PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a. Menjelaskan pengertian dari ketuban pecah dini
1
b. Menjelaskan penyebab dari ketuban pecah dini
c. Menjelaskan apa saja tanda gejala dari ketuban pecah dini
d. Menjelaskan diagnosis dari ketuban pecah dini
e. Menjelaskan patofisiologi pada ketuban pecah dini
f. Menjelaskan apa saja pengaruh ketuban pecah dini
g. Menjelaskan komplikasi dari ketuban pecah dini
h. Menjelaskan penatalakasanaan dari ketuban pecah dini
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pengertian Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi
proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu
(Cunningham, Mc. Donald, gant, 2002).
Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membrane ketuban sebelum persalinan
berlangsung (Manuaba, 2002)
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu.
KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya
melahirkan.
2.2 Penyebab
Penyebab Ketuban pecah dini adalah karena berkurangnya kekuatan membran
atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya
kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab
lainnya adalah sebagai berikut :
1. Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot
leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit
membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin
yang semakin besar.Adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata,
disebabkanlaserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan
3
congenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihantanpa
perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester
ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil
konsepsi (Manuaba, 2002)
2. Peninggian tekanan inta uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihandapat
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
a. Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
b. Gemelli : Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada
kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan
adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya
berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil
sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan
selaput ketuban tipis dan mudah pecah. (Saifudin. 2002)
c. Makrosomia : Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan
dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over
distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan
selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan
kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah
pecah. (Winkjosastro, 2006)
d. Hidramnion : Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion
>2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak.
Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara
berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan
uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja.
3. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
4. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP (sepalo pelvic
disproporsi).
5. Korioamnionitis
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaranorganism vagina
ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah pecahnyaselaput ketuban > 24 jam
dan persalinan lama.
4
6. Penyakit Infeksi
Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yangmeyebabkan
infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkanterjadinya proses
biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan
ketuban pecah.
7. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)
8. Riwayat KPD sebelumya
9. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
10. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu.
2.4 Diagnosis
1. Pastikan selaput ketuban pecah.
2. Tanyakan waktu terjadi pecah ketuban.
3. Cairan ketuban yang khas jika keluar cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan
yang keluar dan nilai 1 jam kemudian.
4. Jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakan sedikit bagian terbawah janin atau
meminta pasien batuk atau mengedan.
5. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (nitrazintes), jika lakmus
merah berubah menjadi biru menunjukan adanya cairan ketuban (alkalis). pH normal
dari vagina adalah 4-4,7 sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1-7,3. Tes tersebut
dapat memiliki hasil positif yang salah apabila terdapat keterlibatan trikomonas, darah,
semen, lendir leher rahim, dan air seni.
5
6. Tes Pakis, dengan meneteskan cairan ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.
Pemeriksaan mikroskopik menunjukan kristal cairan amniom dan gambaran daun
pakis.
7. Tentuka usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG.
8. Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari
380C serta cairan ketuban keruh dan berbau.
9. Leukosit darah lebih dari 15.000/mm3.
10. Janin yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterin.
11. Tentukan tanda-tanda persalinan.
12. Tentukan adanya kontraksi yang teratur
13. Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif ( terminasi kehamilan).
14. Pemeriksaan Diagnostik :
a. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengindentifikasikan kehamilan ganda, anormaly janin atau
melokalisasi kantong cairan amnion pada amniosintesis.
b. Amniosintesis
Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan paru
janin.
c. Pemantauan janin
Membantu dalam mengevaluasi janin.
d. Protein C-reaktif
Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peringatan korioamnionitis
2.5 Patofisioogi
Banyak teori, mulai dari defect kromosom, kelainan kolagen, sampai infeksi. Pada
sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%).
High virulensi : Bacteroides
Low virulensi : Lactobacillus
Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast, jaringan retikuler
korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh system
aktifitas dan inhibisi interleukin -1 (iL-1) dan prostaglandin.
Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan prostaglandin,
menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput
korion/ amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
6
2.6 Pengaruh KPD
1. Terhadap Janin
Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah
terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi (amnionitis,vaskulitis)
sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan morrtalitas dan morbiditas
perinatal.
2. Terhadap Ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu
sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis atau nifas,
peritonitis dan septikemia, serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di
tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan
nampaklah gejala-gejala infeksi lainnya.
7
5. Syndrom deformitas janin :
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta
hipoplasi pulmonal.
2.8 Penanganan
1. Konservatif
a. Rawat di rumah sakit
b. Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusioplasenta
c. Jika ada tanda-tanda infeksi (demam dan cairan vagina berbau), berikanantibiotika
sama halnya jika terjadi amnionitosis
d. Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:
- Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin.
- Ampisilin 4x 500mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250mg per oral 3x
perhari selama 7 hari.
e. Jika usia kehamilan 32 - 37 mg, belum inpartu, tidak ada infeksi,
beridexametason, dosisnya IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 x, observasi tanda-
tanda infeksi dan kesejahteraan janin.
f. Jika usia kehamilan sudah 32 - 37 mg dan sudah inpartu, tidak ada infeksi maka
berikan tokolitik dexametason, dan induksi setelah 24 jam.
2. Aktif
a. Kehamilan lebih dari 37 mg, induksi dengan oksitosin. Bila gagal Seksio Caesaria
dapat pula diberikan misoprostol 25 mikrogram – 50 mikrogram intravaginal tiap 6
jam max 4 x.
b. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan
diakhiri.
c. Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :
- Pertimbangan waktu dan berat janin dalam rahim. Pertimbangan waktuapakah 6,
12, atau 24 jam. Berat janin sebaiknya lebih dari 2000 gram.
- Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih dari 38°c, dengan
pengukuran per rektal. Terdapat tanda infeksi melalui hasil
pemeriksaanlaboratorium dan pemeriksaan kultur air ketuban.
8
2.9 Penatalaksanaan lanjutan
1. Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali didahului kondisi
ibu yang menggigil.
2. Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum persalinan adalah
tindakan yang adekuat sepanjang DJJ dalam batas normal. Pemantauan DJJ ketat
dengan alat pemantau janin elektronik secara kontinu dilakukan selama induksi
oksitosin untuk melihat tanda gawat janin akibat kompresi tali pusat atau induksi.
Takikardia dapat mengindikasikan infeksiuteri.
3. Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
4. Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan, perhatikan juga
hal-hal berikut :
- Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa.
- Bau rabas atau cairan di sarung tanagn anda.
- Warna rabas atau cairan di sarung tangan.
- Beri perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat diperoleh gambaranjelas
dari setiap infeksi yang timbul. Seringkali terjadi peningkatan suhu tubuh akibat
dehidrasi.
9
BAB III
TINJAUAN KASUS
KALA I
A. Keluhan
Ibu mengaku hamil 9 bulan, mengeluh mulas-mulas yang semakin sering dan kuat,
mengaku sudah keluar air-air sejak 13 jam yang lalu dan keluar lendir bercampur darah.
10
Siklus Haid: 28 hari Lamanya Haid: 7 hari, Teratur Dismenorrhea : tidak ada
Banyaknya: 3 x ganti pembalut/hari
Pergerakkan janin yang pertama kali dirasakan: 16 minggu( Trimester pertama )
Gerakan janin yang dirasakan dalam 24 jam terakhir : >10 kali/ 12 jam, kuat
Imunisasi TT1: 02 November 2015 Tempat : BPM
Imunisasi TT2 : 11 Desember 2015 Tempat : BPM
Periksa Kehamilan : 7 kali Tempat : BPM, posyandu Oleh : Bidan
Tablet Fe: 70 habis, sisa ± 26 tablet Cara minum: 1 x pada malam hari dengan air putih
D. Aktivitas Sehari-hari
1. Diet
a. Nutrisi
Terakhir kali makan : 13.30 WIB
Jenis makanan yang dikonsumsi : Nasi, sayur bayam, tempe
Makanan yang dipantang : Tidak ada
Alergi terhadap makanan : Tidak ada
b. Hidrasi
Terakhir Minum : 18.45 WIB
Jenis Minuman : Teh manis hangat dan air mineral
Jumlah cairan yang di konsumsi : 1 gelas ( 250 ml ) dan 1 aqua botol sisa
11
4. Eliminasi
a. BAK
Terakhir kali BAK : Pukul 15.15 WIB
Banyaknya : ± 150 cc
Keluhan : Tidak ada
b. BAB
Terakhir kali BAB : jam 07.00 WIB
Konsistensi : Lunak
Keluhan : Tidak ada
12
Konjungtiva : Terlihat berwarna merah muda ( kanan/kiri )
Sklera : Terlihat berwarna putih jernih ( kanan/kiri )
Hidung
Kebersihan : Terlihat bersih
Pengeluaran : Tidak terlihat pengeluaran
Polip : Tidak ada polip
Bibir
Inspeksi
Pucat : Terlihat berwarna merah muda
Stomatitis : Tidak terlihat stomatitis
Gigi
Caries : Ada Caries
Gigi palsu : Tidak ada gigi palsu
Lidah
Warna : Terlihat berwarna merah muda
Leher
Pembengkakan kelenjar tyroid : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid
Pembengkakan KGB : Tidak ada pembengkakan KGB
Pembengkakan vena jugularis : Tidak ada pembengkakan vena jugularis
Payudara
Inspeksi : Simetris : Terlihat simetris ( kanan, kiri)
Benjolan : Tidak terlihat benjolan (kanan,
kiri)
Hyperpigmentasi : Ada hyperpigmentasi (kanan,
kiri)
Palpasi : Benjolan : Tidak teraba benjolan (kanan,
kiri)
Putting susu : Teraba Menonjol (kanan, kiri)
Colostrum : Sudah keluar
Pembesaran KGB Axilla : Tidak teraba pembesaran KGB
Axilla pada ( kanan, kiri )
Kelainan : Retraksi : Tidak ada retraksi ( kanan, kiri )
Lecet : Tidak lecet ( kanan,kiri )
13
Abdomen
Inspeksi
Bentuk perut : Terlihat membesar sesuai usia kehamilan
Sikatrik bekas operasi : Tidak terlihat sikatrik bekas operasi
Striae : Terlihat ada striae alba
Hyperpigmentasi : Terlihat ada linea nigra
Palpasi
TFU : 33 cm
Leopold I : Teraba kurang bulat,lunak dan tidak melenting ( bokong ) 3 jari
dibawah PX
Lepold II : Kiri = teraba keras ada tahanan dan memanjang ( punggung janin)
Kanan = teraba bagian-bagian kecil janin ( ekstremitas )
Leopold III :Teraba bagian keras,susah di goyangkan (kepala)
Leopold IV : kepala sudah masuk sebagian besar ke PAP, divergen
Perlimaan : 3/5
TBJ : 33-11 x 155 = 3410 gram
His : Frekuensi 4x dalam 10 menit
Durasi 38 detik
Interval ±2 menit
Intensitas kuat
Auskultasi
DJJ : 140 x/ menit, regular
Ekstremitas
Ekstremitas atas
Inspeksi
Oedema : Tidak terlihat oedema ( Kanan, kiri )
Kuku : Bersih, pendek ( Kanan, kiri )
Palpasi
Oedema : Tidak ada oedema ( Kanan, kiri )
Capillary refill : Kembali dalam 2 detik ( Kanan, kiri )
Ekstremitas bawah
Inspeksi
14
Bentuk : Terlihat simetris ( Kanan, kiri )
Oedema : Tidak ada oedema ( Kanan, kiri )
Varises : Tidak terlihat varises ( Kanan, kiri )
Palpasi
Oedema : Tidak ada oedema ( Kanan, kiri )
Capillary refill : Kembali dalam 2 detik ( Kanan, kiri )
Varises : Tidak teraba varises ( Kanan, kiri )
Perkusi
Reflex patella : Positif kiri dan kanan
Genetalia
Inspeksi
Oedema : Tidak terlihat oedema
Varises : Tidak terlihat varises
Pembesaran kelenjar bartholin : Tidak terlihat pembesaran kelenjar bartholin
Pengeluaran : Adanya pengeluaran blood show
Tanda infeksi : Tidak ada ada tanda tanda infeksi
Palpasi
Oedema : Tidak teraba edema
Varises : Tidak teraba varises
Pembesarankelenjarbartholin : Tidak teraba pembesaran kelenjar bartholin
Pengeluaran : Teraba pengeluaran (rembesan air ketuban)
Pemeriksaan dalam
Vulva/ vagina : Tidak ada kelainan
Portio : Lunak tipis
Pembukaan serviks : 5 cm
Keadaan ketuban : Utuh
Presentasi : Kepala
Denominator : UUK Depan
Molage :O
Turunan bagian terendah : Hodge II
Bagian-bagian yang menyertai : Tidak ada
Anus
Haemorroid : Tidak ada haemoroid interna dan eksterna
15
Pemeriksaan Laboratorium : urine : Glukosa (-) negatif , protein (-) negatif
16
KALA II
18
Tangan kanan menahan perineum dan tangan kiri menahan symphisis ibu meneran
perlahan lahan. Setelah kepala keluar
8. Periksa lilitan tali pusat. tidak ada lilitan
9. Menunggu kepala sampai melakukan putaran paksi luar secara spontan. kepala
melakukan putaran paksi luar secara spontan
10. Meletakan tangan biparietal kemudian mengarahkan kepala kebawah untuk
melahirkan bahu depan dan keatas untuk melahirkan bahu belakang kemudian
melakukan sanggah susur untuk menyangga kepala,menyusur lengan,siku berlanjut ke
bokong,tungkai dan kaki, memegang kedua mata kaki dan meletakan bayi di atas
perut ibu.bayi lahir berturut turut kepala bahu punggung dan badan seluruhnya.
11. Menilai bayi dengan sepintas, tangisan warna kulit,tonus otot dan usaha bernafas bayi,
mengeringkan bayi di mulai dari muka kepala badan dan seluruhnya kecuali telapak
tangan lalu menyelimutinya. Bayi menangis spontan, warna kulit kemerahan dan
tonus otot baik. Bayi sudah di selimuti kain bersih dan penutup kapala
12. Menganjurkan ibu untuk IMD dengan cara meletakan di bayi di atas perut ibu dan
posisi bayi di tengkurapkan seperti katak.bayi berhasil menyusu selama 45 menit.
13. Mengukur berat badan dan tinggi badan,dan lingkar kepala di ukur dan di
dokumentasikan. Dokumentasi bayi lahir :
Jam : 19.00 WIB
Jenis Persalinan : Spontan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Berat Badan : 3200 gram
Panjang badan : 49 cm
Lingkar kepala bayi : Circumferensia fronto-occipitalis: 34 cm ( Fronto- occipito )
Circumferensia mento-occipitalis: 35 cm ( mento-occipitalis )
Circumferensia sub-occipito bregmatika: 32 cm(Sub-occipito)
19
Kala III
Hari/Tanggal : Minggu/17/04/2015 Jam : 19.00 WIB
I. PENGKAJIAN DATA SUBJEKTIF (S)
Keluhan : Ibu mengatakan masih merasakan mulas dan senang atas kelahiran bayinya.
20
2. Cek apa ada bayi kedua atau tidak. Setelah di cek tidak ada bayi kedua
3. Memberitahu ibu bahwa ibu akan di suntik oksitosin sebanyak 10 IU secara IM 1/3
paha bagian luar. Oksitosin sudah di suntikan
4. Menjepit talipusat dengan menggunakan klem kira-kira 3cm dari umbilical bayi dan
mengurut tali pusat kearah ibu dan menjepit kembali dengan klem. Tali pusat sudah di
potong
5. Memindahkan klem ke depan vulva dengan jarak 5 cm di depan vulva. Klem telah di
pindahkan kedepan vulva
6. Meletakan tangan kiri tepat di atas symphisis menahan secara dorso kranial dan
tangan kanan melakukan penegangan tali pusat terkendali. Tangan kiri di atas
symphisis dan tangan kanan melakukan PTT
7. Tanda-tanda pelepasan plasenta sudah ada,setelah plasenta sudah tampak di depan
vulva teruskan melepaskan plasenta dengan hati-hati. Pegang plasenta dengan kedua
tangan,kemudian putar plasenta searah jarum jam perlahan-lahan sehingga selaput
ketuban terpilin dan keluar seluruhnya.
8. Massase uterus setelah plasenta lahir selama 15 detik. Massase uterus telah di lakukan
dan fundus terasa keras
9. Mengajarkan ibu dan keluarga untuk melakukan massase fundus uteri, dan
mengenalkan kontraksi yang baik.ibu bersedia dan melakukan massase fundus uteri.
10. Memeriksakan kelengkapan plasenta,di dapatkan hasil sebagai berikut
Keadaan plasenta
Jam Plasenta lahir : 19.10 WIB
Kotiledon : Lengkap
Selaput ketuban : Utuh
Insersi tali pusat : Marginalis
Diameter : ±22cm
Tebal : ±2cm
Panjang tali pusat : ±60cm
Kelainan : Tidak ada
21
Kala IV
Hari/Tanggal : Minggu 17/04/2015 Jam : 21.10 WIB
o Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 90/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 22x/menit
Suhu : 36,60C
o Tinggi Fundus : Setinggi pusat
o Jumlah pendarahan : Normal
o Laserasi jalan lahir : Ada, pada mukosa vagina, otot perineum dan kulit
(grade 2)
22
2. Pengevaluasian laserasi jalan lahir, Mengevaluasi adanya laserasi pada jalan lahir
dengan menggunakan kasa bersih, sambil membersihkan daerah luka darah atau
bekun darah sambil menilai luas dan dalamnya robekan pada daerah perineum..
Terdapat adanya laserasi jalan lahir di mukosa vagina, jaringan otot dan kulit . (grade
2)
3. Inform consent dengan ibu bahwa ibu terdapat robekan jalan lahir, maka dari itu akan
dilakukan penjahitan. Ibu setuju untuk dilakukan penjahitan robekan jalan lahir.
4. Setelah itu bidan melakukan persiapan untuk penjahitan robekan jalan lahir. Seperti
mengganti sarung tangan dan merendamnya dilarutan chlorin, mencuci tangan,
mengganti underpet, mendekatkan lampusorot, menyiapkan benang jahit dan alat
jahit, setelah itu memakai handschoon steril setelah itu bidan mengambil kasa untuk
melihat dalam dan luasnya robekan. Setelah itu bidan mulai menusukkan jarum suntik
pada ujung luka / robekan perineum .yang berisi cairan lidokain 0,5%. Lalu aspirasi
untuk memastikan bahwa jarum tidak masuk keddalam pembuluh darah sambil tanpa
menarik jarum suntik keluar dari luka, arahkan jarum suntik pada tepi luka pada
mukosa vagina, lalu lakukan aspirasi , lalu suntikkan cairan lidoain 0,5% sambil
menarik jarum .
5. Lalu tunggu 1-2 menit sebelum melakukan pejahitan untuk mendapatkan hasil yang
optimal dari anestesi.
6. Lalu lakukan inspeksi vagina dan perineum untuk meihat robekan dengan meraba
memakai ujung jari diseluruh deraah luka. Lalu melihat dengan cermat dimana ujung
luka tersebut.
7. Lalu siapkan alat seperti tempatkan jarum jahit pada mata jarum, lalu pasang benang
jahit mata mata jarum, lalu melihat jelas batas luka.
8. Setelah itu lakukan penjahitan yang dimulai dari 1 cm diatas luka, setelah itu
melanjutkan penjahitan dengan teknik jelujur dan juga ada jahitan yang dilakukan
dengan teknik subkutikuler.
9. Lalu setelah penjahitan selesai bidan memasukan jari kedalam rektum . untuk
mengetahui apakah ada jahitan. Jika teraba ada jahitan maka bidan memberitahu
kepada pasien agar untuk memeriksakan kembali rektum tersebut 6 minggu pasca
persalinan.
10. Lalu bidan memeriksa kembali untuk memastikan bahwa tidak meninggalkan apapun
seperti kassa/ instrumen dalam vagina.
23
11. Memberikan rasa nyaman kepada ibu, Meberikan rasa nyaman kepada ibu dengan
membersihkan badan ibu dari darah dan cairan ketuban dan membersihkan tempat
tidur dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Membantu ibu memakai
pakaian yang bersih dan kering, memasang pembalut agar ibu merasa nyaman.
Memindahkan ke ruang nifas dan memberikan posisi yang nyaman dan memberi
tahu mengenai cara pembersihan daerah perineum dengan sabun dan air 3 sampai
empat kali setiap hari. Lalu jaga daerah perineumnya agar tetap bersih dan kering,
lalu memberitahu untuk tidak memasukkan benda apapun kedalam vaginanya ibu.
12. Menganjurkan ibu untuk memeriksa kembali dalam waktu 3 hari setelah penjahitan.
13. Lalu memberitahu ibu mengenai teknik cara menyusui atau posisi menyusui bayi
demi mendukung kontraksi dari uterus. Ibu merasa nyaman dan kontraksi uterus
keras juga perdarahan dalam batas normal.
14. Menganjurkan kepada keluarga untuk memberikan makan dan minum kepada ibu.
Ibu meminum setengah gelas teh manis.
15. Memberikan kenyamanan kepada ibu dengan membersihkan badan ibu, serta tempat
persalinan, memakaikan pembalut, mengganti pakaian ibu. Ibu terlihat nyaman.
Melakukan pengukuran panjang badan bayi, lingkar kepala, dan lingkar dada.
Menimbang berat badan bayi, menyuntik Vit. K sebanyak 1 ml di sepertiga paha kiri
secara IM, dan memberi salep mata, dan memberikan suntikan HB-0 2 jam setelah
melahirkan.
Berat Badan : 3200 gram
Panjang Badan : 49 cm
Circumferensia fronto-occipitalis : 34 cm ( Fronto-occipito )
Circumferensia mento-occipitalis : 35 cm ( mento-occipitalis )
Circumferensia sub-occipito bregmatika : 32 cm (Sub-occipito )
Ibu telah mengetahui ukuran antropometri bayi.
16. Melakukan dekontaminasi alat ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit,
kemudian mncuci alat menggunakan sabun dan mensterilkan alat. Alat sudah di
sterilkan.
17. Melakukan pemantauan kala IV, Melakukan observasi kala IV dengan langkah
sebagai berikut :
Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :
24
2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan. Setiap 15 menit pada 1 jam
pertama pasca persalinan. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan
memeriksa kontraksi uterus.
Mengevaluasi kehilangan darah.
Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pasca persalinan.
Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pasca
persalinan.
Ibu dalam keadaan baik dan normal dan kontraksi uterus keras juga perdarahan
dalam batas normal. didapatkan hasil sebagai berikut.
18. Pendokumentasian pertolongan secara lengkap , Mendokumentasikan jalannya
persalinan dengan lengkap memakai metode SOAP dan menyertakan partograf yang
telah di lengkapi. Semua pertolongan persalinan dan data ibu terdokumentasikan
dengan lengkap.
19. Pemberitahuan untuk kunjungan Post partum dan kunjungan neonatus,
Memberitahukan bahwa ibu harus memeriksakan keadaannya dan bayi nya 3 hari
kemudian dan boleh periksa diluar jadwal jika ada keluhan. Ibu mengerti dan akan
kembali lagi 3 hari kemudian sesuai jadwal.
25
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak perlu
dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan diurussesuai kebutuhan
persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul tanda dangejala korioamninitis. Jika
timbul tanda dan gejala korioamnionitis,diindikasikan untuk segera berkonsultasi dengan
dokter yang menanganiwanita guna menginduksi persalinan dan kelahiran. Pilihan
metode persalinan (melalui vagina atau SC) bergantung pada usia gestasi, presentasi dan
beratkorioamnionitis.
4.2 Saran
Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan keluarganya.
Bidan harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang menyertai perkiraan
kelahiran janin premature serta risiko tambahan korioamnionitis. Rencana
penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinan periode tirah baring dan hospitalisasi
yang memanjang harus didiskusikan dengan wanita dan keluarganya. Pemahaman dan
kerja sama keluarga merupakan hal yang penting untuk kelanjutan kehamilan.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Chandranita Manuaba, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri . Jakarta. EGC.
2. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. . Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
3. Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal . Jakarta: YBP-SP.
4. Varney, Hellen,dkk. 2008. Buku Ajar Asuha Kebidanan, Volume 2. Jakarta: EGC.
27