Anda di halaman 1dari 221

ASKEB

ASKEB
Asuhan kebidanan adalah prosedur tindakan yang dilakukan
oleh bidan sesuai dengan wewenang dalam lingkup praktiknya
berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan dengan memperhatikan
pengaruh-pengaruh sosial, budaya psikologis, emosional spiritual,
fisik etik, serta hubungan antara prinsif kemitraan dan perempuan.
Asuhan antenatal (antenatal care) adalah pengawasan sebelum
persalinan dengan untuk mendapatkan informasi mengenai
kesehatan ibu dan janin, menegakkan secara dini penyakit yang
MASA ANTENATAL
menyertai kehamilan, serta menyiapkan persalinan sehingga
kelahiran dapat berjalan secara normal. Buku asuhan kebidanan

MASA
gangguan kehamilan ini diperuntukkan untuk semua kalangan baik
akademisi kesehatan maupun mahasiswa kebidanan, sehingga
diharapkan buku ini dapat menjadi tambahan bahan referensi.

Materi yang dibahas dalam buku ini mencakup:


BAB 1 Konsep Dasar Asuhan Kehamilan
BAB 2 Anatomi Fisiologi Organ Reproduksi Wanita
BAB 3 Konsepsi
BAB 4 Pertumbuhan dan Perkembangan Hasil Konsepsi

ANTENATAL
BAB 5 Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologi Pada
Kehamilan Trimester I, II dan III
BAB 6 Perubahan dan Adaptasi Psikologi Dalam Masa Kehamilan
BAB 7 Mendiagnosis Kehamilan
BAB 8 Pemberian Imunisasi Pada Ibu Hamil
BAB 9 Kebutuhan Dasar Ibu Hamil Sesuai Tahap Perkembangan
Kehamilan
BAB 10 Melaksanakan Asuhan Kehamilan
BAB 11 Melaksanakan Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Ibu dan
Janin
BAB 12 Pendokumentasian Asuhan Kehamilan
BAB 13 Pelaksanaan Program Kesehatan Gigi Pada Ibu Hamil
BAB 14 Pelaksanaan Antenatal Care
BAB 15 Senam Hamil
BAB 16 Pengisian Buku KIA

Bdn Anita Lontaan, S.Pd, S.Tr. Keb, M.Kes; Ns. Fitri Dyna, M. Kep; Violita Dianatha
ISBN 978-623-8230-96-9
Puteri, S.Tr.Keb., M.Keb; Sarinah Siregar, M.Kes; Yuni Kristiani Tumani, S.ST., M.Keb;
Choralina Eliagita, SST, M.Tr. Keb; Dewi Mey Lestanti Mukodri, SST., M.Keb; Iyam
Manueke, S.SiT., M.Kes; Olkamien Jesdika Longulo, Amd.Keb.,S.Kep.Ns., MSc.; Bdn.
Siti Zakiah Zulfa, S.ST., M.Keb; Dr. Anna Veronica Pont, SKM., SH., MM., MH; Muliani,
9 786238 230969
S.Kep., Ns., M.Sc; Dr. Bambang Sutmo, S.Si.T, M.Kes; Dr. Dewi Nirmala Sari, SKM,
M.Biomed; Sjenny Olga Tuju, SKM, S.Tr. Keb, M.Kes; Mardiani Mangun, SSiT., MPH
ASKEB MASA ANTENATAL

Bdn Anita Lontaan, S.Pd, S.Tr. Keb, M.Kes.; Ns. Fitri Dyna, M.
Kep.; Violita Dianatha Puteri, S.Tr.Keb., M.Keb.; Sarinah
Siregar, M.Kes.; Yuni Kristiani Tumani, S.ST., M.Keb.; Choralina
Eliagita, SST, M.TR KEB.; Dewi Mey Lestanti Mukodri, SST.,
M.Keb.; Iyam Manueke, S.SiT., M.Kes.; Olkamien Jesdika
Longulo, Amd.Keb., S.Kep. Ns., MSc.; Bdn. Siti Zakiah Zulfa,
S.ST., M.Keb.; Dr. Anna Veronica Pont, SKM., SH., MM., MH.;
Muliani, S.Kep., Ns., M.SC.; Dr. Bambang Sutmo, S.Si.T, M.Kes.;
Dr. Dewi Nirmala Sari, SKM M.Biomed.; Sjenny Olga Tuju,
SKM, S.Tr. Keb, M.Kes.; Mardiani Mangun, SSiT., MPH.

i
ASKEB MASA ANTENATAL

Penulis : Bdn Anita Lontaan, S.Pd, S.Tr. Keb, M.Kes.;


Ns. Fitri Dyna, M. Kep.; Violita Dianatha
Puteri, S.Tr.Keb., M.Keb.; Sarinah Siregar,
M.Kes.; Yuni Kristiani Tumani, S.ST., M.Keb.;
Choralina Eliagita, SST, M.TR KEB.; Dewi
Mey Lestanti Mukodri, SST., M.Keb.; Iyam
Manueke, S.SiT., M.Kes.; Olkamien Jesdika
Longulo, Amd.Keb., S.Kep. Ns., MSc.; Bdn.
Siti Zakiah Zulfa, S.ST., M.Keb.; Dr. Anna
Veronica Pont, SKM., SH., MM., MH.;
Muliani, S.Kep., Ns., M.SC.; Dr. Bambang
Sutmo, S.Si.T, M.Kes.; Dr. Dewi Nirmala Sari,
SKM M.Biomed.; Sjenny Olga Tuju, SKM,
S.Tr. Keb, M.Kes.; Mardiani Mangun, SSiT.,
MPH.
Editor : Saida S.Kep, Ns. M.Kes., Rahmawati S.Kep,
Ns. M.Kes.
Desain Sampul : Laili Rizqi
Tata Letak : Silviera Elsa Angelina

ISBN : 978-623-8230-96-9

Diterbitkan oleh : PUSTAKA AKSARA, 2023


Redaksi:
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Telp. 0858-0746-8047
Laman : www.pustakaaksara.co.id
Surel : info@pustakaaksara.co.id

Anggota IKAPI

Cetakan Pertama : 2023

All right reserved

Hak Cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh
isi buku ini dalam bentuk apapun dan dengan cara apapun,
termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan teknik perekaman
lainnya tanpa seizin tertulis dari penerbit.

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada saya
sehingga buku Chapter ini dapat tersusun. Buku Chapter ini
diperuntukkan bagi Dosen, Praktisi, dan Mahasiswa Kesehatan
sebagai bahan bacaan dan tambahan referensi.
Buku Chapter ini berjudul Asuhan Kebidanan Masa
Antenatal mencoba menyuguhkan dan mengemas beberapa hal
penting dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
Buku Chapter ini berisi tentang segala hal yang berkaitan dengan
berbagai jenis topic menarik tentang kebidanan antenatal yang
disusun oleh beberapa Dosen dari berbegai Perguruan Tinggi.
Buku ini dikemas secara praktis, tidak berbelit-belit dan
langsung tepat pada sasaran. Selamat membaca.

Kendari, Juni 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................... iii


DAFTAR ISI .................................................................................... iv

BAB 1
Konsep Dasar Asuhan Kehamilan............................................... 1

BAB 2
Anatomi Fisiologi Organ Reproduksi Wanita ........................... 12

BAB 3
Konsepsi .......................................................................................... 25

BAB 4
Pertumbuhan dan Perkembangan Hasil Konsepsi ................... 37

BAB 5
Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologi Pada
Kehamilan Trimester I, II dan III ................................................. 54

BAB 6
Perubahan dan Adaptasi Psikologi Dalam Masa
Kehamilan ....................................................................................... 69

BAB 7
Mendiagnosis Kehamilan ............................................................. 81

BAB 8
Pemberian Imunisasi Pada Ibu Hamil ........................................ 92

BAB 9
Kebutuhan Dasar Ibu Hamil Sesuai Tahap Perkembangan
Kehamilan ....................................................................................... 107

iv
BAB 10
Melaksanakan Asuhan Kehamilan .............................................. 120

BAB 11
Melaksanakan Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Ibu dan
Janin ................................................................................................. 136

BAB 12
Pendokumentasian Asuhan Kehamilan...................................... 150

BAB 13
Pelaksanaan Program Kesehatan Gigi Pada Ibu Hamil ............ 167

BAB 14
Pelaksanaan Antenatal Care ......................................................... 180

BAB 15
Senam Hamil................................................................................... 190

BAB 16
Pengisian Buku KIA ....................................................................... 201

v
ASKEB MASA ANTENATAL

Bdn Anita Lontaan, S.Pd, S.Tr. Keb, M.Kes.; Ns. Fitri Dyna, M.
Kep.; Violita Dianatha Puteri, S.Tr.Keb., M.Keb.; Sarinah
Siregar, M.Kes.; Yuni Kristiani Tumani, S.ST., M.Keb.; Choralina
Eliagita, SST, M.TR KEB.; Dewi Mey Lestanti Mukodri, SST.,
M.Keb.; Iyam Manueke, S.SiT., M.Kes.; Olkamien Jesdika
Longulo, Amd.Keb., S.Kep. Ns., MSc.; Bdn. Siti Zakiah Zulfa,
S.ST., M.Keb.; Dr. Anna Veronica Pont, SKM., SH., MM., MH.;
Muliani, S.Kep., Ns., M.SC.; Dr. Bambang Sutmo, S.Si.T, M.Kes.;
Dr. Dewi Nirmala Sari, SKM M.Biomed.; Sjenny Olga Tuju,
SKM, S.Tr. Keb, M.Kes.; Mardiani Mangun, SSiT., MPH.

vi
BAB KONSEP DASAR
ASUHAN KEHAMILAN

1 * Bdn Anita Lontaan, S.Pd, S.Tr. Keb,


M.Kes*

1
A. Pengertian Kehamilan
Federasi Obstetri Ginekologi Internasional
mendefinisikan kehamilan sebagai penyatuan spermatozoa dan
ovum, sering dikenal sebagai fertilisasi, diikuti dengan nidasi
atau implantasi. Kehamilan yang khas akan berlangsung selama
40 minggu, atau 10 bulan, atau 9 bulan, tergantung pada
kalender internasional, yang diukur dari waktu pembuahan
hingga kelahiran bayi. Trimester pertama kehamilan
berlangsung selama 12 minggu, 15 minggu untuk trimester
kedua (dari minggu ketiga belas hingga minggu kedua puluh
tujuh), dan trimester ketiga, yang berlangsung selama 13 minggu
(dari minggu kedua puluh delapan hingga minggu keempat
puluh satu) (Prawirohardjo, 2008).

B. Gejala Kehamilan
Gejala kehamilan dikategorikan menjadi tiga kategori
menurut (Manuaba, 2008), sebagai berikut:
1. Amenore (Tidak Menstruasi)
Gejala ini krusial karena pada kebanyakan kasus, wanita
hamil tanpa menstruasi, dan mengetahui hari pertama dan
terakhir menstruasi menjadi patokan untuk memperkirakan
tanggal jatuh tempo.
2. Muntah dan Mual
Ini biasanya terjadi pada bulan pertama hingga terakhir dari
trimester pertama. Ini sering terjadi di pagi hari dan dikenal
sebagai "morning sickness".

C. Filosofi Asuhan Kehamilan


Suatu nilai, keyakinan, atau kepercayaan yang memandu
perilaku bidan saat memberikan asuhan pranatal disebut
sebagai filosofi kebidanan dalam asuhan antenatal. Secara
umum filosofi bidan yang meliputi hal-hal berikut ini disebut
sebagai filosofi asuhan maternitas (Tyastuti & Wahyuningsih,
2016).
1. Kehamilan dan persalinan normalnya adalah proses alami,
namun dapat juga menjadi abnormal atau patologis.

2
2. Karena setiap wanita memiliki kepribadian berbeda yang
terdiri dari berbagai perbedaan biopsikososial,
memperlakukan satu klien secara berbeda dari yang lain
adalah hal yang tidak patut.
3. Mendorong kesejahteraan ibu hamil dan bayi. Hal itu dapat
dilakukan dengan berbagai upaya, antara lain promosi
kesehatan melalui penyuluhan atau penyuluhan serta
dengan tindakan preventif seperti pemberian imunisasi TT
ibu hamil dan tablet penambah darah.
4. Perempuan memiliki hak untuk membuat keputusan tentang
kesehatan mereka, termasuk siapa yang harus ditemui dan di
mana mendapatkan perawatan.
5. Tujuan utama asuhan kebidanan adalah untuk
mempromosikan dan memberikan tindakan preventif
(pencegahan).
6. Dukungan dan proses fisiologi, intervensi, dan penggunaan
teknologi hanya dilakukan bila diperlukan.

D. Prinsip Pokok Asuhan Kehamilan


Prinsip dasar asuhan kebidanan sesuai dengan dan
mendukung asuhan prenatal. Lima ide panduan berikut
mengatur asuhan kebidanan (Yulizawati dkk, 2017):
1. Kelahiran adalah kejadian normal
Proses normal, sehat, dan kompleks, kehamilan dan
persalinan. Sebagai bidan, pendekatan asuhan kebidanan
yang mendukung dan menjaga proses persalinan alami
paling sesuai untuk memenuhi kebutuhan sebagian besar
calon ibu.
2. Pemberdayaan
Keluarga dan ibu bijaksana dan sering memiliki firasat kapan
mereka akan melahirkan. Orang yang membesarkannya dan
keadaan di mana dia melahirkan dapat memperkuat atau
melemahkan keyakinan dan kemampuan ibu untuk
melahirkan dan mengasuh anak. Ini juga dapat
mempengaruhi berapa lama waktu persalinan. Sebagai
bidan, yang harus dilakukan yaitu mendukung ibu baru

3
daripada mencoba mengarahkan persalinan. Kita harus
menyadari bahwa saat melahirkan, ibu adalah aktris utama
dan bidan adalah pemeran pendukung.
3. Otonomi
Untuk membuat keputusan, ibu dan keluarga membutuhkan
informasi. Bahaya dan keuntungan dari operasi, pengobatan,
dan tes apa pun harus dipahami dan dikomunikasikan
sepenuhnya. Selain itu, bidan harus membantu ibu dalam
memutuskan apa yang terbaik bagi dirinya dan anaknya
berdasarkan nilai dan keyakinannya (termasuk keyakinan
budaya dan agama).
4. Tidak Menyakiti
Kecuali ada indikator khusus, intervensi tidak perlu
dilakukan secara rutin. Obat-obatan, perawatan, dan
"rutinitas" tes yang digunakan selama kehamilan, persalinan,
atau masa nifas dapat merugikan ibu dan anak. Misalnya,
episiotomi rutin pada primipara, enema, dan suction pada
semua bayi baru lahir adalah prosedur yang keuntungannya
tidak didukung oleh penelitian. Seorang bidan yang terampil
harus mampu mengenali kapan harus bertindak. Praktik
berbasis bukti harus digunakan dalam pengelolaan masalah,
persiapan persalinan, dan perawatan pasca persalinan.
5. Akuntabilitas
Setiap bidan bertanggung jawab atas tingkat perawatan yang
dia berikan. Prosedur perawatan dan kebutuhan ibu dan bayi
harus didahulukan selama persalinan, bukan kebutuhan
tenaga medis.

E. Tujuan Asuhan Kehamilan


Tujuan asuhan kehamilan antara lain sebagai berikut
(Yulizawati dkk, 2017):
1. Menjamin kesehatan ibu dan perkembangan bayi dengan
tetap mengikuti perkembangannya
2. Meningkatkan dan memelihara kesehatan sosial ibu dan bayi
serta kesehatan fisik dan mental

4
3. Deteksi dini kelainan atau masalah yang mungkin terjadi
selama kehamilan, termasuk keuntungan dan riwayat
kesehatan secara umum
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan dan memastikan
persalinan bebas trauma bagi ibu dan anak
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan lancar dan
dapat menyusui secara eksklusif.
6. Peran ibu dan keluarga dalam menyambut bayi dapat
berkembang dengan baik.

Masa kehamilan berlangsung selama 280 hari (atau 40


minggu), atau 9 bulan dan 7 hari, dari konsepsi hingga kelahiran
janin. Kehamilan dibagi menjadi tiga bagian, atau trimester
(Yulizawati dkk, 2017):
1. Trimester I, berlangsung minggu 0 sampai 12,
2. Trimester II, berlangsung 12 sampai 18 minggu.
3. Trimester III, berlangsung 18 sampai 40 minggu.

F. Standar perawatan kehamilan


Peraturan program berdasarkan WHO yaitu: Trimester I
terdiri dari satu kunjungan, Trimester II satu kali kunjungan,
dan Trimester III dua kali kunjungan. Ideal kunjungan adalah:
Awal kehamilan, 28 minggu: 1 bulan sekali; kehamilan lanjut, 28
minggu - 36 minggu: 1 kali dalam dua minggu; dan 36 minggu
hingga kelahiran: 1 kali seminggu (Yulizawati dkk, 2017).

Tabel 1.1 Informasi penting terkait kunjungan

5
Tabel 1.1 “14 T” asuhan antenatal

G. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun
2017, sejumlah hal yang perlu dipahami selama kehamilan,
seperti pelayanan ANC, juga menjadi indikator penting dalam
memastikan pemberantasan penularan HIV, Sifilis, dan
Hepatitis B dari ibu ke anak. Pelaksanaan peniadaan ini
dilakukan melalui penanganan perkara, penyelesaian dini,
pengawasan kesehatan, dan/atau kegiatan promosi kesehatan.
Setidaknya satu kali selama kehamilan, ibu hamil menjalani tes
diagnostik cepat (rapid diagnostic test) di fasilitas kesehatan yang
mematuhi standar diagnostik tersebut. Wanita hamil dengan
tuberkulosis (TB) memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami
abortus spontan, kematian perinatal, dan berat badan lahir
rendah. TB bawaan, atau TB diseminata, dapat berkembang
pada 5-10% wanita hamil dengan infeksi TB dan berisiko
menyebar ke janin. Kehamilan dapat menyebabkan perubahan
hormonal, perubahan komposisi tubuh, mengidam (muntah,
mual, menginginkan "sesuatu"), masalah kesehatan fisik
(penyakit menular dan tidak menular), dan masalah mental
(ketidakstabilan emosi, seperti mudah marah, marah, sedih,
kecemasan, perilaku agresif, dan sebagainya). Layanan ANC
membantu calon ibu mempersiapkan kehamilan, persalinan,
dan menjaga lingkungan agar bayi baru lahir tetap bersih dan
bebas dari infeksi. Dokter dan bidan mampu melakukan ANC
berkualitas tinggi, deteksi dini (skrining), diagnosis, perawatan,
dan rujukan untuk mendukung inisiatif yang ditujukan untuk
mengurangi kematian ibu dan bayi baru lahir. Di Indonesia

6
disepakati bahwa ANC dilakukan minimal 6 kali dengan
kunjungan dokter minimal 2 kali untuk menyaring faktor
risiko/komplikasi kehamilan pada trimester pertama dan 1x
faktor risiko persalinan. Hal ini sesuai dengan salah satu anjuran
WHO bahwa untuk ibu hamil normal, ANC dilakukan minimal
8 kali (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).

H. Indikator Pelayanan Antenatal Terpadu (Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia, 2020)
1. Kunjungan pertama (K1)
Wanita hamil harus melakukan kontak pertama mereka
dengan profesional kesehatan yang kompeten secara klinis
dan interpersonal di K1 untuk menerima perawatan terpadu
dan menyeluruh yang sesuai dengan standar. Sesering
mungkin pada trimester pertama, idealnya sebelum minggu
ke 8, kontak awal harus dilakukan. Dua jenis sentuhan
pertama adalah akses K1 dan K1 murni. Wanita hamil
biasanya melakukan kontak pertama dengan profesional
medis selama trimester pertama kehamilan. Sedangkan akses
K1 adalah pertemuan pertama ibu hamil dengan tenaga
kesehatan, tanpa memandang usia kehamilan. K1 murni
harus dilakukan oleh ibu hamil sehingga setiap kesulitan
atau faktor risiko dapat diidentifikasi dan dikelola
semaksimal mungkin.
2. Kunjungan Keempat (K4)
K4 adalah ibu hamil yang paling sedikit empat kali bertemu
dengan tenaga kesehatan yang kompeten secara klinis atau
kebidanan untuk mendapatkan pelayanan antenatal terpadu
dan komprehensif yang sesuai dengan standar: sekali pada
trimester pertama (0–12 minggu), sekali pada trimester kedua
(> 12–24 minggu), dan dua kali pada trimester ketiga (>24
minggu hingga persalinan). Jika ada keluhan, penyakit, atau
gangguan kehamilan, mungkin diperlukan lebih dari empat
kali pemeriksaan kehamilan.

3. Kunjungan Keenam (K6)

7
K6 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi klinis/kebidanan untuk mendapatkan
pelayanan antenatal terpadu dan komprehensif sesuai
standar minimal 6 kali selama masa kehamilannya, dengan
distribusi waktu sebagai berikut: dua kali pada trimester
pertama ( 0–12 minggu), sekali pada trimester ketiga (>12
minggu–24 minggu), dan tiga kali pada trimester ketiga (>24
minggu hingga melahirkan), di mana setidaknya dua kali ibu
hamil harus menghubungi tenaga kesehatan. Pemeriksaan
kehamilan lebih dari enam (enam) mungkin diperlukan jika
ada keluhan, penyakit, atau kelainan kehamilan. Setelah
kehamilan mencapai empat puluh minggu, keputusan untuk
mengakhiri kehamilan harus dibuat. Pasien hamil diperiksa
oleh dokter bila:
a. Kunjungan 1 terjadi pada trimester 1 (satu) dengan usia
kehamilan kurang dari 12 minggu atau setelah kontak
awal. Pemeriksaan USG (USG) adalah salah satu alat yang
digunakan dokter untuk memeriksa pasien hamil untuk
penyakit penyerta atau faktor risiko terkait kehamilan.
Jika ibu hamil datang ke bidan saat K1, bidan tetap
melakukan ANC sesuai protokol sebelum merujuk ke
dokter.
b. Kunjungan 5 pada trimester ketiga. Dokter melakukan
rencana kelahiran, memeriksa kehamilan dan risiko
kelahiran, termasuk dengan pemeriksaan ultrasonografi
(USG), dan membuat rujukan terencana yang diperlukan.

I. Konsep Pelayanan Antenatal Terpadu


Tenaga kesehatan yang bekerja di pelayanan antenatal
terpadu harus mampu mengidentifikasi masalah gizi, faktor
risiko, komplikasi kebidanan, masalah kesehatan jiwa, dan
penyakit menular dan tidak menular pada ibu hamil sejak dini
dan mengelolanya dengan tepat untuk mempersiapkan
persalinan yang bersih dan aman (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2020).

8
Gambar 1.1 Kerangka Konsep Pelayanan Antenatal Terpadu

Wanita hamil mungkin mengalami berbagai masalah,


termasuk (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020):
1. Masalah gizi, termasuk obesitas, anemia, KEK, dan kenaikan
berat badan yang tidak normal Ibu di bawah usia 16 dan 35
tahun, serta anak bungsu di bawah dua tahun, merupakan
faktor risiko.
2. Keguguran sebelumnya atau kehamilan yang gagal,
komplikasi pada persalinan sebelumnya (seperti riwayat
vakum atau forceps, perdarahan pascapersalinan dan/atau
transfusi), riwayat operasi caesar, hipertensi, kehamilan di
atas 40 minggu, posisi dan posisi janin yang tidak normal,
dan kelainan besar pada janin.
3. Masalah kebidanan, seperti ancaman persalinan prematur,
perdarahan vagina, hipertensi selama kehamilan, pre-
eklampsia, dan eklampsia, distosia, dan plasenta previa.
4. Penyakit tidak menular termasuk epilepsi, kanker, penyakit
jantung, penyakit ginjal, asma, hipertensi, dan diabetes tipe 2.
5. Penyakit menular, seperti tifus perut, sifilis, hepatitis B,
tetanus maternal, malaria, TBC, dan HIV.
6. Masalah dengan pikiran, seperti skizofrenia, psikosis,
gangguan kecemasan, dan depresi.

DAFTAR PUSTAKA

9
Fatimah & Nuryaningsih (2017). Buku Ajaran Asuhan Kebidanan
Kehamilan. Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta.

Prawirohardjo 2008. Ilmu Kebidanan. In: Angewandte Chemie


International Edition: 4th ed.

Manuaba, I. G 2008. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan Keluarga


Berencana.

Tyastuti S, Wahyuningsih H 2016. Asuhan Kebidanan Kehamilan.

Yulizawati, Iryani D, dkk 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada


Kehamilan. Penerbit Erka.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2020. Pelayanan


Antenatal Terpadu. Edisi Ketiga

10
BIODATA PENULIS

Bdn Anita Lontaan, S.Pd,


S.Tr. Keb, M.Kes. Penulis
adalah dosen tetap pada
Program Studi Diploma III
Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Manado.
Menyelesaikan pendidikan
S1 Pendidikan di Universitas
Negeri Manado dan
melanjutkan S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat
peminatan Kesehatan Ibu dan Anak Universitas Gadjah
Mada. Menyelesaikan Pendidikan Diploma IV Kebidanan
dan Pendidikan Profesi Bidan di Universitas Kadiri. Aktif
dalam organisasi Ikatan Bidan Indonesia, masa bakti tahun
2013 s.d tahun 2018, sebagai sekertaris Pengurus Daerah
Ikatan Bidan Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, masa bakti
tahun 2018 s. d tahun 2023, sebagai wakil ketua 1 Pengurus
Daerah Ikatan Bidan Indonesia Provinsi Sulawesi Utara.

11
BAB Anatomi Fisiologi Organ
Reproduksi Wanita

2 *Ns. Fitri Dyna, M. Kep*

12
A. Pendahuluan
Organ reproduksi wanita terdiri dari ovarium, tuba falopi,
uterus, vagina, alat kelamin eksternal dan kelenjar susu. Organ
reproduksi internal wanita terletak di dalam panggul, antara
kandung kemih dan rektum. Uterus dan vagina berada digaris
tengah dengan ovarium disetiap sisi uterus (Vanputte et al.,
2016). Organ eksternal yang terletak di perineum merupakan
alat kandungan yang dapat dilihat dari luar jika wanita dalam
posisi litotomi. Perkembangan dan kematangan organ
reproduksi internal dan eksternal wanita di pengaruhi oleh
adanya rangsangan hormone esterogen dan progesterone.
Kedua hormone ini di hasilkan sejak awal kehidupan janin
sampai masa pubertas dan masa subur (Indriyani, 2013).
Ovarium sebagai organ reproduksi utama Wanita menghasilkan
produk eksokrin (ovum) dan produk endokrin (esterogen dan
progesterone). Organ reproduksi wanita tidak hanya berperan
dalam menghasilkan ovum tetapi juga juga memelihara dan
melindungi janin selama sembilan bulan kehamilan (Marieb &
Keller, 2016).

B. Organ Reproduksi Eksternal


Organ genitalia ekternal atau vulva mencakup semua
struktur yang terlihat secara eksternal dari pubis ke perineum.
Organ genitalia eksternal meliputi mons pubis, labia mayora,
labia minora, klitoris, vestibulum, perineum.

Gambar 2. 1 Organ Reproduksi Eksternal Wanita

13
1. Mons Pubis
Mons pubis merupakan bagian yang menonjol
didepan tulang kemaluan (simfisis pubis) yang terdiri dari
jaringan lemak subkutan yang berbentuk bulat dan padat.
Bagian ini menutupi tulang kemaluan (os pubis) serta banyak
mengandung kelenjar sebasea. Mons pubis akan mulai di
tumbuhi oleh rambut pada masa pubertas (Perry et al., 2014),
(Wahyuningsih & Kusmiyati, 2017), (Scanlon & Sanders,
2007).
2. Labia Mayora
Labia mayora merupakan lipatan kulit yang tebal
karena mengandung banyak lemak yang terdiri dari dua
bagian yaitu kanan dan kiri. Kedua bagian ini bersatu di
bagian belakang (komisura posterior) dan merupakan batas
depan perineum. Labia mayora melindungi labia minora,
meatus urinarius, dan introitus vagina. Bagian luar labia
mayora ditumbuhi rambut dan banyak mengandung kelenjar
minyak. Jaringan saraf yang banyak pada labia mayora
menyebabkan labia mayora sensitif terhadap nyeri, suhu
tinggi, sentuhan selama rangsangan seksual (Indriyani, 2013),
(Perry et al., 2014), (Wahyuningsih & Kusmiyati, 2017).
3. Labia Minora
Labia minora merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit,
tidak berambut yang memanjang kearah bawah klitoris dan
terletak di antara dua labia mayora. Bagian dalam labia
minora terdiri dari jaringan ikat dan otot polos serta ujung
serabut saraf yang sangat sensitif. Bagian anterior labia
minora bergabung membentuk preputium dan bagian
bawahnya bertemu membentuk frenulum (Perry et al., 2014),
(Wahyuningsih & Kusmiyati, 2017).
4. Klitoris
Klitoris merupakan organ pendek berbentuk silinder dan
erektil yang terletak di bawah preputium. Klitoris tertutup
oleh preputium klitoris. Klitoris terdiri dari jaringan erektil
yang banyak mengandung ujung saraf sensorik sehingga
membuat bagian ini sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan

14
dan sensasi tekanan. Klitoris berfungsi untuk menstimulasi
dan meningkatkan ketegangan seksual (Scanlon & Sanders,
2007), (Indriyani, 2013), (Wahyuningsih & Kusmiyati, 2017).
5. Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang berbentuk lonjong
seperti perahu dan terletak di antara labia minora, klitoris
dan fourchette. Terdapat enam lubang yang bermuara ke
dalam vestibulum yaitu satu buah orifisium uretra
eksternum, dua muara dari lubang muara kelenjar
parauretralis, introitus vagina dan dua muara yang berasal
dari lubang muara kelenjar bartolini yang terdapat di bagian
samping dan agak ke belakang dari introitus vagina. Selama
rangsangan seksual, kelenjar bartolini akan mengeluarkan
secret mucus untuk membasahi vestibulum (Vanputte et al.,
2016), (Wahyuningsih & Kusmiyati, 2017).
6. Perineum
Perineum merupakan daerah muscular yang di tutupi kulit
antara introitus vagina dan anus dengan ukuran panjang
rata-rata 4 cm. Perineum dibuat oleh diafragma pelvis dan
diafragma urogenital. Diafragma pelvis meliputi muskulus
levator ani, muskulus koksigeus dan fasia yang
menutupinya. Diafragma urogenitalis terletak di bagian luar
diagfragma pelvis, antara tuberculum iskhiadikum dan
simfisis pubis (Vanputte et al., 2016), (Perry et al., 2014).

15
C. Organ Reproduksi Internal
Organ genitalia internal meliputi vagina, uterus tuba
fallopi dan ovarium.

Gambar 2. 2 Organ Reproduksi Internal Wanita

1. Vagina
Vagina merupakan struktur tubular yang berbentuk
pipa atau tabung yang terletak di antara kandung kemih dan
rectum serta memanjang dari vulva ke uterus. Panjang
vagina pada dinding depan sekitar 6-7 cm, sedangkan pada
dinding belakang kira-kira 7-10 cm. Ujung distal vagina
tertutup sebagian oleh lipatan tipis mukosa yang di sebut
selaput dara (himen). Himen sangat vascular dan cenderung
berdarah saat robek selama hubungan seksual pertama.
Segmen bawah vagina memiliki sedikit ujung saraf sensorik.
Sekresi vagina sedikit asam (pH 4 sampai 5) (Scanlon &
Sanders, 2007), (Perry et al., 2014), (Marieb & Keller, 2016).
2. Uterus
Uterus merupakan organ berdinding tebal, muscular,
pipih, cekung yang berbentuk seperti pir terbalik dengan
panjang sekitar 3 inci dan lebar 2 inci dengan kedalaman 1
inci. Uterus terletak di rongga panggul, bagian depan di
batasi oleh kandung kemih dan bagian belakang oleh rektum.
Uterus terdiri dari dua bagian utama yaitu serviks dan
korpus. Hubungan kavum uteri dan kanalis servikalis

16
membentuk osteum uteri internum, dan muara kanalis
servikalis dalam vagina disebut osteum uteri eksternum.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu: endometrium,
myometrium dan perimetrium (sebagian lapisan luar
peritoneum parietalis). Perimetrium merupakan dinding
uterus bagian luar. Myometrium (lapisan otot), merupakan
lapisan yang paling tebal yang meliputi otot-otot polos
sehingga mendorong isi uterus keluar pada saat persalinan.
Endometrium (selaput lendir) merupakan lapisan bagian
dalam dari korpus uteri yang membatasi kavum uteri. Uterus
berfungsi dalam siklus menstruasi dan proses kehamilan
serta persalinan (Scanlon & Sanders, 2007), (Marieb & Keller,
2016), (Wahyuningsih & Kusmiyati, 2017).
3. Tuba Fallopi
Tuba fallopi disebut juga dengan tuba uterine atau
saluran telur yang berjumlah dua, masing-masing
panjangnya sekitar 4 inci (10 cm). Ujung lateral tuba fallopi
membungkus ovarium, dan ujung medial terbuka ke dalam
uterus. Ujung distal dari setiap tuba fallopi mengembang
berbentuk corong infundibulum yang di proyeksikan seperti
jari yang disebut fimbriae. Fimbriae menarik sel telur yang
dikeluarkan dari ovarium selama ovulasi ke dalam tuba
fallopi (Scanlon & Sanders, 2007), (Marieb & Keller, 2016).
Menurut (Wahyuningsih & Kusmiyati, 2017), tuba
fallopi terdiri atas:
a. Pars Interstisialis, merupakan bagian tuba yang terdapat
dalam dinding uterus yang di mulai dari ostium tuba
interna.
b. Pars Isthmica (Isthmus), merupakan bagian tuba setelah
keluar dari dinding uterus yang berbentuk lurus dan
sempit
c. Pars Ampularis, merupakan bagian tuba yang paling
lebar dan beebentuk huruf S yang berada antara pars
isthmica dan infundibulum. Ampula adalah tempat
bertemunya sperma dan sel telur serta fertilisasi.

17
d. Infundibulum, merupakan bagian tuba fallopi yang
paling distal serta di lengkapi oleh fimbriae pada
bagian ujungnya.
4. Ovarium
Ovarium merupakan sepasang struktur oval dengan
panjang sekitar 1,5 inci (4 cm) yang berada di kedua sisi
uterus di rongga panggul. Ligamentum ovarium memanjang
dari sisi medial ovarium ke dinding uterus. Ligamentum
membantu menjaga ovarium tetap berada di tempatnya.
Pada ovarium terdapat dua ligamentum yaitu: ligamentum
ovarii proprium yang menggantung ke uterus dan
ligamentum suspensorium ovarii (infundibulo pelvikum)
yang menggantung ke dinding lateral panggul. Ovarium
terdiri atas dua bagian yaitu bagian luar (cortex) dan bagian
dalam (medulla). Pada bagian cortex terdapat folikel-folikel
primodial, sedangkan pada bagian medulla terdapat
pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfa. Ovarium
berfungsi sebagai tempat untuk pematangan sel-sel germinal,
tempat produksi hormon-hormon (Scanlon & Sanders, 2007),
(Vanputte et al., 2016), (Wahyuningsih & Kusmiyati, 2017).

D. Oogenesis dan Siklus Ovarium


Ovarium pada janin wanita yang sedang berkembang
dalam rahim ibunya sudah mulai membentuk oosit. Oogonia
memulai tahap awal pembelahan meiotic pertama tetapi tidak
menyelesaikannya. Oogonia ini dikenal sebagai oosit primer
dengan jumlah kromosom diploid 46. Selama bertahun-tahun
oosit primer tetap berada dalam keadaan meiotic arrest sampai sel
dipersiapkan untuk ovulasi. Sebelum lahir, setiap oosit primer
dikelilingi satu lapisan sel granulosa. Satu oosit primer dan sel
granulosa disekitarnya bersama-sama membentuk folikel
primer. Ketika lahir hanya tersisa dua juta folikel primer yang
mampu menghasilkan satu ovum karena oosit yang tidak
membentuk folikel mengalami kerusakan melalui proses
apoptosis (Sherwood, 2011).

18
Saat pubertas, kelenjar pituitary anterior mulai
melepaskan FSH (follicle stimulating hormone), yang merangsang
sebagian folikel primer untuk tumbuh dan matang setiap
bulannya, dan ovulasi mulai terjadi setiap bulan, siklus ini
terjadi di ovarium yang di sebut siklus ovarium. Ovarium
mengalami dua fase secara bergantian yaitu: fase folikular yang
menghasilkan folikel matang, dan fase luteal yang ditandai
dengan adanya korpus luteum. Siklus ovarium rata-rata
berlangsung selama 28 hari, tetapi hal ini berbeda pada setiap
wanita. Folikel bekerja pada sebagian pertama siklus untuk
menghasilkan sel telur matang yang siap untuk berovulasi
sedangkan korpus luteum bekerja pada sebagian terakhir siklus
untuk mempersiapkan saluran reproduksi wanita jika terjadi
kehamilan (Sherwood, 2011), (Vanputte et al., 2016).
Selama tahap perkembangan, satu lapisan sel granulosa
pada folikel primer berproliferasi membentuk beberapa lapisan
yang mengelilingi oosit. Sel-sel granulosa mengeluarkan bahan
kental mirip jel yang membungkus oosit dan memisahkannya
dari sel granulosa yang disebut zona pelusida. Pada saat yang
sama sel-sel jaringan ikat ovarium khusus yang kontak dengan
sel granulosa berproliferasi dan berdiferensiasi membentuk
suatu lapisan luar sel teka yang disebut dengan sel folikel yang
berfungsi untuk mengeluarkan esterogen. Hormon pada fase
folikular memicu terjadinya pembesaran dan pengembangan
kemampuan sekresi sel-sel folikel, mengubah folikel primer
menjadi folikel sekunder. Selama perkembangan folikel
terbentuk suatu rongga yang berisi cairan di bagian tengah sel-
sel granulosa disebut antrum yang memicu pertumbuhan folikel
yang cepat. Antrum memicu oosit mencapai ukuran penuh dari
1 mm menjadi 12 sampai 16 mm sesaat sebelum ovulasi
(Vanputte et al., 2016),(Sherwood, 2011).
Salah satu dari beberapa folikel tumbuh lebih cepat
dibandingkan dengan folikel lainnya menjadi folikel yang
matang (folikel Graaf), ini berlangsung selama 14 hari yang di
mulai dari awal pembentukan folikel. Pada folikel yang matang,
sebagian besar ruangannya tetap di tempati antrum. Folikel

19
matang dengan ukuran yang sudah membesar menonjol dari
permukaan ovarium, membentuk suatu daerah tipis yang
kemudian pecah untuk membebaskan oosit saat ovulasi. Folikel
matang masih di kelilingi oleh zona pelusida dan sel-sel
granulosa (disebut korona radiata). Folikel yang pecah keluar
dari ovarium dan tertarik ke dalam tuba fallopi tempat
terjadinya fertilisasi (Sherwood, 2011), (Vanputte et al., 2016).
Folikel yang pecah dan tertinggal di ovarium mengalami
perubahan struktural untuk membentuk korpus luteum yang di
sebut luteinisasi. Folikel yang berubah menjadi sel luteal
membesar dan menjadi jaringan aktif yang menghasilkan
hormon steroid. Korpus luteum mengalami vaskularisasi yang
hebat seiring dengan masuknya pembuluh-pembuluh darah
dari sel teka ke sel granulosa yang mengalami luteinisasi.
Korpus luteum berfungsi mengeluarkan banyak progesterone
dan sedikit esterogen ke dalam darah untuk mempersiapkan
uterus dalam implantasi ovum yang di buahi. Korpus luteum
berfungsi dalam empat hari setelah ovulasi. Jika ovum tidak
dibuahi dan tidak terjadi implantasi, maka sel-sel luteum akan
berdegenerasi dan difagositosis, vaskularisasi berkurang, dan
jaringan ikat membentuk massa jaringan fibrosa yang di namai
korpus albikans, hal ini terjadi dalam waktu 14 hari setelah
pembentukannya. Fase luteal berakhir dan selesai satu siklus
ovarium (Sherwood, 2011), (Marieb & Keller, 2016), (Vanputte et
al., 2016).

E. Kelenjar Mamae
Kelenjar mamae (kelenjar susu) secara struktural
berkaitan dengan kulit tetapi secara fungsional terkait dengan
sistem reproduksi karena menghasilkan susu untuk makanan
bayi. Kelenjar mamae mencapai perkembangan puncaknya pada
saat kehamilan dan berfungsi dalam produksi susu (laktasi)
setelah bayi lahir. Manusia mempunyai sepasang kelenjar
mamae, dengan beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil
beratnya 600 gram dan saat menyusui 800 gram (Wahyuningsih
& Kusmiyati, 2017). Tiga bagian utama payudara yaitu:

20
1. Korpus (badan)
Korpus terdiri dari alveolus yang merupakan unit terkecil
untuk memproduksi susu. Kumpulan dari alveolus disebut
lobulus. Pada setiap payudara terdapat 15-20 lobus. ASI
dikeluarkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus),
beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang
lebih besar (ductus laktiferus).
2. Areola
Areola adalah bagian yang kehitaman di tengah. Sinus
laktiferus merupakan saluran di bawah areola yang besar dan
melebar dimana bagian akhirnya memusat ke dalam putting
dan bermuara ke luar.
3. Papilla (putting)
Papilla merupakan bagian yang menonjol di puncak
payudara.

Jaringan kelenjar mamae dikelilingi oleh jaringan adiposa.


Kelenjar alveolar menghasilkan susu setelah kehamilan, susu
memasuki saluran laktiferus yang menyatu di putting susu.
Produksi susu berada di bawah kendali hormon. Selama
kehamilan, kadar esterogen dan progesterone yang tinggi
siapkan kelenjar untuk produksi susu. Prolaktin dari kelenjar
pituitari anterior menyebabkan produksi susu yang sebenarnya
setelah kehamilan. Saat putting susu di hisap bayi maka akan
merangsang hipotalamus untuk mengirim impuls saraf ke
kelenjar hipofisis posterior untuk mengeluarkan oksitosin yang
menyebabkan terjadinya pelepasan susu (Scanlon & Sanders,
2007).

21
Gambar 2. 3 Kelanjar Mamae Wanita

22
DAFTAR PUSTAKA

Indriyani, D. (2013). Keperawatan Maternitas Pada Area Perawatan


Antenatal. Graha Ilmu.

Marieb, E., & Keller, S. (2016). Essentials Of Human Anatomy &


Physiology (12th ed.). Pearson.

Perry, S., Hockenberry, M., Lowdermilk, D. L., & Wilson, D. (2014).


Maternal Child Nursing Care. Elsevier.

Scanlon, V., & Sanders, T. (2007). Essentials Of Anatomy And


Physiology (5th ed.). F.A Davis Company.

Sherwood, L. (2011). Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem (4th ed.).


EGC.

Vanputte, C., Regan, J., & Russo, A. (2016). Seeley’s Essensials Of


Anatomy & Physiology (9th ed.). McGraw - Hill Education.

Wahyuningsih, H. P., & Kusmiyati, Y. (2017). Anatomi Fisiologi.


Kementrian Kesehatan RI.

23
BIODATA PENULIS
Ns. Fitri Dyna, M.Kep lahir di
Pangkalan, pada 1 Juli 1981.
Meraih gelar Sarjana Keperawatan
(S.Kep) dan Profesi Ners (Ns) dari
Universitas Riau (UNRI) pada
tahun 2010. Tahun 2015
menyelesaikan studi Magister
Keperawatan di Program
Pascasarjana Magister
Keperawatan Universitas Gadjah
Mada (UGM). Saat ini aktif
sebagai pengajar di STIKes
Payung Negeri Pekanbaru.
Penulis dapat di hubungi melalui email: fitridyna1781@gmail.com.

24
BAB KONSEPSI

3
*Violita Dianatha Puteri, S.Tr.Keb., M.Keb*

25
A. Pendahuluan
Pembuahan (Konsepsi) adalah proses dimana satu sel
telur dibuahi oleh satu sperma. Sejak janin, ovarium (indung
telur) menghasilkan sel telur atau ovum manusia. Pada usia
kehamilan 3 bulan, sel telur (sel promodial) mulai membelah
dan matang. Pembelahan berakhir dalam periode yang
berlangsung hingga remaja dan menjadi sempurna setelah sel
telur dibuahi. Kehamilan didefinisikan sebagai pertumbuhan
dan perkembangan janin intrauterin yang dimulai dengan
konsepsi dan berlanjut hingga permulaan persalinan.
(Kumalasari, 2015).

B. Pengertian kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekoloigi Internasional,
kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi (Yulistiana, 2015). Manuaba, 2012, mengemukakan
kehamilan adalah proses mata rantai yang bersinambungan dan
terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi
dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus,
pembentukan placenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi
sampai aterm (Sholichah & Lestari, 2017). Lama kehamilan
berlangsung sampai persalinan aterm (cukup bulan) yaitu
sekitar 280 sampai 300 hari (Walyani, 2015).
Kehamilan adalah masa dimulai saat konsepsi sampai
lahirnya janin, lamanya hamil normal 280 hari (40 minggu / 9
bulan 7 hari) di hitung dari triwulan/ trimester pertama dimulai
dari konsepsi sampai 3 bulan, trimester/ trimester ke-2 dari
bulan ke- 4 sampai 6 bulan, triwulan/ trimester ke-3 dari bulan
ke-7 sampai ke-9. Kehamilan merupakan masa yang cukup berat
bagi seorang ibu, karena itu ibu hamil membutuhkan dukungan
dari berbagai pihak, terutama suami agar dapat menjalani proses
kehamilan sampai melahirkan dengan aman dan nyaman
(Yuliana, 2016).

26
C. Proses Kehamilan
Penyatuan sel sperma pria dengan sel telur matang dari
wanita, diikuti dengan pembuahan, memulai kehamilan. Harus
ada sperma, ovum, pembuahan ovum (konsepsi), implantasi
(nidasi), yaitu melekatnya embrio pada dinding rahim, dan
plasentasi/ perkembangan plasenta agar terjadi kehamilan.
Dalam proses pembuahan, dua unsur penting yang harus ada
yaitu sel telur dan sel sperma. Sel telur diproduksi oleh
indung telur atau ovarium wanita, saat terjadi ovulasi seorang
wanita setiap bulannya akan melepaskan satu sel telur yang
sudah matang, yang kemudian ditangkap oleh rumbai – rumbai
(microfilamen fimbria) dibawa masuk kerahim melalui saluran
telur (tuba fallopi), sel ini dapat bertahan hidup dalam kurun
waktu 12-48 jam setelah ovulasi. Berbeda dengan wanita yang
melepaskan satu sel telur setiap bulan, hormon pria testis dapat
terus bekerja untuk menghasilkan sperma. Saat melakukan
senggama (coitus), berjuta-juta sel sperma (spermatozoon)
masuk kedalam rongga rahim melalui saluran telur untuk
mencari sel telur yang akan di buahi dan pada akhirnya hanya
satu sel sperma terbaik yang bisa membuahi sel telur.
1. Sel Telur (ovum)
Sel telur ditemukan di ovarium. Sel telur atau ovum
adalah komponen terpenting dari indung telur wanita.
Setiap bulan, indung telur melepaskan 1-2 sel telur, suatu
proses yang dikenal sebagai ovulasi. Ovum dapat dibuahi
jika telah melalui proses oogenesis, yaitu pembentukan dan
perkembangan sel telur di dalam ovarium dengan masa
hidup 24-48 jam setelah ovulasi, sedangkan
spermatogenesis, yaitu seluruh proses menghasilkan sperma
yang matang. , dapat dibuahi pada pria. Agar kehamilan
berkembang, lapisan pelindung sel granulosa sel telur dan
zona pelusida harus ditembus oleh sperma (Miratu
Megasari, Ani Triana et al., 2015).
Ovarium terbagi menjadi dua, yaitu sebelah kiri dan
kanan, didalamnya terdapat follicel primary (folikel ovarium
yang belum matang) sekitar 100.000. Ovarium berfungsi

27
mengeluarkan sel telur/ ovum setiap bulan, dan meghasilkan
hormon estrogen dan progesteron (Sunarti, 2013).

Gambar 3.1 Letak dan Gambaran Potongan Melintang


Ovarium
Sumber : kharisma-woman & education. de (diakses 10
Agustus 2017).

Ovarium terletak di dalam daerah rongga perut


(cavitas peritonealis) pada cekungan kecil di dinding posterior
ligamentum latum/ ligamen yang melekat pada kedua sisi
uterus, dengan ukuran 3cm x 2cm x 1cm dan beratnya 5-8
gram (Megasari, dkk, 2015: 19). Didalam ovarium terjadi
siklus perkembangan folikel, mulai dari folikel yang belum
matang /folikel primordial menjadi folikel yang sudah
masak/ matang (follicel de graff). Pada siklus haid, folikel
yang sudah matang akan pecah menjadi suatu korpus yang
disebut corpus rubrum yang mengeluarkan hormon
esterogen, saat hormon LH (luteinizing hormone) meningkat
sebagai sebagai reaksitubuh akibat naiknya kadar esterogen
yang disebut dengan corpus luteum / massa jaringan kuning
di ovarium yang akan menghambat kerja hormon FSH
(follicel stimulating hormone) dengan menghasilkan hormon
progesteron dan berdegenerasi, jika tidak terjadi
pembuahan korpus ini akan berubah menjadi corpus
albican/ badan putih dan siklus baru pun dimulai (Walyani,
2015).

28
2. Sel Sperma (spermatozoa)
Sperma memiliki bentuk/organisasi yang ideal,
terdiri dari kepala berbentuk lonjong agak gopeng dengan
nukleus (inti) yang diselubungi oleh akrosom dan membran
plasma. Leher sperma bergabung dengan kepala dan bagian
tengah sperma. Ekor sperma biasanya berukuran 10 kali
panjang kepala dan dapat bergetar, memungkinkan sperma
bergerak dengan cepat (Khumaira, 2012).

Gamabar 3.2 Proses Pembentukan Sel Sperma


Sember : http://jatim.bkkbn.go.id. proses-pembentukan-
sperma(diakses 18 Agustus 2017 ).

Sama halnya ovum yang melalui proses pematangan,


sperma juga melalui proses pematangan (spermatogenesis)
yang berlangsung di tubulus seminiferus testis. Meskipun
begitu terdapat perbedaanya yang jelas yaitu setelah melalui
proses penggandaan/ replikasi DNA dan pembelahan sel
dengan jumlah kromosom yang sama (mitosis) serta proses
pembelahan sel dengan pengurangan materi ginetik pada sel
anak yang dihasilkan (meiosis) yaitu untuk satu oogonium
diploid menghasilkan satu ovum haploid matur/matang,
sedangkan untuk satu spermatogonium diploid

29
menghasilkan empat spermatozoa haploid matur. Pada
sperma jumlahnya akan berkurang tetapi tidak habis seperti
ovum dan tetap diproduksi meskipun pada lanjut asia.
Sperma juga memiliki enzim hyaluronidase yang akan
melunakkan sel – sel graulosa (sel pelindung ovum) saat
berada dituba. Dalam 100 juta sperma pada setiap mililiter
air mani yang dihasilkan, rata-rata 3 cc tiap ejakulasi, dengan
kemampuan fertilisasi selama 2 – 4 hari, rata-rata 3 hari
(Khumaira, 2012).

3. Pembuahan Ovum (Konsepsi)


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia konsepsi
yaitu percampuran inti sel jantan dan inti sel betina, definisi
lain konsepsi/ fertilisasi yaitu pertemuan sel ovum dan sel
sperma (spermatozoon) dan membentuk zigot (Sunarti, 2013).
Konsepsi terjadi sebagai dampak beberapa peristiwa
kompleks yang mencakup proses pematangan akhir
spermatozoa dan oosit, transpor gamet didalam saluran
genetalia wanita, selanjutnya peleburan gamet pria dan
wanita, pembentukkan jumlah kromosom diploid (Holmes,
2011).Sebelum terjadinya konsepsi dua proses penting juga
terjadi, yang pertama ovulasi (runtuhnya/ lepasnya ovum
dariovarium/ indung telur sebagai hasil pengeluaran dari
folikel dalam ovarium yang telah matang (matur). Ovum
yang sudah dilepaskan selanjutnya masuk kedalam uterus
(tuba fallopi) dibantu oleh rumbai – rumbai (microfilamen
fimbria) yang menyapunya hingga ke tuba. Ovum siap
dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam, apabila
dalam kurun waktu tersebut gagal bertemu sperma, maka
ovum akan mati dan hancur. Kedua inseminasi yaitu
pemasukan sperma (ekspulsi semen) dari uretra pria kedalam
genetalia/ vagina wanita. Berjuta-juta sperma masuk
kedalam saluran reproduksi wanita setiap melakukan
ejakulasi semen / pemancaran cairan mani. Dengan
menggerakkan ekor dan bantuan kontraksi muskular yang
ada, sperma terus bergerak menuju tuba melaluiuterus. Dari

30
berjuta-juta sperma yang masuk hanya beberapa ratus ribu
yang dapat meneruskan ke uterus menuju tuba fallopi, dan
hanya beberapa ratus yang hanya sampai padaampula tuba
(Sunarti, 2013). Bila ovulasi terjadi pada hari tersebut, ovum
dapat segera di buahi oleh sperma yang memiliki cukup
banyak enzim hialuronidase (enzim yang menembus selaput
yang melindungi ovum). Hanya ada satu dari ratusan
sperma yang dapat membuahi ovum dan membentuk zigot
(Khumaira, 2012).

