Oleh:
RINI SUSANTI
(NIM. PO. 71.20.1.17.133)
Oleh:
RINI SUSANTI
(NIM. PO. 71.20.1.17.133)
Mengetahui
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
yang berjudul “Implementasi Asuhan Keperawatan pada Pasien Operasi
Katarak dengan Gangguan Kecemasan di Rumah Sakit Khusus Mata
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2018” Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli
Madya Keperawatan di Jurusan Keperawatan Poltekes Kemenkes
Palembang. Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
iinkan penulis mengucapkan terimakasi dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada:
5. Ibu Devi Mediati, S.Pd, M.Kes, selaku dosen pembimbing I yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari kata
kesempurnaan maka kiranya penulis mohon saran dan masukan demi
peerbaikan Karya Tulis Ilmiah ini.Semoga Karya Tulis Ilmiah ini
dapat berguna bagi penulis dan pengembangan ilmu keperawatan.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 4
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pengkajian Keperawatan ..................................................................... 51
5.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 52
5.3 Perencanaan Keperawatan ................................................................... 53
5.4 Implementasi Keperaatan .................................................................... 53
5.5 Evaluasi Keperawatan ......................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Methods: The case study design is analytic descriptive to explore the problem of
nursing implementation in cataract surgery patients with anxiety disorders. The
subject studied as much as two people or directly with the same nursing problems.
Data collected from the observation (observation) based on data analysis done by
comparing the concept of nursing care with anxiety disorders conducted by nurses
inpatient room with the concept of nursing care which is prepared based on
narrative.
Results: The results showed that patients with cataract surgery with anxiety
disorders that by way of a quiet and convincing approach, provide education to
patients and families about the management of cataract surgery after standard
operational procedures, encouraging families to assist patients can reduce anxiety
in patients who will perform cataract surgery.
Conclusion: to see the results of the study shows the importance of nurses in
implementing the already done in patients with anxiety disorders in order to
reduce anxiety experienced patients who will be surgery.
References : 25 (2001-2015)
Katarak adalah keadaan terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di
dalam kapsul lensa. Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa dimana lensa
menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan
itu terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada
berbagai usia tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa
berhenti dalam perkembangannya (Ilyas,006).
Ilyas,2006, menyatakan bahwa prevalensi kebutaan di Indonesia berkisar
1,2% dari jumlah penduduk di Indonesia. Dari angka presentase kebutaan utama
adalah katarak dengan presentase tertinggi 0,70% dari bebebrapa penyebab lain
kebutaan di Indonesia Glaukoma 0,10%, kelainan retina 0,03%.
Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa. Katarak adalah
penyakit degeneratif yang di pengaruhi berbagai faktor baik faktor instrinsik
maupun factor ekstrinsik. Faktor intinsik yang berpengaruh antara lain umur,
genetik, jenis kelamin dan faktor skunder akibat penyakit yang diderita seperti
Diabetes Mellitus, sedang faktor ekstrinsik yang mempengaruhi antara lain tingkat
pendidikan, status sosial ekonomi, faktor lingkungan dan terpapar pada sinar ultra
violet (Astria M, dkk, 2015).
