Anda di halaman 1dari 71

PROPOSAL

PERBANDINGAN TERAPI KOMPRES HANGAT JAHE DENGAN


KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN SKALA
NYERI PADA LANSIA YANG MENDERITA REMATOID
ARTHRITIS DI DESA SIKUR WILAYAH
KERJA PUSKESMAS SIKUR
LOMBOK TIMUR

LILIK FITRIANINGSIH
NIM : 113121112

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) HAMZAR
LOMBOK TIMUR
2023
PROPOSAL

PERBANDINGAN TERAPI KOMPRES HANGAT JAHE DENGAN


KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN SKALA
NYERI PADA LANSIA YANG MENDERITA REMATOID
ARTHRITIS DI DESA SIKUR WILAYAH
KERJA PUSKESMAS SIKUR
LOMBOK TIMUR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Hamzar Lombok Timur

OLEH :

LILIK FITRIANINGSIH
NIM : 113121112

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) HAMZAR
LOMBOK TIMUR
2023

ii
PERSETUJUAN SKRIPSI

Proposal atas nama Lilik Fitrianingsih, NIM. 113121112 dengan judul :


Perbandingan Terapi Kompres Hangat Jahe Dengan Kompres Air Hangat
Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Lansia Yang Menderita Rematoid Arthritis
di Desa Sikur Wilayah Kerja Puskesmas Sikur Lombok Timur.

Telah memenuhi syarat dan disetujui

Pembimbing I Tanggal, ..................... 2023

Ns. Anatun Aupia, M.SN.


NIDN.0818069001

Pembimbing II Tanggal, ..................... 2023

Ns. Ririnisahawaitun, M.Kep.


NIDN. 0804068801

Mengetahui
Program Studi Ilmu Keperawatan
Ketua,

Ns. Dina Alfiana Ikhwani, M.Kep.


NIDN. 0808038801

iii
PENGESAHAN PENGUJI

Proposal atas nama Lilik Fitrianingsih, NIM. 113121112 dengan judul :


Perbandingan Terapi Kompres Hangat Jahe Dengan Kompres Air Hangat
Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Lansia Yang Menderita Rematoid Arthritis
di Desa Sikur Wilayah Kerja Puskesmas Sikur Lombok Timur, telah
dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal …. Februari 2023.

TIM PENGUJI

No Nama Jabatan Tanda Tangan

1. Ns. Anatun Aupia, M.SN. Ketua ……………..


NIDN. 0818069001

2. Ns. Ririnisahawaitun, M.Kep. Anggota ……………..


NIDN. 0804068801

3. Ns. Saifurahman, M.Pd. Anggota ……………..


NIDK. 9908001677

Mengetahui

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hamzar Program Studi Ilmu Keperawatan


Ketua, Ketua,

Drs. H. Muh. Nagib, M.Kes. Ns. Dina Alfiana Ikhwani, M.Kep.


NIDN. 0818095501 NIDN. 0808038801

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk dan hidayah-

NYA sehingga penulisan proposal ini dengan judul: ”Perbandingan Terapi

Kompres Hangat Jahe dengan Kompres Air Hangat Terhadap Penurunan Skala

Nyeri Pada Lansia Yang Menderita Rematoid Arthritis di Desa Sikur Wilayah

Kerja Puskesmas Sikur Lombok Timur”.

Dalam kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan terima kasih yang

tak terhingga kepada :

1. Bapak Drs. H.M. Nagib, M.Kes, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Hamzar Lombok Timur yang telah memberikan surat pengantar sebagai acuan

untuk mendapatkan izin penelitian dari Bappeda dan Puskesmas Sikur.

2. Ibu Ns. Dina Alfiana Ikhwani, M.Kep.., selaku Ketua Program Studi S1

keperawatan yang telah memberikan ilmunya di bidang pendidikan.

3. Ibu Ns. Anatun Aupia, M.SN., selaku dosen Pembimbing Pertama yang telah

memberikan motivasi, arahan dan keluangan waktu dalam penyelesaian

Proposal ini.

4. Ibu Ns. Ririnisahawaitun, M.Kep., selaku dosen Pembimbing Kedua yang

telah memberikan motivasi, arahan dan keluangan waktu dalam penyelesaian

Proposal ini.

5. Bapak Ns. Saifurahman, M.Pd., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan

motivasi, arahan dan keluangan waktu dalam penyelesaian Proposal ini.

v
6. Kepala Desa Sikur Kabupaten Lombok Timur yang telah memberikan izin

kepada penulis untuk melakukan penelitian. Semua pihak yang telah

membantu dalam menyelesaikan dan telah mendoakan demi suksesnya

penyusunan Proposal ini.

Penulis menyadari bahwa Proposal ini masih belum sempurna, maka

untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pihak pembaca demi

penyempurnaan Proposal ini sangat diharapkan.

Lombok Timur, Februari 2023

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Halaman Sampul Depan................................................................................... i


Halaman Sampul Dalam................................................................................... ii
Halaman Persetujuan........................................................................................ iii
Halaman Pengesahan........................................................................................ iv
Kata Pengantar.................................................................................................. v
Daftar Isi........................................................................................................... vii
Daftar Tabel......................................................................................................viii
Daftar Gambar.................................................................................................. ix
Daftar Lampiran................................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1


A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian............................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian.......................................................................... 8
E. Keaslian Penelitian ........................................................................ 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 12


A. Tinjauan Teori................................................................................ 12
B. Kerangka Konsep............................................................................ 40
C. Hipotesis ........................................................................................ 41

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 42


A. Jenis dan Desain Penelitian ........................................................... 42
B. Populasi dan Sampel ...................................................................... 44
C. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 46
D. Variabel dan Definisi Operasional ................................................. 46
E. Instrumen Penelitian dan Metode Pengumpulan Data ................... 48
F. Metode Pengolahan Data ............................................................... 49
G. Analisis Data................................................................................... 50
H. Etika Penelitian............................................................................... 52
I. Alur Penelitian ............................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep .......................................................................

Gambar 3.1 Alur Penelitian Perbandingan Terapi Kompres Hangat Jahe


dengan Kompres Air Hangat Terhadap Penurunan Skala Nyeri
Pada Lansia Yang Menderita Rematoid Arthritis di Desa Sikur
Wilayah Kerja Puskesmas Sikur Lombok Timur........................

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian .......................................................................... 10

Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 47

ix
LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Pengambilan Data

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3. Inform Concent

Lampiran 4. Lembar Observasi

Lampiran 5. Satuan Operasional Prosedur (SOP)

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut usia (Lansia) merupakan kelompok orang yang sedang

mengalami suatu proses perubahan secara bertahap dalam jangka waktu

tertentu. Selain itu, lanjut usia juga bisa diartikan sebagai kelompok

penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih. Badan kesehatan dunia WHO

mengatakan bahwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang

sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang (WHO, 2019).

Lansia sangat erat kaitannya dengan masalah muskuloskeletal

diantaranya nyeri sendi. Seiring bertambahnya usia lansia mengalami proses

penuaan yang akan terjadinya penurunan produksi cairan sinovial pada

persendian, tonus otot menurun, kartilago sendi menjadi lebih tipis,

ligamentum menjadi lebih kaku serta terjadi penurunan Lingkup Gerak Sendi

(LGS). Sehingga dapat mengurangi gerakan persendian dan adanya keluhan

nyeri sendi pada lansia yang mengakibatkan keterbatasan pergerakan (Yoga,

2016).

Seiring dengan bertambahnya usia, fungsi fisiologis pada lansia

mengalami penurunan. Beberapa masalah yang sering dijumpai pada lansia

yaitu : munculnya masalah degeneratif yang dapat menurunkan daya tahan

tubuh sehingga lansia rentan terkena berbagai macam penyakit infeksi.

Masalah yang sering dijumpai pada lansia sangat beragam, hal ini

dikarenakan menurunnya fungsi tubuh dan terganggunya psikologis pada

1
2

lansia. Masalah yang sering terjadi pada lanjut usia salah satunya nyeri pada

persendian seperti : rheumathoid arthritis (Kemenkes RI, 2017).

Rheumatoid artritis (RA) adalah suatu penyakit autoimun, dimana

terjadi inflamasi sistemik kronis yang menyerang persendian terutama sendi

sinovial (biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami

peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri, dan menyebabkan

kerusakan bagian dalam sendi. Penyebab penyakit artritis belum diketahui

secara pasti, namun ada beberapa faktor resiko yang dapat meyebabkan

terjadinya artritis yaitu usia, genetika, jenis kelamin, dan gaya hidup.

Rheumatoid artritis merupakan suatu penyakit yang tersebar luas, serta

melibatkan semua kelompok, ras dan etnik di dunia (Situmorang, 2017).

Data World Health Organization (WHO) tahun 2016 mencatat bahwa

jumlah kasus rheumathoid arthritis mencapai 355 juta kasus penduduk

didunia atau sekitar 20% penduduk dunia yang menderita penyakit arthritis

rheumatoid, terdapat 5-10% berusia 5-20 tahun dan 20% berusia 55 tahun

(WHO, 2016).

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan

bahwa jumlah kasus penderita rheumathoid di Indonesia mencapai 7,30%,

Rheumathoid arthritis sering ditemui pada usia dewasa akhir menuju lansia,

kondisi RA ini berpeluang menyerang seseorang seiring bertambahnya usia.

Resiko tertinggi munculnya penyakit ini berkisar di umur 75 tahun ke atas

untuk umur 35 sampai dengan 65 tahunan presentase kejadian adalah 33 %

dan lansia yang berusia 55-64 tahun sebanyak 25,2% (Riskesdas, 2018).
3

Tingginya angka kejadian arthritis rhematoid pada lansia dan

banyaknya macam obat yang digunakan sebagai pilihan untuk terapi arthritis

rhematoid sehingga menimbulkan adanya resiko efek samping obat. Pasien

arthritis rhematoid di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah

Provinsi NTB pada tahun 2021 sebanyak 155 pasien dengan usia rata-rata

diatas 50 tahun (Dinas Kesatan Provinsi NTB, 2021).

