Anda di halaman 1dari 78

SKRIPSI

PENGARUH TEHNIK HIPNOBREASTFEEDING TERHADAP


PENGELUARAN ASI PADA IBU NIFAS DI DESA SIDOREJO-
GUNUNG MERIAH
TAHUN 2021

Untuk Memenuhi Sebagian


Persyaratan Untuk Mencapai Gelar
Sarjana Kebidanan

OLEH

IRNAWATI
NIM :
1911033

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN FAKULTAS


ILMU KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN SUMATERA UTARA
2021

1
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul :

PENGARUH TEHNIK HIPNOBREASTFEEDING TERHADAP


PENGELUARAN ASI PADA IBU NIFAS DI DESA SIDOREJO-
GUNUNG MERIAH TAHUN 2021

Yang dipersiapkan oleh :

IRNAWATI
NIM: 1911033

Proposal ini telah diperiksa dan disetujui untuk Dipertahankan di hadapan Tim
Penguji Program Studi Sarjana Kebidanan
Institut Kesehatan Sumatera Utara

Oleh :
Dosen Pembimbing

(Nova Prihartini, SST, MKM)


NIDN: 0116118501

Mengetahui
Ketua Program Studi
Sarjana Kebidanan

(Emi Br Barus, SST, M.Keb)


NIDN: 0113118702
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH TEHNIK HIPNOBREASTFEEDING TERHADAP


PENGELUARAN ASI PADA IBU NIFAS DI DESA SIDOREJO-
GUNUNG MERIAH TAHUN 2021

Yang dipersiapkan oleh :

IRNAWATI
NIM: 1911033

Skripsi ini telah di uji pada sidang ujian akhir progam


Jurusan S1 Kebidanan Institut Kesehatan Sumatera Utara

Penguji I Penguji II

Desi br Barus SST,M.Keb Agusanna Dewi Silangit, SST,M.Kes


NIDN. 0128128802
NIDN. 1004088301

Ketua Penguji

Nova Prihartini,SST, MKM


NIDN.0116118501

Ketua progam studi


Sarjana Kebidanan

Emi Br Barus, SST, M.Keb


NIDN. 0113118702
ABSTRAK

ASI merupakan air susu ibu yang mengandung nutrisi optimal, baik kualitas dan kuantitasnya. Pemberian ASI
merupakan metode pemberian makanan dan cairan yang terbaik untuk bayi dalam memenuhi asupan gizi dan kebutuhan bayi
selama 6 bulan pertama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Tehnik Hipnobreastfeeding Terhadap
Pengeluaran Asi Pada Ibu Nifas Di Desa Sidorejo-Gunung Tahun 2021. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
eksperimen dengan desain studi Pretest and Postest without Control.Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas di
desa Sidorejo- Gunung Meriah tahun 2021, sebanyak 40 orang. Sampel penelitian dijadikan sebagai total sampling.
Pengolahan data penelitian terdiri dari editing, coding, entry, cleaning, tabulating. Analisis data terdiri dari univariat dan
bivariat dengan uji T. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rerata pengeluaran ASI sebelum dilakukan teknik
hypnobreasfeeding adalah 4,13 dengan standar deviasi 1,682, sedangkan pengeluaran ASI sesudah dilakukan teknik
hypnobreasfeeding adalah 7,03 dengan standar deviasi 1,209. Perbedaan pengeluaran ASI sebelum dan sesudah dilakukan
teknik hypnobreasfedding sebesar -2,900. Ada pengaruh teknik hypnobreasfeeding terhadap pengeluaran ASI pada ibu nifas
di Desa Sidorejo Gunung Meriah, dengan nilai p=0,000. Oleh karena itu Ibu nifas yang produksi dan kelancaran ASI kurang
banyak sebaiknya rutin untuk dilakukan teknik hypnobreastfeeding, dikarenakan pemberian pemberian teknik
hypnobreastfeeding pada ibu nifas dapat produksi dan kelancaran ASI pada ibu nifas sehingga dapat memberikan
kenyamanan pada bayi.

Kata Kunci : tehnik hipnobreastfeeding, Produksi ASI, Ibu Nifas

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa

karena atas berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini

dengan judul “Pengaruh Tehnik Hipnobreastfeeding Terhadap Pengeluaran Asi

Pada Ibu Nifas Di Desa Sidorejo-Gunung Meiah Tahun 2021”. Proposal skripsi

ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kebidanan

pada Program Studi Sarjana Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Institut

Kesehatan Sumatera Utara.

Selama penulisan proposal ini, penulis banyak mendapat bimbingan,

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil.

Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Paul Sirait, MM., M.Kes dan Drs. Asman

Karo- Karo, MM selaku Pendiri Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Ferrial Paesa Sirait, M.Sc, selaku Ketua Yayasan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara.

3. Ibu Diana, SKM, M.Kes, selaku Rektor Institut Kesehatan

Sumatera Utara.

4. Ibu Mazly Astuti, S.Kep., Ners., M.Kep, selaku Wakil Rektor

1 Bidang Akademik Institut Kesehatan Sumatera Utara.

5. Ibu Martalena Siahaan, SST, M.Kes, selaku Wakil Rektor II

Bidang Administrasi Institut Kesehatan Sumatera Utara.

ii
6. Bapak Dian Fajariadi, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Wakil Rektor

III Bidang Kemahasiswaan dan Bidang Kerja Sama Institut

Kesehatan Sumatera Utara.

7. Ibu Dameria br Ginting, S.Kep, Ners, M.Kep, selaku Dekan

Fakultas Ilmu Kesehatan.

8. Ibu Emi br Barus, SST, M.Keb, selaku Ketua Program Studi

Sarjana Kebidanan.

9. Ibu Nova Prihartini, SST, MKM selaku Sekretaris Program

Studi Sarjana Kebidanan Program Akademik sekaligus dosen

Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan

bimbingan, masukan, serta arahan dalam proposal ini.

10. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Program Studi Sarjana Kebidanan Institut

Kesehatan Sumatera Utara yang telah banyak memberikan bekal ilmu

selama penulis mengikuti perkuliahan.

11. Teristimewa suami dan anak- anak tercinta yang telah memberikan

dukungan dan doa serta kasih sayangnya yang tulus sehingga penulis

bisa menyelesaikan poposal ini.

12. Orang tua dan seluruh keluarga yang telah banyak memberikan

dukungan, semangat, dan doa yang tulus kepada penulis dalam

menyelesaikan proposal ini.

13. Teman-teman satu angkatan yang selalu memberikan motivasi,

dukungan, semangat, canda dan tawa.

iii
Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan

proposal ini baik dari segi penulisan maupun isi, oleh karena itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam

rangka penyempurnaan penulisan proposal ini. Akhir kata penulis mengucapkan

terimakasih dan berharap proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 22 Februari
2021 Penulis,

Irnawati

iv
DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan ......................................................................................... i


Kata Pengantar....................................................................................... ii
Daftar Isi....................................................................................................... v
Daftar Gambar.......................................................................................................vii
Daftar Lampiran...................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 6
1.3.1. Tujuan Umum ...................................................................... 6
1.3.2. Tujuan Khusus ........................................................... 7
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................... 6
1.5. Resiko Penelitian ........................................................................ 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Hynobreasfeeding................................................................ 9
2.1.1. Pengertian Hynobreasfeeding ......................................... 9
Manfaat dari Hynobreasfeeding..............................................................................................10
Syarat Melakukan Hynobreasfeeding.....................................................................................10
Tahap Relaksasi..................................................................................11
Menyusui dan Relaksasi......................................................................12
Konsep ASI 13
Definisi ASI 13
Pengelompokan ASI 14
Faktor Yang Mempengaruhi ASI............................................................................................15
Fisiologi Pengeluaran ASI 19
Komposisi ASI 24
Manfaat ASI 25

v
Kerangka Konsep.......................................................................................28
Defenisi Operasional..................................................................................28
Hipotesa Penelitian....................................................................................28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Jenis Penelitian...........................................................................................29
Rancang Bangun Penelitian.......................................................................30
Populasi dan Sampel..................................................................................30
Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................................31
Varibel Penelitian, Defenisi Operasional dan Cara Pengukuran Variabel 31
Teknik Pengumpulan Data......................................................................................................32
Teknik Pengolahan dan Analisis Data....................................................................................33
Kerangka Etical..........................................................................................36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambaran Lokasi Penelitian......................................................................37
Hasil Penelitian 38
Analisis Bivariat 40

BAB V PEMBAHASAN
5.1. Perbedaan Pengeluaran ASI Sebelum dan Sesudah Dilakukan
Teknik Hypnobreasfeeding...............................................................41

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan 43
Saran 43

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Konsep.................................................................................28


Gambar 3.1. Pra Eksperimental dengan one group Pretest and Postest................29

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lembar Persetujuan menjadi responden


Lembar Kuesioner
Lembar Konsultasi

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Nifas Di Desa Sidorejo- Gunung Meriah Tahun
2021

Tabel 4.2 Distribusi Kualitas pengeluaran Asi Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Teknik
Hypnobreasfeeding Di Desa Sidorejo- Gunung Meriah Tahun 2021

Tabel 4.3 Rerata Pengeluaran ASI sebelum Dan Sesudah dilakukan Teknik Hypnobreasfeeding Di Desa
Sidorejo- Gunung Meriah tahun 2021

Tabel 4.4 Perbedaan Pengeluaran ASI Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Teknik Hypnobreasfeeding Di
Desa sidorejo- Gunung Meriah tahun 2021

ix
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

ASI ekslusif menurut world Health Organization (WHO) tahun 2012

adalah hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja tanpa memberikan

makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6

bulan, kecuali obat dan vitamin. Namun bukan berarti setelah pemberian ASI

Ekslusif pemberian ASI di hentikan, akan tetapi tetap diberikan kepada bayi

sampai berusia 2 tahun.