4. Fertilisasi
Fertilisasi yaitu penyatuan gamet jantan dan betina
untuk membentuk zigot yang diploid dan menimbulkan
terbentuknya individu baru. Fertilisasi adalah proses ketika
gamet pria dan wanita bersatu, yang berlangsung selama
kurang lebih 24 jam, idealnya proses ini terjadi di ampula tuba
yaitu tabung kecil yang memanjang dari uterus ke ovarium
pada sisi yang sama sebagai jalan untuk oosit menuju rongga
uterus juga sebagai tempat biasanya terjadi fertilisasi.

Gambar 3.3 Tahap Sperma Memasuki Ovum


(Sumber: http://hypnobirthingsurabaya.com (diakses 18
Agustus 2017).

31
Sebelum keduanya bertemu, terdapat tiga fase yang
terjadidiantaranya:
a. Fase Penembusan Korona Radiata
Dari 200-300 juta hanya sekitar 300-500 yang
sampai di tuba fallopi yang bisa menembus korona
radiata karena sudah mengalami proses kapasitasi,
b. Fase Penembusan Zona Pellusida
Yaitu sebuah perisai glikoprotein di sekeliling
ovum yang mempermudah dan mempertahankan
pengikatan sperma dan menginduksi reaksi akrosom.
Spermatozoa yang bisa menempel di zona pellusida,
tetapi hanya satu yang memiliki kualitas terbaik mampu
menembus oosit,
c. Fase Penyatuan Oosit dan Membran Sel Sperma
Setelah menyatu maka akan dihasilkan zigot yang
mempunyai kromosom diploid dan terbentuk jenis
kelamin baru (Megasari, dkk, 2015). Zigot yang terdiri
atas bahan genetik dari wanita dan pria, pada manusia
terdapat 46 kromosom dengan rincian 44 dalam bentuk
autosom (kromosom yang bukan kromosom seks)
sedangkan lainya sebagai kromosom pembawa tanda
seks, pada seorang pria satu kromosom X dan satu
kromosom Y. Sedangkan pada wanita dengan tanda seks
kromosom X. Jika spermatozoon kromosom X bertemu,
terjadi jenis kelamin wanita dan sedangkan bila
kromosom seks Y bertemu, terjadi jenis kelamin pria,
sehingga yang menentukan jenis kelamin adalah
kromosom dari pria/ pihak suami (Sunarti, 2013). Sekitar
24 jam setelah konsepsi, zigot mengalami pembelahan
menjadi 4 sel, 8 sel hingga 16 sel yang disebut blastomer
(sel yang dihasilkan dari pembelahan ovum yang sudah
dibuahi). Setelah tiga hari sl-sel tersebut akan membelah
membentuk buah arbei dari 16 sel tersebut atau disebut
dengan morula dalam waktu empat hari. Saat morula
masuk kedalam rongga rahim, cairan mulai menembus
zona pellusida lalu masuk kedalam ruang sel yang ada

32
dimassa sel dalam. Berangsur – angsur ruang antar sel
menyatu dan akhirnya terbentuklah sebuah rongga
(blastocoele) biasa disebut blastokista dalam waktu lima
hari. Pada sel bagian dalam disebut embrioblas dan
bagian luar disebut trofoblas. Seiring bergulirnya blastula
menuju rongga uterus, zona pellusida/ membran luar
blastula akan menipis dan akhirnya menghilang sehingga
trofblas dapat memasuki dinding rahim/ endometrium
dan siap berimplantasidi dalam dinding uterus.

5. Implantasi (nidasi)
Pada hari keenam, lapisan trofoblas blastosis
bersentuhan dengan endometrium uterus, biasanya terjadi
di dinding posterior atas dan mulai berimplantasi. Pada
lapisan luar sel (trofoblas), dapat mengeluarkan enzim
proteolitik (enzim yang kaya protein) yang melarutkan
sebagian endometrium. Jaringan endometrium banyak
mengandung sel-sel desidua yaitu sel-sel besar yang banyak
mengandung glikogen dan mudah dihancurkan oleh
trofoblas, lalu sel-sel trofoblas (sinsitiotrofoblas) menyekresi
enzim yang mengikis endometrium untuk membantu
penyediaan nutrisi bagi embrio yang tengah berkembang
serta membantu perlekatan embrio pada endometrium.
Blastula berisi massa sel dalam (inner cell mass) akan mudah
masuk ke dalam desidua, menyebabkan luka yang
kemudian sembuh dan menutup lagi. Saat nidasi terjadi
sedikit perdarahan akibat luka desidua (tanda hartman)
(Megasari, dkk. 2015).

33
Gambar 3.4 Proses Pembuahan (Fertilisasi) dan Penanaman
(Implantasi)
Sumber: http://hypnobirthingsurabaya.com (diakses 18
Agustus 2017)

34
DAFTAR PUSTAKA

Khumaira, M. (2012). Ilmu kebidanan. Yogyakarta: Citra Pustaka.

Kumalasari, I. (2015). Panduan Praktik Laboratorium dan Klinik


Perawatan Antenatal, Intranatal, Postnatal, Bayi Baru Lahir
dan Kontrasepsi. Jakarta: Salemba Medika.

Miratu Megasari, Ani Triana, R. A., Yulrina Ardhiyanti, &


Damayanti, I. P. (2015). Panduan belajar asuhan kebidanan I.
Deepublish.

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Sarwono


Prawirohardjo. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Sholichah, N., & Lestari, N. P. (2017). Asuhan Kebidanan


Komprehensif Pada Ny. Y (Hamil, Bersalin, Nifas, BBL, dan
KB). Jurnal Komunikasi Kesehatan, 8(1).

Sunarti. (2013). Asuhan Kehamilan. Jakarta: In media.

Walyani, E. S. (2015). Asuhan kebidanan pada kehamilan.

Yuliana, A. (2016). Dukungan Suami pada Ibu Hamil dalam


Menghadapi Masa Persalinan di Desa Joho Kabupaten
Sukoharjo. Jurnal Maternity, 2(2).

Yulistiana, E. (2015). Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Dukungan


Suami Pada Ibu Hamil Terhadap Keteraturan Kunjungan
Antenatal Care (Anc) Di Puskesmas Wates Lampung Tengah
Tahun 2015. Jurnal Kebidanan, 1(2), 81–90.

35
BIODATA PENULIS

Violita Dianatha Puteri,


S.Tr.Keb., M.Keb, lahir di
Tembilahan, 30 Juli 1991. Saat ini
aktif sebagai Dosen Program
Studi Sarjana Kebidanan dan
Profesi Bidan di STIKes Payung
Negeri Pekanbaru.,
Menyelesaikan Studi Magister
Kebidanan pada tahun 2020 dan
saat ini sedang mengikuti studi
Profesi Bidan di STIKes Payung
Negeri Pekanbaru.
Menyelesaikan Diploma IV
Kebidanan pada tahun 2016 di
Universitas Pahlawan Tuanku
Tambusai Riau, dan menyelesaikan Diploma III Kebidanan di
AKBID Husada Gemilang pada tahun 2012. Pembaca dapat
menghubungi penulis melalui e-mail: viodianatha@gmail.com

36
BAB Pertumbuhan dan
Perkembangan Hasil

4 Konsepsi
*Sarinah Siregar, M.Kes*

37
A. Pendahuluan
Kehamilan adalah proses yang berkesinambungan
dimulai dari ovulasi, migrasi sperma dan sel telur, pembuahan
dan pertumbuhan zigot, nidasi di dalam uterus, pembentukan
plasenta, serta pertumbuhan dan perkembangan hasil
pembuahan hingga matang atau aterm (Manuaba, 2010;
Mochtar, 2012). Menurut (Aprilia, 2010) dan (Yongky and dkk,
2012)pembuahan, implantasi dan pembentukan plasenta
merupakan proses kehamilan.
Pertemuan sel telur dan spermatozoa umumnya
berlangsung pada ampula tuba. Fertilisasi adalah pertemuan inti
sel telur (ovum) dengan inti spermatozoa (Manuaba I, 2013).
Proses konsepsi adalah sebagai berikut:
1. Fertilisasi/Pembuahan
Pertemuan ovum dan spermatozoa umumnya terjadi
pada ampula tuba. (Manuaba, 2010) menjelaskan proses
konsepsi sebagai berikut:
a. Pada proses ovulasi dimana sel telur dilepas dari ovarium.
b. Vitelus merupakan bentuk metafase berada di tengah
sitoplasma yang terdadapat dalam sel telur.
c. Pada proses konsepsi ini, korona radiate semakin
berkurang di zona pellusida.
d. Proses fertilisasi terjadi di ampularis tuba, ini merupakan
lokasi paling luas dimana dindingnya terdapat banyak
jonjot dan ditutupi oleh sel yang memiliki silia. Di dalam
ampula tuba, sel telur memiliki fase hidup paling lama
dibandingkan di tempat lain pada tuba pallofi.
e. Sel telur dapat hidup 48 jam setelah ovulasi dan bisa
dibuahi setelah 12 jam, pada saat spermatozoa menyebar,
selanjutnya spermatozoa masuk menyebar melewati
kanalis servikalis menggunakan kekuatan sendiri pada
kavum uterus, kemudian terjadi kapasitasi, adalah
pelepasan lipoprotein dari sperma mengakibatkan
mempunyai kemampuan melakukan fertilisasi
spermatozoa menuju kedalam tuba falopi. Beberapa jam
setelah terjadi fertilisasi, mulai proses mitosis atau

38
pembelahan zigot, proses ini bisa terjadi dikarenakan
sitoplasma sel telur memiliki banyak enzim dan zat asam
amino. Segera sesudah mitosis, dalam waktu tiga hari
maka terbentuk kelompok sel dengan besar yang sama
dan ini merupakan stadium morula (Saifudin, 2010). Hasil
konsepsi ini berjalan terus kearah kavum uteri sambil
terjadi proses pembelahan sel (Aprilia, 2010)

2. Nidasi
Hari ke-4, hasil pembuahan mencapai tahap blastula
yang disebut blastokista, pada bagian luar disebut trofoblas
dan bagian dalam disebut massa sel dalam. Massa sel bagian
dalam ini akan berkembang jadi fetus dan trofoblas akan
berkembang jadi plasenta. Setelah pembentukan trofoblas,
maka hormon Human Chorionic Gonadotropin mulai
diproduksi, hormon ini memastikan lapisan rahim reseptif
terhadap proses implantasi embrio. Implantasi yaitu
merupakan proses dimana embrio menempel pada dinding
rahim serta menembus epitel dan sistem peredaran darah ibu
untuk membentuk plasenta. Implantasi berlangsung lima
sampai tujuh hari setelah pembuahan. Implantasi biasanya
berada pada lokasi bagian belakang Rahim (Aprilia, 2010).
Setelah proses implantasi terjadi, maka lapisan
bagian dalam rahim menebal yang disebutkan dengan
desidua. Desidua basalis adalah decidua yang terletak
diantara ovum dan dinding uterus. Sedangkan bagian yang
menutupi blastokista/desidua yang berada di antara sel telur
dan rongga rahim disebut decidua kapsularis, serta bagian
yang menutupi bagian rahim lainnya adalah desidua vera
(Manuaba, 2010)

39
Gambar 4.1 Proses Nidasi
Sumber: (Manuaba, 2010)

3. Pembentukan Plasenta
Plasenta merupakan suatu organ dalam uterus yang
terdapat pada masa kehamilan. Setelah hasil konsepsi atau
embrio memasuki endometrium, plasenta mulai aktif. Proses
ini umumnya terjadi 12-18 minggu setelah pembuahan
(Safruddin A, 2014).

Gambar 4.2 Pembentukan Plasenta


Sumber: Manuaba, (2010)

40
B. Pertumbuhan dan Perkembangan Janin
Distribusi kehamilan dikelompokkan kedalam tiga
trimester. Trimester pertama mulai dari konsepsi hingga 3 bulan
(0 sampai 12 minggu), trimester ke-2 berlangsung pada bulan ke-
4 hingga bulan 6 (13 sampai 28 minggu), dan trimester ke-3 yaitu
pada bulan 7 sampai bulan 9 (29 sampai 42
minggu) Wiknjosastro dan Hnifa, 2008).
1. Pertumbuhan Janin
a. Perkembangan awal embrio
Segera sesudah pembuahan, zigot memulai
pembelahan sel hal ini dikatakan cleavage. Massa sel yang
membelah melewati beberapa tahap yang disebut morula
(terdiri dari 16 sel blastosmer), setelah itu menjadi
blastocyst (dengan cairan di tengah) yang mencapai
uterus (Prawirohardjo, 2014). Setelah proses implantasi
selesai yaitu hari ke-10 atau 11 pasca pembuahan, maka
masa embrionik telah dimulai. Menurut Romauli dan
Suryati (2011), pertumbuhan hasil pembuahan terbagi
menjadi tiga tahap penting yaitu tahap telur 0 sampai 2
minggu, dalam hal ini hasil konsepsi belum berupa
pertumbuhan organ. Embrio (janin) berumur 3 sampai 8
minggu serta sudah memiliki model berupa organ dan
janin telah berbentuk manusia serta berusia lebih dari
delapan (8) minggu.
b. Perkembangan embrio lebih lanjut
1) 14 hari pertama
S itoplasma menyediakan makanan untuk
Blastula. Pada mesoderm mulai berkembang pembuluh
darah primitive untuk kebutuhan embrio.
2) Hari ke 14-28
Peredaran darah embrio terhubung ke vaskuler
koroid plasenta primitif. Dengan demikian sistem
peredaran darah janin terbentuk dan darah dapat
mengedarkan untuk kebutuhan perkembangan yang
terjadi pada janin. Perkembangan janin:

41
a) Kepala embrio sudah bisa dibedakan dari
badannya.
b) Bakal atau tunas untuk ekstremitas atas (lengan)
dan ekstremitas bawah (tungkai) telah terlihat.
c) Jantung embrio tampak menonjol dari tubuh serta
mulai berkontraksi.
3) Hari Ke-28 Sampai 42, Dimana Panjang Embrio Pada
Akhir Minggu Ke Enam Adalah Kira – Kira 12 Mm
Perkembangan Janin :
a) Ekstremitas bawah atau tungksi mulai
memanjang, tangan sudah berbentuk.
b) Telinga terlihat, namun letaknya lebih rendah .
c) Dengan menggunakan ultrasound gerakan
pertama embrio dapat dideteksi.
4) Minggu Ke-8 Dimana Ini Tanda Akhir Masa Embrio

Gambar 4.3 Perkembangan janin pada umur 1-8


minggu
Sumber: (J Varney et al., 2008)

2. Perkembangan Fetus
Menurut (Safruddin and Abdul Bahri, 2010)
perkembangan fetus pada usia 11-28 minggu dapat dilihat
pada gambar 4.4.

42
Gambar 4.4 Perkembangan Fetus usia 11 - 28 minggu
Sumber : Saipuddin, (2010)

a. Perkembangan usia 4 sampai 6 minggu


Panjang janin kurang lebih 7,5 sampai 10 mm
(Manuaba, 2010). Hidung sudah terbentuk, dagu, langit-
langit dan paru-paru. Jari-jari sudah terbentuk tetapi
masih melekat. Hati sudah memiliki bentuk sempurna,
telinga mulai terbentuk (Saipuddin, 2010).

Gambar 4.5 Perkembangan fetus umur kehamilan 4


sampai 6 minggu
Sumber: https://hamil.co.id/perkembangan-janin

b. Perkembangan janin usia 7 sampai 8 minggu


Panjang janin kurang lebih 2,5 cm (J Varney et al.,
2008). Mata muncul di wajah, ada juga yang membentuk
alis mata serta lidah. Janin berbentuk mirip dengan
manusia, awal pembentukan genitalia eksternal serta

43
kerangka. Sudah dimulai sirkulasi darah melalui
umblikus.

Gambar 4.6 Perkembangan Janin umur kehamilan 7


sampai 8 minggu
Sumber: https://hamil.co.id/perkembangan-janin

c. Perkembangan janin minggu ke-8 sampai 10 adalah


sebagai berikut:
1) Ukuran kepala hampir sama dengan tubuh .
2) Dagu tidak menyentuh tubuh karena leher leboh
panjang .
3) Osifikasi atau pusat osifikasi terjadi pada
kartilago/tulang rawan.
4) Kelopak mata telah terbentuk meskipun tetap tertutup
hingga minggu ke-25, usus terdorong kearah tali pusat
oleh karena tidak cukup ruang dalam rongga
abdomen.
5) Insersi funiculus umbilicalis, sangat rendah pada
abdomen. Jika dilakukan palpasi terlalu keras pada
perut ibu, sehingga janin akan bergerak menjauh.

44
Gambar 4.7 Perkembangan Janin umur kehamilan 8
sampai 10 minggu
Sumber: https://hamil.co.id/perkembangan-janin

d. Perkembangan janin minggu ke-12 sebagai berikut :


1) Panjang tubuh lebih kurang 9 cm dengan berat 14 gram
2) Sirkulasi janin berfungsi penuh.
3) Saluran perkemihan mulai berfungsi.
4) Refleks menghisap serta menelan sudah ada.
5) Alat kelamin luar telah terlihat dan jenis kelamin
sudah dapat ditentukan.

Gambar 4.8 Perkembangan Janin umur 12 minggu


Sumber: https://hamil.co.id/perkembangan-janin

45
e. Perkembangan janin minggu ke-12 sampai 16 sebagai
berikut:
1) Pada akhir minggu ke-16 dimana panjang badan
sekitar 16 cm dan berat badan janin adalah 100 gram.
2) Kulit transparan atau tembus pandang mengakibatkan
vaskuler tampak jelas.
3) Peimbunan lemak pada area subkutan muncul mulai
minggu ke-16.
4) Kepala janin mulai ditumbuhi rambut, dibagian tubuh
mulai ditumbuhi lanugo.
5) Ekstremitas bawah (tungkai) lebih panjang dari pada
ekstemitas atas (lengan).

Gambar 4.9 Perkembangan fetus umur 12 sampai 16


minggu
Sumber: https://hamil.co.id/perkembangan-janin

f. Perkembangan janin minggu ke-16 sampai 20


1) Laju pertumbuhan janin mulai melambat.
2) Kepala vertikal serta setengah panjang badan.
3) Fitur wajah jelas, telinga dalam posisi normal.
4) Kelopak mata, alis mata, kuku sudah tumbuh
sempurna.
5) Kaki proporsional dengan tubuh.

46
6) Kelenjar sebaceous diaktifkan, vernix caseosa menutupi
tubuh janin.
7) Ibu dapat merasakan gerakan janin setelah usia
kehamilan 18 minggu.
8) Denyut jantung janin dapat terdengar pada auskultasi
mulai minggu keduapuluh.

Gambar 4.10 Perkembangan Fetus umur 16 sampai 20


minggu
Sumber: https://hamil.co.id/perkembangan-janin

g. Perkembangan janin minggu ke-24 sampai 28 sebagai


berikut:
1) Mata sudah dapat membuka, alis mata, bulu mata
telah berkembang sempurna.
2) Kepala janin telah ditutupi oleh rambut.
3) Meningkatkan penimbunan lemak subkutan
mengakibatkan berkurangnya kerutan pada kulit
janin.

47
Gambar 4.11 Perkembangan Fetus umur 24 sampai 28
minggu
Sumber: https://hamil.co.id/perkembangan-janin

h. Perkembangan janin minggu ke-28 sampai 32 sebagai


berikut:
1) Lanugo mulai berkurang.
2) Berat badan janin berangsung bertambah sehingga
lebih gemuk akibat terjadi penyimpanan lemak.

i. Perkembangan Janin Minggu Ke-32 Sampai 36 Sebagai


Berikut
1) Sebagian besar rambut halus/lanugo sudah rontok,
meskipun kulit janin masih ditutupi vernix caseosa.
2) Testis janin berada di dalam skrotum terjadi usia 36
minggu.
3) Ovarium masih berada dalam rongga panggul.
4) Kuku tangan, kuku kaki telah mencapai di ujung jari-
jari.
5) Tali pusar janin terletak pada bagian tengah perut atau
abdomen.

48
Gambar 4.12 Perkembangan janin umur 36 minggu
Sumber: https://hamil.co.id/perkembangan-janin

j. Perkembangan janin minggu ke-36 sampai 40 sebagai


berikut:
1) Osifikasi/pengerasan tulang tengkorak belum
sempurna, namun kondisi ini berguna serta
memperlancar keluarnya janin melewati jalan lahir.
2) Gerakan pernapasan janin bisa dideteksi dengan USG.

Gambar 4.13 Perkembangan Janin umur 36 sampai 40


minggu
Sumber: https://hamil.co.id/perkembangan-janin

49
Menurut Prawirohardjo. S, (2014) dan (Kuswati I, 2014)
hasil konsepsi selanjutnya mengalami pertumbuhan dan
perkembangan fungsi organ janin terdapat pada tabel
berikut.
Tabel 4.1 Pertumbuhan dan perkembangan Janin
Usia Pertumbuhan dan perkembangan
Kehamilan
4 minggu Organ tubuh yang pertama kali muncul
dari embrio adalah columna vertebralis atau
tulang belakang, otak, sistem saraf,
jantung, sistem peredaran darah, serta
saluran digestifus.
6 minggu Pembentukan dagu, dan hidung, langit-
langit mulut/palatum serta tonjolan paru-
paru. Jari-jari terbentuk tetapi masih
mengepal, jantung berkembang
sepenuhnya.
7 minggu Di wajah janin telah terlihat matanya, alis
dan lidah juga sudah terbentuk
8 minggu Embrio berkembang lebih cepat, organ
jantung mulai memompa darah. Sirkulasi
melalui tali pusat dimulai Genitalia
eksterna dan tulang mulai terbentuk,
tahap ini pertumbuhan embrio sudah
mirip bentuk manusia.
9 minggu Kepala menutupi sebagian besar janin,
wajah terbentuk, tetapi kelopak mata
tidak terbuka sampai usia 28 minggu.
12 minggu Fase ini embrio berubah jadi janin. DJJ
dapat dideteksi menggunakan
Ultrasonografi, bentuk sudah seperti
manusia, mulai terjadi gerakan pertama,
meskipun ibu tidak merasakannya, sudah
daapat ditentukan jenis kelamin, ginjal
mengeluarkan urine.

50
16 minggu Sistem rangka sempurna, sistem
persarafan terkendali, pembuluh darah
berkembang cepat, DJJ telah dapat
didengar menggunakan Doppler,
pankreas telah mensekresi insulin.
20 minggu Tubuh janin ditutupi oleh verniks caseosa
dan rambut lanugo, janin menentukan
jadwal untuk tidur, menelan, atau
menendang.
24 minggu Skleletal berkembang cepat,
perkembangan sistem respirasi dimulai.
28 minggu Janin dapat bernafas, menelan, mengatur
suhu, pada paru-paru sudah terbentuk
surfaktan, mata mulai membuka atau
menutup, bentuk janin sudah 2/3 dari
bentuk saat dilahirkan.
32 minggu Lemak coklat berkembang di bawah kulit,
mulai menyimpan zat besi, kalsium serta
fosfor.
36 minggu Janin menggunakan seluruh rahim,
mengakibatkan janin tidak leluasa untuk
bergerak. Antibodi ibu ditransfer ke tubuh
janin untuk imunitas sampai enam bulan
pertama kelahiran sampai sistem imunitas
bayi mulai bekerja dengan sendirinya.
Sumber : Prawirohardjo. S (2014); Kuswanti I, (2014)

51
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, 2010. Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka.

J Varney, M Krebs, C L Gegor, 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan


, 8th ed. ECG, Jakarta.

Kuswati I, 2014. Asuhan Kehamilan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Manuaba, 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan


Keluarga Berencana, Untuk Pendidikan Bidan. ECG, Jakarta.

Manuaba I, 2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan


Keluarga Berencana. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

S Prawirohardjo, 2014. Ilmu Kebidanan, 4th ed. Bina Pustaka,


Jakarta.

Safruddin A, 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta.

Safruddin, Abdul Bahri, 2010. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Wiknjosastro, Hanifa, 2008. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Yongky, dkk, 2012. Asuhan Kehamilan, Persalinan, Pertumbuhan


Neonatus, Bayi dan Balita. Nuha Medika, Yogyakarta.

https://hamil.co.id/perkembangan-janin

52
BIODATA PENULIS

Sarinah Siregar, M.Kes. Lahir di


Padangsidimpuan, pada 18 Juli 1967.
Pendidikan Magister Jurusan
Kesehatan Ibu dan Anak- Kesehatan
Reproduksi dari Universitas Gadjah
Mada pada Tahun 2005, saat ini
sedang menyelesaikan pendidikan
S3 di Universitas Jambi. Tahun 1991
bekerja di Akademi Kesehatan
Pemda Aceh Utara, Provinsi NAD,
selanjutnya tahun 2009- 2018 bekerja
di Akademi Analis Kesehatan
Provinsi Jambi. Tahun 2018 sampai
sekarang bergabung dengan Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi.
Sebagai seorang pendidik aktif dalam melaksanakan kegiatan Tri
Dharma PT, fokus penelitian dan pengabdian masyarakat dalam
bidang kesehatan reproduksi. Tahun 2019 menjabat sebagai ketua
Pusat Unggulan Ipteks (Pusat Kajian Kesmas) Poltekkes Kemenkes
Jambi.

53
BAB Perubahan Anatomi
dan Adaptasi Fisiologi

5 Pada Kehamilan
Trimester I, II dan III
*Yuni Kristiani Tumani, S.ST., M.Keb*

54
A. Pendahuluan
Kehamilan merupakan proses yang alamiah (normal),
bukan suatu keadaan yang patologi (abnormal). Namun,
keadaan yang yang normal ini bisa menjadi keadaan yang
abnormal (Fitriani, Firawati, & Raehan, 2021).

B. Perubahan Sistem Reproduksi


1. Uterus
Pada kehamilan, uterus mengalami perubahan
menjadi organ muskular yang dapat menampung hasil
konsepsi. Volume isi uterus sekitar 5 liter, bahkan smpai 20
liter atau lebih saat usia kehamilan aterm (Cunningham et al.,
2012).
Hormon progesteron dan estrogen mempengaruhi
dinding otot uterus, dimana terjadi pertambahan jumlah sel-
sel otot uterus, serta di akhir-akhir kehamilan terjadi
ligthening. Selain itu, juga terjadi perubahan pada uterus,
antara lain:
a. Hipertrofi dan dilatasi otot
b. Penumpukkan jaringan fibrosa untuk menambah
kekuatan dinding uterus
c. Pembuluh darah vena bertambah jumlah ataupun
ukurannya
d. Bertambahnya usia kehamilan dan pembesaran janin,
dinding uterus mulai menipis, lunak dan tidak kaku
(Fitriani et al., 2021).