Sementara angka kejadian penyakit rheumathoid arthritis di Provinsi

Nusa Tenggara Barat tepatnya di Lombok Barat sebesar 6,42%, Lombok

tengah 6,84%, Lombok timur 5,21%, Sumbawa 7,44%, Dompu 10,30%,

Bima 9,59%, Sumbawa barat 5,16%, Lombok utara 8,76%, Mataram 8,46%

(Badan Litbang Kesehatan, 2020).

Nyeri merupakan bentuk ketidaknyamanan baik sensori maupun

emosional yang berhubungan dengan resiko atau aktualnya kerusakan

jaringan tubuh, timbul ketika jaringan sedang rusak dan menyebabkan

individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri. Selain itu, nyeri

merupakan mekanisme protektif untuk menimbulkan kesadaran terhadap

kenyataan bahwa sedang atau akan terjadi kerusakan jaringan (Handayani,

2017).

Peradangan sendi pada penyakit rheumatoid arthritis terjadi saat sistem

kekebalan tubuh sendiri menyerang jaringan yang membentuk sendi, yaitu

lapisan penghasil minyak sendi, jaringan penghubung antar tulang (ligamen),

jaringan penghubung tulang dengan sendi (tendon), dan tulang rawan.

Penyakit ini dapat membuat sendi kehilangan bentuk dan akhirnya hancur.
4

Kondisi di mana sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh

justru berbalik menyerang tubuh sendiri dinamakan autoimun. Penyebab

timbulnya penyakit autoimun sendiri belum diketahui secara pasti, namun

diduga terkait dengan faktor genetik (Rudi Hidayat, 2021)

Nyeri yang dirasakan penderita rheumathoid arthritis akan

mengakibatkan penurunan aktivitas, terjadinya imobilisasi berkepanjangan

serta mengurangi pemakaian sendi, dikarenakan anggapan bahwa nyeri akan

semakin parah jika malah digerakkan. Hal ini yang malah akan memperparah

kondisi sistem muskuloskeletal karena proses penyakit thematoid arthirits ini.

Oleh karena itu,diperlukan adanya penatalaksanaan untuk mengatasi masalah

nyeri tersebut. Cara pengobatan untuk mengatasi rheumathoid arthrithis dapat

menggunakan cara farmakologis ataupun secara non farmakologis (Patrisia et

al, 2020).

Beberapa teknik non farmakologi yang dapat digunakan untuk

mengurangi nyeri pada penderita rematoid arthritis antaranya yaitu pijat,

kompres panas tau dingin, stimulasi elektrik syaraf kulit transkutan, teknik

relaksasi dan istirahat.Tindakan nonfarmakologi juga dapat dikerjakan

dirumah dan caranya sederhana. Selain itu tindakan non farmakologi juga

dapat digunakan sebagai pertolongan pertama ketika nyeri menyerang

(Siahaan, et al 2017).

Kompres air hangat meruupakan salah satu terapi yang dapat

digunakan untuk mengurangi atau mengatasi nyeri pada sendi. Diduga bahwa

terapi air hangat bekerja dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri dalam
5

reseptor yang sama seperti cedera. Penggunaan terapi air hangat mempunyai

keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat

turut menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan (Mubarak,

2018).

Tidak hanya kompres air hangat yang dapa digunakan untuk mengatasi

nyeri pada sendiri, tetapi kompres hangat jahe juga efektif untuk menurunkan

nyeri. Kompres jahe merupakan salah satu terapi kombinasi antara terapi air

hangat dan terapi relaksasi yang bermanfaat pada penderita nyeri sendi.

Penggunaan jahe dalam bentuk kompres lebih aman dibandingkan dengan

penggunaan ekstrak jahe secara oral. Penggunaan ekstrak jahe secara oral

yang sering dan dengan dosis yang tinggi dapat menyebabkan gangguan

saluran pencernaan seperti diare. Jahe memiliki efek farmakologis dan

fisiologis seperti efek panas, antinflamasi, antioksidan, antitumor,

antimikroba, anti-diabetik, antiobesitas, antiemetik (Rahmani, 2018).

Penggunaan terapi kompres air hangat dan kompres hangat jahe pada

permukaan tubuh akan dapat memperbaiki fleksibilitas tendon dan ligamen,

mengurangi spasme otot, meredakan nyeri, meningkatkan aliran darah dan

menigkatkan metabolisme. Mekanisme dalam mengurangi nyeri tidak

diketahui dengan pasti, secara umum peningkatan aliran darah dapat terjadi

pada bagian tubuh yang dihangatkan karena panas cenderung mengendurkan

dinding pembuluh darah, panas merupakan yang terbaik untuk meningkatkan

fleksibilitas (Anderson, 2017).


6

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di Desa Sikur

pada tanggal 20 November 2022 diketahui bahwa jumlah lansia yang datang

berkunjung untuk memeriksakan kesehatannya ke Puskesmas Sikur sebanyak

106 orang kemudian lansia yang mengalami rhematoid arthritis sebanyak 40

orang. Hasil wawancara langsung terhadap 10 lansia yang mengalami

arthritis rhematoid diketahui bahwa 6 lansia diantaranya mengatakan sering

mengalami gangguan nyeri pada persendian. Kemudian dari 6 lansia tersebut,

4 lansia yang mengalami nyeri sendi pada lutut sering menggunakan terapi

kompres air hangat untuk menurunkan intensitas nyeri dan 2 lansia lainnya

yang mengalami nyeri sendi pada pinggang menggunakan terapi kompres

hangat jahe sedangkan 4 lansia lainnya yang mengalami nyeri sendir pada

tulang belakang mengatakan nyeri persendian yang dialami sering kambuh

walaupun menggunakan terapi kompres air hangat dan kompres hangat jahe.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk

melaukan penelitian tentang perbandingan terapi kompres hangat jahe dengan

kompres air hangat terhadap penurunan skala nyeri pada lansia yang

menderita rematoid arthritis di Desa Sikur Wilayah Kerja Puskesmas Sikur

Lombok Timur.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun rumusan

masalahnya sebagai berikut : “Bagaimanakah Perbandingan Terapi Kompres

Hangat Jahe Dengan Kompres Air Hangat Terhadap Penurunan Skala Nyeri
7

Pada Lansia Yang Menderita Rematoid Arthritis di Desa Sikur Wilayah Kerja

Puskesmas Sikur Lombok Timur.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan terapi

kompres hangat jahe dengan kompres air hangat terhadap penurunan skala

nyeri pada lansia yang menderita rematoid arthritis di Desa Sikur Wilayah

Kerja Puskesmas Sikur Lombok Timur.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi skala nyeri pada lansia yang menderita rematoid

arthritis sebelum diberikan terapi kompres hangat jahe di Desa Sikur

Wilayah Kerja Puskesmas Sikur Lombok Timur.

b. Mengidentifikasi skala nyeri pada lansia yang menderita rematoid

arthritis setelah diberikan terapi kompres hangat jahe di Desa Sikur

Wilayah Kerja Puskesmas Sikur Lombok Timur.

c. Mengidentifikasi skala nyeri pada lansia yang menderita rematoid

arthritis sebelum diberikan terapi kompres hangat di Desa Sikur

Wilayah Kerja Puskesmas Sikur Lombok Timur.

d. Mengidentifikasi skala nyeri pada lansia yang menderita rematoid

arthritis setelah diberikan terapi kompres hangat di Desa Sikur

Wilayah Kerja Puskesmas Sikur Lombok Timur.


8

e. Menganalisis perbandingan terapi kompres hangat jahe dengan

kompres air hangat terhadap penurunan skala nyeri pada lansia yang

menderita rematoid arthritis di Desa Sikur Wilayah Kerja Puskesmas

Sikur Lombok Timur.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

tentang tentang perbandingan terapi kompres hangat jahe dengan kompres

air hangat terhadap penurunan skala nyeri pada lansia yang menderita

rematoid arthritis. Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan

sebagai refrensi di perpustakaan Program Studi S1 Pendidikan Bidan Dan

Profesi Bidan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Hamzar Lombok

Timur.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Desa Sikur

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan

sebagai bahan pertimbangan kebijakan bagi Desa Sikur dalam

meningkatkan pemahaman dan menambah wawasan lansia tentang

perbandingan terapi kompres hangat jahe dengan kompres air hangat

terhadap penurunan skala nyeri pada lansia yang menderita rematoid

arthritis.

b. Bagi Lansia
9

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan

sebagai tambahan informasi dalam meningkatkan pemahaman dan

menambah wawasan serta dapat dijadikan sebagai acuan bagi

penderita rematoid arthiris untuk menggunakan terapi kompres hangat

Jahe dengan komperes air hangat sebagai salah satu pilihan alternative

dalam menurunkan skala nyeri.

c. Bagi Peneliti

Diharapkan dengan adanya penelitian dapat dijadikan sebagai

tambahan pengetahuan dan wawasan dalam memberikan pelayanan

kesehatan kepada lansia yang berkaitan dengan tindakan terapi

kompres hangat jahe dengan kompres air hangat terhadap penurunan

skala nyeri pada lansia rematoid arthritis.

d. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dengan adanya penelitian ini bisa dijadikan sebagai

bahan masukan, literatur dan referensi untuk meningkatkan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan para mahasiswa khususnya

mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Hamzar

Lombok Timur.

e. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dengan adanya penelitian ini bisa dijadikan sebagai

literatur untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang perbandingan

terapi kompres hangat jahe dengan kompres air hangat terhadap


10

penurunan skala nyeri pada lansia yang menderita rematoid arthritis di

Desa Sikur Wilayah Kerja Puskesmas Sikur Lombok Timur.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan


Pujastuti, Perbedaan Penelitian ini Hasil uji Mann Perbedaannya Persamaannya
Ni Kadek kompres hangat adalah penelitian Whitney yaitu : variabel yaitu ; metode
(2018) jahe dan back kuantitatif, dengan menunjukkan independent pada penelitian
massage metode quasi bahwa ada penelitian terdahulu yang
terhadap eksperimen perbedaan antara yaitu : kompres jahe digunakan
penurunan skala design, rancangan kompres jahe hangat dan pijat sama yaitu :
nyeri ekstrimitas pretest posttest hangat dan pijat punggung quasi
bawah pada punggung untuk sedangkan pada eksperimental
lansia dengan mengurangi skala penelitian yang akan dengan
rheumatoid nyeri ekstremitas peneliti lakukan rancangan
athritis di Banjar bawah yang yaitu : terapi pre-post
Abasan ditunjukkan oleh p kompres hangat jahe control
Singapadu = 0,017 dan kompres air design.
Tengah hangat. Selain itu,
teknik pengambilan
sampel yang
digunakan juga
berbeda. Analisis
data yang digunakan
juga berbeda.