Salah satu layanan yang ada di Rumah Sakit adalah layanan pengobatan
melalui operasi. Operasi merupakan tindakan pengobatan yang banyak
menimbulkan kecemasan. Penyakit katarak merupakan penyakit yang
membutuhkan pengobatan lebih lanjut untuk mengatasinya. Salah satunya dengan
melakukan tindakan operasi katarak. Operasi Katarak dilakukan untuk mencegah
kebutaan akibat katarak. Kholil,2010 mendefinisikan kecemasan merupakan suatu
perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai
reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya
rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak
menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan
fisiologis dan psikologis.Kecemasan terjadi ketika seseorang merasa terancam
baik fisik maupun psikolgisnya misalnya harga diri, gambaran diri, dan identitas
diri (Kaplan, dkk, 2007)
Sampai saat ini sebagian besar orang beranggapan bahwa operasi
merupakan pengalaman yang menakutkan. Reaksi cemas ini akan berlanjut bila
klien tidak pernah atau kurang mendapat informasi yang berhubungan dengan
penyakit dan tindakan yang di lakukan terhadap dirinya. Setiap orang pernah
mengalami periode cemas, apalagi pasien yang akan menjalani operasi. Efek dari
rasa cemas dapat mengakibatkan perubahan fisiologis yaitu pengeluaran hormon
oleh hypothalamus yang dapat menyebabkan kelenjar adrenal mengeluarkan
adrenalis dan ACTH (adenokortikotropik) yang dapat meningkatkan tekanan
darah dan fungsi tubuh lainya (Yasindra, dkk, 2010)
Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang paling sering
berinteraksi dengan pasien, mempunyai kewajiban membantu pasien
mempersiapkan fisik dan mental untuk menghadapi operasi, termasuk dalam
pemberian pendidikan kesehatan, maka memerlukan ketrampilan komunikasi
yang baik. Sikap dan tingkah laku perawat membantu menumbuhkan rasa
kepercayaan pasien. Setiap kontak yang di lakukan dengan pasien hendaklah
membantu pasien ini meyakini bahwa ia berada diantara orang-orang yang
memperhatikan keselamatannya. Salah satu cara melakukan hal ini ialah dengan
mencurahkan perhatian sampai kepada hal yang sekecil-kecilnya dalam merawat
pasien. Perawat harus mau mendengarkan semua keluhan pribadi pasien (Omi S,
2016).
Ada beberapa cara berbeda untuk membantu pasien yang akan di operasi.
Beberapa tindakan yang akan mungkin di lakukan adalah penyuluhan kesehatan,
kerohanian, pendampingan pasien, dan konsultasi dengan ahli jiwa. Semakin
banyak dukungan dari orang (keluarga atau teman) dapat membantu pasien (Smith
& Pitaway, 2002).
Untuk itu pasien yang akan menjalani operasi perlu di berikan pendidikan
kesehatan. Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau
usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau
individu. Di harapan dengan adanya pesan tersebut masyarakat, keluarga atau
individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik
(Notoatmojo, 2003). World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 50%,
pasien di dunia mengalami kecemasan, dimana 5-25% adalah mereka yang
berusia 5-20 tahun dan 50% mereka yang berusi 55 tahun. Tingkat kecemasan
pasien pre operasi mencapai 534 juta jiwa. Di perkirakan angka ini terus
meningkat setiap tahunnya dengan indikasi tingkat kecemasan pasien operasi
(WHO, 2010).
Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi katarak tertinggi di Sulawesi
Utara (3,7%) diikuti oleh Jambi (2,8%) dan Bali (2,7%). Prevalensi katarak
terendah ditemukan di DKI Jakarta (0,9%) diikuti Sulawesi Barat (1,1%). Tiga
alasan utama penderita katarak belum dioperasi adalah karena ketidaktahuan
(51,6%), ketidakmampuan (11,6%), dan ketidakberanian (8,1%). prevalensi
katarak tertinggi di Sulawesi Utara (3,7%) diikuti oleh Jambi (2,8%) dan Bali
(2,7%). Sedangkan prevalensi katarak terendah ditemukan di DKI Jakarta (0,9%)
diikuti Sulawesi Barat (1,1%). Sebagian besar penduduk dengan katarak di
Indonesia belum menjalani operasi katarak karena faktor ketidaktahuan penderita
mengenai penyakit katarak yang dideritanya dan mereka tidak tahu bahwa buta
katarak bisa dioperasi/direhabilitasi. Alasan kedua terbanyak penderita katarak
belum dioperasi adalah karena tidak dapat membiayai operasinya (Riskesdas,
2013).