Perubahan uterus yang terjadi, pada bulan pertama


kehamilan uterus seperti buah alpokat, bulan ke-2 kehamilan
uterus seperti telur bebek, bulan ke-3 kehamilan seperti telur
bebek angsa, pada bulan ke-4 kehamilan uterus berbetuk
bulat, pada bulan ke-5 kehamilan, dinding uetrus menipis,
uterus teraba seperti berisi cairan ketuban, sehingga bagian
janin dapat teraba dari kulit abdomen, dan akhir kehamilan
uetrus seperti bujur telur (Mochtar & Sofian, 2013).

55
Tabel 5.1 Tinggi Fundus Uteri
Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri
12 minggu 3 jari di atas simpisis
16 minggu ½ simpisis-pusat
20 minggu 3 jari di bawah simpisis
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 1/3 jari di atas pusat
32 minggu ½ pusat-prosessus xifoideus
36 minggu Setinggi prosessus xifoideus
40 minggu 2 jari di bawah prosessus xifoideus
(Manuaba, 2013)

Tabel 5.2 Tafsiran Berat Janin


Usia Kehamilan Berat Badan Janin
1 bulan -
2 bulan 5 gram
3 bulan 15 gram
4 bulan 120 gram
5 bulan 280 gram
6 bulan 600 gram
7 bulan 1000 gram
8 bulan 1800 gram
9 bulan 2500 gram
10 bulan 3000 gram
(Mochtar & Sofian, 2013)

2. Serviks
Pada serviks terjadi perubahan:
a. Dibawah pengaruh progesteron, servik mengeluarkan
sekret mukus endoserviks untuk melindungi dari infeksi
b. Peningkatan vaskularisasi serviks dan bertambah lunak,
tanda goodell (Mochtar & Sofian, 2013)
c. Timbul tanda Chadwik yang dipengaruhi oleh estrogen
d. Pengeluaran prostaglandin untuk pelunakkan serviks

56
e. Pada primigravida pada masa 2 minggu terakhir sebelum
persalinan, terjadi pemendekkan serviks (effacement)
(Fitriani et al., 2021)

3. Vagina
Pada vagina, terjadi perubahan:
a. Terjadi hypertropi pada jaringan otot
b. Peningkatan vaskularisasi pada vagina
c. Peningkatan pengeluaran sekret pervaginam (Fitriani et
al., 2021)

Dinding vagina mengalami perubahan warna


sebagai persiapan peregangan persalinan, perubahan ini
seperti hipertropi sel otot polos, peningkatan ketebalan
mukosa, longgarnya jaringan ikat. Pengeluaran cairan
pervaginam selama kehamilan sangat meningkat dan
berupa cairan kental putih, dan dalam pH asam (3,5-6)
(Cunningham et al., 2012).

4. Vulva
Pada vulva , terjadi perubahan:
a. Vaskularisasi yang terus meningkat
b. Warna vulva menjadi semakin gelap (Fitriani et al., 2021).

5. Ovarium dan Tuba Fallopi


Pada ovarium dan Tuba Fallopi, terjadi perubahan:
a. Berhentinya proses ovulasi
b. Tidak adanya pematangan folikel baru, yang ada hanya
korpus luteum pada ovarium
c. Hypertrofi pada tuba fallopi
d. Epitel mukosa menjadi gepeng (Fitriani et al., 2021)

Saat terjadinya kehamilan, korpus luteum akan


mengambil fungsi plasenta, hingga plasenta terbentuk
sempurna dan dapat melakukan tugasnnya hingga usia
kehamilan 16 minggu (Manuaba, 2013).

57
C. Perubahan Sistem Kardiovaskular
Selama kehamilan terjadi perubahan fisiologi pada
jantung dan sirkulasi pembuluh darah. Pada minggu kelima
kehamilan, curah jantung meningkat, sehingga berkurangnya
resistensi vaskular sistemik dan meningkatnya kecepatan
jantung, dimana peningkatan kecepatan denyut nadi saat
istirahat sekitar 10 denyut/menit. Perubahan fungsi jantung
mulai terlihat pada 8 minggu pertama usia kehamilan (Stein,
1999; McLaughlin dan Robert, 1999 dalam (Irianti et al., 2015).
Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh progesteron dan
estrogen yang meningkat, selain itu, peningkatan kebutuhan
sirkulasi darah (sirkulasi retroplasenter) untuk memenuhi
kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin (Manuaba,
2013).
1. Jantung
Bertambahnya usia kehamilan, otot diagfragma
terangkat, jantung bergeser ke kiri dan keatas, apeks jantung
bergeser ke arah lateral dari posisi biasanya. Selama
kehamilan terjadi peningkatan volume plasma, sehngga
diperlukannya adaptasi morfologi dan fungsional yang
reversible. Jantung mengalami remodeling sebagai respon
terhadapnya rangsangan, seperti hipertensi. Peningkatan
curah jantung diakibatkan dari peningkatan frekuensi
denyut jantung dan volume sekuncup, yang dimulai pada
awal kehamilan, dan tetap meningkat selama kehamilan.
Selama kehamilan normal, peningkatan volume darah
dan laju metabolik basal, namun terjadi penurunan pada
tekanan arteri rerata dan resistensi vaskular. Sehingga di
awal kehamilan, apabila diukur pada posisi ibu hamil
berbaring menyamping, curah jantung meningkat secara
bermakna. Pada kehamilan tahap lanjut pada posisi ibu hamil
berbaring terlentang , terjadi penurunan curah jantung yang
menyebabkan alirah darah ke janin terhambat (supine
hypotension syndrom), hal ini dikarenakan uterus menekan
aorta dan secara konsisten menekan aliran balik vena dari
tubuh bagian bawah, sehingga pengisian jantung berkurang

58
(Bienarz, dkk, 1968; Duvekot, dkk, 1993; Mabie, dkk, 1994
dalam (Irianti et al., 2015).
2. Pembuluh Darah
Pada awal kehamilan terjadi penurunan tahanan
tekanan vaskular, sehingga terjadi penurunan tekanan
sistolik sekitar 5-10 mmHg pada usia kehamilan 24 minggu,
dan akan kembali naik pada kehamilan cukup bulan.
Semakin membesarnya uterus, dapat mengurangi aliran
darah balik vena, yang dapat menyebabkan peningkatan
tahanan dan tekanan vena tungkai, vulva, rektum dan pelvis
yang mengakibatkan oedema, varises pada vena tungkai dan
vulva, serta hemoroid.
Volume plasma darah dari awal kehamilan hingga usia
kehamilan 32-34 minggu. Peningkatan volume plasma akan
mempengaruhi peningkatan volume darah. Peningkatan
volume plasma akan menyebabkan penurunan viskositas
darah dan memperbaiki aliran darah kapiler. Aliran darah
uteroplasenta meningkat dari 20-50 mL/menit menjadi 450-
800 mL/menit (kehamilan tunggal), dan 1 L/ menit
(kehamilan ganda).
3. Sistem Peredaran Darah
Volume darah meingkat selama kehamilan dimulai
dari awal kehamilan, hal ini karena terjadinya peningkatan
plasma dan eritrosit. Pada usia kehamilan 12 minggu,
peningkatan volume darah sekitar 15%, dan akan meningkat
dengan cepat pada trimester II, serta pada trimester III
peningkatan akan melambat. Bertambahnya plasma selama
kehamilan, menyebabkan kosentrasi hemoglobin dan
hemotrokit berkurang. Pada kehamilan trimester III, kadar
Hemoglobin normal sekitar 12,5 g/dL, dengan batasan yang
masih dianggap normal sekitar 11 g/dL (Irianti et al., 2015).

59
D. Perubahan Sistem Endokrin
Saat kehamilan fungsi endokrin dari plasenta
menghasilkan hormon yang berpengaruh pada sirkulasi
maternal maupun janin. Kondisi ini merupakan penyesuaian ibu
terhadap perubahan fisiologi pada kehamilan
1. Hormon Plasenta
a. Human Chorionic Gonadotropin (hCG)
Human Chorionic Gonadotropin dihasilkan oleh
trofoblas sejak hari ketujuh fertilisasi, namun dapat
dideteksi dalam sirkulasi darah ibu pada 2 minggu paska
fertilisasi (setelah implantasi). hCG meningkat pada awal
kehamilan dan mencapai puncak pada usia kehamilan 8-
10 minggu, kemudian perlahan-lahan menurun dan tetap
rendah selama kehamilan. Pada awal kehamilan, hCG
berperan untuk mempertahankan korpus luteum tidak
atresia, sehingga dapat menghasilkan progesteron.
Kosentrasi hCG yang meningkat selama kehamilan
berhubungan dengan kehamilan mola, dan apabila hCG
tidak mencapai puncak, dikaitkan dengan kehamilan
ektopik terganggu, karena pertumbuhan placenta
abnormal.
b. Progesteron
Progesteron diproduksi oleh korpus luteum pada
awal kehamilan, dan produksi menurun pada usia
kehamilan 6-9 minggu. Kemudian terjadi perubahan
produksi hormon progesteron dari korpus luteum ke
plasenta (luteoplacental shift). Keberhasilan awal
kehamilan ditentukan oleh transisi penting perubahan
produksi progesteron. Apabila produksi progesteron oleh
korpus luteum tidak adekuat, ataupun plasenta
memproduksi progesteron yang meningkat tidak
mengimbangi penurunan produksi progesteron oleh
korpus luteum, keadaan ini dapat menyebabkan abortus.
Kenaikan produksi progesteron diakhir trimester I hingga

60
50% dibandingkan pada fase luteal, pada usia kehamilan
aterm progesteron meningkat 3 kali lipat.
c. Estrogen
Estrogen meningkat pada usia kehamilan 9
minggu. Estrogen berperan dalam perkembangan
endometrium dan payudara, meningkatkan aktivitas dan
vasodilatasi miometrium, meningkatkan pengeluaran
prolaktin, dan diakhir kehamilan, meningkatkan
sensitivitas uerus terhadap progesteron.
d. Hormon Placental Lactogen (hPL)
Hormon Placental Lactogen (hPL) diproduksi oleh
sinsitiotrofoblas. Pengeluar hPL meningkat setelah
penurunan hCG. hPL berperan dalam menstimulasi
pertumbuhan jaringan maternal dan janin, serta
mencegah terjadinya penolakkan janin terhadap tubuh
ibu. hPL bersifat antagonis terhadap insulin, sehingga
glukosa maternal masuk ke dalam janin dan digunakan
untuk pertumbuhan janin. Produksi hPL menjelang usia
kehamilan aterm sekitar 1-3 g/ hari. Kosentrasi hPL
rendah berkaitan dengan kegagalan kehamilan abortus
spontan, preeklamsi, molahidatidosa, koriomkarsinoma,
dan insufisiensi plasenta, sedangkan kosentrasi hPL yang
tinggi berhubungan dengan kehamilan ganda, tumor
plasenta, diabetes.
e. Placental Growth Hormon (PGH)
Usia kehamilan 8 minggu, PGH sudah dapat
dideteksi. PGH diproduksi oleh hipofisis pada awal
kehamilan, dan akan menurun perlahan-lahan. Kemudian
setelah usia kehamilan 17 minggu, PGH diproduksi oleh
plasenta (sinsitiotrofoblas). PGH diproduksi selama
kehamilan, 5-7,5 mg/mL (trimester I), 3,5 mg/mL
(trimester II), 14 mg/mL (trimester III) pada kehamilan
normal. PGH berperan dalam adapatsi metabolik ibu
terhadap kehamilannya, dan memenuhi kebutuhan
gukosa janin.

61
f. Relaxin
Diproduksi oleh korpus luteum, dan puncak
produksi pada trimester I. Relaxin berperan dalam
pelunakkan otot ligamentum panggul, stretching ligament,
dan pada persalinan induksi untuk menstimulasi
pematangan serviks, serta bersama progesteron menjaga
uterus dalam keadaan tenang.

2. Hormon Pituitari/Hipofisis
Hipofisis berperan dalam produksi hormon. Selama
kehamilan, terjadi perubahan pada hormon-hormon yang
diproduksi oleh hipofisis. Tingginya estrogen selama
kehamilan menekan produksi FSH dan LH, peningkatan
melanocyte stimulating hormone (MSH) menyebabkan
hiperpigmentasi, peningkatan produksi prolaktin untuk
persiapan laktasi dan menekan terjadinya ovulasi (Irianti et
al., 2015).

E. Perubahan Pada Payudara


Pada awal kehamilan, ibu akan merasakan nyeri dan
panas pada payudaranya, kemudian dengan bertambahnya usia
kehamilan, payudara akan membesar, terbentuknya duktus
acini, putting susu membesar, dan hiperpigmentasi aereola, hal ini
dipengaruhi oleh peningkatan suplai darah (peningkatan
sirkulasi darah), rangsangan estrogen dan progesteron (Irianti et
al., 2015).
Setelah bulan pertama kehamilan, mulai terbentuk
kolostrum pada kelenjar acini, namun air susu belum dapat
diproduksi, karena pengeluaran hormon prolaktin masih
ditekan oleh prolaktin inhibiting hormone. Pada bulan kedua
kehamilan, payudara akan semakin membesar, vena-vena di
bawah kulit akan lebih terlihat, kelenjar montgomery pada aerola
akan membesar dan cenderung menonjol keluar, putting
payudara akan membesar, kehitaman, dan tegak
(Prawirohardjo, 2009 dalam (Wulandari et al., 2021).

62
F. Perubahan Metabolisme
Ibu hamil mengalami perubahan metabolik yang besar
dan intens, hal ini sebagai respon adanya peningkatan
kebutuhan janin dan plasenta. Peningkatan metabolik pada
trimester III yaitu 10-20% dibandingkan sebelum hamil, dan
peningkatan 10% pada kehamilan ganda (Shinagawa dkk, 2006
dalam (Irianti et al., 2015), (Fitriani et al., 2021; Irianti et al., 2015).

G. Perubahan Sistem Pencernaan


Perubahan sistem pencernaan pada kehamilan terjadi
pada traktus gastrointestinal, terjadi perubahan posisi, dimana
usus dan lambung akan bergeser. Hal ini dipengaruhi oleh
progesteron dan estrogen, serta pembesaran uterus yang
menekan sekitar rongga abdominal b(Irianti et al., 2015;
Prawirohardjo, 2014).
Dibawah pengaruh HCG, ibu hamil sering merasakan
nausea dan muntah. Meskipun tidak semua mual yang dirasakan
ibu, akan disertai dengan muntah. Hal ini dapat terjadi disetiap
waktu, baik pagi, siang ataupun malam, apabila terjadi pagi
disebut morning sickness. Pada ibu hamil juga terjadi peningkatan
saliva (hipersalivasi), yang merupakan kompensasi dari rasa mual
dan muntah yang dirasakan dan terjadi. Tingginya progesteron
saat hamil dapat menggangu keseimbangan cairan tubuh ibu,
meningkatkan kolesterol darah, asam lambung menurun,
kontraksi otot-otot polos melambat, dan sekresi saliva menjadi
lebih banyak dan asam. Saliva yang asam dapat membuat gigi
berlubang selama kehamilan. Selain itu, hemoroid (pelebaran
pembuluh darah rectum) juga dapat terjadi pada ibu selama
kehamilan (Fitriani et al., 2021).

H. Perubahan Sistem Perkemihan


Terjadi peningkatan aliran darah sekitar 70-80% menuju
ginjal pada trimester II kehamilan. Selama kehamilan, ginjal
berperan sangat penting untk mempertahankan tekanan darah
arteri (renin-angiotensin) dan keseimbangan cairan. Saat hamil,
ibu hamil memiliki pola pengeluaran urin yang berbeda, yaitu

63
saat siang hari mengumpulkan cairan dalam bentuk oedema
independen (oedema pada kaki) akibat pembuluh darah panggul
dan vena kava inferior tertekan oleh uterus, dan mengeluarkan
cairan tersebut pada malam hari ketika berbaring (terutama saat
berbaring pada posisi kesamping sebelah kiri) (Irianti et al.,
2015).
Pada usia kehamilan 10 minggu, terjadi pembesaran pada
pelvis, ginjal dan ureter. Saat hamil, ginjal akan membesar
(panjang betambah sektar 1-1,5 cm), serta terjadi peningkatan
glomerular filtration rate dan renal plasma flow. Asam amina dan
vitamin larut air dalam jumlah yang banyak pada saat sekresi.
Sering terjadi glukosuria (bila sering terjadi, perhitungkan
adanya diabetes militus), glukosuria dapat mempermudah
terjadinya infeksi saluran kemih. namun proteinuria (normal
dieksresikan 200-300 mg/hari, >330 mg/hari waspada
komplikasi) dan hematuria merupakan keadaan yang abnormal.
Peningkatan 30% creatinin clearance pada fungsi renal (Fitriani et
al., 2021; Prawirohardjo, 2014; Wulandari et al., 2021).

I. Perubahan Sistem Pernapasan


Bertambahnya usia kehamilan dan bertambah besarnya
uterus, sehingga diagfragma terdesak dan naik hingga 4 cm,
diameter dada dapat meningkat 2 cm atau lebih. Keadaan ini
dapat berlangsung hingga akhir kehamilan. Peningkatan
ventilasi progresif dimulai segera setelah konsepsi dan
puncaknya pada trimester II meningkat hingga 50%,
peningkatan ini dipengaruhi oleh peningkatan volume tidal 40%
dan peningkatan pernapasan 15% (Irianti et al., 2015).
Ibu hamil seringkali mengeluh tentang sesak napas, hal ini
dikarenakan karena pembesaran uterus yang mengangkat usus
ke arah atas dan menekan diagfragma. Selain itu, kapasitas paru
ibu meningkat saat hamil (Irianti et al., 2015; Mochtar & Sofian,
2013).

64
J. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Dalam keadaan hamil, pembesaran uterus menyebabkan
lordosis, hal ini sebagai kompensasi posisi anterior
menyesuaikan gravitasi ke ekstremitas bawah. Lordosis terjadi
dari punggung bawah, fleksi ke depan dari leher, dan gerakan
ke bawah dari bahu untuk mengkompensasi pembesaran uterus
dan perubahan pusat gravitasi. Ketidaknyamanan juga
dikarenakan adanya ketegangan yang meningkat pada otot-otot
dan ligamentum yaang mendukung tulang punggung (Irianti et
al., 2015; Prawirohardjo, 2014).

K. Perubahan Pada Kulit


Perubahan peningkatan metabolisme selama kehamilan
menyebabkan meningkatnya aliran darah ke kulit, sehingga
adanya kelebihan panas pada kulit. Selain itu, kulit juga
mengalami hiperpigmentasi dibawah pengaruh progesteron
dan estrogen yang dapat menstimulus melanosit (MSH) lobus
hipofisis anterior, hal ini dapat membuat warna kulit menjadi
lebih gelap, seperti pada putting susu, aereola, linea nigra, striae,
striae gravidarum, payudara, area bokong, paha bagian atas,
serta adanya cloasma gravidarum. Sebagian besar pigmentasi
akibat kehamilan ini akan hilang setelah persalinan, kecuali
striae (Irianti et al., 2015; Mochtar & Sofian, 2013).

L. Perubahan Sistem Kekebalan


Pada ibu hamil, pH sekresi vagina akan meningkat,
sehingga sangat rentan terjadinya infeksi vagina. Kadar
immunoglobulin ibu saat hamil tidak mengalami perubahan dan
sistem pertahanan tubuh ibu tetap utuh. Bayi mendapatkan
imunitas pasif dari ibunya, dimana IGg ibu dapat menembus
plasenta dan IGg ibu merupakan immunoglobulin janin.
Immunoglobulin ini akan melindungi bayi dari infeksi (Fitriani
et al., 2021).

65
M. Perubahan Pada Sistem Lainnya
Pada kehamilan trimester III, terjadi penurunan daya
ingat, memori ingatan yang terbatas, hal ini bisa disebabkan oleh
perubahan fisik, kurang tidur, kecemasan dan depresi, atau hal
lainnya yang berhubungan dengan kehamilan. Namun hal ini
hanya bersifat sementara, dimana akan berakhir setelah setelah
persalinan (Keenan dkk, 1998 dalam (Irianti et al., 2015).
Pada kehamilan, ibu akan mengalami gangguan kesulitan
tidur, dimulai dari minggu ke-12 kehamilan sampai dengan 2
bulan pasca persalinan. Gangguan kesulitan tidur ini, apabila
tidak teratasi, dapat menyebabkan depresi postpartum (Irianti et
al., 2015).
Pada ibu hamil terjadi penambahan barat badan (BB)
melalui perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT). Ibu hamil yang
memiliki IMT kategori rendah, peningkatan BB ideal selama
kehamilan adalah 12,5 s.d 18 kg, ibu hamil dengan IMT normal,
peningkatan BB ideal selama kehamilan adalah 11,5 s.d 16 kg,
dan ibu hamil dengan IMT tinggi, peningkatan BB ideal selama
kehamilan adalah 7 s.d 11,5 kg. Peningkatan BB sekitar 2,5 kg
pada 20 minggu pertama kehamilan, dan 9 kg pada 20 minggu
berikutnya, penambahan BB hingga maksimal 12,5 kg (Fitriani et
al., 2021)

66
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, G., Leveno, Bloom, Hauth, Rouse, & Spong. (2012).


Obstetri Wiliams. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Fitriani, L., Firawati, & Raehan. (2021). Buku Ajar Kehamilan.


Yogyakarta: Deepublish Publisher.

Irianti, B., Halida, E. M., Duhita, F., Prabandari, F., Yulita, N.,
Yulianti, N., … Anggraini, Y. (2015). Asuhan Kehamilan Berbasis
Bukti (F. Husin, ed.). Makassar: Sagung Seto.

Manuaba, I. B. G. (2013). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan


Keluarga Berencana. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Mochtar, R., & Sofian, A. (2013). Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi,


Obstetri Patologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan (4th ed.). Jakarta: Bina


Pustaka.

Wulandari, C. L., Risyati, L., Maharani, Saleh, U. K. S., Kristin, D.


M., Mariati, N., … Wariyaka, M. R. (2021). Asuhan Kebidanan
Kehamilan (R. Widyastuti, ed.). Bandung: Media Sains
Indonesia.

67
BIODATA PENULIS

Yuni Kristiani Tumani,


S.ST., M.Keb, lahir di
Tindaki, 24 Januari 1992.
Penulis merupakan lulusan
D-III Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Palu, D-IV
Universitas Respati
Yogyakarta, dan S2
Kebidanan Sekolah Pasca
Sarjana Universitas
Hasanuddin Makassar, dan
tercatat sebagai Dosen di Politeknik Cendrawasih Palu. Penulisan
buku ini adalah salah satu dari beberapa buku yang ditulis oleh
penulis, dan semoga kedepannya penulis dapat kembali dengan
karya-karya yang lain.

68
BAB Perubahan dan
Adaptasi Psikologi

6 Dalam Masa Kehamilan


*Choralina Eliagita, SST, M.TR KEB*

69
A. Pengertian Psikologis
Psikologi berasal dari kata dalam bahasa yunani yaitu
psychology yang berarti gangguan. Psychologi merupakan
gabungan dari kata psyche dan logos, yang berarti psyche
adalah jiwa dan logos berarti ilmu. Maka bisa di artikan bahwa
psikologi merupakan ilmu tentang jiwa. Logos bisa diartikan
sebagai nalar dan logika. Kata psyche atau jiwa masih sangat
sulit di artikan karena jiwa merupakan objek yang bersifat
abstrak dan sulit untuk dilihat wujudnya meskipun
keberadaannya ada (Mustika, Eka, 2023).

B. Perubahan Psikologi Dalam Kehamilan


Beberapa perubahan psikologis yang terjadi pada ibu
hamil selama masa kehamilan:
1. Perubahan Pada Trimester 1
a. Perubahan Emosional
Perubahan ini merupakan penurunan kemauan untuk
melakukan hubungan seksual dengan pasangan,
karenakan ibu hamil merasa lelah, letih dan mual, suasana
hati berubah-ubah (Mood swings), seperti mudah marah,
mudah tersinggung dan terkadang terlalu khawatir
dengan kehamilannya, dan ibu khawatir dengan
perubahan penampilan pada dirinya.
b. Ketakutan dan Kebahagiaan
Biasanya perubahan sangat terlihat pada trimester II
karena ibu hamil cenderung cemas dan curiga. Apakah
ibu hamil bisa mengurus anaknya dengan baik, Apakah
ibu hamil bisa mengasuh anaknya jika lahir, di satu sisi
ibu hamil juga bahagia karena sudah menjadi wanita yang
sempurna karena telah memiliki anak yang dia lahirkan.
c. Sikap Ambivalen
Sebagian besar ibu hamil akan memiliki sikap ambivalen
ini. Sikap ambivalen ini biasanya ditandai dengan
perubahan sikap, kadang ibu hamil merasa bahagia,
kadang merasa sedih, kekecewaan, kecemasan dan
terkadang merasa ada penolakan yang berlebihan. Jika

70
tidak di tangani dari awal kehamilan, maka akan berefek
berat di akhir kehamilan. Ibu yang bersikap ambivalen
akan cenderung merasa bersalah ketika hal yang tidak
diinginkan terjadi pada anaknya. Perasaan ini akan hilang
dengan sendirinya seiring dengan berakhirnya
kehamilan.
d. Perubahan seksual
Pada trimester ini hasrat untuk melakukan hubungan
seksual dengan pasangan cenderung menurun, tapi ada
juga yang mengalami peningkatan hasrat seksual.
Sebagian besar wanita lebih membutuhkan kasih sayang
dan perhatian dari pasangannya dari pada hasrat untuk
melakukan hubungan seksual. Pada fase ini ibu juga
merasa letih, lelah, mual, kekhawatiran akan
kehamilannya, kecemasan dan hal-hal lainnya yang
membuat hasrat untuk melakukan hubungan seksual
menjadi menurun. Tapi hal ini merupakan hal yang
normal terjadi pada setiap ibu hamil.
e. Fokus dengan diri sendiri
Pada masa awal kehamilan, fokus ibu hamil hanya kepada
dirinya sendiri belum kepada janinnya. Walaupun
demikian bukan berarti ibu tidak memberikan perhatian
kejaninya hanya saja ibu terkadang ibu masih melakukan
aktivitas seperti biasanya sehingga ibu lupa bahwa dia
sedang mengandung dan di dalam perutnya ada janin
yang harus dijaga dengan baik (Syoifarah, 2019).

