Anda di halaman 1dari 102

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

” E ” POST
OPERASI SECTIO CAESEREA DENGAN INDIKASI KETUBAN
PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM ELIM RANTEPAO
T O R A J A U T A R A
TANGGAL 1-3 JUNI 2010

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Pada


Program DIII Kebidanan Akademi Kebidanan Bakti Nusantara

OLEH:

MELDA PAYUNG
NIM: 07.023

AKADEMI KEBIDANAN BAKTI NUSANTARA RANTEPAO


KABUPATEN TORAJA UTARA
2010

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul Manajemen Asuhan Kebidanan Pada NY.
”E” Post Operasi Sectio Caeserea Dengan Indikasi Ketuban Pecah Dini
Di Rumah Sakit Umum Elim RantepaoTanggal 1-3 Juni 2010

Yang disusun oleh :

Nama :MELDA PAYUNG


NIM : 07.023

Telah di setujui diuji serta pertanggung jawabkan didepan dewan penguji


Akademi Kebidanan Bakti Nusantara Rantepao.

Rantepao, 19 Mei 2010

Pembimbing I Pembimbing II

(MONICA R. TANGDIRAPAK, SKM,M.Kes) ( DINA BURATASIK,SKM.M.Kes )

Mengetahui :

Direktur Akademi Kebidanan Bakti Nusantara

(MONICA R. TANGDIRAPAK, SKM,M.Kes)


PENGESAHAN TIM PENGUJI

ii
Karia Tulis dengan judul : Manajemen Asuhan Kebidanan Pada NY. ”E”
Post Operasi Sectio Caeserea Dengan Indikasi Ketuban Pecah Dini Di
Rumah Sakit Umum Elim Rantepao Tanggal 1-3 Juni 2010telah di
pertahankan dalam Ujian Karya Tulis Ilmiah yang dilaksanakan pada:

Hari/ Tanggal :
Jam :
Tempat : Kampus Akademi Kebidanan Bakti Nusantara Rantepao

Menyetujui:

Tim Penguji / Pembimbing

1. Penguji :Drs. Rasinan Daud, M Kes (...........................)

2. Pembimbing : DINA BURATASIK,SKM.M.Kes (...........................)

3. Pembimbing : Monica R. Tangdirapak, SKM, M.Kes (..........................)

Mengetahui :
Direktur AKBID Bakti Nusantara Rantepao

( Monica R. Tangdirapak, SKM, M.Kes )

KATA PENGANTAR

iii
Puji syukur kehadirat Tuhan, karena dengan rahmatnyalah , sehingga

penulis dapat menyelesaikan pendidikan pada program studi DIII Kebidanan di

Bakti Nusantara Rantepao dengan judul karya tulis ilmiah ” Manajemen

Asuhan Kebidanan Pada NY. ”Y” Post Operasi Sectio Caeserea Dengan

Indikasi PANGGUL SEMPIT (CPD) Di Rumah Sakit Umum

LakipadadaMakaleTanggal 27-29Mei 2012.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih

jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan

berupa saran dan kritikan yang sifatnya membangun guna penyempurnaan

Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada ibu Hermin, SST selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan

waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan bimbingan.

Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan sampai penyusunan

Karya Tulis Ilmiah ini, yaitu:

1. Bapak Drs. Rasinan Daud selaku Ketua Akademi Kebidanan Bakti

Nusantara Rantepao.

2. Ibu Monica R. Tangdirapak, SKM, M.Kes selaku Direktur Akademi

Kebidanan Bakti Nusantara Rantepao sekaligus sebagai pembimbing 1 dan

iv
penguji yang telah bayak mengarahkan penulis dalam menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini.

3. Mariana T. Paembonan selaku pembimbing II sekaligus penguji yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Bapak/Ibu dosen serta staf Akademi Bakti Nusantara Rantepao yang telah

banyak memberikan Ilmu pengetahuan keterampilan selama penulis

mengikuti pendidikan.

5. Direktur Rumah Sakit Umum Elim Rantepao,beserta staf yang telah

memberikan izin untuk pengambilan data yang penulis butuhkan.

6. Teristimewa buat Bapak,ibu,dan adikku Rima yang selama penulis

menjalani pendidikan selalu memberi motivasi dan doa serta senantiasa

berkorban baik tenaga, pikiran, materi maupun perasaan dan semua jasa-

jasa beliau yang tak ternilai harganya, dan kedua orang tuaku yang selalu

memotivasi penulis untuk mengikuti pendidikan bidan.

7. Untuk yang tercinta dan tersayang saudarayang telah memberikan motivasi

kepada penulis selama ini sehingga penulis lebih bersemangat dalam

meraih cita-cita.

8. Rekan-rekan mahasiswa Bakti Nusantara Rantepao yang senantiasa

memberikan dorongan dalam menyelesaikan karya tulis ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan serta saran demi

kesempurnaan karya tulis ini.

v
Rantepao, Juni 2010

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii

BIODATA PENULIS ............................................................................ iv

KATA PENGANTAR ........................................................................... v

DAFTAR ISI ....................................................................................... vi

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................. 1

A. Latar Belakang ..............................................................

B. Ruang Lingkup Pembahasan ........................................

C. Tujuan Penulisan ...........................................................

D. Manfaat Penulisan .........................................................

E. Metode Penulisan ..........................................................

F. Sistematika Penulisan ...................................................

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................

A. Konsep Dasar Panggul Sempit......................................

1. Pengertian ................................................................

2. Etiologi.......................................................................

3. Komplikasi Panggul Sempit.......................................

4. Diagnosa Panggul Sempit.........................................

5. Penilaian Klinik..........................................................

vii
6. Penanganan Panggul Sempit....................................

B. Konsep Dasar Sectio Caesaria......................................

1. Pengertian.................................................................

2. Klasifikasi Sectio Caesaria........................................

3. Indikasi Sectio Caesaria............................................

4. Komplikasi Sectio Caesaria.......................................

5. Kontrak Indikasi Sectio Caesaria...............................

6. Prognosis .................................................................

7. Hal-hal yang perlu diperhatikan ................................

8. Nasehat pada ibu Pasca Operasi .............................

9. Pemerikrisaan Diagnosis ..........................................

10. Penatalaksanaan Medik ..........................................

C. Konsep Dasar Masa Nifas ............................................

1. Pengertian.................................................................

2. Tujuan Masa Nifas ....................................................

3. Periode Masa Nifas ..................................................

4. Involusio alat-alat kandungan ...................................

5. Perawatan Pasca persalinan ....................................

6. Diagnosis Masa Nifas ...............................................

7. Anatomi dan fisiologi reproduksi wanita ...................

BAB III. STUDI KASUS ....................................................................

Langkah I : Indentifikasi Data Dasar ................................

viii
Langkah II : Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual .........

Langkah III : Merumuskan Diagnosa/Masalah Potensial . . .

Langkah IV : Tindakan Segera atau Kolaborasi .................

Langkah V : Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan .........

Langkah VI : Tindakan Asuhan Kebidanan ........................

Langkah VII :Evaluasi Tindakan Asuhan Kebidanan..........

Pendokumentasian Asuhan Kebidanan...............................

BAB IV. PEMBAHASAN ...................................................................

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................

A. Kesimpulan ....................................................................

B. Saran .......................................................................

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................

LAMPIRAN

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kajian kinerja petugas pelaksana pertolongan persalinan di jenjang

pelayanan dasar, dilakukan atas kerja sama antara Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi

Indonesia (POGI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Jaringan Nasional

Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR) dengan bantuan teknis

dari JHPIEGO dan PRIME mengindikasikan adanya kesenjangan kinerja

yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan bagi ibu hamil dan bersalin.

Berdasarkan temuan tersebut, tim kerja sama telah merancang suata

pelatihan klinik yang diharapkan mampu untuk memperbaiki kinerja para

penolong persalinan. Dasar dari pelatihan klinik asuhan bayi lahir serta

upaya pencegahan komplikasi terutama pendarahan pascapersalinan,

hipotermia dan asfiksia bayi baru lahir.

Focus utama asuhan persalinan normal adalah mencegah terjadinya

komplikasi. Hal ini suatu pergeseran paradigm dari sikap menunggu dan

menangani komplikasi, menjadi mencegah komplikasi yang mungkin

terjadi. Pencegahan komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir

akan mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir.

35
Perubahan pada paradigm menunggu terjadinya dan menangani

komplikasi menjadi pencegahan terjadinya komplikasi diakui dapat

membawa perbaikan kesehatan kaum ibu di Indonesia. Penyesuaian ini

sangat penting dala upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru

lahir, karena sebagian besar persallinan di Indonesia masih terjadi tingkat

keterampilan dan pengetahuan petugas kesehatan di fasilitas pelayanan

tersebut masih belum memadai. Deteksi dini dan pencegahan komplikasi

dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru

lahir. Jika semua tenaga penolong persalinan dilatih agar mampu untuk

mencegah atau deteksi dini komplikasi yang mungkin terjadi, menerapkan

asuhan persalinan secara tepat guna dan waktu, baik sebelum atau saat

masalah terjadi, dan segera melakukan rujukan saat kondisi ibu masih

optimal, maka para ibu dan bayi baru lahir akan terhindar dari ancaman

kesakitan dan kematian.

Di Indonesia semenjak digerakkannya Safe Motherhood tahun 1998

dengan angka kematian 450 per 100.000 kelahiran hidup berarti selama

16 tahun (1998 – 2003) penurunan angka kematian baru turun 450 – 300

= 150 (Prof. Dr. Untung Praptohardjo, Sp.OG, 2005, hal. 15).

Di Sulawesi Selatan pada tahun 2007 angka kematian ibu sekitar

153 per 100.000, kelahiran, perdarahan sebanyak 77 orang (50,33%),

infeksi 6 orang (3,92%), preeklamsia dan eklamsia 40 orang (36,14%),

35
dan lain-lain 30 orang (19,64%) (Data Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi

Selatan).

Data yang didapatkan dari Medical Record Rumah Bersalin Bakti

Kencana, jumlah ibu yang melahirkan mulai periode Januari sampai

Desember 2009 sebanyak 237 orang.

Berdasarkan hal di atas maka penulis tertarik untuk menyusun karya

tulis ilmiah yang berjudul “Manajemen Kebidanan Pada Masa Inpartu Kala

I, II, III dan IV Persalinan Normal di Rumah Bersalin Bakti Kencana

Makale tanggal 27 mei 2010.

B. Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam pembahasan ini menggunakan pendekatan Manajemen

Asuhan Kebidanan Pada Ny. “A” Dengan Inpartu Kala I, II, III dan IV

Persalinan Normal di Rumah Bersalin Bakti Kencana Makale tanggal 27

mei 2010

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Menerapkan manajemen asuhan kebidanan pada Ny. “A”

kehamilan aterm dengan inpartu kala I, II, III dan IV persalinan normal

di Rumah Bersalin Bakti Kencana Makale tanggal 27 mei 2010.

35
2. Tujuan Khusus

a. Mengumpulkan data dan analisis data pada Ny. “A” kehamilan

aterm dengan inpartu kala I, II, III dan IV persalinan normal di

Rumah Bersalin Bakti Kencana Makale tanggal 27 mei 2010.

b. Menentukan dan merumuskan diagnosa atau masalah aktual pada

Ny. “A” kehamilan aterm dengan inpartu kala I,II, III dan IV

persalinan normal di Rumah Bersalin Bakti Kencana tanggal 27 mei

2010.

c. Menentukan dan merumuskan diagnosa atau masalah potensial

pada Ny. “A” kehamilan aterm dengan inpartu kala I,II, III dan IV

persalinan normal di Rumah Bersalin Bakti Kencana tanggal 27 mei

2010.

d. Melaksanakan identifikasi perlunya tindakan segera pada Ny. “A”

kehamilan aterm dengan inpartu kala I,II, III dan IV persalinan

normal di Rumah Bersalin Bakti Kencana Makale tanggal 27 mei

2010.

e. Menentukan rencana tindakan Asuhan Kebidanan pada Ny. “A”

kehamilan aterm dengan inpartu kala I,II, III dan IV persalinan

normal di Rumah Bersalin Bakti Kencana Makale tanggal 27 mei

2010.

35
f. Melaksanakan tindakan Asuhan Kebidanan pada Ny. “A”

kehamilan aterm dengan inpartu kala I,II, III dan IV persalinan

normal di Rumah Bersalin Bakti Kencana Makale tanggal 27 mei

2010.

g. Melaksanakan evaluasi hasil Asuhan Kebidanan pada Ny. “A”

kehamilan aterm dengan inpartu kala I,II, III dan IV persalinan

normal di Rumah Bersalin Bakti Kencana Makale tanggal 27 mei

2010.

h. Melakukan pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Ny. “A”

kehamilan aterm dengan inpartu kala I,II, III dan IV persalinan

normal di Rumah Bersalin Bakti Kencana Makale tanggal 27 mei

2010.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Ilmiah

Sebagai salah satu masalah dan sumber informasi serta memperkaya

khasana Ilmu Pengetahuan dan bahan acuan bagi peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Bagi Institut

Sebagai masukan dan penerapan proses manajemen kebidanan

dalam kasus kehamilan aterm dengan inpartu kala I, II, III dan IV

persalinan normal.

35
3. Manfaat Praktis

Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan

pelaksanaan program baik di Akademi Kebidanan Bakti Nusantara

maupun di Rumah Bersalin Bakti Kencana Makale dalam penyusunan

perencanaan pelaksanaan dan evaluasi program upaya penanganan

inpartu kala I, II, III dan IV persalinan normal.

4. Manfaat bagi Penulis

Merupakan pengalaman yang dapat memenuhi kemampuan dalam

penerapan manajemen asuhan kebidanan khususnya kehamilan

aterm dengan inpartu kala I, II, III dan IV persalinan normal.

E. Metode Penulisan

1. Studi Kepustakaan

Penulis membaca dan mempelajari buku-buku, literatur-literatur profil

kesehatan dan internet yang relevan dengan inpartu serta mendapat

arahan dari dosen pembimbing KTI.

2. Studi Kasus

Dengan menggunakan pendekatan proses manajemen Asuhan

Kebidanan meliputi: Pengumpulan Data, Analisa dan Perumusan

Diagnosa/Masalah Aktual dan Potensial, Rencana Tindakan,

Pelaksanaan Tindakan, Evaluasi dan Pendokumentasian dengan

35
Pengumpulan Data atau informasi dalam pengkajian dapat digunakan

teknik sebagai berikut:

a) Wawancara

Penulis melakukan tanya jawab dengan klien, suami, dan keluarga

yang dapat digunakan dalam memberikan informasi yang

dibutuhkan.

b) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukian secara sistematis mulai dari kepala

sampai kaki ( head to toe) yang meliputi inspeksi, palpasi,

auskultasi dan perkusi dan pemeriksaan laboratorium serta

pemeriksaan diagnostik lainnya dengan menggunakan format

pengkajian.

c) Pengkajian psikososial

Pengkajian psikososial meliputi status ekonomi, respon terhadap

kondisi yang dialami serta pola interaksi klien terhadap keluarga,

petugas kesehatan dan lingkungan.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika yang digunakan untuk menulis Karya Tulis

Ilmiah ini terdiri dari:

35
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Ruang Lingkup Pembahasan

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

2. Tujuan Khusus

D. Manfaat Penulisan

E. Metode Penulisan

F. Sistematika Penulisan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Tentang Persalinan

1. Pengertian Persalinan

2. Etiolog Persalinan

3. Klasifikasi Persalinan

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

5. Mekanisme Persalinan

6. Tanda-tanda Mulanya Persalinan

7. Tahap-tahap Dalam Persalinan

B. Konsep Dasar Inpartu Kala I

1. Pengertian Inpartu Kala I

2. Menyiapkan Kelahiran Pada Inpartu Kala I

3. Anamnesis Pada Inpartu Kala I

35
4. Pemeriksaan Fisik Pada Inpartu Kala I

5. Mengenali Masalah dan Penyulit Secara Dini Pada

Inpartu Kala I

C. Konsep Dasar Inpartu Kala II

1. Pengertian Kala II

2. Gejala dan Tanda Kala II

3. Persiapan Penolong Persalinan dan Penyiapan Alat-

alat pada Kala II

4. Penatalaksanaan Fisiologi Kala II

5. Menolong Kelahiran Bayi Pada Kala II

6. Pemantauan Selama Kala II

D. Konsep Dasar Kala III

1. Pengertian Kala III

2. Fisiologi Persalinan Kala III

3. Tanda-tanda Lepasnya Plasenta pada Kala III

4. Keuntungan-keuntungan Manajemen Aktif Kala III

5. Manajemen Aktif Kala III

E. Konsep Dasar Kala IV

1. Pengertian Aktif Kala IV

2. Keuntungan-keuntungan Manajemen Aktif Kala IV

3. Asuhan dan pemantauan pada kala IV

F. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan

35
1. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan

2. Tahapan Dalam Manajemen Asuhan Kebidanan

G. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)

BAB III. STUDI KASUS

Langkah I : Indikator Data Dasar

Langkah II : Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual

Langkah III : Merumuskan Diagnosa/Masalah Potensial

Langkah IV : Tindakan Segera atau Kolaborasi

Langkah V : Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan

Langkah VI : Iplementasi Tindakan Asuhan Kebidanan

Langkah VII : Evaluasi Tindakan Asuhan Kebidanan

Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

BAB IV. PEMBAHASAN

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

35
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Tentang Persalinan

1. Defenisi nifas

Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu.

(Saleha Sitti, 2009, hal 237).

2. Etiologi Persalinan (Mochtar R, 1998, hal. 92)

Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui

benar, yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks

antara lain dikemukakan faktor-faktor hormonal, struktur rahim,

sirkulasi rahim, pengaruh tekana pada saraf, dan nutrisi.

a. Teori penurunan hormon

1 – 2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar

hormon sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan

menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his

bila kadar progesteron turun.

35
b. Teori plasenta menjadi tua akan menyebabkan turunnya kadar

ostrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan

pembuluh darah. Hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.

c. Teori distensi rahim: rahim yang menjadi tua akan menyebabkan

iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi eturo

plasenta.

d. Teori iritasi mekanik: di belakang serviks terletak ganglion

servikale (Fleksus Frankenhouser). Bila ganglion ini digeser dan

ditekan misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi.

e. Induksi partus (induction of lobour). Partus dapat pula ditimbulkan

dengan jalan:

1) Gagang laminaria: beberapa laminaria dimasukkan dalam

kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus

Frankenhouser.

2) Amniotomi: pemecahan ketuban

3) Oksitosin drips: pemberian oksitosin menurut tetesan per

infus.

6. Tanda-tanda Persalinan: (Obstetri Fisiologi, Bandung: Padjajaran,

1998 hal. 258 – 259)

35
a. Timbulnya his persalinan ialah his pembuaaan dengan sifatnya

sebagai berikut:

1) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian

depan.

2) Teratur

3) Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat

intensitasnya

4) Kalau dibawa berjalan bertambah kuat

5) Mempunyai pengaru pada pendataran dan atau pembuakan

cervix.

b. Keluarnya lendir darah dari jalan lahir (show)

c. Keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan

lahir

7. Tahap-tahap Persalinan

Proses persalinan terdiri dari 4 kala yaitu:

a. Kala I (kala pembukaan)

Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir

bercampur darah (bloody show), karena serviks mulai membuka

(dilatasi) dan mendatar (effacement). Darah berasal dari

pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena

pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka (Mochtar, R,

1998, hal. 94).

35
Yang dimaksud dengan kala I adalah kala pembukaan yang

berlangsung antara pembukan nol sampai pembukaan lengkap.

Pada permulaan his, kala pembuakan berlangsung tidak begitu

kuat, sehingga partturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya

kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan

multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurve Friedman,

diperhitungkan pembuakan primigravida 1 cm/jam dan

pembukaan multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan tersebut

maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan (Manuaba,

IBG, hal. 16%). Kala pembukaan dibagi atas 2 fase, yaitu:

1) Fase laten

Dimana pemukaan serviks berlangsung lambat sampai

pembukaan 3 cm berlangsung 7 – 8 jam.

2) Fase aktif

Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase

a) Periode akselerasi: berlangsung 2 jam, pembukaan

menjadi 4 cm

b) Periode dilatasi maksimal (steady): selama 2 jam

pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.

c) Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam waktu 2

jam pembukaan jadi 10 cm atau lengkap (Mochtar, R,

1998, hal. 94).

35
b. Kala II

Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira

2 sampai 3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala

janin sudah masuk ke ruang panggul, maka pada his dirasakan

tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara refleksitoris

menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan

kepada rektum dan hendak buang air besar. Kemudian perineum

mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia

mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tapak

dalam vulva pada waktu his, dan dengan his dan kekuatan

mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput di

bawah simfisis dan dahi, muka dan dagu melewati perineum.

Setelah istirahat sebentar his mulai lagi untuk mengeluarkan

badan, dan anggota bayi pada primigravida kala II berlangusng

rata-rata 1½ jam, pada multipara 1/2 jam (Wiknjosastr, H, hal.

184).

c. Kala III

35
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai

10 menit dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan plasenta

pada lapisan Nitabusch, karena sifat kontraksi otot rahim.

Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan

memperlihatkan tanda-tanda di bawah ini:

1) Uterus menjadi bundar

2) Uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke segmen

bawah rahim

3) Tali pusat bertambah panjang

4) Terjadi perdarahan

Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan

secara crede pada fundus uteri (Manuaba, IBG, hal. 166).

Seluruh proses biasanya berlangsung 5 – 30 menit setelah

bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran

darah kira-kira 100 – 200 cc (Mochtar R, 1998, hal. 97).

d. Kala IV

Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena

perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.

Observasi yang dilakukan:

1) Tingkat kesadaran penderita

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan

pernapasan

35
3) Kontraksi uterus

4) Terjadinya perdarahan

Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak

melebihi 400 sampai 500 cc (Manuaba, IBG, 1998, hal. 166).

B. Konsep Dasar Inpartu Kala I

1. Pengertian inpartu kala I

Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara o sampai

dengan pembukaan lengkap.

2. Menyiapkan kelahiran pada inpartu kala I

Tujuan menyiapkan kelahiran antara lain :

a. Menyiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi

Persalinan dan kelahiran bayi mungkin terjadi di rumah ( rumah

ibu, rumah kerabat ), di tempat bidan, di puskesmas, polindes

atau rumah sakit. Pastikan ketersediaan bahan-bahan dan

sarana yang memadai dan upaya pencegahan infeksi

dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Di manapun persalinan dan kelahiran bayi terjadi, diperlukan

hal-hal pokok seperti berikut :

1. Ruangan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi udara

yang baik dan terlindung dari yiupan angin.

35
2. Sumber air bersih yang mengalir untuk cuci tangan dan

mandi ibu sebelum dan sesudah melahirkan.

3. Air desinfeksi tingkat tinggi ( air tang sudah dididihkan dan

didinginkan ) untuk membersihkan vulva dan perineum

sebelum periksa dalam selama persalinan dan

membersihkan perineum ibu setelah bayi lahir.

4. Air bersih dalam jumlah yang cukup, klorin, deterjen, kain

pembersih, kain pel dan sarung tangan karet untuk

membersihkan ruangan, perabotan, dekontaminasi dan

proses peralatan.

5. Kamar mandi yang bersih untuk kebersihan pribadi ibu dan

penolong persalinan.

6. Tempat dan lapang untuk ibu berjalan-jalan selama

persalinan, melahirkan bayi dan memberikan asuhan bagi

ibu dan bayinya setelah persalinan. Pastikan bahwa ibu

mendapatkan privasi.

7. Penerangan yang cukup, baik siang maupun malam.

8. Tempat tidur yang bersih untuk ibu. Tutup kasur dengan

plastik atau lembaran yang mudah dibersihkan jika

terkontaminasi selama persalinan atau kelahiran bayi.

9. Tempat yang bersih untuk memberikan asuhan bayi baru

lahir.

35
10. Meja yang bersih atau tempat tertentu untuk menaruh

peralatan persalinan.

b. Menyiapkan semua perlengkapan, bahan-bahan dan obat-

obatan esensial.

Pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahanbahan yang

diperlukan dan dalam keadaan siap pakai untuk setiap

persalinan dan kelahiran. Jika tempat persalinan dan kelahiran

bayi, jauh dari fasilitas kesehatan, bawalah semua keperluan

yang dibutuhkan ke lokasi persalinan. Kegagalan untuk

menyiapkan semua perlengkapan, bahan-bahan dan obat-

obatan esensial pada saat asuhan diberikan, akan

meningkatkan resiko terjadinya penyulit pada ibu dan bayi baru

lahir yang dapat membahayakan keselamatan jiwa mereka.

c. Menyiapkan rujukan

Jika terjadi penyulit, keterlambatan untuk merujuk ke

fasilitas kesehatan yang sesuai dapat membahyakan jiwa ibu

dan bayinya. Jika perlu dirujuk, siapkan dan sertakan

dokumentasi tertulis semua asuhan dan perawatan danhasil

penilaian ( partograf) yang telah dilakukan untuk dibawa ke

fasilitas rujukan.

d. Memberikan asuhan sayang ibu selama persalinan.

35
Persalinan adalah saat yang menegangkan dan menggugah

emosi ibu dan keluarganya, malahan dapat pula menjadi saat

yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu. Untuk

meringankan kondisi tersebut, pastikan bahwa setiap ibu akan

mendpatkan asuhan sayang ibu selama persalinan dan

kelahiran.

Prinsip-prinsip umum asuhan sayang ibu secara khusus antara

lain :

1. Sapa ibu dengan ramah dan sopan, bersikap dan

bertindak dengan tenang dan berikan dukungan penuh

selama persalinan dan kelahiran bayi.

2. Jawab setiap pertanyaan yang di ajukan oleh ibu atau

anggota keluarganya.

3. Anjurkan suami dan anggota keluarga ibu untuk hadir

dan memberikan dukungannya.

4. Waspadai tanda-tanda penyulit selama persallinan dan

lakukan tindakan yang sesuai jika diperlukan.

5. Siap dengan rencana rujukan

Asuhan sayang ibu selama persalinan termasuk :

35
1. Memberikan dukungan emosional

Dukung dan anjurkan suami dan anggota keluarga

yang lain untuk mendampingi ibu selama persalinan dan

kelahiran. Anjurkan mereka untuk nerperan aktif dalam

mendukung dan mengenali langkah-langkah yang

mungkinn akan sangat membantu kenyamanan ibu.

Hargai keinginan ibu untuk didampingi oleh teman atau

saudara yang khusus ( Enkin, et al, 2000).

Bekerjasama dengan anggota keluarga untuk :

1) Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan

pujian kepada ibu.

2) Membantu ibu bernafas pada saat kontraksi

3) Memijat punggung, kaki atau kepala ibu dan

tindakan-tindakan bermanfaat lainnya.

4) Menyeka muka ibu dengan lembut, menggunakan

kain yang dibasahi air hanngat atau dingin

5) Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman

2. Membantu pengaturan posisi

Anjurkan kepada ibu untuk mencoba posisi-posisi

yang nyaman selama persalinan dan kelahiran. Anjurkan

pula suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu

berganti posisi. Ibu boleh berjalan, berdiri, duduk,

35
jongkok, berbaring miring atau merangkak. Posisi tegak

seperti berjalan, berdiri atau jongkok dapat membantu

turunnya kepala bayi dan sering sekali mempersingkat

waktu persalinan. Bantu ibu untuk serinh barganti posisi

selama persalinan. Memberitahukan kepada ibu untuk

tidak memilih posisi terlentang karena berat uterus dan

isinya ( janin, ketuban, plasenta, dll) akan menekan vena

cava inferior. Hal ini menyebabkan turunnya aliran darah

dari sirkulasi ibu ke plasenta. Kondisi seperti ini, akan

menyebabkan hipoksia / kekurangan oksigen pada janin.

Posisi terlentang juga akan memperlambat

kemajuanpersalinan (Enkin, et al, 2000)

3. Memberikan cairan dan nutrisi

Anjurkan ibu mendapat asupan (makanan dan

minuman) selama persalinan dan kelahiran bayi.

Sebagian ibu masih ingin makan selama fase laten

persalinan, tapi setelah memasuki fase aktif, mereka

hanya menginginkan cairan saja. Anjurkan anggota

keluarga menawarkan ibu minum sesering mungkin dan

makanan ringan selama persalinan.

4. Keleluasaan untuk ke kamar mandi secara teratur

35
Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung

kemihnya secara rutin slama persalinan. Ibu harus

berkemih paling sedikit setiap 2 jam, atau lebih sering

jika terasa ingin berkemih atau jika kandung kemih

dirasakan penuh.

Jangan melakukan klisma secara rutin selama

persalinan. Klisma tidak akan memperpendek waktu

persalinan, menurunkan angka infeksi bayi baru lahir

atau infeksi luka pascapersalinan, malahan akan

meningkatkan jumlah tinja yang keluar selama kala II

persalinan (Endin, et al, 2000)

5. Pencegahan infeksi

Menjaga lingkungan yang bersih merupakan hal

penting dalam mewujudkan kelahiran yang bersih dan

aman bagi ibu dan bayinya. Pencegahan infeksi sangat

penting dalam menurunkan kesakitan dan kematian ibu

dan bayi baru lahir. Upaya dan keterampilan dalam

melaksanakan prosedur pencegahan infeksi yang baik,

akan melindungi penolong persalinan terhadap resiko

infeksi.

e. Melakukan upaya Pencegahan Infeksi ( PI ) yang

direkomendasikan.

35
Menjaga lingkungan yang bersih merupakan hal penting

dalam mewujudkan kelahiran yang bersih dan aman bagi ibu

dan bayinya. Hal ini tergolong dalam unsur esensial asuhan

sayang ibu. Keatuhan dalam menjalankan praktek-praktek

pencegahan infeksi yang baik juga akan melindungi penolong

persalinan dan keluarga ibu dari infeksi. Pencegahan infeksi

sangat penting dalam menurunkan kesakitan dan kematian ibu

dan bayi baru lahir. Upaya dan keterampilan dalam

melaksanakan prosedur pencegahan infeksi yang baik, akan

melindungi penolong persalinan terhadap resiko infeksi.

3. Anamnesis pada inpartu kala I

Tujuan dari anamnesis adalah mengumpulkan informasi

tentang riwayat kesehatn dan kehamilan. Informasi ini digunakan

dalam proses membuat keputusan klinik untuk menentukan

diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau perawatan

yang sesuai.

Tanyakan pada ibu :

a. Nama, umur, alamat

b. Gravida dan para

c. Hari pertama haid terakhir

d. Kapan bayi akan lahir ( menurut taksiran ibu )

35
e. Alergi obat-obatan

f. Riwayat kehamilan yang sekarang :

a) Apakah ibu pernah melakukan pemeriksaan antenatal

care ? jika ya, periksa kartu asuhan antenatalnya ( jika

mungkin)

b) Pernahkah ibu mndapat masalah selama kehamilannya

c) Kapan mulai kontraksi ?

d) Apakah kontraksi teratur ? seberapa sering terjadi

kontraksi ?

e) Apakah ibu masih merasakan gerakan janin ?

f) Apakah selaput ketuban sudah pecah? Jika ya warna

apa? Apakah kental atau encer ? kapan selaput ketuban

pecah.

g) Kapankah ibu terakhir kali makan atau minum ?

h) Apakah ibu mengalamikesulitan untuk berkemih?

g. Riwayat kehamilan sebelumnya

a) Apakah ada masalah selama persalinan atau kelahiran

sebelumnya

b) Berapa berat badan bayi paling besar pernah ibu

lahirkan ?

c) Apakah ibu mempunyai masalah dengan bayi sebelum-

belumnya.

35
h. Riwayat medis lainnya (masalah pernapasan, hipertensi,

gangguan jantung, berkemih dll)

i. Masalah medis saat ini ( sakit kepala, gengguan

penglihatan, pusing atau nyeri epigastrium). Jika ada,

periksa tekanan darahnya dan jika mungkin periksa protein

urine ibu

j. Pertanyaan tentang hal-hal yang belum jelas atau berbagai

bentuk kekhawatiran lainnya.

4. Pemeriksaan fisik pada inpartu kala I

Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kesehatan

dan kenyamanan fisik ibu dan bayinya. Informasi yang

dikumpulkan dari pemeriksaan fisik akan digunakan bersama

dengan informasi dari hasil anamnese untuk proses membuat

keputusan klinik untuk menentukan diagnosis serta

mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang paling

sesuai.

Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik :

a. Cuci tangan sebelum memulai pemeriksaan fisik

b. Bersikaplah lemah lembut dan sopan, tenteramkan hati ibu dan

bantu ibu agar merasa nyaman. Jika ibu tegang atau gelisah,

anjurkan untuk menarik nafas perlahan dan dalam.

c. Minta ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya.

35
d. Nilai kesehatan dan keadaan umum ibu, suasana hatinya,

tingkat kegelisahan/nyeri, warna konjungtiva, kebersihan, dan

status nutrisi dan kecukupan air tubuh.

e. Nilai tanda-tanda vital ibu. Agar supaya bisa menilai tekanan

darah dan nadi ibu dengan akurat, lakukan pemeriksaan

diantara dua kontraksi.

f. Lakukan pemeriksaan abdomen

Pemeriksaan abdomen digunakan untuk :

a) Menentukan fundus uteri

b) Memantau kontraksi uterus

c) Memantau denyut jantung janin

d) Menentukan presentasi

e) Menentukan penurunan bagian terbawah janin.

g. Lakukan pemeriksaan dalam.

5. Mengenali masalah dan penyulit secara dini pada inpartu kala I

Menunda pemberian asuhan kegawadaruratan akan

meningkatkan resiko kematian dan kesakitanibu dan bayi baru

lahir. Selama anamnesis dan pemeriksaan fisik, tetap waspada

terhadap indikasi-indikasi pada tabel dibawah ini dan lakukan

tindakan segera. Lakukan langkah dan tindakan yang sesuai untuk

memastikan proses persalinan yang aman bagi ibu dan

keselamatan bagi bayi yang dilahirkan.

35
Indikasi-indikasi untuk melakukan tindakan dan atau rujuka segera

selama kala I persalinan.

Temuan-temuan anamnesis dan Rencana untuk asuhan atau

atau pemeriksaan perawatan

Riwayat bedah sesar 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas

yang mempunyai kemampuan

untuk melakukan bedah sesar.

2. Dampingi ibu ke tempat

rujukan, berikan dukungan.

Perdarahan pervaginam selain Jangan melakukan pemeriksaan

dari lendir bercampur darah dalam.

1. Baringkan ibu ke sisi kiri

2. Pasang infus menggunakan

jarum berdiameter besar. Dan

berikan ringer laktat atau

cairan garam fisioligis.

3. Segera rujuk ke fasilitas yang

meniliki kemampuan untuk

melakukan bedah sesar.

4. Dampingi ibu ketempat

rujukan.

Kurang dari 37 minggu 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas

35
(persalinan kurang bulan) yang memiliki kemampuan

penatalaksaan

kegawatdaruratan obstetri dan

bayi baru lahir.

2. Dampingi ibu ke tempat

rujukan dan berikan dukungan

serta semangat.

Ketuban pecah disertai dengan 1. Baringkan ibu miring ke kiri

keluarnya mekonium kental 2. Dengar detak jantung janin

3. Segera rujuk ibu

4. Dampingi ibu ketempat

rujukan.

Ketuban pecah bercampur 1. Dengarkan denyut jantung

dengan sedikit mekonium janin, jika ada tanda-tanda

disertai tanda-tanda gawat janin. gawat janin laksanakan

asuhan yang sesuai.

Ketuban telah pecah (lebih dari 1. Segera rujuk

24 jam) atau ketuban pecah 2. Dampingi ibu ke tempat

pada kehamilan kurang bulan. rujukan dan berikan dukungan

serta semangat.

Tanda-tanda dan gejalah infeksi: 1. Baringkan ibu miring ke kiri

2. Pasang infus menggunakan

35
1. Temperatur tubuh > 38°C jarum yang berdiameter besar

2. Menggigil dan berikan Ringer Laktat atau

3. Nyeri abdomen cairan garam fisiologis dengan

4. Cairan ketuban yang tetesan 125 ml/jam

berbau 3. Segera rujuk

4. Dampingi ibu ke tempat

rujukan dan berikan dukungan.

Tekanan darah lebih dari 1. Baringkan ibu miring ke

160/110 dan/atau terdapat samping kiri

protein dalam urin (preeklampsi 2. Pasang infus menggunakan

berat) jarum yang berdiameter besar

dan berikan Ringer Laktat atau

cairan garam fisiologis

3. Jika mungkin berikan dosis

awal 4 g MgSO420% IV

selama 20 menit.

4. Suntikan 10 g MgSO50% (5 g

IM pada bokong kiri dan

kanan)

5. Segera rujuk

6. Dampingi ibu saat merujuk

Tinggi fundus 40 cm atau lebih 1. Segera rujuk

35
(makrosomia, polihidramniosis, 2. Dampingi ibu ketempat

kehamilan ganda) rujukan

Denyut jantung janin kurang dari 1. Baringkan ibu miring ke kiri

100 atau lebih dari 180 x/menit dan anjurkan ibu bernapas

pada dua kali penilaian dengan dengan teratur.

jarak 5 menit. 2. Pasang infus menggunakan

jarum yang berdiameter besar

dan berikan Ringer Laktat atau

cairan garam fisiologis dengan

tetesan 125 ml/jam

3. Segera rujuk

4. Dampingi ibu saat merujuk.

Primipara dalam persalinan fase 1. Baringkan ibu miring ke kiri

aktif dengan palpasi kepala janin 2. Segera rujuk

masih 5/5 3. Dampingi ibu saat merujuk

Presentase bukan belakang 1. Baringkan ibu miring ke kiri

kepala 2. Segera rujuk

3. Dampingi ibu saat merujuk

Presentase ganda 1. Baringkan ibu miring ke kiri

2. Segera rujuk

3. Dampingi ibu saat merujuk

Tali pusat menumbung 1. Minta ibu untuk mengambil

35
posisi bersujud dimana posisi

bokong tinggi melebihi kepala

ibu, hingga tiba ke tempat

rujukan.

2. Segera rujuk

3. Dampingi ibu saat merujuk.

Tanda dan gejala syok 1. Baringkan ibu miring ke kiri

1. Nadi cepat, lemah (lebih 2. Jika mungkin naikkan kaki ibu

dari 110 x/menit) untuk meningkatkan aliran

2. Tekanan darahnya darah ke jantung

rendah (sistolik kurang 3. Pasang infus menggunakan

dari 90 Mmhg) jarum yang berdiameter besar

3. Berkeringat dan berikan Ringer Laktat atau

4. Napas cepat (lebih dari cairan garam fisiologis.

30 x/menit) Infuskan 1 liter dalam waktu

5. Cemas, Bingung atau 15-20 menit; jika mungkin

tidak sadar infuskan 2 liter dalam waktu 1

6. Urin kurang dari 30 jam pertama kemudian

ml/menit. turunkan tetesan menjadi 125

ml/menit.

4. Segera rujuk

5. Dampingi ibu saat merujuk

35
Tanda dan gejala persalinan 1. Segera rujuk

dengan fase laten yamg 2. Dampingi ibu saat merujuk

memanjang :

1. Pembukaan serviks

kurang dari 4 cm setelah

8 jam

2. Kontraksi uterus (lebih

dari 2 dalam 10 menit)

Tanda dan gejala belum inpartu 1. Anjurkan ibu untuk minum dan

1. Kurang dari 2 kontraksi makan

dalam 10 menit, 2. Anjurkan ibu untuk bergerak

berlangsung kurang dari bebas dan leluasa

20 detik 3. Jika kontraksi berhenti

2. Tidak ada perubahan dan/atau tidak ada perubahan

serviks dalam waktu 1 serviks, evaluasi denyut

sampai 2 jam jantung janin, jika tidak ada

tanda-tanda kegawatan pada

ibu dan janin, persilahkan ibu

pulang dengan nasehat untuk :

a. Menjaga cukup makan dan

minum

b. Datang untuk

35
mendapatkan asuhan jika

terjadi peningkatan

frekuensi dan lama

kontraksi.

Tanda dan gejala partus lama : 1. Segera merujuk

1. Pembukaan serviks 2. Dampingi ibu saat merujuk.

mengarah ke sebelah

kana garis waspada

2. Pembukaan serviks

kurang dari 1 cm per jam

3. Kurang dari 2 kontraksi

dalam waktu 10 menit,

masing-masing

berlaangsung kurang dari

40 detik

C. Konsep Dasar Inpartu Kala II

1. Pengertian kala II

Kala II (kala pengeluaran) adalah dimulai dari sejak

pembukaan lengkap 10 cm sampai dengan lahirnya bayi.

35
2. Gejala dan tanda kala II

Ada beberapa tanda dan gejala kala II persalinan :

1. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi.

2. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum

dan/atau vaginanya.

3. Perineum terlihat menonjol

4. Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.

5. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah

Diagnosis kala II persalinan dapat ditegakkan atas dasar hasil

pemeriksaan dalam yang menunjukkan.

1. Pembukaan serviks telah lengkap atau

2. Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina

3. Persiapan penolong persalinan dan penyiapan alat-alat pada

kala II

Selalu menerapkan upaya pencegahan infeksi seperti yan di

anjurkan, termasuk diantaranya cuci tangan, memakai sarung

tangan dan perlengkapan pelindung pribadi.

Sarung tangan

Sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril harus dipakai

dalam melakukan setiap pemeriksaan dalam, membantu kelahiran

bayi, melakukan episiotomi, menjahit laserasi dan memberikan

35
asuhan bagi bayi baru lahir. Sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi

atau steril harus menjadi dari perlengkapan pertolongan persalinan

(partus set) dan prosedur penjahitan (suturing set). Sarung tangan

harus diganti apabila terkontaminasi atau berlubang.

Perlengkapan pelindung pribadi

Mengenakan celemek yang bersih dan penutup kepala atau ikat

rambut pada saat menolong persalinan. Jika memungkinkan, pakai

masker dan kacamata yang bersih. Kenakan semua perlengkapan

pelindung pribadi selama membantu kelahiran bayi atau plasenta

dan pada saat melaksanakan penjahitan laserasi atau luka

episiotomi.

Persiapan tempat persalinan, peralatan dan bahan

Penolong persalinan harus menilai ruangan di mana proses

persalinan akan berlangsung. Ruangan tersebut harus memiliki

sistem pencahayaan / penerangan yang cukup, baik melalui

jendela, lampu di langit-langit kamar, maupun sumber cahaya

lainnya. Ibu dapat menjalani persalinan di tempat tidur dengan kain

tebal yang bersih atau kasur di lantai dengan kain pelapis yang

bersih. Ruangan harus hangat dan terhalang dari tiupan angi

secara langsung. Harus tersedia maja atau permukaan yang bersih

dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan

selama persalinan.

35
Pastikan bahwa semua peralatan dan bahan-bahan tersedia

dan berfungsi dengan baik; termasuk partus set, perlengkapan

menjahit dan resusitasi bayi baru lahir. Semua peralatan dan

bahan-bahan dalam set tersebut harus dalam keadaan desinfeksi

tingkat tinggi atau steril.

4. Pelaksanaan fisiologi pada kala II

Penatalaksanaan fisiologi kala dua persalinan didasarkan pada

prinsip bahwa kala dua persalinan merupakan peristiwa normal

yang akan di akhiri dengan kelahiran normal tanpa adanya

intervensi. Penolong persalinan berpatokan pada tanda-tanda

bahwa ibu sudah dalam kala dua persalinan. Untuk itu, penolong

menerus, mebesarkan hati ibu, dan saranpersalinan akan

membimbing, memberikan dukungan terus--saran. Saat

pembukaan sudah lengkap, anjurkan ibu untuk meneran sesuai

dengan dorongan alamiahnya, dan istirahat di antara kontraksi.

Jika diinginkan, ibu dapat mengubah posisinya. Posisi berdiri atau

jongkok, dapat mempersingkat kala dua persalinan. Biarkan ibu

mengeluarkan suara selama persalinan dan proses kelahiran

berlangsung.

Sebagian besar penolong akan memimpin persalinan dengan

menginstruksikan untuk menarik napas panjang dan meneran,

segera setelah pembukaan lengkap. Biasanya ibu dibimbing untuk

35
meneran tanpa berhenti selama 10 detik atau lebih, tiga sampai

empat kali perkontraksi. Meneran dengan cara ini di kenal sebagai

meneran dengan tenggorokan terkatup atau manuver Valsava. Hal

ini ternyata dapat mengurangi pasokan oksigen ke janin. Pada

banyak penelitian, meneran dengan cara tersebut di atas,

berhubungan dengan kejadian menurunnya denyut jantung janin

dan rendahnya nilai apgar. Karena cara ini berkaitan dengan

buruknya keluaran janin, maka cara ini sebaiknya tidak digunakan.

Dalam penatalaksanaan fisiologis kala dua persalinan, ibulah

yang mengendalikan dan mengatur saat meneran dan bukan

penolong persalinan. Berikan asuhan sayang ibu dengan

memberikan semangat pada saat ia meneran dan berikan

bimbingan jika ibu tidak meneran secara efektif. Ingat bahwa

kontraksi uterus yang mendorong bayi keluar dari jalan lahir dan

meneran hanya merupakan upaya bantuan terhadap kontraksi

uterus untuk melahirkan bayi.

5. Menolong kelahiran bayi pada kala II

Posisi ibu saat melahirkan

Perbolehkan ibu untuk mencari posisi apapun yang nyaman

baginya, tapi ibu tidak boleh melahirkan bayi pada posisi berbaring

terlentang (supine position).

35
Pencegahan laserasi

Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat

bayi dilahirkan, terutama saat kelahiran kepala dan bahu. Kejadian

laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan tidak

terkendali. Jalin kerjasama dengan ibu selama persalinan dan

gunakan manuver tangan yang tepat untuk mengendalikan

kelahiran bayi serta membantu mencegah terjadinya laserasi.

Kerjasama ini diperlukan terutama saat kepala bayi dengan

diameter 5-6 cm tengah membuka vulva (crowning).

Melahirkan kepala

Saat kepala bayi mendorong atau membuka vulva sekitar 5-6

cm, letakkan kain atau handuk bersih di atas perut ibu untuk

mengeringkan bayi segera setelah bayi lahir. Letakkan kain bersih

dan kering lalu lipat 1/3 bagian dan leyakkan di bokong ibu.

Lindungi perineum dengan satu tangan dan letakkan ibu jari dan 4

jari tangan tersebut di lipat paha pada kedua sisi perineum.

Letakkan tangan yang lain pada kepala bayi. Berikan tekanan yang

lembut dan tidak keras pada kepala bayi dengan menggunakan

tangan lainnya dan biarkan kepala bayi keluar secara bertahap

bawah tangan tersebut.

Perhatikan perineum pada saat kepala keluar dan dilahirkan.

Usap muka bayi dengan kain atau kasa bersih atau desinfeksi

35
tingkat tinggi untuk membersihkan mulut dan hidung bayi dari lendir

dan darah.

Periksa tali pusat pada leher

Setelah kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti meneran dan

bernafas cepat. Raba leher bayi apakah ada lilitan tali pusat. Jika

tali pusat longgar di leher bayi, lepaskan melewati kepala bayi. Jika

tali pusat melilit leher bayi dengan erat, klem di kedua tempat dan

potog tali pusat di antara dua klem tersebut.

Melahirkan bahu

1. Setelah menyeka mulut dan hidung bayi hingga bersih dan

memeriksa tali pusat, tunggu hingga terjadi kontraksi berikutnya

dan awasi rotasi spontan kepala bayi.

2. Setelah rotasi eksternal, letakkan satu tangan pada masing-

masing sisi kepala bayi dan beritahukan pada ibu untuk

meneran pada kontraksi selanjutnya.

3. Lakukan tarikan perlahan ke arah bawah dan luar secara

lembut (ke arah tulang punggung ibu) hingga bahu anterior

tampak di bawah arkus pubis

4. Angkat kepala bayi ke arah atas dan luar (mengarah ke langit-

langit) untuk melahirkan bahu posterior.

Melahirkan sisa tubuh bayi

35
a. Saat bahu posterior lahir, selipkan tangan pada bagian

bawah (posterior) kapala bayi ke arah perineum dan biarkan

bahu dan bagian tangan bayi lahir ke tangan ini

b. Gunakan jari-jari tangan yang sama untuk mengendalikan

kelahiran siku dan tangan pada sisi posterior bayi saat

melewati perineum

c. Gunakan tangan yang berada di belakang (posterior) untuk

menahan tubuh bayi saat lahir

d. Gunakan tangan bagian depan (anterior) untuk melahirkan

bayi anterior dan untuk mengendalikan kelahiran siku dan

tangan anterior bayi

e. Setelah kelahiran tubuh dan lengan, sisipkan tangan bagian

depan (anterior) di punggung bayi ke arah bokong dan kaki

bayi untuk menahan laju kelahiran bayi saat kaki lahir

f. Sisipkan jari telunjuk dari tangan yang sama diantara kaki

bayi, pegang dengan mantap bagian mata kaki bayi dan

baru lahirkan kakinya secara hati-hati

g. Baringan bayi di atas kain atau handuk yang terletak di atas

perut ibu sehingga kepala bayi sedikit lebih rendah dari

tubuhnya.

Mengeringkan dan merangsang bayi

35
Segera keringkan dan rangsang bayi dengan kain atau

selimut di atas perut ibu. Pastikan bahwa bagian kepala bayi

tertutup dengan baik.

Memotong tali pusat

Dengan menggunakan desinfeksi tingkat tinggi atau

steril, klem tali pusat 3 cm dari pusat bayi. Lakukan

m=pengurutan pada tali pusat dari klem ini ke arah ibu dan

kemudian pasang klem kedua pada sisi ibu 2 cm dari klem

pertama. Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut

untuk melindungi bayi. Gunakan tangan lain untuk

memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut dengan

menggunakan gunting desinfeksi tingkat tinggi atau steril.

Setelah memotong tali pusat, ganti handuk yang telah basah

dan selimuti bayi dengan selimut atau kain yang bersih dan

kering. Pastikan bahwa kepala bayi terselimutu dengan baik.

6. Pemantauan selama kala II

Lanjutkan penilaian kondisi ibu dan janin serta kemajuan

persallinan selama kala dua persalinan secara berkala.

Periksa dan catat :

a. Nadi ibu setiap 30 menit

b. Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit

c. Denyut jantung janin setiap selesai meneran

35
d. Penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan abdomen

(pemeriksaan luar) setiap 30 menit dan pemeriksaan dalam

setiap 60 menit atau kalau ada indikasi

e. Warna cairan ketuban jika selaputnya sudah pecah (jernih

atau bercampur mekonium dan darah)

f. Apakah ada presentasi majemuk (misalnya tangan) atau tali

pusat berada di samping atau di atas kepala.

g. Putaran paksi luar segera setelah kepala bayi lahir

h. Adanya kehamilan kembar yang tidak diketahui sebelumnya

(setelah bayi pertama lahir)

i. Semua pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada

catatan persalinan.

D. Konsep Dasar Kala III

1. Pengertian Kala III

Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir

dengan lahirnya plasenta.

2.Fisiologi Persalinan Kala III

Pada kala tiga persalinan otot uterus (miometrium) berkontraksi

mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi.

35
Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat

perlekatan plasenta, karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil,

sedangkan ukuran plasenta tidka berubah maka plasenta akan terlipat,

menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas,

plasenta akan turun ke bagian bahwa uterus atau ke dalam vagina.

3. Tanda-tanda Lepasnya Plasenta kala III

a. Perubahan bentuk dan tinggi uterus

b. Tali pusat memanjang

c. Semburan darah mendadak dan singkat

4. Keuntungan Keuntungan Manajemen Aktif kala III

a. Persalinan kala tiga yang lebih singkat

b. Mengurangi jumlah kehilangan darah

c. Mengurangi kejadian retensio plasenta.

5. Manajemen aktif kala III

Tujuan manajemen akti kala tiga adalah untuk menghasilkan

kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat memperpendek

waktu kala tiga persalinan dan mengurangi kehilangan dara

dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis.

Sebagian besar kesakitan dan kematian ibu di Indonesia

disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan, di mana sebagian

35
besar disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta yang

sebenarnya dapat dicegah melalui manajemen aktif kala tiga.

Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama :

a. Pemberian suntikan oksitosin

1. Segera setelah bayi lahir yang telah terbungkus kain pada ibu

diberi ASI

2. Letakkan kain bersih di atas perut ibu

3. Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang lain

4. Memberi tahukan pada ibu bahwa ia akan di suntik

5. Selambat-lambatnya dalam waktu dua menit setelah bayi lahir.

Segera suntikkan oksitosin 10 unit IM oada 1/3 bawah paha

kanan bagian luar.

b. Melakukan peregangan tali pusat terkendali

1. Berdiri di samping ibu

2. Pindahkan klem kedua yang telah dijepit sewaktu kala dua

persalinan pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva

3. Letakkan tangan yang lain pada abdomen tepat di atas tulang

pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus

dengan menahan uterus pada saat melakukan penegangan

pada tali pusat. Setelah terjadi kontraksi yang kuat, tegangkan

tali pusat, kemudian tangan pada dinding abdomen menekan

35
korpusuteri ke bawah dan atas (dorsocranial) korpus. Lakukan

secara hati-hati untuk menghindari terjadinya inversio uteri

4. Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga ada kontraksi yang

kuat (sekitar dua atau tiga menit)

5. Pada saat kontraksi mulai tegangkan kembali tali pusat ke arah

bawah bersamaan dengan itu, lakukan penekanan korpus uteri

ke arah bawah dan kranial hingga plasenta terlepas dari tempat

implantasinya

6. Jika plasenta tidak turun setelah 30-40 detik dimulainya

penegangan tali pusat dan tidak ada tanda-tanda yang

menunjukkan lepasnya plasenta, jangan teruskan penegangan

tali pusat.

a) Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu

sampai kontraksi berikutnya. Jika perlu, pindahkan klem

lebih dekat ke perineum pada saat tali pusat memanjang.

Pertahankan kesabaran pada saat melahirkan plasenta.

b) Pada saat kontraksi berikutnya terjadi, ulangi

penegangan tali pusat terkendali dan lakukan tekanan

berlawanan arah pada uterus secara serentak. Ikuti

langkah-langkah tersebut pada setiap kontraksi hingga

terasa plasenta terlepas dari dinding uterus.

35
7. Setelah plasenta terlepas, anjurkan ibu untuk meneran

sehingga plasenta akan terdorong ke introitus vagina. Tetap

tegangkan tali pusat ke arah bawah mengikuti arah jalan lahir.

8. Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, teruskan

kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan.

Selaput ketuban mudah robek; pegang plasenta dengan kedua

tangan rata dan dengan lembut putar plasenta hingga selaput

terpilin.

9. Lakukan penarikan secara lembut dan perlahan-lahan untuk

melahirkan selaput ketuban

10. Jika terjadi selaput robekan pada selaput ketuban saat

melahirkan plasenta, dengan hati-hati periksa vagina dan

serviks dengan seksama. Gunakan jari-jari tangan anda atau

klem atau cunam desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk

keluarkan selaput ketuban yang dapat dicapai oleh jari-jari

tangan tersebut.

c. Rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri ( masase)

1. Letakkan telapak tangan pada fundus uteri

2. Jelaskan tindakan ini kepada ibu, katakan bahwa ibu mingkin

merasa kurang nyaman. Anjurkan ibu untuk menarik napas

dalam, perlahan dan berlaku tenang

35
3. Dengan lembut tapi mantap, gerakkan tangan secara memutar

pada fundus uteri sehingga uterus berkontraksi. Jika uterus

tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik, lakukan

penatalaksanaan atonia uteri.

4. Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya

lengkap dan utuh :

a. Periksa sisi maternal plasenta untuk memastikan bahwa

semuanya lengkap dan utuh

b. Pasangkan bagian-bagian plasenta yang robek atau

terpisah untuk memastikan tidak ada bagian yang hilang

c. Periksa plasenta bagian fetal (yang menghadap ke janin)

untuk memastikan tidak ada kemunkinan loba ekstra.

d. Evaluasi selaput untuk memastikan kelengkapannya

5. Periksa uterus setelah satu hingga dua menit untuk memastikan

bahwa uterus berkontraksi dengan baik. Jika uterus masih

belum berkontraksi, ulangi rangsangan taktil fundus uteri.

Ajarkan ibu dan keluarganya cara melakukan rangsangan taktil

uterus sehingga segera dapat diketahui jika uterus tidak

berkontraksi dengan baik.

6. Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam

pertama pascapersalinan dan selama setiap 30 menit selama

satu jam kedua pascapersalinan.

35
E. Konsep dasar kala IV

1. Pengertian kala IV

Kala IV adalah mulai dari lahirnya plasenta dan lamanya 1 jam. Dalam

kala itu diamati, apakah tidak terjadi perdarahan postpartum ( Sarwono,

hal 181)

2. Keuntungan-keuntungan kala IV

a. Mengurangi jumlah perdarahan

b. Persalinan Kala IV yang lebih singkat

3. Asuhan dan pemantauan kala IV

Setelah lahirnya plasenta :

a. Lakukan rangsangan taktil uterus untuk merangsang uterus

berkontraksi

b. Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tagan anda secara

melintang antara pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus

sejajar dengan pusat atau lebih bawah.

c. Perkirakan kehilangan darah ssecara keseluruhan

d. Periksa perineum dari perdarahan aktif

e. Evauasi kondisi ibu secara umum

f. Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala empat di

halaman belakang partograf segera setelah asuhan diberikan atau

setelah penilaian dilakukan.

F. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan

35
1. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan

Manajemen asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah

yang di gunakan sebagai metode untuk mengorganisasi pikiran dan

tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan

dalam rangkaian tahapan logis untuk penngambilan keputusan yang

berfokus pada klien ( Simatupang E, ).

2. Langkah-langkah manajemen kebidanan

Langkah-langkah manajemen kebidanan menurut varney ( 1997 ),

yaitu sebagai berikut :

Langkah I : Pengumpulan Data

Langkah ini dilakukan dengan melakukan pengkajian

melalui proses pengumpulan data yang di perlukan untuk

mengevaluasi keadaan pasien secara lengkap seperti

riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan

kebutuhan peninjauan catatan terbaru atau catatan

sebelumnya dan membandingkan dengan hasil studi.

Semua data di kumpulkan dari semua sumber yang

berhubungan dengan kondisi pasien.

Langkah II : Merumuskan Diangosa / Masalah Aktual

Langkah ini di lakukan dengan mengidentifikasikan data

secara benar terhadap diagnosa yang spesifik dapat di

temukan bardasarkan intervensi yang benar terhadap

35
data dasar. Selain itu, sudah terfikirkan perencanaan

yang di butuhkan terhadap masalah.

Langkah III : Merumuskan Diagnosa / Masalah Potensial

Langkah ini di lakukan dengan mengidentifikasi masalah

atau diagnosa potensial yang lain bedasarkan beberapa

masalah dan diagnosa yang sudah di identifikasi.

Langkah ini membutuhkn antisipasi yang cukup dan

apabila memungkinkan di lakukan proses pencegahan

atau dalam kondisi tertenru pasien mmbutuhkan tindakan

segera.

Langkah IV : Identifikasi Perlunya Tindakan Segera Dan

Kolaborasi

Tahap ini di lakukan oleh bidan dengan melakukan

identifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah

diagnosa dan masalah ditegakkan. Kegiatan bidan pada

tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi dan melakukan

rujukan.

Langkah V : Rencana Tindakan Manajemen Kebidanan

Pengembangan suatu rencana tindakan yang

komprehensif di tentukan berdasarkan langkah

sebelumnya, suatu rencana tindakan yang komprehensip

tidak hanya termasuk indikasi apa yang timbul

35
berdasarkan tindakan kondisi tersebut, tetapi juga

bimbingan yang di berikan lebih dahulu kepada ibu

terhadap apa yang di harapkan pasien. Selanjutnya agar

efektif suatu rencana seharusnya di setujui bersama oleh

bidan dan pasien. Sebab-sebab pada akhirnya pasienlah

yang akan atau tidak akan mengimplementasikan

rencana tersesut.

Langkah VI : Implementasi

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua

rencana sebelumnya, baik terhadap masalah pasien

ataupun diagnosis yang di tegakkan. Pelaksanaan ini di

lakukan oleh bidan secara mandiri maupun berkolaborasi

dengan tim kesehatan lainnya.

Langkah VII : Evaluasi

Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan,

yakni dengan melakukan evaluasi dari perencanaan atau

pelaksanaan yang di lakukan oleh bidan. Evaluasi dari

sebagian proses yang di lakukan secara terus-menerus

untuk meningkatkan pelayanan secara komprehensip

35
dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau

kebutuhan klien ( Wildon M.dkk 2008, hal 36-39 ).

3. Pendokumentasian Manajemen Kebidanan

Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian yang

dapat mengomunikasikan kepada orang lain mengenai asuhan yang

telah dilakukan dan yang akan di lakukan pada seorang klien yang di

dalamnya tersirat yang sistematis seorang bidan dalam menghadapi

seorang klien sesuai langkah-langkah dalam proses manajemen

kebidanan.

Menurut Helen varney alur berfikir bidan saat menghadapi klien

meliputi 7 langkah. Untuk mengetahui apa yang telah di lakukan oleh

seorang bidan melalui proses berfikir sistematis di dokumentasikan

dalam bentuk SOAP, yaitu :

Subjektif ( S )

Menggambarkan pendokumentasian hasil asuhan pengumpulan data

klien melalui anamneses sebagai langkah 1 varney.

Objektif ( O )

35
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,

hasil laboratorium dan uji diagnostik lain yang di rumuskan dalam data

fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1 varney.

Assesment ( A )

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan intervensi data

subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi :

a. Diagnosa / masalah

b. Antisipasi diagnosa / masalah potensial,

c. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi /

kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2, 3, 4 varney.

Planning ( P )

Menggambarkan pendokumentasian dan perencanaan. Tindakan

implementasi ( I ) dan evaluasi ( E ) perencanaan berdasarkan

assesment sebagai lanngkah V, VI, dan VII ( Simatupang,E,J, 2008,

hal 128 )

Tabel 1. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

Alur pikir Bidan pencatatan dari

Asuhan Kebidanan

35
Proses Manajemen Kebidanan pendokumentasian

Asuhan Kebidanan

7 langkah varney 5 langkah

(Kompetensi

Bidan)

Data data
BAB III
Diagnosa / masalah SOAP NOTES

Antisipasi masalah Subjektif

potensial/diagnosa lain Assesment / Objektif

Menetapkan kebutuhan Diagnosa Pengkajian / Diagnosa

segera untuk konsultasi, Rencana :

kolaborasi a. Konsul

Perencanaan Perencanaan b. Tes diagnosa

Implementasi Implimentasi c. Rujukan

Evaluasi Evaluasi d. Konseling

e. Follow Up
STUDI KASUS

MANAJEMEN KEBIDANAN PADA NY’’A’’ DENGAN INPARTU

KALA I,II, IIIDAN IVPERSALINAN NORMAL

DI RUMAH BERSALIN BAKTI KENCANA

TANGGAL 27MEI 2010

35
No. Register :

Tanggal Masuk :27-05-2010 Jam 12.30 WITA

Tanggal Partus : 27-05-2010 Jam 20.30 WITA

Tanggal Pengkajian : 27-05-2009 Jam 12.30 – 20.35 WITA

Langkah I. Identifikasi Data Dasar

A. Identitas Istri / Suami

Nama : Ny. “A” / Tn. “F”

Umur : 33 tahun / 35 tahun

Agama : Protestan / Protestan

Pendidikan : SMA / SMP

Pekerjaan : IRT / TANI

Alamat : Sangalla / turunan

Nikah / Lamanya:  1 tahun

B. Tinjauan Kartu ANC

1. Gravid I Para 0 Abortus 0

2. Hari pertama haid terakhir : 22-08-2010

3. Ibu mendapat Tetanus Toksoit sebanyak 2x:

a. TT1 : Tanggal 03-11-2009 di RB Bakti Kencana Makale

35
b. TT2 : Tanggal 03-02-2010di RB Bakti Kencana Makale

4. Ibu memeriksakan kehamilannya sebanyak 4x

5. Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit seperti tumor, infeksi

alat reproduksi, bedah cesar, tidak ada riwayat alergi, ketergantungan

obat dan alkohol.

6. Ibu mengatakan tidak pernah mengalami nyeri perut yang hebat

selama hamil.

C. Riwayat Persalinan Sekarang

1. Ibu mengeluh rasa mules dan nyeri perut tembus belakang sejak

tanggal 27 Mei 2010jam 08.30 WITA.

2. Pengeluaran lendir dan darah melalui vagina pada pukul 08.30 WITA

serta sakit bertambah.

3. Ibu merasakan pergerakan janinnya kuat terutama pada perut sebelah

kiri.

4. Sifat mules dan nyeri hilang timbul sehingga mengganggu aktifitas ibu.

D. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu

Tidak ada karena baru anak pertama.

E. Riwayat Reproduksi

1. Riwayat haid

a. Menarche pada usia 15 tahun

35
b. Lamanya 5 – 7 hari

c. Siklus haid teratur 28 – 30 hari

d. Tidak ada dismenoroe

2. Riwayat Keluarga Berencana

Ibu belum pernah menjadi akseptor sebelumnya

3. Riwayat Ginekologi

Ibu tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alat

reproduksi.

E. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum ibu baik

2. Kesadaran komposmentis

3. Tanda-tanda vital:

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/mnt

Suhu : 36,5C

Pernapasan : 24 x/mnt

4. Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi

a. Kepala

Inspeksi : Kulit kepala tampak bersih, rambut tidak mudah tercabut

b. Wajah

35
Inspeksi : - Tidak ada oedema

- Ekspresi wajah tampak meringis menahan sakit

c. Mata

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah muda, sklera

tidak ikterus.

d. Hidung

Inspeksi : Tidak ada secret dan polip

e. Telinga

Inspeksi : Tidak ada serumen

f. Mulut dan gigi

Inspeksi : Mukosa bibir lembab, tidak ada sariawan, tidak ada

caries

g. Leher

Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada

pelebaran vena jugularis

h. Payudara

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, puting susu terbentuk,

hiperpigmentasi aerola mammae, colostrum ada saat

dipencet

35
Langkah II: Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual

Diagnosa : GI P0 A0, Gestasi 39 minggu6 hari, situs memanjang, puka,

presentase kepala BDP, tunggal, hidup, intra uterin, keadaan ibu

dan janin baik, inpartu kala I fase aktif.

1. DS : Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama

DO : - Tonus otot perut tampak tegang

- Tampak striae livide dan linea alba

Analisa dan Interpretasi Data

- Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama dan tidak pernah

keguguran serta tonus otot perut kencang karena sudah pernah

mengalami kehamilan sebelumnya.

- Ada striae livide yagn timbul akibat hiperfungsi glandula suprarenalis

dan tingginya MSH oleh pengaruh hormone estrogen dan progesterone

(Sarwono, Ilmu Kebidanan, hal. 97-98).

2. Masa gestasi 39 minggu 6 hari

DS : - Ibu mengatakan umur kehamilan cukup bulan (9 bulan)

- HPHT 22-08-2009

DO : - Tafsiran persalinan 29-05-2010

- Tanggal partus 27-05-2010

35
- Jarak fundus dan simpisis : 2 jbpx

- Leopold 1 TFU 2 jbpx

Analisa dan Interpretasi Data

- Dari HPHT tanggal 22 Agustus 2009 sampai tanggal pengkajian 27 mei

2010 maka gestasi 39 minggu 6 hari.

Langkah III. Merumuskan Diagnosa/ Masalah Potensial

Potensial terjadi kelelahan

DS : Ibu mengeluh sakit perut tembus belakang disertai pengeluaran lendir

dan darah

DO : Ibu tampak meringis saat ada his, kontraksi uterus 3x 10 menit durasi

40 – 45 detik.

Analisa dan Interpretasi Data

Kontraksi uterus yang kuat dapat menyebabkan kelelahan pada ibu sehingga

jika tidak diimbangi intake yang kuat akan berpengaruh pada proses

persalinan yaitu tenaga ibu berkurang akibat kelelahan.

Langkah IV: Tindakan Segera/Kolaborasi

Tidak ada data yang menunjang

35
Langkah V: Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan

GI P0 A0, masa gestasi 39 minggu 6 hari, puka, presentase kepala, BDP,

tunggal hidup, intra uteri, keadaan ibu dan janin baik, inpartu kala I fase aktif.

Masalah : Nyeri karena kontraksi

Tujuan :

1. Kala I berlangsung normal

2. Kondisi ibu dan janin baik

3. Ibu dapat beradaptasi dengan nyeri

Langkah VI: Tindakan Asuhan Kebidanan

Diagnosa : GI P0 A0 masa gestasi 39 minggu 6 hari, puka, presentase

kepala, BDP, tunggal, hidup, intra uteri, keadaan ibu dan janin

baik, inpartu kala I fase laten.

Implementasi tanggal 27Mei 2010

1. Menganjurkan ibu untuk bAK

2. Melakukan pemeriksaan dalam tiap 4 jam atau kurang dair 4 jam bila ada

indikasi

VT tanggal 27 Mei 2010

Hasil : 1. VT tanggal 27-05-2010jam 12:30WITA

a. Keadaaan vulva/vagina : tidak ada kelainan

b. Portio :lunak tebal

c. Pembukaan : 2-3 cm

35
d. Ketuban : masih utuh

e. Presentase :kepala

f. Moulase :tidak ada

g. Penumbungan : tidak ada

h. Penurunan :H I

i. Kesan panggul : tidak ada kelainan

j. Pelepasan :lendir dan darah

Hasil : 2. VT tanggal 27-05-2010 jam 16.30WITA

a. Keadaan vulva/vagina : tidak ada kelainan

b. Porsio :lunak tipis

c. Pembukaan :5-6 cm

d. Ketuban :masih utuh

e. Presentase :kepala

f. Moulase :tidak ada

g. Penumbungan :tidak ada

h. Penurunan :H II

i. Kesan panggul :tidak ada kelainan

j. Pelepasan :lendir dan darah

Hasil : 3. VT tanggal 27-05-2010 jam 20.00 WITA

a. Keadaan vulva/vagina :tidak ada kelainan

b. Portio :melesap

c. Pembukaan :10 cm

35
d. Ketuban :(-)

e. Presentase :kepala

f. Penurunan :H 4

g. Kesan panggul :normal

h. Moulage :tidak ada

i. Penumbungan :tidak ada

j. Pelepasan :lendir dan darah

Langkah VII. Evaluasi Tindakan Asuhan Kebidanan

Tanggal 27 Mei 2010

1. Ibu dapat beradaptasi dengan nyeri dan sudah tidak gelisah

2. Tanda-tanda Vital dalam batas normal

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 84 x/mnt

Pernapasan : 20 x/mnt

Suhu : 36,7C

3. Ibu merasa tenang dan tidak merasa sakit bila bokong bagian samping

ditekan

4. Ibu merasa lebih segar setelah minum

5. Ibu berkemih secara spontan

6. Alat-alat dalam keadaan siap pakai

7. Ibu dan keluarga mau bekerjasa sama dengan petugas. Kala I

berlangsung normal

35
8. Ibu mengatakan nyeri bertambah kuat dan timbul lebih sering.

KALA III

Langkah I. Identifikasi Data Dasar

DS : - Ibu mengatakan nyeri perut

- Ibu merasa senang dengan kelahiran bayinya

DO : - Bayi lahir spontan tanggal 27 Mei 2010 jam 20.30 WITA dengan jenis

kelamin perempuan, Berat Badan 3600 gr, Panjang Badan: 50 cm,

A/S: 8/10

- Kontraksi uterus teraba keras dan bulat

- Perdarahan  100 cc

- Kala II berlangsung  30 menit dengan tidak ada penyulit

- Plasenta belum terlepas

Langkah II. Merumuskan Masalah / Diagnosa Aktual

Diagnosa: Perlangsungan kala II

DS : - Ibu mengatakan nyeri perut

- Ibu merasa senang dengan kelahiran bayinya

DO : - Bayi lahir spontan tanggal 27 Mei 2010 jam 20.30 WITA dengan jenis

kelamin perempuan, Berat Badan: 3600 gr, Panjang Badan 50 cm,

A/S: 8/10

- Kontraksi uterus teraba keras dan bulat

- Perdarahan  100 cc

- Kala II berlangsung  30 menit dengan tidak ada penyulit

35
- Plasenta belum terlepas

Analisa dan Interpretasi Data

Pada waktu kala III volume uterus sudah berkurang dengan teraba 1 jari

bawah pusat. Pada saat uterus berkontraksi memperkecil permukaan

cavum uteri sehingga akan terasa sakit dan teraba keras dan bulat.

Langkah III. Merumuskan Diagnosa/Masalah Potensial

Antisipasi terjadinya retensio plasenta

DS : -

DO : - Kontraksi uterus teraba kerasdan bulat

- TFU setinggi pusat

- Plasenta sudah terlepas

Analisa dan Interpretasi Data

Plasenta lahir 10 menit setelah janin lahir, hal ini disebabkan cavum

plasenta yang lepas dari dinding uterus karena kontraksi uterus yang kuat.

Langkah IV. Tindakan Segera /Kolaborasi

Tidak ada data yang mendukung

Langkah V. Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan

Diagnosa : Berlangsungnya kala III

Tujuan : Kala II berlangsung normal, perdarahan tidak lebih 200 cc, tidak

terjadi retensio plasenta

35
Kriteria : Lamanya kala III  10 menit, plasenta dan selaput kotiledon lahir

lengkap

Intervensi tanggal 27 Mei 2010

31. Periksa fundus uteri

Rasional :Untuk memastikan kehamilan tunggal atau ganda

32. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oxytocin 10 unit

Rasional :Agar ibu tahu dan tidak kaget saat disuntik

33. Suntik oxy 10 unit secara intramuskuler

Rasional :Suntikan oxytocin akan membantu kontraksi uterus

34. Pindahkan klem pada tali pusat 5 – 6 cm dari vulva

Rasional :Dapat memudahkan proses dalam proses PTT

35. Regangkan tali pusat dan uterus berkontraksi, tangan kiri menekan uterus

dan mendorong secara dorsal cranial

Rasional :Akan memudahkan plasenta terlepas dari tempat implantasinya

36. Lahirkan plasenta dengan menarik ke atas dan ke bawah

Rasional :Dengan menarik ke atas dan ke bawah akan memudahkan

plasenta lahir sesuai kurva vagina hingga tampak pada vagina

37. Jemput plasenta dan memutar searah jarum jam

Rasional :Untuk mencegah robekan dari selaput ketuban dan

tertinggalnya selaput ketuban yang dapat menyebabkan

perdarahan yang hebat

35
38. Lakukan masase uterus

Rasional :Masase dapat merangsang kontraksi uterus

39. Periksa apakah plasenta dan selaput ketuban sudah lengkap

Rasional :Adanya sisa plasenta dan selaput ketuban yang tertinggal

menyebabkan perdarahan

40. Masukkan plasenta ke dalam kantong plastik

Rasional :Dapat mencegah infeksi silang

35
PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KALA I

(SOAP)

Data Subjektif (S)

1. Hari pertama haid terakhir tanggal 22 Agustus 2009, Tafsiran persalinan

tanggal 29 Mei 2010

2. Ibu mengatakan tidak pernah merasakan nyeri perut yang hebat selama

hamil

3. Ibu mengatakan merasakan pergerakan janinnya sejak umur kehamilan 4

bulan

4. Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang kronis

5. Ibu mengatakan adanya lendir dan darah keluar dari vagina

6. Ibu tidak ada alergi makanan dan obat-obatan

Data Objektif (O)

1. Tanda-tanda vital :

Tekanan Darah : 120/80 MmHg

Nadi : 80 x/mnt

Pernapasan : 24 x/mnt

Suhu : 36,5C

35
2. Palpasi:

Leopold I : TFU 2 jbpx (36 cm)

Leopold II : pu-ka

Leopold III : kepala

Leopold IV : BDP, 3/5

3. Auskultasi DJJ (+) 120 x/mnt

Assesment (A)

GI P0 A0, masa gestasi 39 minggu 6 hari, pu-ka, presentase kepala, BDP

tunggal, intra uterin, keadaan ibu dan janin baik, inpartu kala I fase aktif.

Planning (P)

1. Mengobservasi tanda-tanda vital, DJJ, his, kemajuan persalinan

Hasil : Tanggal 27 Mei 2010Jam 19.50 WITA

a. Tanda-tanda Vital :

Tekanan Darah : 120/80 MmHg

Nadi : 84 x/mnt

Pernapasan : 20 x/mnt

Suhu : 36,7C

b. Denyut Jantung Janin : 120 x/mnt

c. His 3x/10 menit durasi 45 – 50 detik

35
d. Pemeriksaan dalam,Hasil :

1. Keadaan vulva dan vagina : tidak ada kelainan

2. Portio : melesap

3. Ketuban : (+)

4. Presentase : kepala

5. Pembukaan : 9 cm

6. Penurunan : H IV

7. Kesan panggul : normal

8. Moulage : tidak ada

9. Penumbungan : tidak ada

10. Pelepasan : lendir dan darah

2. Menganjurkan ibu untuk BAK

Hasil : Kandung kemih kosong dan ibu merasa lebih enak dan nyeri

bertambah

3. Menganjurkan ibu nafas panjang bila ada kontraksi

Hasil : Ibu berusaha melakukannya saat ada his

4. Menganjurkan keluarga memberi makan dan minum saat tidak ada his

Hasil : Ibu diberi makan dan minum oleh keluarga saat his kurang dan ibu

mau serta ibu merasa lebih segar dan lebih kuat.

35
PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KALA II

(SOAP)

Data Subjektif (S)

1. Ibu mengatakan ada dorongan yang kuat untuk meneran

2. Ibu mengatakan ada tekanan pada anus dan ingin BAB

3. Ibu mengatakan sakitnya makin bertambah dan lebih sering

Data Subjektif (O)

1. His 4x 10 menit durasi 45 – 50 detik

2. Perineum menonjol, vulva terbuka, anus terbuka

3. Pembukaan 10 cm

4. Denyut Jantung Janin 120 x/mnt

5. Ketuban (-)

Assesment (A)

Inpatu kala II, keadaan ibu dan janin baik

Plannig (P)

1. Lihat tanda dan gejala kala II

2. Siap diri dan peralatan

3. Pakai celemek

35
4. Pastikan lengan/tangan tidak memakai perhiasan, lalu cuci tangan

dengan sabun di bawah air mengalir

5. Pakai sarung tangan DTT

6. Isi spoit dengan oxytoxin 10 unit

7. Bersihkan vulva sampai perineum

8. Lakukan periksa dalam tiap 4 jam

9. Ganti sarung tangan dan celup dalam larutan clorin 0,5%

10. Periksa DJJ jika kontraksi uterus selesai

11. Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik

12. Meminta bantuan keluarga untuk membantu ibu menyiapkan posisi

meneran ibu

13. Pimpin ibu untuk meneran bila memiliki dorongan yang kuat

14. Pasang handuk bersih di atas perut ibu pada saat kepala janin terbuka

15. Ambil kain steril dan lipat 1/3 bagian dan letakkan di bawah bokong ibu

16. Buka partus set

17. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

18. Pimpin persalinan, sokong perineum, dan menahan puncak kepala

19. Bersihkan mulut, hidung dan muka dengan gaas steril

20. Periksa adanya lilitan tali pusat

21. Tunggu kepala melakukan putaran paksi luar

22. Lahirkan bahu depan dan belakang

23. Lahirkan badan bayi dengan menyangga

35
24. Lahirkan badan bayi dengan sangga susur/telusuri punggung, bokong

dan tungkai

25. Letakkan dan nilai bayi di atas perut ibu

26. Keringkan dan bungkus badan bayi

27. Jepit tali pusat

28. Potong tali pusat

29. Ganti kain bayi yang basah dengan kain yang kering dan hangat

30. Segera susukan bayi pada ibunya

35
PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KALA III

(SOAP)

Data Subjektif (S)

1. Ibu mengatakan nyeri perut

2. Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya

Data Objektif (O)

1. Bayi lahir spontan tanggal 27 Mei 2010 jam 20.30 WITA, jenis kelamin

perempuan, Berat badan 3600 gr, Panjang badan 50 cm, A/S: 8/10.

2. Tinggi Fundus Uteri setinggi pusat

3. Perdarahan  100cc

Assesment (A)

Inpartu kala III, keadaan ibu dan bayi baik

Planning (P)

31. Periksa fundus uteri

32. Beritahu ibu akan disuntik oxytocin 10 unit

33. Menyuntik oxytocin 10 unit

34. Pindahkan klem tali pusat 5 – 6 cm ke arah vulva

35
35. Regangkan tali pusat saat uterus berkontraksi, tangan kiri mendorong ke

arah dorsal kranial

36. Lahirkan plasenta dengan menarik ke bawah dan ke atas

37. Putar plasenta searah jarum jam

38. Lakukan masase uterus

39. Periksa apakah selaput ketuban sudah lengkap

35
PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KALA IV

(SOAP)

Data subjektif (S)

1. Ibu merasa nyeri perut bagian bawah

2. Ibu merasa lemas dan lelah

Data objektif (O)

1. Plasenta lahir lengkap jam 20.45 wita

2. Kontraksi uterus baik, teraba bundar dan keras

3. Tinggi fundus uteri 1jari bawah pusat

4. Perdarahan  100 cc

5. Keadaan umum ibu baik

6. Kandung kemih kosong

7. Tanda-tanda Vital :

Tekanan Darah : 120/80 Mmhg

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36 °C

Pernapasan : 24 x/menit

35
Assesment (A)

Perlangsungan kala IV, keadaan ibu dan bayi baik

Planning (P)

Tanggal 27 mei 2010

39. Memeriksa adanya robekan jalan lahir

40. Memeriksa kembali kontraksi uterus, baik dan keras

41. Membersihkan sarung tangan dan mencelup tangan pada larutan

klorin 0,5% kemudian bilas dengan air Desinfeksi tingkat tinggi dan

mengeringkan

42. Mengikat tali pusat

43. Mengikat kembali tali pusat

44. Merawat tali pusat

45. Penanganan Bayi Baru Lahir

46. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya

47. Memantau kembali konyraksi uterus, tanda perdarahan, Tanda-tanda

vital, Kontraksi uterus baik, Tinggi fundus uteri 1jbpst, perdarahan 

100 cc

35
Tanda-tanda Vital :

Tekanan Darah : 120/80 Mmhg

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36 °C

Pernapasan : 24 x/menit

48. Mengajarkan ibu cara masase uterus

49. Mengevaluasi kehilangan darah. Perdarahan  100 cc

50. Mengobservasi Tanda-tanda vital

51. Merendam semua alat terkontaminasi

52. membuang bahan-bahan terkontaminasi

53. Membersihkan ibu dari sisa air ketuban, lendir dan darah

54. Memastikan ibu merasa nyaman dan memberitahu keluarga memberi

makan dan minum ibu

55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%

56. Melepaskan sarung tangan secara terbalik dilarutan klorin 0,5%

57. Mencuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir

58. Melengkapi partograf

35
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis membahas tentang kesenjangan antara teori dan

praktek. Pelaksanaan dan penerapan asuhan kebidanan pada Ny. “A”

kehamilan aterm dengan inpartu kala I, II, III dan IV persalinan normal di

Rumah Bersalin Bakti Kencana Makale tanggal 27 mei 2010.

Dalam penelitian asuhan kebidanan secara teoritis yang dimulai dari

pengkajian data, merumuskan diagnosa/masalah aktual dan potensial, dan

tindakan segera/kolaborasi, perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi

asuhan kebidanan yang terjadi pada kasus Ny. “A”.

A. Identifikasi Data Dasar

Pada saat identifikasi data dasar, penulis tidak menemukan

hambatan yang berat karena pada saat pengumpulan data, klien maupun

keluarga memberi informasi secara jelas dan terbuka sehingga

memudahkan penulis untuk mengumpulkan data sesuai dengan

permasalahan yang diangkat. Data yang diambil penulis terfokus pada

masalah yang dialami oleh Ny. “A”.

Dalam tnjauan pustaka dikatakan bahwa tanda dan gejala

kehamilan serotinus adalah kehamilan yang belum berakhir setelah

kehamilan melampaui 42 minggu, gerakan janin berkurang dan kadang

berhenti sama sekali serta berat badan mendatar atau besar. Pada saat

35
pengkajian Ny. “A” didapatkan data yaitu umur kehamilan 39 minggu 6

hari, pada saat palpasi tinggi fundus uteri ibu 39 cm, punggung kanan,

teraba kepala dan diverban serta pemeriksaan Hb 11,4 gr %.

B. Langkah II. Merumuskan Diagnosa / Masalah Aktual

Dalam merumuskan diagnosa atau masalah aktual menggunakan

pendekatan-pendekatan manajemen asuhan kebidanan yang didukung

oleh data subjektif dan data objektif yang diperoleh dari hasil pengkajian

yang telah dilakukan.

Penjelasan tinjauan pustaka dan manajemen kebidanan

dibandingkan dengan hasil yang telah didapatkan pada lahan praktek

secara garis besar nampak ada kesamaan catatan membuat diagnosa.

Adapun diagnosa atau masalah aktual yang didefenisikan yaitu GI

P0 A0, umur kehamilan 39 minggu 6 hari, hidup, tunggal, intra uterin,

divergen, punggung kanan, presentase kepala, keadaan ibu dan janin

baik.

C. Langkah III. Merumuskan Diagnosa / Masalah Potensial

Berdasarkan data yang diperoleh dari pengkajian tidak ada

perbedaan masalah potensial antara teori dengan yang ditemukan pada

kasus. Adapun masalah potensial terjadinya kelelahan pada ibu. Data

yang mendukung yaitu inpartu kala satu yang kontraksinya kuat dapat

35
menyebabkan kelelahan pada ibu sehingga jika tidak diimbangi intake

yang kuat berpengaruh pada proses persalinan yaitu tenaga ibu

berkurang akibat kelelahan.

D. Langkah IV. Tindakan Segera dan Kolaborasi

Pada tinjauan manajemen asuhan kebidanan tindakan yang harus

segera dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenangnya untuk

mengidentifikasikan dengan kolaborasi dengan dokter atau tenaga

kesehatan lainnya sesuai dengan keadaan klien.

Penjelasan tinjauan pustaka menunjukkan adanya persamaan

dengan studi kasus pada Ny. ”A” yang didapat di lahan praktek.

E. Langkah V. Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan

Pada manajemen kebidanan suatu rencana tindakan yang

komprehensif termasuk indikasi apa yang timbul berdasarkan kondisi

klien serta hubungan dengan masalah yang di alami klien dan juga

meliputi antisipasi dengan bimbingan terhadap klien serta konseling.

Rencana tindakan harus di setujui klien dan semua rindakan di ambil

harus berdasarkan rasional yang relevan dan diakui kebenarannya.

Pada Yn. ”A” inpartu kala I, II, III dan IV persalinan normal penulis

merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa / masalah

aktual dan masalah potensial yaitu observasi tanda-tanda vital, anjurkan

35
ibu untuk beristirahat jika his berkurang, anjurkan ibu untuk makan dan

minum, menyampaikan hasil pemeriksaan, memberi penjelasan tentang

sakit yang di timbulkan oleh his, mengevaluasi perdarahan yang terjadi,

memeriksa tinggi fundus uteri, periksa laserasi jalan lahir,

penatalaksanaan pemberian antibiotik, vitamin, etabion, fitolac.

Dari rencana asuhan kebiadanan tersebut yang telah dibuat pada

kasus ini ada kesesuaian antara teori dengan fakta yang ada.

F. Langkah VI . Implementasi Asuhan Kebidanan

Berdasarkan tinjauan manajemen kebidanan asuhan kebidanan

bahwa melakukan rencana tindakan harus efisien dan menjamin rasa

aman pada klien. Implementasi dapat dikerjakan seluruhnya oleh bidan

ataupun sebagian dilaksanakan ibu serta kerjasama dengan tim

kesehatan lainnya sesuai dengan tindakan yang telah direncanakan.

Pada studi kasus Ny. ”A” inpartu kala I, II, III dan IV persalinan

normal, semua tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan

seluruhnya dengan baik tanpa hambatan karena adanya kerjasama dan

penerimaan yang baik dari ibu serta adanya dukungan keluarga dan

petugas kesehatan di kamar bersalin di Rumah Bersalin Bakti Kencana

Makale.

35
G. Langkah VII . Evaluasi Tindakan Asuhan Kebidanan

Manajemen asuhan kebidanan evaluasi merupakan langkah akhir

dari proses manajemen asuhan kebidanan dalam mengevaluasi

pencapaian tujuan, membandingkan data yang dikumpulkan dengan

kriteria yang diidentifikasikan, memutuskan apakah tujuan telah dicapai

atau tidak dengan tindakan yang sudah diimplementasikan.

Pada tinjauan pustaka evaluasi yang berhasil dilakukan adalah

pemantauan keadaan ibu.

Berdasarkan studi kasus Ny. ”A” inpartu kala I, II, III dan IV

persalinan normal tidak di temukan hal-hal yang menyimpang dari

evaluasi tinjauan pustaka. Oleh karena itu bila dibandingkan dengan

tinjauan pustaka dan studi kasus Ny.”A” secara garis besar tidak

ditemukan kesenjangan.

35
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah mempelajari tinjauan pustaka dan pengalaman langsung dan

proaktif mulai studi kasus pada Ny. ”A” dengan inpartu kala I, II, III dan IV

persalinan normal di Rumah Bersalin Bakti Kencana Makale maka penulis

dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Inpartu kala I, II, III dan IV persalinan, perlu penanganan yang baik dan

merupakan upaya untuk menurunkan angka kematian ibu karena

dalam masa inpartu dan persalinan dapat terjadi komplikasi yang

mengakibatkan kematian pada ibu dan bayi.

2. Masa inpartu dan persalinan membutuhkan pengawasan yang efektif

seperti pengawasan:

a. Kelengkapan alat

b. Kemajuan perslainan meliputi:

1) Pembukaan

2) His dan

3) Denyut jantung janin

35
B. Saran-saran

1. Diharapkan kepada setiap ibu nifas supaya mengkonsumsi makanan

bergizi untuk memenuhi kebutuhan energi serta mempercepat proses

penyembuhan luka perineum dan memperhatikan personal hygiene

dalam rangka pencegahan infeksi.

2. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan kepada ibu utamanya

pasa masa nifas dengan ruptur perineum perlu pendekatan proses

manajemen asuhan kebidanan secara komprehensif dan menjalin

hubungan baik antara ibu dan keluarga untuk mengatasi masalah

sehingga apa yang diinginkan dapat tercapai.

35
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2004, Buku Acuan, Asuhan Persalinan Normal, Jakarta.

Depkes RI, situr web, 2007 (www.tenaga-kesehatan.or.id/publik diakses

tanggal 24 mei 2010).

Enkin M, et al. 2000. A Guide to Effective Care in Pregnancy and Childbirth,

3 rd ed. Oxford University Press: London. UK.

Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung, 1989, Obstetri

Fisiologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi.

Saifuddin, AB, 2006, Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

N eonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono, Jakarta.

Simatupang, E.J, 2006, Penerapan Unsur-unsur Manajemen Buku Ajar

Indah, Jakarta.

Wiknjosastro, H, 2005, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo, Jakarta.

35
Yustin, 2006, Angka Kematian Ibu di Indonesia (http://www.depkes.go.id

online, diakses 24 mei 2010.

35
Lampiran 1

SATUAN ACARA PENYULUHAN

( SOAP )

1. Topik : Gisi Ibu Menyusui

2. Sasaran : Klien Ny. ”A”

3. Tujuan

a. Tujuan Umum :

Pada akhir penyuluhan ibu dapat menjelaskan tentang gizi ibu

menyusui.

b. Tujuan Khusus :

1) Ibu dapat memahami tujuan makanan yang bergizi

2) Ibu dapat memahami jumlah makanan yang dibutuhkan

3) Ibu dapat memahami jenis makanan yang dibutuhkan

4) Ibu dapat memahami kegunaan makanan bergizi bagi ibu

menyusui.

4. Metode : Ceramah dan diskusi

5. Waktu : Tanggal 27 mei 2010

6. Tempat : Di kamar Bersalin di RB Bakti Kencana Makale

7. Pembimbing Lahan : Bd. ”D”

8. Referensi : a. Sediaoetama, A.D, 2000, ”Ilmu Gizi”, Dian

Rakyat, Jakarta.
GIZI IBU MENYUSUI

Pada seorang ibu menyusui konsumsi nutrisi sangat dibutuhkan untuk

pertumbuhan bayi selama masa laktasi.

Kebutuhan zat-zat gizi ditentukan oleh kenaikan berat badan dan

kecepatan mensintesa jaringan-jaringan baru.

Nutrisi yang diperlukan selama menyusui :

1. Kalori

a. Kebutuhan kalori ibu menyusui diperlukan 3000 kalori/hari.

b. Kalori diperlukan sebagai sumber energi untuk proses

metabolisme.

c. Kalori didapat dari beras, roti, umbi-umbian (singkong, ubi jalar,

talas, kentang)

2. Zat besi

a. Zat besi pada masa menyusui diperlukan 17 gram/hari

b. Zat besi yang diperlukan pada masa menyusui untuk pembentukan

sel-sel darah dan banyak terdapat pada makanan yang dikonsumsi

sehari-hari seperti : daging, hati dan sayur berwarna hijau.

c. Zat besi baik dikonsumsi diantara waktu makan bersama jus jeruk.

d. Teh, kopi, susu akan mengurangi penyerapan zat besi.

Jika zat makanan yang dikonsumsi tidak dapat mencukupi

suplay Fe, maka dapat diberikan preparat Fe seperti : Biosanbe,


hemaviton yang dapat diberi bebas, juga dapat diperoleh dipusat

pelayanan kesehatan.

Untuk mengkonsumsi preparat Fe karena baunya yang

mencolok maka hendaknya dikonsumsi diantara waktu makanan dan

minuman jus untuk menambah penyerapan dan untuk bahan makanan

hendaknya dimasak dalam panci besi.

3. Protein

Kebutuhan protein selama menyusui dibutuhkan untuk

pertumbuhan janin yang cepat, dan kenaikan sirkulasi darah yang

dapat diperoleh pada :

a. Sumber protein hewani : daging, ikan, telur, kerang, dan lain-lain.

b. Sumber protein nabati : kacang-kacangan seperti kacang merah,

kacang ijo, kacang tanah, dan lain-lain.

4. Vitamin

a. Vitamin A

1) Untuk ibu menyusui vitamin diperlukan 7000 iu/hari

2) Vitamin A diperlukan untuk gigi dan tulang serta meningkatkan

daya tahan tubuh terhadap infeksi juga diperlukan untuk

pemeliharaan jaringan mata

3) Makanan yang banyak mengandung vitamin A adalah wortel,

pepaya dan hati.


b. Vitamin C

1) Vitamin C dibutuhkan 90 mg pada masa menyusui untuk :

a) Pembentukan jaringan

b) Pembentukan sistem pembuluh darah

c) Meningkatkan penyerapan serum

2) Vitamin C banyak terdapat pada buah-buahan segar yang

berwarna kuning seperti : jeruk, tomat, melon.

5. Mineral

Didalam tubuh manusia terdiri atas 4% mineral, yang dalam

analisa bahan makanan tertinggi sebagai kadar abu. Mineral didapat

pada : air, jeruk manis, pepaya, belimbing dan semangka.


Tabel : Cakupan Gizi pada ibu menyusui

Cakupan Gizi ibu Menyusui

Kalori (kal) 800

Protein (g) 25

Ca (mg) 0,5

Fe (mg) 5

Vit A (SI) 2500

Vit B1 (mg) 0,4

Vit B2 (mg) 0,4

Vit Niacin (mg) 5

Vit C (mg) 30

Sumber : Sediaoetama, A.D, 2000,”Ilmu Gizi”, Dian Rakyat, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai