Rita
NPM 4121190
Karya Tulis Ilmiah ini itelah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Tugas
Akhir Program Studi Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan Institut
Kesehatan Rajawali dan diterima sebagai Persyaratan untuk memperoleh gelar
Ners pada Februari Tahun 2023.
Dewan Penguji :
Penguji I : Istianah.S.Kep.,Ners.M.Kep
(……………………….......…)
Menyetujui
Dekan Fakultas
Keperawatan Institut
Kesehatan Rajawali
Bandung
Istianah.S.Kep.,Ners.M.Kep
ii
KATA PENGANTAR
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan
kekuatan, membekaliku dengan ilmu pengetahuan. Atas karunia serta
kemudahan yang Engkau berikan, akhirnya KTI berjudul “Asuhan keperawatan
pada Tn R dgn Tb meningitis di ruang ICU RSUD Al
Ihsan ” dapat terselesaikan. KTI ini merupakan salah satu syarat bagi
penulis untuk menyandang gelar profesi (Ners), sebagai hasil dari proses belajar
penulis selama menimba ilmu di Institut Kesehatan Rajawali di persembahkan
untuk dunia pendidikan dan pihak-pihak lain yang membutuhkan.
Dalam penyusunan KTI ini penulis telah banyak mendapatkan dukungan
baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Ibu Tonika Tohri, S.Kp., M.Kes., selaku Rektor Institut Kesehatan Rajawali
Bandung.
2. Ibu dr Rina indriati , selaku Kepala Puskesmas Arjasari Kabupaten Bandung.
3. Ibu Istianah, S.Kep, Ners, M.Kep, selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Institut Kesehatan Rajawali dan juga selaku Pembimbing I dalam
penyusunan proposal skripsi ini, terima kasih atas kesabaran dan
ketelitiannya selama bimbingan.
4. M Iqbal Sutisna , S.Kep., Ners, M.Kep., selaku dosen pembimbing Program
Studi sarjana Keperawatan Institut Kesehatan Rajawali Bandung.
5. Seluruh Dosen dan Staff Institut Kesehatan Rajawali yang telah membekali
ilmu sebagai bekal pelaksanaan melakukan penelitian.
6. Suamiku, anak-anak dan keluarga tercinta yang selalu memberikan
dukungan dan doa dalam setiap penyusunan proposal skripsi ini.
7. Rekan-rekan seangkatan yang telah membantu dalam penyusunan proposal
skripsi ini.
iii
Semoga amal baik bapak/ibu/sdr/i diterima oleh Allah SWT dan
diberikan balasan yang lebih baik oleh-Nya.Saya menyadari dalam penyusunan
KTI ini masih banyak kekurangan dan kelemahan sehingga saya sangat
mengharapkan segala kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
penyusunan skripsi yang lebih baik.
Bandung, Januari 2023
Penulis
Rita, S.Kep
iv
DAFTAR ISI
Halaman Sampul............................................................................................i
Halaman Pengesahan.....................................................................................ii
Kata Pengantar...............................................................................................iii
Daftar Isi........................................................................................................v
Daftar Tabel...................................................................................................vii
Daftar Gambar...............................................................................................viii
Daftar Lampiran.............................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………….……..….. 1
1.2 Tujuan ………………………………………….…………….. 4
1.3 Metode Penelitian ………………………………………......... 4
1.4 Tempat Dan Waktu Penelitian...........................................................5
1.5 Manfaat Penelitian.............................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Penyakit......................................................................6
2.1.1 Definisi........................................................................................6
2.1.2 Anatomi dan fisilogi...................................................................8
2.1.3 Etiologi……………………………………………………. 12
2.1.4 Manisfestasi klinis ………………………………………. 13
2.1.5 Patofisiologi……………………………………………… 15
2.1.6 Dampak terhadap system tubuh……………..…………. 16
2.1.7 Penatalaksanaan medik ……………………………….... 17
2.1.8 Pemeriksaan penunjang...............................................................18
2.2 Konsep dasar asuhan keperawatan.....................................................18
2.2.1 pengkajian...................................................................................18
2.2.2 Perencanaan Diagonosa Keperawatan........................................23
2.2.3 pelaksanaan ……………………………………………… 23
2.2.4 evaluasi........................................................................................45
v
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian..........................................................................................46
3.2 Perencanaan.......................................................................................58
3.3 pelaksanaan........................................................................................67
3.4 Evaluasi..............................................................................................76
3.5 Laporan Home visite..........................................................................80
BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................84
4.1 Pengumpulan data pada Tn. R...........................................................84
4.2 Diagnosa Keperawatan......................................................................85
4.3 Intervensi Keperawatan.....................................................................86
4.4 Implementasi Keperawatan................................................................86
4.5 Evaluasi Keperawatan........................................................................87
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan......................................................................................88
5.2 Saran................................................................................................89
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................90
Lampiran........................................................................................................91
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
i
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
tahun 2016, diperkirakan terdapat 10,4 juta kasus baru (insidensi) yang terjadi
pada pasien TB paru di seluruh dunia, diantaranya 6,2 juta laki-laki, 3,2 juta
wanita, dan 1 juta adalah anak-anak (Kemenkes RI, 2017).
Prevalensi TB paru yang terjadi di Indonesia dikelompokkan dalam tiga
wilayah, yaitu wilayah Sumatera sebesar (33%), wilayah Jawa dan Bali sebesar
(23%), serta wilayah Indonesia Bagian Timur (44%). Penyakit TB paru
merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan saluran
pernafasan pada semua kelompok usia serta nomor satu untuk golongan penyakit
infeksi. Angka kematian pada kasus TB paru di Indonesia berdasarkan data
Kementerian Kesehatan RI tahun 2017 sebanyak sebanyak 275.729 kasus
kematian tiap tahunnya (Kemenkes RI, 2018). Prevalensi TB Paru di Jawa Barat
di 27 kabupaten/kota masih tinggi. Pemerintah Provinsi Jawa Barat mencatat
jumlah TBC di Jabar mencapai 127 ribu hingga 2019. Hal itu diungkap Gubernur
Jawa Barat, Ridwan Kamil dihadapan Presiden RI, Joko Widodo dalam acara
'Gerakan Bersama Menuju Eliminasi TBC 2030' di Gedung Cimahi Techno Park
(CTP), Kota Cimahi, Rabu (29/1) (IDNTimes.com, 2020). Emil mengatakan,
Pemprov Jabar sudah melakukan berbagai bersama unsur pemerintahan di tingkat
kota kabupaten untuk menurunkan dan pencegahan TBC di Jawa Barat. Seperti
koalisi organisasi profesi peduli TBC, kolaborasi dengan organisasi
kemasyarakatan hingga organisasi keagamaan.
Upaya untuk mengatasi dampak TB diataranya adalah dengan
memberdayakan perawat untuk pengelolaan pasien TB dengan berperan sebagai
edukator, konselor dan fasilitator dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien TB, untuk mengubah perilaku dari klien agar dapat menjalankan
pengobatan secara teratur sehingga akan meningkatan kesehatan klien dan
mempercepat penyembuhan klien dari TB.
World Health Organization (2009), menyebutkan Afrika terjadi sebanyak
78,416 kasus meningitis dengan jumlah kematian 4,053. Di Negara-negara
berkembang seperti Gambia diperkirakan 2% dari semua anak < 5 tahun
meninggal karena kasus meningitis (Simanullang, dkk, 2014). Di Indonesia
meningitis merupakan penyebab kematian pada semua umur dengan urutan ke 17
2
(0,8%) setelah malaria (simanullang, 2014). Menurut Riskesdas 2007 pneumonia
dengan jumlah 15,5% merupkan penyakit penyebab kematian kedua, sedangkan
meningitis dengan jumlah 8,8% merupakan penyebab kematian ke empat di
Indonesia (Riskesdas, 2007). RSUP Dr. Kariadi Semarang ditemukan (35,3%)
pasien dengan penyakit meningitis TB dan ditemukan sejumlah (17,64%) pasien
dengan diagnosa meningitis (Masfiyah, dkk, 2013).
Penelitian dari Jannis, dkk tahun 2006 di RSUP. Dr. Cipto MangunkusumoJakarta
ada 273 pasien meningitis dirawat bangsal selama perio yang dari 9 tahun, terdiri
dari 42 (15,4%) meningitis akut dan 231 (84,61%) kronis meningitis pasien.
Sebagaian besar pasien adalah laki-laki sebanyak 192 (70,3%), sementara hanya
81 (29,7%) adalah perempuan.
Dampak yang timbul akibat meningitis yaitu peningkatan tekanan
intracranial, hyrosephalus, infark serebral, abses otak, dan kejang. Ventrikulitis
atau abses intraserebral dapat menyebabkan obstruksi pada CSS dan mengalir ke
foramen antara ventrikel dan cairan serebral sehingga menyebabkan penurunan
CSS di dalam granulasi araknoid juga dapat mengakibatkan hidrosefalus,
Thrombosis septik dari vena sinus dapat terjadi, mengakibatkan peningkatan TIK
yang dihubungkan dengan hidrosefalus. Kelumpuhan saraf kranial merupakan
komplikasi umum pada meningitis bakterial, stroke dapat mengakibatkan
gangguan atau kerusakan hemisfer pada batang otak, dampak lanjutan yangdapat
dialami oleh pasien adalah menjadi tuli akibat kerusakan saraf kranial (Batticaca,
2008). Masalah keperawatan yang biasa muncul pada pasien meningitis yaitu
ketidakefektifan perfusi jaringan otak, resiko cedera, ketidakefektifan bersihan
jalan nafas, ketidakefektifan pola nafas, dan hipertermi (Widago, dkk., 2013).
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien meningitis
dapat berupa pengobatan akan kebutuhan fisik serta kebutuhan psikologis pasien.
Perawat dalam merawat pasien dengan meningitis harus memantau kondisi pasien
yang lemah mengharuskan pasien untuk menjaga kondisinya agar tidak terjadinya
peningkatan tekanan intracranial (TIK) dengan memaksimalkan dan
meminimalkannya. Membantu pasien meningitis untuk bisa kembali ke keadaan
sebelum hospitalisasi serta memberikan kebutuhan psikologis pasien seperti
3
menghilangkan ansietas, memberikan dukungan spiritual dan mendiskusikan
masalah yang berhubungan dengan rasa sakit yang dirasakan oleh pasien
meningitis.
Berdasarkan data hasil di ruang general intensive care unit pada tahun
2023 terdapat pasien dengan diagnosa DM,stroke ,tb paru ,Ckd ,post craniotomy .
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Meningitis di Ruangan icu di RSUD ALIHSAN Tahun 2023.
1.2.2. Tujuan Khusus
Mendeskripsikan hasil pengkajian asuhan keperawatan pada
pasien denganMeningitis di rsud al ihsan .
Mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Meningitis di Ruangan icu di rsud
al ihsan tahun 2023.
Mendeskripsikan rencana tindakan keperawatan dengan pasien
Meningitis di Ruangan icu di rsud al ihsan .
Mendeskripsikan tindakan keperawatan dengan pasien Meningitis
di Ruangan ICU RSUD AL-IHSAN .
Mendeskripsikan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien
Meningitis di ruang ICU AL-IHSAN .