Naufal, Perbandingan Penelitian ini Hasil uji mann Perbedaannya Persamannya


Alfaro Kompres Hangat merupakan whithney terletak pada yaitu : sama-
(2021) Serai Dengan penelitian menunjukkan ada variabel sama
Kompres Hangat kuantitatif quasy perbedaan independentnya. menggunakan
Jahe Terhadap experiment dengan kompres hangat Pada penelitian metode quasi
Penurunan Nyeri rancangan two serai dan kompres terdahulu variabel eksperimental
Rematik di group prestest hangat jahe independentnya dengan
PTSW Budi posttest terhadap penurunan adalah kompres rancangan
Luhur Kota design  nyeri (rematik) hangat serai dengan one group
Jambi dengan nilai sig. kompres hangat jahe pretest and
2 tailed 0,015 < sedangkan peneliti posttest.
0,05. menggunakan
11

kompres hangat jahe


dan kompres air
hangat. Selain itu.
Teknik pengambilan
sampel yang
digunakan juga
berbeda. Begitu juga
dengan analisis data
yang digunakan juga
berbeda.
Merliana, Perbedaan Penelitian ini Hasil Uji mann- Analisis data yang Metode
Rita kompres air adalah penelitian whitney dengan p digunakan berbeda. penelitian
(2019) hangat dan jahe kuantitatif, dengan value 0,518 Peneliti yang
merah terhadap metode quasi menunjukkan menggunakan uji diguankan
tingkat nyeri eksperimen bahwa tidak ada wilcoxon sedangkan sama yaitu
gout lansia di design, rancangan perbedaan kompres penelitian terdahulu metode quasi
Panti Werdha pretest posttest air hangat dan menggunakan uji eksperimen
Palembang. kompres jahe mann whitney. design,
merah dengan nilai Kemudian jumlah rancangan
mean rank kompres populasi dan sampel pretest
jahe merah sebesar yang digunakan juga posttest.
20,50) dan mean berbeda. Selain itu,
rank kompres air teknik
hangat sebesar pengambilan
22,50. sampel yang
digunakan
juga sama
yaitu total
sampling.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Konsep Dasar Arthritis Rheumatoid

a. Definisi Arthritis Rheumatoid

Menurut Zairin Noor Helmi (2016), Rheumatoid arthritis

merupakan manifestasi pada sendi perifer yang terjadi karena

peradangan sistemis kronis yang belum diketahui penyebabnya, serta

dapat menyebabkan kerusakan sendi dan dengan demikian sering

menyebabkan mortalitas dan mordibitas yang cukup

besar.

Artritis reumatoid merupakan penyebab paling sering dari

penyakit radang sendi kronis. Penyakit ini lebih banyak diderita oleh

perempuan, yang sering kali ditemukan pada dekade 40-50 tahunan

(Asikin, 2018).

Rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit rematik dengan

ditandai adanya kerusakan sendi progresif, keterbatasan fungsional,

dan manifestasi sistemik, beberapa penderita Rheumatoid arthritis

mempunyai manifestasi yang lebih progresif sehingga memiliki

prognosis (fungsional dan harapan hidup) yang buruk (Kalim, 2019).

b. Klasifikasi Arthritis Rheumatoid

Wahyuni (2016), mengklasifikasikan Rheumatoid arthritis

menjadi 4 tipe, yaitu:

12
13

1) Rheumatoid arthritis classic

Pada tipe ini, paling sedikit dalam waktu enam minggu harus

terdapat enam kriteria tanda dan gejala sendi yang harus

berlangsung terus-menerus.

2) Rheumatoid arthritis deficit

Pada tipe ini, paling sedikit dalam waktu enam minggu

terdapat empat kriteria tanda dan gejala sendi yang harus

berlangsung terus-menerus.

3) Rheumatoid arthritis probable

Pada tipe ini, paling sedikit dalam waktu enam minggu

terdapat tiga kriteria tanda dan gejala sendi yang harus

berlangsung terus-menerus.

4) Rheumatoid arthritis possible

Pada tipe ini, paling sedikit dalam waktu tiga bulan terdapat

dua kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus-

menerus.

c. Etiologi Rheumatoid arthritis

Penyebab pasti dari Rheumatoid arthritis masih belum diketahui,

namun faktor genetik, hormonal dan infeksi telah diketahui

berpengaruh kuat dalam menentukan kejadian penyakit ini.

Menurut M. Asikin et.al. (2018), penyebab dari Rheumatoid

arthritis yaitu:
14

1) Faktor kerentanan genetik.

2) Reaksi imunologi (antigen asing yang berfokus pada jaringan

sinovial).

3) Reaksi inflamasi pada sendi dan tendon.

4) Proses inflamasi yang berkepanjangan.

5) Kerusakan kartilago artikular.

d. Faktor Resiko

Menurut Susanti (2016), faktor resiko yang berhubungan dengan

kejadian Rheumatoid arthritis, antara lain:

1) Berusia lebih dari 40 tahun.

2) Kegemukan dan penyakit metabolik.

3) Cedera sensitif yang berulang.

4) Kepadatan tulang yang berkurang.

5) Mangalami beban sendi yang terlalu berat.

e. Manifestasi Klinis

Menurut Lukman & Nurna Ningsih (2017), manifestasi klinis

dari Rheumatoid arthritis terbagi menjadi beberapa macam,

manifestasi ini tidak timbul sekaligus. Oleh karenanya, manifestasi

Rheumatoid arthritis sangat bervariasi, diantaranya adalah:

1) Gejala-gejala konstitusional

Seperti kelelahan, gangguan mual muntah pada saat makan,

terjadi penurunan berat badan, dan suhu tubuh meningkat. Bahkan

dapat terjadi kelelahan yang hebat.


15

2) Nyeri sendi

Keluhan utama yang sering dirasakan setiap penderita

Rheumatoid arthritis ialah nyeri sendi, jika rematik sampai

menyerang bagian saraf, nyeri sendi dapat menjalar jauh hingga ke

seluruh tubuh. Terdapat dua macam nyeri sendi, yaitu: nyeri sendi

mekanis, nyeri biasanya timbul setelah seseorang melakukan

aktivitas atau suatu kegiatan dan selang beberapa saat nyeri akan

hilang setelah beristirahat. Selanjutnya nyeri inflamasi (radang),

nyeri ini biasanya timbul ketika seseorang bangun tidur pada pagi

hari dan nyeri biasanya akan menghilang setelah beberapa saat.

3) Kaku sendi

Kaku sendi terjadi akibat di sekitar jaringan tubuh mengalami

peradangan akibat desakan cairan, seperti kapsul sendi, sinovial,

atau bursa. Pada umumnya terjadi pada pinggul, tulang belakang

dan lutut.

4) Gangguan fungsi sendi

Sendi tidak dapat berfungsi secara normal, hal ini terjadi

karena seseorang menekuk posisi persendian tersebut untuk

menghilangkan rasa nyeri.

5) Sendi tidak stabil

Terjadi karena adanya trauma pada bagian kapsul sendi dan

kerusakan pada sendi.


16

6) Sendi berbunyi

Terjadi krepitasi ketika sendi sedang digerakkan, kerusakan

tersebut dapat terjadi pada bagian rawan sendi, tulang, dan tendon

sinovial.

Menurut M. Asikin et.al. (2018), Rheumatoid arthritis terbagi

menjadi tiga stadium, yaitu:

1) Stadium sinovitis

Pada stadium sinovitis, jaringan sinovial mengalami

perubahan dini (jaringan sendi tipis) ditandai dengan adanya

pembengkakan sendi, nyeri saat bergerak, dan bengkak. Sendi-

sendi yang terkena biasanya sendi yang mudah dilihat seperti

sendi lutut, sendi pergelangan tangan dan jari-jari.

2) Stadium destruksi

Pada stadium destruksi, selain kerusakan pada jaringan

sinovial, kerusakan juga terjadi pada jaringan di sekitarnya

ditandai dengan adanya kontraksi tendon.

3) Stadium deformitas

Pada stadium deformitas, pada sendi diawali dengan

perubahan pada sinovitis, dan berlanjut pada pembentukan pannus

(jaringan granulasi), ankilosis fibrosa dan terakhir ankilosis

tulang.

f. Patofisiologi
17

Pada Rheumatoid arthritis, reaksi auto imun terutama terjadi

pada jaringan sinovial. Proses inflamasi awalnya akan membuat sendi

sinovial menjadi edema, kemudian terjadi kongesti vaskular dengan

ditandai pembentukan pembuluh darah baru, eksudat fibrin, dan

infiltrasi selular. Proses inflamasi yang berkelanjutan akan membuat

sinovial menjadi tebal, terutama pada bagian kartilago. Suatu

jaringan granulasi (pannus) akan terbentuk akibat terjadinya

persendian yang meradang. Jaringan granulasi (pannus) akan

menimbulkan erosi tulang yang dapat menghancurkan tulang rawan,

akibatnya pergerakan sendi terganggu. Otot kehilangan elastisitas dan

kekakuan kontraksi otot karena mengalami perubahan generatif

(Asikin, 2018).

g. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan Rheumatoid arthritis adalah menekan

aktivitas

penyakitnya sehingga menghambat progresifitas penyakit serta

mencegah kecacatan, mengatasi nyeri, dan memperbaiki kualitas

hidup (Kalim, 2019).

1) Penatalaksanaan farmakologi

Pengobatan dengan obat OAINS (Obat Anti-Inflamasi Non

Steroid) diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat

inflamasi yang sering dijumpai.

a) Aspirin
18

Pasien dengan umur dibawah 65 tahun dapat dimulai dengan

pemberian dosis 3 - 4x1 g/hari, kemudian dinaikkan 0,3 - 0,6

g/minggu sampai terjadi perbaikan atau gejala toksik. Dengan

dosis terapi 20-30 mg/dl.

b) Ibuprofen, diklofenak dan meloksikam.

2) Penatalaksanaan Non Farmakologi

Pengobatan dengan non farmakologi mencakup suatu

intervensi perilaku kognitif dan dengan penggunaan agen-agen

fisik. Tujuannya adalah mengubah persepsi penderita tentang

penyakit, mengubah perilaku, dan memberikan rasa pengendalian

yang lebih besar (Kalim, 2019).

Penatalaksanaan non farmakologi meliputi:

a) Edukasi pada pasien mengenai penyakitnya, perjalanan

penyakit, obat-obatan, dan efek samping pengobatan.

b) Terapi fisik dan rehabilitasi penting untuk mempertahankan

fungsi sendi dan kekuatan otot.

c) Diet, umumnya penderita Rheumatoid arthritis memiliki

komorbiditas atau penyakit penyerta kardiovaskular, sehingga

penting untuk melakukan diet rendah gula dan rendah lemak.

d) Olahraga dan Istirahat, ketika lansia merasakan nyeri, maka

lansia diharuskan untuk beristirahat. Istirahat tidak boleh

berlebihan karena akan menyebabkan kekakuan pada sendi.

Aktivitas atau latihan gerak merupakan terapi latihan untuk


19

memelihara serta meningkatkan kekuatan otot.

2. Konsep Dasar Nyeri

a. Definisi Nyeri

Nyeri adalah suatu mekanisme pertahanan bagi tubuh yang

timbul bila mana jaringan sedang dirusak yang menyebabkan individu

tersebut bereaksi dengan cara memindahkan stimulus nyeri (Saifullah,

2015).

Menurut Handayani (2015) nyeri adalah kejadian yang

tidak menyenangkan, mengubah gaya hidup dan kesejahteraan

individu.

b. Etiologi

Nyeri dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu trauma,

mekanik, thermos, elektrik, neoplasma (jinak dan ganas), peradangan

(inflamasi), gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah

serta yang terakhir adalah trauma psikologis (Handayani, 2015)

c. Klasifikasi

Klasifikasi nyeri berdasarkan beberapa hal adalah sebagai berikut :

1) Nyeri berdasarkan tempatnya

Menurut Handayani (2015) dibagi menjadi :

a) Pheriperal pain
20

Merupakan nyeri yang terasa pada permukaan tubuh.

Nyeri ini termasuk nyeri pada kulit dan permukaan kulit.

Stimulus yang efektif untuk menimbulkan nyeri dikulit dapat

berupa rangsangan mekanis, suhu, kimiawi, atau listrik.

Apabila hanya kulit yang terlibat, nyeri sering dirasakan

sebagai menyengat, tajam, meringis, atau seperti terbakar.

b) Deep pain

Merupakan nyeri yang terasa pada permukaan tubuh

yang lebih dalam (nyeri somatik) atau pada organ tubuh

visceral. Nyeri somatis mengacu pada nyeri yang berasal dari

otot, tendon, ligament, tulang, sendi dan arteri. Struktur-

struktur ini memiliki lebih sedikit reseptor nyeri sehingga

lokalisasi sering tidal jelas.

c) Reffered pain

Merupakan nyeri dalam yang disebabkan karena

penyakit organ/ struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke

bagian tubuh di daerah yang berbeda bukan dari daerah

asalnya misalnya, nyeri pada lengan kiri atau rahang berkaitan

dengan iskemia jantung atau serangan jantung

d) Central pain

Merupakan nyeri yang didahului atau disebabkan oleh

lesi atau disfungsi primer pada sistem saraf pusat seperti spinal

cord, batang otak, thalamus, dan lain-lain.


21

2) Nyeri berdasarkan sifatnya

Handayani (2015), menyebutkan bahwa nyeri ini

digolongkan menjadi tiga, yaitu :

a) Incidental pain

Merupakan nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu

menghilang. Nyeri ini biasanya sering terjadi pada pasien yang

mengalami kanker tulang.

b) Steady pain

Merupakan nyeri yang timbul dan menetap serta

dirasakan dalam jangka waktu yang lama. Pada distensi renal

kapsul dan iskemik ginjal akut merupakan salah satu jenis.

c) Proximal pain

Merupakan nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan

kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap selama kurang

lebih 10-15 menit, lalu menghilang kemudian timbul lagi.

3) Nyeri berdasarkan ringan beratnya

Nyeri ini dibagi ke dalam tiga bagian (Handayani 2015)

sebagai berikut :

a) Nyeri ringan

Merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas ringan.

Nyeri ringan biasanya pasien secara obyektif dapat

berkomunikasi dengan baik.


22

b) Nyeri sedang

Merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas yang

sedang. Nyeri sedang secara obyektif pasien mendesis,

menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri dan

mendiskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.

c) Nyeri berat

Merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas berat.

Nyeri berat secara obyektif pasien terkadang tidak dapat

mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendiskripsikannya,

tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang.

4) Nyeri berdasarkan waktu serangan

a) Nyeri akut

Merupakan nyeri yang mereda setelah dilakukan

intervensi dan penyembuhan. Awitan nyeri akut biasanya

mendadak dan berkaitan dengan masalah spesifik yang

memicu individu untuk segera bertindak menghilangkan nyeri.

Nyeri berlangsung singkat (kurang dari 6 bulan) dan

menghilang apabila faktor internal dan eksternal yang

merangsang reseptor nyeri dihilangkan. Durasi nyeri akut

berkaitan dengan faktor penyebabnya dan umumnya dapat

diperkirakan (Asmadi, 2018).

b) Nyeri kronis
23

Merupakan nyeri yang berlangsung terus menerus

selama 6 bulan atau lebih. Nyeri ini berlangsung diluar waktu

penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat

dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronis

ini berbeda dengan nyeri akut dan menunjukkan masalah baru,

nyeri ini sering mempengaruhi semua aspek kehidupan

penderitanya dan menimbulkan distress, kegalauan emosi dan

mengganggu fungsi fisik dan sosial (Handayani, 2015).

d. Mekanisme Nyeri

Menurut Asmadi (2018), ada beberapa teori yang menjelaskan

mekanisme nyeri. Teori tersebut diantaranya :

1) Teori Spesifik

Otak menerima informasi mengenai objek eksternal dan

struktur tubuh melalui saraf sensoris. Saraf sensoris untuk setiap

indra perasa bersifat spesifik, artinya saraf sensoris dingin hanya

dapat diransang oleh sensasi dingin. Menurut teori ini, timbulnya

sensasi nyeri berhubungan dengan pengaktifan ujung-ujjung

serabut saraf bebas oleh perubahan mekanik, ransangan kimia atau

temperature yang berlebihan, persepsi nyeri yang dibawa serabut

saraf nyeri diproyeksikan oleh spinotalamik ke spesifik pusat nyeri

di thalamus.

2) Teori Intensitas
24

Nyeri adalah hasil ransangan yang berlebihan pada reseptor.

Setiap ransangan sensori punya potensi untuk menimbulkan nyeri

jika intensitasnya cukup kuat.

3) Teori gate control

Teori ini menjelaskan mekanisme transisi nyeri. Kegiatannya

tergantung pada aktifitas saraf afferen berdiameter besar atau kecil

yang dapat memengaruhi sel saraf di substansia gelatinosa.

Aktivitas serat yang berdiameter besar menghambat transmisi

yang artinya pintu di tutup sedangkan serat saraf yang berdiameter

kecil mempermudah transmisi yang artinya pintu dibuka.

e. Pengukuran Nyeri

1) Numeric Rating Scale (NRS)

Skala ini sudah biasa dipergunakan dan tellah divalidasi.

Berat dan ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur

dengan mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala numeric

dari 0 (nol) hingga 10 (sepuluh) (Handayani, 2015).

a) Skala 0 : Tanpa nyeri

b) Skala 1-3 : Nyeri ringan

c) Skala 4-6 : Nyeri sedang

d) Skala 7-9 : Nyeri berat

e) Skala 10 : Nyeri sangat berat


25

Gambar 2.1 Numeric Ratting Scale (NRS)

Sumber : (Handayani, 2015)

2) Visual Analog Scale (VAS)

Skala sejenis yang merupakan garis lurus, tanpa angka. Bisa

bebas mengekspresikan nyeri, ke arah kiri menuju tidak sakit, arah

kanan sakit tak tertahankan, dengan tengah kira-kira nyeri sedang

(Handayani, 2015).

Gambar 2.2. Visual Analog Scale (VAS)

Sumber : (Handayani, 2015)

3) Verbal Rating Scale (VRS)

Skala ini untuk menggambarkan rasa nyeri, efektif untuk

menilai nyeri akut, dianggap sederhana dan mudah dimengerti,

ranking nyerinya dimulai dari tidak nyeri sampai nyeri yang tidak

tertahankan (Khoirunnisa & Novitasari, 2015)

Gambar 2.3. Verbal Rating Scale (VRS)

Sumber : (Khoirunnisa & Novitasari, 2015)


26

4) Skala Wajah dan Barker

Skala nyeri enam wajah dengan eskpresi yang berbeda,

menampilkan wajah bahagia hingga wajah sedih. Digunakan

untuk mengekspresikan rasa nyeri pada anak mulai usia 3 (tiga)

tahun (Handayani, 2015)

Gambar 2.4 Skala Wajah dan Barker


Sumber : (Handayani, 2015)
3. Konsep Dasar Kompres Hangat

a. Pengertian Kompres Hangat

Kompres hangat adalah tindakan yang dilakukan dengan

memberikan cairan hangat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman,

mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah

terjadinya spasme otot, dan memberikan rasa hangat, dan tujuannya

untuk memperlancar sirkulasi darah, dan mengurangi rasa sakit atau

nyeri (Fajriyah dan Winarsih, 2016).