Berdasarkan data rekam medis RSKMM Provinsi Sumatera Selatan
Selama tahun 2017 terdapat 2271 orang pasien yang telah dilakukan operasi
katarak, dari jumlah tersebut terdapat 48 orang pasien yang batal untuk dilakukan
operasi dikarenakan kecemasaan pasien pada saat akan dilakukan tindakan
operasi. Dengan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti
Implementasi Asuhan Keperawatan pada Pasien Operasi Katarak dengan
Gangguan Kecemasan di Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Selatan
tahun 2018.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas rumusan masalah
penelitian yaitu bagaimana Implementasi Asuhan Keperawatan pada
Pasien Operasi Katarak dengan Gangguan Kecemasan di Rumah Sakit
Khusus Mata Provinsi Sumatera Selatan tahun 2018.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Katarak
2.1.1 Definisi
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya
terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak
kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul,
penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik, pemajanan radiasi,
pemajanan yang lama sinar ultraviolet, atau kelainan mata lain seperti uveitis
anterior. Jenis katarak yang paling sering ditemukan adalah katarak senilis dan
katarak senilis ini merupakan proses degeneratif (kemunduran ). Perubahan yang
terjadi bersamaan dengan presbiopi, tetapi disamping itu juga menjadi kuning
warnanya dan keruh, yang akan mengganggu pembiasan cahaya. Walaupun
disebut katarak senilis tetapi perubahan tadi dapat terjadi pada umur pertengahan,
pada umur 70 tahun sebagian individu telah mengalami perubahan lensa walau
mungkin hanya menyebabkan sedikit gangguan penglihatan (Smeltzer, Suzzane
C, 2010).
Katarak adalah Kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan gangguan
penglihatan, (Nurarif dan kusuma, 2015). Menurut Ilyas 2011, Katarak berasal
dari bahasa yunani katarrhakies, Inggris cataract, dan latincataracta yang berarti
air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular, dimana penglihatan seperti
tertutupi air terjun akibat lensa yang keruh.
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat
kedua-duanya (Biswell Vaughan,2009). Dari beberapa definisi tersebut dapat di
simpulkan bahwa, katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau
terjadi akibat kedua-duanya.
Mengganggu
pandangan Mengganggu transisi
i
Penurunan tajam
Operasi penglihatan
3. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara
keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop
(Smeltzer, 2002). Katarak terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus
ketika mata diperiksa dengan oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp
memungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci dan identifikasi lokasi
opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya terletak didaerah
nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi steroid umumnya
terletak di subkapsular posterior. Tampilan lain yang menandakan penyebab
okular katarak dapat ditemukan, antara lain deposisi pigmen pada lensa
menunjukkan inflamasi sebelumnya atau kerusakan iris menandakan trauma
mata sebelumnya (James, 2005).
Kriteria Hasil :
- Klien terbebas dari cidera
- Klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah cidera
- Klien mampu menjelaskan factor resiko dari lingkungan/perilaku
personal
- Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah cidera
- Mampu mengenali perubahan status kesehatan
Intervensi :
1) Sediakan lingkungan yang aman untuk untuk pasien
Rasional : membantu pasien untuk tetap merasa aman dan
tenang
6) Membatasi pengunjung
Rasional : membantu pasien dalam meningkatkan istirahat
Intervensi :
1) Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua
mata terlibat
Rasional:Kebutuhan individu dan pilihan intervensi
bervariasi,sebab kehilangan penglihatan terjadi secara lambat
dan progresif
b. Kecemasan sedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan
menurun/individu lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dan
mengesampingkan hal lain.
1) Respon fisiologis : Sering nafas pendek, nadi ekstra systole dan
tekanan darah naik, mulut kering, anorexia, diare/konstipasi, gelisah
2) Respon kognitif : Lapang persepsi menyempit, rangsang Luar tidak
mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
3) Respon perilaku dan emosi : Gerakan tersentak-sentak (meremas
tangan), bicara banyak dan lebih cepat, perasaan tidak nyaman
c. Kecemasan berat
Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit.
Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan
mengabaikan hal-hal yang lain. Individu tidak mampu berfikir berat
lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/tuntutan.
1) Respon fisiologis : Sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah
naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur
2) Respon kognitif : Lapang persepsi sangat menyempit, tidak mampu
menyelesaikan masalah
3) Respon perilaku dan emosi : Perasaan ancaman meningkat,
verbalisasi cepat, blocking
d. Panik
Pada tingkat ini persepsi sudah terganggu sehingga individu
sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan
apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan/tuntunan.
1) Respon fisiologis : Nafas pendek, rasa tercekik dan berdebar, sakit
dada, pucat, hipotensi
2) Respon kognitif : Lapang persepsi menyempit, tidak dapat berfikir
lagi
3) Respon perilaku dan emosi : Agitasi, mengamuk dan marah,
ketakutan, berteriak-teriak, blocking, persepsi kacau.