2. Perubahan pada trimester II


a. Rasa Khawatir
Kekhawatiran yang sering terjadi pada ibu hamil adalah
ketakutan bila bayi yang di kandungnya akan lahir kapan
pun. Kecemasan dapat menyebabkan peningkatan
kewaspadaan ibu terhadap tanda persalinan. Keadaan ini
diperparah jika bayi yang dilahirkan tidak normal, bayi
mengalami cacat. Pada fase ini kebanyakan ibu akan
berusaha keras untuk melindungi bayinya dengan

71
semaksimal mungkin dengan cara minum vitamin, rajin
kontrol dan konsultasi ke dokter kandungan dll.
b. Perubahan Emosional
Pada periode ini biasanya ibu akan merasakan gerakan
pada janinnya, karena bayi mulai bergerak sehingga
membuat ibu lebih memikirkan kondisi bayinya. Perasaan
ini meningkat seiring dengan bertambahnya usia
kehamilan.
c. Libido meningkat
Pada trimester ke 2 ini akan terjadi peningkatan libido
sehingga mengakibatkan adanya kekhawatiran pada ibu
hamil untuk melakukan hubungan seksual. Kekhawatiran
yang dialami biasanya berupa apakah janin yang
dikandungnya akan cedera pada saat melakukan
hubungan seksual, apakah hubungan seksual dapat
membahayakan janinnya dll. Kurangnya pengetahuan
ibu tentang pengetahuan seks pada masa kehamilan
mengakibatkan kekhawatiran yang berlebihan pada ibu
hamil. Perlu diketahui bahwa berhubungan intim selama
kehamilan tidak diperbolehkan dalam beberapa keadaan,
terutama bagi ibu yang pernah mengalami keguguran,
kelahiran prematur atau ada indikasi medis.

Pada trimester 2 akan dibagi menjadi 2 fase, fase pre-


quickening (sebelum ada gerakan janin yang dirasakan ibu)
dan fase post-quickening (sebelum ada gerakan janin yang
dirasakan ibu)
a. Fase pre-quickening
Pada fase ini biasanya ibu hamil akan melakukan evaluasi
hal apa saja yang terjadi pada bayinya selama kehamilan.
Pada fase ini biasa ibu mulai mengembangkan sifat
keibuannya, lebih memperhatikan kehadiran bayinya,
lebih waspada akan apa yang terjadi pada bayinya.
b. Fase post-quickening
Pada fase ini, identitas keibuan ibu akan menjadi semakin
meningkat. Ibu mulai akan fokus kepada kehamilan,

72
mulai mempersiapkan dirinya menjadi seorang ibu, fokus
akan menghadapi peran baru sebagai seorang ibu.
Terkadang perubahan yang terjadi menyebabkan
kesedihan pada ibu, terutama pada ibu yang bekerja.
Harus adanya pengertian bahwa ibu hamil tidak harus
membuang semua kegiatan yang biasa dia lakukan pada
saat sebelum hamil. Pada saat hamil, ibu masih bisa
melakukan kegiatan seperti biasa hanya saja kegiatannya
yang dikurangi aktivitasnya. (Mail,2020)

3. Perubahan Pada Trimester III


a. Perubahan Emosional
Pada trimester III biasanya wanita hamil akan merasa
gembira tapi juga khawatir dikarenakan sudah mendekati
waktu bersalin. Biasanya ibu hamil akan memikirkan
apakah bayi yang akan dilahirkan sehat, apakah bayi yang
akan dilahirkan selamat, apa tugasnya setelah bayi lahir,
apakah ibu bisa mengurus bayinya dengan baik. Hal ini
biasanya ibu sampaikan kepada suaminya.
b. Rasa ketidaknyamanan
Rasa tidak nyaman kembali lagi pada trimester 3 dan
biasanya pada fase ini ibu merasa ada perubahan pada
bentuk tubuhnya seiring pertambahan berat badan. Ibu
juga akan merasa sedih karena akan berpisah dengan bayi
yang ada diperutnya, rasa takut akan proses persalinan,
rasa khawatir akan terjadi hal buruk pada bayinya,
apakah ibu bisa menjalani tugasnya sebagai ibu setelah
persalinan nanti (Hatijar, 2020).

C. Kebutuhan Psikologis Pada Saat Hamil


Kebutuhan psikologis yang dibutuhkan ibu hamil yaitu :
1. Suport dari keluarga
a. Suami
Wanita hamil sangat membutuhkan dukungan dari
suaminya dalam menjalani proses kehamilan. Suami
diharapkan bisa menerima semua perubahan yang terjadi

73
pada sang istri, mau diajak berdiskusi tentang kehamilan
dengan pasangannya, dan mau mencukupi semua
kebutuhan ibu hamil mulai dari biaya kehamilan sampai
nanti ke biaya persalinan. Ibu yang mempunya suami
yang mendukung kehamilannya, maka psikologis ibu
hamil akan bagus dan dia akan lebih bersemangat
menjalani proses kehamilannya. Pada saat proses
persalinan, ibu yang didukung oleh suaminya akan
merasa mempunyai tenaga lebih sehingga membuat
persalinan semakin mudah dan cepat.
b. Keluarga
Penerimaan anggota keluarga baru harus didukung oleh
seluruh anggota keluarga, tidak hanya dari suami saja
tetapi dari orang tua, kakak, adik, mertua, saudara ipar
dan semua anggota keluarga lainnya. Dengan adanya
dukungan dari semua anggota keluarga maka ibu hamil
merasa seperti diperhatikan dan membuat ibu menjadi
bahagia. Bentuk dukungan keluarga yang bisa dilakukan
seperti mengunjungi rumah ibu hamil, menanyakan kabar
melalui pesan singkat dll (Dwi, 2022).

2. Peran Tenaga kesehatan


Peran tenaga kesehatan dalam memberikan dukungan pada
ibu hamil sangat penting. Memberikan pendidikan dan
pengetahuan tentang proses kehamilan dari awal kehamilan
sampai persalinan harus diberikan secara baik dan benar.
Pendidikan dan pengetahuan kehamilan dapat diberikan
dalam bentuk konseling, penyuluhan dan pelayanan medis
lainnya.

3. Rasa aman dan nyaman


Selama masa kehamilan, ibu hamil perlu merasa aman dan
nyaman. Kenyamanan ini biasanya didapat dari diri sendiri
dan orang yang berada di sekitar ibu hamil. Untuk
mendapatkan rasa nyaman dan aman, calon ibu pada
umumnya harus menerima kehamilannya terlebih dahulu

74
dengan perasaan bahagia. Rasa aman dan nyaman juga harus
diberikan oleh suami dan keluarga.

4. Persiapan menjadi orang tua


Persiapan menjadi orang tua harus disiapkan sebaik
mungkin, karena setelah bayi lahir akan terjadi perubahan
peran. Perubahan yang akan terjadi bisa terjadi pada ibu,
ayah, nenek bahkan semua anggota keluarga akan
mengalami perubahan. Pasangan yang baru pertama kali
mempunyai momongan seringkali mempersiapkan banyak
hal. Biasanya mereka akan berkonsultasi dengan orang-orang
yang dianggap berkompeten untuk berbagi pengalaman
mengasuh anak. Persiapan bukan hanya mental saja, tetapi
persiapan ekonomi juga tak kalah pentingnya. Dengan
adanya pertambahan anggota keluarga baru, maka
pengeluaran akan bertambah juga.

5. Persiapan Sibling
Persiapan ini dilakukan pada ibu yang telah memiliki anak
sebelumnya atau para kehamilan multigravida. Persiapan ini
melibatkan anak dalam mempersiapkan kelahiran adiknya.
a. Support anak untuk ibu yang menemani ibu saat
melakukan pemeriksaan kehamilan dan konsultasi
kepada tenaga kesehatan
b. Bila sang anak tidak dapat menerima kehadiran adiknya,
biasanya anak akan rewel, mengalami kemunduran
perilaku misalnya anak menjadi tidak dapat melakukan
hal-hal yang biasa dilakukan, mengemut jari, tantrum,
nafsu makan berkurang.
c. Bila anak tidak dapat menerima kehadiran adiknya dapat
diberikan perhatian dan pengertian. Libatkan anak dalam
melakukan persiapan dalam menyambut adiknya.
Adaptasi ini biasanya tergantung dengan usia anak. Bila
usia anak belum sampai 2 tahun biasnya anak akan lebih
sulit beradaptasi. Tapi untuk usia anak yang sudah lebih
dari 2 tahun, anak mulai mengerti akan adanya anggota

75
keluarga baru ditengah-tengah keluarga mereka
(Idaningih, 2021).

D. Faktor Psikologis Yang Memengaruhi Kehamilan


Ada beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi
kehamilan, yaitu sebagai berikut :
1. Stress
a. Stres Internal
Stres internal ini adalah stres yang berasal dari ibu
hamil . Terlalu banyak beban psikologis yang dibebankan
kepada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan
perkembangan dan pertumbuhan bayi yang dikandung
ibu hamil. Bayi lahir dari ibu yang stress selama
kehamilan akan menjadi anak yang berkepribadian
mudah marah atau temperamental, autisme atau anak
yang tidak percaya diri.
b. Stres eksternal
Stres eksternal ini adalah stress yang berasal dari
luar. tres dari luar bisa berdampak baik atau buruk bagi
kejiwaan ibu hamil. Penyebab stres eksternal sering kali
adalah masalah ekonomi, konflik dengan suami atau
keluarga, dan tekanan kuat dari lingkungan luar.

2. Dukungan keluarga
Dukungan dari keluarga sangat dibutuhkan ibu dalam
menjalani setiap proses kehamilan yang dilalui ibu hamil.
Pada ibu yang baru pertama kali hamil, ibu hamil harus
melakukan adaptasi pada setiap bulan selama kehamilannya.
Apabila ibu tidak didukung oleh keluarganya dalam
menghadapi setiap perubahan yang terjadi maka ibu hamil
akan mengalami gangguan psikologis.

3. Subtance Abuse
Subtance Abuse adalah perilaku yang merugikan dan
membahayakan ibu hamil termasuk dengan penyalahgunaan
obat-obat yang membahayakan ibu hamil dan janin. Obat

76
yang akan diberikan pada ibu hamil ada yang memang aman
untuk ibu dan janin tapi ada juga obat yang bisa
membahayakan ibu dan janin. Efek yang terjadi pada janin
jika ibu mengonsumsi obat yang dilarang untuk ibu hamil
adalah kelainan bentuk pada janin atau bisa terjadi kecacatan
pada bayi, kelainan pada bagian tubuh bayi, dll.

4. Patner Abuse
Patner Abuse merupakan suatu tindakan kekerasan
yang dilakukan oleh pasangan. Banyak sekali kekerasan
terhadap perempuan yang dilakukan oleh pasangan (suami)
mereka. Setiap bentuk kekerasan yang dilakukan oleh
pasangan harus selalu diwaspadai oleh tenaga kesehatan.
Jangan sampai kekerasan yang dilakukan oleh pasangan
dapat membahayakan kesehatan ibu dan janinnya
(Syoifarah, 2019).

77
DAFTAR PUSTAKA

Dwi, Listia. Zakiyah, Zahrah. (2022). Hubungan Dukungan Keluarga


dengan Adapsi Peubahan Psikologis Pada Ibu Hamil. 13 (1).
23-31.
https://jurnal.stikesmus.ac.id/index.php/JKebIn/articl
e/view/561/380.

Eka, Erina. (2018). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Wineka Media

Elvina, Lisa. Nuzul, Raudatun. Rosiana, Eva. (2019) Faktor yang


berhubungan dengan kesiapan psikologis trimester III dalam
menghadapai persalinan. 4 (2). Universitas Ubudiyah
Indonesia.

Hatijar. Suryani, Irma. Candra, Lilis. (2020). Buku Ajar Asuhan


Kebidanan Pada Kehamilan. CV Cahaya Bintang Cemerlang.

Idaningsih, Ayu. Wahyu, Yuyun. (2021). Psikologi Kebidanan. CV


Rumah Pustaka

Lestari, Npk (2021). Perubahan Psikologi Ibu Pada Masa Kehamilan.


(Skrpsi Sarjana, Poltekkes Kemenkes Denpasar).
http://repository.poltekkes-
sdenpasar.ac.id/7604/3/BAB%20II%20Tinjauan%20Pus
taka.pdf.

Puji, Puspita. Lakhmuiden. Sulung, Neila. Et all. (2021). Pengantar


Psikologi Untuk Kebidanan. Yayasan Kita Menulis

Syoifarah. (2019). Perubahan Psikologis Pada Ibu Hamil. (KTI,


Universitas Malang).
https://eprints.umm.ac.id/41855/3/jiptummpp-gdl-
syoifarahm-47576-3-babii.pdf

78
Mail, Efriani. (2020). Sikap Ibu Hamil Trimester II dan III Terhadap
Perubahan Fisiologi Selama Kehamilan. 9(2). 83-89.
https://akbid-dharmahusada-kediri.e-
journal.id/JKDH/article/view/143/123.

Mustika, eka. Dika, Baiq. (2023) Buku Psikologi Kehamilan, Persalinan,


dan Nifas. Penerbit NEM

Novita, Ajeng. Riawati, Danik. (2019) Gambaran pengetahuan ibu


hamil tentang peruban psikologis selama kehamilan. 10 (2). 102-
109. Jurnal Kebidanan indonesia

Olii, Rahmatia. (2019). Perubahan Psikologi Pada Masa Kehamilan.


Psikologi Kehamilan.
https://www.academia.edu/16905409/Makalah_Peruba
han_Psikologi_Pada_Masa_Kehamilan.

Pratiwi, Kurniasari. Rusinani, Dinik. (2020). Psikologi perkembagan


Dalam Siklus Hidup Wanita. Deepublish

Yuliani Retno dkk. (2021). Asuhan kehamilan (cetakan pertama).


Yayasan Kita Menulis

79
BIODATA PENULIS

Choralina Eliagita, SST, M.Tr


Keb. Lahir pada tanggal 08
januari 1991 di Curup , Provinsi
Bengkulu. Wanita yang kerap di
panggil Oyin ini adalah puteri ke
2 dari pasangan Sugito (ayah)
dan Eliani (ibu) berasal dari
keluarga yang berkultur jawa
dan sumatera, Lulus program
studi kebidanan Diploma 3
Kebidanan Di Poltekkes
Kemenkes Bengkulu Pada Tahun
2011, selanjutnya penulis melanjutkan Kuliah Diploma 4 Bidan
Pendidik Di STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu dan Lulus pada
tahun 2014. Pada tahun 2015 penulis melanjutkan Kuliah s2
Magister Terapan Kebidanan di Poltekkes Kemenkes Semarang
dan Lulus pada Tahun 2018. Saat ini penulis adalah seorang
dosen tetap dan menjabat sebagai bagian Kurikulum dan
Peminatan di Program studi kebidanan STIKES Tri Mandiri Sakti
Bengkulu.

80
BAB Mendiagnosis
Kehamilan

7 *Dewi Mey Lestanti Mukodri, SST., M.Keb*

81
A. Pendahuluan
Kehamilan akan dimulai dari konsepsi sampai dengan
bayi lahir dengan lama 280 hari atau 40 minggu yang dihitung
dari hari pertama haid terakhir (HPHT) dan tidak lebih dari 300
hari atau 43 minggu (Yulaikhah, 2019).
Penegakan diagnosis kehamilan yang dapat dilakukan
bidan yaitu dengan melakukan salah satu pemeriksaan, baik
tanda awal kehamilan, pemeriksaan hormonal sederhana atau
pemeriksaan penunjang. Namun setiap pemeriksaan yang dapat
dilakukan bidan memiliki keterbatasan dalam penegakan
diagnosis pasti kehamilan sehingga pemeriksaan penunjang
menjadi standar utama penentu diagnosis kehamilan (Husin,
2014).

B. Tanda-tanda kehamilan
Tanda – tanda kehamilan dibagi menjadi tiga bagian yaitu
tanda dugaan hamil (presumtif sign), tanda tidak pasti hamil
(probable sign), dan tanda pasti hamil (positive sign)
(Widatiningsih dan Dewi, 2017). Untuk bisa memastikan
kehamilan ditetapkan dengan melakukan penilaian terhadap
beberapa tanda dan gejala kehamilan.
1. Tanda dugaan hamil (presumtif sign)
a. Amenorea
Haid/ menstruasi dapat berhenti karena adanya
konsepsi namun dapat juga terjadi pada wanita dengan
stress atau emosi, faktor hormonal, gangguan
metabolisme, serta kehamilan yang terjadi pada wanita
yang tidak haid karena menyusui ataupun sesudah
kuretase. Amenorea sangat penting dikenali untuk dapat
mengetahui hari pertama haid terakhir (HPHT) dan hari
perkiraan lahir (HPL).
b. Nausea dan vomitus (mual dan muntah)
Keluhan yang mungkin sering dirasakan oleh
wanita hamil dan sering disebut dengan morning sickness
dapat timbul karena bau rokok, keringat, masakan, atau

82
sesuatu yang tidak disenangi. Keluhan ini umumnya
terjadi pada usia kehamilan 8 minggu hingga 12 minggu.
c. Mastodynia
Pada awal kehamilan mamae/ payudara dirasakan
membesar dan mungkin terasa sakit. Ini akibat adanya
pengaruh dari peningkatan kadar hormon esterogen dan
progesteron. Keluhan nyeri pada payudara ini dapat
terjadi pada kasus mastitis, ketegangan prahaid,
penggunaan pil KB.
d. Gangguan saluran kencing
Adanya gangguan saluran kencing atau Keluhan
rasa sakit saat kencing, atau kencing berulang – ulang
namun hanya sedikit keluarnya dapat dialami oleh
beberapa ibu hamil. Penyebabnya selain karena
peningkatan hormon progesteron juga terjadi karena
adanya pembesaran pada uterus. Keluhan ini dapat
terjadi pada kasus infeksi saluran kencing, diabetes
melitus, tumor pevis, atau keadaan stress mental.
e. Konstipasi
Konstipasi mungkin akan timbul pada awal
kehamilan dan sering menetap selama kehamilan
dikarenakan adanya relaksasi otot polos akibat pengaruh
progesteron. Penyebab lainnya yaitu perubahan pola
makan selama hamil, dan pembesaran uterus yang
mendesak usus serta penurunan motilitas usus.
f. Perubahan Berat Badan
Berat badan mungkin akan meningkat pada awal
kehamilan karena adanya perubahan pada pola makan
dan terdapat timbunan cairan berlebihan selama hamil.
g. Quickening
Quickening merupakan istilah untuk
menggambarkan gerakan bayi di dalam kandungan yang
dirasakan ibu hamil. Ibu merasakan adanya gerakan janin
untuk yang pertama kali. Sensasi ini bisa juga karena
peningkatan peristaltik usus, kontraksi otot perut, atau

83
pergerakan isi perut yang dirasakan seperti janin
bergerak.

2. Tanda tidak pasti hamil (probable sign)


a. Peningkatan suhu basal tubuh
Adanya Kenaikan pada suhu basal lebih dari 3
minggu, kemungkinan adanya kehamilan. Kenaikan ini
berkisar antara 37,20C sampai dengan 37,80C.
b. Perubahan warna kulit
Perubahan warna kulit salah satunya yaitu Cloasma
Gravidarum atau sering disebut topeng kehamilan berupa
berwarna kehitaman sekitar mata, hidung, dan pelipis
yang umumnya terjadi pada kehamilan mulai 16 minggu.
Warna akan semakin gelap apabila terpapar sinar
matahari.
Perubahan kulit lainnya juga bisa berupa
hiperpigmentasi di sekitar aerola dan putting mamae,
munculnya linea nigra yaitu pigmentasi pada linea
medialis perut yang tampak jelas mulai dari pubis sampai
umbilikus. Perubahan pada kulit dapat terjadi karena
rangsangan Melanotropin Stimulating Hormone/MSH.
Striae gravidarum berupa garis−garis tidak teratur
sekitar perut berwarna kecoklatan, dapat juga berwarna
hitam atau ungu tua (striae livide) atau putih (striae
albicans) yang terjadi dari jaringan kolagen yang retak
diduga akibat dari pengaruh adrenocortikosteroid.
c. Perubahan Payudara
Pembesaran dan hipervaskularisasi mamae terjadi
sekitar usia kehamilan 6 sampai 8 minggu. Pelebaran
aeroa dan menonjolnya kalenjer montgomery, karena
rangsangan hormon steroid. Pengeluaran kolostrum
biasanya kehamilan 16 minggu karena pengaruh
prolaktin dan progesteron.
d. Pembesaran Perut
Pembesaran perut biasanya tampak setelah 16
minggu karena adanya pembesaran pada uterus. Ini

84
bukan merupakan tanda diagnostik pasti tapi harus
dihubungkan dengan tanda kehamilan lain. Perubahan
kurang dirasakan pada ibu primigravida, karena kondisi
otot−otot masih baik. Pembesaran perut mungkin dapat
ditemui pada kondisi obesitas, kelemahan otot perut,
tumor pelvik dan perut, ascites, hernia perut bagian
depan.
e. Balotement
Pada usia kehamilan 16 sampai 20 minggu
pemeriksaan palpasi kesan seperti ada masa yang keras,
mengapung dan memantul di uterus. Dapat terjadi pada
tumor uterus, mioma, acites, dan kista ovarium.
f. Kontraksi Uterus
Kontraksi uterus yang mungkin dirasakan seperti
tertekan dan kencang, disebut kontraksi brackston Hicks.
Uterus mudah terangsang oeh adanya peningkatan
hormon oksitosin, gejala ini biasanya mulai usia
kehamilan 10 - 28 minggu pada primi dan semakin lanjut
kehamilannya semakin sering dan kuat.
g. Tanda Chadwick dan Goodell
Terjadi perubahan warna pada vagina atau porsio
menjadi kebiruan atau ungu yang disebut tanda
chadwick. Perubahan konsistensi serviks menjadi lunak
disebut tanda goodell.

3. Tanda Pasti Hamil (Possitive Sign)


a. Teraba bagian−bagian janin
Umumnya pada usia kehamilan 22 minggu janin
dapat diraba pada wanita kurus dan otot perut relaksasi.
Usia kehamilan 28 minggu jelas bagian janin dapat diraba
demikian pula gerakan janin dapat dirasakan oleh ibu.
b. Gerakan Janin
Pada Usia kehamilan 20 minggu gerakan janin
dapat dirasakan oleh ibu hamil.
c. Terdengar Denyut Jantung Janin (DJJ)

85
Dengan menggunakan bantuan alat ultrasound
denyut jantung janin dapat terdengar pada usia
kehamilan 6 sampai 7 minggu. Apabila menggunakan
dopler pada usia kehamilan 12 minggu sedangkan jika
menggunakan stetoskop leannec akan terdengan pada
usia kehamilan 18 minggu. Frekuensi denyut jantung
janin normal 120 sampai dengan 160 kali permenit yang
akan jelas terdengar bila ibu tidur terlentang.
d. Ultrasonografi (USG)
USG dapat digunakan usia kehamilan 4 sampai 5
minggu untuk dapay memastikan kehamilan dengan
melihat adanya kantong gestasi, gerakan janin dan denyut
jantung janin.
e. Electrocardiography (ECG)
ECG jantung janin akan mulai terlihat pada usia
kehamilan 12 minggu.
f. Tes Kehamilan Medis
Untuk memastikan kehamilan, ibu hamil dapat
melakukan tes dengan menggunakan bantuan perangkat
tes kehamilan, dapat dilakukan di rumah maupun
dilaboratorium dengan mengambil sempel urin atau
darah ibu.

C. Diagnosis Banding Kehamilan


1. Pseudosiesis (hamil palsu)
Hamil palsu biasanya dapat dijumpai adanya tanda dugaan
hamil, tetapi dengan pemeriksaan canggih dan tes biologis
tidak menunjukkan kehamilan.
2. Kistoma ovarii
Mungkin amenorhe, perut penderita makin besar, tetapi
uterusnya sebesar biasa.
3. Mioma uteri
Dapat terjadi amenorhe, perut penderita makin besar,
uterusnya makin besar, kadang-kadang tidak merata.

86
4. Visika urinaria dengan retensio urinae
Uterus sendiri biasa besarnya, tanda-tanda kehamilan dan
reaksi kehamilan negatif (Saminem, 2010).

D. Pemeriksaan Laboratorium sederhana pada Ibu Hamil untuk


membantu meningkatkan diagnosa kebidanan
1. Hemoglobin
Hemoglobin merupakan zat protein yang terdapat
dalam eritrosit serta memberi warna merah pada darah dan
juga merupakan pengangkut oksigen utama dalam tubuh
(Riswanto, 2013). Pemeriksaan hemoglobin rutin dilakukan
oleh ibu hamil terutama di trimester I dan III. Nilai normal
kadar hemoglobin pada ibu hamil yaitu > 11 g/dl (Kemenkes,
2013). Kadar hemoglobin 10,0 - 10,9 g/dl termasuk pada
kategori anemia ringan, Kadar hemoglobin 7 - 9,9 g/dl
termasuk pada kategori anemia sedang dan kadar
hemoglobin < 7g/dl termasuk pada kategori anemia berat
(WHO, 2014). Metode pengukuran Hemoglobin (Hb) sebagai
berikut :
a. Metode Sahli
b. Hb meter (poket)

2. Protein Urine
Protein urin merupakan protein yang terdapat dalam
urine manusia dimana jumlahnya melebihi nilai normal yaitu
lebih dari 150 mg/hari. Pemeriksaan laboratorium protein
urine bertujuan untuk mendeksi adanya keadaan
preeklampsia atau eklampsia serta untuk mengetahui status
ginjal.
Pemeriksaan proteinuria pada ibu hamil dilakukan
pada trimester II dan III, atau atas indikasi. Pemeriksaan juga
harus segera dilakukan apabila ditemukan salah satu tanda
trias preeklampsia, yaitu hipertensi. Preeklampsia
merupakan hipertensi yang didiagnosis berdasarkan protein
urien, jika protein urinne +1 dan tekanan darah 140/90
mmHg maka intrepretasinya yaitu preeklampsia ringan. Jika

87
hipertensi dengan tekanan darah sistol >160mmHg tekanan
darah diastol >110 mmHg dan protein urine +2 sampai +3
pada pemeriksaan dipstik maka menunjukkan keadaan
preeklampsia berat (Siri Rahmadani, 2017). Metode
Pemeriksaan Protein Urine antara lain:
a. Metode asam asetat
b. Metode carik celup

3. Glukosa Urine
Glukosa urine merupakan gugus gula sederhana yang
masih ada diurine setelah melewati proses diginjal, yang
disebakan karena kekurangan hormon insulin yaitu yang
mengubah glukosa menjadi glikogen. Metode Pemeriksaan
Glukosa Urine :
a. Metode Benedict
b. Metode Carik Celup

88
DAFTAR PUSTAKA

Gandasoebrata, R, 2010. Penuntun Laboratorium Klinik, cetakan ke-


16, Jakarta : Dian rakyat.

Husin, Farid. 2014. Asuhan Kehamilan Berbasisi Bukti. Jakarta :


Sagung Seto.

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia

Lily Yulaikhah, S. si. . (2019). Buku Ajaran Asuhan Kebidanan


Kehamilan (Vol. 53, Issue 9). Fakultas Kedokteran dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah.