Kompres Hangat adalah tindakan memberikan rasa hangat pada

klien dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan rasa

hangat pada bagian tubuh tertentu yang memerlukan. Terapi kompres

hangat merupakan tindakan dengan memberikan kompres hangat yang

bertujuan memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau


27

membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah terjadinya spasme

otot, dan memberikan rasa hangat (Mufid Sultoni, 2018)

Pada dasarnya, kompres hangat memberikan rasa hangat untuk

memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan

nyeri, mengurangi atau mencegah spasme otot dan memberikan rasa

hangat pada daerah tertentu. Kompres hangat dapat digunakan untuk

mengurangi maupun meredakan rangsangan pada ujung saraf atau

memblokir arah berjalannya impuls nyeri menuju ke otak meradang

(Tamsuri & Hareni, 2016).

b. Manfaat Kompres Hangat

Menurut Pambudi (2018), kompres hangat digunakan secara

luas dalam pengobatan karena memiliki efek bermanfaat yang besar.

Adapun manfaat efek kompres hangat rebusan jahe adalah efek fisik,

efek kimia, dan efek biologis.

1) Efek fisik

Panas dapat menyebabkan zat cair, padat, dan gas mengalami

pemuaian ke segala arah.

2) Efek kimia

Bahwa rata-rata kecepatan reaksi kimia didalamtubuh

tergantung pada temperatur. Menurunnya reaksi kimia tubuh

sering dengan menurunnya temperatur tubuh. Permeabilitas

membran sel akan meningkat sesuai dengan peningkatan suhu,

pada jaringan akan terjadi peningkatan metabolisme seiring


28

dengan peningkatan pertukaran antara zak kimia tubuh dengan

cairan tubuh.

3) Efek biologis

Panas dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah yang

mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah. Secara fisiologis

respon tubuh terhadap panas yaitu menyebabkan pembuluh darah

menurunkan kekentalan darah, menurunkan ketegangan otot,

meningkatkan metabolisme jaringan dan meningkatkan

permeabilitas kapiler. Respon dari panas inilah yang digunakan

untuk keperluan terapi pada berbagai kondisi dan keadaan yang

terjadi dalam tubuh. Panas menyebabkan vasodilatasi maksimum

dalam waktu 15-20 menit, elakukan kompres lebih dari 20 menit

akan mengakibatkan kongesti jaringan dan klien akan beresiko

mengalami luka bakar karena pembuluh darah yang berkontriksi

tidak mampu membuang panas secara adekuat melalui sirkulasi

darah

c. Cara pemberian Kompres Hangat

1) Persiapkan alat dan bahan

2) Hot water bag (buli-buli) atau kain yang dapat menyerap air.

3) Air hangat dengan suhu 380C sampai 400C.

4) Thermometer air.

5) Baskom dan handuk kering

d. Tahap Kerja Kompres Hangat


29

1) Cuci tangan

2) Jelaskan pada klien mengenai prosedur yang akan dilakukan

3) Masukan air ke dalam botol atau masukan kain, lalu diperas

4) Tempatkan botol atau kain didaerah yang terasa nyeri dan berikan

5) Angkat botol atau kain setelah 15 menit, dan lakukan kompres

ulang jika nyeri belum teratasi

6) Kaji perubahan yang terjadi selam kompres dilakukan.

e. Mekanisme Kerja Kompres Hangat Rebusan Jahe terhadap

Gangguan Rasa Nyeri

Pemberian kompres air hangat adalah intervensi keperawatan

yang sudah lama di aplikasikan oleh perawat, kompres air hangat

dianjurkan untuk menurunkan nyeri karena dapat meredakan nyeri,

meningkatkan relaksasi otot, meningkatkan sirkulasi, meningkatkan

relaksasi psikologis, dan memberi rasa nyaman, bekerja sebagai

counteriritan (Koizier & Erb, 2019).

Pada tahap fisiologis kompres hangat menurunkan nyeri lewat

tranmisi dimana sensasi hangat pada pemberian kompres dapat

menghambat pengeluaran mediator inflamasi seperti sitokinin pro

inflamasi, kemokin, yang dapat menurunkan sensitivitas nosiseptor

yang akan meningkatkan rasa ambang pada rasa nyeri sehingga

terjadilah penurunan nyeri. Pada jahe seringkali digunakan untuk

menurunkan nyeri sendi karena kandungan gingerol dan shoagol.

Pada tahapan fisiologis nyeri, kompres hangat rebusan jahe


30

menurunkan nyeri sendi dengan tahap transduksi, dimana pada

tahapan ini jahe memiliki kandungan gingerol yang bisa menghambat

terbentuknya prostaglandin sebagai mediator nyeri, sehingga dapat

menurunkan nyeri sendi (Pambudi, 2018).

1) Deskripsi Jahe

Jahe (Zingiber officinale) merupakan salah satu rempah- rempah

khas Indonesia yang sudah terkenal di kalangan masyarakat. Jahe masuk

dalam tanaman obat berupa tumbuhan rumpun batangan semu serta termasuk

suku temu- temuan (Zingiberaceae). Asal usul jahe berawal dari Asia Pasifik

yang tersebar dari India sampai ke Cina dan di bawa oleh pedagang –

pedagang asing masuk ke Indonesia (Paimin, 2018).

Tanaman jahe merupakan keluarga Zingiberaceae yaitu tanaman

dengan rumput-rumputan tegak yang memiliki ketinggian 30-75 cm,

mempunyai daun sempit memanjang menyerupai pita dengan panjang antara

15– 23 cm dengan lebar lebih kurang 2,5 cm. Jahe tersusun teratur dengan

dua baris berseling disertai warna hijau dengan bunga kuning kehijauan serta

bibir bunga ungu gelap berbintik -bintik warna putih kekuningan serta kepala

sarinya berwarna ungu. Akar jahe bercabang-cabang dan mempunyai bau

yang harum dengan warna kuning atau jingga dan mempunyai tekstur

berserat (Paimin, 2018).

Berdasrakan ukuran, bentuk serta warna, jahe dibedakan menjadi

tiga jenis yaitu :

a) Jahe Besar atau Jahe Gajah (Z. officinate Sp)

Mempunyai ukuran rimpang yang besar dan gemuk dengan

warna kuning muda atau kuning mempunyai serat halus dan sedikit
31

beraroma tetapi kurang tajam. Pada umumnya jahe gajah dimanfaatkan

sebagai bahan baku makanan dan minuman.

b) Jahe Kecil atau Jahe Emprit (Z. officinate var. Amarum)

Jahe emprit mempunyai ciri- ciri seperti ukuran rimpangnya

termasuk dalam katagori sedang dengan bentuk agak pipih mempunyai

warna putih serta berserat lembut dan mempunyai aroma yang tajam.

Jahe emprit cocok untuk ramuan obat-obatan.

c) Jahe merah (Z. officinate var. Rubrum)

Jahe merah ditandai dengan ukuran rimpang yang kecil dengan

warna merah jingga dan berserat kasar dan mempunyai aroma serta

berasa tajam. Jahe merah pada umumnya dimanfaatkan sebagai bahan

baku obat-obatan.

2)  Kandungan Gizi dan Kimia Jahe

Secara umum, ketiga varietas jahe mempunyai kandungan pati,

minyak atsiri, serat, sejumlah kecil protein, vitamin, mineral, dan enzim

proteolitik yang disebut zingibain. Berikut merupakan kandungan gizi pada

100 g jahe.

Tabel 2.1 Kandungan Gizi Rimpang Jah

Komponen Jumlah
Energi (KJ) 78,89
Protein (g) 1,82
Lemak (g) 0,75
Karbohidrat (g) 17,7
Total gula 1,7
Kalsium (mg) 16
Phospat (mg) 34
Besi (mg) 0,6
Vitamin A (IU) 0
32

Thiamin (mg) 0,025


Niasin (mg) 0,75
Vitamin C (mg) 5
Serat kasar (g) 2
Sumber:  USDA Basic Report 11216 (2016)

Kandungan senyawa kimia yang terkandung di dalam jahe terdiri

yaitu minyak menguap (volatile oil) kemudian ada minyak tidak menguap

(non volatile oil) serta pati. Minyak atsiri termasuk jenis minyak yang

menguap dan merupakan suatu komponen yang memberikan aroma yang

khas. Perbedaan kandungan kimia pada masing- masing varietas jahe dapat

dilihat dalam Tabel 2.2.


33

Tabel 2.2. Perbedaan Kandungan Varietas Jahe

Karakteristik Jenis Jahe


Jahe Gajah Jahe Amprit Jahe Merah
Minyak Atsiri (%) 1,62 – 2,29 3,05 – 3,48 3,90
Pati (%) 55,10 54,70 44,99
Serat (%) 6.89 6,59 8,59
Sumber : Satyaningrum dan Saparinto (2017)

Komposisi kimia pada jahe menurut Ali et al., (2008), dipengaruhi

oleh berbagai faktor, yaitu waktu panen, lingkungan tumbuh (ketinggian

tempat, curah hujan, jenis tanah), keadaan rimpang (segar atau kering) serta

geografi. Rasa pedas pada jahe segar berasal dari kelompok senyawa

gingerol yaitu senyawa turunan fenol. Rasa pedas pada jahe kering berasal

dari senyawa shogaol  yang merupakan hasil dehidrasi dari gingerol. Jahe

merah mempunyai senyawa gingerol dan shogaol (Hernani dan Hayani

2018).

