Anda di halaman 1dari 102

PROPOSAL

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PEMBERIAN TERAPI PIJAT


OKSITOSIN MENGGUNAKAN MINYAK LAVENDER UNTUK
MEMPERLANCAR PENGELUARAN ASI PADA PASIEN POST
PARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BABAKAN
TAHUN 2020

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan


Mata Kuliah Karya Tulis Ilmiah pada Pendidikan Diploma III Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Mataram
Tahun 2019/2020

Oleh :

NI MADE INDI APRIANTI BUDI


NIM.P07120117080

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN MATARAM
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh NI MADE INDI APRIANTI BUDI

NIM P07120117080 dengan judul “Asuhan Keperawatan dengan Pemberian

Pijat Oksitosin Menggunakan Minyak Lavender untuk Memperlancar

Pengeluaran ASI pada Pasien Post Partum di Wilayah Kerja Puskesmas

Babakan” telah diperiksa dan disetujui untuk di ujikan di depan tim penguji

Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram Jurusan Keperawatan Program Studi

D III Keperawatan Mataram Tahun Akademik 2019/2020.

Mataram, Februari 2020

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Lale Wisnu Andrayani, M.Kep Dewi Purnamawati, M.Kep


NIP.198003282001122002 NIP.197108071998032003

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah Oleh NI MADE INDI APRIANTI BUDI

NIM. P07120117080 dengan judul “Asuhan Keperawatan dengan Pemberian

Pijat Oksitosin Menggunakan Minyak Lavender untuk Memperlancar

Pengeluaran ASI pada Pasien Post Partum di Wilayah Kerja Puskesmas

Babakan”. Telah di pertahankan di depan dewan penguji pada tanggal :

Dewan Penguji

Penguji Ketua Penguji Anggota I Penguji Anggota II

Ni Putu Sumartini, M.Kep Lale Wisnu Andrayani, M.Kep Dewi Purnamawati, M.Kep
NIP.197905132002122001 NIP. 198003282001122002 NIP.197108071998032003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Keperawatan

Rusmini, S.Kep.,Ns.,MM
NIP. 197010161989032001

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

melimpahkan segala berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan

dengan Pemberian Pijat Oksitosin Menggunakan Minyak Lavender untuk

Memperlancar Pengeluaran ASI pada Pasien Post Partum di Wilayah Kerja

Puskesmas Babakan” ini dengan tepat waktu. Proposal ini bertujuan sebagai

bahan acuan penelitian dan pembuatan Karya Tulis Ilmiah yang merupakan syarat

untuk menyelesaikan studi pada program D III Keperawatan di Politeknik

Kesehatan Kemenkes Mataram. Penyelesaian Proposal Karya Tulis Ilmiah ini

tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu perkenankan

penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih sebesar-besarnya

kepada :

1. Bapak H. Awan Dramawan, S.Pd.,M.Kes. selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kemenkes Mataram.

2. Bapak H. Raden Hendra Taurus Sandi, S.Kep.,Ns selaku Kepala

Puskesmas Babakan atas izin yang diberikan untuk melakukan penelitian.

3. Ibu Rusmini, S.Kep.,M.Kes. selaku Ketua Jurusan Keperawatan di

Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram.

4. Bapak H. Moh Arip, S.Kp.,M.Kes. selaku Ketua Program Studi D III

Keperawatan Maaram di Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram.

iv
5. Ibu Ni Putu Sumartini, M.Kep selaku penguji yang telah memberikan

saran dan pengarahan yang bermanfaat dalam penyusunan Proposal Karya

Tulis Ilmiah ini.

6. Ibu Lale Wisnu Andrayani, M.Kep selaku pembimbing utama yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan dengan penuh rasa sabar dan

memberikan motivasi serta saran-saran yang positif dalam penyusunan

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Ibu Dewi Purnamawati, M.Kep selaku pembimbing pendamping yang

telah memberikan bimbingan dan motivasi demi kesempurnaan Proposal

Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Dosen-dosen Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

Mataram yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama penulis

menimba ilmu di Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram.

9. Kedua Orang Tua dan saudara tersayang yang selalu memberikan

dukungan dan Do’a sehingga penulis terus semangat dalam menyelesaikan

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

10. Sahabat-sahabatku yang telah banyak membantu dan mendukung dalam

dalam penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

kata sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

positif yang bersifat membangun demi kesempurnaan dari Proposal Karya

Tulis Ilmiah ini.

Mataram, Februari 2020

v
Penulis

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii

KATA PENGANTAR...........................................................................................iv

DAFTAR ISI..........................................................................................................vi

DAFTAR TABEL...............................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ix

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................5

C. Tujuan Studi Kasus....................................................................................5

D. Manfaat Studi Kasus..................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7

A. Masa Nifas (Post Partum)...........................................................................7

B. Asuhan Keperawatan Pasien Post Partum.............................................19

C. Terapi Pijat Oksitosin Menggunakan Minyak Lavender.....................36

BAB III METODE STUDI KASUS...................................................................46

A. Rancangan Studi Kasus............................................................................46

B. Subyek Studi Kasus..................................................................................46

C. Fokus Studi Kasus.....................................................................................47

D. Definisi Operasional..................................................................................47

E. Tempat dan Waktu....................................................................................48

F. Pengumpulan Data....................................................................................48

vii
G. Prosedur Tindakan....................................................................................48

H. Penyajian Data...........................................................................................50

I. Etika Studi Kasus.....................................................................................50

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................52

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan...............................................................30

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Posisi Ibu Duduk Sambil Memeluk Bantal..............................41

Gambar 2.2 Posisi Tangan Memijat Daerah Tulang Belakang....................41

Gambar 2.3 Gerakan Pemijatan Melingkar dengan Ibu Jari........................42

Gambar 2.4 Pemijatan dengan Arah Lurus Atas dan Bawah.......................42

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penjelasan untuk Mengikuti Penelitian

Lampiran 2 Informed Consent

Lampiran 3 Asuhan Keperawatan Post Partum

Lampiran 4 SOP Pijat Oksitosin Kombinasi Aroma Terapi

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber nutrisi yang baik bagi bayi

terutama dalam periode awal kehidupan. ASI juga dapat meningkatkan

kesehatan ibu dan anak. Proses menyusui segera setelah melahirkan

membantu kontraksi uterus yang bertujuan untuk mencegah terjadinya

pendarahan. Pemerintah telah menetapkan kebijakan nasional yang

dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33

Tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dan

target Rencana Strategis (Renstra) 2015-2019 yaitu cakupan ASI Ekslusif

sebesar 50 % pada tahun 2019 (Kementrian Kesehatan RI, 2015).

Penelitian yang dilakukan oleh Santy (2018) bahwa dampak ASI

tidak keluar mengakibatkan pemberian ASI tidak eksklusif sehingga tidak

memenuhi kebutuhan bayi. Fenomena ini mengakibatkan gizi yang

didapatkan bayi menjadi kurang sehingga menyebabkan kasus gizi kurang

pada anak (Santy, 2018).

World Health Organization (WHO) merokomendasikan untuk

meyusui secara eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi dan

melanjutkannya untuk waktu sampai anak berusia 2 tahun atau lebih.

Pemberian ASI pada bayi sangat penting untuk mencapai pertumbuhan

dan perkembangan yang optimal dan mencegah terjadinya malnutrisi

(WHO, 2005). Keuntungan dalam menyusui sangatlah banyak karena

bahan-bahan yang terkandung dalam ASI bersifat ekslusif yang tidak


2

dapat ditemukan atau ditiru oleh susu formula dan banyak memberi

manfaat bagi ibu maupun bayi. Sekalipun ASI banyak memiliki

kandungan yang baik bagi bayi, namun masih banyak orang tua yang tidak

memberikan ASI pada anaknya (Pollard, 2017).

Cakupan pemberian ASI pada bayi di seluruh dunia tercatat dalam

World Health Organization (WHO). WHO (2010) memperkirakan hanya

40 persen dari seluruh bayi di dunia yang mendapatkan ASI untuk jangka

waktu enam bulan (Pollard, 2017).

Di Indonesia sebagian besar anak (95%) pernah mendapat ASI,

Lebih dari separuh anak (57%) mendapatkan ASI dalam periode 1 jam

setelah lahir, dan 74 % anak mulai menyusui dalam satu hari setelah

lahir(SDKI, 2017). Hal ini menunjukan bahwa masih banyak bayi yang

baru di berikan ASI pada hari pertama setelah lahir.

Cakupan pemberian ASI eksklusif di Provinsi NTB tahun 2018

pada bayi rata-rata sebesar 82,68% dengan klasifikasi yaitu daerah

Lombok Barat sebesar 94,28%, Lombok Tengah 93,17%, Lombok Timur

79,18 %, Sumbawa 85,84%, Dompu 87,17%, Bima 76,06%, Sumbawa

Barat 89,05%, Lombok Utara 73,54%, Mataram 70,30%, Kota Bima

81,32%, maka dari itu dapat disimpulkan di wilayah Provinsi NTB

cakupan pemberian ASI Ekslusif terendah pada daerah Kota Mataram

(Profil Kesehatan NTB, 2018). Faktor yang menjadi penyebab rendahnya

cakupan pemberian ASI di Mataram berdasarkan laporan penelitian oleh

Haryani, Wulandari, Karmaya (2014) adalah Ibu sibuk bekerja, pendidikan


3

Ibu rendah, penggunaan susu formula dan ASI yang tidak keluar

(Haryani, Wulandari, & Karmaya, 2014).

Cakupan Pemberian ASI Eksklusif di Kota Mataram tertinggi

berada pada wilayah kerja Puskesmas Ampenan dengan persentase

sebanyak 85,41%. Di urutan Kedua berada pada wilayah kerja Puskesmas

Mataram dengan persentase 82.53%. Cakupan terendah berada pada

wilayah kerja Puskesmas Babakan menunjukkan dari 544 bayi baru lahir

hanya 117 bayi (21.51%) yang mendapat Inisiasi Menyusui Dini (IMD).

dan dari 2068 jumlah bayi usia kurang dari enam bulan yang mendapat

ASI ekslusif sebanyak 673 bayi (32.54%) (Dinas Kesehatan Kota

Mataram, 2018). Jumlah Ibu post partum di wilayah kerja Puskesmas

Babakan sepanjang tahun 2019 adalah 583 orang. Hasil studi pendahuluan

di wilayah kerja Puskesmas Babakan yang dilakukan peneliti dengan

metode wawancara sebanyak 5 orang pasien mengatakan ASI belum

lancar keluar pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan.

Ibu yang telah melahirkan secara normal ada beberapa hal yang

sangat perlu diperhatikan seperti kondisi fisiologis dan psikologis ibu.

Keadaan fisiologis Ibu dengan paska partum biasanya mengalami

gangguan atau masalah pada awal mulainya pemberian ASI pada bayi

yang disebut dengan hambatan pada proses laktasi. Hal ini juga

berpengaruh pada kebutuhan psikologis berkaitan dengan interaksi Ibu dan

bayi untuk menyusui bayi baru lahir (Reeder, Martin, & Griffin, 2015).

Praborini (2018) mengatakan bahwa pengeluaran ASI dipengaruhi

oleh produksi hormon oksitosin oleh otak Ibu. Karena oksitosin


4

merupakan hormon cinta maka untuk membuat hormon tersebut bekerja

secara maksimal ibu perlu dibuat tenang, rileks dan tidak kesakitan. Selain

itu untuk meningkatkan produksi hormon oksitosin dapat di upayakan

dengan melakukan terapi pijat oksitosin (Praborini & Wulandari, 2018).

Pijat oksitosin dilakukan pada sepanjang tulang belakang

(Vertebrae) sampai dengan tulang costa kelima-keenam (IBI, 2019).

Tujuan dari melakukan pijat oksitosin ini adalah untuk melakukan

rangsangan hormon oksitosin setelah melahirkan. Rangsangan oksitosin

sangat berpengaruh untuk pengeluaran ASI setelah melahirkan (IBI,

2019).

Penelitian yang dilakukan Oleh Aisyah dan Wigati (2015)

menyatakan kombinasi pijat menggunakan minyak aroma terapi juga

mempengaruhi tingkat produksi ASI. Pijat menggunakan minyak aroma

terapi merupakan cara yang popular untuk meningkatkan produksi ASI.

Minyak akan terserap oleh kulit melalui terapi fisik dari pemijatan dan

aroma terapi akan terhirup memalui pernafasan untuk membuat pasien

menjadi rileks (Aisyah & Wigati, 2015).

Hasil wawancara peneliti dengan petugas kesehatan di Puskesmas

Babakan menyatakan bahwa cara yang digunakan petugas kesehatan untuk

mningkatkan produksi ASI adalah dengan perawatan payudara. Terapi

pijat oksitosin menggunakan minyak lavender belum banyak diketahui

oleh masyaratak untuk meningkatkan produksi ASI. Terapi pijat oksitosin

menggunakan minyak lavender juga belum pernah di terapkan kepada Ibu

post partum untuk membantu melancarkan pengeluaran ASI.


5

Sejalan dengan penelitian Lestari (2017) menyimpulkan produksi

ASI yang kurang merupakan salah satu faktor penyebab ibu yang tidak

menyusui secara ekslusif. Penelitian tersebut merekomendasikan selain

perawatan payudara, perawat dapat mengaplikasikan pijat oksitosin untuk

meningkatkan produksi ASI yang kurang (Lestari, 2017).

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengambil

judul “Asuhan Keperawatan dengan Pemberian Terapi Pijat Oksitosin

Menggunakan Minyak Lavender untuk Memperlancar Pengeluaran ASI

pada Pasien Post Partum”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan Keperawatan dengan Pemberian Terapi

Pijat Oksitosin Menggunakan Minyak Lavender untuk Memperlancar

Pengeluaran ASI pada Pasien Post Partum?

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Menerapkan asuhan keperawatan pada pasien post partum di

wilayah kerja Puskesmas Babakan

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada pasien post partum di wilayah kerja

Puskesmas Babakan.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien post partum di

wilayah kerja Puskesmas Babakan.

c. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien post partum di

wilayah kerja Puskesmas Babakan.


6

d. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien post partum di

wilayah kerja Puskesmas Babakan.

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien post partum di

wilayah kerja Puskesmas Babakan.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Responden dan Keluarga

Memberikan informasi kepada responden mengenai teknik pijat

oksitosin menggunakan minyak lavender untuk memperlancar ASI.

b. Institusi pendidikan

Sebagai tambahan referensi untuk mahasiswa keperawatan

khususnya tentang terapi pijat oksitosin menggunakan minyak

lavender untuk memperlancar pengeluaran ASI.

c. Bagi Peneliti Lain

Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya terkait pijat oksitosin

menggunakan minyak lavender untuk memperlancar pengeluaran

ASI.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Responden

Untuk dapat melakukan teknik memperlancar pengeluaran ASI.

b. Bagi Instansi Kesehatan

Untuk dapat digunakan sebagai terapi non farmakologi untuk

memperlancar pengeluaran ASI.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Masa Nifas (Post Partum)

1. Pengertian

Masa nifas atau yang disebut dengan puerperium adalah keadaan

setelah dilahirkannya bayi dan disebut dengan masa pemulihan atau

pulihnya keadaan alat reproduksi wanita seperti sebelum hamil

(Susanto, 2018). Pengertian masa nifas lainnya yang dikutip dari Buku

Acuan Nasional Yankes Maternal dan Neonatal tahun 2006

menyatakan bahwa masa nifas merupakan masa pemulihan yang

berlangsung selama 6 minggu, dimulai dari kelahiran plasenta sampai

organ kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Maryunani,

2011).

WHO menyatakan bahwa Masa nifas adalah masa kritis dalam

keberlangsungan ibu dan bayi baru lahir. Kematian Ibu dan bayi baru

sebagian besar terjadi pada 1 bulan pertama setelah persalinan.

Perawatan kesehatan selama periode masa nifas sangat diperlukan

untuk menghindari terjadinya resiko kesakitan dan kematian pada Ibu

dan bayi baru lahir.

2. Tahapan Masa Nifas

Tahapan masa nifas dibagi menjadi 3 bagian yaitu :

a. Masa puerperium dini

Masa puerperium dini adalah keadaan Ibu diperbolehkan untuk

berdiri dan berjalan-jalan setelah melahirkan bayi.

7
8

b. Masa puerperium intermedial

Masa puerperium intermedial adalah keadaan alat reproduksi Ibu

pulih secara menyeluruh dalam waktu 6-8 minggu

c. Masa remote puerperium

Masa remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk

pulih dan sehat sempurna kembali baik selama hamil atau

sempurna berminggu-minggu, bertahun-tahun bahkan berbulan-

bulan (Susanto, 2018).

3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Menurut Anik (2015) perubahan fisiologis masa nifas meliputi :

a. Involusi

Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat

kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan

hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil.

Proses involusi terjadi karena adanya:

1) Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang

tumbuh karena  adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang

membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima

kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali

mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan

diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang

menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah melahirkan.

2) Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontkrasi dan retraksi dari otot-otot

setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah


9

yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk

mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan

retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang

mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga

ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil.

3) Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan

atropi pada jaringan otot uterus.

b. After pains/Rasa sakit (meriang atau mules-mules)

Disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca

persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini

dan bila terlalu mengganggu analgesik.

c. Lochia

Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina

dalam masa nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak

dari darah menstruasi. Lochia ini berbau anyir dalam keadaan

normal, tetapi tidak busuk.

Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan  jumlah dan warnanya

yaitu lochia rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel

desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, sisa

darah dan keluar mulai hari pertama sampai hari ketiga.

1) Lochia rubra (cruenta)

Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel

desidua, vernik caseosa, lanugo, mekonium. Selama 2 hari

pasca persalinan.
10

2) Lochia sanguinolenta

Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3–7 pasca

persalinan.

3) Lochia serosa

Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 2–4

pasca persalinan.

4) Lochia alba

Cairan putih setelah 2 minggu.

5) Lochia purulenta

Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah, berbau busuk.

6) Lacheostatis

Lochea tidak lancar keluarnya.

d. Dinding perut dan peritonium

Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu

lama, biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan

diafragma pelvis yang meregang pada waktu partus setelah bayi

lahir berangsur angsur mengecil dan pulih kembali. Tidak jarang

uterus jatuh ke belakang  menjadi retrofleksi karena ligamentum

rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya

dengan latihan-latihan pasca persalinan.

e. Sistim Kardiovaskuler

Selama kehamilan secara normal volume darah  untuk

mengakomodasi   penambahan aliran darah yang diperlukan oleh

plasenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen


11

mengakibatkan  diuresis yang menyebabkan  volume plasma

menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi

pada  24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien

mengalami sering kencing. Penurunan progesteron membantu 

mengurangi retensi cairan sehubungan dengan penambahan

vaskularisasi jaringan selama kehamilan.

f. Ginjal

Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari

volume darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak

dari aktifitas ini terjadi pada hari pertama post partum.

4. ASI dan Laktasi

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,

laktose dan garam organik yang disekresi oleh kedua payudara ibu.

ASI merupakan makanan utama bagi bayi dalam masa hari-hari

pertama kehidupan bayi. ASI sangat banyak memiliki komponen

gizi yang sangat diperlukan untuk kecukupan nutrisi bayi (Susanto,

2018).

Laktasi atau proses menyusui dimulai terjadi pada saat

kehamilan, dimana selama kehamilan hormon prolaktin dari

plasenta meningkat tetapi ASI belum dapat keluar karena tingginya

hormon estrogen pada saat kehamilan. Hormon estrogen dan

progesteron menurun pada hari ke 2-3 persalinan sehingga terjadi

sekresi ASI. Pada saat proses laktasi terjadi ada dua reflek yang

berperan yaitu reflek prolaktin dan oksitosin yang dipengaruhi oleh


12

hormon Prolaktin yang menghasilkan ASI dan hormon oksitosin

yang mengatur aliran ASI (Anik, 2015).

a. Reflek Pengeluaran ASI

Reflek pengeluaran ASI disebut juga dengan oksitosin

reflek merupakan bahwa tanda ASI siap untuk mengalir dan

mengeluarkan ASI secara lebih mudah untuk melakukan proses

menyusui. Reflek pengeluaran ASI juga terjadi pada saat ibu

melihat, mendengar atau pada saat memikirkan sang bayi. Selain

itu, reflek pengeluaran ASI dapat terjadi dengan pijat oksitosin dan

adanya sentuhaan payudara atau di daerah sekitar area puting

dengan tangan atau alat pompa ASI (Monika, 2014).

b. Mekanisme Produksi ASI

Produksi ASI sudah dibentuk dalam masa awal kehamilan.

Salah satu hal yang penting untuk mencapai kesuksesan menyusui

adalah mengetahui proses pembentukan ASI dimulai dari sejak

kehamilan. Produksi ASI terjadi dalam tiga fase meliputi

laktogenesis I, Laktogenesis II, Laktogenesis III (Monika, 2014).

Laktogenesis I terjadi sejak trimester 2 atau awal trimester

3 kehamilan yang mulai membentuk kolostrum, namun ASI belum

dapat keluar karena penekanan hormon progesteron yang tinggi.

Proses produksi ASI selama masa kehamilan diatur oleh hormon

endokrin yang dikendalikan oleh sistem kendali endokrin. Ketika

bayi sudah terlahir, plasenta terlepas dari rahim dan terjadi


13

penurunan kadar hormon progesteron. Efek selanjutnya, kadar

prolaktin meningkat untuk memproduksi ASI (Monika, 2014).

Laktogenesis II menurut Kelly, Bonyta, IBCLC terjadi pada

waktu 30-40 jam pasca kelahiran. Pada fase ini hormon

progesteron terus menurun dan hormon prolaktin semakin

meningkat sehingga ASI mulai diproduksi lebih banyak. Aliran

darah ke payudara meningkat dan membuat payudara terasa

kencang dan berat (Monika, 2014).

Laktogenesis III atau dengan sebutan lain Galactopoiesis

terjadi antara hari ke-8 hingga hari ke-10 pasca kelahiran. Pada

fase ini produksi ASI diatur oleh sistem kendali autokrin/lokal

yang mengendalikan seberapa sering ASI dikeluarkan dan seberapa

baik payudara dikosongkan. Inilah yang menjadi mekanisme

kendali utama dalam produksi ASI (Monika, 2014).

c. Proses Laktasi

Pengeluaran ASI merupakan interaksi yang kompleks

antara rangsangan mekanik, saraf dan beberapa hormon.

Kemampuan Ibu dalam proses laktasi berbeda-beda. Proses laktasi

memiliki dua pengertian yaitu produksi ASI (reflek prolaktin) dan

pengeluaran ASI (Reflek Let Down) (Maryunani, 2011).

d. Manajemen Laktasi

Menurut WHO/Unicef (2007), sepuluh langkah dari

inisiatif rumah sakit sayang bayi/Baby Friendly Hospital Initiative

(BFHI) untuk mempromosikan keberhasilan menyusui, harus


14

dipertahankan dan dilaksanakan. Sepuluh langkah tersebut

meliputi; (1) Punya kebijakan menyusui tertulis. (2) Latih semua

staf perawatan kesehatan dengan keterampilan yang diperlukan. (3)

Informasikan kepada semua ibu hamil tentang manfaat dan

pengelolaan menyusui. (4) Menyusui dalam waktu setengah jam

setelah kelahiran. (5) Tunjukkan pada ibu bagaimana cara

menyusui, dan menjaga tetap menyusui. (6) Berikan bayi baru lahir

tanpa makanan atau minuman selain ASI. (7) Rawat gabung ibu

dan bayi untuk tetap bersama dalam 24 jam. (8) Dorong menyusui

sesuai permintaan. (9) Tidak memberi dot. (10) Tingkatkan

pembentukan kelompok pendukung menyusui dan rujuk ibu saat

keluar dari tempat persalinan (Hamidah, 2019).

e. Permasalahan Laktasi

Permasalahan yang sering dialami Ibu pada masa menyusui

(Anik, 2011) :

1) Stress

Pada ibu yang pertama kali memiliki anak seringkali

merasakan strees karena kurang percaya diri. Hal-hal yang

dirasakan Ibu yang kurang percaya diri adalah takut untuk

memegang dan menyusui bayinya.

2) Puting susu datar atau terbenam

Puting terbenam dapat diketahui dengan cara menjepit aerola

menggunakan ibu jari dan telunjuk dibelakang puting susu.


15

Apabila tidak ada tonjolan maka puting susu dapat dikatakan

terbenam atau datar.

3) Puting susu lecet/ Nyeri

Puting susu lecet sering terjadi pada awal kelahiran bayi

biasanya satu minggu setekah bayi lahir. Puting susu bisa

mengalami lecet, retak atau terbentuk celah-celah. Hal ini

terjadi disebabkan karena kesalahan teknik dalam menyusui,

adanya monilisir, akibat dari pemakaian sabun, krim atau

alkohol serta zat iritan lainnya, dan ibu menghentikan

menyusui dengan kurang hati-hati.

4) Payudara bengkak/ Engorgement

Payudara bengkak pada saat menyusui dapat disebabkan karena

ASI tidak disusu dengan adekuat, adanya hambatan aliran

darah vena atau kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul

dalam payudara yang terjadi karena produksi ASI yang

berlebihan, posisi menyusui yang salah, pemakaian BH yang

terlalu ketat, dan puting susu yang tidak bersih mengakibatkan

sumbatan pada duktus.

5) Saluran ASI tersumbat

Penyebab tersumbatnya saluran ASI dipengaruhi oleh tekanan

jari ibu saat menyusui, posisi bayi saat menyusui dan adanya

komplikasi payudara bengkak yang tidak segera diatasi.


16

6) Mastitis/ Radang payudara

Radang payudara bisanya terjadi pada masa 1-3 minggu setelah

melahirkan. Radang payudara terjadi akibat saluran susu

tersumbat dan tidak segera diatasi. Tanda dan gejala yang

dirasakan apabila Ibu mengalami radang payudara seperti rasa

nyeri pada bagian payudara, bagian yang mengalami radang

akan menjadi kemerahan dan bengkak disertai rasa panas.

7) Abses payudara

Abses payudara terjadi akibat radang payudara yang tidak

segera ditangani.

8) ASI kurang/ Sindrom ASI kurang

Sindrom ASI kurang adalah keadaan dimana Ibu selalu merasa

tidak mampu memenuhi kebutuhan ASI untuk banyinya.

9) Ibu dengan Post Seksio Caesaria

Ibu mengalami kesusahan pada saat setelah dilakukannya

operasi, disebabkan oleh faktor anastesi dan terhambatnya

mobilitas fisik.

10) Ibu dengan HIV-AIDS dan Hepatitis

Ibu dengan penyakit hepatitis atau HIV-AIDS tidak

diperkenankan untuk menyusui, karena faktor resiko penularan

penyakit pada anak bisa saja melalui ASI.


17

11) Ibu bekerja

Ibu yang bekerja seharusnya tidak tidak berhenti memberikan

ASI, karena bekerja bukan merupakan alasan untuk berhenti

menyusui.

5. Volume Produksi ASI

Menurut Astutik R.Y (2015), volume ASI dapat dinilai dengan :

a. Minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar pembuat ASI mulai

menghasilkan ASI.

b. Apabila tidak ada kelaianan:

1) Hari pertama : sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-

100 ml sehari dari jumlah ini akan terus bertambah.

2) Bayi usia 2 minggu: mencapai sekitar 400–450 ml. jumlah ini

akan tercapai bila bayi menyusu sampai 4–6 bulan pertama.

3) Oleh karena itu, selama kurun waktu tersebut ASI mampu

memenuhi kebutuhan gizi bayi.

c. Keadaan jika produksi ASI telah normal, volume susu terbanyak

yang dapat diperoleh adalah 5 menit.

d. Penghisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama 15–25 menit.

e. Selama beberapa bulan berikutnya, bayi yang sehat akan

mengkonsumsi sekitar 700–800 ml/hari.

f. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu

yang diproduksi.
18

6. Tanda-tanda Pengeluaran ASI Lancar

Menurut Soetjiningsih (2009), untuk mengetahui pengeluaran ASI atau

tidak yaitu:

a. ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui puting

b. Sebelum disusukan payudara terasa tegang dan setelah disusukan

payudara terasa lunak

c. Bayi BAK 6–8 kali dalam satu hari

d. Bayi BAB 3–4 kali sehari

e. Bayi paling sedikit menyusu 8–10 kali dalam 24 jam

f. Bayi menghisap dan menelan pada payudara secara terus-

menerus.

7. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan asuhan masa nifas (dalam Buku Acuan Nasional Pelayanan

Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2006) adalah:

Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan

pengawasan yang dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun

setelah nanti keluar dari rumah sakit.

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi.

b. Melaksanakan skrining yang komprehrnsif, mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayi.
19

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi

pada bayi dan perawatan bayi sehat.

d. Memberikan pelayanan KB

B. Asuhan Keperawatan Pasien Post Partum

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan pada pasien masanifas meliputi data

subjektif dan data objektif sebagai berikut(Astutik, 2015):

a. Data Subjektif

4) Biodata

a) Nama

Nama jelas dan lengkap agar tidak terjadi kekeliruan

b) Umur

Dicatat dalam tahun untuk mengetahui usia kurang dari 20

tahun yang beresiko alat-alat reproduksi belum matang atau

lebih dari 35 tahun yang rentan akan terjadi pendarahan.

c) Suku

Untuk mengetahui kebiasaan adat yang dianut oleh pasien.

d) Agama

Untuk mengetahui keyakinan yang dianut pasien guna

untuk membimbing pasien atau mengarahkan pasien untuk

berdoa.

e) Pekerjaan
20

Untuk mengetahui aktivitas ibu sehari-hari. Pekerjaan

suami juga di tanyakan untuk mengetahui status ekonomi

pasien.

f) Pendidikan

Berpengaruh pada tingkat intelektual pasien agar

memudahkan perawat meberikan konseling sesuai dengan

tingkat pendidikannya.

g) Penghasilan

Untuk mengetahui financial dari keluarga, agar

memudahkan memberikan KIE yang akan diberikan kepada

pasien tentang pemenuhan gizi yang disesuaikan dengan

keadaan ekonomi keluarga.

h) Alamat

Diperlukan apabila akan dilakukan kunjungan rumah.

5) Keluhan Utama

Keluhan utama yang sering di alami pada pasien pasca

melahirkan :

a) Nyeri perineum

Nyeri perineum terjadi karena daerah tersebut telah

dilewati sebagai jalan lahir bayi, sehingga mengalami

peregangan dan timbul rasa nyeri.

b) Nyeri jahitan perineum

Nyeri jahitan perineum terjadi akibat sobekan dan sayatan

oleh pisau bedah (Episiotomi) menyebabkan pembuluh


21

darah dan saraf yang ada di daerah tersebut terputus. Jika

timbul nyeri yang sangat hebat menandakan adanya gejala

infeksi pada daerah jahitan perineum.

c) Puting lecet

Puting lecet diakibatkan oleh cara menyusui yang kurang

tepat dan tidak dilakukannya perawatan payudara selama

menyusui.

d) Payudara bengkak

Rasa tidak enak dan pembengkakan yang terjadi pada hari

ke 3-6 karena ASI yang tidak lancar keluar dan bayi tidak

cukup sering menyusui.

e) After pains

After pains atau rasa seperti mulas setelah melahirkan

yang diakibatkan oleh kontraksi uterus. Hal ini sering

terjadi pada saat menyusui.

f) Defekasi/ BAB

BAB harus terjadi pada hari ke 3-4 setelah melahirkan.

Kebiasaan BAB harus dicapai kembali saat tonus otot

kembali normal.

g) Konstipasi

Konstipasi terjadi karena adanya hipoperistaltik

(perlambatan usus). Pada Ibu nifas konstipasi dapat terjadi

karena faktor psikologis ibu yang merasa takut akan

terjadinya robekan pada jahitan yang ada di perineum.


22

h) Depresi post partum

Banyak Ibu yang mengalami perasaan kecewa setelah

melahirkan dan keraguan untuk dapat merawat bayi.

Biasanya ini merupakan depresi ringan berlangsung dari

hari 1-2 melahirkan dan berakhir pada 1-2 minggu setelah

melahirkan.

6) Riwayat Kesehatan Sekarang

a) Bila sewaktu hamil ibu mengalami hipertensi, maka pada

saat masa nifas kemungkinan akan menderita pre-

eklampsia atau eklampsia.

b) Bila semasa hamil ibu menderita DM, maka kemungkinan

penyembuhan luka perineum akan lama.

c) Bila ibu menderita TBC aktif maka saat menyusui harus

menggunakan masker

d) Bila ibu mengidap penyakit jantung sistemik III dan IV

maka ibu tidak boleh menyusui

e) Bila ibu menderita epilepsi maka harus ada orang ke 3

untuk menemani menyusui

f) Jika selama hamil ibu menderita anemia, infeksi,

pendarahan, sebelumnya dan melahirkan anak kembar

maka pada hari ke 3-5 masa nifas sebaiknya di periksa

HB, karena kemungkinan besar pada masa nifas juga akan

terkena anemia.
23

7) Riwayat Kesehatan Dahulu

a) Bila sewaktu hamil ibu mengalami hipertensi, maka pada

saat masa nifas kemungkinan akan menderita pre-

eklampsia atau eklampsia.

b) Bila semasa hamil ibu menderita DM, maka kemungkinan

penyembuhan luka perineum akan lama.

c) Bila ibu menderita TBC aktif maka saat menyusui harus

menggunakan masker

d) Bila ibu mengidap penyakit jantung sistemik III dan IV

maka ibu tidak boleh menyusui

e) Bila ibu menderita epilepsi maka harus ada orang ke 3

untuk menemani menyusui

f) Jika selama hamil ibu menderita anemia, infeksi,

pendarahan, sebelumnya dan melahirkan anak kembar

maka pada hari ke 3-5 masa nifas sebaiknya di periksa

HB, karena kemungkinan besar pada masa nifas juga akan

terkena anemia.

8) Riwayat Haid/ Menstruasi

a) Siklus Haid : siklus haid pada wanita normal 28-35 hari

b) Lama haid : lama haid biasanya 5-8 hari

c) Banyaknya haid : banyak haid mencapai 50 cc

d) Konsistensi : normalnya konsistensi encer, bila kental

berarti koagulan tidak mencukupi.


24

e) Warna : untuk mengetahui asal darah, darah dari vena

berwarna merah kecoklatan sedangkan darah dari arteri

berwarna merah segar

f) Dismenorhea : untuk mengetahui kontraksi rahim yang

berlebihan

g) Flour albus : untuk mengetahui ibu menderita infeksi

9) Riwayat Kehamilan

a) Kehamila ke berapa ?

b) Adakah keluhan selama kehamilan ?

10) Riwayat Persalinan

a) Kala I :

- Lama

Fase laten terjadi selama 8 jam. Fase aktif setiap 1 Cm

per jam (primipara) dan 2 cm perjam (multipara)

- Keluhan

Apabila terjadi pendarahan pervaginam maka pada saat

masa nifas Ibu dapat diperkirakan akan mengalami

anemia. Ketuban pecah disertai dengan mekonium, lama

lebih dari 24 jam atau persalinan kurang bulan

kemungkinan pada saat masa nifas mengalami infeksi.

b) Kala II :

- Lama

Pada primi gravida persalinan terjadi selama 2 jam,

sedangkan multi gravida persalinan terjadi selama 1 jam.


25

- Keluhan

Jika kala II mengalami distosia bahu maka akan terjadi

luka pada perineum dan diperkirakan menjadi infeksi

pada masa nifas.

c) Kala III :

- Lama

Pada kala III terjadi pengeluaran plasenta yang

berlangsung selama 30 menit atau setengah jam.

- Keluhan

Antonia uteri akan mengakibatkan pendarahan.

11) Riwayat Nifas

a) Involusi

b) Pendarahan

c) TFU

12) Pola Kebiasaan Sehari-hari

a) Pola eliminasi

- BAB

- BAK

b) Pola Nutrisi

c) Pola Kebersihan

d) Pola istirahat tidur

13) Riwayat KB

a) Alat kontrasepsi yang digunakan sebelum hamil


26

b) Apakah ingin menggunakan alat kontrasepsi setelah

melahirkan

Data Obyektif

14) Pemeriksaan Umum

a) Kesadaran :

Composmentis atau Pada Ibu yang mengalami depresi

sukar untuk berkonsentrasi.

b) Tanda-tanda vital :

- Suhu : 36oC – 37,536oC (Depkes RI 1994)

Pada saat masa nifas suhu tubuh ibu dikatakan normal

bila kenaikannya tidak melebihi 236oF/ 0.5oC.

- Pernafasan

Normal pernafasan setelah persalinan adalah

16-24x/menit atau rata-rata 18x/menit. Apabila didapat

takipneu maka kaji adanya tanda pnemoial atau keluhan

nifas lainnya.

- Nadi

Denyut nadi normal yaitu 60-100x/ menit. Denyut nadi

masa nifas biasanya lebih stabil dibandingkan suhu

badan.

- Tekanan darah

Setelah persalinan tekanan darah normal maksimal

yaitu 140/90 mmHg (Depkes RI 1994)


27

c) Berat badan

Setelah melahirkan penurunannya tidak boleh melebihi

dari 5 kg

15) Pemeriksaan Fisik

a) Kepala :

- Muka : (edema atau tidak)

- Mata : (conjungtiva merah muda/ pujat, sklera putih

bersih/ kuning)

- Hidung : (ada pernafasan cuping hidung/ tidak)

- Bibir : (apabila pucat menandakan keadaan anemis)

- Telinga : (pendengaran normal/ tidak)

b) Leher

- Apabila terdapat pembesaran vena jugularis

menandakat terdapat gangguan kardiovaskuler

- Pembesaran kelenjar tyroid menandakan terjadi

hipertiroidisme

- Pembesaran kelenjar linfe

c) Dada

- Paru-paru : adakah bunyi ronchi, wheezig, roles

- Jantung : normal/ tidak

- Payudara : (keluar kolostrum pada 2-5 hari masa nifas)

d) Perut

- TFU : 3 jari di bawah pusat

- Kandung Kemih : penuh/ tidak


28

- Diastasis recti normal : < dari 2 jam

e) Genitalia

- Pengeluaran lochea

- Perineum : adakah jahitan, ada atau tidak nanah yang

keluar dan peradangan

f) Anal : ada atau tidak hemoroid

g) Ekstremitas

- Atas : terpasang infus atau tidak

- Bawah : pemeriksaan howman sign untuk memeriksa

ada/ tidak tromboplebitis

16) Pemeriksaan penunjang

a) Test HB : jika selama hamil ibu mengalami anemia

b) Pemeriksaan Protein Urine : jika ibu menderita hipertensi

c) Pemeriksaan Gula Darah : Apabila ibu menderita DM


29

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut NANDA diagnosa keperawatan adalah yaitu penilian

klinik tentang respon klien dimulai dari individu, keluarga satu

komunitas tentang masalah kesehatan yang dialami baik

potensial/proses kehidupan. Diagnosa keperawatan menjadi dasar

untuk memilih intervensi keperawatan demi tercapainya sasaran untuk

menunjukan perawat sebagai orang yang dapat di andalkan (KIM,

McFarland, & Mclane, 1995).

Diagnosa Keperawatan pada pasien post partum diantaranya adalah

sebagai berikut (NANDA, 2015) :

1) Resiko Infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan

tentang perawatan vulva

2) Nyeri akut yang berhubungan dengan trauma/ distensi

jaringan

3) Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan

ketidaklancaran pengeluaran ASI

4) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kekurangan

cairan aktif

5) Gangguan eleminasi BAK (disuria) berhubungan dengan

trauma parineum dan saluran kemih

6) Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan;

kelelahan post partum

7) Konstipasi berhubungan dengan kurangnya dengan

mobilisasi; diet yang tidak seimbang; trauma persalinan


30

3. Perencanaan

Berdasarkan pada pengkajian dan diagnosis, rencana dibuat untuk

merubah atau menghilangkan masalah aktual atau potensial dan

intervensi keperawatan di implementasikan (Reeder, Martin, & Griffin,

2015).

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan


Sumber : (Nurarif & Kusuma, 2016)
No Diagnosa Tujuan/ kriteria hasil Intervensi (NIC) Rasional
(NOC)
1 Resiko NOC : NIC:
infeksi - Immune status Infection control : - Mencegah
berhubung - Risk control - Bersihkan lingkungan terjadinya
an dengan - Infection control setelah dipakai pasien penularan infeksi
kurang Kriteria Hasil : lain dari lingkungan
pengetahu - Klien bebas dari tanda pasien
an tentang gejala infeksi - Batasi pengunjung bila - Membatasi
perawatan - Mendeskripsikan perlu pengunjung untuk
vulva proses penularan mengurangi resiko
penyakit, faktor yang infeksi
mempengaruhi - Instruksikan kepada - Menguragi
penularan serta pengunjung untuk kontaminasi silang
penatalaksanaannya mencuci tangan saat antara pasien dan
- Menunjukan berkunjung dan setelah pengunjung
kemampuanuntuk berkunjung
mencegah timbulnya meninggalkan pasien
infeksi - Gunakan alat pelindung - Mengurangi infeksi
- Jumlah leukosit dalam saat tindakan melalui
batas normal kontaminasi silang
- Menunjukan perilaku - Berikan terapi antibiotik - Dapat membasmi/
hidup sehat bilaperlu memberikan
imunitas sementara
untuk infeksi
umum.
- Monitor tanda gejala - Mencatat tanda-
infeksi sistemik dan tanda inflamasi
lokal atau infeksi lokal
- Lakukan perawatan - Perawatan luka
vulva dan perineum dilakukan secara
rutin bertujuan
untuk menjaga
daerah luka tetap
bersih
- Anjurkan untuk - Menjaga
mengganti pembalut kebersihan vulva
setiap kotor menghindari dari
resiko infeksi
31

No Diagnosa Tujuan/ kriteria hasil (NOC) Intervensi (NIC) Rasional

2 Nyeri akut NOC : NIC :


b.d - Pain level Pain management :
- Nyeri dirasakan,
trauma/ - Pain control - Lakukan pengkajian
dimanifestasikan
distensi - Comfort level nyeri secara
dan ditoleransi
jaringan Kriteria hasil : komprehensif termasuk
secara individual.
- Mampu mengontrol lokasi, karakteristik,
nyeri durasi, frekuensi,
- Melaporkan nyeri kualitas dan faktor
berkurang dengan presipitasi
- Petunjuk nonverbal
menggunakan - Observasi reaksi
ini dapat mengiden
manajemen nyeri nonverbal dari
tifikasikan adanya/
- Mampu mengenali ketidaknyamanan
derajat nyeri yang
skala nyeri
dialami
- Menyatakan rasa
- Komunikasi
nyaman setelah nyeri - Gunakan teknik
terapeutik
berkurang komunikasi terapeutik
merupakan cara
untuk mengetahui
pendekatan yang
pengalaman nyeri pasien
mendorong
kesembuhan klien
- Teknik relaksasi
- Ajarkan tentang teknik
dapat menurunkan
non farmakologi
kebutuhan
analgesik dan
meningkatkan
penyembuhan
- Diberikan untuk
- Kolaborasikan dengan
kontrol nyeri
dokter untuk pemberian
adekuat yang
analgesik jika ada
memperbaiki
keluhan dan tindakan
kenyamanan pasien
nyeri tidak berhasil
Analgesik Administration :
- Manifestasi dini
- Tentukan lokasi,
terjadinya
karakteristik, kualitas,
komplikasi
dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
- Memastikan
- Cek instruksi dokter
ketepatan
tentang jenis obat, dosis
pemberian obat
dan frekuensi
- Menghindari alergi
- Cek riwayat alergi
obat
- Pilih analgesik yang
- Pemberian
diperlukan atau
analgesik harus
kombinasi dari analgesik
sesuai dengan
ketika pemberian lebih
kebutuhan pasien
dari satu
32

No Diagnosa Tujuan/ kriteria hasil (NOC) Intervensi (NIC) Rasional

3 Ketidakefektifan NOC : NIC :


pemberian ASI - Kemantapan - Kaji pengetahuan - Mengetahui
berhubungan pemberian ASI pasien tentang laktasi kemampuan ibu
dengan respon - Pemeliharaan dan menyusui tentang proses
fisiologis pemberian ASI laktasi
normal Kriteria Hasil : - Kaji pengalaman - Mengetahui
- ASI yang banyak menyusui keberhasilan ibu
dapat merembes sebelumnya dalam pemberian
keluar melalui ASI eksklusif
putting - Kaji bayi untuk - Faktor
- Sebelum disusukan adanya kesulitan terhambatnya
payudara terasa menghisap atau proses menyusui
tegang dan setelah menelan juga dipengaruhi
disusukan payudara oleh kemampuan
terasa lunak bayi
- Bayi BAK 6–8 kali - Kaji pada periode - Faktor usia,
dalam satu hari awal prenatal untuk status ekonomi
- Bayi BAB 3–4 kali adanya faktor resiko dan keadaan
sehari ketidakefektifan fisiologis ibu
- Bayi paling sedikit pemberian ASI beresiko
menyusu 8–10 kali terjadinya
dalam 24 jam ketidakefektifan
- Bayi menghisap dan pemberian ASI
menelan pada - Intruksikan ibu dalam - Cara menyusui
payudara secara teknik menyusui yang benar
terus-menerus. yang meningkatkan merupakan usaha
keterampilan dalam untuk mencapai
menyusui bayinya. keberhasilan
Pertimbangkan dalam menyusui
teknik relaksasi,
posisi yang nyaman,
perangsang reflek
rooting, penetapan
status terjaga bayi
sebelum upaya
pemberian ASI,
menyendawakan
bayi, stimulasi pada
bayi untuk terus
menyusu.
- Lakukan pijat - Pemijatan dapat
oksitosin merangsang
hormon oksitosin
yang
mempengaruhi
pengeluaran ASI
33

No Diagnosa Tujuan/ kriteria hasil (NOC) Intervensi (NIC) Rasional

4 Kekurang NOC : NIC :


an volume - Fluid balance Fluid Management :
caiiran - Hydration - Timbang popok/ - Menghitung
berhubung - Nutrional status : food pembalut jika diperlukan output dari cairan
an dengan and fluid intake dari banyak darah
kekurang Kreteria Hasil : yang dikeluarkan
an cairan - Mempertahankan - Pertahankan catatan - Memberikan
aktif urine output sesuai intake dan output yang pedoman untuk
dengan usia dan BB, akurat penggantian
BJ urine normal, HT cairan
normal - Monitor status hidrasi - Indikator
- Tekanan darah, nadi, (kelembaban membran keadekuatan
suhu tubuh dalam mukosa, nadi adekuat, volume sirkulasi.
batas normal tekanan darah Hipotensi
- Tidak ada tanda-tanda ortostatik), jika ortostatik dapat
dehidrasi, elastisitas diperlukan terjadi dengan
turgor kulit baik, resikojatuh/cidera
membran mukosa setelah perubahan
lembab, tidak ada rasa posisi
haus yang berlebihan - Monitor masukan - Pasien tidak
makanan/ cairan dan mengkonsumsi
hitung intake kalori cairan sama
harian sekali
mengakibatkan
dehidrasi atau
mengganti cairan
untuk
keseimbangan
cairan elektrolit
- Kolaborasikan - Tindakan darurat
pemberian cairan IV untuk
memperbaiki
ketidak
seimbangan
cairan/elektrolit
Hypovolemia Management : - Mendeteksi
- Monitor tingkat Hb dan terjadinya
Hemotokrit pengentalan
darah
- Monitor respon pasien - Perpindahan
terhadap penambahan cairan/elektrolit
cairan mempengaruhi
penyembuhan
pasien
34

No Diagnosa Tujuan/ kriteria hasil (NOC) Intervensi (NIC) Rasional

5 Gangguan NOC : NIC :


eliminasi - Urine Elimination - Memonitor eliminasi - Memantau adanya
BAK Kreteria Hasil : urine termasuk kelaian yang
(disuria) - Klien dapat BAK frekuensi, konsistensi, terjadi pada saat
berhubung secara normal bau, volume, dan warna berkemih
-an - Klien tidak urine sesuai kebutuhan
dengan mengalami nyeri saat - Ajarkan klien tanda dan - Mendeteksi dini
trauma BAK gejala infeksi saluran terjadinya infeksi
perineum - Klien tidak takut kemih saluran kemih
dan untuk BAK - Anjurkan klien atau
saluran keluarga untuk - Melakukan
kemih melaporkan urine output pencatatan dan
sesuai kebutuhan menentukan
keseimbangan
- Anjurkan klien banyak cairan
minum saat makan, - Mencegah
diantara waktu makan terjadinya disuria
dan pagi hari dan memenuhi
keseimbangan
- Bantu klien untuk cairan
toileting sesuai - Mencegah
kebutuhan terjadinya trauma
saat berkemih
6 Kurang NOC : NIC :
perawatan - Self care: Activity of - Kaji tingkat kemampuan - Menilai
diri Daily Living klien dalam melakukan kemampuan klien
berhubung Kriteria hasil : perawatan diri untuk melakukan
-an dengan - Klien bebas dari bau ADL
kelemahan badan dan dapat - Bantu klien dalam - Memberikan
mempertahankan melakukan perawatan perawatan
integritas kulit yang diri sementara pada
utuh pasien selama
- Klien dapat masa pemulihan
memenuhi kebutuhan - Latih klien memenuhi - Berlatih sesuai
sehari-hari dengan kebutuhan ADLs secara kemampuan
bantuan minimal bertahap sesuai sampai keadaan
tanpa kecemasan kemampuan menjadi pulih dan
dapat melakukan
ADLs secara
mandiri
- Libatkan keluarga dalam - Dukungan keluarga
self care assistence dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-
hari dapat
membantu dalam
proses pemulihan
pasien
35

No Diagnosa Tujuan/ kriteria hasil (NOC) Intervensi (NIC) Rasional

7 Konstipasi NOC : NIC :


berhubung - Bowel Elimination - Observasi pola - Memantau BAB
-an dengan Kriteria Hasil : kebiasaan BAB klien sesuai
kurangnya - Klien dapat termasuk waktu, kebutuhan
mobilisasi; mempertahankan frekuensi, riwayat
diet yang konsistensi BAB penggunaan obat
tidak lunak, BAB 1x/hari laksatif, riwayat diet
seimbang; - Klien dapat termasuk intake cairan,
trauma mengidentifikasi dan pola latihan, riwayat
persalinan pengobatan konstipasi obsterti dan pembedahan - Pada klien dengan
- Palpasi adanya distensi konstipasi terjadi
abdomen, perkusi bunyi penurunan
dullnes, dan auskultasi peristaltik usus dan
peristaltik usus distensi abdomen
- Anjurkan klien makan- - Makanan berserat
makanan berserat seperti dapat mempercepat
buah dan sayur proses eliminasi
- Anjurkan minum 1,5 - Untuk memenuhi
Liter s/d 2 liter per hari kebutuhan cairan
dalam tubuh
- Jika perlu berikan - Terapi farmakologi
laxative dan suppositoria untuk
mempercepat
defekasi

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan atau impelemntasi keperawatan adalah aplikasi atau

wujud tindakan yang dilaksanakan dari rencana yang telah disusun

5. Evaluasi

Evaluasi Keperawatan adalah suatu proses yang berlangsung secara

kontinu dan dimulai dari pasien masuk dan berakhir sampai dengan

pasien pulang. Apabila terdapat kemajuan kesehatan yang tidak sesuai

dengan yang diharapkan, maka intervensi perlu dimodifikasi (Bobak,

Lowdermilk, & Jensen, 2005).


36

C. Terapi Pijat Oksitosin Menggunakan Minyak Lavender

1. Pijat Oksitosin

a. Pengertian

Pijat oksitosin merupakan cara ntuk memperlancar

pengeluaran ASI. Pijat Oksitosin merupakan pemijatan yang

dilakukan pada sepanjang kedua sisi tulang belakang

menggunakan kedua ibu jari dengan teknik memutar. Pijat

oksitosin ini bertujuan untuk merangsang hormon oksitosin atau

merangsang reflek pengeluaran ASI (Monika, 2014).

Pumama (2013) memaparkan penekanan atau pemijatan

bisa mempercepat pengeluaran ASI dengan cara merangsang

sekresi hormone khususnya hormon oksitosin. Pijat oksitosin

adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara pijatan

menggunakan kedua ibu jari di daerah punggung di area tulang

belakang dengan gerakan melingkar (gerakan love). Pijat oksitosin

dapat dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari selama 5 menit

setiap kali melakukan pijatan. Pijatan ini akan membantu

mengatasi masalah pada saat menyusui yaitu ASI yang tidak keluar

(Sari, 2019)

b. Manfaat Pijat Oksitosin

Pijat oksitosin sangat bermanfaat bagi ibu yang baru saja

selesai melahirkan. Selain bermanfaat untuk merangsang reflek

oksitosin yang berguna untuk memperlancar pengeluaran ASI, pijat

oksitosin juga memiliki manfaat lain sebagai berikut :


37

1) Mengurangi pembengkakan pada payudara ibu (engorgement),

2) Mengurangi terjadinya sumbatan ASI (plugged/milk product),

3) Membantu mempertahankan produksi ASI ketika Ibu dan bayi

mengalami sakit ( Depkes RI. 2007)

2. Aroma Terapi

a. Pengertian Aroma Terapi

Menurut Konsoemardiah (2009), aromaterapi adalah terapi

yang menggunakan minyak esensial atau sari minyak murni.

Aromaterapi bertujuan untuk membantu memperbaiki atau

menjaga kesehatan. Manfaat lain dari aroma terapi adalah

membangkitkan semangat, menyegarkan serta menenangkan jiwa

dan raga. Aromaterapi memiliki manfaat yang sangat beragam,

mulai dari pertolongan pertama sampai membengkitkan rasa

gembira (Andariska, 2019)

b. Manfaat Aroma Terapi

1) Mencegah stress, seperti cemas tegang, atau rasa lelah secara fisik

dan emosional yang dapat dikategorikan sebagai stres ringan.

Harum dari minyak esensial memberikan efek tenang dan relaks,

dengan cara dihirup atau bisa sebagai massageoil. Minyak esensial

yang baik dignakan untuk terapi stres yaitu cypress, grapefruit,

pappermint, rosemary, kayu putih, geranium, juniter dan lavender.

2) Mengatasi insomnia. Keharuman minyak esensial dapat membuat

pikiran menjadi tenang dan relaks, dengan menggunakan minyak

esensial dari lavender, chamomile dan ylang-ylang.


38

3) Merawat tubuh, minyak esensial yang digunakan untuk mandi dan

pemijatan membuat otot yang kaku manjadi relaks. Selain itu,

minyak esensial juga bisa menstimulasi sistem sikulasi hingga

memperlancar pembungan zat-zat beracun dari dalam tubuh.

4) Merawat rambut, apabila ingin mendapatkan rambut yang sehat

dan berkilau bisa menambahkan minyak esensial sebanyak 10-12

tetes dalam 100 ml sampo.

5) Menghilangkan bau badan, dengan menggunakan campuran

minyak ketumbar dan minyak esensial seperti rosewood dan cypres

sangat tepat untuk mengurangi bau badan.

6) Merawat kuku, aromaterapi yang bisa digunakan untuk perawatan

kuku yaitu dengan mencampurkan sebanyak 6 tetes minyak

lavender serta chamomile dancendana ke dalam 30 ml minyak

almond.

7) Merawat wajah dan kulit, minyak esensial yang dianjurkan untuk

perawatan kulit adalah apricot dan primrose (kulit berkerut),

safflower dan bunga matahari (kulit berminyak), sweet almond

(kulit normal atau sensitif), minyak kacang tanah dan avokad (kulit

kering), minyak zaitun (kulit kasar), wheatgerm (kulit dengan

jaringan parut) dan minyak wijen (strech mark).

8) Kehamilan, aromaterapi bisa mengurangi strech mark, varises, dan

pembengkakan di kaki. Aromaterapi yang aman yaitu lavender,

cendana danchamomile.
39

9) Premenstrual sindrom, maanfat lain dari aromaterapi adalah

membantuuntuk mengurangi keluhan dan ketegangan datangnya

menstruasi, (Premenstrualsindrom ) dengan cara berendam atau

massage oil.

10) Melancarkan sistem sirkulasi tubuh. Basil, rosemary, thyme,

marjoram dancengkah dapat meningkatkan kesehatan sistem

sirkulasi secara umum. Apabila untuk mengurangi keluhan

kesehatan yang berhubungan dengan organ jantung

bisamenggunakan mellisa, neroli, lavender dan kenanga. Marjoram

dan jahe disarankan untuk mengatasi masalah kesehatan akibat

tingginya tekanan darah.

11) Memperbaiki sistem pencernaan, minyak esensial yang bisa

digunakan untuk kesehatan pencernaan yaitu rosemary

(menghilangkan rasa mual), chamomile, cendana, adas, melisa

(relaksasi otot-otot pencernaan), dan lada hitam.

12) Melegakan pernafasan, dapat menghirup minyak kayu putih

(cajuputi) ataumentol.

13) Mengatasi gangguan sistem saraf, aromaterapi marjoram, kenanga

dan nerolibisa digunakan untuk keluhan stress pada tahap awal

atau sakit kepala ringan.

14) Mengatasi gangguan pada otot dan tulang. Minyak rosemary dan

lemongrass (sereh) dapat digunakan untuk mengurangi rasa nyeri

di sendi.
40

3. Teknik Prosedur Terapi Pijat Oksitosin

Cara melakukan pijat oksitosin dapat dilakukan sebagai berikut (IBI,

2019)

a. Persiapan Alat

1) Handuk 2 buah

2) Waslap 2 buah

3) Baskom air hangat dan air dingin masing-masing 1 buah

4) Minyak Lavender

b. Indikasi dan Kontra Indikasi

Indikasi :

- Pasien dengan keluhan ASI yang tidak lancar

- Pasien yang bayinya tidak menyusui 8-10 kali per hari

- Pasien dengan keluhan ASI tidak merembes melalui puting

- Pasien dengan keluhan Payudara yang tidak terasa tegang

sebelummenyusui

Kontra Indikasi :

- Pasien dengan masalah radang payudara (Mastitis)

c. Tindakan

1) Melepas baju ibu bagian atas.

2) Menganjurkan ibu duduk membelakangi perawat dan kepala

dimiringkan ke kanan ataupun kiri sambil memeluk bantal.


41

Gambar 2.1 Posisi Ibu Duduk Sambil Memeluk Bantal

3) Memasang handuk di daerah perut dan pundak ibu.

4) Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak aroma terapi.

5) Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan

menggunakan dua kepalan tangan, dengan ibu jari menunjuk

kedepan

Gambar 2.2 Posisi Tangan Memijat Daerah Tulang Belakang

6) Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk

gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jari.


42

Gambar 2.3 Gerakan Pemijatan Melingkar Dengan Ibu Jari

7) Pada saat bersamaan memijat kedua sisi tulang belakang ke

arah bawah dari leher ke arah tulang belikat sampai sejajar

dengan payudara.

Gambar 2.4 Pemijatan dengan Arah Lurus Atas dan Bawah

8) Mengulangi pemijatan selama 5 menit.

9) Membersihkan punggung ibu dengan washlap air hangat dan

air dingin secara bergantian.

4. Hubungan pijat oksitosin kombinasi aroma terapi dalam

pengeluaran ASI
43

Hormon oksitosin dapat merangsang kontraksi sel mioepitel yang

mengelilingi mammae, fungsi fisiologik dari hormon ini meningkatkan

gerakan ASI kedalam duktus alveolaris dan memungkinkan terjadinya

ejeksi ASI. Hormon oksitosin terdapat di dalam hipotolamus pada

otak. Hormon tersebut dikeluarkan oleh kelenjar pituitari yang terletak

di dasar otak (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2005).

Hasil penelitian Young dalam Nove (2017), menjelaskan bahwa

hubungan pemijatan yang dilakukan di daerah vetebralis terhadap

sistem saraf otonom sehingga serum kortisol dan tingkat norepinefrin

akan diturunkan dan meningkatkan kadar oksitosin. Pijat oksitosin

yang dilakukan bertujuan untuk merangsang oksitosin. Let down

refleks yaitu rangsangan isapan bayi melalui serabut saraf, memacu

hipofise bagian belakang untuk mensekresi hormon oksitosin ke dalam

darah. Oksitosin ini menyebabkan sel-sel myopytel yang mengelilingi

alveoli dan duktuli berkontraksi, sehingga ASI mengalir dari alveoli ke

duktuli menuju sinus dan puting sehingga produksi ASI dapat

meningkat yang diobservasi melalui frekuensi menyusui dan lama

menyusui (Lestari, 2017).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulaeman

(2018) yang membuktikan bahwa setelah dilakukan pijat oksitosin dari

30 responden, sebagian besar responden masuk dalam kategori cukup

ASI. Ini membuktikan setelah dilakukan intervensi pijat oksitosin pada

ibu post partum hasilnya mengalami peningkatan dengan rata rata 4,25

kali lebih besar daripada sebelum dilakukan pijat oksitosin pada ibu
44

post partum primipara. Pengeluaran ASI dapat dipercepat dengan

tindakan non farmakologis yaitu melalui pijatan atau rangsangan pada

tulang belakang, neurotransmitter akan merangsang medulla oblongata

langsung mengirim pesan ke hipothalamus selanjutnya di hipofise

posterior sehingga terjadi pengeluaran oksitosin yang menyebabkan

payudara mengeluarkan ASI (Sulaeman, Lina, Masadah, &

Purnamawati, 2018).

Penggunaan minyak esensial aromaterapi lavender dapat

membantu ibu untuk relaksasi dan kenyamanan sehingga diharapkan

produksi ASI dapat meningkat. Lavender merupakan salah satu

minyak esensial yang popular dan secara luas digunakan dalam bidang

kesehatan klinis khususnya mengatasi permasalahan psikosomatik

dalam ginekologi (Bonny and Meilasari 2004).

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh wulan (2019)

kombinasi pijat oksitosin dan aromaterapi lavender pada ibu post

partum merupakan dua usaha untuk meningkatkan produksi ASI,

kombinasi pijat oksitosin dengan aromaterapi lavender lebih

berpengaruh terhadap produksi ASI karena pijatan tulang belakang

pada punggung dan wangi dari lavender yang bisa dirasakan oleh ibu

melalui indra penciumannya adalah usaha yang dengan cepat dapat

meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin, hal tersebut memberikan

kenyamanan pada ibu sehingga membantu ibu secara psikologis,

menenangkan, tidak stress pasca post partum, mengembalikan rasa

percaya diri, membantu ibu agar mempunyai pikiran dan perasaan


45

positif terhadap bayinya, meningkatkan produksi ASI, memperlancar

ASI dan sangat berguna untuk melepas lelah ibu selesai melahirkan

(Wulan, 2018).
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Studi Kasus

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif. Metode

penelitian deskriptif adalah sekumpulan obyek yang biasanya bertujuan

untuk melihat gambaran fenomena yang terjadi dalam suatu populasi

tertentu. Pada umumnya survey deskriptif digunakan untuk membuat

penelitian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program

dimasa sekarang. Kemudia hasilnya digunakan untuk menyusun

perencanaan, perbaikan, program tersebut (Natoadmodjo, 2014)

B. Subyek Studi Kasus

Subyek studi kasus yang akan dilakukan yaitu satu orang

responden pasca partum hari pertama sampai hari ke 3 dengan keluhan

ketidaklancaran pengeluaran ASI setelah melahirkan.

Kriteria Inklusif :

1. Pasien pasca persalinan normal

2. Masa nifas hari pertama sampai hari ke-3

3. Memiliki keluhan ketidaklancaran pengeluaran ASI

4. Pasien tidak merasakan ketegangan payudara sebelum menyusui

banyinya atau payudara terasa lunak

5. Pasien dengan keluhan ASI yang tidak merembes melalui puting

6. Bayi tidak menyusui selama 8-10 kali perhari

7. Bersedia menjadi responden dari awal sampai akhir penelitian

46
47

Kriteria Ekslusi :

1. Pasien dengan riwayat melahirkan sectio caesaria

2. Pasien dengan Mastitis

3. Pasien yang sudah diberikan tindakan pijat oksitosin namun ASI masih

belum keluar

C. Fokus Studi Kasus

Fokus studi kasus adalah kajian utama dari permasalahan yang

akan dijadikan acuan studi kasus. Fokus studi kasus ini yaitu penerapan

prosedur terapi pijat oksitosin kombinasi aroma terapi pada pasien post

partum.

D. Definisi Operasional

1. Prosedur terapi pijat oksitosin kombinasi aroma terapi adalah suatu

cara pemijatan yang menggunakan minyak lavender dilakukan pada

daerah sepanjang tulang belakang dimulai dari tulang leher hingga

tulang costa kelima-keenam. Pemijatan dilakukan sebanyak 2 kali

dalam sehari dengan durasi waktu selama 5 menit setiap sekali

pemijatan. Pijat ini bertujuan untuk merangsang hormon oksitosin

sebagai pelancar keluarnya ASI .

2. Pasien post partum/pasca partum adalah seseorang yang telah

melaukan persalinan secara normal dan berada di wilayah kerja

Puskesmas Babakan.
48

E. Tempat dan Waktu

1. Tempat akan dilaksanakannya Studi Kasus

Tempat akan dilaksanakannya Studi Kasus ini adalah wilayah kerja

Puskesmas Babakan.

2. Waktu akan dilaksanakannya Studi Kasus

a. Persiapan studi kasus ini dilakukan mulai dari bulan November

2019 sampai dengan bulan Februari 2020

b. Pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan pada bulan Maret 2020

F. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan wawancara dengan

pasien dan keluarga untuk menggali informasi kepada pasien dan keluarga

meliputi biodata pasien, pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam

upaya peningkatan pengeluaran ASI meliputi pengetahuan, teknik atau

cara-cara meningkatkan pengeluaran ASI.

G. Prosedur Pelaksanaan Studi Kasus

Dalam penelitian ini, agar pelaksanaannya terarah dan sistematis maka

disusun tahapan-tahapan penelitian sebagai berikut :

1. Tahap pra lapangan

Peneliti melakukan survei pendahuluan dengan mencari subyek sebagai

narasumber. Selama proses survei ini peneliti melakukan penjajangan

lapangan terhadap latar penelitian, mencari data dan mengumpulkan

informasi. Peneliti juga menempuh upaya konfirmasi ilmiah melalui

penelusuran literatur buku dan refrensi pendukung penelitian. Pada

tahap ini peneliti melakukan penyusuanan rancangan penelitian yang


49

meliputi garis besar metode penelitaian yang digunakan dalam

melakukan penelitian. Tahap pra lapangan dilakukan peneliti selama

bulan November 2019 – Februari 2020

2. Tahap pekerjaan lapangan

Dalam hal ini peneliti memasuki dan memahami latar penelitian dalam

rangka pengumpulan data meliputi :

a. Tahap Orientasi

Dalam tahap orientasi peneliti melakukan bina hubungan saling

percaya kepada klien, menjelaskan tentang penelitian, memberikan

informed consent, menjelaskan tujuan dan prosedur kerja, kontrak

waktu untuk berlangsungnya penelitian,

b. Tahap Pengkajian

Peneliti melakukan pengkajian pada pasien meliputi

biopsikososialspiritual pada klien.

c. Tahap Perumusan Diagnosa Keperawatan

Peneliti merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan data

yang dikeluhkan oleh klien.

d. Tahap Intervensi Tindakan Keperawatan

Peneliti menyusun intervensi tindakan keperawatan yang akan

diberikan kepada klien.

e. Tahap implementasi

Peneliti melakukan implementasi selama tiga hari dengan

pemberian terapi pijat oksitosin menggunakan minyak lavender

dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari.


50

f. Tahap evaluasi

Peneliti melakukan evaluasi pada hari terakhir setelah dilakukan

tindakan keperawatan.

H. Penyajian Data

Data disajikan secara tekstular/narasi dan dapat disertai dengan

cuplikan ungkapan verbal ari subyek studi kasus yang merupakan data

pendukungnya

I. Etika Studi Kasus

Etika studi kasus adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk

setiap kegiatan studi kasus yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak

yang diteliti (subyek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh

dampak hasil penelitian tersebut (Notoatmodjo S. , 2012). Sebelum

melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mendapat rekomendasi dari

institusi untuk mengajukan permohonan izin kepada institusi/lembaga

tempat penelitian. Menurut (Alimul, 2008)dalam melaksankan penelitian

ini penulis menekankan masalah etika yang meliputi:

1. Lembar Persetujuan (Informed consent)

Informed consent merupkan bentuk persetujuan antara peneliti dan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan

dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Tujuan Informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan

tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka

mereka harus menandatangai lembar persetujuan. Jika responden tidak


51

bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa

informasi yang harus ada dalam Informed consent tersebut adalah:

partisipasi responden, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang

dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial yang akan

terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan

lain-lain (Alimul, 2008)

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat

ukur yang telah diisi oleh responden, penulis tidak mencantumkan

nama secara lengkap, responden cukup mencantumkan nama inisial

saja.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Confidentiality adalah masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset (Alimul, 2008). Peneliti menjelaskan bahwa

data yang diperoleh dari responden akan dijaga kerahasiaannya oleh

peneliti.
52

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Data Subjektif

1. Pengkajian

a. Biodata Pasien

d) Nama : Ny. M

e) Umur : 28 Tahun

f) Suku : Sasak

g) Agama : Islam

h) Pekerjaan : IRT

i) Pendidikan : SMA

j) Penghasilan : Ibu Rumah tangga

k) Alamat : Pengadang

g. Biodata Penanggung Jawab

a) Nama : Tn. N

b) Umur : 29 tahun

c) Suku : Sasak

d) Agama : Islam

e) Pekerjaan : Petani

f) Pendidikan : SMA

g) Alamat : Pengadang

h) Hubungan dengan pasien : Suami Pasien


53

h. Keluhan Utama

Nyeri luka jahitan pada daerah perineum karena bekas robekan

jalan lahir

i. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada tanggal 23 maret 2029 usia kandungan pasien masih berusia

33 minggu 1 hari (HPHT 15 juli 2019 ). Pasien mengatakan pada

tanggal 23 maret 2020, sejak pagi hari tiba-tiba perut terasa mulas

dan sempat mengeluarkan lendir bercampur darah. Pasien

merasakan kontraksi dan pecah ketuban belum pada saatnya. Pada

malam hari pukul 22.00 pasien dibawa ke Puskesmas Babakan

sudah bukaan 1 dan dilakukan penanganan bayi lahir secara

spontan pada 24 maret 2020 pukul 06.10 Wita, pada saat persalinan

dilakukan episiotomi sehingga menyebabkan adanya jahitan di

daerah perineum. Saat ini bayi baru disusui sekali saat baru lahir.

j. Keluhan Saat di Kaji

Pasien mengatakan terus menerus buang air kecil dan selalu

berkeringat. Bayi belum mau minum asi. Pasien mengeluh nyeri

(P:saat pasien bergerak , Q: nyeri seperti disayat , R:daerah

perineum , S:4(0-10) , T:terus menerus. Pasien mengatakan belum

memberikan asi pada anaknya sejak 2 jam setelah melahirkan.

Pasien tampak meringis saat bergerak.

k. Riwayat Haid/ Menstruasi

a) Siklus Haid : siklus haid lancar selama 28-35 hari


54

b) Lama haid : lama haid 5-7 hari

c) Banyaknya haid : 4 kali ganti pembalut/ hari

d) Konsistensi : cair

e) Warna : merah segar hari pertama dan di hari ke 4

mulai kecoklatan

f) Dismenorhea : mengalami disminorea pada hari 1 dan 2

g) HPHT : 15 juli 2020

l. Riwayat Kehamilan

Anak ke Kehamilan Persalinan Komplikasi nifas Anak

n Umur P
tahun Penyulit Jenis Penolong Penyulit Laserasi infeksi Perdarahan jenis BB
o kehamilan j

1 10 9 bulan Tidak SC Dokter - - - - L 210 4

ada 0 gr 0

kontrak- c

si m

2 1 hari 8 bulan Ketuban Spon- Bidan - - - L 290 4

Pecah tan 0 gr 2

dini c

m. Riwayat Persalinan

a) Kala I :

- Lama : 7 jam

- Keluhan : Ketuban Pecah dini


55

b) Kala II :

- Lama : 1 jam

- Keluhan : tidak ada

c) Kala III :

- Lama : 30 menit

- Keluhan : tidak ada

d) Kala IV :

- Lama : 2 jam

- Keluhan : tidak ada

i. Riwayat Nifas

1. Involusi :Baik

2. Pendarahan : tidak ada pendarahan berlebih

3. TFU :2 jari dibawah pusat (2cm)

j. Pola Kebiasaan Sehari-hari

1. Pola eliminasi

1) BAB

Sebelum melahirkan :

a) Frekwensi : 1 kali/ hari

b) Warna : coklat

c) Konsistensi : padat lunak

d) Bau : bau khas feses

e) Keluhan : tidak ada


56

Sesudah melahirkan

a) Frekwensi : belum BAB sejak 2 jam melahirkan

b) Warna :-

c) Konsistensi : -

d) Bau :-

e) Keluhan : tidak berani mengedan karena sakit pada

jahitan episiotomi.

2) BAK

Sebelum melahirkan :

a) Frekwensi : 6x sehari

b) Warna : Kuning jernih

c) Keluhan : tidak ada

Setelah melahirkan :

a) Frekwensi : 2 kali setelah melahirkan

b) Warna : Kuning kruh

c) Keluhan : terasa nyeri saat BAK dan takut untuk BAK

karena perih saat kencing, kencing keluar sedikit

2. Pola Nutrisi

Sebelum melahirkan :

- frekwensi makan : 3x/hari

- nafsu makan : kadang tidak nafsu makan

- jenis makanan : Nasi, sayur, lauk pauk, buah

- makanan yang tidak disukai / alergi / pantangan : Tidak

ada
57

Setelah melahirkan :

- frekwensi makan : 3x/hari

- nafsu makan : baik

- jenis makanan : Nasi, sayur, lauk pauk, buah

- makanan yang tidak disukai / alergi / pantangan : Tidak

ada

3. Pola Kebersihan

Sebelum melahirkan :

1) Mandi

Pasien mandi 2x sehari

2) oral hygiene

frekwensi : Pasien gosok gigi pagi dan malam hari

3) cuci rambut

pasien cuci rambut 2x seminggu menggunakan shampoo

Setelah melahirkan :

1) Mandi

Pasien belum mandi setelah melahirkan

2) oral hygiene

frekwensi : Pasien baru gosok gigi sekali

3) cuci rambut

frekwensi : Pasien belum pernah mencuci rambut setelah

melahirkan
58

4. Pola istirahat tidur

Sebelum melahirkan :

- lama tidur : 6-8 jam/ hari

- keluhan : Pasien terkadang terbangun pada tengah

malam

Setelah melahirkan :

- lama tidur : 4 jam/ hari

- keluhan : Pasien susah tidur karena harus mengawasi

anaknya sewaktu-waktu

k. Riwayat KB

Pasien sebelumnya menggunakan KB Suntik

i.
59

Data Objektif

Pemeriksaan Umum

1. Kesadaran : composmentis

2. Tanda-tanda vital :

a) Suhu :36.5 0 C

b) Pernafasan :20x/menit

c) Nadi : 86x/ menit

d) Tekanan darah :110/80 mmHg

3. Berat badan : 56 Kg

4. Tinggi badan :154 cm

Pemeriksaan Fisik

1. Kepala

- Inspeksi : bentuk kepala , penyebaran rambut merata, warna

rambut hitam, kulit kepala berminyak

- Palpasi : tidak ada benjolan pada kepala dan tidak ada nyeri

tekan

2. Mata :

- Inspeksi : gerakan bola mata simetris, konjungtiva merah

muda, sclera putih tidak icteric, tidak ada terlihat kantung

mata.

- Palpasi : tidak ada pembengkakan pada kelopak mata, tidak

ada nyeri tekan.


60

3. Hidung :

- Inspeksi : hidung simetris, tidak ada tampak pernapasan cuping

hidung, tidak ada sekret berlebih, tidak ada pembengkakan

- Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada daerah sinus

4. Mulut

- Inspeksi : bibir atas dan bibir bawah simetris, warna bibir

merah muda, mukosa mulut merah muda, tidak ada stomatitis,

bibir tidak pecah-pecah, lidah tidak kotor berwarna merah

muda, gigi lengkap tidak ada gigi berlubang.

- Palpasi : permukaan bibir lembut, tidak ada nyeri tekan

5. Leher

- Inspeksi : tidak ada pembesaran vena jugularis

- Palpasi : tidak ada teraba pembesaran tyroid

6. Dada

a) Paru-paru

- Inspeksi : pengembangan dada simetris, tidak tampak

menggunakan otot bantu nafas, frekuensi pernapasan

20x/menit

- Palpasi : fremitus raba baik, tidak ada pembengkakan, tidak

ada nyeri tekan pada dada.

- Perkusi : suara dinding dada sonor

- Auskultasi : tidak ada suara nafas tambahan

b) Jantung :

- Inspeksi : tidak tampak pulsasi iktus cordis


61

- Palpasi : teraba denyutan ikyus cordis

- Perkusi : suara pekak/datar

- Auskultasi : denyut jantung 86x/menit, irama reguler teratur

c) Payudara :

- Inspeksi : payudara membesar, aerola berwarna hitam,

puting susu menonjol, keadaan payudara bersih, tidak ada

pengeluaran kolustrum hanya keluar sedikit saat IMD.

- Palpasi : Payudara Terasa tegang , terasa neri saat ditekan,

tidak ada benjolan disekitar payudara.

7. Perut

- Inspeksi : terdapat bekas luka jahitan (riwayat LMR),

terdapat striae gravida, linea nigra sudah memudar.

- Auskultasi : suara bising usus terdengar 8x / menit

- Palpasi : TFU berada 2 jari dibawah pusat, kandung kemih

tidak distensi

- Perkusi : suara timpani

8. Genitalia

- Inspeksi : terdapat jahitan pada perineum dengan kondisi luka

basah, berwarna merah muda, tidak tampak tanda-tanda

infeksi, pengeluaran lochea normal tidak ada pendarahan

berlebih

9. Ekstremitas :

a) Ekstremitas Atas

- Inspeksi : terpasang infus pada tangan kiri


62

- Palpasi : tidak ada pembengkakan di daerah yang

terpasang infus.

- Kekuatan otot 5/5

b) Ekstremitas Bawah

- Inspeksi : tidak ada tampak pembengkakakn pada kedua

kaki pasien

- Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada edema

- Kekuatan oto 5/5


63

Pemeriksaan Penunjang

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal 23 maret 2020

Ukuran Hasil Satuan Nilai keteranga


rujukan n

WBC 19.04 + 103 /uL 4.10-10.90 Tinggi

LYMPH# 1.51 103 /uL 1.00-3.70 Normal

MONO# 0.85 + 103 /uL 0.00-0.70 Tinggi

EO# 0.02 103 /uL 0.00-0.40 Normal

BASO# 0.02 103 /uL 0.00-0.10 Normal

NEUT# 16.64 + 103 /uL 1.50-7.00 Tinggi

LYMPH% 7.9 % 20.0-50.0 Tinggi

MONO% 4.5 % 0.0-14.0 Normal

EO% 0.1 % 0.0-6.0 Normal

BASO% 0.1 % 0.0-1.0 Normal

NEUT% 87.4 % 37.0-72.0 Tinggi

RBC 3.70 106/uL 4.00-5.20 Rendah

HGB 11.8 9/dL 12.0-16.0 Rendah

HCT 34.0 % 36.0-46.0 Rendah

MCV 91.9 Fl 80.0-100.0 Normal

MCH 31.9 Pg 26.0-34.0 Normal

MCHC 34.7 g/dL 31.0-36.0 Normal

RDW-SD 42.9 fL 37.0-54.0 Normal

RDW-CV 13.2 % 11.6-14.8 Normal

PLT 234 103 /uL 150-450 Normal

MPV 10.5 fL 9.0-13.0 Normal

PCT 0.25 % 0.17-0.35 Normal

PDW 11.7 fL 9.0-17.0 Normal

P-LCR 28.3 % 13.0-43.0 Normal


64

GOLONGAN DARAH : O

HBSAG :-

Terapi Pengobatan

Tabel 4.2 Terapi Pengobatan

N NAMA DOSIS RUTE KEGUNAAN


O OBAT

1 Vit C 3x1 Per Untuk


tablet oral meningkatkan
daya tahan
tubuh

2 asamefenamat 3x1 Peroral Penghilang


tablet nyeri
(analgesik)
(500mg)

3 Cefadroxil 2x1 Peroral Antibiotik


tablet
65

2. Diagnosa Keperawatan

a. Analisa Data

Tabel 4.3 Diagnosa Keperawatan (NANDA)

Symtom Etiologi Problem


S : pasien Masa nifas Nyeri
mengeluh nyeri
P:saat bergerak
Q:seperti disayat Perubahan
R:perineum fisikologis
S:4(0-10)
T:terus menerus

O : -pasien tampak Robekan jalan lahir


meringis saat
bergerak
-Terdapat luka Luka perineum
Episiotomi (episiotomi)
- keadaan luka
masih basah
nyeri
S :-pasien Masa nifas Ketidak efektifan
mengatakan pemberian asi
Belum
memberika Perubahan
Asi pada fisikologis
anaknya
Sejak 2 jam Organ reproduksi
setelah
Melahirkan. Pengeluaran
O : -colostrum kolostrum sedikit
sudah
Pernah keluar Produksi ASI belum
sedikit lancar
-puting
menonjol Ketidak efektifan
-payudara pemberian asi
tegang
S: Perubahan Gangguan eliminasi
- pasien fisikologis BAK
mengatakan baru
BAK sebanyak 2 Trauma perineum
kali dan saluran kemih
- pasien mengatakan
kencingnya sedikit Gangguan eliminasi
66

- pasien mengatakan BAK


takut untuk
kencing karena
terasa perih saat
kencing
- pasien mengatakan
warna kencingnya
kuning keruh
O:
- terdapat luka
perineum dan
jahitan yang masih
basah

b. Rumusan Diagnosa Keperawatan


1) nyeri berhubungan dengan luka episiotomi ditandai dengan

pasien mengeluh nyeri, p:nyeri saat bergerak, q:seperti disayat,

R:pada perineum, s:4, t:terus menerus. pasien tampak meringis

saat bergerak.terdapat luka episiotomi dengan luka jahitan

masih basah

2) ketidak efektifan pemberian asi berhubungan dengan produksi

ASI belum lancar ditandai dengan pasien mengatakan belum

memberikan asi pada anaknya, colostrum keluar sedikit, puting

menonjol, payudara tegang tegang

3) gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan disuria ditandai

dengan pasien mengatakan baru BAK sebanyak 2 kali, pasien

mengatakan kencingnya sedikit, pasien mengatakan takut untuk

kencing karena terasa perih saat kencing, pasien mengatakan

warna kencingnya kuning keruh, terdapat luka perineum dan

jahitan yang masih basah


67

3. Intervensi Keperawatan

Prioritas masalah

1. Nyeri akut

2. Ketidakefektifan pemberian ASI

3. Gangguan eliminasi BAK

Tabel 4.4Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan/ Kreteria Intervensi rasional


keperawata Hasil Keperawatan
n
1 nyeri NOC : NIC : - Nyeri
berhubungan - Pain level - Lakukan dirasakan,
dengan luka - Pain control pengkajian dimanifestasik
episiotomi - Comfort level nyeri secara an dan
Kriteria hasil : komprehensif ditoleransi
ditandai
- Mampu termasuk secara
dengan mengontrol lokasi, individual.
pasien nyeri karakteristik,
mengeluh - Melaporkan durasi,
nyeri, p:nyeri nyeri berkurang frekuensi,
saat bergerak, dengan kualitas dan
q:perih, menggunakan faktor
R:pada manajemen presipitasi - Komunikasi
perineum, nyeri terapeutik
s:4, t:terus - Mampu - Gunakan merupakan
menerus. mengenali skala teknik cara
nyeri komunikasi pendekatan
pasien
- Menyatakan terapeutik yang
tampak rasa nyaman untuk mendorong
meringis saat setelah nyeri mengetahui kesembuhan
bergerak. ttv: berkurang pengalaman pasien
td:110/80 , nyeri pasien
rr:20x/menit , - Teknik
s:36.3oc , - Ajarkan relaksasi dapat
n:86x/menit. tentang teknik menurunkan
non kebutuhan
farmakologi analgesik dan
meningkatkan
penyembuhan

- Kolaborasikan - Diberikan
dengan dokter untuk kontrol
untuk nyeri adekuat
pemberian yang
analgesik jika memperbaiki
68

ada keluhan kenyamanan


dan tindakan pasien
nyeri tidak
berhasil
- Cek instruksi - Memastikan
dokter tentang ketepatan
jenis obat, pemberian
dosis dan obat
frekuensi
- Cek riwayat - Menghindari
alergi alergi obat

2 Ketidakefekti NOC : NIC - Mengetahui


fan - Kemantapan - Kaji kemampuan
pemberian pemberian ASI pengetahuan ibu tentang
ASIberhubun - Pemeliharaan pasien tentang proses laktasi
pemberian ASI laktasi dan
gan dengan
Kriteria Hasil : menyusui - Mengetahui
produksi ASI - ASI yang - Kaji keberhasilan
belum lancar banyakdapatme pengalaman ibu dalam
ditandai rembeskeluarm menyusui pemberian
dengan elalui putting sebelumnya ASI eksklusif
pasien - Sebelumdisusuk - Faktor usia,
mengatakan anpayudarateras - Kaji pada status
belum ategang dan periode awal ekonomi dan
memberikan setelahdisusuka prenatal untuk keadaan
asi pada npayudaraterasa adanya faktor fisiologis ibu
anaknya, lunak resiko beresiko
- Bayi BAK 6–8 ketidakefektif terjadinya
kolustrum
kali an pemberian ketidakefektif
keluar dalamsatuhari ASI an pemberian
sedikit, - Bayi BAB 3–4 ASI
puting kali sehari - Cara
menonjol, - Bayi paling - Intruksikan menyusui
payudara sedikitmenyusu ibu dalam yang benar
tegang dan 8–10 kali dalam teknik merupakan
nyeri tekan 24jam menyusui usaha untuk
- Bayimenghisap yang mencapai
dan menelan meningkatkan keberhasilan
pada keterampilan dalam
payudarasecarat dalam menyusui
erus-menerus. menyusui
bayinya. - Pemijatan
dapat
- Lakukan merangsang
teknik pijat hormon
oksitosin oksitosin yang
mempengaruh
i pengeluaran
ASI
69

3 Gangguan NOC : NIC : - Memantau


eliminasi - Urine -Memonitor adanya
BAK Elimination eliminasi urine kelaian yang
berhubungan Kreteria Hasil : termasuk terjadi pada
- Klien dapat frekuensi, saat berkemih
dengan
BAK secara konsistensi, bau,
disuria normal volume, dan
ditandai - Klien tidak warna urine
dengan mengalami sesuai kebutuhan
pasien nyeri saat BAK
mengatakan Klien tidak takut untuk -Ajarkan klien - Mendeteksi
baru BAK BAK tanda dan gejala dini terjadinya
sebanyak 2 infeksi saluran infeksi saluran
kali setelah kemih kemih
melahirkan,
pasie -Anjurkan klien - Melakukan
atau keluarga pencatatan
mengatakan
untuk melaporkan dan
kencingnya urine output menentukan
sedikit, sesuai kebutuhan keseimbangan
pasien cairan
mengatakan -Anjurkan klien - Mencegah
takut untuk banyak minum terjadinya
kencing saat makan, disuria dan
karena terasa diantara waktu memenuhi
nyeri saat makan dan pagi keseimbangan
BAK, hari cairan
terdapat luka
-Bantu klien - Mencegah
perineum dan
untuk toileting terjadinya
jahitannya sesuai kebutuhan trauma saat
masih basah berkemih
70

4. Implementasi Keperawatan

Tabel 4.5 Implementasi Keperawatan

Tanggal/jam Diagnosa Implementasi Respon Hasil Paraf


24 maret 1 Melakukan pasien
2020 pengkajian nyeri mengatakan
(10.00WITA) secara bahwa nyeri
komprehensif sangat
dirasakan saat
pasien
bergerak, nyeri
dirasakan
sangat perih di
daerah bekas
jahitan saat
melahirkan,
skala yang
dirasakan ada
pada skala 4,
nyeri dirasakan
terus menerus.
24 maret 1 Mengajarkan Pasien dapat
2020 teknik relaksasi mendemonstras
(10.10WITA) nafas dalam ikan ulang cara
untuk melakukan
mengontrol nyeri relaksasi nafas
dalam, pasien
melakukannya
selama satu
menit dan
pasien merasa
lebih rileks
setelah
melakukan
rekalsasi nafas
dalam
24 maret 1 Memberikan Setelah
2020 pasien obat mengonsumsi
(10.30WITA) analgesik (asam obat tidak
mefenamat) 500 ditemukan
mg dengan dosis gejala alergi
3x1 pada pasien
dan nyeri dapat
berkurang
24 maret 2 mengkaji
2020 pengetahuan
(11.00WITA) pasien tentang
laktasi dan
71

menyusui
Tanggal/jam Diagnosa Implementasi Respon Hasil Paraf
24 maret 2 mengkaji Pasien tidak
2020 pengalaman memberikan
(11.10WITA) menyusui ASI ekslufis
sebelumnya pada anak
pertama,
pasien
mengatakan
memberikan
ASI hanya
sampai anak
usia 3 bulan
dengan
keluhan ASI
yang tidak
keluar dan
melanjutkan
dengan
pemberian
susu formula
24 maret 2 Menganjurkan Keluarga
2020 keluarga pasien pasien mau
(11.10WITA) untuk melakukan melakukan
pijat oksitosin teknik pijat
menggunakan oksitosin
minyak lavender
menggunakan
minyak
lavender untuk
memperlancar
produksi ASI
24 maret 2 Menginstruksikan Pasien
2020 pasien untuk mencoba
(11.15WITA) melakukan teknik melakukan
menyusui yang teknik
meningkatkan menyusui
keterampilan
dengan
dalam pemberian
ASI menentukan
posisi yang
nyaman
seperti duduk
bersandar
dengan bantal
saat memberi
ASI dan
menstimulasi
bayi untuk
terus menyusu
72

Tanggal/jam Diagnosa Implementasi Respon Hasil Paraf


24 maret 2 Melakukan pijat pasien
2020 oksitosin mengatakan
(15.00WITA) menggunakan nyaman saat
minyak lavender diberikan pijat
oksitosin,
pasien sudah
menyusui
anaknya
sebanyak 2
kali selama 5
menit pada
payudara kiri
dan kanan dan
bayi masih
rewel saat
diberikan ASI
24 maret 3 Mengkaji Pasien
2020 eliminasi urine mengatakan
(15.10WITA) (frekuensi,warna, baru kencing
volume, dan sebanyak 2
keluhan) kali, namun
kencing yg
keluar sedikit,
terasa nyeri
saat BAK,
warna kencig
kuning keruh
24 maret 3 Menganjurkan Pasien mau
2020 klien banyak mengikuti
(15.30WITA) minum saat anjuran yang
makan dan diberikan dan
dipagi hari meminum air
putih setelah
makan
sebanyak 1
gelas
24 maret 3 Menganjurkan Klien mau
2020 klien untuk mengikuti
(15.45WITA) toileting seperti anjuran yang
membasuh diberikan dan
daerah perineum sebelum BAK
sebelum BAK pasien akan
dan membasuh
mengeringkan daerah
perineum setelah perineum
73

BAK dengan air


hangat
25 maret 1 Mengobservasi P : saat terasa
2020 nyeri pasien lembab
(08.00WITA) Q : seperti
disayat
R : daerah
perineum
S:3
T : hilang
timbul
25 maret 1 Menganjurkan Pasien
2020 pasien untuk melakukan
(08.10WITA) melakukan teknik
teknik relaksasi relaksasi nafas
nafas dalam dalam dan
merasakan
rileks
P : saat
bergerak
banyak
Q : seperti
disayat
R : daerah
perineum
S:3
T : hilang
timbul
25 maret 1 Memberikan Pasien
2020 pasien obat asam mengkonsums
(08.30WITA) mefenamat 500 i analgesik
mg setelah setelah makan
makan dan tidak ada
reaksi alergi
yang
ditimbulkan
setelah
mengkonsums
i obat
25 maret 2 Memantau Suami pasien
2020 kemampuan sudah mampu
(09.00WITA) keluarga untuk melakukan
melakukan teknik pijat
teknik pijat oksitosin pada
oksitosin pada pasien dan ada
pasien pengeluaran
ASI sebelum
menyusui bayi
74

Tanggal/jam Diagnosa Implementasi Respon Hasil Paraf


25 maret 2 Memamtau pasien
2020 kemampuan mengatakan
(09.10WITA) pasien dalam bayinya
memberikan asi menyusu
sebanyak 2
kali dengan
lama waktu 8
menit bayi
masih rewel
saat diberikan
ASI
25 maret 2 Memantau Pasien
2020 kemampuan mengatakan
(16.00WITA) keluarga pasien setelah dipijat
melakukan pijat merasa
oksitosin nyaman, dan
menggunakan rileks, isapan
minyak bayi saat
lavender menyusu kuat
bayi menyusu
selama 10
menit
25 maret 3 Memonitor Pasien
2020 eliminasi urine mengatakan
(16.10WITA) sudah kencing
sebanyak 2
kali dan masih
terasa nyeri
saat kencing
25 maret 3 Memantau Pasien
2020 kemampuan mengatakan
(16.30WITA) pasien dalam sebelum BAK
melakukan membasuh
toileting perineum
dengan air
hangat dan
mengerikan
perineum agar
tidak lembab
26 maret 1 Mengobservasi P : saat banyak
2020 nyeri pasien
(09.10WITA) bergerak

Q : ditusuk-
75

tusuk

R : daerah

perineum

S:3

T : sewaktu-

waktu

Luka
perineum
sudah
mengering dan
tidak ada
tanda-tanda
infeksi
26 maret 1 Memantau Pasien mampu
2020 kemampuan melakukan
(09.15WITA) pasien relaksasi nafas
melakukan dalam apabila
teknik non merasakan
farmakologi nyeri rileksasi
untuk dilakukan
mengontrol selama 1-3
nyeri menit
26 maret 2 Melakukan pijat Pasien
2020 oksitosin megatakan
(10.00WITA) menggunakan merasa rileks
minyak saat di pijat,
lavender payudara
tegang
sebelum
menyusui dan
lunak setelah
menyusui, ASI
keluar
sebelum
menyusui
anaknya
26 maret 2 Mengobservasi Pasien
2020 keterampilan mengatakan
(10.10WITA) ibu dalam isapan bayi
menyusui kuat, bayi
bayinya menyusui
selama 10
76

menit, bayi
menyusui
sebanyak 8
kali selama 24
jam, bayi tidak
rewel saat
diberikan ASI,
bayi BAK
sebanyak 8
kali dan BAB
2 kali
26 maret 3 Mengobservasi Pasien
2020 eliminasi BAK mengatakan
(10.30WITA) pasien sudah BAK
sebanyak 4
kali, warna
kuning jernih
dan tidak
terlalu nyeri
saat BAK
26 maret 3 Memantau Pasien selalu
2020 kemampuan membasuh
(10.30WITA) pasien dalam perineum
melakukan sebelum BAK
toileting dan
mengeringkan
perineum
setelah BAK
agar tidak
lembab dan
menimbulkan
nyeri
26 maret 1 Memberikan ibu Pasien
2020 obat analgesik menminum
(16.00WITA) obat dan tanpa
ada keluhan
alergi
26 maret 2 Memantau Suami pasien
2020 kemampuan sudah mampu
(17.00WITA) suami dalam memberikan
melakukan pijat pijat oksitosin
oksitosin kepada
istrinya
77

Evaluasi Keperawatan

Tabel 4.6 Evaluasi Keperawatan

Hari/ tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf


27 Maret 2020 1 S:
- Pasien mengatakan
nyerinya terasa saat
banyak bergerak
- Pasien mengatakan
apabila nyeri terasa,
pasien mampu
mengontrol nyeri dengan
cara relaksasi
O:
- P : saat banyak bergerak
- Q : ditusuk-tusuk
- R : daerah perineum
- S:2
- T : sewaktu-waktu
A :Masalah teratasi
P :Intervensi dilanjutkan
- Tetap melakukan teknik
relaksasi apabila nyeri
terasa

Hari/ tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf


78

27 maret 2020 2 S:
- Pasien mengatakan
sebelum menyusi
anaknya payudara terasa
tegang dan lunak setelah
di susui
- PasienmengatakanASI
terkadang keluar apabila
pasien belum menyusui
anaknya
O:
- Bayi menyusu selama 10
menit
- Bayi BAK sebanyak 8
kali
- Bayi tidak rewel saat
diberikan ASI
- Bayi menyusu sebanyak
12 kali selama 24 jam
A :masalah teratasi
P : intervensi dilanjutkan :
- Lakukan pijat oksitosin
selama 5 menit dan
dilakukan sebanyak 2
kali sehari
79

Hari/ tanggal Diagnos Evaluasi Paraf

27 maret 2020 3 S:

- Pasien mengatakan

sudah BAK sebanyak 4

kali dalam sehari

- Pasien mengatakan

sudah tidak terlalu nyeri

saat BAK

- Pasien mengatakan tetap

menjaga daerah

perineum agar tetap

kering

O:

- Warna urine kuning

jernih

- Luka perineum kering

A : masalah teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

- Tetap basuh perineum

dengan air hangat

sebelum BAK dan

kerigkan setelah BAK


80

B. Pembahasan

Pembahasan pada studi kasus ini akan membahas tentang

asuhan keperawatan maternitas dengan masalah utama Ibu post

Partum dengan masalah ketidakefektifan pemberian ASIdi wilayah

kerja Puskesmas Babakan Kota Mataram. Proses pengumpulan

data studi kasus dimulai dari pencarian data post partum di

Puskesmas Babakan, kemudian menemui pasien, memperkenalkan

diri dan menjelaskan tujuan prosedur tindakan dan mengajukan

informed consent. Studi kasus dilakukan pada tanggal 24-27 Maret

2020. Studi kasus hari pertama di Puskesmas kemudian dilanjutkan

dengan kunjungan rumah sampai hari ke tiga serta evaluasi

dilakukan pada hari ke empat.

Setelah dilakukan penerapan asuhan keperawatan pada

pasien maka pada bagian pembahasan penulis akan menjabarkan

adanya keseuaian atau kesenjangan antara teori dan praktek yang

didapatkan pada saat studi kasus yang dimulai dari pengkajian,

penentuan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,

implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan. Berikut

penulis akan mendeskripsikan hasil studi kasus secara narasi :

1. Pengkajian

Tahap pengkajian keperawatan pada pasien masa nifas

meliputi data subjektif dan data objektif (Astutik, 2015).


81

Pengkajian pada studi kasus dilakukan bersama pasien dan suami

pasien dengan cara wawancara dan observasi.

Hasil yang didapatkan dari pengkajian meliputi biodata

pasien, riwayat kesehatan, pola kebiasaan sehari hari-pasien,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa hasil lab.

Hal ini sejalan dengan format pengkajian yang sudah tersedia.

Proses pengkajian tidak mengalami hambatan dan semua item

dapat diperoleh dengan informasi yang jelas karena pasien dan

suami pasien kooperatif.

2. Diagnosa Keperawatan

Hasil data yang diperoleh peneliti ditemukan tiga dari tujuh

kemungkinan diagnosa keperawatan yang timbul dari diagnosa

keperawatan maternitas khususnya pada pasien post partum sesuai

dengan tinjauan pustaka. Hal ini menunjukan bahwa adanya

kesenjangan antara teori dan praktek. Diagnosa yang timbul pada

pasien diantaranya yaitu :

a) Nyeri berhubungan dengan denga luka episiotomi ditandai

dengan pasien mengeluh nyeri, p: nyeri saat bergerak, q: perih,

r : pada bagian perineum, s : 4 , t: terus menerus. Pasien

tampak meringis saat bergerak.

b) Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan

kecemasan ditandai dengan pasien mengatakan belum

memberikan ASI pada anaknya, colostrum keluar sedikit,

puting menonjol, payudara tidak terlalu tegang.


82

c) gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan disuria ditandai

dengan pasien mengatakan baru BAK sebanyak 2 kali, pasien

mengatakan kencingnya sedikit, pasien mengatakan takut

untuk kencing karena terasa perih saat kencing, pasien

mengatakan warna kencingnya kuning keruh, terdapat luka

perineum dan jahitan yang masih basah

sedangkan diagnosa yang tidak muncul yaitu :

8) Resiko Infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan

tentang perawatan vulva

9) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kekurangan

cairan aktif

10) Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan;

kelelahan post partum

11) Konstipasi berhubungan dengan kurangnya dengan

mobilisasi; diet yang tidak seimbang; trauma persalinan

Diagnosa diatas tidak muncul dengan rasioanlisasi sebagai

beikut :

1) Luka jahitan pada daerah perineum tidak ditemukan tanda-

tanda infeksi dan luka tampak berish.

2) Pasien diberikan infus dan rajin minum air putih serta tidak

ada terjadi pendarahan berlebih pada pasien sehingga

menyebabkan kekurangan cairan aktif


83

3) Pasien sudah mampu melakukan oral hygiene pada hari

pertama post partum dan data-data yang menunjukan kurang

perawatan diri tidak ditemukan

4) Pada pasien post partum seseorang dikatakan konstipasi

apabila defekasi belum terjadi pada hari ke 3-4 teori ini

dijelaskan oleh Astutik (2015) sedangkan pada studi kasus

pengkajian dilakukan pada hari pertama post partum,

sehingga diagnosa konstipasi tidak bisa dimunculkan.

Pada karya tulis ilmiah ini fokus diagnosa keperawatan yaitu

ketidakefektifan pemberian ASI.

3. Intervensi keperawatan

Berdasarkan pada pengkajian dan diagnosis, rencana dibuat

untuk merubah atau menghilangkan masalah aktual atau

potensial dan intervensi keperawatan di implementasikan

(Reeder, Martin, & Griffin, 2015). Penulis menyusun

perencanaan yang akan diimplementasikan pada pasien sesuai

dengan masalah yang dirasakan pasien khususnya pada masalah

ketidakefektifan pemberian ASI. Intervensi keperawatan dalam

penelitian ini memiliki tujuan agar ASI lancar dan kecukupan

pemberian ASI pada bayi dengan kreteria hasil yang diharapkan

ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui putting,

sebelum disusukan payudara terasa tegang dan setelah disusukan

payudara terasalunak, bayi BAK 6–8 kali dalamsatuhari, bayi

BAB 3–4 kali sehari, bayi paling sedikitmenyusu 8–10 kali


84

dalam 24jam, bayi menghisap dan menelan pada payudara

secara terus-menerus.

Menurut teori Monika (2014) pembentukan asi terjadi pada

waktu 30-40 jam pasca kelahiran. Pada fase ini hormon

progesteron terus menurun dan hormon prolaktin semakin

meningkat sehingga ASI mulai diproduksi lebih banyak. Aliran

darah ke payudara meningkat dan membuat payudara terasa

kencang dan berat.

Sehingga untuk mencapai tujuan tersebut penulis menyusun

perencanaan keperawatan dengan fokus intervensi pada studi

kasus ini yaitu teknik pijat oksitosin menggunakan minyak

lavender. Pijat oksitosin merupakan cara ntuk memperlancar

pengeluaran ASI. Pijat Oksitosin merupakan pemijatan yang

dilakukan pada sepanjang kedua sisi tulang belakang

menggunakan kedua ibu jari dengan teknik memutar. Pijat

oksitosin ini bertujuan untuk merangsang hormon oksitosin atau

merangsang reflek pengeluaran ASI (Monika, 2014). Kombinasi

pijat oksitosin dan aromaterapi lavender pada ibu post partum

merupakan dua usaha untuk meningkatkan produksi ASI,

kombinasi pijat oksitosin dengan aromaterapi lavender

lebihberpengaruh terhadap produksi ASI karena pijatan tulang

belakang pada punggung dan wangi dari lavender yang bisa

dirasakan oleh ibu melalui indra penciumannya (Wulan, 2018).


85

4. Implementasi

Tahap implementasi yang dilakukan sesuai dengan tindakan

yang sudah direncanakan. Pelaksanaan asuhan keperawatan

disesuaikan dengan kondisi pasien dan situasi dan sarana yang

tersedia pada saat praktek.

Terapi Pijat oksitosin menggunakan minyak lavender

dilakukan sesuai dengan acuan SOP yang sudah

disediakan.Teknik pijat oksitosin dilakukan selama 3 hari

dimulai dari puskesmas pada hari pertama kemudian dilanjutkan

dengan kunjungan rumah pada hari ke dua dan hari ketiga.

Teknik pijat oksiosin dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari

yaitu pada pagi hari dan sore hari. Pemijatan oksitosin

menggunakan aroma terapi ini dilakukan selama 5 menit setiap

satu kali pemijatan sesuai dengan pendapat Sari (2019).

Pijat oksitosin dilakukan bersama dengan suami pasien,

agar suami pasien dapat terlatih dalam pemberian terapi pijat

oksitosin dan lebih cepat merangsangsang hormon oksitosin.

Terapi pijat oksitosin dilakukan sesuai dengan SOP dan tidak

ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek dalam

melakukan pijat okstitosin menggunakan minyak lavender,

namun hambatan yang ditemukan dalam melakukan pijat

oksitosin adalah tidak adanya SOP yang tersedia di puskesmas,

sehingga penulis hanya menggunakan SOP yang telah disiapkan

sendiri.
86

5. Evaluasi Keperawatan

Hasil yang diperoleh dari Asuhan Keperawatan dengan

terapi pijat oksitosin menggunkan minyak lavender pada pasien

post partum untuk memperlancar pengeluaran ASI ini adalah

produksi ASI menjadi lancar pada hari ke 3, hal ini dibuktikan

dengan bayi tidak rewel saat diberikan ASI, bayi menyusu

sebanyak 12 kali dalam sehari selama 15 menit setiap menyusu,

bayi BAK 8 kali dan BAB 2 kali serta adanya pengeluaran ASI

sebelum pasien menyusui bayinya. Hal ini sesuai dengan

pendapat penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wulan

(2018) tentang pengaruh kombinasi pijat oksitosin terhadap

produksi ASI pada Ibu Post Partum Normal menyatakan bahwa

ibu post partum normal yang diberikan tindakan memiliki rata-

rata produksi ASI lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak

diberikan tindakan.

C. Keterbatasan

1. Di puskesmas babakan tidak memiliki SOP tentang pijat

oksitosin sehingga peneliti menggunakan SOP yang

disediakan sendiri.

D.
87

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari Karya Tulis Ilmiah ini yaitu :

1. Kasus asuhan keperawatan post partum pada Ny. M telah

dilakukan dimulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.

2. Pengkajian studi kasus dilakukan bersama dengan pasien dan

suami pasien, pasien dan suami pasien kooperatif

3. Hasil analisa data terdapat tiga diagnosa keperawatan menurut

NANDA yang ditemukan pada pasien yaitu nyeri berhubungan

dengan agen injuri fisik (luka episiotomi), ketidaklancaran

pengeluaran ASI berhubungan dengan produksi ASI belum

lancar dan . fokus studi kasus adalah ketidakefektifan

pengeluaran ASI.

4. Intervensi keperawatan yang di buat untuk mengatasi masalah

terutama yang terfokus pada diagnosa ketidaklancaran

pengeluaran ASI salah satunya adalah pijat oksitosin

menggunakan minyak lavender

5. Implementasi keperawatan tentang terapi pijat oksitosin

menggunakan minyak lavender dilakukan selama 3 hari

sebanyak 2 kali dalam sehari dengan durasi satu kali pemijatan

selama 5 menit.

6. Evaluasi keperawatan pada pasien dengan masalah ketidak

lancaran pengeluaran ASI teratasi, dengan pijat oksitosin


88

menggunakan minyak lavender efektif dilaukan untuk

mengatasi masalah ketidaklancaran pengeluaran ASI

B. Saran

1. Bagi Pasien dan keluarga

Hasil studi kasus ini sebaiknya dapat menambah ilmu dan

kemampuan pasien dan keluarga untuk meningkatkan produksi

ASI dengan cara terapi pijat oksitosin menggunakan minyak

lavender.

2. Bagi Puskesmas

Hasil studi kasus ini sebaiknya dapat dijadikan dan dibuatkan SOP

tindakan pijat oksitosin menggunakan aroma lavender untuk

memperlancar pengeluaran ASI pada pasien post partum.

3. Bagi Institusi pendidikan

SOP terapi pijat oksitosin sebaiknya disediakan untuk menjadi

acuan penambahan ilmu tentang terapi untuk memperlancar

produksi ASI

4. Bagi Peneliti Lain

Terapi pijat oksitosin menggunakan aroma terapi efektif dilakukan

dan direkomendasikan untuk perawat sebagai terapi non

farmakologi untuk membantu memperlancar pengeluaran ASI


89
90

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, N., & Wigati, A. (2015). Minyak Aroma Terapi Sebagai


MediaPeningkatan Produksi ASI. JIKK , 26.

Alimul, H. A. (2008). Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisa


Data.Jakarta: Salemba Medika.

Astutik, R. Y. (2015). Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta:


CV.Trans Info Media.

Astutik, R.Y. 2014. Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba Medika.

Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2005). Buku Ajar Keperawatan


Maternitas.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Hamidah, S. (2019). pengaruh manajemen laktasi terhadap keterampilan kader


aisyah dalam memberikan praktek menyusui. Journal of Scientech
Researchand development , 67.

Haryani, Wulandari, L. L., & Karmaya, M. (2014). Alasan Tidak di Berikan ASI
Ekslusif Oleh Ibu Bekerja di Kota Mataram Nusa Tenggara Barat.
PublicHealth and Preventive Medicine Archive , 164.

IBI. (2019). Standar Operasional Prosedur Pelayanan Kebidanan. JawBarat:PT.


Islampos Global Media.

KIM, M. J., McFarland, K., & Mclane, M. (1995). Diagnosa


Keperawatan.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Lestari, N. (2017). Pijat Oksitosin pada Ibu Post Partum Primi Para Terhadap
Produksi ASI dan Kadar Hormon Oksitosin . Jurnal Ners dan Kebidanan.

Maryunani, A. (2011). Asuhan pada Ibu dalam Masa Nifas (Post Partum).Jakarta:
CV. Trans Info Media.

Maryunani, A. (2015). Inisiasi Menyusui Dini, ASI Ekslusif dan Manajemen


Laktasi. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media.

Monika, F. (2014). Buku Pintar ASI dan Menyusui. Jakarta: Naura Books.
Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis


penerapanNanda, NIC, NOC dalam berbagai Kasus. Jogjakarta: Mediaaction
91

Publisher.

Pollard, M. (2017). ASI Asuhan Berbasis Bukti. jakarta: EGC.

Praborini, A., & Wulandari, R. A. (2018). Anti Stres Menyusui. Jakarta


Selatan:PT. Kawan Pustaka.

Reeder, Martin, & Griffin, K. (2015). Keperawatan Maternitas Kesehatan


Wanita, Bayi & Keluarga Volume 2. Jakarta: EGC.

Santy, F. N. (2018). analisis praktek keperawatan maternitas dengan fokus


penerapan teknik pijat oksitosin pada asuhan keperawatan ibu post
partumdengan masalah keperawatan ketidakefektifan menyusui. jurnal
kesehatanpanca bhakti lampung, volume VI , 13.

Sulaeman, R., Lina, P., Masadah, & Purnamawati, D. (2018). Pengaruh Pijat
Oksitosin Terhadap Pengeluaran ASI Pada Ibu Post Partum Primipara.
JurnalKesehatan Prima , 13.

Susanto, A. V. (2018). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta:


Pustaka Baru Press.

Soetjiningsih. 2009. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC.

Wulan, M. (2018). Pengaruh kombinasi pijat oksitosindengan aroma terapi


lavender terhadap produksi ASI pada ibu post partum normal di RSU haji
Medan . Jurnal Teknologi, Kesehatan dan Ilmu Soial .

Anda mungkin juga menyukai