4
1.4 Tempat Dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di RSUD AL IHSAN waktu penelitian di mulai
bulan januari 2023.
1.5 Manfaat
1. Bagi Penulis
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Otak dan medul spinalis dilindungi oleh lapisan atau selaput yang
disebut meningen. Peradangan pada meningen khususnya pada bagian
araknoid dan piameter (leptomeningens) disebut meningitis. Peradangan
pada bagian durameter disebut pakimeningen. Meningitis dapat disebabkan
karena bakteri, virus, jamur, atau karena toksin. Namun demikian sebagian
besar meningitis disebabkan bakteri.
6
virus, jamur dan bakteri yang menyebar masuk kedalam darah dan
berpindah kedalam cairan otak.
Infeksi otak merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada jaringan
otak.
penyakit infeksi otak bermacam-macam seperti meningitis,
meningoensefalitis, dan abses serebri.peradangan pada meningen khususnya
pada bagian araknoid dan piamater (leptomeningens )disebut
meningitis.meningitis merupakan peradangan pada meningen yaitu
membrane yang melapisi otak dan medulla spinalis (tarwoto,2013).
Batticaci (2011) menjelaskan bahwa meningitis atau radang selaput
otak merupakan infeksi pada cairan serebrospinal (CSS) disertai radang
pada pia dan araknoid ruang subaraknoid, jaringan superficial otak dan
medulla spinalis .kuman –kuman dapat masuk ke setiap bagian ruang
subaraknoid dengan cepat sekali menyebar ke bagian lain,sehingga
leptomening medulla spnalis terkena dengan demikian dapat dikatakan
bahwa menigitis selalu merupakan suatu proses serebrospinal.
Organisme yang merupakan penyebab umum meningitis melalui
neisseria meningitis (meningitis meningokok ), haemopbilus influenzae dan
steptococcus pneumoniae (organ ini biasanya terdapat di
nasofaring).organisme penyebab meningitis yang sering menyerang
bayi(selama usia 3 bulan )yang disebabkan oleh virus dan meningitis
bakterial (bacterial meningitis) yang disebabkan oleh berbagai bakteri
(Batticaca,2008).
7
2.1.2 Anatomi dan fisilogi
Otak diselimuti oleh selaput otak yang disebut meningens yang terdiri dari
3 lapisan yaitu :
1. Durameter
Lapisan paling luar dari otak dan bersifat tidak kenyal. Lapisan ini melekat
langsung dengan tulang tengkorak, berfungsi untuk melindungi jaringan-
8
jaringan yang halus dari otak dan medulla spinalis.
2. Arakhnoid
Lapisan bagian tengah dan terdiri dari lapisan yang berbentuk jarring laba-
laba. Ruangan dalam lapisan ini disebut dengan ruang subarachnoid dan
memiliki cairan yang disebut cairan serebrospinal. Lapisan ini berfungsi
untukmelindungi otak dan medulla spinalis dari guncangan.
3. Piameter
Lapisan paling dalam dari otak dan melekat pada otak. Lapisan ini banyak
memiliki pembuluh darah, berfungsi untuk melindungi otak secara
langsung.
Bagian-bagian otak :
1) Lobus Frontal
Merupakan bagian lobus yang ada di paling depan dari otak besar.
Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan,
kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah,
member penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, dan kemampuan
bahasa.
2) Lobus Parietal
Berada ditengah berhubungan dengan proses sensor perasaan
seperti tekanan, sentuhan, dan rasa sakit.
3) Lobus Temporal
Berada di bagian bawah berhubungan kemampuan pendengaran,
pemaknaan informasi dan bahasa bicara atau komunikasi dalam
9
bentuk suara.
4) Lobus Occipital
Bagian paling belakang berhubungan dengan rangsangan visual
yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi
terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.
b. Otak Kecil (Serebelum)
Mempunyai fungsi utama dalam koordinasi terhadap otot dan tonus
otot, keseimbangan dan posisi tubuh.
Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan
sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan. Otak kecil juga
berungsi mengkoordinasikan gerakan yang halus dan cepat.
Otak kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan
otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan
tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya. Jika
terjadi cidera pada otak kecil dapat mengakibatkan gangguan pada
sikap dan koordinasi gerakan otot.
c. Otak Tengah (Mesensefalon)
Terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Otak tengah
berfungsi penting pada reflek mata, tonus otot serta fungsi posisi atau
kedudukan tubuh.
d. Otak Depan (Diensefalon)
Terdiri dari dua bagian, yaitu thalamus yang berfungsi menerima
semua rangsangan dari reseptor kecuali bau, dan hipotalamus yang
berfungsi dalam pengaturan suhu, pengaturan nutrient, penjagaan agar
tetap bangun, dan penumbuhan sikap agresif.
e. Jembatan Varol (Pons Varoli)
Merupakan serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri
dan kanan. Selain itu, menghubungkan otak besar dan sumsum tulang
belakang.
10
yang menyelubungi otak dan sumsum tulang belakang, yang secara
kesatuan disebut meningen.
Radang dapat disebabkan oleh infeksi oleh virus, bakteri atau juga
mikroorganisme lain, dan walaupun jarang dapat disebabkan oleh obat
tertentu. Meningitis dapatmenyebabkan kematian karena radang yang terjadi
di otak dan sumsum tulang belakang.
11
fungsinya adalah bagian memutuskan mana yang perlu mendapatkna
perhatian dan mana yang tidak.
2.1.3 Etiologi
Penyebab meningitis yang paling sering adalah bakteri, virus, jamur, dan
protozoa :
Tabel 2.1.3 Jenis-jenis penyebab.
Penyebab Jenis
Bakteri Streptococcus pneumonia
Neisseria meningitides
Listeria monocytogenes
Hemophilus influenza
Streptococcus agalactiae
Escherichia coli
Klebisella pneumonia
Pseudomonas aeruginosa
Salmonella spp
Nocardia spp
Mycobacterium tuberculosis
Virus Nonpolio enteroviruses echoviruses
Coxsackieviruses
Mumps virus
Arboviruses
Herpesviruses
Lymphocytic choriomeningitis virus
Human immunodeficiency virus
Adenovirus
Parainfluenza viruses 2 and 3
12
Jamur Cryptococcus neoformans
Coccidioides immitis
Histoplasma capsulate
Paracoccidioides brasiliensis
Protozoa Naegleria fowleri
Angiostrongylus cantonensis
Strongyloides stercoralis
Toxoplasma gondii
Plasmodium falciparum
a. Meningitis Bakteri
Meningitis bakteri disebut juga meningitis purulenta atau meningitis
septic, penyebabnya adalah bakteri. Bakteri infeksi masuk ke susunan
saraf pusat melalui peredaran darah atau langsung dari luar misalnya
pada fraktur atau luka terbuka.
Bakteri-bakteri yang sering menimbulkan meningitis diantaranya
meningococus, pneumococus dan haemophilus influenza. Bakteri-bakteri
ini banyak terdapat pada nasopharing.
Ketika organisme pathogen masuk ke ruang subaraknoid, maka reaksi
peradangan terjadi dan mengakibatkan :
- Bendungan cairan serebrospinalis
- Penumpukan eksudat
- Perubahan arteri pada subaraknoid
- Perubahan jaringan disekitarnya (edema).
13
Manifestasi Klinis :
14
b. Meningitis Virus
Virus penyebab infeksi pada meningitis masuk melalui sistem
respirasi,mulut, genetalia atau melalui gigitan binatang. Jenis penyakit virus
yang dapat menyebabkan meningitis adalah measles, mumps, herpes
simplex dan herpeszoster. Virus lain yang sering menyebabkan meningitis
adalah virus HIV. Manifestasi klinis yang menyertai seperti nyeri kepala,
nyeri ketika membuka mata, photofobia dan adanya kaku kuduk. Adanya
kelemahan, rash, dan nyeripada ekstremitas.
Demam dan tanda-tanda iritasi meningeal dijumpai seperti kaku
kuduk, tanda bridzinski dan kernig. Pada meningitis virus terapi yang utama
adalah menghilangkan gejala (asimtomatik), bedrest pada masa akut,
mengurangi rasa nyeri kepala, control dengan demam dan menghilangkan
kejang.
2.1.5 Patofisiologi
15
bakterial ,toksin yang dikelurkan merusak sel meningeal dan menstimulasi
reaksi imun dan inflamasi .walaupun diobati sebanyak 40 persen kasus
meningitis bersifat fatal sebanyak 30 persen individu yang bertahan
mengalami komplikasi neurologis
16
3. Papiledema pembekakan pada area disekitar saraf optikus dapat terjadi
kasus yang berat
5. Fotofobia (respon nyeri terhadap cahaya )akibat iritasi saraf kranial sering
menyertai meningitis dan ensefalitis
17
apabila perlu setelah hasil kultur
18
Obat anti virus diberikan untuk ensefalitis
Tindakan untuk menurunkan tekanan intrakranial
dilakukan terutama pada esefalitis
19
perlu mendapat perhatian untuk dilakukan pengkajian lebih mendalam,
bagaiman sifat timbulnya kejang, stimulasi apa yang sering
menimbulkan kejang dan tindakan apa yang diberikan dalam upaya
menurunkan keluhan kejang.
Adanya penurunan kesadaran dihubungkan dengan meningitis
bakteri. Disorientasi dan gangguan memori biasanya merupakan awal
adanya penyakit.
Pengkajian lainnya yang perlu ditanyakan seperti riwayat selama
menjalani perawatan di RS, pernahkah menjalani tindakan invasive yang
memungkinkanmasuknya kuman ke meningen terutama tindakan melalui
pembuluh darah.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang
memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan
sekarang meliputi pernahkah klien mengalami infeksi jalan nafas
bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan
hemoglobinopatis lain, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala dan
adanya pengaruh immunologis pada masa sebelumnya. Riwayat sakit TB
paru perlu ditanyakan kepada klien perlu ditanyakan kepada klien
terutama jika ada keluhan batuk produktif dan pernah mengalami
pengobatan obat anti tuberculosis yang sangat berguna untuk
mengidentifikasimeningitis tuberkulosa.
d. Pengkajian psikososial-spititual
Pengkajian psikologis klien meningitis meliputi beberapa dimensi
yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas
mengenai status emosi, kognitif dan perilaku klien.
Sebagian besar pengkajian ini didapat diselesaikan melalui
interaksi menyeluruh dengan klien dalam pelaksanaan pengkajian lain
dengan member pertanyaan dan tetap melakukan pengawaan sepanjang
waktu untuk menentukan kelayakan ekspresi emosi dan pikiran.
Pengkajian mekanime koping yang digunakan klien juga penting untuk
20
menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
perubahan peran klien dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam
keluarga maupun dalam masyarakat.
e. Pemeriksaan Fisik
- Tanda-tanda vital
Pada klien meningitis biasanya didapatkan peningkatan suhu
tubuh lebih dari normal 38-41oC, dimulai pada fase sistemik,
kemerahan, panas, kulit kering, berkeringat. Keadaan ini biasanya
dihubungkan dengan proes inflamasi dan iritasi meningen yang
sudah menggangu pusat pengatur suhu tubuh. Penurunan denyut
nadi berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK.
- B1 (Breathing)
Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak nafas,
penggunaan otot bantu nafas dan peningkatan frekuensi nafas
yang sering didapatkan pada klien meningitis yang disertai
adanya gangguan sistem pernafasan.
Palpasi thorax hanya dilakuan jika terdapat deformitas pada
tulang dada pada klien dengan efusi pleura massif.
Auskultasi bunyi nafas tambahan seperti rochi pada klien
meningitis tuberkulosa dengan penyebaran primer dari paru.
- B2 ( Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskular terutama dilakukan pada
klien meningitis pada tahap lanjut seperti apabila klien mengalami
renjatan (syok).
- B3 (Brain)
Pengkajian ini merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sisstem lainnya.
- Pengkajian tingkat kesadaran
Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling
mendasar dan parameter yang paling penting yang membutuhkan
pengkajian.
21
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien meningitis biasanya
berkisar pada tingkat letergi, stupor, dan semikomatosa.
Jika klien sudah mengalami koma maka penilaian GCS sangat
penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi
untuk pemantauan pemberi asuhan.
- Pengkajian Fungsi Serebral
Status mental : observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya
bicara, ekspresi wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klien
meningitis tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami
perubahan.
- Pengkajian Saraf Kranial
3. Saraf III, IV, dan VI : Pemeriksaan funsi dan reaksi pupil pada
klien meningitis yang tidak disertai penurunan kesadaran
biasanya tanpa kelainan.
4. Saraf V : Pada klien meningitis umumnya tidak didapatkan
paralisis pada otot wajah dan reflek kornea biasanya tidak ada
kelainan.
5. Saraf VII : Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
simetris.
6. Saraf VIII : Tidak ditemukan adanya tuli konduktif atu tuli
persepsi.
7. Saraf IX dan X : Kemampuan menelan baik
8. Saraf XI : Tidak ada atrofi otot sternokledomastoideus dan
trapezius.
9. Saraf XII : Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi
dantidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
Pengkajian Sistem Motorik
22
Kekuatan otot menurun, control keseimbangan, dan
koordinasi padameningitis tahap lanjut mengalami perubahan.
Pengkajian Reflek
Pemeriksaan reflek profunda, pengetukan pada tendon,
ligamentumatau periosteum derajat reflek pada respon normal.
23
Klien sering mengalami penurunan kekuatan otot dan
kelemahan fisiksecara umum sehingga mengganggu ADL.
2.2.2 Perencanaan
Diagonosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan infeksi otak
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi
yangtertahan dibuktikan dengan batuk tidak efektif, ronchi
3. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas dibuktikan
dengan polanafas abnormal
4. Resiko infeksi b.d penyakit kronis
5. Resiko cidera b.d perubahan fungsi kognitif
24
2.2.3 Pelaksanaan
Tabel 2.2.3 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa S S
Keperawat L I
an K K
I I
1 Perfusi Tujuan : Observasi :
serebral Setelah dilakukan - Identifikasi penyebab peningkatan TIK
tidak efektif intervensikeperawatan (mis.lesi menempati ruang, gangguan
berhubungan selama 3 jam maka metabolism, edema serebral, peningkatan
dengan ekspetasi membaik tekanan vena, obstruksi cairan
infeksi otak dengan kriteria hasil : serebrospinalis, hipertensi intrakranial
- Tingkat kesadaran idiopatik.
meningkat - Monitor peningkatan tekanan darah
- Kognitif - Monitor pelebaran tekanan nadi(selisih
meningkat TDS dan TDD)
- Tekanan intra - Monitor penurunan frekuensi jantung
cranialmenurun - Monitor ireguleritas irama nafas
- Sakit kepala - Monitor penurunan tingkat kesadaran
menurun - Monitor perlambatan atau kesimetrisan
- Gelisah menurun respon pupil
- Agitasi menurun - Monitor kadar CO2 dan pertahankan
- Demam menurun dalam rentangyang diindikasikan
- Tekanan darah - Monitor tekanan perfusi serebral
membaik - Monitor jumlah, kecepatan dan
- Reflek saraf karakteristik dranasecairan serebrospinalis
membaik - Monitor efek stimulus
lingkungan terhadap TIK
- Monitor MAP (Mean Arterial Pressure)
- Monitor CVP (Central Venous Pressure)
- Monitor PAWP, jika perlu
25
- Monitor PAP, jika perlu
- Monitor ICP (Intra Cranial Pressure),
jika tersedia
- Monitor CPP (Cerebral
Perfusion Pressure)
- Monitor gelombang ICP
- Monitor status pernafasan
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor cairan serebrospinalisTerapeutik :
- Ambil sampel drainase cairan
serebrospinalis
- Kalibrasi transduser
- Pertahankan sterilitas sistem pemantauan
- Pertahankan posisi kepala dan leher netral
- Bila sistem pemantauan, jika perlu
- Atur interval pemantauan sesuai kondisi
pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan
- Minimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkunganyang
tenang
- Berikan posisi semi fowler
- Hindari maneuver Valsava
- Cegah terjadinya kejang
- Hindari penggunaan PEEP
- Hindari menggunakan cairan IV hipotonik
- Atur ventilator agar PaCO2 optimal
- Pertahakan suhu tubuh Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
.
Kolaborasi :
26
- Kolaborasi pemberian sedasi dan anti
konvulsan
- Kolaborasi pemberian diuretic osmosis
- Kolaborasi pemberian pelunak tinja
2. Bersihan jalan Tujuan : Observasi :
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
nafas tidak efektif
upaya nafas
berhubungan Setelah dilakukan - Monitor pola nafas(seperti bradipnea,
takipnea, hiperventilasi, kassmaul, cheyne-
dengan sekresi intervensi keperawatan
stokes, blot, ataksik)
yang tertahan selama 3 jam maka - Monitor kemampuan batuk efektif
dibuktikan dengan ekspetasi membaik - Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan nafas
batuk tidak efektif, dengan kriteria hasil : - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
ronchi - Monitor saturasi oksigen
- Batuk efektif - Auskultasi bunyi nafas
meningkat - Monitor nilai AGD
- Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman,
- Produksi usaha nafas)
- Monitor bunyi nafas tambahan
sputum - Monitor sputum
menurun - Identifikasi kemampuan batuk
- Monitor adanya retensi sputum
- Mengi menurun - Monitor tanda dan gejala infeksi saluran
nafas
- Wheezing menurun Monitor input dan output cairan Terapeutik :
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai
- Dispnea menurun kondisi klien
- Dokumentasi pemantauan
- Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan
- Ortopnea menurun
head-tilt danchin-lift
- Posisikan semi fowler atau fowler
- Sulit bicara - Berikan minum hangat
menurun - Lakukan fisioterapi dada
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
- Ronchi menurun detik
- Lakukan hipokoksigenasi sebelum
- Sianosis menurun penghisapan endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat dengan
- Gelisah menurun forsep McGill
- Berikan oksigen, jika perlu
- Pasang perlak dan bengkok dipangkuan
- Frekuensi pasien
- Buang sekret pada tempat sputum Edukasi :
27
nafas - Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan
membaik
- Anjurkan asupan cairan2000 ml/hari, jika
tidak kontraindikasi
- Pola nafas membaik - Ajarkan teknik batuk efektif
- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
- Anjurkan tarik nafas dalam melalui
hidung selama 4 detik, ditahan selama 2
detik, kemudian keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu(dibulatkan) selama
8 detik
- Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam
hingga 3 kali
- Anjurkan batuk dengan kuat langsung
setela tarik nafas dalam yang ke-3
- Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran,mukolitik, jika perlu
3. Pola nafas Tujuan : Observasi :
tidak efektif Setelah dilakukan - Monitor pola nafas (frekuensi,
b.d hambatan intervensikeperawatan kedalaman, usaha nafas)
upaya nafas selama 3 jam maka - Monitor bunyi nafas tambahan
dibuktikan ekspetasi membaik (mis. gurgling, mengi,wheezing,
dengan pola dengan kriteria hasil : ronchi)
nafasabnormal - Ventilasi semenit - Monitor sputum
meningkat - Monitor pola nafas
- Kapasitas - Monitor kemampuan batuk efektif
vital mambaik - Monitor adanya produksi sputum
- Tekanan ekspirasi - Monitor adanya sumbatan jalan nafas
membaik - Palpasi kesimetrisan ekpansi paru
- Dispnea menurun - Auskultasi bunyi nafas
- Penggunaan otot - Monitor saturasi oksigen
bantumenurun - Monitor nilai AGD
- Ortopnea menurun - Monitor
- Pernafasan cuping hasil x-ray
hidung menurun thoraks
Terapeutik :
28
- Frekuensi nafas - Pertahankan kepatenan jalan nafas
membaik dengan head tilt danchin-lift
- Kedalaman nafas - Posisikan semi fowlwr atau fowler
membaik - Berikan minuman hangat
- Lakukan fisioterapi dada
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari
15 detik
- Lakukan hipokoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsepMcGill
- Berikan oksigen, jika perlu
- Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisipasien
- Dokumentasi
hasil
pemantauan
Edukasi :
- Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Infformasikan hasil
pemantauan, jika
perlu Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian bronkadilator,
ekspektoran,mokolitik, jika perlu
29
4. Resiko infeksi Tujuan : Observasi :
b.dpenyakit Setelah dilakukan - Monitor tanda dan gejala
kronis intervensi infeksi local dan sistemikTerapeutik :
keperawatan selama 3 - Batasi jumlah pengunjung
jam maka ekspetasi - Berikan perawatan kulit pada area edema
membaik dengan - Cuci tangan sebelum dan
kriteria hasil : sesudah kontak denganpasien
- Kebersihan dan lingkungan pasien
tangan - Pertahankan teknik aseptic pada
meningkat pasien beresiko tinggiEdukasi :
- Kebersihan - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
badan - Ajarkan cara mencuci tangan yang benar
meningkat - Ajarkan etika batuk
- Nafsu makan - Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
meningkat atau luka operasi
- Demam menurun - Ajarkan meningkatkan asupan nutrisi
- Kemerahan - Ajarkan
menurun meningkatkan asupat
- Nyeri menurun cairan Kolaborasi :
- Bengkak menurun - Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
- Vesikel menurun perlu
- Cairan berbau
busuk
menurun
- Sputum
berwarna hijau
menurun
- Drainase
purulen
menurun
- Gangguan
30
kognitif
menurun
- Kadar sel
darah putih
membaik
31
mobilitas eliminasi ditempattidur
menurun - Pastikan bel panggilan atau telepon
- Gangguan mudah dijangkau
kognitif - Pertahankan posisi tempat tidur
menurun diposisi terendah saatdigunakan
- Tekana - Pastikan roda tempat tidur dalam
n darah keadaan terkunci
membai - Gunakan pengaman tempat
k tidur sesuai dengankebijakan
- Frekuen fasilitas pelayanan kesehatan
si nadi - Pertimbangan penggunaan alarm
membai elektronik pribadi
k - Diskusikan mengenai latihan dan
- Frekuens terapi fisik yangdiperlukan
i nafas - Diskusikan mengenai alat bantu
membaik mobilitas yang sesuai
- Diskusikan bersama anggota
keluarga yang dapatmendampingi
pasien
- Tingkatkan frekuensi observasi dan
pengawasan pasien
- Hilangkan bahaya keselamatan
lingkungan
- Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bahayadan resiko
- Sediakan alat bantu keamanan
lingkungan (mis.commode chair
dan pegangan tangan)
- Gunakan perangkat pelindung (mis.