BAB III
METODE STUDI KASUS
2. Pemeriksaan fisik
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Fisik
No Jenis Pasien I Tn.C Pasien 2 Tn.Z
1. Keadaan Umum Kesadaran : Compos Kesadaran : Compos
Mentis Mentis
Tekanan Darah: 130/80 Tekanan Darah: 120/70
Suhu : 36,4 C mmHg
Tinggi Badan : 68 CM Suhu : 36,6 ºC
Nadi : 105 X/M Tinggi Badan : 164 CM
Respirasi : 20 X/M Nadi : 86 X/M
Berat Badan : 63 KG Respirasi : 23 X/M
Berat Badan : 70 KG
2. Kepala Bentuk kepala bulat, tidak ada Bentuk kepala bulat, tidak
lesi ada lesi
3. Rambut Bewarna putih, rambut lurus Bewarna hitam, rambut ikal
pendek kebersihan cukup pendek kebersihan cukup
4. Mata Lensa keruh, penglihatan Lensa keruh, penglihatan
kabur konjungtiva anemis kabur konjungtiva anemis
5. Muka Bentuk simetris tidak ada lesi Bentuk simetris tidak ada lesi
dan tidak ada edema dan tidak ada edema
6. Hidung Bentuk simetris tidak ada Bentuk simetris tidak ada
secret secret
7. Mulut Bentuk simetris, kebersihan Bentuk simetris, kebersihan
cukup, tidak hipersaliva cukup, tidak hipersaliva
Post Operasi
Penglihatan Mata Kanan Mata Kiri
Visus 5/60 6/30
Pergerakan Normal Normal
Alis Mata Normal Normal
Palpebra Superior Normal Normal
Palpebra Inferior Normal Normal
Kornea Jernih Jernih
Iris Normal Normal
Konjungtiva Bulbi Normal Normal
Sekret Tidak Ada Sekret Tidak Ada Sekret
Tekanan Bola Mata 14.0 12.0
Pupil
- Reflek - Normal - Normal
- Ukuran - Normal - Normal
- Isokor - Normal - Normal
Pre Operasi
Penglihatan Mata Kanan Mata Kiri
Visus 1/60 6/30
Pergerakan Normal Normal
Alis Mata Normal Normal
Palpebra Superior Normal Normal
Palpebra Inferior Normal Normal
Kornea Keruh Normal
Iris Jernih Jernih
Konjungtiva Bulbi Normal Normal
Sekret Tidak Ada Sekret Tidak Ada Sekret
Tekanan Bola Mata 15.0 13.0
Pupil
- Reflek - Normal - Normal
- Ukuran - Normal - Normal
- Isokor - Normal - Normal
Post Operasi
Penglihatan Mata Kanan Mata Kiri
Visus 6/15 6/12
Pergerakan Normal Normal
Alis Mata Normal Normal
Palpebra Superior Normal Normal
Palpebra Inferior Normal Normal
Kornea Normal Normal
Iris Normal Normal
Konjungtiva Bulbi Normal Normal
Sekret Tidak Ada Sekret Tidak Ada Sekret
Tekanan Bola Mata 12.0 14.0
Pupil
- Reflek - Normal - Normal
- Ukuran - Normal - Normal
- Isokor - Normal - Normal
3. Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 4.7 Hasil Pemeriksaan Laboratorium pada Tn.C
No Jenis Pemeriksaan Konvesional Nilai
Hasil Satuan Rujukan/Normal
1 HEMATOLOGI
-HB 15.4 g/dl 13-18
-BT(masa perdarahan) 1” menit 1-6
-CT(masa pembekuan) 2” menit 2-6
2 KIMIA KLINIK
-BSS 97 mg/dl <180
3 IMMUNOLOGI
HBs Ag Non Reaktif
Data Objektif
Mengganggu transmisi
-Tampak area keabu-an
dibelakang pupil Penurunan tajam pandangan
-tajam penglihatan berkurang
Gangguan sensori persepsi:
-penglihatan lapangan pandang penglihatan
berkurang
Visus Mata kiri : 1/300
Data Objektif :
Gangguan penerimaan
- Pasien tampak berhati-hati cahaya
dalam beraktivitas
Resiko cedera
dibelakang pupil
Mengganggu transmisi
-tajam penglihatan berkurang
-penglihatan lapangan pandang Penurunan tajam pandangan
berkurang
Gangguan sensori persepsi:
Visus Mata kiri : 1/60 penglihatan
4.2.3.Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang telah didapat dan dikumpulkan dapat disimpulkan