Komponen kimia utama pemberi rasa pedas pada jahe adalah keton

aromatik yang disebut gingerol. Menurut Ali et al (2018), aroma jahe

tergantung pada kandungan minyak atsirinya (1-3%) Adanya variasi

komponen kimia dalam minyak atsiri jahe bukan saja dikarenakan

varitasnya tetapi juga kondisi agroklimat (iklim, musim, geografi)

lingkungan, tingkat ketuaan, adaptasi metabolit dari tanaman, kondisi

destilasi dan bagian yang dianalisa. Beberapa komponen kimia jahe seperti

gingerol, shogaol dan zingerone dapat memberi efek farmakologi dan

fisiologi seperti antioksidan (Anwar et al., 2019).

3) Antibakteri Jahe

Senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan tumbuhan

suku Zingiberaceae yang berupa terpenoid, flavonoid, fenolik, alkaloid dan

minyak atsiri dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen

yang merugikan (Nursal, 2016). Ekstrak suku Zingiberaceae  dapat


34

menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Basillus

substilis, dan Staphylococcus aureus yang merupakan bakteri penyebab

keracunan makanan atau penyebab infeksi saluran pencernaan.

Menurut Utami dan Puspaningtyas (2017), studi lain yang dilakukan

oleh Nursal dalam mengkaji bioaktivitas ekstrak jahe (Zingiber officinale)

untuk menghambat pertumbuhan koloni bakteri Escherichia

coli dan Bacillus substilis yang kemudian didapatkan hasil bahwa ekstrak

jahe dapat menghambat pertumbuhan koloni bakteri Escherichia coli dan

terhadap koloni bakteri Bacillus substilis. Semakin tinggi konsentrasi

ekstrak yang diujikan maka semakin luas daerah hambat yang terbentuk.

Adanya aktivitas antibakteri dimungkinkan adanya senyawa antimikroba

yang dapat merusak dinding sel hingga terjadi lisis (pecah) yang dapat

menyebabkan kerusakan protein sel, menghambat kerja enzim dalam sel,

mengubah kemampuan penyerapan membran sitoplasma sehingga sel

bocor, merusak molekul protein dan asam nukleat dan menghambat sintesis

asam nukleat sehingga bakteri mati.

Aktivitas antibakteri ekstrak jahe tergantung pada kandungan

kimianya. Zingiberen dan gingerol  dalam rimpang jahe termasuk dalam

golongan minyak atsiri. Minyak atsiri dapat mengganggu proses

pembentukan membran atau dinding sel bakteri sehingga pembentukan

dinding sel tidak sempurna. Minyak atsiri yang aktif sebagai antibakteri

pada umumnya mengandung gugus fungsi hidroksil (-OH) dan karbonil

(Juliantina et al., 2018).

Senyawa gingerol merupakan senyawa turunan fenol yang

berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorbsi dengan melibatkan

ikatan hidrogen. Fenol pada kadar rendah berinteraksi dengan protein

membentuk kompleks protein fenol. Ikatan antara fenol dan protein adalah
35

ikatan yang lemah dan segera mengalami penguraian. Presipitasi dan

denaturasi protein disebabkan karena fenol bebas yang berpenetrasi

kedalam sel. Membran sel akan mengalami lisis karena koagulasi protein

yang disebabkan oleh tingginya kadar fenol (Juliantina et al., 2018).

f. Prosedur Terapi Kompres Hangat Jahe

1) Alat :

d) Baskom

e) Washlap atau handuk kecil

2) Bahan

a) Rimpang jahe (±100 gram)

b) 1 liter air

3) Cara membuat kompres hangat jahe

a) Cuci 5 rimpang jahe (±100 gram) dan iris tipis-tipis

b) Masukan irisan rimpang jahe ke dalam 1 liter air

c) Rebus irisan jahe sampai air mendidih (1000 C)

d) Tuangkan rebusan jahe ke dalam baskom, tunggu hingga suhu

rebusan jahe menjadi hangat tanpa campuran air dingin (400C)

e) Rebusan jahe hangat siap digunakan

4) Cara pemberian kompres hangat jahe

a) Masukan washlap atau handuk kecil ke dalam baskom rebusan

jahe hangat

b) Peras washlap atau handuk kecil sampai lembab

c) Tempelkan pada area yang sakit hingga kehangatan washlap

atau handuk kecil terasa berkurang


36

d) Ulangi langkah sebelumnya hingga 10-15 menit

4. Konsep Dasar Lansia

a. Definisi Lansia

Menua atau menjadi tua adalah suatu proses biologis yang tidak

dapat dihindari. Proses penuaan terjadi secara alamiah. Hal ini dapat

menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis

(Mustika, 2019).

Lansia merupakan suatu keadaan yang terjadi di dalam

kehidupan manusia. Menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak

hanya bisa dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak

permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang

berarti seseorang akan melewati tiga tahap dalam kehidupannya yaitu

masa anak, dewasa dan juga tua (Mawaddah, 2020).

Pada seseorang yang sudah lanjut usia banyak yang terjadi

penurunan salah satunya kondisi fisik maupun biologis, dimana

kondisi psikologisnya serta perubahan kondisi sosial dimana dalam

proses menua ini memiliki arti yang Artinya proses menua adalah

suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat

bertahan terhadap lesion atau luka (infeksi) dan memperbaiki

kerusakan yang diderita. Hal ini dikarenakan fisik lansia dapat


37

menghambat atau memperlambat kemunduran fungsi alat tubuh yang

disebabkan bertambahnya umur (Friska et al., 2020).

b. Ciri-Ciri Lansia

Menurut Oktora & Purnawan, (2018) adapun ciri dari lansia

diantaranya :

1) Lansia merupakan periode kemunduran Kemunduran pada lansia

sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis sehingga

motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada

lansia. Misalnya lansiayang memiliki motivasi yang rendah dalam

melakukan kegiatan, maka akanmempercepat proses kemunduran

fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memilikimotivasi yang

tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.

2) Penyesuaian yang buruk pada lansia prilaku yang buruk terhadap

lansia membuat mereka cenderung mengembangkan konsep diri

yang buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang

buruk. Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat

penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula. Contoh : lansia yang

tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk

pengambilan

keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno.

c. Karakteristik Lansia

Karakteristik lansia menurut Kementerian Kesehatan Republik

Indoensia Tahun 2017 sebagai berikut :


38

1) Seseorang dikatakan lansia ketika telah mencapai usia 60 tahun

keatas

2) Status pernikahan

Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI SUPAS 2015,

penduduk lansia ditilik dari status perkawinannya sebagian besar

berstatus kawin (60 %) dan cerai mati (37 %). Adapun

perinciannya yaitu lansia perempuan yang berstatus cerai mati

sekitar 56,04 % dari keseluruhan yang cerai mati, dan lansia laki-

laki yang berstatus kawin ada 82,84 %. Hal ini disebabkan usia

harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan usia

harapan hidup laki-laki, sehingga presentase lansia perempuan

yang berstatus cerai mati lebih banyak dan lansia laki-laki yang

bercerai umumnya kawin lagi

3) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai

sakit, kebutuhan biopsikososial dan spiritual, kondisi adaptif

hingga kondisi maladaptive.

4) Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi

d. Klasifikasi Lansia

Menurut Lilik Marifatul (2017) terdapat beberapa versi dalam

pembagian kelompok lansia berdasarkan batasan umur yaitu :

1) Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-59 tahun

2) Lansia (edderly), yaitu kelompok usia 60-74 tahun

3) Lansia tua (old),yaitu kelompok usia 75-90 tahun


39

4) Lansia sangat tua (very old),yaitu kelompok usia lebih dari 90

tahun.

e. Perubahan Terjadi Pada Lansia

Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan

secara degeneratif yang biasanya akan berdampak pada perubahan-

perubahan pada jiwa atau diri manusia, tidak hanya perubahan fisik,

tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual (National & Pillars,

2020).

1) Perubahan fisik

a) Sistem Indra Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada

pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan (daya)

pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi

suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit

dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.

b) Sistem Intergumen: Pada lansia kulit mengalami atropi,

kendur, tidak elastis kering dan berkerut. Kulit akan

kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak.

Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan

glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit

dikenal dengan liver spot.

2) Perubahan Kognitif
40

Banyak lansia mengalami perubahan kognitif, tidak hanya

lansia biasanya anak- anak muda juga pernah mengalaminya

seperti: Memory (Daya ingat, Ingatan)

3) Perubahan Psikososial

Sebagian orang yang akan mengalami hal ini dikarenakan

berbagai masalah hidup ataupun yang kali ini dikarenakan umur

seperti:

a) Kesepian Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat

meninggal terutama jika lansia mengalami penurunan

kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan

mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.

b) Gangguan cemas Dibagi dalam beberapa golongan: fobia,

panik, gangguan cemas umum, gangguan stress setelah trauma

dan gangguan obsesif kompulsif, gangguangangguan tersebut

merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungan

dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping

obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.

c) Gangguan tidur juga dikenal sebagai penyebab morbilitas yang

signifikan. Ada beberapa dampak serius gangguan tidur pada

lansia misalnya mengantuk berlebihan di siang hari, gangguan

atensi dan memori, mood depresi, sering terjatuh, penggunaan

hipnotik yang tidak semestinya, dan penurunan kualitas


41

hidup. Angka kematian, angka sakit jantung dan kanker lebih

tinggi pada seseorang yang lama tidurnya lebih dari 9 jam atau

kurang dari 6 jam per hari bila dibandingkan. dengan

seseorang yang lama tidurnya antara 7-8 jam per hari.

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah merupakan abstraksi yang terbentuk oleh

generalisasi dari hal-hal yang khusus. Sedangkan kerangka konsep penelitian

pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin di

amati atau di ukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmojo, 2018)

Variabel Independent Variabel Dependent

Kompres
Hangat Jahe
Penurunan Skala Nyeri Pada Lansia Yang
Menderita Rematoid Arthritis
Kompres
Hangat

Faktor penyebab terjadinya nyeri :


Trauma
Mekanik
Thermos
Elektrik
Neoplasma
Peradangan
Gangguan sirkulasi darah
Kelainan pembuluh darah

Keterangan :
42

: Variabel Yang Diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian


Sumber : (Modifikasi Sangrah, 2017 dan Handayani, 2015)
C. Hipotesis

Hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang hubungan yang diharapkan

antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris (Notoatmodjo,

2018).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

Secara etimologis, hipotesis berasal dari dua kata hypo yang berarti

“kurang dari” dan thesis yang brarti pendapat. Jadi hipotesis adalah suatu

pendapat atau kesimpulan yang belum final, yang harus diuji kebenarannya

(Notoadmojo, 2018).

1. Ha : Ada perbedaan skala nyeri pada lansia yang diberikan kompres

hangat jahe dengan kompres air hangat di Desa Sikur Wilayah

Kerja Puskesmas Sikur Lombok Timur.

2. Ho : Tidak ada perbedaan Ada perbedaan skala nyeri pada lansia yang

diberikan kompres hangat jahe dengan kompres air hangat di Desa

Sikur Wilayah Kerja Puskesmas Sikur Lombok Timur.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yaitu

penelitian yang dilakukan untuk mencari berbagai variabel dan menganalisis

setiap variabel yang menjadi objek penelitian. Penelitian ini juga digunakan

untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data

menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau

statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Dinamakan penelitian kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka

dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2018).

Penelitian ini menggunakan rancangan quasi experimental dengan

desain Two Group Pretest Posttest yakni rancangan eksperimen yang

dilakukan pada dua kelompok berbeda yang mendapatkan perlakuan yang

berbeda. Model ini lebih sempurna jika dibandingkan dengan model pertama,

karena sudah menggunakan tes awal (pretest) kemudian setelah diberikan

perlakukan dilakukan pengukuran (posttest) lagi untuk mengetahui akibat dari

perlakukan itu, sehingga besarnya efek dari eksperimen dapat diketahui

dengan pasti. Kelompok pertama responden diberikan terapi kompres hangat

jahe dan kelompok kedua responden diberikan terapi kompres air hangat.

Hasil yang diperoleh adalah untuk mengetahui perbandingan terapi kompres

hangat jahe dengan kompres air hangat terhadap penurunan skala nyeri pada

42
43

lansia yang menderita rematoid arthritis di Desa Sikur Wilayah Kerja

Puskesmas Sikur Lombok Timur.

Skema Rancangan Rancangan Two Group Pre-Post Test


Kelompok Lansia Yang O1 X1 O2
Diberikan
Terapi Kompres Hangat Jahe

Subjek
Penelitian
Kelompok Lansia Yang
Diberikan O3 X2 O4
Terapi Kompres Air Hangat

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian

Keterangan :

O1 : Skala nyeri pada lansia yang menderita rematoid arthritis sebelum

diberikan terapi kompres hangat jahe

X1 : Pemberian terapi kompres hangat jahe

O2 : Skala nyeri pada lansia yang menderita rematoid arthritis setelah

diberikan terapi kompres hangat jahe

O3 : Skala nyeri pada lansia yang menderita rematoid arthritis sebelum

diberikan terapi kompres air hangat

X2 : Pemberian terapi kompres air hangat

O4 : Skala nyeri pada lansia yang menderita rematoid arthritis setelah

diberikan terapi kompres air hangat


44

B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2018).

Adapun populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah semua

lansia yang mengalami arthritis rheumatoid di Desa Sikur Wilayah Kerja

Puskesmas Sikur Lombok Timur dari bulan Januari s/d November 2022

sebanyak 106 orang.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut sampel yang diambil dari populasi tersebut

harus betul-betul representative (mewakili). Ukuran sampel merupakan

banyaknya sampel yang akan diambil dari suatu populasi (Sugiyono,

2018).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian lansia

yang mengalami arthritis rheumatoid di Desa Sikur Wilayah Kerja

Puskesmas Sikur Lombok Timur dari bulan Januari s/d November 2022.

Untuk mencari besarnya sampel dihitung dengan menggunakan rumus

Slovin (2013) :

N 106
n= =
1+ N ( d ) 1+ 106 ¿ ¿
2
45

106 106
¿ = =84
1+ 0,265 1,265

Keterangan :

n = Besar Sampel

N = Besar Populasi

d = Nilai kritis (5%)

Jadi besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

sebanyak 84 orang. Sampel kemudian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu

kelompok responden yang diberikan terapi kompres hangat jahe sebanyak

42 orang dan kelompok responden yang diberikan terapi kompres air

hangat sebanyak 42 orang.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Tehnik sampling adalah cara yang dilakukan untuk menentukan

jumlah sampel yang dipakai dalam suatu penelitian (Sugiyono, 2018).

Tekhnik sampling yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan non probability sampling dengan teknik purposive

sampling. Peneliti memilih sampel berdasarkan kriteria sampel dan

sampel yang dipilih memiliki informasi yang diperlukan untuk penelitian.

Kriteria sampel dalam penelitian ini terdiri dari kriteria inklusi dan

eksklusia :

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini terdiri dari :

1) Lansia yang ada di Desa Sikur Wilayah Kerja Pukesmas Sikur.


46

2) Lansia yang mengalami arthritis rheumatoid di Desa Sikur

Wilayah Kerja Puskesmas Sikur.

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu : lansia yang mengalami

skala nyeri berat tidak terkontrol (skala 10) yang mengharuskan lansia

untuk bedrest.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Desa Sikur Wilayah Kerja Puskesmas

Sikur Lombok Timur.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari 2023.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

a. Variabel Independent

Variabel independent adalah variabel yang mempengaruhi atau

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent

(terikat) (Sugiyono, 2018). Variabel independent pada penelitian ini

yaitu : terapi kompres hangat jahe dan kompres air hangat

b. Variabel Dependent

Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2018).


47

Variabel dependent pada penelitian ini yaitu : skala nyeri pada lansia

yang menderita rematoid arthritis.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah variabel penelitian dimaksudkan untuk

memahami arti setiap variabel penelitian sebelum dilakukan analisis

(Sugiyono, 2018).

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Variabel Definisi Operasional Parameter/ Alat Ukur Hasil Skala
Indikator Ukur Data
Variabel Tindakan yang 1. Masukan washlap Lembar -
independent: dilakukan dengan atau handuk kecil Standar
1. Kompres menempelkan cairan ke dalam baskom Operasional
hangat jahe hangat jahe pada rebusan jahe hangat Prosedur
bagian tubuh yang 2. Peras washlap atau (SOP)
mengalami nyeri handuk kecil
untuk memenuhi sampai lembab
kebutuhan rasa 3. Tempelkan pada
nyaman, mengurangi area yang sakit
atau membebaskan hingga kehangatan
nyeri. washlap atau
handuk kecil terasa
berkurang
4. Ulangi langkah
sebelumnya hingga
10-15 menit
2. Kompres air Tindakan yang 1. Cuci tangan Lembar -
hangat dilakukan dengan 2. Masukan air ke Standar
menempelkan air dalam botol atau Operasional
hangat pada bagian masukan kain, lalu Prosedur
tubuh yang diperas (SOP)
mengalami nyeri 3. Tempatkan botol
untuk memenuhi atau kain didaerah
kebutuhan rasa yang terasa nyeri
nyaman, mengurangi 4. Angkat botol atau
atau membebaskan kain setelah 15
nyeri. menit, dan lakukan
kompres ulang jika
nyeri belum
teratasi
Variabel Penurunan skala Skala nyeri penggunaan Lembar a. Skala 0 : Interval
Dependent : nyeri yang dirasakan penilaian angka 0-10 Observasi tanpa nyeri
Penurunan skala oleh lansia pada dengan keterangan nilai Numeric b. Skala 1 – 3 :
nyeri pada lansia daerah Rating nyeri ringan
48

yang menderita sendi, yang Scale (NRS) c. Skala 4 – 6 :


rematoid diakibatkan nyeri sedang
arthritis oleh arthritis d. Skala 7 – 9 :
rheumatoid dengan nyeri berat
NRS e. Skala 10 :
nyeri berat
tidak
terkontrol
E. Instrumen Penelitian dan Metode Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis

sehingga lebih mudah diolah. Variasi jenis instrumen penelitian adalah

angket/kuesioner, check-list, atau daftar centang, pedoman wawancara,

pedoman pengamatan (Sugiyono, 2018).

Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang

skala nyeri baik sebelum dan sesudah diberikan senam rematik dan

kompres hangat dalam penelitian ini adalah Lembar Observasi Numeric

Rating Scale (NRS) yang diadopsi dari Handayani tahun 2015 dengan

skala numeric dari 0 (nol) hingga 10 (sepuluh). Apabila skala nyeri 0,

maka kategorinya tanpa nyeri, skala nyeri 1 – 3 kategorinya nyeri ringan,

skala 4 – 6 kategorinya nyeri sedang, skala 7 – 9 kategorinya nyeri berat

dan skala 10 kategorinya nyeri berat tidak terkontrol.

2. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode pengumpulan

langsung yaitu peneliti langsung menemui responden, kemudian peneliti

memberikan penjelasan kepada responden tentang maksud dan tujuannya


49

melakukan penelitian dan memberikan inform consent kepada responden

dan memenuhi hak-hak responden. Setelah pengisian inform consent

dilakukan, selanjutnya sebelum diberikan kompres air hangat dan jahe

hangat terlebih dahulu peneliti melakukan pengamatan mengenai skala

nyeri yang dirasakan oleh responden, hasilnya dituangkan ke dalam cek

list yang sudah disusun. Setelah itu, kemudian peneliti memberikan

perlakuan kepada responden yang diberikan kompres air hangat dengan

cara kain atau washlap yang sudah di rendam ke dalam air hangat dan

diperas kemudian di tempelkan pada bagian tubuh yang mengalami nyeri

selama 15 menit dan diulang kembali jika nyeri belum teratasi.

Kemudian peneliti juga memberikan perlakuan pada responden

yang diberikan kompres hangat jahe dengan cara masukan washlap atau

handuk kecil ke dalam baskom rebusan jahe hangat, peras washlap atau

handuk kecil sampai lembab, tempelkan pada area yang sakit hingga

kehangatan washlap atau handuk kecil terasa berkurang dan ulangi

langkah sebelumnya hingga 10-15 menit. Pengumpulan data dalam

penelitian ini dibantu oleh asisten atau enumenator yang tupoksinya

membantu melakukan observasi.

F. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu :

1. Editing
50

Editing yaitu kegiatan mempersiapkan data yang sudah diperoleh

sebelum dilakukan pengolahan data lebih lanjut. Dimana peneliti harus

mengecek kembali kelengkapan data

2. Coding
Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi

data berbentuk angka/bilangan. Data tentang penurunan skala nyeri pada

lansia dengan arthritis rheumatoid dikelompokkan menjadi 5 kategori

yaitu:

a. Skala 0 : tanpa nyeri : diberi kode 5

b. Skala 1 – 3 : nyeri ringan : diberi kode 4

c. Skala 4 – 6 : nyeri sedang : diberi kode 3

d. Skala 7 – 9 : nyeri berat : diberi kode 2

e. Skala 10 : nyeri berat tidak terkontrol : diberi kode 1

3. Tabulating
Tabulating merupakan kegiatan menggambarkan jawaban responden

dengan cara tertentu. Tabulasi juga  dapat digunakan untuk menciptakan

statistik deskriptif variabel-variabel yang diteliti atau yang variabel yang

akan di tabulasi silang.

4. Entri

Entri data yaitu kegiatan memasukkan data ke dalam computer untuk

selanjutnya dapat dilakukan analisis data.

G. Analisis Data

Analisis data diartikan sebagai upaya data yang sudah tersedia

kemudian diolah dengan statistik dan dapat digunakan untuk menjawab


51

rumusan masalah dalam penelitian. Dengan demikian teknik analisis terhadap

data, dengan tujuan mengolah data tersebut untuk menjawab rumusan

masalah (Sugiyono, 2018).

1. Analisa Univariat

Analisa data dalam penelitian ini adalah analisis univariat yaitu

analisis yang digunakan untuk mendeskripsikan setiap variabel yang

diteliti, diagnosis asumsi statistik lanjut deteksi nilai ekstrim/outlier

(Amran, 2016).

Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi dan persentase dari tiap variabel yaitu skala nyeri pada lansia

yang menderita arthritis rheumatoid sebelum dan sesudah diberikan terapi

kompres hangat jahe dan kompres air hangat. Analisis univariat dilakukan

menggunakan rumus berikut : (Notoatmodjo, 2018)

X
P= x 100 %
N
Keterangan :

P: Presentase

X : Jumlah kejadian pada responden

N : Jumlah seluruh responden

2. Analisa bivariat

Analisa Bivariat yaitu dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkolerasi. Pada penelitian ini menggunakan uji

independent t-test dengan bantuan komputerisasi program SPSS (Statistic


52

Product Service Solution) for windows release 21. Asumsi yang harus

dipenuhi pada independen t test antara lain: data yang diuji adalah

kuantitatif, Skala data interval/rasio, kelompok data saling bebas atau

tidak berpasangan, data per kelompok harus berdistribusi normal, caranya

dengan uji normalitas dan varians antar kelompok sama atau homogen.

Jika data tidak berdistribusi normal dan tidak homogen, maka solusinya

bisa dengan metode statistik non parametrik yaitu dengan Uji Mann

Whitne. Analisis yang digunakan untuk mengetahui perbandingan terapi

kompres hangat jahe dengan kompres air hangat terhadap penurunan skala

nyeri pada lansia yang menderita rematoid arthritis di Desa Sikur Wilayah

Kerja Puskesmas Sikur Lombok Timur.

H. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam

penelitian, mengingat penelitian kebidanan berhubungan langsung dengan

manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2017). Ada

beberapa etika dalam penelitian ini yaitu :

1. Lembar Persetujuan Responden (Informed Consent)

Lembar persetujuan akan diberikan kepada responden atau subjek

sebelum penelitian dilaksanakan dengan maksud supaya responden

mengetahui tujuan penelitian, jika subjek bersedia diteliti harus

menandatangani lembar persetujuan tersebut, tetapi jika tidak bersedia

maka `peneliti harus tetap menghormati hak responden (Notoadmodjo,

2018).
53

2. Tanpa Nama (Anonymity)

Peneliti tidak mencantumkan nama responden yang akan dijadikan

sebagai subyek penelitian untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek,

tetapi peneliti akan memberi tanda atau kode secara khusus (Notoadmodjo,

2018).

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Peneliti senantiasa akan menjaga kerahasiaan dari data yang

diperoleh, dan hanya akan disajikan kepada kelompok tertentu yang

berhubungan dengan penelitian, sehingga rahasia subyek penelitian benar-

benar terjamin. Metode penelitian merupakan suatu cara dalam melakukan

penelitian, metode yang dipilih berhubungan erat dengan prosedur, alat,

serta desain penelitian yang digunakan (Notoadmodjo, 2018).

I. Alur Penelitian

Surat Pengantar dari Bappeda Dinas Kepala


Kampus Desa Sikur
Kesehatan

Penyusunan Pengambilan Data


Proposal Penelitian Awal

Ujian Proposal Revisi Proposal Analisis


Penelitian Penelitian Data

Menjawab
Hasil Penelitian

Laporan
Akhir
54

Gambar 3.1 Alur Penelitian Perbandingan Terapi Kompres Hangat Jahe dengan
Kompres Air Hangat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Lansia
Yang Menderita Rematoid Arthritis di Desa Sikur Wilayah Kerja
Puskesmas Sikur Lombok Timur.
55

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Puskesmas Sikur


56

2. Analisis Univariat

a. Skala Nyeri Pada Lansia Yang Menderita Rematoid Arthritis


Sebelum Diberikan Terapi Kompres Hangat Jahe di Desa Sikur
Wilayah Kerja Puskesmas Sikur Lombok Timur

Pada penelitian yang dilakukan di Desa Sikur Wilayah Kerja

Puskesmas Sikur Lombok Timur, skala nyeri pada lansia yang

menderita rematoid arthritis sebelum diberikan terapi kompres hangat

jahe dikelompokkan menjadi 5 kategori yaitu : tanpa nyeri, nyeri

ringan, nyeri sedang, nyeri berat terkontrol dan nyeri berat tidak

terkontrol. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Skala Nyeri Pada


Lansia Yang Menderita Rematoid Arthritis Sebelum Diberikan
Terapi Kompres Hangat Jahe di Desa Sikur Wilayah Kerja
Puskesmas Sikur Lombok Timur

No Pengetahuan n %
1 Baik 2 13,3
2 Cukup 6 40,0
3 Kurang 7 16,7
Jumlah 15 100
(Sumber : Data Primer, 2023)

b. Mengidentifikasi skala nyeri pada lansia yang menderita rematoid

arthritis setelah diberikan terapi kompres hangat jahe di Desa Sikur

Wilayah Kerja Puskesmas Sikur Lombok Timur.

c. Mengidentifikasi skala nyeri pada lansia yang menderita rematoid

arthritis sebelum diberikan terapi kompres hangat di Desa Sikur

Wilayah Kerja Puskesmas Sikur Lombok Timur.

d. Mengidentifikasi skala nyeri pada lansia yang menderita rematoid

arthritis setelah diberikan terapi kompres hangat di Desa Sikur

Wilayah Kerja Puskesmas Sikur Lombok Timur.


57

Menganalisis perbandingan terapi kompres hangat jahe dengan kompres

air hangat terhadap penurunan skala nyeri pada lansia yang menderita

rematoid arthritis di Desa Sikur Wilayah Kerja Puskesmas Sikur Lombok

Timur.

3. Analisis Bivariat

B. Pembahasan

C. Keterbatasan Penelitian
58

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN


59

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2019. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Asikin, 2018. Keperawatan Medikal. Bedah: Sistem Muskuloskeletal. Jakarta:


Penerbit Erlangga.

Asmadi, 2017. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Balitbang, 2020. Prevalensi Penyakit Rheumatoid Arthritis. Jakarta: Balitbang


Kemenkes RI

Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2021. Jumlah Kasus Arthritis Rhematoid.


Mataram : NTB.

Dukcapil, 2021. Jumlah Penduduk Usia Lanjut di Indonesia. Jakarta : Dukcapil.

Hidayat, 2016. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis. Data.


Jakarta: Salemba Medika.

Kalim, 2018. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi VI. Jakarta: Interna
Publishing.

Kemenkes RI, 2019, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarat :


Kemenkes RI.

Notoatmodjo, 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam. 2017. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.


Edisi.4. Jakarta : Salemba Medika.

Patrisia, 2020. Service Quality, Religiosity, Customer Satisfaction, Customer


Engagement And Islamic bank’s customer loyalty. Journal of Islamic
Marketing.

Rahmani, 2017. Perbedaan Efektivitas Aromaterap, Yoga dan Kompres Hangat


Terhadap Penurunan Nyeri Dismenore.

Riskesdas, 2018. Riset Kesehatan Dasar tentang Jumlah penderita rheumathoid


di Indonesia. Jakarta : Kemenkes RI.

Rudi Hidayat, 2021. Diagnosis dan Pengelolaan Artritis Reumatoid. Jakarta : Tiga
Serangkai Jati.
60

Siahaan, 2017. Efektivitas Pijat Punggung Terhadap Intensitas Nyeri Rematik


Sedang Pada Wanita Lanjut Usia di Desa Karyawangi Kabupaten Bandung
Barat. Jurnal Scolastik Keperawatan, 3(1), 53–58. https:// doi. org/ 10.
1073/ pnas.94.23.12473

Situmorang, 2017. Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


Lansia Terhadap Upaya Pencegahan Rematoid Arthritis Di Kelurahan
Medan Labuhan.

Sugiyono, 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai