Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dankorion
yang sangat erat kaitannya. Lapisan ini terdiri atas beberapa sel seperti selepitel, sel
mesenkim dan sel trofoblast yang terikat erat dalam metrics kolagen.Selaput ketuban
berfungsi menghasilkan air ketuban dan melindungi janin terhadapinfeksi.
Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. Ketuban
pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.Bila ketuban
pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu, disebut ketuban pecah dini pada
kehamilan premature.
Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban
pecah dini. Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi
1% dari semua kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD
merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%.
Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang
terjadi dalam kolagenmatriks eksta seluler amnion, korion, dan apoptosis membrane
janin. Membrane janin dan desidua bereaksi terhadap stimuli, seprti infeksi dan
peregangan selaput ketuban dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin,
sitokinin dan protein hormone.

1.2 Rumusan Masalah


a. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan ketuban pecah dini ?
b. Apa penyebab ketuban pecah dini ?
c. Apa tanda gejala ketuban pecah dini ?
d. Apa diagnosis ketuban pecah dini ?
e. Apa patofisiologi ketuban pecah dini ?
f. Apa pengaruh ketuban pecah dini ?
g. Apa komplikasi dari ketuban pecah dini ?
h. Apa penatalaksanaan dari ketuban pecah dini ?

1.3 Tujuan
a. Menjelaskan pengertian dari ketuban pecah dini

1
b. Menjelaskan penyebab dari ketuban pecah dini
c. Menjelaskan apa saja tanda gejala dari ketuban pecah dini
d. Menjelaskan diagnosis dari ketuban pecah dini
e. Menjelaskan patofisiologi pada ketuban pecah dini
f. Menjelaskan apa saja pengaruh ketuban pecah dini
g. Menjelaskan komplikasi dari ketuban pecah dini
h. Menjelaskan penatalakasanaan dari ketuban pecah dini

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pengertian Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi
proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu
(Cunningham, Mc. Donald, gant, 2002).
Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membrane ketuban sebelum persalinan
berlangsung (Manuaba, 2002)
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu.
KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya
melahirkan.

Gambar: Ketuban Pecah

2.2 Penyebab
Penyebab Ketuban pecah dini adalah karena berkurangnya kekuatan membran
atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya
kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab
lainnya adalah sebagai berikut :
1. Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot
leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit
membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin
yang semakin besar.Adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata,
disebabkanlaserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan

3
congenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihantanpa
perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester
ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil
konsepsi (Manuaba, 2002)
2. Peninggian tekanan inta uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihandapat
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
a. Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
b. Gemelli : Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada
kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan
adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya
berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil
sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan
selaput ketuban tipis dan mudah pecah.  (Saifudin. 2002)
c. Makrosomia : Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan
dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over
distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan
selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan
kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah
pecah. (Winkjosastro, 2006)
d. Hidramnion : Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion
>2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak.
Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara
berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan
uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja.
3. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
4. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP (sepalo pelvic
disproporsi).
5. Korioamnionitis
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaranorganism vagina
ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah pecahnyaselaput ketuban > 24 jam
dan persalinan lama.

4
6.  Penyakit Infeksi
Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yangmeyebabkan
infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkanterjadinya proses
biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan
ketuban pecah.
7. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)
8. Riwayat KPD sebelumya
9. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
10. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu.

2.3 Tanda dan Gejala


Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut
masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini
tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila
Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
“mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina
yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda
infeksi yang terjadi.

2.4 Diagnosis
1. Pastikan selaput ketuban pecah.
2. Tanyakan waktu terjadi pecah ketuban.
3. Cairan ketuban yang khas jika keluar cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan
yang keluar dan nilai 1 jam kemudian.
4. Jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakan sedikit bagian terbawah janin atau
meminta pasien batuk atau mengedan.
5. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (nitrazintes), jika lakmus
merah berubah menjadi biru menunjukan adanya cairan ketuban (alkalis). pH normal
dari vagina adalah 4-4,7 sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1-7,3. Tes tersebut
dapat memiliki hasil positif yang salah apabila terdapat keterlibatan trikomonas, darah,
semen, lendir leher rahim, dan air seni.