Menurut United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

2013 Pemberian ASI Ekslusif yang berkelanjutan telah ditetapkan sebagai salah

satu intervensi yang paling efektif dan murah untuk mencegah kematian pada

bayi dan anak-anak. anak-anak yang mendapat ASI Ekslusif 14 kali lebih

mungkin untuk bertahan hidup dalam enam bulan pertama kehidupan

dibandingkan anak yang tidak diberikan ASI. mulai menyusui pada hari pertama

setelah lahir dapat mengurangi resiko kematian bayi baru lahir hingga 45%,

namun hanya 39% bayi dibawah enam bulan di seluruh dunia mendapatkan

ASI Ekslusif pada tahun 2012.

WHO menetapkan target pemberian ASI pada bayi sekurang-

kurangnya 50 % pada tahun 2025. Capaian ASI di dunia saat ini sebesar 37%

dan beberapa negara di Asia Tenggara seperti India sebesar 46%, Philipina 34%,

dan Vietnam 17%. (WHO,2014). Di indonesia pada tahun 2014 cakupan ASI

1
eksklusif masih dibawah target nasional 80%. , kemudian di propinsi Jawa

Tengah sebesar 60 % (Profil Kesehatan Indonesia, 2014). Berdasarkan profil

Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, cakupan pemberian ASI Eksklusif

sebesar 80,29% dan di kecamatan Gatak 48,18%.

Menurut World Health Organization (WHO) dan United Nations

Children’s Fund (UNICEF, 2012), terdapat 136,7 juta bayi lahir di seluruh dunia

pada tahun 2011 dan hanya 32,6% bayi yang disusui secara eksklusif selama 6

bulan pertama. Walaupun, persentase ASI eksklusif di dunia tergolong masih

rendah, akan tetapi terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Menurut World Health Organization (WHO,2017), persentase ASI

semakin menurun seiring bertambahnya usia bayi. Tren data yang terjadi di

negara berkembang menunjukkan prevalensi pemberian ASI eksklusif pada

bayi di bawah usia enam bulan meningkat dari 33% pada tahun 1995

menjadi 39% pada tahun 2010 (Cai et all, 2012). United Nations Children’s

Fund (UNICEF, 2012), juga menunjukkan data di negara berkembang hanya

39% ibu yang memberikan ASI eksklusif, termasuk Indonesia. Tingkat

pemenuhan ASI di Indonesia tergolong masih rendah berdasarkan data World

Breastfeeding Trends Initiative (WBTi) (2015), yaitu hanya sekitar 27,5% ibu

yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya (WHO, 2016). Sementara

pemberian atau capaian ASI ekslusif di Aceh pada tahun 2019 sebesar 55%,

menurun dari tahun sebelumnya sebesar 61% (DINKES Aceh, 2019). Presentasi

pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di Aceh Singkil pada tahun 2018

sebanyak 85%.

2
ASI merupakan air susu ibu yang mengandung nutrisi optimal, baik

kualitas dan kuantitasnya. Pemberian ASI merupakan metode pemberian

makanan dan cairan yang terbaik untuk bayi dalam memenuhi asupan gizi dan

kebutuhan bayi selama 6 bulan pertama. Pemberian ASI selama 6 bulan pertama

tanpa makanan pendamping apapun yang langsung diberikan ibu kepada bayinya

yang kaya akan manfaat dan semua nutrisi yang dibutuhkan bayi disebut ASI

eksklusif. Selain mengandung semua gizi yang dibutuhkan bayi, ASI merupakan

sumber makanan yang paling aman dan alami untuk perumbuhan, kekebalan, dan

mencegah berbagai penyakit serta untuk mencerdaskan bayi secara maksimal.

(Roesli, 2008 dalam jurnal Sulistiyowati dan Siswantara, 2014).

ASI berfungsi sebagai antibody dan pemenuhan asupan nutrisi bayi, ASI

yang dikeluarkan oleh seorang ibu dalam 30 menit pertama setelah bayi baru lahir

yang berwarna kuning dan kental merupakan nutrisi yang baik untuk bayi yang

disebut dengan kolostrum. Fenomena menunjukan bahwa sebagian ibu sebagaian

ibu merasa malas untuk menyusui anak, fenomena tersebut tidak hanya terjadi di

negara-negara maju tetapi juga di negara-negara berkembang misalnya Indonesia

terutama dikota-kota besar. ( Menurut Lee, 2009 dalam jurnal Sulistiyowati dan

Siswantara, 2014 ).

Penyebab utama ibu tidak memberikan ASI eksklusif karena ibu bekerja.

Persentase ibu bekerja sebesar 26,2% lebih rendah dibandingkan dengan ibu yang

tidak bekerja yaitu 57,9%. Alasan utama yang menjadikan ibu pekerja tidak

memberikan ASI eksklusif karena produksi ASI menjadi lebih sedikit dan

3
berkurang setelah ibu aktif bekerja kembali. (Wulansari, et al., 2014 dalam jurnal

Rahmawati dan Prayogi, 2017).

Alasan yang paling umum ibu memilih mengakhiri menyusui

adalah bahwa susu “kering”. Dan susah keluar Akan tetapi, menurut

beberapa penelitian, alasan-alasan yang tepat terkait dengan ini adalah stress,

kecemasan, dan bekerja diluar rumah yang menyebabkan ASI sulit keluar

sehingga ibu enggan menyusui dan memilih pengganti ASI untuk bayinya. Ibu

menyusui yang cemas dan setres dapat menghambat pengeluaran ASI, karena

pengeluaran ASI akan berlangsung baik dan lancar pada ibu yang merasa

rileks dan nyaman. (Dennis dan McQueen, 2009 dalam jurnal Dewi, 2016).

Selain itu rendahnya pemberian ASI eksklusif dipengaruhi beberapa faktor salah

satu diantaranya adalah gencarnya promosi susu formula, ibu harus kembali

bekerja, kurangnya kesadaran dan pengetahuan ibu tentang pentingnya pemberian

ASI dan manfaat ASI, serta harga susu formula yang ekonomis, merupakan faktor

yang menyebabkan ibu enggan memberikan ASI pada bayinya. (Prasetyono, 2012

dalam jurnal Sulistiyowati dan Siswantara, 2014).

Hypnobreastfeeding merupakan persiapan ibu menyusui dalam segi

pikiran meliputi ketenangan pikiran, sehingga ibu percaya diri bahwa dirinya

mampu memberikan ASI yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tumbuh

kembang bayinya. Persiapan yang dapat dilakukan ibu dari segi jiwa meliputi

niat yang tulus dan ikhals akan memberikan yang terbaik dan semaksimal

mungkin untuk bayinya. Hypnobreastfeeding dilakukan dengan cara memasukkan

kalimat – kalimat afirmasi positif yang membantu proses menyusui saat si ibu

4
dalam keadaan sangat rileks atau sangat berkonsentrasi pada suatu hal (keadaan

hipnosis). Seperti kita ketahui produksi ASI dipengaruhi oleh hormon

prolaktin dan oksitosin. Produksi kedua hormon ini sangat dipengaruhi oleh

kondisi psikologis ibu dan Hypnobreastfeeding ini mampu memberikan

ketenangan pada ibu nifas. (Indriyani dan Asmuji, 2016) Semakin ibu tenang,

percaya diri dalam memberikan ASI, dan yakin akan memberikan yang terbaik

untuk bayinya maka hormon prolaktin dan oksitosin semakin banyak diproduksi

(Menurut Synder, 2010 dalam jurnal Indriyani dan Asmuji 2016).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Feher et al., dalam jurnal Nuratri,

(2014) didapatkan hasil bahwa relaksasi dapat meningkatkan produksi ASI

sebanyak 63% saat ibu menyusui (bayi prematur mereka) diberikan relaksasi

dengan mendengarkan CD relaksasi hypnosis selama 20 menit.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dan Prayogi, (2017) yang

berjudul Hyonobreastfeeding Untuk Meningkatkan Produksi ASI Pada Ibu

Menyusui Yang Bekerja. Terdapat pengaruh Hypnobreastfeeding terhadap

produksi ASI pada ibu menyusui yang bekerja dengan nilai rata – rata produksi

ASI sebelum Hypnobreastfeeding 210 ml/hari setelah Hypnobreastfeeding. Rata-

rata 255 ml/hari. Hypnobreastfeeding mengalami peningkatan secara konstan.

Frekuensi yang tidak menentu sedangkan setelah Hypnobreastfeeding mengalami

peningkatan secara konstan. Frekuensi memerah dan menyusui bayi diasumsikan

ikut berpengaruh terhadap peningkatan produksi ASI sehingga perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut untuk memastikan peningkatan produksi ASI yang hanya

dipengaruhi oleh Hypnobreastfeeding.

5
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada

tanggal 13 Juli 2020 pada 10 responden ibu menyusui di Desa Sidorejo-

Gunung dilakukan wawancara terdapat 4 diantaranya memberikan ASI eksklusif

selama bekerja. 3 ibu memberikan susu formula karena ASInya tidak mau keluar

dan bayinya tidak mau menyusui ibu, dan 2 reponden yang lain mengatakan

memberikan ASI dan kombinasi dengan susu formula selama ibu bekerja, selain

itu 1 responden memberikan ASI dan makanan pendamping selama ditinggal

ibu bekerja. Maka dari itu penulis memilih melakukan penelitian di Desa

Sidorejo-Gunung karena banyak ibu menyusui.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan mengambil judul, “Pengaruh Tehnik Hipnobreastfeeding Terhadap

Pengeluaran Asi Pada Ibu Nifas Di Desa Sidorejo-Gunung Tahun 2021.”

Rumusan Masalah

“Apakah Pengaruh Tehnik Hipnobreastfeeding Terhadap Pengeluaran

Asi Pada Ibu Nifas Di Desa Sidorejo-Gunung Tahun 2021?”

Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh Tehnik Hipnobreastfeeding

Terhadap Pengeluaran Asi Pada Ibu Nifas Di Desa Sidorejo-Gunung

Tahun 2021.