Mayangsari, C. 2008. Kesesuaian Hasil Pemeriksaan Glukosuria


Metode Konvensional Benedict Dengan Metode
Spektrofotometri. Bandung : Universitas Kristen Maranatha .

Ni’mah, Muftihatun.2017. Gambaran Kadar Hemoglobin dan


Protein Pada Ibu Hamil Trimester III Di Rumah Bersalin
Mattiro Baji GOWA. Jurnal Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi.


Alfamedika dan Kanal Medika. Yogyakarta

Saifuddin, A. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiharohardjo.

Saminem. 2009. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan Normal.


Jakarta: EGC

89
Setiati Siti, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . 6th rev. Jakarta :
Internal Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam;
2015. h. 2014 -1134

Shanthi, D., Dewi, R. dan Santa (2016) Penuntun Praktikum Kimia


klinik Urinalisis dan cairan tubuh, Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana. Denpasar.

Siri Rahmadani, S. (2017) Praktik Klinik Kebidanan I. Jakarta.

Widatiningsih & Dewi. (2017). Praktik Terbaik Asuhan Kehamilan.


Yogyakarta : Trans Medika.

WHO. 2014. Health for the World’s Adolescents: A Second Chance


in the Second Decade. Geneva, World Health Organization
Departemen of Noncommunicable disease surveillance.

Yeyeh Rukiah, dkk. 2009. Asuhan Kebidanan 1. Cet. I. Jakarta:


Katalog Dalam Tertiban (KDT)

Zamanzad B. 2009. Accuracy Of Dipstick Urinalysis As A Screening


Method For Detection Of Glucose, Protein, Nitries, And
Blood. Eastern Mediteranean Health Journal

90
BIODATA PENULIS

Dewi Mey Lestanti Mukodri,


SST., M.Keb. lahir di Bandung,
pada 24 Mei 1986. Ia tercatat
sebagai lulusan Universitas
Padjajaran bandung, dan saat ini
aktif sebagai Dosen Kebidanan
di Poltekkes Kemenkes
Tanjungpinang. Wanita yang
kerap disapa Demey ini
merupakan anak dari pasangan
Anand Mukodri, SE.Ak (ayah)
dan Yayah Rokayah (ibu), juga
merupakan seorang istri dari
Gilang Gumilang, ST (Suami) dan saat ini telah dikaruniai 3 orang
Putri. Penulis dapat dihubungi melalui email :
dewimey@poltekkes-tanjungpinang.ac.id

91
BAB Pemberian Imunisasi
Pada Ibu Hamil

8 * Iyam Manueke, S.SiT., M.Kes*

92
A. Pendahuluan
Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) adalah toksin kuman
tetanus yang telah dilemahkan dan dimurnikan yang diberikan
pada bayi, anak dan ibu sebagai usaha memberikan
perlindungan terhadap penyakit tetanus (Rinaldi, 2016). Tetanus
Neonatal bisa dicegah dengan mengimunisasi Wanita Usia
Subur (WUS), baik saat hamil maupun diluar kehamilan, yang
akan memproteksi ibu dan bayi melalui transfer antibody
tetanus ke bayi (Proverawati & Andhini, 2010).
Sebagai upaya mengendalikan infeksi tetanus yang
merupakan salah satu faktor risiko kematian ibu dan kematian
bayi, maka dilaksanakan program imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) bagi Wanita Usia Subur (WUS) dan ibu hamil. Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Imunisasi mengamanatkan bahwa wanita usia
subur dan ibu hamil merupakan salah satu kelompok populasi
yang menjadi sasaran imunisasi lanjutan. Imunisasi lanjutan
pada WUS salah satunya dilaksanakan pada waktu melakukan
pelayanan antenatal. Imunisasi TT pada WUS diberikan
sebanyak 5 dosis dengan interval tertentu, dimulai sebelum dan
atau saat hamil yang berguna bagi kekebalan seumur hidup
(Depkes RI, 2016). Di Indonesia 9,8% (18.032) dari 184 ribu
kelahiran bayi menghadapi kematian karena cakupan imunisasi
Tetanus Toksoid yang rendah (Alexander, 2019). Imunisasi
dilakukan dengan maksud untuk menurunkan angka mortalitas
dan morbiditas yang merupakan salah satu program dari
puskesmas. Bila ibu hamil tidak mendapatkan imunisasi
Tetanus Toksoid (TT) dapat menyebabkan bayi rentan terhadap
penyakit Tetanus Toksoid Neonatorum. Sosialisasi imunisasi TT
perlu dilakukan mengingat masih banyak ibu hamil yang belum
mengetahui manfaat imunisasi TT bagi ibu itu sendiri dan bayi
yang dikandungnya dan berapa kali pemberian imunisasi TT
serta jarak antara pemberian imunisasi TT1 dan TT2 (Astuti,
2012).

93
B. Sejarah imunisasi
Imunisasi adalah salah satu upaya untuk mencegah
terjadinya penyakit menular yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I) yang diberikan kepada semua orang baik
balita, anak-anak, maupun dewasa. Imunisasi pertama kali
diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Oleh karena itu
imunisasi merupakan upaya yang paling cost-effective untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Karena telah
terbukti dapat mencegah dan mngatasi kejadian sakit, cacat, dan
kematian akibat (PD3I) yang diperkirakan sekitar 2-3 juta
kematian setiap tahunnya (Indriyani & Asih, 2017).
Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan kekebalan tubuh seseorang terhadap penyakit.
Pada tahun 1796 dokter Edward Jenner mengenalkan imunisasi
pertama kali, Jenner meneliti sebuah kasus cacar pada seorang
pekerja harian. Alasan jenner memutuskan untuk
mengimunisasi pekerja tersebut dengan imunisasi cacar sapi
ringan. Kemudian Jenner mengambil sampel dari luka penderita
cacar kemudian dengan sengaja menggoreskan ke permukaan
lengan seorang anak berusia 8 taahun. Setelah 48 hari penemuan
itu dinamakan “Vaksin” yang artinya sapi dalam bahasa latin
(Gruslin et al., 2009).
Sejarah mencatat hasil dari vaksinasi yang signifikan
terjadi di beberapa negara berkembang termasuk Indonesia
sebagai bentuk peningkatan dalam menghadapi bencana
penyakit menular di negara 13 berkembang. Program perluasa
organisasi kesehatan dunia Word Health Organization (WHO)
memfokuskan pada enam penyakit utama pada masa kanak-
kanak (pertussis, difteri, tetanus, polio, campak, dan
tuberculosis) berhasil menaikkan cakupan imunisasi di negara-
negara berkembang dari 5% di tahun 1970 menjadi 80% pada
tahun 1990 (Makarim, 2019).

C. Definisi Imunisasi Tetanus Toksoid


Imunisasi adalah suatu program yang dengan sengaja
memasukkan antigen lemah agar merangsang antibodi keluar
sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu

94
(Proverawati & Andhini, 2010). Imunisasi adalah suatu cara
untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit, sehingga bila nanti terpapar dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan. Imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) adalah imunisasi yang diberikan kepada ibu hamil
untuk mencegah terjadinya Tetanus Neonatorum (TN) (Astuti,
2012).
Imunisasi TT adalah suntikan vaksin tetanus untuk
meningkatkan kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap
infeksi tetanus (Idanati, 2007). Vaksin tetanus yaitu toksin
kuman tetanus yang telah dilemahkan kemudian 25 dimurnikan
(Setiawan, 2006). Kemasan vaksin dalam 1 vial vaksin TT berisi
10 dosis dan setiap 1 box vaksin terdiri dari 10 vial. Vaksin TT
adalah vaksin yang berbentuk cairan (Depkes RI, 2010).

D. Manfaat Imunisasi Tetanus Toksoid


Menurut Bartini (2012), imunisasi TT di anjurkan untuk
mencegah terjadinya infeksi tetanus neonatorum. Vaksin tetanus
pada pemeriksaan antenatal dapat menurunkan kemungkinan
kematian bayi dan mencegah kematian ibu akibat tetanus.
Imunisasi TT dapat melindungi bayi yang baru lahir dari tetanus
neonatorum. Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang
terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang
disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang
mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistem saraf pusat
(Saifuddin, 2008).

E. Jumlah Dosis Pemberian


Imunisasi TT Ibu hamil harus mendapatkan penjelasan
tentang pentingnya imunisasi TT sebanyak 5 kali seumur hidup.
Setiap ibu hamil yang belum pernah imunisasi TT harus
mendapatkan imunisasi TT paling sedikit 2 kali suntikan selama
hamil yaitu:
1. Kunjungan pertama kehamilan
2. 4 minggu setelah imunisasi petama Apabila ibu telah
diimunisasi TT sebanyak 2 kali, kemudian dalam satu tahun

95
ibu hamil maka saat hamil diberikan 1 kali suntikan paling
lambat 2 minggu sebelum melahirkan (Bartini, 2012).

Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang keadaan


organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20-45
tahun. Puncak kesuburan ada pada rentang usia 20-29 tahun.
Wanita Usia Subur (WUS) diwajibkan untuk melakukan
imunisasi TT saat mendaftarkan pernikahan di KUA (Kantor
Urusan Agama) sebagai bentuk pencegahan infeksi tetanus saat
kehamilan. Imunisasi TT1 dilakukan pertama kemudian
dilanjutkan TT2 4 minggu setelah TT1. Jika WUS tidak
melanjutkan TT2 kemudian setelah 1 tahun hamil maka
imunisasi TT harus diulang dari imunisasi TT1 (Depkes RI,
2007).
Menurut (Saifuddin, 2008), jumlah dan dosis pemberian
imunisasi TT untuk ibu hamil yaitu :
1. Pasien dianggap mempunyai kekebalan jika telah mendapat
2 dosis terakhir dengan interval 4 minggu, dan jarak waktu
sekurangnya 4 minggu antara dosis terakhir dengan saat
terminasi kehamilan. Pasien yang telah mendapat vaksinasi
lengkap (5 suntikan) lebih dari 10 tahun sebelum kehamilan
perlu diberikan booster berupa toksoid 0,5 ml IM.
2. Jika pasien belum pernah imunisasi, berikan serum anti
tetanus 1500 unit IM dan suntikkan booster Tetanus Toksoid
(TT) 0,5 ml IM diberikan 4 minggu kemudian.
3. Pencegahan dan perlindungan diri yang aman terhadap
penyakit tetanus dilakukan dengan pemberian 5 dosis
imunisasi untuk mencapai kekebalan penuh (Depkes RI,
2007).

F. Jarak Pemberian Imunisasi TT


Menurut WHO (2010), jika seorang ibu yang tidak pernah
diberikan imunisasi tetanus maka ia harus mendapatkan paling
sedikit 2 kali suntikan selama kehamilan yaitu pertama saat
kunjungan antenatal dan kedua pada 4 minggu setelahnya.

96
Tabel 8.1 Jadwal pemberian imunisasi tetanus toksoid
antigen interval Lama %
perlindungan perlindungan
TT1 Kunjungan awal - -
TT2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 80
TT3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 95
TT4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99
TT5 1 tahun setelah TT 4 25 99
tahun/longlife
Sumber: Depkes RI, 2007

G. Efek samping imunisasi TT


Efek samping dari imunisasi TT biasanya gejala-gejala
ringan seperti nyeri, kemerahan dan pembengkakan pada area
suntikan (Depkes RI, 2007). Tetanus toksoid adalah antigen yang
sangat aman dan juga aman untuk wanita hamil, tidak ada
bahaya bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT.
Efek samping tersebut berlangsung 1-2 hari kemudian akan
sembuh sendiri dan tidak perlukan tindakan/pengobatan
(Saifuddin dkk, 2008).

H. Tempat pelayanan untuk mendapatkan imunisasi TT


Menurut Depkes RI (2007), tempat pelayanan untuk
mendapatkan imunisasi TT yaitu :
1. Puskesmas;
2. Puskesmas pembantu;
3. Rumah sakit;
4. Rumah bersalin;
5. Polindes;
6. Posyandu;
7. Rumah sakit swasta;
8. Dokter praktik;
9. Bidan praktik.

97
I. Faktor - faktor yang memengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam
pelaksanaan imunisasi tetanus toxoid
Hambatan dalam pelaksanaan imunisasi tetanus toxoid
sudah diidentifikasi antara lain mencakup aspek usia,
pendidikan, persepsi jarak rumah kepusat pelayanan kesehatan,
pekerjaan, dukungan keluarga atau suami, pengetahuan ibu,
paritas, kunjungan ANC dan motivasi.
1. Usia
Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan imunisasi tetanus toxoid. Ibu hamil dengan usia
muda masih labil dalam mengambil sebuah keputusan
sehingga masih bergantung dengan orang lain untuk
mempertimbangkan keputusan yang akan diambil. Dengan
demikian individu yang memiliki usia lebih matang lebih
memahami dan mampu untuk mengambil keputusan yang
baik untuk dirinya (Gruslin et al., 2009). Umur merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang
dalam mengambil keputusan. Usia menunjukkan tingkat
kematangan seseorang dalam berpikir logis. Menurut
penelitian Yunica, (2015) usia ibu hamil berhubungan
dengan kelengkapan imunisasi TT di mana ibu yang hamil
pada usia tidak berisiko atau di bawah 30 tahun cenderung
melakukan imunisasi TT.
2. Pendidikan
Pada saat mengambil keputusan dan mendapatkan
informasi dari pihak lain faktor yang sangat berpengaruh
adalah pendidikan. Maka dari itu semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka semakin mudah untuk
menerima informasi dari seseorang (Gruslin et al., 2009). Ibu
hamil dengan daya intelektual yang tinggi maka lebih mudah
dalam mengambil sebuah keputusan. Sedangkan ibu hamil
yang tingkat pendidikannya kurang mengakibatkan daya
intelektuallnya menjadi kurang sehingga menyebabkan
kurangnya kepatuhan mereka dalam mengambil keputusan
untuk imunisasi tetanus toxoid dan akan bergantung pada
perilaku orang-orang yang ada di sekitarnya seperti suami

98
atau orang tua (Samiastuti, 2016).
Cara untuk meningkatka pengetahuan tidak hanya
dari pendidikan formal saja, tetapi dapat diperoleh dari
pendidikan non formal. Sehingga semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula motivasi
untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dan wawasan yang
lebih luas (Gruslin et al., 2009). Penelitian sebelumnya
Sokhiyatun (2013) di Puskesmas Sukamanah Kabupaten
Bogor menemukan bahwa ibu yang berpendidikan kurang
mempunyai resiko 3,19 kali untuk tidak memperoleh
imunisasi TT lengkap dibandingkan dengan ibu-ibu yang
memiliki pendidikan tamat SD atau lebih (pendidikan
cukup).
3. Jarak tempuh layanan kesehatan
Jarak tempuh rumah kepelayanan kesehatan juga
menjadi salah satu permasalahan dalam pelaksanaan
imunisasi tetanus toxoid. Ibu hamil yang jarak rumahnya
jauh dari pusat pelayanan kesehatan cenderung malas untuk
melaksanakan imunisasi tetanus toxoid. Karena semakin jauh
jarak pelayanan kesehatan maka individu enggan untuk
datang (Ayu et al., 2020).
4. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan salah satu indikator status sosial
yang bisa menjadi tolak ukur untuk menentukan
keberhasilan pemanfaatan pelayanan kesehatan terutama
pada pemeriksaan antrnatal termasuk pelayanan imunisasi
TT (Ayu et al., 2020). Guna meningkatkan target Eliminasi
Tetatus Maternal dan Neonatal (ETMN) di Indonesia,
imunisasi TT diberikan secara gratis tanpa biaya sepeserpun
di seluruh fasilitas kesehatan pemerintah di seluruh
Indonesia. Jaminan imunisasi TT ibu hamil tanpa biaya
tersebut berlaku untuk seluruh ibu hamil yang merupakan
warga negara Indonesia, termasuk untuk ibu hamil yang
belum terprokteksi sistem BPJS (Samiastuti, 2016).

99
5. Dukungan suami
Faktor dukungan suami sangatlah penting bagi
psikologis ibu hamil, sehingga mempermudah dalam
memberikan pelayanan kesehatan. Dukunagan keluarga
terutama dari suami akan memberikan ketenangan batin dan
perasaan senang dalam diri ibu hamil (Ayu et al., 2020)
Ketidak hadiran suami ketika pemeriksanaan antenatal bisa
mempengaruhi kepercayaan diri ibu hamil tersebut sebab ibu
merasa seorang diri dalam kehamilannya. Oleh kare-nanya
sebaiknya ibu datang berkunjung bersama suami, jika tidak
dimung-kinkan setidaknya suami dapat menemani ibu
dalam beberapa kali kunjungan antenatal (Samiastuti, 2016)
6. Pengetahuan ibu hamil
Pengetahuan memegang peranan yang penting dalam
menentukan kepu-tusan ibu dalam melakukan imunisasi TT
atau tidak. Pengetahuan merupakan dasar dari penerimaan
persuasi petugas kesehatan sebelum terjadinya pengambilan
keputusan (decision), dan tahap konfirmasi (confirmation)
dari suatu keputusan imunisasi TT (Samiastuti, 2016).
Pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT berkaitan
erat dengan kepatuhan dalam melakukan imunisasi TT.
Kurangnya pengetahuan pada ibu hamil bisa mempengaruhi
perilaku seseorang bisa menjadi penyebab tingginya angka
penyebaran suatu penyakit termasuk penyakit tetanus pada
bayi yang dikandung. Pengetahuan dapat diperoleh melalui
informasi yang disampaikan orang tua, buku, surat kabar,
serta media elektronik. Dengan adanya pengetahuan
mendorong kemauan dan kemampuan yang ditujukan pada
ibu hamil untuk melakukan imunisasi TT(Kasum et al., 2013).
Pengetahuan ibu mengenai TT dapat ditingkatkan
dengan pemberian KIE mengenai pengertian TT dan
imunisasi TT, dosis imunisasi TT, efek TT, resiko TT serta
bahaya TT pada kehamilan trimester I oleh petugas
kesehatan. Akan lebih baik lagi jika KIE diberikan tidak
hanya kepada ibu hamil melainkan juga pada pasangannya
(Samiastuti, 2016).

100
7. Sikap petugas kesehatan
Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan,
pemikiran, predisposisi tindakan seseorang terhadap suatu
aspek dilingkungan sekitarnya.Sikap merupakan reaksi atau
respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulasi atau objek yang tidak dapat langsung. Seorang ahli
psikologi sosial Newcom menyatakan bahwa sikap itu
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan
bukan merupakan pelaksanaan dari motif tertentu(Maulida,
2012).
Sikap petugas kesehatan yang baik mempengaruhi
motivasi ibu untuk mendapatkan imunisasi. Misalnya
petugas yang memberikan pelayanan yang baik, selalu
menanyakan keluhan yang dialami dan mengingatkan
pemeriksaan selanjutnya (Anjani et al., 2019) Dukungan dari
petugas kesehatan akan meningkatkan pengetahuan dan
kemantapan ibu hamil dalam melaksanakan imunisasi TT.
Selain itu petugas medis juga merupakan salah satu pihak
yang berwenang dalam mensukseskan program eliminasi
tetatus maternal dan neonatal . Kemenkes RI (2011) dalam
upaya mensukseskan program Eliminasi Tetatus Maternal
dan Neonatal (ETMN) dan menurunkan angka kematian ibu
menyertakan kewajiban mengedukasi ibu hamil mengenai
imunisasi TT dan memberikan penawaran imunisasi TT pada
ibu hamil sebagai bagian dari standar operasional asuhan
prenatal oleh seluruh tenaga medis terutama bidan
(Samiastuti, 2016).
8. Kunjungan ANC
Keteraturan kunjungan ibu hamil K-1 dan K-4 dapat
disebabkan oleh kepuasan ibu hamil terhadap ANC yang
sudah dilakukannya, cenderung memengaruhi kunjungan
berikutnya. Sikap petugas yang tidak membeda-bedakan
status sosisl ibu dan mengutamakan hak ibu untuk
mendapatkan ANC dapat membuat ibu merasa nyaman saat
mejalani pemeriksaan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh solang,

101
kepuasan ibu hamil terhadap ANC dipengaruhi oleh sikap
petugas kesehatan yang baik. Selain itu kepuasan ibu hamil
terhadap ANC juga dipengaruhi oleh prosedur administrasi
yang mudah dan fasilitas kesehatan yang lengkap (Anjani et
al., 2019).
9. Paritas
Paritas sangat mempengaruhi pengetahuan ibu hamil
karena ibu yang sudah memiliki beberapa anak akan lebih
berpengalaman daripada ibu yang baru memiliki satu orang
anak karena dari pengalaman yang didapatkan dari
kehamilan sebelumnya akan menambah wawasan dan
pengetahuan ibu hamil (Maulana, 2017).
Jumlah paritas yang tinggi menjadikan ibu hamil tidak
terlalu khawatir dengan kehamilannya sehingga
menurunkan angka kunjungannya, sedangkan ibu hamil
dengan kehamilan pertama merasa ANC merupakan sesuatu
yang baru sehingga menambah motivasi ibu hamil untuk
melakukan kunjungan (Rachmawati, 2017). Jumlah anak
yang dimiliki, paritas 2-3 merupakan paritas paling aman
ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas
lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal. Resiko
pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetri lebih
baik, salah satunya dengan melakukan imunisasi TT untuk
mencegah kejadian infeksi TT akibat pemutusan tali pusat.
Hasil penelitian Sokhiyatun (2013) menemukan
adanya hubungan antara jumlah anak dengan kelengkapkan
status imunisasi TT di mana ibu primipara cenderung
memiliki ketidaklengkapan status imunisasi TT
dibandingkan dengan ibu multipara.
10. Motivasi
Dukungan keluarga sebagai lingkungan yang terdekat
dengan ibu hamil memegang peran penting dalam
memenuhi psikologi dan motivasi ibu hamil dalam
melakukan perilaku kesehatan. Dengan dukungan dari
keluarga menjadikan ibu hamil memerhatikan kesehatan diri
dan janinnya untuk berkunjung ke fasilitas pelayanan

102
kesehatan. Dukungan yang diberikan dari keluarga dapat
berupa bantuan, perhatian, penghargaan, dan sebagainya
(Rachmawati, 2017).

103
DAFTAR PUSTAKA

Alexander, T. A. P. (2019). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ibu


Hamil Dalam Melakukan Imunisasi Tetanus Toxoid Di
Puskesmas Siantan Hilir Kota Pontianak Tahun 2019.
Jurnal_Kebidanan, 9(1).

Astuti, H. P. (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I


(Kehamilan). Rohima Pres, Yogyakarta, 268.

Gruslin, A., Steben, M., Halperin, S., Money, D. M., Yudin, M. H.,
Boucher, M., Cormier, B., Ogilvie, G., Paquet, C., & Steenbeek,
A. (2009). Immunization in pregnancy. Journal of Obstetrics and
Gynaecology Canada, 31(11), 1085–1092.

Indriyani, D., & Asih, S. W. (2017). Persepsi ibu muda dan keluarga
tentang pemberian imunisasi (pendekatan maternal
sensitivity models berbasis keluarga). Jurnal Kesehatan, 5(1),
60–67.

Makarim, F. R. (2019). Kewajiban Imunisasi Dasar, Manfaat dan


Keamanan. Jurnal Riptek, 11(2), 87–96.

Proverawati, A., & Andhini, C. S. D. (2010). Imunisasi dan vaksinasi.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Rachmawati D, Andarini S, Ningsih DK. Pengetahuan keluarga


berperan terhadap keterlambatan kedatangan pasien stroke
iskemik akut di Instalasi Gawat Darurat. Jurnal Kedokteran
Brawijaya. 2017 Aug 31:369-76.

Rinaldi, S. (2016). Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang


Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) di Puskesmas Bungus Tahun 2016.
Universitas Andalas.

Saifuddin, A. (2008). lmu Kebidanan. In Edisi ketiga. Jakarta: YBPSP.

104
Samiastuti, J. (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu
Hamil Dalam Melaksanakan Imunisasi Tetanus Toksoid Di
Puskesmas Kasihan II Bantul. STIKES Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta.

105
BIODATA PENULIS

Iyam Manueke, S.SiT., M.Kes.


lahir di Gorontalo, pada 06 Juli
1974. Ia tercatat sebagai lulusan
Magister Kesehatan Minat
Kesehatan Ibu dan Anak –
Kesehatan Reproduksi
Universitas Gadjah Mada
Jogjakarta tahun 2006. Wanita
yang kerap disapa Ekke ini adalah
anak dari pasangan Yoppy
Manueke (ayah) dan Hadjarah
Datau (ibu). Iyam Manueke
bukanlah orang baru di dunia pendidikan Tanah Air. sejak tahun
2002 diangkat menjadi tenaga Fungsional dosen di Poltekkes
Kemenkes Manado Jurusan Kebidanan.

106
BAB Kebutuhan Dasar Ibu Hamil
Sesuai Tahap Perkembangan

9
Kehamilan
*Olkamien Jesdika Longulo,
Amd.Keb.,S.Kep.Ns., MSc.*

107
A. Pendahuluan
Kebutuhan Dasar Ibu hamil merupakan unsur-unsur
yang dibutuhkan dalam mempertahankan homeostatis
fisiologis maupun psikologis, untuk mempertahankan hidup
dan sehat. Menurut Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow
bahwa setiap inddidvidu manusia memiliki lima kebutuhan
dasar, yaitu kebutuhan fisiologis (makan, minum), keamanan,
cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Nurwening Tyas, et al.,
2020). Hierarki Kebutuhan Maslow dapat diterjemahkan
langsung ke kehamilan, menggambarkan apa yang perlu
dipertimbangkan untuk biu hamil.
Kebutuhan dasar selama kehamilan sangat
mempengaruhi kesehatan ibu maupun bayi dalam
kandungannya. Tidak terpenuhi kebutuhan dasar selama
kehamilan, akan berdampak pada kesehatan ibu dan bayi dan
secara langsung akan mempengaruhi proses persalinannya
(Ersila, Zuhana and Prafitri, 2020).

B. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil


1. Pengertian
Kebutuhan adalah sesuatu yang diperlukan, berguna
atau sangat diperlukan untuk menjaga homeostasis dan
hidup itu sendiri. Ciri-ciri kebutuhan manusia (Tyas, et.al.,
2020):
a. Setiap Ibu hamil mempunyai kebutuhan dasar yang
sama, namun dimodifikasi dengan kultur setempat.
b. Untuk terpenuhinya kebutuhan, ibu hamil akan
mendahulukan yang prioritas. Pada situasi yang
terancam, Ibu hamil akan menyelamatkan diri dahulu
baru kemudian memenuhi kebutuhan fisiologisnya.
c. Kebutuhan harus terpenuhi semua, dan ada yang dapat
menunda atau dipenuhi kemudian.
d. Ketidak berhasilan dalam pemenuhan kebutuhan dapat
menyebabkan ketidakseimbangan homeostasis sehingga
dapat menyebabkan tidak sehat.