pengekangan fisik,rel samping, pintu
terkunci, pagar)
32
- Hubungi pihak berwenang
sesuai masalah komunitas
- Fasilitasi relokasi lingkungan yang aman
- Lakukan program skrining
bahaya lingkunganEdukasi :
- Jelaskan alasan intervensi
pencegahan jatuh ke pasiendan
keluarga
- Anjurkan berganti posisi secara
perlahan dan dudukselama beberapa
menit sebelum berdiri
- Ajarkan individu dan
keluarga atau kelompok
resikotinggi
bahaya lingkungan
33
6. Defisit nutrisi Tujuan : Observasi
b.d Setelah dilakukan - Identifikasi status nutrisi
ketidakmampua intervensi keperawatan - Identifikasi alergi dan intoleransi
n menelan selama 1x24jammaka makanan
makanan ekspetasi membaik - Identifikasi makanan yang disukai
dibuktikan dengan kriteria hasil : - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
denganberat - Porsi makan nutrien
badan menurun, yang - Identifikasi perlunya penggunaan selang
otot pengunyah dihabisakan nasogastrik
lemah meningkat - Monitor asupan makanan
- Kekuatan otot - Monitor berat badan
pengunyah - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
meningkat - Identifikasi kemungkinan penyebab BB
- Kekuatan otot kurang
menelan - Monitor adanya mual dan muntah
meningkat - Monitor jumlah kalori yang
Pengetahuan dikonsumsi sehari-hari
tentangmakanan - Monitor berat badan
34
sehatmeningkat - Monitor albumin, limfosit
- Pengetahuan dan elektrolit
tentang standar serumTerapeutik :
asupan nutrisi - Lakukan oral hygiene sebelum makan
yang tepat - Fasilitasi menentukan pedoman diet
meningkat - Sajikan makanan secara menarik dan
- Penyiapan suhu yang sesuai
makanan dan - Berikan makanan tinggi
penyimpanan serat untuk
yang aman mencegahkontipasi
- Perasaan cepat - Berikan makanan tinggi kalori dan
kenyangmenurun tinggi protein
- Nyeri - Berikan suplemen makanan
abdomen - Hentikan pemberian makan melalui
menurun selang nasogastrikjika asupan oral
- Sariawan menurun ditoleransi
- Berat badan - Sediakan makanan yang tepat sesuai
membaik kondisi pasien
- Frekuensi - Berikan pujian pada pasien
makan atau keluarga
membaik untukpeningkatan yang dicapai
- Nafsu makan Edukasi :
membaik - Jelaskan tujuan dan
- Bising usus prosedur pemberian
membaik nutrisiparenteral
- Jelaskan jenis makanan yang
bergizi tinggi
- Jelaskan
peningkatan asupan
kaloriKolaborasi :
- Kolaborasi pemasangan akses vena
sentral, jika perlu
35
7. Resiko Tujuan : Observasi :
ketidakseimbang Setelah dilakukan - Monitor status hidrasi (mis. frekuensi
ancairan b.d intervensi keperawatan nadi, kekuatannadi, akral, pengisian
trauma/perdarah selama 1x24jammaka kapiler, kelembaban mukosa, turgor
an ekspetasi membaik kulit, tekanan darah)
dengan kriteria hasil : - Monitor berat badan
- Asupan - Monitor berat badan sebelum dan
cairan sesudah dialysis
mening - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
kat - Monitor status himodinamik
- Haluan urin - Monitor frekuensi nadi
meningkat - Monitor frekuensi nafas
- Kelembaban - Monitor tekanan darah
membrane - Monitor berat badan
mukosa - Monitor jumlah, warna dan berat urine
meningkat - Monitor kadar albumin dan protein total
- Asupan - Monitor hasil pemeriksaan serum
makanan - Identifikasi tanda hipovolemia
meningkat (mis. frekuansi nadimeningkat,
- Edema menurun nadi teraba lemah)
- Dehidrasi menurun - Identifikasi tanda hipervolemia (mis.
- Asites menurun dispnea, edemaperifer, edema
- Tekana anasarka)
n darah - Identifikasi faktor resiko
membai ketidakseimbangan cairan(mis.
k prosedur pembedahan mayor,
- Denyut nadi trauma atau pendarahan
membaik Terapeutik :
- Turgor kulit - Catat intake output dan hitung balance
membaik cairan 24 jam
- Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
36
- Berikan cairan intravena
- Atur interval waktu pemberian sesuai
kondisi pasien
- Dokumentasi
hasil
pamantauan
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan proedur pemantauan
- Informasikan
hasil
pemantauan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian diuretic, jika perlu
8. Hipertermi b.d Tujuan : Observasi :
proses penyakit Setelah dilakukan - Identifikasi penyebab hipertermia
dibuktikan intervensi keperawatan (mis. dehidrasi, terpapar
dengansuhu selama 1x24jammaka lingkungan panas, penggunaan
tubuh diatas ekspetasi membaik incubator)
normal. dengan kriteria hasil : - Monitor suhu tubuh
- Menggigil - Monitor kadar elektrolit
menurun - Monitor haluan urine
- Kulit merah - Monitor komplikasi akibat hipertermia
menurun - Monitor suhu bayi sampai stabil
- Kejang menurun - Monitor suhu tubuh anak setiap dua jam.
- Akrosianosis jika perlu
menurun - Monitor tekanan darah, frekuensi nafas
- Pucat menurun dan nadi
- Takikardi menurun - Monitor warna dan suhu kulit
- Takipnea menurun - Monitor tanda dan gejala hipotermia
- Suhu tubuh dan hipertermiaTerapeutik :
membaik - Berikan asupan cairan oral
37
- Suhu kulit - Konsultasi dengan medis jika
membaik tanda dan gejalahiperglikemia
- Kadar tetap ada atau memburuk
gukosa darah - Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi
membaik ortostatik
- Pengisian - Pasangkan alat pemantau suhu kontinu,
kapiler jika perlu
membaik - Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi
- Ventilasi membaik yang adekuat
- Tekanan darah - Pertahankan kelembaban incubator
membaik 50% atau lebih untuk mengurangi
kehilangan panas karena proses
evaporasi
- Gunakan matras penghangat,
selimut hangat dan penghangat
ruangan
- Sesuaikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasienEdukasi :
- Anjurkan menghindari olahraga
saat kadar glukosadarah lebih dari
250 mg/dL
- Anjrkan monitor kadar glukosa darah
secera mandiri
- Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan
olahraga
- Ajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian keton
urine
- Ajarkan pengelolaan diabetes (mis.
penggunan insulit,obat oral, monitor
asupan cairan)
- Jelaskan cara pencegahan heat
38
exhaustion dan heatstroke
- Jelaskan cara pencegahan
hipotermi karena terpaparudara
dingin
- Demonstrasikan teknik kangguru
39
- Minat - Siapkan lingkungan yang
melakukan terapeutik (mis. suasanahangat,
perawatan privasi)
diri - Sediakan keperluan pribadi (mis.
meningkat parfum, sikat gigi,dan sabun mandi)
- Memperta - Dampingi dalam melakukan perawatan
hankan diri
kebersihan - Fasilitasi untuk menerima keadaan
diri ketergantungan
meningkat - Fasilitasi kemandirian, bantu
- Memperta jika tidak mampumelakukan
hankan perawatan diri
kebersihan - Jadwalkan rutinitas perawatan diri
mulut - Buka pakaian yang diperlukan untuk
meningkat eliminasi
- Dukung penggunaan toilet
- Ganti pakaian pasien setelah eliminasi
- Bersihkan alat bantu BAB/BAK setelah
digunakan
- Latih BAB/BAK sesuai jadwal
- Sediakan alat bantu (mis. kateter
eksternal, urinal)
- Sediakan pakaian yang mudah dijangkau
- Sediakan pakaian pribadi
- fasilitasi menggunakan pakaian
- Fasilitasi berhias (mis. menyisir
rambut, merapikankumis/jenggot)
- Jaga privasi
- Tawarkan untuk lawndry
- Berikan pujian atas kemampuan
berpakaian secaramandiri
40
- Ciptakan lingkungan yang
menyenangkan selamamakan
- Atur posisi yang aman untuk
makan/minum
- Lakukan oral hygiene sebelum makan
- Sediakan makanan dan minuman
yang disukai
- Berikan bantuan saat makan/minum
- Sediakan peralatan mandi
- Sediakan lingkungan yang aman
- Fasilitasi menggosok gigi
- Fasilitasi mandi
- Berikan bantuan sesuai
tingkat kemandirianEdukasi
:
- Anjurkan melakukan perawatan
diri secara konsistensesuai
kemampuan
- Informasikan pakaian yang
tersedia untuk dipilih
- Ajarkan mengenakan pakaian
- Jelaskan posisi makanan pada pasien
yang mengalamigangguan penglihatan
dengan menggunakan arah jarum jam
- Jelaskan manfaat mandi dan
dampak tidak manditerhadap
kesehatan
- Ajarkan kepada keluarga cara
memandikan pasienKolaborasi :
- Kolaborasi pemberian obat (mis.
analgesic, antiematik)jika perlu
41
2.2.4 evaluasi
Adapun hasil yang ingin dicapai yaitu mencapai masa
penyembuhan tepat waktu, mempertahankan tingkat kesadaran, tidak
mengalami kejang, melaporkan nyeri berkurang, mencapai kembali
atau mempertahankan posisi fungsional optimal kekuatan, serta
tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang.
1. Durameter
Lapisan paling luar dari otak dan bersifat tidak kenyal. Lapisan
ini melekat langsung dengan tulang tengkorak, berfungsi untuk
melindungi jaringan- jaringan yang halus dari otak dan medulla
spinalis.
2. Arakhnoid
Lapisan bagian tengah dan terdiri dari lapisan yang berbentuk
jarring laba- laba. Ruangan dalam lapisan ini disebut dengan
ruang subarachnoid dan memiliki cairan yang disebut cairan
serebrospinal. Lapisan ini berfungsi untuk melindungi otak dan
medulla spinalis dari guncangan.
3. Piameter
Lapisan paling dalam dari otak dan melekat pada otak. Lapisan
ini banyak memiliki pembuluh darah, berfungsi untuk
melindungi otak secara langsung.
42
BAB III
TINJAUAN
KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Pengumpulan Data
1. Biodata
a. Identitas klien
Nama : Tn. R
Usia : 41 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Tanggal Masuk : 17 Desember 2022
Tanggal Pengkajian : 2 januari 2023
No. Medrek 850844
Ruangan : ICU
Diagnosa Medis : TB meningitis
Alamat : Cibolang RT01 RW10
Tertawangi Cisarua
b. Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. A
Usia : 39 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
43
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Hubungan dengan klien : Istri
Alamat : Idem
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Klien tidak sadarkan diri , klien mengalami penurunan kesadaran,
dan menurut keluarga pasien mengeluh sakit kepala berat disertai
demam sebelum mengalami penurunan kesadaran.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pada tanggal 17 Desember 2022 klien dibawah ke RSUD Al-Ihsan
karena klien mengalami penurunan kesadaran setelah mengalami
sakit kepala berat disertai demam sebelum dibaewa ke RS. Dari hasil
pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas kesehatan di klinik klien
didapatkan sakit kepala hebat disertai demam dengan hasil
Kesadaran Samnolen GCS E4V3M3, hasil pemeriksaan fisik Tensi
127/86 mmhg, nadi 115x/menit, respirasi 22x/menit dan Suhu badan
38.5ºC.oleh petugas kesehatan Puskesmas dianjurkan untuk di bawa
ke RSUD Al-Ihsan.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya klien memiliki riwayat TB paru kasus DO tahun 2021, 1
tahun terakhir klien mengeluh mengalami sakit kepala berat, BB
turun berkeringat di malam hari, akan tetapi di satu tahun terakhir
klien jarang memeriksakan kesehatannya akibat kesibukan
pekerjaannya sebagai seorang buruh bangunan.
d. Riwayat Kesehatan keluarga
Menurut penuturan keluarga, ada yang memiliki penyakit TB yaitu
tetangganya. baik di keluarga klien tidak ada yang mempunyai
44
riwayat TB ataupun riwayat penyakit yang di alami oleh klien saat
ini.
3. Pemeriksaan Fisik
Kasedaran : Somnolen
GCS : 9 (E3 V3 M3)
Pengukuran Tanda-Tanda Vital
a. Sistem pernafasan
Bentuk dada simetris, ada tampak pembengkakan, luka/lesi,
pergerakan dinding dada sama kiri dan kanan, frekuensi napas
22x/menit. tidak ada nyeri tekan/lepas, traktif fremitus teraba dan
sama antara kiri dan kanan, terdengan bunyi sonor diseluruh lapang
paru, terdengar suara seperti berkumur (gurgling), terpasang O2
NRM 9 liter, dan SPO2 98%.
b. Sistem kardiovaskuler
Ictus cordis tidak terlihat, Pada saat di palpasi dengan klien posisi
terlentang teraba ictus cordis pada ruang intercosta (ICS) IV, batas
cardio sinistra klien terletak pada ICS II jantung atas kiri dan ICS V
jantung kiri bawah yang di tandai dengan timbulnya perubahan
bunyi sonor ke redup, batas cardio dekstra, dimana batas kanan
jantung klien terletak di ICS II pada jantung kanan atas, dan ICS III
45
pada jantung kanan bawah, terdengar suara irama jantung reguler (
Lup Dup), dan tidak ada bunyi jantung tambahan.
c. Sistem Pencernaan
Bentuk perut flat dan simetris, tidak ada tampak
pembengkakan/massa di abdomen, tidak terdapat distensi abdomen,
terdengar bising usus ± 4 x/menit, terpasang NGT, abdomen baik
pada kuadran kanan atas dan bawah maupun pada kuadran kiri atas
dan bawah, pada saat dilakukan palpasi sekitar 1-3 cm tidak
terdapat nyeri maupun penegangan yang abnormal, dan saat
dilakukan palpasi sekitar 3-5 cm tidak teraba adanya masa yang
abnormal pada abdomen, hasil perkusi 70 berbunyi pekak dan
perkusi pada kuadran kanan bawah dan kuadran kiri bawah hasil
berkusi berupa suara tympani.
d. Sistem Persyarafan
Kesadaran koma, GCS E4 V4 M5, kilen mengalami gangguan
kesadaran, tidak ada kejang, klien terpasang NGT.
e. Sistem endokrin
Pada system endokrin ini tidak ditemukan pembesaran kelenjar
tyroid, tidak ada pembesaran kelenjar parotis, tidak ada
hiperglikemi.
f. Sistem Genitourinaria
Keadan bersih, tidak ada distensi kandung kemih, tidak ada nyeri
tekan dan terpasang kateter, tidak ada massa dan tand hernia.
g. Sistem Mukuloskeletal
Terpasang IVFD RL 20 tpm di ekstremitas atas pada tangan sebelah
kiri, terpasang manset tensi di ektremitas atas pada tangan sebelah
kanan. Akral teraba hangat, CRT (Capila Refil Time) < 3 detik.
Tidak terdapat hemiparesis pada anggota gerak bagian atas sebelah
kiri, tidak ada oedem dan terpasang kateter dengan jumlah urin 500
cc, kekuatan otot :
46
3 3
3 3
h. Sistem Integumen
Turgor kulit elastis, warna kulit normal, tidak ada edema pada kaki,
tidak terdapat luka, tidak ada scabies, tidak ada decubitus, tidak ada
kelainan pigmen, tidak ada tanda cyanosis.
4. Data
Psikologis
a. Status emosi
Status emosi klien tidak terkaji karena klien tidak sadarkan diri.
b. Kecemasan
Status kecemasan tidak terkaji karena klien tidak sadarkan diri
c. Pola koping
Dalam mengambil keputusan baik sebelum sakit maupun sesudah
sakit menurut keluarganya pengambil keputusan ketika terdapat
masalah seperti saat ini dengan kondisi sakitnya selalu menyertakan
keluarga untuk pengambilan keputusan.
d. Gaya komunikasi
Komunikasi yang dilakukan oleh klien baik kepada keluarga
maupun lingkungannya sebelum sakit baik.
e. Persepsi klien terhadap penyakit
Persepsi klien terhadap penyakit sebelum sakit meyakini segala
penyakit ada obatnya.
f. Konsep diri
1) Body image
47
Tidak terkaji karena kondisi klien tidak memungkinkan untuk
menjawab pertanyaan ini.
2) Harga diri
Tidak terkaji karena kondisi klien tidak memungkinkan untuk
menjawab pertanyaan ini.
3) Peran
Peran Tn. R dirumah sebagai seorang suami yang bekerja di
bidang buruh bangunan yang menghidupi 1 orang istri dan 3
orang anak.
4) Identitas diri
klien berjenis kelamin laki-laki, bekerja sebagai buruh bangunan
dan merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara.
5) Ideal diri
Tidak terkaji karena kondisi klien tidak memungkinkan untuk
menjawab pertanyaan ini.
5. Data sosial
Sebelum sakit keluarganya mengatakan hubungan sosial klien dengan
keluarga maupun lingkungan sekitarnya baik.
6. Data Spiritual
Klien beragama islam menurut keluarganya , klien merupakan pribadi
yang taat terhadap agama selalu melakukan sholat lima waktu.
7. Data Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Tabel 3.1.7.a Hasil Laboratorium
Jenis
Tanggal Hasil Nilai rujukan Satuan
Pemeriksaan
07/01/23 Hemoglobin 15,1 13,8-17,2 gr/dl
Hematokrit 43,1 34.9-44,5 %
Leukosit 19,80 4500-10.000 sel/mm3
Trombo 435.000 4,7-6,1 juta
48
Ph 7,463 7,35 – 7,45 mmol/L
PaCO2 38,1 35 – 45 mmHg
PaO2 78,7 85 – 95 mmHg
HCO3 27,6 22-26 mmHg
SPO2 89 85-100 mmHg
Non Reaktif dan non
Hiv
reaktif reaktif
GDP 98 100-125 Mg/dL
SGOT 43 7-56 µ/L
SGPT 35 7-56 µ/L
Kesimpulan AGD :
Hasil pemeriksaan AGD di dapatkan nilai pH 7,463, PaCO2 38,1
mmHg. Dimana pH 7,463 tinggi yang berarti alkalosis dan PaCO2
38.1 mmHg rendah yang berarti metabolik. Maka ini disebut
alkalosis metabolik.
b. CT-Scan Kepala
Kesan : - meningeal enhancement berlebih di sulci cortical lobus
frontotemporoparitoocipitalis bilateral, fissure interhemisfer, fisura
sylvii bilateral Sistema basalis, Sistema ambiens dan tentorium
cerebelli disertai hydrocephalus communicans? Menyokong suatu
meningitis. – sinusitis maksilaris sinistra disertai hipertrofi concha
nasalis dextra. – tidak tampak tanda-tanda perdarahan maupu SOL /
neoplasma.
c. Thorax
Kesimpulan : hasil thorax RO menyatakan bahwa pasien
mempunyai TB paru dalam perbaikan dan tidak tampak adanya
kardiomegali.
Kesan : TB paru aktif perbaikan tidak tampak kardiomegali.
49
d. Therapi
Tabel 3.1.7.d Therapy
8. Analisa Data
Tabel 3.1.8 Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
50
1. DS : - Adanya secret yang tertahan Bersihan
DO :Tampak terdengar suara jalan nafas
ronchi saat bernafas, Thorax : TB tidak efektif
paru aktif dengan perbaikan tanpa
51
adanya kardiomegali.
2. DS : Keluarga klien meningeal enhancement Resiko
mengatakan klien berlebih di sulci cortical perfusi
mengalami penurunan lobus serebral tidak
kesadaran frontotemporoparitoocipitalis efektif
DO : - Klien tampak penurunan bilateral, fissure
kesadaran interhemisfer, fisura sylvii
- Tingkat kesadaran : bilateral Sistema basalis,
coma Sistema ambiens dan
- GCS E3 V3 M3 tentorium cerebelli disertai
- KU : Lemah hydrocephalus communicans
- Klien bedrest total
- TTV
TD : 126/75 mmHg Nadi
: 115 x/menit RR : 22
x/menit Suhu :
38,5ºC
- CT-Scan : hydrocepalus
3. DS : - Adanya proses penyakit Hipertermi
DO : - TD : 126/75 mmHg
- Suhu : 38,5°c
- Nadi : 115x/mnt
52
bergerak secara mandiri terganggu
6. DS : - Adanya perubahan fungsi Resiko jatuh
DO : Klien bergerak dalam kognitif
tidak sadar ( somnolen )
53
3.2 Perencanaan
Tabel 3.2 Perencanaan
No Diagnosa Luaran Intervensi Rasional
1. Bersihan jalan Tujuan : Mengetahui hambatan upaya nafas Mengetahui
nafas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi Observasi : kemunngkinan
berhubungan keperawatan selama 3 jam 1. Monitor pola nafas (frekuensi, adanya hambatan
dengan sekresi maka ekspetasi membaik kedalaman, usaha nafas) dalam pernafasan
yang tertahan dengan kriteria hasil : 2. Monitor bunyi nafas tambahan (mis. dan mencegah
dibuktikan 1. Batuk efektif gurgling, mengi, wheezing, ronchi) kemungkinan
dengan batuk meningkat 3. Monitor sputum tejadinya iskemik .
tidak efektif, 2. Produksi sputum 4. Monitor pola nafas
ronchi menurun 5. Monitor kemampuan batuk efektif
3. Mengi menurun 6. Monitor adanya produksi sputum
4. Wheezing menurun 7. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
5. Dispnea menurun 8. Palpasi kesimetrisan ekpansi paru
6. Ortopnea menurun
9. Auskultasi bunyi nafas
7. Sulit bicara menurun
10. Monitor saturasi oksigen
8. Ronchi menurun
11. Monitor nilai AGD
9. Sianosis menurun
54
10. Gelisah menurun 12. Monitor hasil x-ray thoraks
11. Frekuensi nafas
Terapeutik :
membaik
13. Pertahankan kepatenan jalan nafas
12. Pola nafas membaik
dengan head tilt dan chin-lift
14. Posisikan semi fowlwr atau fowler
15. Berikan minuman hangat
16. Lakukan fisioterapi dada
17. Lakukan penghisapan lendir kurang
dari 15 detik
18. Lakukan hipokoksigenasi
sebelum penghisapanendotrakeal
19. Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsepMcGill
20. Berikan oksigen, jika perlu
21. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisipasien
22. Dokumentasi
hasil
55
pemantauan
Edukasi :
1. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari
2. Ajarkan teknik batuk efektif
3. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
4. Infformasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
bronkadilator, ekspektoran,
mokolitik, jika perlu
2. Perfusi serebral Setelah dilakukan intervensi Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial Mengetahui
tidak efektif keperawatan selama 3 jam Observasi : tingkat kesadaran
berhubungan maka ekspetasi membaik 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK dan kemungkinan
dengan infeksi dengan kriteria hasil : 2. Monitor tanda/gejala peningkatan TIK terjadinya
otak 1. Tingkat kesadaran 3. Monitor MAP kekurangan suplai
56
meningkat 4. Monitor status pernapasan O2
2. Kognitif 5. Monitor intake dan output cairan
meningkat Terapeutik
3. Tekanan intra 1. Minimalkan stimulus dengan menyediakan
cranial menurun lingkungan yang tenang
4. Sakit kepala 2. Berikan posisi semi fowler
menurun 3. Cegah terjadinya kejang
5. Gelisah menurun 4. Pertahankan suhu tubuh normal
6. Agitasi menurun Kolaborasi
7. Demam menurun 1. Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika
8. Tekanan darah perlu
membaik Pemantauan Neurologis
9. Reflek saraf Observasi :
membaik 1. Monitor ukuran, bentuk, kesimetrisan, dan
reaktifitas pupil.
2. Monitor tingkat kesadaran
3. Monitor tanda-tanda vital
4. Monitor refleks kornea
5. Monitor kesimetrisan wajah
57
6. Monitor respons babinski
7. Monitor respons terhadap pengobatan.
Terapeutik
1. Tingkatkan frekuensi pemantauan neurologis,
jika perlu
2. Hindari aktivitas yang dapat meningkatkan
tekanan intrakranial
3. Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
4. Dokumentasikan hasil pemantauan.
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan
3. Hipertermi Tujuan : Observasi : Menurunkan suhu
berhubungan Setelah dilakukan intervensi 1. Identifikasi penyebab hipertermia (misal tubuh
dengan proses keperawatan selama 1x24jam dehidrasi, terpapar lingkungan panas)
penyakit maka ekspetasi membaik 2. Monitor suhu tubuh
dibuktikan dengan kriteria hasil : 3. Monitor kadar elektrolit
dengan suhu - Menggigil menurun 4. Monitor haluan urine
58
tubuh diatas - Kulit merah menurun 5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
normal. - Kejang menurun 6. Monitor suhu sampai stabil
7. Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi
8. Monitor tanda dan gejala
4. Defisit nutrisi b.d Tujuan : Observasi Memperbaiki
ketidakmampuan Setelah dilakukan intervensi - Identifikasi status nutrisi asupan makanan
menelan keperawatan selama 3x24 - Identifikasi alergi dan
makanan jam pasien mampu intoleransi makanan
dibuktikan mengunyah makanan dan - Identifikasi makanan yang disukai
dengan berat menelan makanan dengan - Identifikasi kebutuhan kalori dan
badan menurun, baik tanpa bantuan alat jenis nutrien
otot pengunyah apapun. - Identifikasi penggunaan selang
lemah nasogastrik
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
- Identifikasi kemungkinan penyebab BB
kurang
- Monitor jumlah kalori yang dikonsumsi
59
sehari-hari
- Monitor berat badan
- Monitor albumin, limfosit dan
elektrolit serum Terapeutik :
- Lakukan oral hygiene sebelum makan
- Fasilitasi menentukan pedoman diet
- Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
- Berikan makanan cair
- Hentikan pemberian makan melalui
selang nasogastrik jika asupan oral
ditoleransi
- Sediakan makanan yang tepat sesuai
kondisi pasien
- Berikan pujian pada pasien atau
keluarga untuk peningkatan yang dicapai
- Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemberian
nutrisi parenteral
60
- Jelaskan jenis makanan yang
bergizi tinggi
- Jelaskan peningkatan asupan kalori
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemasangan akses vena
sentral, jika perlu
5. Gangguan Tujuan : Observasi : Memulihkan
mobilitas fisik Setelah dilakukan intervensi 1. Identifikasi toleransi fisik melakukan kekuatan otot
berhubungan keperawatan dalam waktu pergerakan
dengan 3x24 jam maka ekspetasi 2. Monitor frekuensi jantung dan tekanan
penurunan membaik dengan kriteria darah sebelum memulai mobilisasi
kekuatan otot hasil : 3. Monitor kondisi umum selama melakukan
dibuktikan - Pergerakan ekstremitas mobilisasi
dengan kekuatan meningkat Terapeutik :
otot menurun - Kekuatan otot meningkat - Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan
- Rentang gerak meningkat alat bantu (mis.pagar tempat tidur)
- Fasilitasi melakukan pergerakan, jika
perlu
- Libatkan keluarga untuk
61
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
- Fasilitasi aktivitas ambulasi
dengan alat bantu (mis.tongkat,
kruk)
- Fasilitasi melakukan mobilisasi, jika
perlu
- Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi yang harus
dilakukan (mis. dudukditempat tidur,
duduk disisi tempat tidur, oindah dari
tempat tidur ke kursi)
Jelaskan tujuan dan prosedur
6 Resiko jatuh b.d Tujuan : Observasi : Mengatasi resiko
perubahan fungsi Dalam waktu 1x24 jam - Identifikasi area jatuh
62
kognitif resiko jatuh berkurang lingkungan yang
berpotensi
menyebabkan
jatuh
- Identifikasi kebutuhan keselamatan
(mis.kondisi fisik,fungsi kognitif dan
riwayat perilaku)
- Monitor perubahan status
- kesehatan lingkungan
Terapeutik :
- Sediakan pencahayaan yang memadai
- Gunakan lampu tidur selama jam tidur
- Sosialisasikan keluarga
dengan lingkunganrawat inap
- Gunakan alas lantai jika beresiko
mengalami jatuh
- Sediakan alas kaki antislip
- Sediakan pipot atau urinal untuk
eliminasi ditempat tidur
63
- Pastikan bel panggilan atau telepon
mudah dijangkau
- Pertahankan posisi tempat tidur
diposisi terendah saatdigunakan
- Pastikan roda tempat tidur dalam
keadaan terkunci
- Gunakan pengaman tempat
tidur sesuai dengan
kebijakan fasilitas pelayanan
kesehatan
- Pertimbangan penggunaan alarm
elektronik pribadi
- Diskusikan mengenai latihan dan
terapi fisik yang diperlukan
- Diskusikan mengenai alat bantu
mobilitas yang sesuai
- Diskusikan bersama anggota
keluarga yang dapatmendampingi
pasien
bahaya lingkungan Edukasi :
- Jelaskan alasan intervensi pencegahan
64
jatuh ke keluarga
- Anjurkan berganti posisi
secara perlahan
- Ajarkan keluarga atau kelompok
resiko tinggi bahaya lingkungan
65
3.3 Pelaksanaan
Tabel 3.4 Pelaksanaan Keperawatan
NoDX Tgl/Waktu Implementasi Respon TTD
1. 03/01/2023 - memonitor frekuensi, - terpasang O2 Rita
10.00 irama, kedalaman dan NRM
upaya nafas - Tampak
- memonitor pola pasien
nafas(seperti bradipnea, penurunan
takipnea, hiperventilasi, kesadaran
kassmaul, cheyne-stokes, - Tidak
blot, ataksik) terdengar
- memonitor kemampuan suara ronchi
batuk efektif lagi
- memonitor adanya produksi - Posisi kepala
sputum tampak
- memonitor adanya elevasi 30
sumbatan jalan nafas derajat
- mempalpasi kesimetrisan - 9 liter/menit -
ekspansi paru RR : 26
- memonitor saturasi oksigen x/menit
- mengauskultasi bunyi nafas - Saturasi
- memonitor nilai AGD Oksigen 90%
- memonitor pola nafas
(frekuensi, kedalaman,
usaha nafas)
- memonitor bunyi nafas
tambahan
- memonitor sputum
- mengidentifikasi
kemampuan batuk
- memonitor adanya retensi
66
sputum
- memonitor tanda dan gejala
infeksi saluran nafas
- memonitor input dan output
cairan
2. 04/01/2023 - mengidentifikasi penyebab - Klien tampak Rita
10.00 peningkatan TIK masih belum
- memonitor peningkatan sadar
tekanan darah - GCS
- memonitor pelebaran E3V3M3
tekanan nadi(selisih TDS - Klien bedrest
dan TDD) total
- memonitor penurunan - TTV TD :
frekuensi jantung 126/75
- memonitor ireguleritas mmHg Nadi :
irama nafas 115x/menit
- memonitor penurunan RR :
tingkat kesadaran 26x/menit
- Monitor perlambatan atau Suhu : 38,5
kesimetrisan respon pupil oC –
- memonitor kadar CO2 dan - Saturasi
pertahankan dalam rentang oksigen 89%
yang diindikasikan - MAP : 117
- memonitor tekanan perfusi mmHg
serebral - Intake : 400
- memonitor jumlah, cc
kecepatan dan karakteristik - Output : 250
dranase cairan cc
serebrospinalis - Klien
- memonitor efek stimulus terpasang O2
lingkungan terhadap TIK NRM 9L
67
- memonitor MAP (Mean
Arterial Pressure)
- memonitor CVP (Central
Venous Pressure)
- memonitor PAWP, jika
perlu
- memonitor PAP, jika perlu
- memonitor ICP (Intra
Cranial Pressure), jika
tersedia
- memonitor CPP (Cerebral
Perfusion Pressure)
- memonitor gelombang ICP
- memonitor status
pernafasan
- memonitor intake dan
output cairan
- memonitor cairan
serebrospinalis
3. 05/01/2023 Observasi : - Suhu : 38,5°c Rita
08.00 1. Mengidentifikasi penyebab - TD : 126/75
hipertermia (misal mmHg
dehidrasi, terpapar - Nadi :
lingkungan panas) 115x/mnt
2. memonitor suhu tubuh - RR : 26x/mnt
3. memonitor kadar elektrolit
4. memonitor haluan urine
5. memonitor komplikasi
akibat hipertermia
6. memonitor suhu sampai
stabil
68
7. memonitor tekanan darah,
nadi dan respirasi
8. memonitor tanda dan
gejala
4. 06/01/2023 Observasi - Terpasang Rita
1. Mengidentifikasi status NGT
nutrisi
2. Mengidentifikasi alergi
dan intoleransi makanan
3. Mengidentifikasi makanan
yang disukai
4. Mengidentifikasi kebutuhan
kalori dan jenis nutrien
5. Mengidentifikasi
penggunaan selang
nasogastrik
6. Memonitor asupan makanan
7. Memonitor berat badan
8. Memonitor hasil
pemeriksaan laboratorium
9. Mengidentifikasi
kemungkinan penyebab BB
kurang
10. Memonitor jumlah kalori
yang dikonsumsi sehari-
hari
11. Memonitor berat badan
12. Memonitor albumin,
limfosit dan elektrolit serum
Terapeutik :
1. Melakukan oral hygiene
sebelum makan
69
2. Memfasilitasi menentukan
pedoman diet
3. Menyajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
4. Memberikan makanan
cairan
5. Menghentikan pemberian
makan melalui selang
nasogastrik jika asupan oral
ditoleransi
6. Menyediakan makanan yang
tepat sesuai kondisi pasien
7. Memberikan pujian pada
pasien atau keluarga untuk
peningkatan yang dicapai
Edukasi :
1. Menjelaskan tujuan dan
prosedur pemberian nutrisi
parenteral
2. Menjelaskan jenis makanan
yang bergizi tinggi
3. Menjelaskan peningkatan
asupan kalori Kolaborasi :
4. Mengkolaborasi
pemasangan akses
vena sentral, jika perlu
70
melakukan pergerakan
ekstremitas
2. Memonitor frekuensi
atas pada
jantung dan tekanan
tangan sebelah
darah sebelum memulai
kiri,
mobilisasi
terpasang
3. Memonitor kondisi
manset tensi
umum selama
di ektremitas
melakukan mobilisasi
atas pada
Terapeutik :
tangan sebelah
- Memfasilitasi
kanan. Akral
aktivitas
teraba
mobilisasi dengan
hangat, CRT
alat bantu
(Capila Refil
(mis.pagar tempat
Time) < 3
tidur)
detik. Tidak
- Memfasilitasi
terdapat
melakukan pergerakan,
hemiparesis
jika perlu
pada anggota
- Melibatkan
gerak bagian
keluarga untuk
atas sebelah
membantu
kiri, tidak ada
pasien dalam
oedem
meningkatkan
kekuatan otot
pergerakan
:
- Memfasilitasi
aktivitas
3 3
ambulasi dengan
alat bantu
3 3
(mis.tongkat,
kruk)
- Memfasilitasi
melakukan mobilisasi,
jika perlu
71
- Melibatkan
keluarga untuk
membantu
pasien dalam
meningkatkan
ambulasi
Edukasi :
- Menjelaskan tujuan
dan prosedur
mobilisasi
- Menganjurkan
melakukan mobilisasi
dini
- Mengajarkan
mobilisasi yang
harus dilakukan
(mis. duduk
ditempat tidur,
duduk disisi tempat
tidur, oindah dari
tempat tidur ke
kursi)
- Menjelaskan tujuan
dan prosedur
6. 08/01/2023 Observasi : Penyangga Rita
1. Mengidentifikasi area tempat tidur
lingkungan yang berpotensi digunakan
menyebabkan jatuh
2. Mengidentifikasi
kebutuhan keselamatan
(mis.kondisi fisik, fungsi
72
kognitif dan riwayat
perilaku)
3. Memonitor perubahan
status
kesehatan lingkungan
Terapeutik :
1. Menyediakan pencahayaan
yang memadai
2. Mengunakan lampu tidur
selama jam tidur
3. Menosialisasikan keluarga
dengan lingkungan rawat
inap
4. Menggunakan alas lantai
jika beresiko mengalami
jatuh
5. Menyediakan alas kaki
antislip
6. Menyediakan pipot atau
urinal untuk eliminasi
ditempat tidur
7. Memastikan bel panggilan
atau telepon mudah
dijangkau
8. Mempertahankan posisi
tempat tidur diposisi
terendah saat digunakan
9. Memastikan roda tempat
tidur dalam keadaan
terkunci
10. Menggunakan pengaman
73
tempat tidur sesuai dengan
kebijakan fasilitas
pelayanan kesehatan
11. Mempertimbangan
penggunaan alarm
elektronik pribadi
12. Mendiskusikan mengenai
latihan dan terapi fisik yang
diperlukan
13. Mendiskusikan mengenai
alat bantu mobilitas yang
sesuai
14. Mendiskusikan bersama
anggota keluarga yang dapat
mendampingi pasien bahaya
lingkungan
Edukasi :
1. Menjelaskan alasan
intervensi pencegahan jatuh
ke keluarga
2. Menganjurkan berganti
posisi secara perlahan
3. Mengajarkan keluarga atau
kelompok resiko tinggi
bahaya lingkungan
74
3.4 Evaluasi
Tabel 3.4 Evaluasi Keperawatan
Tgl/Waktu DX Evaluasi Paraf
03/01/2023 1. S : - Rita
10.00
O : - Tampak terpasang O2 NRM 9
liter/menit
- Posisi kepala tampak elevasi 30 derajat
- Tampak pasien penurunan kesadaran
- RR : 26 x/menit
- Saturasi Oksigen 89%
- Suara nafas ronchi
- Suction dilakukan secara bertahap
- Hasil laboratorium : pH : 7,463
75
- MAP : 123 mmHg
- Intake : 750 cc
- Output : 500 cc
- Klien terpasang O2 NRM 9L
A : Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
belum tertasi
P : Lanjutkan intervensi
3. S : - rita
O : - Suhu : 38,5°c
- TD : 126/75 mmHg
- Nadi : 115x/mnt
A : Hipertermi Belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
4. S : - Rita
O : - Terpasang NGT
A : Defisit nutrisi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
5. S : - Rita
O : Terpasang IVFD RL 20 tpm di
ekstremitas atas pada tangan sebelah
kiri, terpasang manset tensi di
ektremitas atas pada tangan sebelah
kanan. Akral teraba hangat, CRT
(Capila Refil Time) < 3 detik. Tidak
terdapat hemiparesis pada anggota gerak
bagian atas sebelah kiri, tidak ada
oedem
kekuatan otot :
3 3
76
3 3
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
6. S : - Rita
O : Terpasang palang tempat tidur
A : Klien masih somnolen
P : Lanjutkan intervensi
07/01/2023 1 S : - Rita
08.00
O : - Tampak terpasang O2 NRM 9
liter/menit
- RR : 26 menit
- Tidak ada sputum
- Saturasi Oksigen 98%
- Tampak mukosa lembab
Posisi kepala tampak elevasi 30 derajat
A : Bersihan jalan nafas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2 S : Keluarga mengatakan klien sudah bisa Rita
di panggil dan dapat membuka mata
O : Klien tampak masih penurunan
kesadaran
Klien sudah bisa panggil dan dapat
membuka mata.
GCS 9: E3V3M3
A : Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
3 S : - Rita
77
O : - Suhu : 38,5°c
- TD : 126/75 mmHg
- Nadi : 115x/mnt
A : Hipertermi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
4 S : - Rita
O : - Terpasang NGT
A : Defisit nutrisi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
5 S : - Rita
O : Terpasang IVFD RL 20 tpm di
ekstremitas atas pada tangan sebelah
kiri, terpasang manset tensi di
ektremitas atas pada tangan sebelah
kanan. Akral teraba hangat, CRT
(Capila Refil Time) < 3 detik. Tidak
terdapat hemiparesis pada anggota gerak
bagian atas sebelah kiri, tidak ada
oedem
kekuatan otot :
3 3
3 3
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
6 S : - Rita
O : Terpasang palang tempat tidur
A : Klien masih somnolen
P : Lanjutkan intervensi
78
3.5 Laporan Home visite
Laporan Home Visit Ke-1
Program Studi : Sarjana Keperawatan / Ners
Semester : Gasal / Genap *)
Tahun Akademik : 2021 / 2022
Mata Kuliah : Laporan Komprehensif Keperawatan Gadar Kritis
Topik : Perawatan TB dengan Meningitis
Tanggal Kunjungan : 10 Januari 2023
Nama Mahasiswa : Rita
A. IDENTITAS KONSELING
1. Nama Konseling : Rita
2. Kelas : Ajeng Bandung
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : Komplek Damarmas
B. PERMASALAHAN KONSELING
Perawatan TB Meningitis
79
E. HASIL HOME VISIT
Pasien sadar, Keadaan umum baik, TD:120 /80 mmHg, Nadi: 85x / menit,
RR: 20 x/ menit, S: 36,8º C, Ronchi (-), Keluhan sesak (-), Batuk (+), pasien
masih berbaring dikarenakan rasa pusing masih ada.
F. DOKUMENTASI
80
Laporan Home Visit ke-2
Program Studi : Sarjana Keperawatan / Ners
Semester : Gasal / Genap *)
Tahun Akademik : 2021 / 2022
Mata Kuliah : Laporan Komprehensif Keperawatan Gadar Kritis
Topik : Perawatan TB dengan Meningitis
Tanggal Kunjungan : 13 Januari 2023
Nama Mahasiswa : Rita
A. IDENTITAS KONSELING
1. Nama Konseling : Rita
2. Kelas : Ajeng Bandung
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : Komplek Damarmas
B. PERMASALAHAN KONSELING
Cara merawat pasien TB dengan meningitis
81
E. HASIL HOME VISIT
Pasien sadar, Keadaan umum baik, TD:120 /80 mmHg, Nadi: 83x / menit,
RR: 18 x/ menit, S: 36,8º C, Ronchi (-), Keluhan sesak (-), Batuk (+), pasien
masih berbaring dikarenakan rasa pusing mulai berkurang.
F. DOKUMENTASI
82
BAB IV
PEMBAHASA
N
84
batuk tidak efektif (ronchi), pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pola
nafas abnormal, resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis, resiko
cedera berhubungan dengan fungsi kognitif, defisit nutrisi berhubungan
dengan ketidakmampuan menelan dibuktikan dengan bb menurun otot
mengunyah lemah, resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan
trauma atau pendarahan, hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
dibuktikan dengan suhu tubuh diatas normal, gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan penurunan kekuatan otot dibuktikan dengan kekuatan
otot menurun, defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
dibuktikan dengan tidak mampu melakukan perawatan diri secara mandiri.
4.3 Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan yang ada pada tinjauan teori sesuai dengan
diagnosis keperawatan yang diangkat pada pasien tb meningitis, disesuaikan
dengan kondisi klien dan sumber daya yang tersedia. Dalam pembuatan
rencana penulis bekerja sama dengan keluarga klien dan perawat ruangan
sehingga ada kesempatan dalam memecahkan masalah yang dialami klien
sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi sesuai teori perencanaan
keperawatan yang dituliskan dengan rencana dan kriteria hasil berdasarkan
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SDKI) dan Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI).
Perencanaan atau intervensi yang dirancang oleh penulis untuk
mengatasi masalah pada kasus, yaitu tersusun dari atas tindakan observasi,
tindakan terapeutik, edukasi dan kolaborasi yang disesuaikan dengan kondisi
klien. Target waktu pencapaian kriteria hasil pada semua diagnosis ditentukan
dengan rentang waktu yang sama yaitu 3 x 24 jam yang disusun berdasarkan
pedoman SIKI dari PPNI.
4.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang merupakan komponen dari proses
keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Perencanan
keperawatan yang dilakukan pada klien dengan Tb Meningitis dengan
85
masalah keperawatan resiko perfusi serebral tidak efektif mengidentifikasi
penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi, edema serebral), memonitor
tanda/gejala peningkatan TIK (Tekanan darah dalam batas normal, pola napas
ireguler, kesadaran menurun), memonitor pernapasan, memonitor intake dan
output cairan, meminimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang
tenang, mengelevasi kepala 30 derajat, mencegah terjadinya kejang,
mempertahankan suhu tubuh normal, dan melakukan kolaborasi dalam
pemberian obat OAT, Neurobion, Lefofloxacim, dexa inj.
Masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif implementasi
yang diberikan adalah memonitor pola nafas, memonitor bunyi nafas
tambahan memonitos sputum, memonitor kemampuan batuk efektif,
memonitor adanya produksi sputum, memonitor adanya sumbatan jalan nafas,
mempalpasi kesimetrisan expansi paru, mengauskultasi bunyi nafas,
memonitor saturasi oksigen, memonitor nilai AGD, memonitor hasil xray
tohorax. Masalah keperawatan hipertermia implementasi yang diberikan
adalah Mengidentifikasi penyebab hipertermia (misal dehidrasi, terpapar
lingkungan panas), memonitor suhu tubuh, memonitor kadar elektrolit,
memonitor haluan urine, memonitor komplikasi akibat hipertermia,
memonitor suhu sampai stabil, memonitor tekanan darah, nadi dan respirasi,
memonitor tanda dan gejala.
4.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan keperawatan yang mengukur sejauh mana
keberhasilan tindakan keperawatan berdasarkan respon yang ditunjukkan oleh
pasien. Pada kasus ini, penulis menggunakan satu jenis evaluasi yaitu
evaluasi formatif atau respon hasil yang dilakukan segera setelah melakukan
tindakan menggunakan metode SOAP, yaitu S (Subjektif), O (Objektif), A
(Analisis), P (Planning).
Evaluasi keperawatan yang dilakukan pada Tn. R didapatkan hasil
evaluasi dalam waktu 5(lima) hari semua diagnosa yang muncul dari hasil
pengkajian masih belum teratasi. Untuk itu perlu dilakukan perawatan yang
lebih dan perencanaan ulang untuk mengatasi masalah keperwatan klien.
86
BAB V
KESIMPULA
N
5.1 Kesimpulan
Penulis melakukan Asuhan Keperawatan Pada Tn. R Dengan Tb
Meningitis selama 5 hari dari tanggal 03 Januari 2023 sampai 7 Januari 2023.
Penulis menyimpulkan proses asuhan keperawatan dengan menggunakan
pendekatan proses asuhan keperawatan yaitu :
1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian untuk mendapatkan data yang akurat selain
dari pembahasan yaitu dengan melakukan observasi dan pemeriksaan fisik
penulis juga mendapatkan data primer yaitu keluhan utama, selain itu
untuk melengkapi data diperlukan data sekunder yang didapat dari
keluarga dan tim kesehatan lain termasuk perawat ruangan. Penulis juga
melakukan studi dokumentasi sehingga punulis mendapatkan data secara
lengkap dengan bisa melihat data penunjang.
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah melakukan pengkajian penulis menemukan diagnosa
keperawatan yang muncul pada Tn. R adalah :
a. Resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan infeksi otak
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
dipertahankan dibuktikan dengan batuk tidak efektif, ronchi
c. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit dibuktikan dengan
suhu tubuh diatas normal.
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
dibuktikan dengan kekuatan otot menurun
3. Intervensi Keperawatan
Tahap intervensi keperawatan yang disusun mengacu pada rencana
intervensi keperawatan yang ada dalam teori, walaupun pada dasarnya
disesuaikan dengan kebutuhan, dan kemampuan klien dan keluarga.
Penulis menyusun intervensi keperawatan yang bersifat aktual dan
87
berkolaborasi dengan tim kesehatan lain serta dilakukan selama 24 jam
keperawatan.
4. Implementasi Keperawatan
Pada pelaksanaan tindakan keperawatan penulis bekerja sama
dengan perawat ruangan untuk melaksanakan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam perawatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Dari empat diagnosa keperawatan yang ditemukan dari hasil
pengkajian kesemua masalah keperawatan yagn ditemukan pada Tn. R,
masalah belum teratasi di hari ketiga. Evalusai ini perlu dilakukan lagi
degan perencanaan-perencanaan yang mendukung mengatasi masalah
keperawatan yang di alami klien.
5.2 Saran
a. Bagi RSUD Al-Ihsan
Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat meningkatkan mutu
pelayanan untuk klien dengan melibatkan peran aktif keluarga sehingga
asuhan keperawatan dapat tercapai sesuai tujuan dan memberikan
kenyamanan pada klien.
b. Pasien dan Keluarga
Sebaiknya pasien menjaga pola kesehatan yang baik. Dan
mengikutsertakan keluarga dalam memberikan dukungan dan keaktifan
akan sangat menunjang dalam mengatasi permasalah klien.
88
DAFTAR PUSTAKA
89
LAMPIRAN
90
Lampiran 1 Lembar Kegiatan Bimbingan Tugas akhir
PERSETUJUAN SIDANG
KARYA ILMIAH
AKHIR
Menyetujui,
Pembimbing
91
92
.
NPM 4121190
93
Lampiran 2 Home visite
1. PENDAHULUAN
Penyakit tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menular langsung
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (Permenkes, 2014).
Penularan TB paru terjadi ketika seseorang menghirup droplet nuclei
(percikan dahak) yang masuk melalui mulut atau hidung, saluran pernapasan
bagian atas dan bronkus hingga mencapai alveoli paru-paru (Kemenkes RI,
2014). Gejala yang sering muncul pada penderita TB paru diantaranya yaitu
demam derajat rendah, batuk, berkeringat malam, keletihan dan penurunan
berat badan. Batuk non produktif yang dapat berlanjut menjadi sputum
mucopurulent dengan hemoptisis (Buku KMB Edisi 12, 2013).
Dampak dari penyakit TB tidak hanya menyerang kesehatan fisik,
namun mencakup psikologis, ekonomi dan kesejahteraan sosial. Secara fisik,
seseorang yang telah terinfeksi TB paru akan sering batuk, sesak nafas, nyeri
dada, berat badan dan nafsu makan menurun, serta berkeringat di malam hari.
Semua hal itu tentunya akan mengakibatkan seseorang tersebut menjadi
lemah. Secara mental, seseorang yang telah terinfeksi TB paru umumnya
94
akan merasakan seperti ketakutan akan kematian, pengobatan, efek samping
dalam melakukan pengobatan, kehilangan pekerjaan, kemungkinan
menularkan penyakit ke orang lain, serta ketakutan akan ditolak dan
didiskriminasi oleh orang-orang yang ada di sekitarnya (I. D. Sari,
Mubasyiroh, & Supardi, 2016).
Dampak yang timbul akibat meningitis yaitu peningkatan tekanan
intracranial, hyrosephalus, infark serebral, abses otak, dan kejang. Ventrikulitis
atau abses intraserebral dapat menyebabkan obstruksi pada CSS dan mengalir ke
foramen antara ventrikel dan cairan serebral sehingga menyebabkan penurunan
CSS di dalam granulasi araknoid juga dapat mengakibatkan hidrosefalus,
Thrombosis septik dari vena sinus dapat terjadi, mengakibatkan peningkatan TIK
yang dihubungkan dengan hidrosefalus. Kelumpuhan saraf kranial merupakan
komplikasi umum pada meningitis bakterial, stroke dapat mengakibatkan
gangguan atau kerusakan hemisfer pada batang otak, dampak lanjutan yangdapat
dialami oleh pasien adalah menjadi tuli akibat kerusakan saraf kranial (Batticaca,
2008). Masalah keperawatan yang biasa muncul pada pasien meningitis yaitu
ketidakefektifan perfusi jaringan otak, resiko cedera, ketidakefektifan bersihan
jalan nafas, ketidakefektifan pola nafas, dan hipertermi (Widago, dkk., 2013).
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien meningitis
dapat berupa pengobatan akan kebutuhan fisik serta kebutuhan psikologis pasien.
Perawat dalam merawat pasien dengan meningitis harus memantau kondisi pasien
yang lemah mengharuskan pasien untuk menjaga kondisinya agar tidak terjadinya
peningkatan tekanan intracranial (TIK) dengan memaksimalkan dan
meminimalkannya. Membantu pasien meningitis untuk bisa kembali ke keadaan
sebelum hospitalisasi serta memberikan kebutuhan psikologis pasien seperti
menghilangkan ansietas, memberikan dukungan spiritual dan mendiskusikan
masalah yang berhubungan dengan rasa sakit yang dirasakan oleh pasien
meningitis.
Berdasarkan data hasil di ruang general intensive care unit pada tahun
2023 terdapat pasien dengan diagnosa DM, stroke, tb paru, Ckd, post craniotomy.
95
2. TUJUAN INSTITUSIONAL (TI)
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan Tn. R dapat
memahami mengenai TB.
4. ANALISA TUGAS
a. Know
1) Definisi TB
2) Penyebab TB
3) Faktor resiko TB
4) Tanda dan gejala TB
5) Cara Pencegahan TB
b. Do
Memberi tanggapan/pertanyaan pada saat penyuluhan berlangsung.
c. Show
Mendengarkan dengan penuh perhatian saat penyuluhan.
5. MATERI PENYULUHAN
a. Pengertian TB
TB adalah penyakit infeksi menular langsung yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis. Dampak dari penyakit TB tidak
96
hanya menyerang kesehatan fisik, namun mencakup psikologis,
ekonomi dan kesejahteraan sosial.
b. Bahaya TB
Penularan TB paru terjadi ketika seseorang menghirup droplet
nuclei (percikan dahak) yang masuk melalui mulut atau hidung,
saluran pernapasan bagian atas dan bronkus hingga mencapai alveoli
paru-paru. Gejala yang sering muncul pada penderita TB paru
diantaranya yaitu demam derajat rendah, batuk, berkeringat malam,
keletihan dan penurunan berat badan. Batuk non produktif yang dapat
berlanjut menjadi sputum mucopurulent dengan hemoptysis.
c. Faktor Resiko TB
Riwayat imunisasi, malnutrisi, usia muda, riwayat kontak, dan
asap rokok sangat berperan penting baik dari tingkat individu maupun
tingkat populasi. Selain itu faktor sosial ekonomi, lingkungan, dan
perilaku juga terbukti meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.
d. Tanda dan Gejala TB
1. Area nyeri: dada
2. Batuk: berdarah atau kronis
3. Seluruh tubuh: berkeringat di malam hari, demam, kehilangan
selera makan, kelelahan, malaise, panas dingin atau berkeringat
e. Cara Pencegahan TB
Menggunakan masker saat berada ditempat ramai dan
berinteraksi dengan penderita TBC, serta mencuci tangan. menutup
mulut , tisu yang sudah digunakan dimasukan kedalam plastik dan di
buang ke kotak sampah
6. METODE PEMBELAJARAN
a. Metode ceramah (penyampaian materi penyuluhan).
b. Metode diskusi dan Tanya jawab.
97
7. MEDIA BELAJAR
Media yang digunakan leaflet.
8. WAKTU PENYULUHAN
Selasa, 10 Januari 2023 Jam 10.30-11.00 WIB (30 menit).
9. TEMPAT PENYULUHAN
Cibolang RT01 RW10 Tertawangi Cisarua
98
3 5 Menit Evaluasi :
Memberikan Peserta menjawab pertanyaan
pertanyaan/kuis mengenai
materi yang telah diberikan
4 5 Menit Terminasi :
a. Mengucapkan a. Mendengarkan
terimakasih kepada
peserta penyuluhan
b. Mengucapkan salam b. Membalas salam
99
10
0
10
1
Home Visite
99