannya untuk

berhenti merokok. Sehingga peneliti berpendapat bahwa secara eksternal

semakin kuat motivasi yang diberikan kepada responden untuk berhenti


49

merokok, maka semakin kuat pula rencana responden untuk berhenti

merokok. Kemudian dari segi internal, semakin tinggi tingkat kesadaran

yang dimiliki oleh responden tentang bahaya rokok bagi kesehatan, maka

motivasi yang dimiliki akan semakin kuat sehingga mampu mendorong

responden untuk berhenti merokok.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Zainul Arifin (2021) tentang : “Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan

Intensi Berhenti Merokok Pada Tenaga Kesehatan Puskesmas Dinas

Kesehatan Kabupaten Nagan Raya”. Hasil analisis statistiknya

menggunakan uji chi square test menunjukkan bahwa ada hubungan

antara motivasi terhadap intensi berhenti merokok dengan nilai p value

sebesar 0,022 < 0,05. Dalam penelitiannya tersebut dikatakan bahwa

motivasi berhubungan dengan intensi berhenti merokok pada responden,

karena sebagian dari responden memang sudah memiliki motivasi dari

dalam dirinya untuk berhenti merokok, responden yang memiliki motivasi

didalam dirinya tentu lebih mudah dan semangat serta terus berusaha

hingga benar-benar bisa berhenti merokok, hal itu menjadi dasar untuk

memiliki intensi berhenti merokok apalagi jika para responden tersebut

mendapatkan motivasi dari lingkungan luar yang bisa dijadikan sebagai

stimulus dan pemicu untuk meiliki intensi berhenti merokok.

Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa salah satu hal

yang dapat mempengaruhi seseorang untuk berhenti merokok adalah

motivasi. Keinginan seseorang berhenti merokok timbul disebabkan oleh


50

pengetahuan seseorang terhadap bahaya rokok yang disertai dengan

keinginan dan motivasi yang kuat untuk melaksanakannya (Nainggolan,

2014).

Hal ini juga didukung oleh teori yang menyatakan bahwa motivasi

juga dapat dikatakan sebagai dorongan dasar yang menggerakan seseorang

bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri sesesorang yang

menggerakan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan yang

ada dalam dirinya. Sasaran motivasi itu sendiri mendorong manusia untuk

melakukan suatu aktivitas yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan.

Dalam hal ini, motivasi merupakan motor penggerak dari setiap kebutuhan

yang akan dipenuhi, menentukan arah tujuan yang hendak dicapai, dan

menentukan perbuatan yang harus dilakukan. Selain itu, definisi motivasi

yang lain adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan,

mengarahkan, dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk

bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu

(Hamzah, 2016)
51

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat

ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Motivasi berhenti merokok pada responden di Desa Dasan Lekong

Wilayah Kerja Puskesmas Dasan Lekong, sebagian besar berada pada

kategori motivasi kurang sebanyak 169 orang (48,4%).

2. Tindakan berhenti merokok pada responden sebagian besar berada pada

kategori tidak berhenti merokok sebanyak 244 orang (69,9%).

3. Ada hubungan motivasi berhenti merokok dengan tindakan berhenti

merokok di Desa Dasan Lekong Wilayah Kerja Puskesmas Dasan Lekong

Tahun 2021 dengan nilai p value sebesar 0,000 < 0,05.

B. Saran

Disarankan kepala Kepala Puskesmas agar lebih rutin mengadakan

penyuluhan dan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat khususnya bagi

perokok aktif maupun pasif tentang bahaya rokok bagi kesehatan dan

disarankan kepada petugas kesehatan yang ada di Puskesmas agar lebih

terukur dan terarah dalam melakukan kegiatan penyuluhan agar pengetahuan

masyarakat tentang bahaya rokok dapat ditingkatkan dan diharapkan dapat

memotivasi masyarakat untuk berhenti merokok.


52

DAFTAR PUSTAKA

Aula, 2010. Stop merokok. Jogjakarta: Garailmu.

Darmanto, 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta. Buku. Kedokteran

Desa Dasan Lekong, 2021. Jumlah Perokok di Desa Dasan Lekong. Lombok
Timur : NTB.

Heryani, 2014. Kumpulan Undang–Undang dan Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia Khusus Kesehatan. Jakarta: CV. Trans InfoMedia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Petunjuk Teknis Upaya


Berhenti Merokok pada fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta:
Direktorat.

Hidayat, 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik. Analisis Data.


Jakarta: Salemba Medika.

Kurniawan, 2015. Pengaruh Kepuasan Kerja, Motivasi Kerja dan Kedisiplinan.

Kustanti, 2014. Hubungan Antara Pengaruh Keluarga, Pengaruh Teman, dan


pengaruh Iklan Terhadap Perilaku Merokok Pada Remaja di SMP N 1
Slogohimo, Wonogiri. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah. Surakarta.

Malayu, 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi revisi cetakan ke tiga
belas). Jakarta: PT Bumi Aksara.

Mangkunegara, 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Perusahaan. Bandung:


PT Remaja Rosdakarya.

Notoatmodjo, 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan, edisi ke-1. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, 2012. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka


Cipta.

Nursalam, 2012. Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan


Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jilid I.
Jakarta : Salemba Medika.

Pramesti, 2014. Kupas Tuntas Data Penelitian Dengan SPSS 22. Jakarta: Penerbit
Elex Media Komputindo
53

Putra, 2013. Hubungan Antara Intensitas Perilaku Merokok Dengan Tingkat


Insomnia. Diakses dari https://lib.unnes.ac.id/17111/

Riskesdas, 2020. Prevalensi Perokok Aktif di Indonesia. Jakarta : Depkes RI.

Saleh, 2011. Pendidikan dan Mayarakat. Jakarta : sabda media


Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Penerbit Alfabeta.

Sukmana, 2011. Mengenal Rokok dan Bahayanya. Jakarta : Alfabeta.

Tarwoto, 2010. Kebutuhan Dasar manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta :


Salemba Medika

WHO, 2019. World Health Organization. http : // www. who. Int / tobacco /
health_priority/en

Wismanto dan Sarwo, 2007. Strategi Penghentian Perilaku Merokok. Semarang:


Unika Soegijapranata.

Anda mungkin juga menyukai