diagnose yang muncul pada pasien Tn.C dan Tn.Z :
4.2.6 Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses yang merupakan perbandingan
yang sistematis dan terncana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau
kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
Tabel 4.15 Hasil Evaluasi pada Tn.C
Tanggal No.Dx Jam Catatan Perkembangan Paraf
Senin 1 12.30 S: Pasien mengatakan takut akan menghadapi
operasi
18 juni O:
-Pasien tampak cemas
2018
-TD:130/80 mmHg
-RR : 22 x/m
-TEMP: 36,4 ºc
-N: 105 x/m
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1.Melakukan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
2.Memberikan edukasi kepada pasien dan
keluarga tentang penatalaksanaan
operasi katarak sesusai standar
operasional prosedur (SOP)
3.Menganjurkan keluarga untuk
mendampingi pasien
4.Berkolaborasi dalam pemberian obat
penenang
Pada bab inilah penulis akan membahas tentang perbandingan pasien peratama
dan kedua, perbandingan asuhan keperawatan secara teoritis, antara pasien dan
tindakan keperawatan yang langsung diberikan pada saat dilapangan. Disini
penulis akan membahas kesenjangan, masalah-masalah dalam melaksanakan
asuhan keperawatan serta cara pemecahannya. Pada bab ini akan membahas
serangkaian asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai ke evaluasi
keperawatan.
5.1 Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan keluhan utama antara pasien
pertama Tn.Z dan Tn.C sebagai pasien kedua terbilang sama yaitu mengalami
mata yang kabur tetapi yang menjadi pembeda Tn. C mengalami
ketakutan/cemas dalam tindakan operasi mata sedangkan Tn.Z tidak
mengalami kecemasan dalam tindakan operasi mata.
Keluhan-keluhan tersebut mulai muncul seperti Tn. Z keluhan muncul
sekitar 5 bulan yang lalu mata kanannya kabur dan penglihatannya seperti
berasap-asap. Dan berobat ke Rs Khusus Mata Provinsi Sumsel lalu dirawat.
Sedangkan untuk Tn. C muncul keluhan sudah dari ±8 bulan yang lalu SMRS
dengan keluhan yang sama. Pada saat pengkajian pasien Tn.C tampak cemas
dan banyak bertanya tentang operasi mata yang akan dilakukannya,,
TD:130/80 mmHg, RR : 22 x/m, TEMP: 36,4 ºc, N: 105 x/m, VOS : 1/300,
NCT OS: 16.0 sedangkan Tn.Z tampak biasa saja karena tidak memiliki
kecemasan didalam raut mukanya. TD:130/80 mmHg, RR : 20 x/m, TEMP:
36,6 ºc, N: 86 x/m VOD : 1/60, NCT OD :14.0.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa tentang hasil pengkajian yang
didapatkan bahwa gejala-gejala yang timbul yang ditemukan saat pengkajian
tidak berbeda jauh. Kesenjangannya pun ditemukan dari kedua pasien tersebut
dari waktu keluhan-keluhan muncul Tn. C lebih lama muncul kataraknya dan
memiliki tingkat kecemasan terhadap tindakan operasi yang akan
dilakukannya sedangkan Tn. Z terbilang baru ±5 bulan menderita katarak dan
pasien tampak tidak cemas/tenang dalam tindakan operasi matanya.
Dari data diatas juga dapat disimpulkan bahwa adanya kesenjangan pada
pengkajian, tetapi terdapat perbandingan dua pasien dan teori berdasarkan
hasil pengkajian yang dilakukan oleh penulis. Masalah yang dapat diambil
adalah kecemasan pada pasien yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa
ketakutan pada saat operasi atau kehilangan kepercayaan diri.
5.2 Diagnosa
Terdapat tiga masalah yang ditemukan yaitu Kecemasan berhubungan
dengan kerusakan sensori dan kurangnya pengetahuan mengenai tindakan
operasi yang akan dilakukan, Resiko Cidera berhubungan dengan kerusakan
penglihatan Gangguan persepsi sensori: penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori/ perubahan status organ indera. Sedangkan apa
yang ditemukan dilapangan dari kedua pasien ditemukan perbedaan masalah
pasien Tn. Z dan Tn. C adalah Kecemasan berhubungan dengan kerusakan
sensori dan kurangnya pengetahuan mengenai tindakan operasi yang akan
dilakukan.
Diagnosa dirumuskan sesuai dengan data-data penunjang yang muncul,
setiap diagnosa muncul batasan karakteristik. Pada pasien Tn. C diagnose
Kecemasan berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya
pengetahuan mengenai tindakan operasi yang akan dilakukan. terdapat 2
keluhan yang timbul seperti keadaan umum pasien terlihat cemas dan puls
(Nadi) 105x/menit. sedangkan pada Tn. Z tidak memiliki keluhan cemas
terhadap tindakan yang akan dilakukannya.
5.3 Intervensi
Setelah kita menganalisa data dan mendapatkan diagnosa, tahap
selanjutnya adalah menyusun rencana asuhan keperawatan yang akan
dilakukan pada diagnosa yang telah muncul yang berguna untuk mengatasi
keluhan-keluhan yang timbul.
Menurut Muttaqin (2014), Nurarif dan Kusuma (2015) menjelaskan teori
tentang rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan. Penulis
menyusun berdasarkan teori dari kedua sumber tersebut yang hampir sama.
Diagnosa yang muncul pada kedua pasien tersebut yaitu:
Kecemasan berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya
pengetahuan mengenai tindakan operasi yang akan dilakukan. Rencana yang
akan dilakukan pada kedua pasien yakni: Kaji derajat dan durasi gangguan
visual, dorong percakapan untuk mengetahui keprihatinan pasien, perasaan,
dan tingkat pengetahuan, gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan,
memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penatalaksanaan
operasi katarak sesusai standar operasional prosedur (SOP), menganjurkan
keluarga untuk mendampingi pasien, orientasikan pasien pada lingkungan
yang baru, kolaborasi pemberian terapi farmakologi sesuai indikasi
Rencana tindakan yang akan dilakukan dan disesuaikan dengan diagnosa
yang muncul keadaan pasien, keadaan sarana dan prasarana yang ada, izin
melakukan tindakan dari perawat rumah sakit kepada penulis.
5.4 Implementasi
Tahap implementasi merupakan tahap dimana perawat melakukan rencana
tindakan yang telah disusun. Adapun rencana tersebut dilaksanakan pada
kedua pasien Tn. Z dan Tn. C. rencana yang dilakukan sesuai dengan kondisi
yang terjadi pada kedua pasien, keadaan sarana dan prasarana, izin dari
perawat yang lain. Penulis mengikuti perkembangan pasien melalui catatan
perkembangan pasien yang dibuat oleh perawat atau dokter yang menangani
kedua pasien tersebut.
Dalam melakukan implementasi keperawatan penulis tidak bekerja sendiri
dibutuhkan kerjasama perawat, pasien dan tenaga kesehatan lainnya
disesuaikan dengan kondisi yang terjadi. Keterbatasan waktu dinas, izin dari
perawat lainnya dan sarana prasrana yang ada.
Disini akan dijabarkan bagaimana implementasi dilakukan terhadap kedua
pasien Tn. Z dan Tn.C berdasarkan urutan rencana yang telah dibuat.
Dikelompokkan menurut diagnosa yang sudah ditentukan, yakni:
1. Kecemasan berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya
pengetahuan mengenai tindakan operasi yang akan dilakukan,
Berdasarkan fakta lapangan yang dilakukan pada Tn. Z dan Tn. C yaitu
Mengkaji derajat dan durasi gangguan visual serta mendorong
percakapan untuk mengetahui keprihatinan pasien, perasaan, dan
tingkat penetahuan, melakukan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan, memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang
penatalaksanaan operasi katarak sesusai standar operasional prosedur
(SOP), menganjurkan keluarga untuk mendampingi pasien,
mengorientasikan pasien pada lingkungan yang baru. Pada
implementasi ini kedua pasien mampu menghilaangkan
ketakutan/kecemasan yang dialami pasien sewaktu pasien dirawat di
RSKM, kedua pasien agar tampak lebih tenang, Mekanisme koping
dapat membantu pasien berkompromi dengan kegusaran, ketakutan,
depresi, tegang, keputusasaan. pengenalan terhadap lingkungan
membantu mengurangi ansietas dan meningkatkan keamanan kepada
pasien.
Semua rencana dilakukan sesuai dengan intervensi. Jadi tidak ada
kesenjangan yang berarti antara rencana implementasi keperawatan
pada kedua pasien.
5.5 Evaluasi
Setelah dilakukannya perencanaan keperawatan, penulis dapat
menyimpulkan bahwa dari ketiga diagnosa yang diambil seluruhnya masalah
teratasi.
Adapun evaluasi pada tanggal 19 dan 21 Juni 2018 pada pukul 13.00 wib
dan 12.45 wib, pasien Tn. Z dan Tn. C dengan diagnosa-diagnosa yang telah
ditentukkan, Tn. Z masalah yang muncul adalah Gangguan persepsi sensori
penegelihatan dan resiko cidera, sedangkan pada Pasien Tn. C masalah yang
muncul adalah cemas dan ganggun persepsi sensori pengelihatan
a. Hasil dari Tn Z bahwa masalah teratasi sebagian dengan hasil
pengkajian didapatkan DS : pasien mengatakan berjalan didampingi
keluarga, DO : Tanda-tanda vital, TD: 120/ 80 mmHg, RR 20 x/menit,
nadi 84 x/menit suhu: 36,5 0C, VOD : 1/60 NCT OD : 15.00
b. Hasil dari Ny.C bahwa masalah teratasi sebagian dengan didapatkan
keluhan DS : pasien mengatakan masih sedikit takut, DO : tekanan
darah 130/80 mmHg, RR 22 x/ menit, nadi 101 x/menit dan suhu 36,4
0
C, VOS : 1/300, NCT OS : 14.00
Evaluasi pada tanggal 20 dan 22 juni 2018 pada pukul 13.15 wib dan
10.30 wib pasien Tn. Z dan Tn. C didapatkan :
a. Hasil dari Tn. Z bahwa masalah telah teratasi dengan hasil pengkajian
yaitu pasien sudah bisa berjalan sendiri, Pengelihatan sudah terang
dengan Tanda- tanda vital tekanan darah: 130/ 70 mmHg, RR 22
x/menit, nadi 86 x/menit suhu: 36,30C, VOD : 6/15, NCT : 12.00
b. Hasil dari Tn. C bahwa masalah teratasi dengan hasil pengkajian
pasien mengatakan tidak takut akan operasinya dan pengelihatan sudah
terang tekanan darah 120/80 mmHg, RR 22 x/ menit, nadi 80 x/menit
dan suhu 36,5 0C, VOS: 6/30, NCT OS : 12.00.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian Implementasi Asuhan Keperawatan pada Pasien
Operasi Katarak dengan Gangguan Kecemasan Di Rumah Sakit Khusus Mata
Masyarakat Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2018 dapat disimpulkan bahwa :
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya
terjadi akibat proses bertambahnya usia tapi dapat timbul pada saat kelahiran
(katarak kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun
tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik, pemajanan
radiasi, pemajanan yang lama sinar ultraviolet, atau kelainan mata lain seperti
uveitis anterior. Jenis katarak yang paling sering ditemukan adalah katarak senilis
dan katarak senilis ini merupakan proses degeneratif (kemunduran ). Perubahan
yang terjadi bersamaan dengan presbiopi, tetapi disamping itu juga menjadi
kuning warnanya dan keruh, yang akan mengganggu pembiasan cahaya.
Pada pengkjian pasien operasi katarak dengan gangguan kecemasan dalam
praktik lahan ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan praktik., dimana
umumnya seseorang merasa ketakutan pada saat operasi atau kehilangan
kepercayaan diri. adapun hal lain keterbatasan waktu dinas, izin dari perawat
lainnya dan sarana prasrana yang ada tetapi perawat sudah cukup mengerti dan
memahami tentang cara edukasi dan pendekatan pada pasien operasi katarak yang
akan menghadapi operasi sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP)
yang telah ditetapkan serta keluarga pasien yang sudah mendampingi setiap
aktivitas dan tindakan yang dilakukan pasien.
6.2 Saran
1. Bagi Pasien dan Keluarga
Untuk lebih meningkatkan pengetahuan dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien operasi katarak dengan gangguan kecemasan.
Agar tidak terjadi lagi pasien dan keluarga yang mengalami cemas pada
saat dilakukan tindakan operasi dan perawatan selama di Rumah Sakit
2. Bagi Rumah Sakit Khusus Mata Masyarakat Provinsi Sumatera Selatan
Hendaknya dipertimbangkan untuk lebih sering mengadakan kegiatan
seminar ataupun penyuluhan tentang bagaimana pelaksanaan dan
persiapan untuk pasien yang akan dioperasi katarak bagi Rumah Sakit
Khusus Mata Masyarakat Provinsi Sumatera Selatan
3. Bagi Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang
Diharapkan untuk menambah buku-buku bacaan, artikel, jurnal ataupun
majalah-majalah tentang asuhan keperaatan pasien operasi katarak dengan
gangguan kecemasan bagi Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang
agar menambah referensi dan lebih meningkatkan pengetahuan
mahasiswa tentang cara mengatasi kecemasan pasien operasi katarak.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan di masa yang akan datang dapat digunakan sebagai salah satu
sumber data untuk penelitian selanjutnya dan dilakukan penelitian lebih
lanjut tentang penelitian Implementasi Asuhan Keperawatan pada Pasien
Operasi Katarak dengan Gangguan Kecemasan.
DAFTAR PUSTAKA
Aravin Eye Hospitals and Save Foundation Own and The GCS. (2001). Clinical
Strategis For Hight Quality, Large Volume, Sustainable Cataract Surgery
Programmes. Thamil Nandu India. Aravind Publitions.
Fowler JH, Philip Dopp, Asif Salyani. Ophthalmology (online). New York.
MCCQE ;2002 (diakses 20 Nov 2010). Diunduh 12 september 2013 dari :
URL : http:// www.book2down.com/search-Ophthalmology+Notes
Hott, J.R & Budin, W. C. (2001). Notter’s Essential od Nursing Research. New
York. Springer Publushing Company
Ilyas, S., 2011. Dasar-Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Edisi
3.Jakarta :Balai Penerbit Buku Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Nettina & Sandra. (2006). Lippincott Manual of Nursing Practice 8th Edition.
USA. Lippincott Williams & Wilkins
Parker,J & Parker, P. (2002). The 2002 Official Patient’s Source Book on Cataract
Surgery.San Diago USA. ICON Group International, Inc.
Riset Kesehatan Dasar, 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2013.
Biswell R., Vaughan D.G., Asbury T., 2009, Ophtalmology Umum Ed. 14.
Jakarta. EGC
WHO, 2010. Definisi, Tugas Dan Fungsi Rumah Sakit. World health organization, Jenewa
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah
mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang
akan dilakukan oleh Rini Susanti dengan judul Implementasi Asuhan
Keperawatan pada Pasien Operasi Katarak dengan Gangguan Kecemasan di
Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Selatan tahun 2018
Saya memutuskan setuju untuk ikut berpatisipasi pada penelitian ini secara
sukarela tanpa paksaan. bila selama penelitian ini saya menginginkan
mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan sewaktu-waktu tanpa sanksi
apapun.
Saksi Peniliti
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :Rini Susanti
NIM :PO.71.20.1.17.133.
Program Studi : D III Keperawatan
Institusi :Poltekes Kemenkes Palembang
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yg saya tulis ini adalah
benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan pengambil
alihan tulisan atau pikiran orang lain yg saya akui sebagai hasil tulisan atau
pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat di buktikan Karya Tulis Ilmiah ini
hasil jiplakan,maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Pembuat Pernyataan
Rini Susanti
Mengetahui