6
2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Pengeluaran Asi Pada Ibu Nifas

sebelum dilakuknnya Tehnik Hipnobreastfeeding Di Desa Sidorejo-

Gunung Meriah Tahun 2021.

b. Untuk mengetahui Pengeluaran Asi Pada Ibu Nifas sesudah

dilakukannya Tehnik Hipnobreastfeeding Di Desa Sidorejo-

Gunung MeriahTahun 2021.

c. Untuk mengetahui Pengeluaran Asi Pada Ibu Nifas sebelum dan

sesudah dilakukannya Tehnik Hipnobreastfeeding Di Desa

Sidorejo-Gunung Meriah Tahun 2021.

Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan

referensi guna meningkatkan pengetahuan berdasarkan evidence base dan

dapat menjadi acuan serta referensi bagi peneliti lain dan peneliti lanjutan

yang berhubungan dengan Pengaruh Tehnik Hipnobreastfeeding

Terhadap Pengeluaran Asi Pada Ibu Nifas.

Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan jadi bahan masukan bagi Puskemas untuk

memberikan edukasi mengenai Tehnik Hipnobreastfeeding dan Dapat

dijadikan sebagai dasar untuk menambah pengetahuan masyakarakat

khususnya ibu.

7
Risiko Penelitian

Belum ada ditemukan adanya dampak buruk penggunaaan Tehnik

Hipnobreastfeeding dengan langkah- langkah yang tepat sehingga

penelitian ini aman dilakukan karena menggunakan panduan pelaksanaan

yang tepat.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Hynobreasfeeding

Pengertian Hynobreasfeeding

Menurut pakar hipnoterapi lanny kuswandy hypnobreasfeeding

adalah salah satu bagian dari hipnoterapi, yang dilakukan dengan teknik

relaksasi untuk menetralisir pikiran-pikiran negatif yang terlanjur terekam di

alam bawah sadar. Caranya, dengan memasukkan sugesti positif ketika

sang ibu berada dalam keadaan relaks (Evariny, 2009).

Hypnobreasfeeding adalah upaya menanamkan niat bawah sadar kita,

untuk mengjasilkan ASI yang cukup untuk kepentingan bayi. Caranya

adalah yakni bahwa anda bisa menyusui bayi secara ekslusif tanpa

tambahan susu formula. Hal ini bisa diperoleh dengan memikirkan hal-hal

positif yang dapat menimbulkan rasa kasih dan cinta kepada si bayi.

Hypnobreastfeeding adalah metode yang sanat baik untuk membangun niat

positif dan motivasi dalam menyusui (Aprillia, 2014).

Hypnobreastfeeding terdiri dari dua kata hypno =hipnosis yang

artinyaadalah suatu kondisi sadar yang terjadi secara alami, dimana seseorang

menjadi mampu menghayati pikiran dan sugesti tertentu untuk

mencapai perubahan psikologis, fisik maupun spritual yang diinginkan. Untuk

diketahui, pikiran bawah sadar (subconscius mind) berperan 82%

terhadap funggsi diri. Sedangkan breastfeeding artinya menyusui. Jadi,

9
proses menyusui dapat berlangsung nyaman karena ibu merekam pikiran

bawah sadar bahwa menyusui adalah proses alamiah dan nyaman. Dasar

hypnobreasfeeding adalah relaksasi yang dicapai bila jiwa raga berada

dalam kondisi tenang. Adapun timbulnya suasana relaksasi dapat didukung

oleh ruangan/suasana tenang, menggunakan musik untuk relaksasi,

panduanrelaksasi otot, napas dan pikiran (Armini, 2016).

Manfaat dari Hynobreasfeeding

Manfaat dari Hypnobreastfeeding yang utama tentunya adalah

meningkatkan produksi dan aliran ASI. Namun ada lagi manfaat lainnya

seperti meningkatkan ketenangan ayah dan ibu sehingga tercipta

keluarga yang senantiasa harmonis dan menciptakan lingkungan yang

positif bagi bayi. Adapun cara kerja hypnobreasfeeding adalah:

a. Mengurangi kecemasan dan stress pada ibu sehinga dapat

menigkatkanproduksi ASI

b. Menghilangkan kecemasan dan ketakutan sehingga ibu, dapat

memfokuskan pikiran kepada hal-hal yang positif

c. Meningkatkan kepercayaan diri ibu, sehingga membuat ibu

merasa lebih baik dan percaya diri dalam perannya sebagai ibu

(Sumawati,2016).

Syarat Melakukan Hynobreasfeeding

Terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan melakukan

hypnobreasfeeding adalah mempersiapkan secara menyeluruh tubuh,

10
pikiran dan jiwa agar proses pemberian ASI sukses, meniatkan yang tulus

dari batinuntuk memberi ASI eklusif pada bayi yang kita sayangi dan yakini

bahwa semua ibu, bekerja atau di rumah, memiliki kemampuan untuk

menusui/memberi ASI pada bayinya. Kegiatan dimulai dengan memberi

sugesti positif. Cotoh kalimat sugesti atau afirmasi, misalnya “ASI saya

cukup untuk bayi saya sesuai dengan kebutuhannya” atau “saya selalu

merasa tenang dan rileks saat mulai memerah”. Kalimat sugesti juga

juga dapat diberikan suami. Tujuan afirmasi positif tersebut adalah untuk

menjadikan aktifitas menyusui sebagai suatu kegiatan yang mudah, sederhana

dan menyenagkan. Kita harus menyiapkan suasana yang benar-benar

nyaman. Hypnobreastfeeding juga bisa dilakukan oleh ibu-ibu hamil untuk

hamil untuk mempersiapkan ASI ekslisif buat sang buah hati. (Armini, 2016).

Tahap Relaksasi

Teknik hypnobreasfeeding sama dengan teknik hynobirthing karena

juga melibatkan pikiran bawah sadar dengan cara mengistirahatkan alam

sadar melalui teknik relaksasi.

a. Relaksasi otot

Relaksasi otot dari puncak kepala sampai telapak kaki, termasuk

wajah, bahu kiri dan kanan, kedua lengan, daerah dada, perut,

pinggul, sampai kedua kaki.

b. Relaksasi nafas

Untuk mecapai kondisi nafas panjang melaui hidung dan

hembuskan keluar pelan-pelan melalui hidung atau mulut (fokuskan

11
pernafasa di perut). Lakukan selama beberapa kali sampai ketegangan

mengendur dan hilang.

c. Relaksasi pikiran

Menurut lanny, pikiran orang sering kali berkelana jauh dari lokasi

tubuh fisiknya. Untuk itu, belajarlah memusatkan pikiran agar berada

di tempat yang sama dengan tubuh fisik kita. Untuk mendukung

relaksasi, perlu diciptakan suasana tenang, misalnya dengan memutar

musik atau menggunakan aroma terapi untuk memberikan atmosfer

relaks. Jika pikiran tenang dan sang ibu mengonsumsi cukup makanan

bergizi, maka aktivitas menyusui pun akan menjadi lebih mudah dan

lancar selain itu, peran suami dan keluarga juga sangat penting dalam

memberikan dukungan kepada ibu selam menyusui (armini, 2016).

Menyusui dan Relaksasi

Relaksasi yang dalam dan teratur sistem endokrin, aliran

darah, persyaratan dan system lain di dalam tubuh ananda akan berfungsi

lebih baik. Sikap positif sangatlah penting seperti merasa tenang dan rileks

selama menyusui. Pada saat ibu rileks dikala menyusui maka hormone

endorphin yang diproduksi ibu pun akan mengalir ke bayi anada melalui

ASI, dan ini membuat bayi anda akan merasakan kenyamanan, ketenangan

yang ibu rasakan. Relaksasi hypnobreasfeeding mampu menghadirkan

santai, nyaman dan tenang selama menyusui dengan demikian maka seleruh

system di dalam tubuh akan berjalan jauh lebih sempurna sehingga proses

12
mengusui pun menjadi proses yang penuh arti dan menyenagkan baik bagi

ibu dan bayi. Bahkan hypnobreasfeeding mampu membantu ibu yang

mengalami kesulitan saat menyusui juga dapat membuat ibu mampu untuk

relaktasi. Dengan demikian produksi ASI cukup untuk kebutuhan bayi

sampai usia 6 bulan. Kemudian bayi tetap menyusu sehingga berumur dua

tahun karena otak bayi mengalami perkembangan paling pesat usia tersebut

(Armini, 2016).

Konsep ASI

Definisi ASI

ASI adalah sebuah cairan ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan

gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan

penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat

terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang

masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari

makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan

sistem saraf (Yahya, 2007).

ASI eksklusif adalah makanan pertama, utama dan terbaik bagi

bayi, yang bersifat alamiah. (Dwi Sunar Prasetyo:2009). ASI Eksklusif

menurut WHO adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain

baik susu formula, air putih, air jeruk ataupun makanan tambahan lain

yang diberikan saat bayi baru lahir sampai berumur 6 bulan. ASI adalah

satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik,

psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur

13
kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI

mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Hubertin, 2004).

ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa

tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih,

serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit,

bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan obat (Roesli,

2000). Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga berhubungan dengan

tindakan memberikan ASI kepada bayi hingga berusia 6 bulan tanpa makanan

dan minuman lain, kecuali sirup obat. Setelah usia bayi 6 bulan, barulah

bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI, sedangkan ASI dapat

diberikan sampai 2 tahun atau lebih (Prasetyono, 2005).

Pengelompokan ASI

ASI dikelompokan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:

a. ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum adalah cairan yang

pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari

ke-4. Kolostrum sangat baik untuk mengeluarkan “meconium” yaitu

air ketuban dan cairan lain yang tertelan masuk perut bayi saat

proses persalinan. Jumlah (volume) kolostrum berkisar 150-300 cc

per hari.

b. ASI Stadium II adalah ASI peralihan yang keluar setelah kolostrum

sampai sebelum menjadi ASI yang matang. ASI ini diproduksi pada

hari ke-4 sampai hari ke-10.

14
c. ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari ke-10

sampai seterusnya.

Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI

Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung pada

stimulasi pada kelenjar payudara terutama pada minggu pertama laktasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI antara lain :

1. Frekuensi Penyusuan

Pada studi 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa

produksi ASI akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5

kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan

dilakukan karena bayi prematur belum dapat menyusu (Hopkinson et

al, 1988 dalam ACC/SCN, 1991). Studi lain yang dilakukan pada ibu

dengan bayi cukup bulan menunjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10

± 3 kali perhari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan

berhubungan dengan produksi ASI yang cukup (de Carvalho, et al,

1982 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini

direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada

periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan

dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.

2. Berat Lahir

Prentice (1984) mengamati hubungan berat lahir bayi dengan

volume ASI. Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap,

frekuensi, dan lama penyusuan dibanding bayi yang lebih besar. Berat

15
bayi pada hari kedua dan usia 1 bulan sangat erat berhubungan

dengan kekuatan mengisap yang mengakibatkan perbedaan intik

yang besar dibanding bayi yang mendapat formula. De Carvalho

(1982) menemukan hubungan positif berat lahir bayi dengan

frekuensi dan lama menyusui selama 14 hari pertama setelah lahir.

Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap

ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (>

2500 gr). Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi

frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat

lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin

dan oksitosin dalam memproduksi ASI.

3. Umur Kehamilan saat Melahirkan

Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi intik ASI.

Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan

kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu mengisap

secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang

lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi

prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum

sempurnanya fungsi organ.

4. Umur dan Parita

Umur dan paritas tidak berhubungan atau kecil hubungannya

dengan produksi ASI yang diukur sebagai intik bayi terhadap ASI.

Lipsman et al (1985) dalam ACC/SCN (1991) menemukan bahwa

16
pada ibu menyusui usia remaja dengan gizi baik, intik ASI

mencukupi berdasarkan pengukuran pertumbuhan 22 bayi dari 25

bayi. Pada ibu yang melahirkan lebih dari satu kali, produksi ASI pada

hari keempat setelah melahirkan lebih tinggi dibanding ibu yang

melahirkan pertama kali (Zuppa et al, 1989 dalam ACC/SCN,

1991), meskipun oleh Butte et al (1984) dan Dewey et al (1986)

dalam ACC/SCN, (1991) secara statistik tidak terdapat hubungan

nyata antara paritas dengan intik ASI oleh bayi pada ibu yang gizi

baik.

5. Stres dan Penyakit Akut

Ibu yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga

mempengaruhi produksi ASI karena menghambat pengeluaran ASI.

Pengeluaran ASI akan berlangsung baik pada ibu yang merasa rileks

dan nyaman. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengkaji

dampak dari berbagai tipe stres ibu khususnya kecemasan dan

tekanan darah terhadap produksi ASI. Penyakit infeksi baik yang

kronik maupun akut yang mengganggu proses laktasi dapat

mempengaruhi produksi ASI.

6. Konsumsi Rokok

Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan

mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI.

Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin

akan menghambat pelepasan oksitosin. Studi Lyon,(1983); Matheson,

17
(1989) menunjukkan adanya hubungan antara merokok dan

penyapihan dini meskipun volume ASI tidak diukur secara langsung.

Meskipun demikian pada studi ini dilaporkan bahwa prevalensi ibu

perokok yang masih menyusui 6 – 12 minggu setelah melahirkan lebih

sedikit daripada ibu yang tidak perokok dari kelompok sosial

ekonomi sama, dan bayi dari ibu perokok mempunyai insiden

sakit perut yang lebih tinggi. Anderson et al (1982) mengemukakan

bahwa ibu yang merokok lebih dari 15 batang rokok/hari mempunyai

prolaktin 30-50% lebih rendah pada hari pertama dan hari ke 21

setelah melahirkan dibanding dengan yang tidak merokok.

7. Konsumsi Alkohol

Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat

membuat ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses

pengeluaran ASI namun disisi lain etanol dapat menghambat

produksi oksitosin. Kontraksi rahim saat penyusuan merupakan

indikator produksi oksitosin. Pada dosis etanol 0,5-0,8 gr/kg berat

badan ibu mengakibatkan kontraksi rahim hanya 62% dari normal,

dan dosis 0,9-1,1 gr/kg mengakibatkan kontraksi rahim 32% dari

normal (Matheson, 1989).

8. Pil Kontrasepsi

Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan

progestin berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI

(Koetsawang, 1987 dan Lonerdal, 1986 dalam ACC/SCN, 1991),

18
sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin maka tidak ada

dampak terhadap volume ASI (WHO Task Force on Oral

Contraceptives, 1988 dalam ACC/SCN, 1991).

Berdasarkan hal ini WHO merekomendasikan pil

progestin untuk ibu menyusui yang menggunakan pil kontrasepsi.

Fisiologi Pengeluaran ASI

Setelah kelahiran terdapat dua hormon lain yang bekerja untuk

mempertahankan proses laktasi yaitu hormon prolaktin untuk meningkatkan

sekresi ASI dan hormon oksitosin yang menyebabkan ejeksi ASI. Kedua

hormon ini dirangsang oleh reflek neuro endrokin saat bayi

menghisapmputing ibu. Dalam jangka waktu 2-3 minggu,kadar serum

prolaktin pada ibu postpartum yang tidak menyusui akan kembali ke nilai

normal seperti kondisi sebelum kehamilan tetapi pada ibu yang menyusui

kadar serum prolaktin akan meningkat dengan adanya rangsangan dari puting

susu. Kadar serum prolaktin meningkat dua kali lipat pada ibu yang

menyusui dua bayi dibandingkan dengan menyusui seorang

bayi,menunjukkan bahwa jumlah serum prolaktin yang dilepaskan

berbanding lurus dengan derajat rangsangan puting susu. Saat bayi menghisap

puting susu terjadi rangsangan saraf sensorik di sekitar aerola [William

dkk,2016: 02].

Implus aferen dihantarkan ke hipotalamus, mengawali pelepasan

oksitosin dari hipofisis posterior. Sesaat sebelum ASI keluar terjadi

19
peningkatan hormon berdasarkan lion oksitosin dan pelepasan hormon

berlanjut setelah beberapa kali dilakukan penghisapan oleh bayi. Dalam

20 menit setelah menyusui, kadar hormon oksitosin turun mendadak.

Pelepasan oksitosin dihambat oleh katekolamin. Pelepasan katekolamin

dirangsang oleh faktor stres dan nyeri. Penanganan faktor stres dan nyeri

menjadi salah satu solusi masalah menyusui. [William dkk,2016: 02-03].

Selama proses laktasi terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk

mendukung pengeluaran hormon pemicu sekresi ASI, seperti pemberian

obat pelancar ASI,sentuhan kulit ibu dengan kulit bayi, pemompaan ASI

secara rutin 12 kali per hari, konseling laktasi dan teknik relaksasi agar

dapat membantu keluarmya ASI.

Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks

antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon.

Kemampuan ibu dalam menyusui/laktasipun berbeda-beda. Sebagian

mempunyai kemampuan yang lebih besar dibandingkan yang lain. Laktasi

mempunyai dua pengertian yaitu pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dan

pengeluaran ASI (Refleks Let Down/Pelepasan ASI) (Maryunani, 2009).

Pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dimulai sejak kehamilan.

Selama kehamilan terjadi perubahan-perubahan payudara terutama

besarnya payudara, yang disebabkan oleh adanya proliferasi sel-sel duktus

laktiferus dan sel-sel kelenjar pembentukan ASI serta lancarnya peredaran

darah pada payudara. Proses proliferasi ini dipengaruhi oleh hormon-hormon

yang dihasilkan plasenta, yaitu laktogen, prolaktin, kariogona dotropin,

20
estrogen, dan progesteron. Pada akhir kehamilan, sekitar kehamilan 5 bulan

atau lebih, kadang dari ujung puting susu keluar cairan kolostrum. Cairan

kolostrum tersebut keluar karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta

dan hormon prolaktin dari hipofise. Namun, jumlah kolostrum tersebut

terbatas dan normal, dimana cairan yang dihasilkan tidak berlebihan karena

kadar prolaktin cukup tinggi, pengeluaran air susu dihambat oleh hormon

estrogen (Maryunani, 2009).

Jumlah ASI yang normal dproduksi pada akhir minggu pertama

setelah melahirkan adalah 550 ml per hari. Dalam 2-3 minggu produksi ASI

meningkat sampai 800 ml per hari. Jumlah produksi ASI dapat mencapai 1,5-

2 L per harinya.

Jumlah produksi ASI tergantung dari berapa banyak bayi

menyusu. Semakin sering bayi menyusu, semakin banyak hormon prolaktin

dilepaskan dan semakin banyak produksi ASI. Sebaliknya, produksi ASI

akan berkurang secara bertahap jika frekuensi menyusui juga berkurang. Bayi

baru lahir butuh sekitar 5-7 ml ASI sekali minum. Sementara bayi usia 2-6

bulan membutuhkan sekitar 570-900 ml per hari.

Perkiraan kebutuhan ASI bayi,berikut perhitungan kasar asupan

jumlah ASI yang dibutuhkan anak dalam sekali sesi minum. Sebelum

melakukan perhitungan terlebih dahulu kita harus mengetahui frekuensi anak

untuk minum ASI dalam sehari.

Perhitungannya adalah sebagai berikut:

21
Asupan rata-rata bayi minum ASI dalam sehari (750 ml) menurut

usia: frekuensi anak minum dalam sehari.

Contoh: Anak minum ASI sebanyak 10 kali dalam sehari, berapa

rata- rata asupan ASI yang diminum anak sekali minum?

Rumusnya:

750 ml / (frekuensi minum) Jadi 750 ml/ 10x = 75 ml

Jadi rata- rata bayi minum ASIP adalah 75 ml dalam sekali minum

jika frekuensi minum anak 10x dalam sehari.

Berikut tanda- tanda bayi ASI yang telah minum cukup :

- Payudara ibu tidak terasa penuh

- Bayi menghentikan hisapan dengan sendirinya

- Bayi tenang dan lelap tidur

- Tinja berwarna gelap, hijau kehitaman – kuning

- Frekuensi buang air kecilnya sering. BAK > 6 kali sehari

- Berat badan bayi meningkat

Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun dengan

lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi

hambatan terhadap prolaktin oleh estrogen. Hormon prolaktin ini merangsang

sel- sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu ibu (Maryunani, 2009).

Penurunan kadar estrogen memungkinan naiknya kadar prolaktin

dan produksi ASI pun mulai. Produksi prolaktin yang berkesinambungan

disebabkan oleh bayi menyusui pada payudara ibu. Pada ibu yang menyusui,

prolaktin akan meningkat pada keadaan : stress atau pengaruh

22
psikis,anestesi, operasi, rangsangan puting susu, hubungan kelamin,

pengaruh obat-obatan. Sedangkan yang menyebabkan prolaktin terhambat

pengeluarannya pada keadaan: ibu gizi buruk, dan pengaruh obat-obatan

(Badriul, 2008). ASI (Refleks Letdown/pelepasan ASI) merupakan proses

pelepasan ASI yang berada dibawah kendali neuroendokrin, dimana bayi yang

menghisap payudara ibu akan merangsang produksi oksitosin yang

menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel. Kontraksi dari sel-sel ini akan

memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem

duktus untuk selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut

bayi sehingga ASI tersedia bagi bayi (Maryunani, 2009).

Faktor-faktor yang memicu peningkatan refleks ”letdown/pelepasan

ASI” ini yaitu pada saat ibu melihat bayinya, mendengarkan suara bayi,

mencium bayi, dan memikirkan untuk menyusui bayi. Sementara itu, faktor-

faktor yang menghambat refleks ”letdown/pelepasan ASI yaitu stress seperti

keadaan bingung atau psikis kacau, takut, cemas, lelah, malu, merasa tidak

pasti atau merasakan nyeri.

Oksitosin juga mempengaruhi jaringan otot polos uterus berkontraksi

sehingga mempercepat lepasnya plasenta dari dinding uterus dan membantu

mengurangi terjadinya perdarahan. Oleh karena itu, setelah bayi lahir maka

bayi harus segera disusukan pada ibunya (Inisiasi Menyusui Dini ). Dengan

seringnya menyusui, penciutan uterus akan terjadi makin cepat dan makin

baik. Tidak jarang perut ibu akan terus terasa mulas yang sangat pada hari-

23
hari pertama menyusui, hal ini merupakan mekanisme alamiah yang baik

untuk kembalinya uterus ke bentuk semula (Maryunani, 2009).

Komposisi ASI

Susu menjadi salah satu sumber nutrisi bagi manusia, komponen ASI

sangat rumit dan berisi lebih dari 100.000 biologi komponen unik, berikut

komposisi ASI:

1. Kolostrum

Cairan susu kental berwarna kuning, Kolostrum mengandung karoten dan

vitamin A yang tinggi yang berfungsi menjaga kekebalan tubuh bagi bayi.

2. Protein

Protein dalan ASI berupa casein (protein yang sulit di cerna) dan

whey (protein yang mudah di cerna). ASI lebih banyk mengandum whey

di bandingkan dengan casein.

3. Lemak

Lemak ASI adalah penghasil kalori (energy) utama dan

merupakan komponen yang gizi yang sangat berfariasi.penelitian

OSBORN membuktikan, bayi yang tidak mendapatkan ASI lebih banyak

menderita penyakit koroner usia muda.

4. Laktosa

Merupakan karbohidrat terutama pada ASI,fungsinya sebagai sumber

energi meninggkatkan absorbs kalsium dan merang sang pertumbuhan

lactobacillus bifidus.

24
5. Zat Besi

Meskipun ASI mengandum sedikit zat besi, namun bayi yang

menyusui jarang kekurangan zat besi.

6. Taurin

Berupa asam amino dan berfungsi sebagai neuororansmitter, berperan

penting dalam maturasi otak bayi.

7. Laktobacilus

Berfungsi menghambat pertumbuhan microorganisme seperti becteri

ecoli yang sering menyebabkan diare pada bayi.

8. Laktoferin.

Sebuah besi batas yang mengikat protein ketersediaan besi untuk

bakteri dalam intestines, serta memungkinkan bakteri sehat tertentu untuk

berkembang.

9. Lizozim

Dapat memecah dinding bakteri sekaligus mengurangi insidens,

caries,dentis,dan maloklusi atau kebiasaan lidah yang mendorong

kedepan akibat menyusu dengan botol dan dot.

Manfaat ASI

Menyusui bayi dapat mendatangkan keuntungan bagi bayi, ibu,

keluarga, masyarakat, dan negara. Sebagai makanan bayi yang paling

sempurna, ASI mudah dicerna dan diserap karena mengandung enzim

pencernaan. Beberapa manfaat ASI sebagai berikut :

25
1. Untuk Bayi

Ketika bayi berusia 0-6 bulan, ASI bertindak sebagai makanan utama

bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi, ASI

memang terbaik untuk bayi manusia sebagaimana susu sapi yang terbaik

untuk bayi sapi, ASI merupakan komposisi makanan ideal untuk bayi,

pemberian ASI dapat mengurangi resiko infeksi lambung dan usus,

sembelit serta alergi, bayi yang diberi ASI lebih kebal terhadap penyakit

dari pada bayi yang tidak mendapatkan ASI, bayi yang diberi ASI lebih

mampu menghadapi efek penyakit kuning, pemberian ASI dapat semakin

mendekatkan hubungan ibu dengan bayinya. Hal ini akan berpengaruh

terhadap kemapanan emosinya di masa depan, apabila bayi sakit, ASI

merupakan makanan yang tepat bagi bayi karena mudah dicerna dan

dapat mempercepat penyembuhan, pada bayi prematur, ASI dapat

menaikkan berat badan secara cepat dan mempercepat pertumbuhan sel

otak, tingkat kecerdasan bayi yang diberi ASI lebih tinggi 7-9 poin

dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI ( Roesli, 2000).

2. Untuk Ibu

Isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat kondisi ibu

untuk kembali ke masa prakehamilan, serta mengurangi resiko perdarahan,

lemak yang ditimbun di sekitar panggul dan paha pada masa kehamilan

akan berpindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing

kembali, resiko terkena kanker rahim dan kanker payudara pada ibu yang

menyusui bayi lebih rendah dari pada ibu yang tidak menyusui,

26
menyusui bayi lebih menghemat waktu, karena ibu tidak perlu

menyiapkan botol dan mensterilkannya, ASI lebih praktis lantaran ibu bisa

berjalan-jalan tanpa membawa perlengkapan lain, ASI lebih murah dari

pada susu formula, ASI selalu steril dan bebas kuman sehingga aman

untuk ibu dan bayinya, ibu dapat memperoleh manfaat fisik dan emotional

( Dwi Sunar, 2009 ).

3. Untuk Keluarga

Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu formula,

botol susu, serta peralatan lainnya, jika bayi sehat, berarti keluarga

mengeluarkan lebih sedikit biaya guna perawatan kesehatan, penjarangan

kelahiran lantaran efek kontrasepsi dari ASI eksklusif, jika bayi sehat

berarti menghemat waktu keluarga, menghemat tenaga keluarga karena

ASI selalu tersedia setiap saat, keluarga tidak perlu repot membawa

berbagai peralatan susu ketika bepergian (Roesli, 2005).

4. Untuk Masyarakat dan Negara

Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu formula dan

peralatan lainnya, bayi sehat membuat negara lebih sehat,

penghematan pada sektor kesehatan, karena jumlah bayi yang sakit hanya

sedikit, memperbaiki kelangsungan hidup anak karena dapat

menurunkan angka kematian, ASI merupakan sumber daya yang terus-

menerus di produksi (Dwi Sunar, 2009 ).

27
2.3 Kerangka dan Konsep

Variabel Independen Intervensi Variabel Dependen

Perlakuan
Hipnobreasfeeding Keluarnya ASI

Gambar 1: Kerangka Konsep

a. Variabel independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Hipnobreastfeeding

b. Variabel dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah keluranya ASI

Definisi Operasional

Defini operasional dalam penelitian disini adalah :

a. Hipnobreastfeeding adalah pemberian relaksasi pada ibu menyusui

selama10 hari berturut-turut.

Alat ukur : Lembar observasi Hipnobreastfeeding

b. Keluarnya ASI adalah keluarnya air susu ibu pada payudara ibu saat

ibu menyusui bayinya.

Alat ukur : Lembar observasi keluaranya ASI pada payudara ibu

Hipotesa Penelitian

Hipotesa pada penelitian ini adalah:

Adanya Pengaruh Tehnik Hipnobreastfeeding Terhadap Pengeluaran Asi

pada Ibu Nifas Di Desa Sidorejo-Gunung Meriah Tahun 2021.

28
BAB III

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu kuantitatif eksperimen yang bertujuan untuk

mengetahui pengaruh Tehnik Hipnobreastfeeding Terhadap Pengeluaran Asi Pada

Ibu Nifas. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Pra Eksperimental

whitout control yang artinya peneliti hanya melakukan intervensi pada satu

kelompok tanpa pembanding. Keefektifan perlakuan dapat dinilai dengan cara

membandingkan nilai pretest dengan Postest. (Heriyanto,2017). Pra

Eksperimental dengan rancangan Pretest and Postest without Control dapat

digambarkan sebagai berikut :

R  O1  X  O2

Gambar 3.1 . Pra Eksperimental dengan one group Pretest and Postest

Keterangan :

R : Responden Penelitian semua mendapat perlakuan

O1 : Pretest pada kelompok perlakuan

X : Uji coba/intervensi pada kelompok

perlakuan O2 : Postest setelah perlakuan

29
Rancang Bangun Penelitian

Rancang bangun penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional

yaitu jenis penelitian yang mengamati data-data populasi atau sampel satu

kali saja pada saat yang sama (data potong lintang).

Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti.

Populasi dalam penelitian ini adalah subjek yang memenuhi kriteria yang

telah ditetapkan (Nursalam, 2016). Populasi dalam penelitian ini adalah

semua ibu nifas di desa Sidorejo- Gunung Meriah tahun 2021.

Sampel

Sampel adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti.

Jumlah sampel minimal untuk memperoleh hasil yang baik dalam penelitian

eksperimen yaitu jumlah sampel minimum 30 (Arikunto, 2010) sehingga

peneliti menetapkan jumlah sampel sebanyak 30 responden.

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh

setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Sibagariang

dkk, 2010) yaitu:

1. Bersedia menjadi responden

2. Ibu menyusui

3. Dapat berkomunikasi dengan baik

30
Sedangkan kriteria eksklusi adalah kriteria populasi yang tidak

diambil sebagai sampel atau kriteria subjek penelitian tidak dapat mewakili

sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Sibagariang

dkk, 2010), yaitu: Ibu dengan gangguan komunikasi, tidak memahami bahasa

Indonesia.

Teknik Pengambilan Sampel

Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah accidental

sampling yaitu mengambil sampel yang ada di lokasi penelitian yang sesuai

dengan kriteria penelitian (Arikunto, 2016).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian

Lokasi merupakan tempat dimana dilakukannya penelitian.

Penelitian ini akan dilakukan di desa Sidorejo- Gunung Meriah tahun 2021.

Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai dari bulan Februari 2021 sampai Juni

tahun 2021.

Varibel Penelitian, Defenisi Operasional dan Cara Pengukuran Variabel

Defenisi Aspek Kriteria


No Variabel Skala
Operasional Pengukuran Objektif
1. Hipnobrea- Pemberian +-15 - -
Menit/hari
stfeeding relaksasi latihan
selama 10
kepada responden
perlakuan secara hari
benar

31
2. Pengeluara ASI yang Lembar  Kurang Ordinal
n ASI diproduksi saat Observasi (keluarnya
Bayi menghisap ASI sedikit,
atau Bayi disusui berupa tetes
sehingga
bayi tidak
puas)
 Cukup (
payudara
tegang/
merasa ASI
penuh
sehingga
bayi merasa
puas saat
menyusu)
 Banyak
(keluarnya
ASI sampai
keluar
dengan
sendirinya
meski tidak
dihisap oleh
bayi)

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara :

1. Administratif

32
a. Peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelit ian dari

institusi kepada Ketua Program Studi S-1 Kebidanan Institut Kesehatan

Sumatera Utara Medan.

b. Setelah mendapatkan surat persetujuan Ketua Program Studi S-1

Kebidanan Institut Kesehatan Sumatera Utara Medan Medan

peneliti melakukan studi pendahuluan.

c. Peneliti melakukan penelitian dengan kuesioner yang sudah valid

Pengaruh Tehnik Hipnobreastfeeding Terhadap Pengeluaran Asi Pada

Ibu Nifas Di Desa Sidorejo-Gunung Tahun 2020 Sumatera Utara dengan

cara penyusunan kuesioner dikonsultasikan dan ditentukan oleh

pembimbing.

d. Data yang sudah didapatkan di entry lalu dikumpulkan menjadi satu

lalu dan diberikan tanda coding.

2. Teknis

Data demografi responden yang meliputi : nomor dan nama

responden dan kuesioner tentang Pengaruh Tehnik Hipnobreastfeeding

Terhadap Pengeluaran Asi Pada Ibu Nifas Di Desa Sidorejo-Gunung Meriah

Tahun 2020 kepada setiap responden lalu hasilnya dikumpulkan menjadi

satu lalu dianalisa.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik Pengolahan Data

Dalam penelitian ini dilakukan pengolahan data dengan tahap sebagai

berikut:

33
1. Editing

Pada tahap ini peneliti melakukan koreksi data untuk melihat kebenaran

pengisian dan kelengkapan jawaban kuesioner dari responden. Hal ini

dilakukan di tempat pengumpulan data sehingga bila ada kekurangan

segera dapat dilengkapi.

2. Coding

Peneliti melakukan pemberian kode pada data untuk mempermudah

mengolah data. Dalam penelitian ini peneliti memberikan kode data,

dengan cara masing-masing responden setelah mengisi kuesioner pada

saat itu juga diberikan kode angka 1,2,3 dan seterusnya.

3. Entry data

Merupakan suatu proses pemasukan data kedalam komputer untuk

selanjutnya dilakukan analisa data dengan menggunakan program

komputer.

4. Cleaning

Cleaning adalah memastikan bahwa seluruh data yang dimasukkan

ke dalam mesin pengolah data sudah sesuai dengan sebenarnya atau

proses pembersihan data. Dalam proses ini peneliti melakukan

pengecekan ulang untuk memastikan bahwa semua data yang dimasukkan

dalam program komputer telah sesuai dengan data asli yang didapat di

lapangan.

34
5. Tabulating

Kegiatan memasukkan data hasil penelitian kedalam tabel kemudian

diolah dengan bantuan komputer.

Analisis Data

Analisa data dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian. Data

yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan teknik statistik kuantitatif

dengan menggunakan analisis unvariat. Pada penelitian ini menggunakan

sistem komputerisasi dalam penghitungan data. Penelitian ini menggunakan

analisa univariat dan analisa bivariat.

Analisa univariat merupakan suatu analisa yang digunakan untuk

menganalisis tiap-tiap variabel dari hasil penelitian yang menghasilkan suatu

distribusi frekuensi dan prosentase dari masing-masing variabel

(Notoatmodjo 2010). Analisa univariat juga digunakan untuk

menggambarkan nilai mean yang digunakan untuk data yang tidak

dikelompokkan ataupun data yang sudah dikelompokkan, nilai median yang

merupakan nilai yang berada di tengah dari suatu nilai atau pengamatan

yang disusun, serta nilai modus yang digunakan untuk menyatakan

fenomena yang paling banyak terjadi (Nursalam, 2016). Analisa univariat

dalam penelitian ini adalah kuesioner demografi atau identitas yang

hasilnya nanti akan ditampilkan dalam bentuk tabel.

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat perbedaan ASI yang

diproduksi sebelum dan sesudah menggunakan teknik Hipnobreastfeeding

selama 7 hari berturut-turut. Uji statitistik yang digunakan untuk

35
mengetahui perbedaan produksi ASI sebelum dan menggunakan teknik

Hipnobreastfeeding selama 7 hari berturut-turut adalah Uji beda

mean satu sampel yaitu Uji T (Notoatmodjo, 2010).

Kerangka Etical

Ada beberapa etika yang dilakukan untuk mendukung kelancaran

penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Informed consent (Lembar Persetujuan)

Informed consent merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan

calon responden dengan memberikan lembar persetujuan. Peneliti

menjelaskan tujuan penelitian kepada calon responden. Calon responden

bersedia menjadi responden maka dipersilahkan menandatangani lembar

persetujuan.

2. Anonimity (Kerahasiaan Identitas)

Anonimity merupakan etika penelitian dimana peneliti tidak

mencantumkan nama responden dan tanda tangan pada lembar alat ukur,

tetapi hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data. Kode yang

digunakan berupa nama responden.

3. Confidentiality (Kerahasiaan Informasi)

Peneliti menjamin kerahasiaan hasil penelitian baik informasi atau

masalah lain yang menyangkut privacy klien. Hanya kelompok data tertentu

yang dilaporkan pada hasil penelitian.

36
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Lokasi Penelitian`

UPTD Puskesmas Gunung Meriah merupakan wilayah kerja di Kcamatan

Gunung Meriah. Puskesmas ini membawahi 25 desa dengan jumlah penduduk

41.840 jiwa.

Desa Sidorejo merupakan salah satu dari wilayah Puskesmas gunung

Meriah dengan jumlah penduduk 3.389 jiwa yang terdiri dari laki- laki 1.586 jiwa

dan perempuan 1.803 jiwa dengan jumlah KK 760 (2020).

Sasaran yang ada di desa sidorejo per tahun 2020, yaitu :

a. Ibu hamil : 68

b. Ibu bersalin : 67

c. Ibu nifas : 65

d. Bayi : 65

Batas wilayah kerja desa sidorejo, yaitu :

- Sebelah Utara : Desa Blok VI baru

- Sebelah selatan : Perkebunan sawit milik PT Socfindo

- Sebelah Timur : Desa Tulaan

- Sebelah Barat : Desa Suka Makmur

Secara geografis Desa sidorejo sabgat strategis ang terletak pada jalur

utama dan dekat dengan perusahaan sawit milik PT Socfindo

37
Hasil Penelitian

Analisis Univariat

Karakteristik Ibu Nifas

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Nifas di Desa Sidorejo


Gunung Meriah Tahun 2021

No Usia Frekuensi %
1 < 21 tahun 3 7.5
2 21-35 tahun 23 57.5
3 >35 tahun 14 35.0
Paritas
1 <2 orang 11 27.5
2 >2 orang 29 72.5
Pekerjaan
1 IRT 6 15.0
2 Petani 21 52.5
2 Wiraswasta 13 32.5
Total 40 100

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa usia ibu nifas mayoritas 21-35 tahun

sebanyak 23 orang (57,5%). Paritas ibu nifas mayoritas >2 orang sebanyak 29

orang (72,5%). Pekerjaan ibu nifas mayoritas petani sebanyak 21 orang (52,5%).

4.2.1.2. Pengeluaran ASI Sebelum dan Sesudah Dilakukan Teknik

Hypnobreasfeeding

Tabel 4.2. Distribusi Kualitas Pengeluaran ASI Sebelum dan Sesudah


Dilakukan Teknik Hypnobreasfeeding di Desa Sidorejo Gunung
Meriah Tahun 2021

No Pengeluaran ASi Sebelum Dilakukan Frekuensi %


Teknik Hypnobreasfeeding
1 Kurang 25 62.5
2 Cukup 15 37.5
3 Banyak 0 0,0
Pengeluaran ASi Sesudah Dilakukan

38
Teknik Hypnobreasfeeding
1 Kurang 0 0,0
2 Cukup 17 42.5
3 Banyak 23 57.5
Total 40 100

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pengeluaran ASI sebelum dilakukan

teknik hypnobreasfeeding mayoritas kurang sebanyak 22 orang (62,5%).

Pengeluaran ASI sesudah dilakukan teknik hypnobreasfeeding mayoritas banyak

sebanyak 23 orang (57,5%).

Rerata Pengeluaran ASI Sebelum dan Sesudah Dilakukan Teknik

Hypnobreasfeeding

Tabel 4.3. Rerata Rerata Pengeluaran ASI Sebelum dan Sesudah Dilakukan
Teknik Hypnobreasfeeding di Desa Sidorejo Gunung Meriah
Tahun 2021

No Variabel N Minumum Maksimum Mean SD


Pretest
1 Pengeluaran ASI
sebelum teknik 40 2 7 4,13 1,682
hypnobreasfeeding
Posttest
2 Pengeluaran ASI
sebelum teknik 40 4 8 7,03 1,209
hypnobreasfeeding

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa rerata nilai pengeluaran ASI sebelum

dilakukan teknik hypnobreasfeeding sebesar 4,13 dengan standar deviasi sebesar

1,682, Rerata nilai pengeluaran ASI sesudah dilakukan teknik hypnobreasfeeding

sebesar 7,03 dengan standar deviasi sebesar 1,209.

39
Analisis Bivariat

Perbedaan Pengeluaran ASI Sebelum dan Sesudah Dilakukan Teknik

Hypnobreasfeeding

Tabel 4.4 Perbedaan Pengeluaran ASI Sebelum dan Sesudah Dilakukan


Teknik Hypnobreasfeeding di Desa Sidorejo Gunung Meriah
Tahun 2021

No Variabel n Rerata±s.b Perbedaan p value


rerata
1 Pengeluaran ASI
40 4.13±1.682
(pretest) -2.900 0,000
2 Pengeluaran (posstest) 40 7.03±1.209

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa rerata pengeluaran ASI sebelum dilakukan

teknik hypnobreasfeeding adalah 4,13 dengan standar deviasi 1,682, sedangkan

pengeluaran ASI sesudah dilakukan teknik hypnobreasfeeding adalah 7,03 dengan

standar deviasi 1,209. Perbedaan pengeluaran ASI sebelum dan sesudah dilakukan

teknik hypnobreasfedding sebesar -2,900. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa

ada pengaruh teknik hypnobreasfeeding terhadap pengeluaran ASI pada ibu nifas

di Desa Sidorejo Gunung Meriah, dengan nilai p=0,000.

40
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Perbedaan Pengeluaran ASI Sebelum dan Sesudah Dilakukan Teknik

Hypnobreasfeeding

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh teknik hypnobreasfeeding

terhadap pengeluaran ASI pada ibu nifas di Desa Sidorejo Gunung Meriah,

dengan nilai p=0,000. Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Syukrianti, 2019)

menunjukkan bahwa ada pengaruh teknik hypnobreasfeeding tentang terhadap

kelancaran ASI dengan nilai p = 0,040 (p ≤ 0,05). Juga sejalan dengan hasil

penelitian (Herman, dkk, 2020) menunjukkan bahwa pemberian teknik

hypnobreasfeeding (p-value = 0,007 < 0,05) berpengaruh dengan peningkatan

produksi ASI pada ibu menyusui.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dan Prayogi, (2017) yang

berjudul Hyonobreastfeeding Untuk Meningkatkan Produksi ASI Pada Ibu

Menyusui Yang Bekerja. Terdapat pengaruh Hypnobreastfeeding terhadap

produksi ASI pada ibu menyusui yang bekerja dengan nilai rata – rata produksi

ASI sebelum Hypnobreastfeeding 210 ml/hari setelah Hypnobreastfeeding. Rata –

rata 255 ml/hari. Hypnobreastfeeding mengalami peningkatan secara konstan.

Frekuensi yang tidak menentu sedangkan setelah Hypnobreastfeeding mengalami

peningkatan secara konstan. Frekuensi memerah dan menyusui bayi diasumsikan

ikut berpengaruh terhadap peningkatan produksi ASI sehingga perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut untuk memastikan peningkatan produksi ASI yang hanya

dipengaruhi oleh Hypnobreastfeeding.

41
Hypnobreasfeeding adalah upaya menanamkan niat bawah sadar kita,

untuk mengjasilkan ASI yang cukup untuk kepentingan bayi. Caranya adalah

yakni bahwa anda bisa menyusui bayi secara ekslusif tanpa tambahan susu

formula. Hal ini bisa diperoleh dengan memikirkan hal-hal positif yang dapat

menimbulkan rasa kasih dan cinta kepada si bayi. Hypnobreastfeeding adalah

metode yang sanat baik untuk membangun niat positif dan motivasi dalam

menyusui (Aprillia, 2014)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata pengeluaran ASI sebelum

dilakukan teknik hypnobreasfeeding adalah 4,13 dengan standar deviasi 1,682,

sedangkan pengeluaran ASI sesudah dilakukan teknik hypnobreasfeeding adalah

7,03 dengan standar deviasi 1,209. Perbedaan pengeluaran ASI sebelum dan

sesudah dilakukan teknik hypnobreasfedding sebesar -2,900. Menurut asumsi

penulis teknik hypnobreasfeeding salah satu teknik yang efektif untuk

memperlancar produksi aliran ASI pada ibu nifas sehingga tercipta lingkungan

yang positif bagi bayi. Dalam melakukan hypnobreasfeeding keluarga

mempersiapkan secara menyeluruh tubuh, pikiran dan jiwa ibu seperti

memberikan kalimat sugesti pada ibu dalam menyusui bayinya.

42
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh tehnik

hipnobreastfeeding terhadap pengeluaran ASI pada ibu nifas Di Desa Sidorejo-

Gunung Meiah Tahun 2021, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Rerata pengeluaran ASI sebelum dilakukan teknik hypnobreasfeeding adalah

4,13 dengan standar deviasi 1,682, sedangkan pengeluaran ASI sesudah

dilakukan teknik hypnobreasfeeding adalah 7,03 dengan standar deviasi 1,209.

Perbedaan pengeluaran ASI sebelum dan sesudah dilakukan teknik

hypnobreasfedding sebesar -2,900.

2. Ada pengaruh teknik hypnobreasfeeding terhadap pengeluaran ASI pada ibu

nifas di Desa Sidorejo Gunung Meriah, dengan nilai p=0,000..

Saran

1. Ibu nifas yang produksi dan kelancaran ASI kurang banyak sebaiknya

rutin untuk dilakukan teknik hypnobreastfeeding, dikarenakan pemberian

pemberian teknik hypnobreastfeeding pada ibu nifas dapat produksi dan

kelancaran ASI pada ibu nifas sehingga dapat memberikan kenyamanan

pada bayi.

2. Petugas kesehatan khususnya bidan agar lebih meningkatkan keterampilan

melalui literatur terbaru, pelatihan serta konseling pada setiap pemeriksaan

43
ibu nifas, sehingga memiliki pengetahuan tentang manfaat yang cukup

terhadap perlakuan teknik hypnobreastfeeding dalam meningkatkan

produksi ASI.

3. Kepada peneliti selanjutnya agar dapat menambah variabel penelitian serta

menggunakan desain yang lain sehingga dapat mengungkap faktor

dominan yang berhubungan dengan pemberian teknik hypnobreastfeeding

dalam menigkatkan produksi dan kelancaran ASI pada ibu nifas.

44
45
Frequency Table

umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <21 tahun 3 7.5 7.5 7.5
21-35 tahun 23 57.5 57.5 65.0
>35 tahun 14 35.0 35.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

paritas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <2 orang 11 27.5 27.5 27.5
>2 orang 29 72.5 72.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid IRT 6 15.0 15.0 15.0
Petani 21 52.5 52.5 67.5
Wiraswasta 13 32.5 32.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

pengeluaran ASI sebelum teknik hypnobreasfeeding


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 25 62.5 62.5 62.5
cukup 15 37.5 37.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

pengeluaran ASI Sesudah teknik hypnobreasfeeding


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid cukup 17 42.5 42.5 42.5
banyak 23 57.5 57.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

46
Descriptives

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
pengeluaran ASI 40 2 7 4.13 1.682
sebelum teknik
hypnobreasfeeding
pengeluaran ASI 40 4 8 7.03 1.209
sesudah teknik
hypnobreasfeeding
Valid N (listwise) 40

T-Test

Paired Samples Statistics


Std. Std. Error
Mean N Deviation Mean
Pair 1 pengeluaran ASI 4.13 40 1.682 .266
sebelum teknik
hypnobreasfeeding
pengeluaran ASI 7.03 40 1.209 .191
sesudah teknik
hypnobreasfeeding

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 pengeluaran ASI 40 .490 .001
sebelum teknik
hypnobreasfeeding &
pengeluaran ASI
sebelum teknik
hypnobreasfeeding

47
Paired Samples Test
Paired Differences
95%
Sig.
Std. Std. Confidence
t df (2-
Mean Deviati Error Interval of the
tailed)
on Mean Difference
Lower Upper
Pair 1 pengeluaran - 1.516 .240 -3.385 -2.415 -12.101 39 .000
ASI sebelum 2.900
teknik
hypnobreasfee
ding -
pengeluaran
ASI sebelum
teknik
hypnobreasfee
ding

48
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, G.I., and D. Ayubi. 2013. Determinan pemberian ASI eksklusif


pada ibu pekerja.

Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 7(7): 296-303.

Astuti, I. 2013. Determinan pemberian ASI eksklusif pada ibu


menyusui. Jurnal Health Quality. (4)1: 60-68.

Kurniawan, B. 2013. Determinants keberhasilan pemberian air susu ibu


eksklusif. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 27(4): 236-240.

Kusmiyati, Y. & H.P.Wahyuningsih. 2014. Pengaruh hypnobreastfeeding


terhadap kecemasan dan waktu pengeluaran ASI pada ibu post
partum primipara di Yogjakarta. Jurnal Teknologi Kesehatan. 12(2): 1-6.

Mulyana. N. & S.N.Azizah. 2014. Pengaruh hypnobreastfeeding terhadap


sikap ibu hamil trimester 2 dalam pemberian ASI eksklusif di desa
ujungjaya kabupaten Sumedang. E- Journal STIKes Jenderal Achmad
Yani Cimahi. No. 201408-008.

Rahmawati, M.D. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian


ASI eksklusif pada ibu menyusui di kelurahan Pedalangan kecamatan

Syamsinar, S., S. Dode, and E.W.Ferrial. 2013. Faktor-faktor yang


berhubungan dengan kelancaran pengeluaran ASI pada ibu postpartum di
R.nifas RS Tk II Pelamonia Makassar.

E-library STIKes Nani Hasanuddin. 2(5): 135-144.

Wiji, R.N. 2013. ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogjakarta: Nuha Medika.
Novayelinda, R. 2012. Telaah Literatur: Pemberian Asi Dan Ibu
Bekerja.

Jurnal Ners Indonesia. 2(2): 177-184.

Morton, J., J.Y. Hall, R.J. Wong, L Thairu, W.E. Benitz and W.D. Rhine. 2009.
Combining hand technique with electric pumping increases milk
production in mother of preterm infants. Journal of Perinatology. 29: 757-
764.

Widiyanto, S., D. Aviyanti, and M.Tyas A. 2012. Hubungan Pendidikan dan


Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dengan Sikap terhadap Pemberian
ASI Eksklusif. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah. 1(2): 25-29.

49
Putriningrum, R., A. Khoiriyah, and T. Umarianti. 2015. Pengaruh pengetahuan
dan Hypnobreastfeeding pada ibu hamil trimester III terhadap proses
menyusui. Jurnal Dinamika Kebidanan. 5(1).

Armini, N.W. 2016. Hypnobreastfeeding Awali Suksesnya ASI


Eksklusif.

Jurnal Skala Husada. 13(1). 21-29

Kent, J.C., D.K. Prime, and C.P. Garbin. 2012. Principles for Maintaining
or Increasing Breast Milk Production. JOGNN. 41: 114-121.

Taqwim, M.A., and Anggorowati. 2014. Hubungan Kepercayaan diri dengan pola
pemberian air susu ibu pada Ibu Menyusui yang Bekerja di
kelurahan Mangkang kulon wilayah kerja puskesmas Mangkang kota
Semarang. Jurnal Keperawatan Maternitas. 2(2): 77-83.

Guyton, A., and J.E. Hall. 2010. Guyton and Hall Textbook of
Medical Physiology, 12th Ed. Philadelphia: Elsevier.

Kamariyah, N. 2014. Kondisi Psikologi Mempengaruhi Produksi Asi


Ibu Menyusui di Bps Aski Pakis Sido Kumpul Surabaya. Jurnal Ilmiah
Kesehatan. 7(12): 29-36.

50
Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan untuk turut


berpartisipasi sebagai responden dengan sukarela pada penelitian yang dilakukan
oleh :

Nama : Irnawati
Nim 1911033
Mahasiswa : S1 Kebidanan
Judul Penelitian : Pengaruh Tehnik Hipnobreastfeeding Terhadap
Pengeluaran Asi Pada Ibu Nifas di Desa Sidorejo
Gunung Meriah Tahun 2021.

Saya tahu bahwa data yang saya berikan hanya digunakan semata-mata
untuk mengembangkan ilmu pendidikan kesehatan dan saya tahu tidak akan
dipublikasikan. Demikian surat persetujuan ini saya buat. Terimakasih.

Medan, 22 Februari 2021


Peneliti Responden

(Irnawati) ( )

51
No. Responden :
Usia : …............................
Jumlah Paritas : …............................
Pekerjaan : …............................
Tabel Pengkajian : Pengaruh Tehnik Hypnobreastfeeding Terhadap
Pengeluaran Asi Pada Ibu Nifas Di Desa Sidorejo-Gunung Tahun 2021
Pengeluaran Pengeluaran ASI selama tehnik Hypnobreasfeeding
ASI sebelum
tehnik
No Uraian
Hypnobreasf Hari Hari Hari Hari Hari Hari
Hari
eeding Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5 Ke-6 Ke-7
Ke-8
(Hari 1)
1. Bayi tampak puas,
tenang dan mengantuk.
2. Bayi menyusu selama
15-25 menit
3. Bayi menyusu lebih
sering sekitar 10-18
kali per 24 jam
Bayi buang air kecil
4. minimal 6 kali per hari
dan warna air kencing
jernih atau kekuningan
5. Bayi sering buang air
besar kuning dan tampak
seperti berbiji.
6. Payudara Ibu terasa
kosong dan lunak
setelah menyusui
7. Ibu dapat mendengar
bunyi menelan ketika
bayi menelan ASI
8. Berat badan bayi naik
Jumlah
Keterangan nilai jawaban Total nilai
0 = Tidak ≤3 = ASI Kurang
1 = Ya 4 - ≤6 = Kuantitas ASI Cukup
≥7 = Kuantitas ASI Banyak

52
PANDUAN PELAKSANAAN HYPNO BREASTFEEDING LANGKAH-

LANGKAH PELAKSANAAN HYPNOBREASTFEEDING

1. Langkah-langkah Melakukan Hypnobreastfeeding

- Persiapkan secara menyeluruh tubuh, pikiran dan jiwa agar proses

pemberian ASI sukses.

- Niatkan yang tulus dari batin untuk memberi ASI eksklusif pada bayi

yang kita sayangi dan yakin bahwa semua ibu, bekerja atau di

rumah, memilki kemampuan untuk menyusui/memberi ASI pada bayinya.

- Dengan berniat pikiran ibu menyusui semakin tenang, seluruh

sel,organ, hormonal pun seimbang sehingga produksi ASI cukup untuk

kebutuhan bayi.

- Mulailah memberi sugesti positif. Contoh kalimat sugesti

atau afirmasi, misalnya “ASI saya cukup untuk bayi saya sesuai

dengan kebutuhannya” atau “saya selalu merasa tenang dan rileks

saat mulai memerah”

- Kalimat sugesti saat melakukan hypnotherapy juga dapat diberikan

suami saat menemani istri melakukannya.

- Suasana nyaman benar-benar harus tercipta saat terapi hypno-

breastfeeding.

Lingkungan sekitar harus dapat membantu ibu menciptakan suasana

nyaman .

2. Tujuan afirmasi positif tersebut adalah untuk menjadikan aktivitas menyusui

sebagai suatu kegiatan yang mudah, sederhana dan menyenangkan.

53
3. Teknik relaksasi dalam hypnobreastfeeding terdiri atas tiga tahap

- Pertama: relaksasi otot mulai dari puncak kepala sampai telapak kaki,

termasuk wajah, bahu kiri dan kanan, kedua lengan, daerah dada,

perut, pinggul, sampai kedua kaki.

- Kedua: relaksasi napas mencapai kondisi relaks adalah dengan cara

tarik napas panjang melalui hidung dan hembuskan keluar pelan- pelan

melalui hidung atau mulut (fokuskan pernapasan di perut). Lakukan

selama beberapa kali sampai ketegangan mengendur dan berangsur

hilang.

- Ketiga ; relaksasi pikiran. Seringkali pikiran seseorang berkelana jauh

dari raganya. Untuk itu, belajarlah memusatkan pikiran agar beradadi

tempat yang sama dengan raga. Salah satu cara dengan berdiam diri

atau meditasi dengan mengosongkan pikiran dan memejamkan mata

dengan napas yang lambat, mendalam dan teratur selama beberapa saat.

Keterangan :
Sesi hypnobreastfeeding hanya diberikan satu atau dua kali saja di klinik

bersalin. Setelah itu pasien bisa mencoba sendiri di rumah minimal 5 x dalam

seminggu. Caranya mudah, masuklah ke dalam ruangan yang tenang, sediakan

aroma therapy untuk relaksasi, dan ikuti panduan relaksasi otot, napas, dan

pikiran yang telah dipelajari sebelumnya. Teknik hypnobreastfeeding

menggunakan pikiran bawah sadar dengan mengistirahatkan alam sadar melalui

teknik relaksasi. Pikiran bawah sadar secara otomatis akan membimbing

untuk melakukan atau memikirkan hal-hal tertentu, misalnya yakin bahwa kita

54
bisa menyusui dan ASI akan mengalir deras. Jika hal tersebut dilakukan secara

continue, memicu tubuh untuk menghasilkan hormon endorfin (hormon

pembawa rasa senang dan tenang) sehingga tubuh merasa rileks.

55
56
57
58
59
LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Irnawati


Nim :1911033

Dosen Pembimbing : Nova Prihartini, SST, MKM

Judul Skripsi : Pengaruh Tehnik Hipnobreastfeeding Terhadap Pengeluaran Asi Pada Ibu Nifas Di
Desa Sidorejo-Gunung Tahun 2021 NO

NO TANGGAL MATERI SARAN PARAF DOSEN


KONSULTASI
1. 11 Februari 2021 BAB I Bab I dibuat seperti piramida terbalik
angka kecukupan ASI dari dunia
sampai tempat penelitian kemudian
Hipnobreastfeeding
2. 12 Februari 2021 BAB II Tambahkan Materi tentang
hipnobreastfeeding

3. 13 Februari 2021 BAB III Tambahkan Populasi dan Sampelnya

4. 20 Februari 2021 BAB I-III Tambahkan Angka Pemberian ASI


secara mendunia, nasional, hingga
tempat penelitian

5. 21 Februari 2021 BAB I-III Tambahkan Lembar Observasi


sebelum dan
sesudah diberikan
hipnobreastfeeding
6. 22 Februari 2021 BAB I-III Perbaiki Penulisan Sesuaikan dengan
SOP

7. 24 Februari 2021 BAB I-III ACC BAB I-III

8. 23 Agustus 2021 BAB 4- 6 Buat data geografis tempat penelitian


Rapikan penulisan
Pembahasan ditambahkan sesuai
dengan teori dan jurnal penelitian
Kesimpulan dan saran disesuaikan
dengan tujuan penelitian
Lampirkan master data, spss,
dokumentasi penelitian, ijin
penelitian dan balasan penelitian

9. 1 September BAB 4- 6 Pembahasannya ditambahkan sedikit


60
2021 lagi
Buat abstrak
10. 4 September BAB 4-6 Lengkapi BAB 1-6
2021 Abstrak Buat lembar pengesahan dan lembar
konsultasi

61
62
63
64
65
66

Anda mungkin juga menyukai