5
6. Tes Pakis, dengan meneteskan cairan ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.
Pemeriksaan mikroskopik menunjukan kristal cairan amniom dan gambaran daun
pakis.
7. Tentuka usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG.
8. Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari
380C serta cairan ketuban keruh dan berbau.
9. Leukosit darah lebih dari 15.000/mm3.
10. Janin yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterin.
11. Tentukan tanda-tanda persalinan.
12. Tentukan adanya kontraksi yang teratur
13. Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif ( terminasi kehamilan).
14. Pemeriksaan Diagnostik :
a. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengindentifikasikan kehamilan ganda, anormaly janin atau
melokalisasi kantong cairan amnion pada amniosintesis.
b. Amniosintesis
Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan paru
janin.
c. Pemantauan janin
Membantu dalam mengevaluasi janin.
d. Protein C-reaktif
Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peringatan korioamnionitis

2.5 Patofisioogi
Banyak teori, mulai dari defect kromosom, kelainan kolagen, sampai infeksi. Pada
sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%).
High virulensi : Bacteroides
Low virulensi : Lactobacillus
Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast, jaringan retikuler
korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh system
aktifitas dan inhibisi interleukin -1 (iL-1) dan prostaglandin.
Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan prostaglandin,
menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput
korion/ amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.

6
2.6 Pengaruh KPD
1. Terhadap Janin
Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah
terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi (amnionitis,vaskulitis)
sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan morrtalitas dan morbiditas
perinatal.
2. Terhadap Ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu
sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis atau nifas,
peritonitis dan septikemia, serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di
tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan
nampaklah gejala-gejala infeksi lainnya.

2.7 Komplikasi KPD


1. Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia kehamilan :
Dapat terjadi Infeksi Maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena
kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau gagalnya
persalinan normal.
2. Persalinan Prematur :
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah
ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam.
Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
3. Infeksi :
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi
Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya
terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini premature,
infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada KPD
meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
4. Hipoksia dan asfiksia :
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga
terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan
derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.

7
5. Syndrom deformitas janin :
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta
hipoplasi pulmonal.

2.8 Penanganan
1. Konservatif
a. Rawat di rumah sakit
b. Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusioplasenta
c. Jika ada tanda-tanda infeksi (demam dan cairan vagina berbau), berikanantibiotika
sama halnya jika terjadi amnionitosis
d. Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:
- Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin.
- Ampisilin 4x 500mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250mg per oral 3x
perhari selama 7 hari.
e. Jika usia kehamilan 32 - 37 mg, belum inpartu, tidak ada infeksi,
beridexametason, dosisnya IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 x, observasi tanda-
tanda infeksi dan kesejahteraan janin.
f. Jika usia kehamilan sudah 32 - 37 mg dan sudah inpartu, tidak ada infeksi maka
berikan tokolitik dexametason, dan induksi setelah 24 jam.
2. Aktif
a. Kehamilan lebih dari 37 mg, induksi dengan oksitosin. Bila gagal Seksio Caesaria
dapat pula diberikan misoprostol 25 mikrogram – 50 mikrogram intravaginal tiap 6
jam max 4 x.
b. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan
diakhiri.
c. Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :
- Pertimbangan waktu dan berat janin dalam rahim. Pertimbangan waktuapakah 6,
12, atau 24 jam. Berat janin sebaiknya lebih dari 2000 gram.
- Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih dari 38°c, dengan
pengukuran per rektal. Terdapat tanda infeksi melalui hasil
pemeriksaanlaboratorium dan pemeriksaan kultur air ketuban.

8
2.9 Penatalaksanaan lanjutan
1. Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali didahului kondisi
ibu yang menggigil.
2. Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum persalinan adalah
tindakan yang adekuat sepanjang DJJ dalam batas normal. Pemantauan DJJ ketat
dengan alat pemantau janin elektronik secara kontinu dilakukan selama induksi
oksitosin untuk melihat tanda gawat janin akibat kompresi tali pusat atau induksi.
Takikardia dapat mengindikasikan infeksiuteri.
3. Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
4. Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan, perhatikan juga
hal-hal berikut :
- Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa.
- Bau rabas atau cairan di sarung tanagn anda.
- Warna rabas atau cairan di sarung tangan.
- Beri perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat diperoleh gambaranjelas
dari setiap infeksi yang timbul. Seringkali terjadi peningkatan suhu tubuh akibat
dehidrasi.

9
BAB III

TINJAUAN KASUS

Asuhan Kebidanan Intranatal Care Pada NY. N

KALA I

No. Register : 62.96.04 Tanggal/Waktu Pengkajian : Minggu, 17 April 2016


(jam 15.30)
Nama Pengkaji: Ayu Dwicahyani Tempat Pengkajian : Ruang VK

I. PENGKAJIAN DATA SUBJEKTIF (S)


A. BIODATA
Nama Klien : Ny. N Nama Suami : Tn.S
Umur : 30 th Umur : 33 th
Suku Bangsa : Sunda Suku Bangsa : Sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Swasta
Golongan Darah : B Golongan Darah : Belum pernah diperiksa
Alamat Rumah : Kp. Teluk Mungkal Alamat : Kp. Teluk Mungkal
Rt 01/ Rw 10 Rt 01/Rw 10
Tanjung Pura Tanjung Pura
Karawang Karawang

A. Keluhan
Ibu mengaku hamil 9 bulan, mengeluh mulas-mulas yang semakin sering dan kuat,
mengaku sudah keluar air-air sejak 13 jam yang lalu dan keluar lendir bercampur darah.

B. Riwayat Kehamilan Sekarang


Kehamilan ke: 2 Bersalin: 1 kali Keguguran: 0 Kali
HPHT: 13-07-2015 Taksiran Persalinan: 20-04-201 Usia Kehamilan : 39 minggu 5 hari

10
Siklus Haid: 28 hari Lamanya Haid: 7 hari, Teratur Dismenorrhea : tidak ada
Banyaknya: 3 x ganti pembalut/hari
Pergerakkan janin yang pertama kali dirasakan: 16 minggu( Trimester pertama )
Gerakan janin yang dirasakan dalam 24 jam terakhir : >10 kali/ 12 jam, kuat
Imunisasi TT1: 02 November 2015 Tempat : BPM
Imunisasi TT2 : 11 Desember 2015 Tempat : BPM
Periksa Kehamilan : 7 kali Tempat : BPM, posyandu Oleh : Bidan
Tablet Fe: 70 habis, sisa ± 26 tablet Cara minum: 1 x pada malam hari dengan air putih

C. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN YANG LALU


USIA PERSALINAN
NO TAHUN JK
KEHAMILAN PENOLONG JENIS BB PB TEMPAT H/M
1. 2007 9 bulan L Bidan Normal 3000gr 49cm BPM H

D. Aktivitas Sehari-hari
1. Diet
a. Nutrisi
 Terakhir kali makan : 13.30 WIB
 Jenis makanan yang dikonsumsi : Nasi, sayur bayam, tempe
 Makanan yang dipantang : Tidak ada
 Alergi terhadap makanan : Tidak ada
b. Hidrasi
 Terakhir Minum : 18.45 WIB
 Jenis Minuman : Teh manis hangat dan air mineral
 Jumlah cairan yang di konsumsi : 1 gelas ( 250 ml ) dan 1 aqua botol sisa

2. Istirahat dan Tidur


Malam : 5 jam 21.00-03.00 WIB
Siang : 2 menit 11.00-01.00 WIB
Masalah : Gelisah karena sudah merasakan mulas
3. Personal Hygiene
Mandi : 2 Kali pukul 05:00 WIB dan pukul 14.15 WIB
Gosok gigi : 2 Kali pukul 05:00 WIB dan pukul 14.15 WIB
Ganti pakaian : 2 Kali pukul 05:15 WIB dan 14.25 WIB

11
4. Eliminasi
a. BAK
Terakhir kali BAK : Pukul 15.15 WIB
Banyaknya : ± 150 cc
Keluhan : Tidak ada
b. BAB
Terakhir kali BAB : jam 07.00 WIB
Konsistensi : Lunak
Keluhan : Tidak ada

II. PENGKAJIAN DATA OBJEKTIF (0)


1. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Status Emosional : Stabil
2. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 120/80mmHg Nadi: 86 x/menit, regular
Respirasi : 22x/menit, regular Suhu: 36,50 C
3. PemeriksaanFisik
 Kepala
Inspeksi
 Warna rambut : Terlihat hitam lurus dam tidak kusam
 Kebersihan : Terlihat bersih dan tidak ada ketombe
Palpasi
 Keadaan rambut : Baik, tidak rontok dan distribusi merata
 Benjolan : Tidak ada benjolan
 Muka
Inpeksi
 Oedema : Tidak terlihat oedema
 Pucat atau tidak : Tidak terlihat pucat
Palpasi
Oedema : Tidak ada oedema
 Mata
Inpeksi

12
 Konjungtiva : Terlihat berwarna merah muda ( kanan/kiri )
 Sklera : Terlihat berwarna putih jernih ( kanan/kiri )
 Hidung
 Kebersihan : Terlihat bersih
 Pengeluaran : Tidak terlihat pengeluaran
 Polip : Tidak ada polip
 Bibir
Inspeksi
 Pucat : Terlihat berwarna merah muda
 Stomatitis : Tidak terlihat stomatitis
 Gigi
 Caries : Ada Caries
 Gigi palsu : Tidak ada gigi palsu
 Lidah
 Warna : Terlihat berwarna merah muda
 Leher
 Pembengkakan kelenjar tyroid : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid
 Pembengkakan KGB : Tidak ada pembengkakan KGB
 Pembengkakan vena jugularis : Tidak ada pembengkakan vena jugularis
Payudara
Inspeksi : Simetris : Terlihat simetris ( kanan, kiri)
Benjolan : Tidak terlihat benjolan (kanan,
kiri)
Hyperpigmentasi : Ada hyperpigmentasi (kanan,
kiri)
Palpasi : Benjolan : Tidak teraba benjolan (kanan,
kiri)
Putting susu : Teraba Menonjol (kanan, kiri)
Colostrum : Sudah keluar
Pembesaran KGB Axilla : Tidak teraba pembesaran KGB
Axilla pada ( kanan, kiri )
Kelainan : Retraksi : Tidak ada retraksi ( kanan, kiri )
Lecet : Tidak lecet ( kanan,kiri )

13
 Abdomen
Inspeksi
 Bentuk perut : Terlihat membesar sesuai usia kehamilan
 Sikatrik bekas operasi : Tidak terlihat sikatrik bekas operasi
 Striae : Terlihat ada striae alba
 Hyperpigmentasi : Terlihat ada linea nigra
Palpasi
 TFU : 33 cm
 Leopold I : Teraba kurang bulat,lunak dan tidak melenting ( bokong ) 3 jari
dibawah PX
 Lepold II : Kiri = teraba keras ada tahanan dan memanjang ( punggung janin)
Kanan = teraba bagian-bagian kecil janin ( ekstremitas )
 Leopold III :Teraba bagian keras,susah di goyangkan (kepala)
 Leopold IV : kepala sudah masuk sebagian besar ke PAP, divergen
 Perlimaan : 3/5
 TBJ : 33-11 x 155 = 3410 gram
 His : Frekuensi 4x dalam 10 menit
Durasi 38 detik
Interval ±2 menit
Intensitas kuat
Auskultasi
 DJJ : 140 x/ menit, regular

 Ekstremitas
Ekstremitas atas
Inspeksi
 Oedema : Tidak terlihat oedema ( Kanan, kiri )
 Kuku : Bersih, pendek ( Kanan, kiri )
Palpasi
 Oedema : Tidak ada oedema ( Kanan, kiri )
 Capillary refill : Kembali dalam 2 detik ( Kanan, kiri )
Ekstremitas bawah
Inspeksi

14
 Bentuk : Terlihat simetris ( Kanan, kiri )
 Oedema : Tidak ada oedema ( Kanan, kiri )
 Varises : Tidak terlihat varises ( Kanan, kiri )
Palpasi
 Oedema : Tidak ada oedema ( Kanan, kiri )
 Capillary refill : Kembali dalam 2 detik ( Kanan, kiri )
 Varises : Tidak teraba varises ( Kanan, kiri )
Perkusi
 Reflex patella : Positif kiri dan kanan
 Genetalia
Inspeksi
 Oedema : Tidak terlihat oedema
 Varises : Tidak terlihat varises
 Pembesaran kelenjar bartholin : Tidak terlihat pembesaran kelenjar bartholin
 Pengeluaran : Adanya pengeluaran blood show
 Tanda infeksi : Tidak ada ada tanda tanda infeksi
Palpasi
 Oedema : Tidak teraba edema
 Varises : Tidak teraba varises
 Pembesarankelenjarbartholin : Tidak teraba pembesaran kelenjar bartholin
 Pengeluaran : Teraba pengeluaran (rembesan air ketuban)
Pemeriksaan dalam
 Vulva/ vagina : Tidak ada kelainan
 Portio : Lunak tipis
 Pembukaan serviks : 5 cm
 Keadaan ketuban : Utuh
 Presentasi : Kepala
 Denominator : UUK Depan
 Molage :O
 Turunan bagian terendah : Hodge II
 Bagian-bagian yang menyertai : Tidak ada
 Anus
 Haemorroid : Tidak ada haemoroid interna dan eksterna

15
 Pemeriksaan Laboratorium : urine : Glukosa (-) negatif , protein (-) negatif

III. ASSESMENT (A)


Diagnosa : Ibu G2P1A0 multigravida 39 minggu 5 hari inpartu kala 1 fase aktif dengan
KPD
Janin hidup, tunggal, intrauterin, Presentasi kepala, penurunan Hodge II
keadaan baik.
Masalah Potensial : Gawat janin, hipoksia, asfiksia
Antisipasi Masalah Potensial : Kolaborasi dengan dr SpOg.

IV. PLANNING (P)


1. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
bahwa saat ini ibu dalam masa persalinan kala 1 fase laten pembukaan 5 cm, keadaan
ibu dan janin baik. Ibu terlihat senang mendengarkannya.
2. Memberi dukungan emosional kepada ibu bahwa ibu harus bersikap
tenang dalam menghadapi persalinan dan menjelaskan kepada ibu bahwa mulas yang
dirasakan ibu adalah hal normal. Ibu mengerti dan terlihat tenang.
3. Menganjurkan kepada ibu untuk mengatur posisi yang nyaman sesuai
keinginan seperti miring ke kiri untuk mengurangi rasa nyeri .ibu mengerti dan
mengatur posisi ke kiri
4. Menganjurkan kepada ibu untuk tidak meneran saat his muncul,
menganjurkan menarik nafas dalam melalui hdung dan mengeluarkan melalui mulut
secara perlahan. Ibu mengerti dan dapat melakukannya secara mandiri.
5. Menganjurkan kepada ibu untuk makan , makanan ringan seperti roti ,
biskuit , dan teh manis agar ibu mempunyai tambahan tenaga pada saat persalinan ,
ibu mengerti dan mau minum dan makan .
6. Menanyakan kepada ibu ingin di dampingi siapa pada saat persalinan.
Ibu mengatakan ingin di dampingi oleh suaminya
7. Menyiapkan alat pertolongan persalinan
8. Mengobservasi kemajuan persalinan menggunakan partograf, yaitu
pemeriksaan nadi,his,dan DJJ setiap 30 menit sekali,suhu dan urine 2 jam sekali dan
TD setiap 4 jam pemeriksaan dalam setiap 4 jam sekali

16
KALA II

Hari/Tanggal : Minggu/17/04/2016 Jam : 18.30

I. PENGKAJIAN DATA SUBJEKTIF (S)


Keluhan : Ibu mengeluh mulas yang semakin lama semakin kuat dan semakin sering serta
ada dorongan untuk meneran seperti ingin BAB.

II. PENGKAJIAN DATA OBJEKTIF (O)


Kesadaran : Composmentis
Keadaan Umum : Baik
Tanda-tanda vital
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Nadi : 89 x/menit
 Respirasi : 22 x/menit
 Suhu : 36,4 oC
HIS
 Intensitas : Kuat
 Frekuensi : 5x dalam 10 menit
 Interval : ± 2 menit
 Durasi : 50 detik
 DJJ : 146x/menit
 Keteraturan : Teratur
PEMERIKSAAN LUAR ABDOMEN
 Perlimaan : 0/5
 Vesika Urinaria : Kosong
PEMERIKSAAN DALAM
 Vulva/vagina : Tidak ada kelainan
 Portio : Tidak teraba
 Pembukaan serviks : Lengkap (10cm)
 Keadaan ketuban : Sudah Pecah
17
 Presentasi : Kepala belakang
 Denominator : UUK depan
 Molage :0
 Turunan bagian yang terendah : Hodge IV
 Bagian lain yang teraba : Tidak ada

III. ASSESMENT (A)


Diagnosa : Ibu G2P1A0 inpartu kala II dengan KPD.
Janin hidup tunggal intrauterin, presentasi kepala, UUK depan,
Hogde IV, keadaan baik.
Masalah Potensial : Infeksi, gawat janin
Antisipasi Masalah : Kolaborasi dengan dr SpOg.

IV. PLANNING (P)


1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan bahwa pembukaan sudah
lengkap dan ibu akan melahirkan, keadaan ibu dan janin saat ini baik. Ibu mengerti
dan terlihat senang dengan penjelasan yang di berikan
2. Persiapan diri penolong dengan APD, kemudian mendekatkan alat partus,
perlengkapan ibu dan bayi. APD sudah di pakai dan alat sudah siap pakai
3. Menganjurkan ibu untuk meneran ketika ada HIS dan ibu mengedan dengan kepala
terangkat melihat ke perut dan tangan memegang pergelangan kaki untuk di tarik
kearah dada dan bokong jangan di angkat.anjurkan ibu beristirahat di antara kontraksi.
Ibu mengerti dan akan mengedan hanya ketika ada his lalu beristirahat diantara his
4. Menganjurkan kepada keluarga untuk memberikan minum di saat ibu tidak mulas atau
istirahat. Ibu minim sedikit teh manis
5. Meletakan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi dan meletakan
kain bersih yang di lipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu. Handuk dan kain bersih
sudah di siapkan
6. Membuka partus set dan memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan. Partus set
sudah di buka dan sarung tangan sudah di pakai
7. Setelah pembukaan 10 cm maka lindungi perineum dengan tangan yang di lapisi kain
bersih yang berada di bawah bokong, dan tangan kiri melindungi puncak
kepala,menahan agar tidak defleksi dan membantu lahirnya kepala minta ibu meneran.

18
Tangan kanan menahan perineum dan tangan kiri menahan symphisis ibu meneran
perlahan lahan. Setelah kepala keluar
8. Periksa lilitan tali pusat. tidak ada lilitan
9. Menunggu kepala sampai melakukan putaran paksi luar secara spontan. kepala
melakukan putaran paksi luar secara spontan
10. Meletakan tangan biparietal kemudian mengarahkan kepala kebawah untuk
melahirkan bahu depan dan keatas untuk melahirkan bahu belakang kemudian
melakukan sanggah susur untuk menyangga kepala,menyusur lengan,siku berlanjut ke
bokong,tungkai dan kaki, memegang kedua mata kaki dan meletakan bayi di atas
perut ibu.bayi lahir berturut turut kepala bahu punggung dan badan seluruhnya.
11. Menilai bayi dengan sepintas, tangisan warna kulit,tonus otot dan usaha bernafas bayi,
mengeringkan bayi di mulai dari muka kepala badan dan seluruhnya kecuali telapak
tangan lalu menyelimutinya. Bayi menangis spontan, warna kulit kemerahan dan
tonus otot baik. Bayi sudah di selimuti kain bersih dan penutup kapala
12. Menganjurkan ibu untuk IMD dengan cara meletakan di bayi di atas perut ibu dan
posisi bayi di tengkurapkan seperti katak.bayi berhasil menyusu selama 45 menit.
13. Mengukur berat badan dan tinggi badan,dan lingkar kepala di ukur dan di
dokumentasikan. Dokumentasi bayi lahir :
Jam : 19.00 WIB
Jenis Persalinan : Spontan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Berat Badan : 3200 gram
Panjang badan : 49 cm
Lingkar kepala bayi : Circumferensia fronto-occipitalis: 34 cm ( Fronto- occipito )
Circumferensia mento-occipitalis: 35 cm ( mento-occipitalis )
Circumferensia sub-occipito bregmatika: 32 cm(Sub-occipito)

19
Kala III
Hari/Tanggal : Minggu/17/04/2015 Jam : 19.00 WIB
I. PENGKAJIAN DATA SUBJEKTIF (S)
Keluhan : Ibu mengatakan masih merasakan mulas dan senang atas kelahiran bayinya.

II. PENGKAJIAN DATA OBJEKTIF (O)


1. Keadaan Umum
 Kesadaran : Composmentis
 Keadaan Umum : Baik
 Status emosi : Stabil

1. Tanda-tanda Vital (Tidak dilakukan)


2. Abdomen
 Tinggi Fundus : Setinggi Pusat
 Kontraksi : Baik
 Bayi ke-2 : Tidak ada
 Keadaan kandung kemih : Kosong
4. Tanda-tanda Pelepasan plasenta
 Tali pusat memanjang : Tidak ada
 Uterus membulat : Tidak ada
 Semburan darah tiba-tiba : Tidak ada

III. ASSESSMENT (A)


Diagnosa : Ibu P2A0 inpartu kala III dengan riwayat KPD.
Masalah potensial : Infeksi
Antisipasi Masalah Potensial : Kolaborsasi dengan dr SpOg

IV. PLANNING (P)


1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan bayi dalam keadaan normal tapi
plasenta belum lahir dan beritahu ibu untuk bersabar sedikit sampai plasenta lahir
spontan. Ibu mengerti dan beristirahat.

20
2. Cek apa ada bayi kedua atau tidak. Setelah di cek tidak ada bayi kedua
3. Memberitahu ibu bahwa ibu akan di suntik oksitosin sebanyak 10 IU secara IM 1/3
paha bagian luar. Oksitosin sudah di suntikan
4. Menjepit talipusat dengan menggunakan klem kira-kira 3cm dari umbilical bayi dan
mengurut tali pusat kearah ibu dan menjepit kembali dengan klem. Tali pusat sudah di
potong
5. Memindahkan klem ke depan vulva dengan jarak 5 cm di depan vulva. Klem telah di
pindahkan kedepan vulva
6. Meletakan tangan kiri tepat di atas symphisis menahan secara dorso kranial dan
tangan kanan melakukan penegangan tali pusat terkendali. Tangan kiri di atas
symphisis dan tangan kanan melakukan PTT
7. Tanda-tanda pelepasan plasenta sudah ada,setelah plasenta sudah tampak di depan
vulva teruskan melepaskan plasenta dengan hati-hati. Pegang plasenta dengan kedua
tangan,kemudian putar plasenta searah jarum jam perlahan-lahan sehingga selaput
ketuban terpilin dan keluar seluruhnya.
8. Massase uterus setelah plasenta lahir selama 15 detik. Massase uterus telah di lakukan
dan fundus terasa keras
9. Mengajarkan ibu dan keluarga untuk melakukan massase fundus uteri, dan
mengenalkan kontraksi yang baik.ibu bersedia dan melakukan massase fundus uteri.
10. Memeriksakan kelengkapan plasenta,di dapatkan hasil sebagai berikut
Keadaan plasenta
 Jam Plasenta lahir : 19.10 WIB
 Kotiledon : Lengkap
 Selaput ketuban : Utuh
 Insersi tali pusat : Marginalis
 Diameter : ±22cm
 Tebal : ±2cm
 Panjang tali pusat : ±60cm
 Kelainan : Tidak ada

21
Kala IV
Hari/Tanggal : Minggu 17/04/2015 Jam : 21.10 WIB

I. PEGKAJIAN DARA SUBJEKTIF (S)


Keluhan : Ibu mengatakan masih merasa mulas dan lelah karena staminanya terkuras saat
persalinan, ibu ingin minum dan juga ingin istirahat.

II. PENGKAJIAN DATA OBJEKTIF (O)


o Keadaan Umum
 Kesadaran : Composmentis
 Keadaan Umum : Baik
 Status emosi : Stabil

o Tanda-tanda Vital
 Tekanan darah : 90/70 mmHg
 Nadi : 88 x/menit
 Respirasi : 22x/menit
 Suhu : 36,60C
o Tinggi Fundus : Setinggi pusat
o Jumlah pendarahan : Normal
o Laserasi jalan lahir : Ada, pada mukosa vagina, otot perineum dan kulit
(grade 2)

III. ASSESSMENT (A)


Diagnosa : Ibu P2A0 inpartu kala IV dengan laserasi jalan lahir
dan riwayat KPD
Masalah Potensial : Infeksi, perdarahan
Antisipasi masalah potensial : Kolaborasi dengan dr SpOg
IV. PLANNING (P)
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik dan
plasenta telah lahir lengkap. Ibu terlihat tenang mendengarkannya.

22
2. Pengevaluasian laserasi jalan lahir, Mengevaluasi adanya laserasi pada jalan lahir
dengan menggunakan kasa bersih, sambil membersihkan daerah luka darah atau
bekun darah sambil menilai luas dan dalamnya robekan pada daerah perineum..
Terdapat adanya laserasi jalan lahir di mukosa vagina, jaringan otot dan kulit . (grade
2)
3. Inform consent dengan ibu bahwa ibu terdapat robekan jalan lahir, maka dari itu akan
dilakukan penjahitan. Ibu setuju untuk dilakukan penjahitan robekan jalan lahir.
4. Setelah itu bidan melakukan persiapan untuk penjahitan robekan jalan lahir. Seperti
mengganti sarung tangan dan merendamnya dilarutan chlorin, mencuci tangan,
mengganti underpet, mendekatkan lampusorot, menyiapkan benang jahit dan alat
jahit, setelah itu memakai handschoon steril setelah itu bidan mengambil kasa untuk
melihat dalam dan luasnya robekan. Setelah itu bidan mulai menusukkan jarum suntik
pada ujung luka / robekan perineum .yang berisi cairan lidokain 0,5%. Lalu aspirasi
untuk memastikan bahwa jarum tidak masuk keddalam pembuluh darah sambil tanpa
menarik jarum suntik keluar dari luka, arahkan jarum suntik pada tepi luka pada
mukosa vagina, lalu lakukan aspirasi , lalu suntikkan cairan lidoain 0,5% sambil
menarik jarum .
5. Lalu tunggu 1-2 menit sebelum melakukan pejahitan untuk mendapatkan hasil yang
optimal dari anestesi.
6. Lalu lakukan inspeksi vagina dan perineum untuk meihat robekan dengan meraba
memakai ujung jari diseluruh deraah luka. Lalu melihat dengan cermat dimana ujung
luka tersebut.
7. Lalu siapkan alat seperti tempatkan jarum jahit pada mata jarum, lalu pasang benang
jahit mata mata jarum, lalu melihat jelas batas luka.
8. Setelah itu lakukan penjahitan yang dimulai dari 1 cm diatas luka, setelah itu
melanjutkan penjahitan dengan teknik jelujur dan juga ada jahitan yang dilakukan
dengan teknik subkutikuler.
9. Lalu setelah penjahitan selesai bidan memasukan jari kedalam rektum . untuk
mengetahui apakah ada jahitan. Jika teraba ada jahitan maka bidan memberitahu
kepada pasien agar untuk memeriksakan kembali rektum tersebut 6 minggu pasca
persalinan.
10. Lalu bidan memeriksa kembali untuk memastikan bahwa tidak meninggalkan apapun
seperti kassa/ instrumen dalam vagina.

23
11. Memberikan rasa nyaman kepada ibu, Meberikan rasa nyaman kepada ibu dengan
membersihkan badan ibu dari darah dan cairan ketuban dan membersihkan tempat
tidur dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Membantu ibu memakai
pakaian yang bersih dan kering, memasang pembalut agar ibu merasa nyaman.
Memindahkan ke ruang nifas dan memberikan posisi yang nyaman dan memberi
tahu mengenai cara pembersihan daerah perineum dengan sabun dan air 3 sampai
empat kali setiap hari. Lalu jaga daerah perineumnya agar tetap bersih dan kering,
lalu memberitahu untuk tidak memasukkan benda apapun kedalam vaginanya ibu.
12. Menganjurkan ibu untuk memeriksa kembali dalam waktu 3 hari setelah penjahitan.
13. Lalu memberitahu ibu mengenai teknik cara menyusui atau posisi menyusui bayi
demi mendukung kontraksi dari uterus. Ibu merasa nyaman dan kontraksi uterus
keras juga perdarahan dalam batas normal.
14. Menganjurkan kepada keluarga untuk memberikan makan dan minum kepada ibu.
Ibu meminum setengah gelas teh manis.
15. Memberikan kenyamanan kepada ibu dengan membersihkan badan ibu, serta tempat
persalinan, memakaikan pembalut, mengganti pakaian ibu. Ibu terlihat nyaman.
Melakukan pengukuran panjang badan bayi, lingkar kepala, dan lingkar dada.
Menimbang berat badan bayi, menyuntik Vit. K sebanyak 1 ml di sepertiga paha kiri
secara IM, dan memberi salep mata, dan memberikan suntikan HB-0 2 jam setelah
melahirkan.
Berat Badan : 3200 gram
Panjang Badan : 49 cm
Circumferensia fronto-occipitalis : 34 cm ( Fronto-occipito )
Circumferensia mento-occipitalis : 35 cm ( mento-occipitalis )
Circumferensia sub-occipito bregmatika : 32 cm (Sub-occipito )
Ibu telah mengetahui ukuran antropometri bayi.
16. Melakukan dekontaminasi alat ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit,
kemudian mncuci alat menggunakan sabun dan mensterilkan alat. Alat sudah di
sterilkan.
17. Melakukan pemantauan kala IV, Melakukan observasi kala IV dengan langkah
sebagai berikut :
 Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :

24
2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan. Setiap 15 menit pada 1 jam
pertama pasca persalinan. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
 Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan
memeriksa kontraksi uterus.
 Mengevaluasi kehilangan darah.
 Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pasca persalinan.
 Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pasca
persalinan.
Ibu dalam keadaan baik dan normal dan kontraksi uterus keras juga perdarahan
dalam batas normal. didapatkan hasil sebagai berikut.
18. Pendokumentasian pertolongan secara lengkap , Mendokumentasikan jalannya
persalinan dengan lengkap memakai metode SOAP dan menyertakan partograf yang
telah di lengkapi. Semua pertolongan persalinan dan data ibu terdokumentasikan
dengan lengkap.
19. Pemberitahuan untuk kunjungan Post partum dan kunjungan neonatus,
Memberitahukan bahwa ibu harus memeriksakan keadaannya dan bayi nya 3 hari
kemudian dan boleh periksa diluar jadwal jika ada keluhan. Ibu mengerti dan akan
kembali lagi 3 hari kemudian sesuai jadwal.

25
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak perlu
dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan diurussesuai kebutuhan
persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul tanda dangejala korioamninitis. Jika
timbul tanda dan gejala korioamnionitis,diindikasikan untuk segera berkonsultasi dengan
dokter yang menanganiwanita guna menginduksi persalinan dan kelahiran. Pilihan
metode persalinan (melalui vagina atau SC) bergantung pada usia gestasi, presentasi dan
beratkorioamnionitis.

4.2 Saran
Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan keluarganya.
Bidan harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang menyertai perkiraan
kelahiran janin premature serta risiko tambahan korioamnionitis. Rencana
penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinan periode tirah baring dan hospitalisasi
yang memanjang harus didiskusikan dengan wanita dan keluarganya. Pemahaman dan
kerja sama keluarga merupakan hal yang penting untuk kelanjutan kehamilan.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Chandranita Manuaba, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri . Jakarta. EGC.
2. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. . Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
3. Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal . Jakarta: YBP-SP.
4. Varney, Hellen,dkk. 2008. Buku Ajar Asuha Kebidanan, Volume 2. Jakarta: EGC.

27

Anda mungkin juga menyukai