108
e. Kebutuhan membuat ibu hamil dapat berpikir dan
bergerak untuk memenuhinya.
f. Ibu Hamil akan merespon atau memenuhi kebutuhannya
dengan berbagai cara.
g. Prinsipnya, kebutuhan dasar yang satu dengan lainnya
saling berkaitan dan mempengaruhi

C. Penerapan dalam Kehamilan Kebutuhan Maslow


Menurut Abraham Maslow mengenai kebutuhan dasar
manusia dapat memberikan dasar untuk pemberian asuhan
pada manusisa termasuk ibu hamil. Hierarki Kebutuhan
Maslow dapat diterjemahkan langsung ke kehamilan,
menggambarkan apa yang pertimbangkan untuk kebutuhan ibu
hamil, persalinan, dan kelahiran . Abraham Maslow
menyebutkan bahwa kebutuhan dasar pada dasarnya
bertingkat. Kebutuhan dasar satu tingkat dibawahnya harus
terpenuhi sebelum beralih ke tingkat yang lebih tinggi. Hal ini
sesuai hirarki kebutuhan manusia yang dirumuskannya. Secara
umum dapat dijelaskan bahwa kebutuhan dasar adalah sesuatu
yang diperlukan ibu hamil sesuai tahapan kehamilan untuk
mempertahankan homeostasis fisiologis & psikologis. Jika
digambarkan akan berbentuk seperti pyramid.
Kebutuhan secara fisik perlu dipenuhi agar ibu menjalani
kehamilannya dengan nyaman tanpa ada rasa khawatir,
terutama bagi ibu yang pertama kali hamil. Kebutuhan dasar
kaitannya dengan kebutuhan fisik diantaranya oksigenasi,
nutrisi, personal, hiegienitas, pakaian, eliminasi, seksual,
mobilisasi/body mekanik, dan istirahat/tidur. Kebutuhan dasar
selama kehamilan sangat mempengaruhi kesehatan ibu maupun
bayi dalam kandungannya. Tidak terpenuhi kebutuhan dasar
selama kehamilan, akan berdampak pada kesehatan ibu dan
bayi dan secara langsung akan mempengaruhi proses
persalinannya kelak (Kuswanti, 2014).

109
Gambar 9.1 Hierarchy Of Need In Pregnancy (Regorson, 2020)

D. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil


1. Oksigen
Kebutuhan primer pada ibu hamil adalah oksigen.
Gangguan pernapasan dapat dialami ibu hamil yang akan
mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen ibu dan janin.
Kebutuhan oksigen ibu hamil dapat dipenuhi sesuai yang
dibutuhkan dengan melakukan : latihan pernapasan melalui
latihan prenatal yoga atau senam hamil, posisi tidur
terlentang dengan bantal lebih tinggi, porsi makan sedikit
tapi sering( tidak terlalu banyak makan ), hindari merokok,
konsultasi ke dokter bila ada penyakit gangguan (Yuni
Kusmiyati, Heni Puji Wahyuningsih, 2009), (Ni Putu Ariani,
et.al., 2022)
2. Nutrisi
Nutrisi merupakan kebutuhan dasar ibu hamil. Terjadi
peningkatan 15% kebutuhan zat gizi pada ibu hamil
dibandingkan kebutuhan normal. Peningkatan gizi ini
dibutuhkan untuk pertumbuhan ibu dan janin dalam
kandungan. Konsumsi makanan sebanyak 40% yang
dikonsumsi oleh ibu hamil digunakan untuk pertumbuhan
janin dan sisanya digunakan untuk pertumbuhan ibunya.
Secara normal kenaikan berat badan ibu hamil 11-13 kg.
Selain itu juga pemenuhan vitamin kehamilan termasuk
dalam kebutuhan dasar ibu hamil (Yuni Kusmiyati, Heni Puji
Wahyuningsih, 2009).

110
Nutrisi untuk kebutuhan dasar ibu hamil pada
trimester pertama ini bisa sedikit terganggu disebabkan ibu
hamil mengalami penurunan berat badan karena
menurunnya nafsu makan dan mual sering timbul serta
muntah (Ni Putu Aryani, et.al., 2022).
Saat trimester kedua, mulai meningkat napsu makan,
sebaiknya kebutuhan makan lebih banyak dari biasanya cara
mengatasi kebutuhan dasar ibu hamil dalam pemenuhan ini,
ibu wajib makan- makanan yang meliputi zat sumber tenaga,
pembangun, pelindung, dan pengatur. Trimester terakhir
maka nafsu makan sangat baik tetapi jangan berlebihan. Cara
mengatasi kebutuhan dasar ibu hamil pada trimester ketiga
ini adalah kurangi karbohidrat, tingkatkan protein, sayur-
sayuran, dan buah-buahan, lalu lemak tetap dikonsumsi.
Lalu, diminta juga mengurangi makanan terlalu manis atau
terlalu asin (Ersila, Zuhana and Prafitri, 2020).
Kebutuhan Nutrisi menurut (Yuni Kusmiyati, Heni
Puji Wahyuningsih, 2009) adalah:
a. Kalori
Gizi pada saat hamil harus ditingkatkan hingga 300
kalori perhari. Kebutuhan kalori di Indonesia untuk yang
tidak hamil 2000Kkal, hamil dan menyusui 2300 dan
2800Kkal. Kalori digunakan untuk produksi energy. Bila
kurang energy akan diambil dari pembakaran protein
yang sebenarnya dipakali untuk pertumbuhan .
b. Protein
Perkembangan dan pertumbuhan hasil konsepsi
yaitu pertumbuhan janin,uterus, plasenta, juga
pertumbuhan payudara dan kenaikan sirkulasi protein
plasma ibu dan haemoglobin membutuhkan protein.
Protein dikonsumsi bila tidak hamil 0,9gr/kgBB/hari,
selama hamil membutuhkan protein 30gr/hari. Protein
hewani: Daging, susu, telur, keju dan ikan sangat
dianjurkan karena mengandung komposisi asam amino
yang lengkap. Produk susu dan susu juga mengandung
kalsium.

111
c. Mineral
Makanan sehari-hari yaitu buah-buahan, sayur-
sayuran dan susu pada hakekatnya dapat memenuhi
semua kebutuhan mineral, kecuali zat besi. Pada
pertengahan kedua kehamilan zat besi dibutuhkan kira-
kira 17mg/hari. Zat besi suplemen dibutuhkan 30mg
dalam bentuk ferosus, ferofumarat atau feroglukonat
perhari, 60-100mg/hari dibutuhkan pada ibu hamil
kembar dan perempuan yang sedikit anemia. Minum
susu dapat memenuhi kebutuhan kalsium. Kandungan
kalsium kurang lebih 0,9 gram kalsium dalam satu liter
susu sapi. Suplemen Kalsium 1 gr/ hari dapat diberikan
pada ibu hamil yang tidak dapat minum susu. Suplemen
mineral dan vitamin prenatal pada umumnya diberikan
dokter untuk mencegah kejadian kekurangan mineral.
d. Vitamin
Kebutuhan vitamin dapat dipenuhi dengan makan
sayur, buah-buahan. Namun boleh diberikan tambahan
vitamin. Berdasarkan penelitian Asam folat yang
diberikan dapat mencegah kecacatan pada bayi.
3. Personal hygiene
Kebutuhan dasar ibu hamil juga mulai dari perawatan
gigi, mandi, perawatan rambut, pemeliharaan payudara,
perawatan vagina, hingga perawatan kuku (Ni Putu aryani,
et.al, 2022).
Dianjurkan minimal mandi dua kali sehari karena
terjadi peningkatan pengeluaran keringat pada ibu hamil.
Menjaga Kebersihan terutama lipatan kulit (ketiak, bawah
buah dada, daerah genetalia) dengan cara dibersihkan
dengan air dan dikeringkan. Genital hygiene merupakan
suatu tindakan untuk memelihara kebersihan organ
kewanitaan yang dilakukan dengan tujuan mempertahankan
kesehatan dan mencegah infeksi. Melakukan genital hygiene
memiliki manfaat yang baik untuk menjaga kebersihan organ
genital yaitu a) menjaga organ genital dan daerah sekitarnya
tetap bersih dan nyaman, b) mencegah munculnya

112
keputihan, bau tidak sedap dan gatal-gatal, c) menjaga agar
Ph vagina tetap normal 3,5-4,5 (Ni Putu Aryani, et.al., 2022).
4. Pakaian
Kebutuhan dasar ibu hamil adalah pakaian. Pakaian
yang dikenakan ibu saat hamil harus nyaman, mudah
dipakai, mudah menyerap keringat, mudah dicuci, tanpa
sabuk atau pita yang menekan di bagian perut atau
pergelangan tangan, tidak terlalu ketat di leher dan lainnya.
Jenis bra hamil disesuaikan agar dapat menyangga payudara
yang tambah menjadi besar pada kehamilan serta
memudahkan ibu ketika akan menyusui. Ada dua pilihan BH
yang biasa tersedia, yaitu BH katun biasa dan BH nylon yang
halus (Ni Putu aryani, et.al., 2022)
5. Eliminasi
Kebutuhan Eliminasi adalah suatu kebutuhan yang
dialami oleh setiap Ibu hamil yang berhubungan dengan
BAK dan BAB karena terjadinya perubahan kondisi fisik
pada masa kehamilan. Agar BAK dan BAB tidak bermasalah
ada hal-hal tertentu yang harus dilakukan supaya tidak
mengalami gangguan BAK dan BAB (Yuni Kusmiyati, Heni
Puji Wahyuningsih, 2009). Masalah buang air kecil
tidak mengalami kesulitan bahkan cukup lancar. Dengan
kehamilan terjadi perubahan hormonal, sehingga daerah
kelamin menjadi lebih basah. Situasi basah menyebabkan
jamur (trikomonas) tumbuh sehingga wanita hamil
mengeluh gatal dan mengeluarkan keputihan. Rasa gatal
sangat menganggu, sehingga sering digaruk dan
menyebabkan saat berkemih terdapat residu yang
memudahkan infeksi kandung kemih. Membersihakan
dengan mengelap dari belakang kedepan akan membawa
bakteri dari daerah rectum kemuara uretra dan
meningkatkan risiko infeksi. Sebaliknya gunakan tisu yang
lembut dan dan menyerap air, yang lebih disukai berwarna
putih dan tidak diberi wewangian atau gambar dapat
menimbulkan iritasi. Wanita harus sering mengganti pelapis
atau pelindung celana dalam (Yulizawati, 2017).

113
Minum 8-12 gelas cairan setiap hari. Dianjurkan harus
cukup minum agar produksi air kemih cukup dan jangan
sengaja mengurangi minum untuk menjarangkan berkemih
(Yuni Kusmiyati, Heni Puji Wahyuningsih, 2009);(Kuswanti,
2014).
Akibat pengaruh progesterone otot tractus digestivus
tonusnya menurun, akibatnya motilitas saluran pencernaan
berkurang dan menyebabkan obstipasi. Untuk mengatasi hal
ini ibu hamil dianjurkan minum lebih dari 8 gelas. Sebaiknya
makan makanan mengandung serat, latihan senam hamil.
Tidak dianjurkan memberikan obat-obat perangsang dengan
laxan (Yuni Kusmiyati, Heni Puji Wahyuningsih, 2009)
6. Seksual
Hubungan seksual sedapat mungkin dihindari pada
kehamilan muda, bila terdapat keguguran berulang atau
mengancam kehamilan dengan tanda infeksi, pendarahan,
mengeluarkan air (Ni Putu Aryani, et.al., 2022).
Ibu hamil masih dapat melakukan hubungan seksual,
namun pada usia kehamilan yang belum cukup bulan
dianjurkan untuk menggunakan kondom, untuk mencegah
terjadinya keguguran maupun persalinan prematur.
Prostaglandin pada sperma dapat menyebabkan kontraksi
dan memicu terjadinya persalinan. Namun, tidak semua
wanita hamil mengalami penurunan gairah gairah seksual.
Koitus tidak dibenarkan bila terdapat perdarahan
pervaginam, riwayat abortus berulang, partus prematurus
imminens, ketuban pecah, serviks telah terbuka (Ni Putu
Aryani, et.al., 2022).
7. Body mekanik dan mobilisasi
Kegiatan/aktivitas fisik biasa dapat dilakukan ibu
hamil selama tidak terlalu melelahkan. Nyeri pada ligament
terjadi karena pelebaran dan tekanan karena adanya
pembesaran rahim. Nyeri ligament dapat menimbulkan
ketidaknyamanan pada kehamilan. Sikap tubuh ibu hamil
perlu mendapat perhatian saat duduk, berdiri, berjalan, tidur,

114
bangun dari berbaring, membungkuk dan mengangkat
(Ersila, Zuhana and Prafitri, 2020).
8. Senam hamil/ Excercise
Kesehatan tubuh perlu dijaga selama kehamilan
dengan cara berjalan dipagi hari, renang, olahraga ringan,
senam hamil dan prenatal yoga. Di pagi hari dianjurkan
untuk mendapatkan udara segar, menguatkan otot dasar
panggul, mempercepat turunnya kepala bayi dalam posisi
optimal dan mempersiapkan mental untuk persalinan serta
ketenangan. Senam hamil dimulai pada umur Pada usia
kehamilan >22 minggu senam hamil dapat dimulai. Tujuan
senam hamil untuk mempersiapkan dan melatih otot-otot
sehingga berfungsi secara optimal dalam persalinan normal
dan mengimbangi perubahan titik gravitasi ibu hamil. Ibu
hamil yang dapat melakukan senam adalah ibu hamil tanpa
kelainan dan penyakit yang menyertai kehamilan seperti
penyakit jantung, ginjal, perdarahan, anemia (Yuni
Kusmiyati, Heni Puji Wahyuningsih, 2009).
9. Tidur dan istirahat
Kondisi ibu dan janin harus selalu sehat dan bebas dari
komplikasi yang mungkin terjadi, untuk itu ibu hamil
disarankan untuk cukup beristirahat (Corry et al., 2016).
Durasi tidur ibu hamil memang beragam sesuai
dengan kebutuhan dan usia. Namun, durasi tidur yang
dianjurkan bagi ibu hamil berkisar antara 7 hingga 9 jam
setiap hari. Tidur siang dalam keadaan rilex pada siang hari
selama 1 jam. Ibu hamil akan merasakan tanda-tanda kurang
tidur bila kebutuhan istirahat dan tiddur tidak terpenuhi
(Mongi, 2022)

E. Kebutuhan psikologis
Perubahan psikologis dan emosional kebanyakan dialami
ibu hamil. Ibu hamil biasanya berada dalam situasi ambivalen,
kadang ibu hamil mengatakan betapa bahagianya akan menjadi
seorang ibu, namun tidak jarang merasa khawatir jika ada
masalah dalam kehamilannya, khawatir ada kemungkinan

115
kehilangan kecantikan, bayinya tidak normal petugas kesehatan
sebaiknya memahami keadaan ibu hamil (Yuni Kusmiyati, Heni
Puji Wahyuningsih, 2009).
Kebutuhan psikologis ibu hamil adalah sebagai berikut
(Yuni Kusmiyati, Heni Puji Wahyuningsih, 2009)
1. Support Keluarga
Seluruh anggota keluarga dilibatkan dalam proses
kehamilan. Dukungan diberikan dalam bentuk perhatian,
pengertian, kasih sayang pada ibu hamil, terutama dari
suami, anak jika sudah mempunyai anak dan keluarga-
keluarga dan kerabat. Hal ini untuk membantu ketenangan
jiwa ibu hamil.
2. Support Tenaga Kesehatan
Memberikan pendidikan, pengetahuan dari awal
kehamilan sampai akhir kehamilan yang berbentuk
konseling, penyuluhan, dan pelayanan-pelayanan kesehatan
lainnya. Bidan berperan sebagai motivator yang memberi
support dan dukungan moral pada saat perubahan dan
adaptasi psikologis ibu hamil.
3. Rasa Aman dan nyaman
Selama kehamilan diungkapkan bahwa orang yang
paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya ialah
suami. Wanita hamil yang diberi perhatian dan kasih sayang
oleh suaminya menunjukkan terjadi penurunan gejala emosi
dan fisik, komplikasi persalinan, dan lebih mudah
melakukan penyesuaian selama masa nifas.
4. Persiapan menjadi orang tua
Menjadi orangtua merupakan hal yang penting untuk
dipersiapkan, karena setelah bayi lahir banyak perubahan
peran yang terjadi, mulai dari ibu, ayah, dan keluarga. Bagi
pasangan yang baru pertama mempunyai anak, persiapan
dapat dilakukan dengan banyak berkonsultasi dengan orang
yang mampu untuk membagi pengalamannya dan
memberikan nasihat mengenai persiapan menjadi orang tua.
Bagi pasangan yang sudah mempunyai lebih dari satu anak,
dapat belajar dari pengalaman mengasuh anak sebelumnya.

116
Selain persiapan mental, yang tak kalah pentingnya adalah
persiapan ekonomi, karena bertambahanggota maka
bertambah pula kebutuhannya.
5. Persiapan Sibling Persiapan sibling
Perempuan yang mempunyai anak pertama atau
kehamilan para gravidum, yaitu persiapan anak untuk
menghadapi kehadiran adiknya:
a. Support anak untuk ibu (wanita hamil) menemani ibu saat
konsultasi dan kunjungan saat perawatan akhir
kehamilan untuk proses persalinan.
b. Apabila tidak dapat beradaptasi dengan baik dapat terjadi
kemunduran perilaku, misalnya mengisap jari, ngompol,
nafsu makan berkurang, rewel.
c. Intervensi yang dapat dilakukan misalnya memberikan
perhatian dan perlindungan tinggi dan ikut dilibatkan
dalam persiapan menghadapi kehamilan dan persalinan.
Adaptasi sibling tergantung dari perkembangan anak bila
usia kurang dari 2 tahun: Belum menyadari kehamilan
ibunya, belum mengerti penjelasan. usia 2-4 tahun: mulai
berespon pada fisik ibu. Usia 4-5 tahun: senang melihat
dan meraba pergerakan janin. Usia sekolah: dapat
menerima kenyataan, ingin mengetahui terjadinya
kehamilan dan persalinan.

117
DAFTAR PUSTAKA

Corry, P. et al. (2016) ‘Hubungan Pola Makan Dan Kecukupan


Istirahat Tidur Dengan Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil
Di Wilayah Kerja Puskesmas Biromaru Pe-18999-1-Pb’, Jurnal
Kesehatan Tadu, 2(1), pp. 68–75.

Ersila, W., Zuhana, N. and Prafitri, L. D. (2020) ‘Analisis Faktor Yang


Berhubungan Dengan Pelaksanaan Pemenuhan Kebutuhan
Dasar Pada Ibu Hamil Di Kabupaten Pekalongan’, Jurnal
Ilmiah Kesehatan Keperawatan, 16(1), p. 68. doi:
10.26753/jikk.v16i1.444.

Kuswanti, I. (2014) Asuhan Kebidanan. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Mongi, T. (2022) ‘Pengaruh senam hamil terhadap kualitas tidur


pada ibu hamil trimester II dan III di Puskesmas Kema
Minahasa Utara’, J Kedokt Kom Tropik. 2022;10(2):441-448 *,
10(2), pp. 441–448.

Ni Putu Aryani, Baik Ricca, Susilia Idyawati, Nurul Hikmah Annisa,


M. Y. (2022) ‘Kebutuhan dasar ibu hamil’, Doppler, 6(2), pp.
36–49. Available at:
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/7889-Article Text-
25560-1-10-20221031.pdf.

Nurwening Tyas, Harry Sumasto, Supardi, B. J. (2020) Kebutuhan


Dasar Manusia. Poltekkes Kemenkes Surabaya Kampus
Magetan.

Yulizawati, B. (2017) Buku Ajar Asuhan Kehamilan Pada Kehamilan.

Yuni Kusmiyati, Heni Puji Wahyuningsih, S. (2009) Asuhan


Kehamilan. Fitramaya.

118
BIODATA PENULIS

Nama Lengkap dan Gelar


akademik, Olkamien Jesdika
Longulo, Amd.Keb., Skep.Ns.,
MSc., lahir di Ensa, 4 April 1969.
Menyelesaikan DIII Keperawatan
Depkes Manado 1991, DIII
Kebidanan Minasaupa 2014,
Profesi Ners FK UNHAS 2002, S2
Ilmu Kedokteran Klinik –Maternal
Perinatal FK UGM 2010. Bekerja di
Poltekkes Kemenkes Palu.

119
BAB Melaksanakan
Asuhan Kehamilan

10 * Bdn. Siti Zakiah Zulfa, S.ST.,


M.Keb*

120
A. Pendahuluan
Asuhan kehamilan merupakan asuhan yang
mengutamakan kesinambungan pelayanan (continuity of care),
sangat penting bagi seorang wanita untuk mendapatkan
pelayanan dari sesorang yang profesional yaitu bidan, selaku
tenaga profesional, sebab dengan begitu maka perkembangan
kondisi wanita yang mengalami proses kehamilan setiap saat
akan terpantau dengan baik selain juga wanita menjadi lebih
percaya dann terbuka karena merasa sudah mengenal si pemberi
asuhan pada masa kehamilannya. Angka Kematian Ibu (AKI)
adalah salah satu dari sekian indikator yang digunakan untuk
melihat derajat kesehatan perempuan (Rismalinda, 2015),
(Rachmawati et al., 2017).
Asuhan kebidanan komprehensif adalah salah satu
bentuk penatalaksanaan untuk penanggulangan deteksi dini
risiko ibu hamil, sehingga dapat menurunkan Angka Kematian
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Asuhan tersebut
meliputi pengawasan, perawatan dan penatalaksanaan ibu
hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas dan keluarga berencana
(Varney et al., 2010).

B. Asuhan Kebidanan Kehamilan


1. Lingkup Asuhan Kehamilan
Dalam memberikan asuhan kepada ibu hamil, bidan
harus memberikan pelayanan secara komprehensif atau
menyeluruh. Ada 15 lingkup asuhan kebidanan pada ibu
hamil meliputi :
a. Mengumpulkan data riwayat kesehatan dan kehamilan
serta menganalisis tiap kunjungan/pemeriksaan ibu
hamil.
b. Melaksanakan pemeriksaan fisik secara sistematis dan
lengkap.
c. Melakukan penilaian pelvik, ukuran dan struktur
panggul.

121
d. Menilai keadaan janin selama kehamilan termasuk denyut
jantung janin dengan fetoskop/pinard dan gerakan janin
dengan palpasi.
e. Menghitung usia kehamilan dan hari perkiraan lahir
(HPL).
f. Mengkaji status nutrisi dan hubungan dengan
pertumbuhan janin.
g. Mengkaji kenaikan berat badan ibu dan hubungannya
dengan komplikasi.
h. Memberi penyuluhan tanda-tanda bahaya dan bagaimana
menghubungi bidan.
i. Melakukan penatalaksanaan kehamilan dengan anemia
ringan, hiperemesis gravidarum tingkat I, abortus iminen
dan preeklampsia ringan.
j. Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara mengurangi
ketidaknyamanan kehamilan.
k. Memberi Imunisasi TT bagi ibu hamil
l. Mengidentifikasi atau mendeteksi penyimpangan
kehamilan normal dan penanganannya termasuk rujukan
tepat pada: kurang gizi, pertumbuhan janin tidak adekuat,
PEB dan hipertensi, perdarahan pervaginam, kehamilan
ganda aterm, kematian janin, oedema yang signifikan,
sakit kepala berat, gangguan pandangan, nyeri
epigastrium karena hipertensi, KPSW, Persangkaan
Polihidramnion, DM, kelainan kongenital, hasil
laboratorium abnormal, kelainan letak janin, infeksi ibu
hamil seperti infeksi menular seksual,vaginitis, infeksi
saluran kencing.
m. Memberikan bimbingan dan persiapan persalinan,
kelahiran dan menjadi orang tua.
n. Bimbingan dan penyuluhan tentang perilaku kesehatan
selama hamil seperti nutrisi, latihan, keamanan, kebiasaan
merokok.
o. Penggunaan secara aman jamu atau obat-obatan
tradisional yang tersedia.

122
2. Tujuan Asuhan Kehamilan
Tujuan asuhan kehamilan yang harus di upayakan
oleh bidan melalui asuhan antenatal yang efektif adalah :
a. Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik mental
sosial ibu dan bayi dengan pendidikan kesehatan, gizi,
kebersihan diri, dan proses kelahiran bayi.
b. Mlakukan deteksi abnormalitas atau komplikasi
c. Penatalaksanaan komplikasi medis, bedah, atau obstetri
selama kehamilan.
d. Merencenakan persiapan persalinan serta kesiapan
menghadapi komplikasi
e. Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan
sukses, menjalankan nifas normal dan merawat anak
secara fisik, psikologis dan sosial
f. Mempersiapkan rujukan apabila diperlukan.

3. Filosofi asuhan kehamilan


Filosofi kebidanan dalam asuhan antenatal adalah nilai
atau keyakinan atau kepercayaan yang mendasari bidan
untuk berperilaku dalam memberikan asuhan kehamilan.
Pada prinsipnya filosofi asuhan kehamilan merujuk pada
filosofi bidan, meliputi sebagai berikut :
a. Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah
(normal) dan bukan proses patologis, tetapi kondisi
normal dapat menjadi patologi/abnormal.
b. Setiap perempuan berkepribadian unik, di mana terdiri
atas biopsikososial yang berbeda, sehingga dalam
memperlakukan klien satu dengan yang lainnya juga
berbeda dan tidak boleh disamakan
c. Mengupayakan kesejahteraan perempuan dan bayi baru
lahir. Ini dapat dilakukan dengan berbagai upaya baik
promosi kesehatan melalui penyuluhan atau konseling,
maupun dengan upaya preventif misalnya pemberian
imunisasi TT ibu hamil dan tablet tambah darah.

123
d. Perempuan mempunyai hak memilih dan memutuskan
tentang kesehatan, siapa dan di mana mendapatkan
pelayanan kesehatan.
e. Fokus asuhan kebidanan adalah untuk memberikan
upaya preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan
kesehatan).
f. Mendukung dan menghargai proses fisiologi, intervensi
dan penggunaan teknologi dilakukan hanya atas
indikasi.Membangun kemitraan dengan profesi lain
untuk memberdayakan perempuan.

4. Standar Asuhan Kehamilan


Standar mencerminkan norma, pengetahuan dan
tingkat kinerja yang telah disepakati oleh profesi. Penerapan
standar pelayanan akan sekaligus melindungi masyarakat
karena penilaian terhadap proses dan hasil pelayanan dapat
dilakukan atas dasar yang jelas. Kelalaian dalam praktek
terjadi bila pelayanan yang diberikan tidak memenuhi
standar dan terbukti membahayakan.
Standar asuhan kehamilan menurut Lalita (2013),
terdiri dari :
a. Standar 1 : Identifikasi ibu hamil
Melakukan kunjungan rumah dengan berinteraksi
dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan
penyuluhan dan memotivasi ibu hamil, suami dan
anggota keluarganya agar mendorong ibu hamil untuk
memerikskan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
b. Standar 2 : Pemeriksaan dan pemantauan antenatal
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan pelayanan
antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis dan
pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai
apakah perkembangan berlangsung normal.
c. Standar 3 : Palpasi abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama
dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia
kehamilan, serta bila umur kehamilan bertambah,

124
memeriksa posisi, bagian terendah janin, dan masuknya
kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari
kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
d. Standar 4 : Pengelolaan anemia pada kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan,
penanganan dan atau rujukan semua kasus anemia pada
kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
e. Standar 5 : Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan
Bidan menentukan secara dini setiap kenaikan tekanan
darah pada kehamilan dan mengenali tanda-tanda serta
gejala preeklampsia lainnya, serta mengambil tindakan
yang tepat dan merujuknya.
f. Standar 6 : Persiapan persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil,
serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk
memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih, dan
aman serta suasana yang menyenangkan akan
direncanakan dengan baik, disamping persiapan
transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba
terjadi gawatdarurat. Bidan hendaknya melakukan
kunjungan rumah untuk hal ini (Lalita et al., 2019).

5. Manajemen Asuhan Kebidanan Kehamilan


a. Pengkajian data
Data pada ibu hamil yang harus dikumpulkan,
meluputi: biodata/ identitas baik ibu maupun suami, data
subjektif dan data objektif.
1) Data subjektif
Menurut Kepmekes RI nomor 938 tahun 2007,
data subjektif yang harus dikumpulkan dari ibu hamil,
antara lain:
a) Riwayat kehamilan sekarang, meliputi: HPHT
(Hari Pertaama Haid Terakhir) dan menghitung
HPL (Hari Perkiraan Lahir) menggunakan rumus
Neagle yaitu HPHT +7 hari -3 bulan +1 tahun
(Sulistyawati, 2012), gerakan janin pertama kali

125
dirasakan, tanda-tanda bahaya atau penyulit
kehamilan, keluhan umum lainnya, obat/jamu
yang pernah dikonsumsi, serta kekhawatiran ibu.
Ibu harus waspada dan segera mencari pertolongan
apabila mendapati tanda-tanda bahaya pada
kehamilan trimester 3, yaitu perdarahan
pervaginam, sakit kepala yang hebat, 17
penglihatan kabur, pembengkakan pada wajah dan
jari-jari tangan, keluar cairan pervaginam, gerakan
janin kurang atau tidak terasa, serts nyeri perut
yang hebat (Sulistyawati, 2012).
Untuk melakukan deteksi dini ibu risiko tinggi, tenaga
kesehatan khususnya bidan sebaiknya melakukan
skrining pada ibu hamil dengan menggunakan
kartu skor “Poedji Rochjati” (terlampir). Dengan
melakukan skrining diharapkan ibu hamil risiko
tinggi dapat terdeteksi lebih awal sehingga dapat
melakukan rujukan yang terencana. Hal lain yang
perlu dikaji mendalam adalah keluhan yang
dirasakan ibu selama kehamilan trimester ketiga,
seperti sesak nafas, pusing, keputihan, sering
kencing, konstipasi atau sembelit, rasa pegal di
punggung, serta kram bahkan mati rasa pada
tangan dan kaki. Keluhan sesak nafas sering
muncul dikarenakan pada 32 minggu ke atas, usus-
usus tertekan uterus yang membesar ke arah
diafragma sehingga diafragma kurang leluasa
bergerak mengakibatkan kebanyakan wanita hamil
mengalami kesulitan bernafas. Selain itu,
hemodilusi penambahan volume darah sekitar 25%
dengan puncak pada usia kehamilan 32 minggu,
setelah 34 minggu massa eritrosit terus meningkat
sehingga menyebabkan penyaluran oksigen pada
wanita dengan hamil lanjut mengeluh sesak nafas
dan pendek nafas (Munir et al., 2023). Keluhan lain
yang sering muncul adalah keluhan sering kencing.

126
Hal ini dikarenakan pada akhir kehamilan janin
mulai turun ke pintu atas panggul sehingga mulai
menekan kandung kencing (Munir et al., 2023).
Adapun keluhan rasa pusing dan lelah dalam
kehamilan merupakan gejala fisiologis yang
umumnya dijumpai, meningkatnya gerakan
braxtin hicks serta peningkatan frekuensi berkemih
dapat mengganggu tidur, sehingga menimbulkan
pusing dan rasa lelah (Hollingworth & Rymer,
2011).
b) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu,
meliputi: jumlah kehamilan, jumlah kelahiran/
anak hidup, jumlah keguguran, jumlah kelahiran
premature, riwayat kehamilan (gemelli, plasenta
previa), riwayat persalinan (spontan, section
Caesar, forsep, vakum), berat bayi yang dilahirkan,
kondisi bayi, komplikasi kehamilan, persalinan dan
nifas (perdarahan, tekanan darah tinggi, demam),
tempat persalinan terdahulu.
c) Riwayat kesehatan/penyakit ibu dan keluarga,
meliputi: anemia, penyakit jantung, hipertensi, DM
(diabetes militus), TBC (tuberculosis), ginjal, asma,
epilepsi, hati, malaria, penyakit kelamin,
HIV/AIDS.
d) Riwayat sosial ekonomi, meliputi: riwayat
perkawinan (status perkawinan, perkawinan ke,
umur ibu saat perkawinan dan lama perkawinan),
penggunaan alat kontrasepsi KB (jenis metode yang
dipakai, lama pemakaian, tenaga dan tempat saat
pemasangan dan berhenti, serta keluhan/ alasan
berhenti), respon ibu dan keluarga terhadap
kehamilan, dukungan keluarga, pengambilan
keputusan dalam keluarga, gizi yang dikonsumsi
dan kebiasaan makan, kebiasaan hidup sehat,
beban kerja, tempat dan penolong persalinan yang
diinginkan, penghasilan keluarga.

127
e) Imunisasi TT
f) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari meliputi:
pola nutrisi (makan dan minum), eliminasi (BAB
dan BAK), personal hygiene, aktivitas dan istirahat.
g) Riwayat psikologi.
Trimester III merupakan periode penantian dengan
penuh kewaspadaan. Perubahan psikologi yang
terjadi saat trimester III antara lain meliputi merasa
tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat
waktu; takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang
timbul pada saat melahirkan, khawatir akan
keselamatannya; khawatir bayi akan dilahirkan
dalam keadaan tidak normal; merasa sedih karena
akan terpisah dari bayinya; merasa kehilangan
perhatian; perasaan mudah terluka (sensitif); serta
libido menurun (Sulistyawati & Khasanah, 2019).

2) Data objektif
Menurut (Muslihatun, 2010), data objektif yang
harus dikumpulkan dari ibu hamil, meliputi:
a) Pemeriksaan fisik ibu hamil
(1) Keadaan umum, meliputi: tingkat energi,
keadaan emosi dan postur badan ibu selama
pemeriksaan, TB dan BB. Tiap trimester terjadi
kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg,
penambahan berat badan dari mulai awal
kehamilan sampai akhir kehamilan adalah 8-
12,5 kg.
(2) Tanda-tanda vital: tekanan darah, suhu badan,
frekuensi denyut nadi dan pernafasan.
(3) Kepala dan leher, meliputi: edema wajah,
cloasma gravidarum, mata (konjungtiva
pucat/tidak, warna sklera), mulut (rahang
pucat/tidak, kebersihan, keadaan gigi, karies,
karang gigi, tonsil), leher: pembesaran kelenjar
tiroid, pembuluh limfe.

128
(4) Payudara, meliputi: bentuk dan ukuran,
hiperpigmentasi areola, keadaan putting susu,
kolostrum, retraksi, massa, pembesaran kelenjar
limfe.
(5) Abdomen, meliputi: adanya bekas luka,
hiperpigmentasi (linea nigra, striae
gravidarum), auskultasi denyut jantung janin
dengan fetoskop, tinggi fiundus uteri (TFU),
palpasi abdomen untuk mengetahui letak,
presentasi, posisi dan penurunan kepala janin.
Pada kehamilan cukup bulan ukuran Rahim
membesar akibat hipertropi dan hiperplasi otot
polos Rahim. Jika penambahan ukuran tinggi
fundus uteri per tiga jari, maka dapat dicermati
pada usia kehamilan 28 minggu: 3 jari diatas
pusat atau 1/3 jarak antara pusat ke prosesus
xifoideus. Pada usia kehamilan 32 minggu: ½
jarak pusat dan prosesus xifoideus. Kemudian,
usia kehamilan 36 minggu: 3 jari di bawah
prosesus xifoideus. Selanjutnya, usia kehamilan
40 minggu: ½ pusat dan prosesus xifoideus
(Kusmiyati, 2010).
(6) Ekstremitas, meliputi: edema tangan dan kaki,
pucat pada kuku, varises, refleks patella.
(7) Genetalia, meliputi: luka, varises, cairan (warna,
konsistensi, jumlah, bau), keadaan kelenjar
bartholini (pembengkakan, cairan, kista), nyeri
tekan, hemoroid, kelainan lain.
(8) Inspekulo/periksa dalam, meliputi: keadaan
serviks (cairan/darah, luka, pembukaan),
keadaan dinding vagina (cairan/darah, luka).
(9) Punggung, ada kelainan bentuk atau tidak.
Dalam keadaan hamil sistem musculoskeletal
banyak mengalami perubahan, dalam hal ini
terjadi lordosis yang disebabkan pembesaran

129
uterus sebagai kompensasi posisi anterior
menyesuaikan gravitasi ke ekstremitas bawah.
b) Pemeriksaan laboratorium
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang
dilakukan oleh ibu hamil adalah pemeriksaan
melalui sample urin maupun darah. Pemeriksaan
sampel urin pada ibu hamil khususnya ibu hamil
trimester 3 antara lain untuk keperluan
pemeriksaan protein urin dan glukose urin.
Pemeriksaan darah pada ibu hamil trimester 3,
antara lain bertujuan untuk memeriksa golongan
darah, hemoglobin, hematokrit darak, faktor resus,
rubella, dan HIV.

b. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah serta


menetapkan kebutuhan
Dalam melakukan identifikasi terhadap diagnosis,
masalah, dan kebutuhan pasien harus berdasarkan data-
data yang telah dikumpulkan. Langkah awal dari
perumusan diagnosis atau masalah adalah pengolahan
data dan analisis dengan menggabungkan data satu
dengan lainnya sehingga tergambar fakta (Sulistyawati,
2012).
Menurut Sulistyawati (2012) pada langkah ini
terbagi menjadi tiga bagian, yaitu menentukan diagnosis,
masalah dan kebutuhan. Pertama, untuk menentukan
diagnosis perlu ditunjang data-data paritas, usia
kehamilan dalam minggu, keadaan janin, dan normal atau
tidaknya kondisi kehamilan. Kedua, masalah sering
berhubungan dengan bagaimana ibu mengalami
kenyataan terhadap diagnosisnya. Selama pelaksanaan
asuhan kebidanan pada ibu hamil, biasanya bidan akan
menemukan suatu kondisi dari pasien melalui proses
pengkajian yang membutuhkan suatu penatalaksanaan
tertentu. Ketiga, dalam menentukan kebutuhan pasien
berdasarkan keadaan dan masalahnya.

130
Berikut beberapa kebutuhan dasar ibu hamil
trimester III antara lain
1) Kebutuhan Oksigenasi
Kebutuhan oksigenasi wanita hamil meningkat
kira-kira 20% sehingga untuk memenuhi
kebutuhannya itu, wanita hamil selalu bernapas lebih
dalam. Pada kehamilan 32 minggu atau lebih, tidak
jarang wanita mengeluh sesak napas dan pendek
napas karena diafragma sulit bergerak akibat
membesarnya uterus. Untuk memenuhi kebutuhan
oksigen ini, dapat dilakukan senam pernapasan
(Yulaikhah, 2008).
2) Nutrisi
Widya Karya Pangan dan Gizi Nasional
menganjurkan pada ibu hamil untuk meningkatkan
asupan energinya sebesar 285 kkal per hari. Tambahan
energi ini bertujuan untuk memasok kebutuhan ibu
dalam memenuhi kebutuhan janin. Asupan gizi ibu
hamil didapatkan dengan mengkonsumsi makanan
yang mengandung protein, zat besi, asam folat,
kalsium, vitamin dan minum cukup cairan (menu
seimbang) (Sulistyawati, 2010).
3) Eliminasi (BAB/BAK)
Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil
berkaitan dengan eliminasi adalah konstipasi dan
sering buang air kemih. Tindakan pencegahan yang
dapat dilakukan adalah dengan mengkonsumsi
makanan tinggi serat dan banyak minum air putih,
terutama ketika lambung dalam keadaan kosong.
4) Mobilisasi dan Body Mekanik
Keluhan yang sering muncul dari perubahan ini
adalah rasa pegal di punggung dan kram kaki ketika
tidur malam hari. Untuk mencegah dan mengurangi
keluhan ini perlu adanya sikap tubuh yang baik.
Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah
hendaknya ibu hamil memakai sepatu dengan hak

131
rendah/ tanpa hak dan jangan terlalu sempit; posisi
tubuh saat mengangkat beban, yaitu dalam keadaan
tegak dan pastikan beban terfokus pada lengan; tidur
dengan posisi kaki ditinggikan; duduk dengan posisi
punggung tegak; hindari duduk atau berdiri terlalu
lama (ganti posisi secara bergantian untuk mengurangi
ketegangan otot) (Sulistyawati, 2010).

c. Penatalaksanaan asuhan yang menyeluruh dan


melakukan evaluasi
Pelaksanaan dilakukan oleh bidan, sebagian oleh
klien sendiri atau petugas kesehatan lainnya. Walaupun
bidan tidak melaksanakan seluruh asuhan sendiri, tetapi
dia tetap memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya (misalnya memantau rencananya
benarbenar terlaksana). Bila perlu berkolaborasi dengan
dokter misalnya karena adanya komplikasi.
Dasar pemantauan yang dilakukan pada kehamilan
trimester III (usia kehamilan 27-42 minngu) (Irianti, 2013),
diantaranya:
1) Memantau penambahan berat badan berdasarkan
pada IMT ibu
2) Melakukan pemeriksa tekanan darah
3) Melakukan pemeriksa tinggi fundus dan menentukan
berat badan janin
4) Menentukan letak janin dengan palpasi abdominal
5) Melakukan pemeriksaan denyut jantung janin
6) Deteksi terhadap masalah psikologis dan berikan
dukungan selama kehamilan
7) Kebutuhan exercise ibu yaitu senam hamil
8) Deteksi pertumbuhan janin terhambat dengan
pemeriksaan palpasi
9) Mengurangi keluhan akibat ketidaknyamanan yang
terjadi pada trimester III

132
10) Deteksi dini komplikasi yang terjadi pada trimester III
dan melakukan tindakan kolaborasi dan atau rujukan
secara tepat
11) Melibatkan keluarga dalam setiap asuhan
12) Persiapan laktasi
13) Persiapan persalinan
14) Melakukan kolaborasi pemeriksaan USG jika
ditemukan kemungkinan kelainan letak janin, letak
plasenta atau penurunan kesejahteraan janin.
15) Melakukan rujukan jika ditemukan tanda-tanda
patologi pada trimester III Setelah melakukan asuhan
hendaknya dievaluasi apakah asuhan yang diberikan
telah terlaksana dengan efektif dan atau mungkin
sebagian belum efektif.

133
DAFTAR PUSTAKA

Hollingworth, A., & Rymer, J. (2011). OSCEs for the MRCOG Part 2:
A Self-Assessment Guide: A Self-Assessment Guide. CRC Press.

Lalita, E. M. F., Manueke, I., & Alow, G. B. H. (2019). Health


Promotion on Increasing Pregnant Mother’s Knowledge of
Antenatal Care at Manado Community Health Center.
Proceeding 2nd Manado Health Polytechnic International
Conference, 179–183.

Munir, R., ST, S., Kusmiati, M., ST, S., Zakiah, L., ST, S., Lestari, F.,
ST, S., Rahmadini, A. F., & ST, S. (2023). BUKU AJAR ASUHAN
KEBIDANAN KEHAMILAN. Penerbit Lakeisha.

Muslihatun, W. N. (2010). Asuhan neonatus bayi dan balita.


Yogyakarta: Fitramaya, 10–11.

Rachmawati, D., Andarini, S., & Ningsih, D. K. (2017). Pengetahuan


keluarga berperan terhadap keterlambatan kedatangan pasien
stroke iskemik akut di Instalasi Gawat Darurat. Jurnal
Kedokteran Brawijaya, 369–376.

Rismalinda. (2015). Buku ajar asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta :


CV. Trans Info Media.

Sulistyawati, W., & Khasanah, N. A. (2019). Asuhan Kebidanan


Pada Ibu Hamil Dengan Anemia Dan Faktor Yang
Melatarbelakangi. Prosiding Seminar Nasional, 201–207.

Varney, H., Kriebs, J. M., & Carolyn, L. G. (2010). Buku Ajar Konsep
Kebidanan (Edisi Bahasa Indonesia). Jakarta: ECG.

134
BIODATA PENULIS

Bdn. Siti Zakiah Zulfa, S.ST.,


M.Keb, lahir di Stabat, 10 Februari
1994. Saat ini aktif sebagai dosen
Program Studi Sarjana Kebidanan
dan Profesi Bidan di STIKes
Payung Negeri Pekanbaru.
Menyelesaikan studi Profesi Bidan
di Universitas Fort De Kock
(UFDK) Bukit Tinggi pada tahun
2023, menyelesaikan studi
Magister Kebidanan pada tahun
2021 dan Diploma IV Kebidanan
pada tahun 2016 di Universitas
’Aisyiyah Yogyakarta (UNISA),
dan menyelesaikan Diploma III Kebidanan di STIKes ’Aisyiyah
Yogyakarta pada tahun 2014. Pembaca dapat menghubungi
penulis melalui e-mail: zakiahzlf@gmail.com

135
BAB Melaksanakan Deteksi
Dini Terhadap

11
Komplikasi Ibu dan
Janin

*Dr. Anna Veronica Pont, SKM., SH., MM., MH *

136
A. Pengertian
1. Deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan adalah
melakukan upaya penjaringan mencari dan menemukan
penyimpangan- penyimpangan yang terjadi selama
kehamilan secara dini. Tindakan Deteksi dini merupakan
penemuan yang mengarah pada ibu hamil yang mengalami
risiko supaya dapat ditangani dengan baik sehingga angka
kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas)
dapat dicegah (Rinata, 2019)
2. Salah satu tugas yang dilakukan oleh bidan untuk
mengidentifikasi kehamilan berisiko tinggi adalah deteksi
dini faktor risiko kehamilannya (Ismayanty et al., 2019).
3. Kehamilan risiko tinggi menurut Poedji Rochjati adalah
faktor risiko kehamilan dengan satu atau lebih , baik dari
pihak ibu maupun janinnya yang memberi dampak kurang
baik, dapat risiko kegawatan tapi tidak darurat (Nuraisya,
2018)

B. Pendekatan Faktor Risiko Yang Digunakan di Indonesia


Beberapa pendekatan faktor risiko untuk mencegah
kematian maternal sudah dikembangkan di Indonesia. Faktor 4
terlalu dan 3 terlambat merupakan konsep faktor risiko yang
sudah dikenal cukup lama di Indonesia. Begitu juga dengan
Kartu Skor Poedji Rochjati telah digunakan secara umum di
Surabaya untuk mendeteksi secara dini faktor risiko pada
kehamilan yang dapat berpengaruh buruk pada ibu hamil
maupun janin yang dikandungnya. Faktor empat terlalu sudah
masuk dalam Kartu Skor Poedji Rochjati (Widarta et al., 2015)
Beberapa ahli berpendapat bahwa diluar negeri ada
faktor 4 terlambat yang mempengaruhi kematian maternal.
Faktor 4 terlambat itu adalah: terlambat mendeteksi tanda
bahaya, terlambat mengambil keputusan merujuk, terlambat
sampai di tempat rujukan, dan terlambat mendapatkan
pertolongan di tempat rujukan. Pada keterlambatan mendeteksi
masalah diantisipasi dengan melakukan edukasi kepada ibu
hamil dan keluarganya, sehingga dapat mengenali tanda

137
bahaya. Keterlambatan dalam mengambil keputusan
diantisipasi dengan mengubah cara pengambilan keputusan.
Memperbaiki sistem transportasi sehingga akses ke pusat
pelayanan kesehatan dapat lebih mudah dan cepat dan tidak
terjadi lagi keterlambatan sampai di tempat rujukan (Widarta et
al., 2015)

C. Tanda-Tanda Bahaya Pada Kehamilan


Bidan harus menjelaskan kepada ibu pada setiap
kunjungan antenatal bagaimana tanda-tanda bahaya diketahui,
dan dianjurkan untuk datang ke klinik dengan segera jika ia
mengalami tanda-tanda bahaya. Akan tetapi sebaiknya jika
diberikan penyuluhan tidak hanya kepada ibu juga anggota
keluarganya, khususnya pengambil keputusan utama, sehingga
ibu akan didampingi untuk mendapatkan asuhan. Enam (6)
tanda-tanda bahaya selama periode antenatal (Insani et al., 2019)
1. Perdarahan pervaginam.
2. Sakit kepala yang hebat, menetap yang tidak hilang.
3. Perubahan visual secara tiba-tiba (“pandangan kabur”,
“rabun senja”).
4. Nyeri abdomen yang hebat.
5. Bengkak pada muka atau tangan.
6. Bayi kurang bergerak seperti biasa.

Bila bidan mendeteksi suatu tanda bahaya, langkah


selanjutnya adalah melaksanakan pemeriksaan detail dan teliti
untuk membuat suatu assesmen/diagnosis dan membuat suatu
rencana penatalaksanaan yang tepat (Widarta et al., 2015).

D. Deteksi Dini dan Komplikasi Kehamilan


Menurut (Rinata, 2019), tenaga kesehatan dapat
menggunakan alat bantu dalam mengidentifikasi faktor risiko
dan komplikasi kehamilan sehingga dapat memberikan
informasi dan saran yang tepat. Alat bantu yang dikenal dengan
Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

138
Kategori Gambaran
Kehamilan normal • Ibu : Keadaan umum baik
• Tensi: < 140/90 mmHg
• Pertambahan BB sesuai,
minimal 8 kg selama
kehamilan ( 1 kg tiap
bulan) atau sesuai IMT
ibu
• hanya pada ekstrimitas
edema
• BJF 120-160 kali/menit
• Setelah usia kehamilan
18-20 minggu hingga
melahirkan gerakana
janin dapat dirasakan
• Tidak ada kelainan
riwayat obstetri
• Usia kehamilan sesuai
dengan ukuran uterus
• Batas normal
pemeriksaan fisik dan
Laboratorium
Masalah khusus pada masa Keluarga dengan masalah,
kehamilan masalah psikososial, KDRT,
kebutuhan finansial, dll
Masalah kesehatan dalam Riwayat pada kehamilan
kehamilan yang sebelumnya :
membutuhkan rujukan untuk • Janin atau neonatus mati
konsultasi dan atau kerjasama • Keguguran ≥ 3x
penanganannya • Bayi < 2500 gr atau
>4500gr
• Hipertensi
• Pembedahan pada organ
reproduksi
• Kehamilan saat ini :
kehamilan ganda, Usia

139
ibu < 16 atau >40 tahun
.Rh (-) .
Hipertensi,Penyakit
jantung, Penyakit ginjal ,
DM, malaria, HIV, sifilis,
TBC, Anemia berat ,Drug
& alcohol abuse, LILA
<23,5 cm, TB <145 cm,
• Kenaikan BB <1 kg atau
>2 kg tiap bulan/tidak
sesuai IMT, TFU tidak
sesuai UK, PJT, ISK,
penyakit kelamin,
malposisi/ malpresentasi
, Gangguan kejiwaan, dll
Kehamilan dengan kondisi • Perdarahan,
kegawatdaruratan yang preeklampsia, eklampsia,
membutuhkan rujukan segera KPD, gawat janin, atau
kondisi
kegawatdaruratan lain
yang mengancam ibu dan
bayi

Komplikasi diidentifikasi dan dilakukan Rujukan untuk


masalah kesehatan/komplikasi kehamilan yang membutuhkan
rujukan, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Rujuk untuk konsultasi ke dokter : Bantu ibu untuk
menentukan pilihan yang tepat untuk konsultasi (dokter
SpOG)
2. Kartu ke sehatan ibu hamil dan surat rujukan dilampirkan
3. Ibu diminta untuk kembali setelah konsultasi dan membawa
surat dengan hasil rujukan
4. Pemantauan kondisi ibu dan bayi diteruskan selama
kehamilan 5) Perencanaan dilakukan sedini mungkin jika ibu
perlu bersalin di faskes rujukan: disepakati rencana
kelahiran dengan pengambilan keputusan

140
5. Dipersiapkan/mengatur transportasi ke tempat persalinan,
terutama pada malam hari atau selama musim hujan
6. Pendanaan direncanakan untuk biaya transportasi dan
perawatan
7. Asuhan bayi dipersiapkan setelah persalinan jika
dibutuhkan

Selama kehamilan dengan kondisi kegawatdaruratan


yang membutuhkan RUJUKAN SEGERA :
1. Di fasilitas kesehatan terdekat di mana tersedia pelayanan
kegawatdaruratan obstetri yang sesuai
2. Transportasi dilakukan sambil menunggu, memberikan
pertolongan awal kegawatdaruratan, jika perlu berikan
pengobatan
3. Cairan infus intravena mulai diberikan
4. Ibu hamil ditemani dan anggota keluarganya
5. Obat dibawa dan kebutuhan-kebutuhan lainnya
6. Catatan medis di bawa atau kartu kesehatan ibu hamil, surat
rujukan dan pendanaan yang cukup

E. Kelainan/Komplikasi Pada Kehamilan Trimester I, II, III

Tanda-tanda Penjelasan Pengumpulan


Bahaya Data/Identifikasi
Perdarahan • Penjelasan Minta ibu
Pervaginam Perdarahan vagina menyebutkan
dalam kehamilan karakteristik
adalah cukup perdarahannya : o
normal. Kapan mulai o
• Pada masa awal Seberapa banyak o
kehamilan, ibu Warnanya apa o
mungkin akan Apakahbergumpal
mengalami /encer dll
perdarahan • Tanyakan ibu
sedikit/spotting apakah ia
(Tanda Hartman) merasakan

141
• Pada awal nyeri/sakit ketika
kehamilan mengalami
perdarahan yang perdarahan
tidak normal • Periksa TTV, DJJ
adalah yang : • Lakukan
Merah , pemeriksaan
Perdarahan eskternal
banyak, • Raba adanya
Perdarahan yang nyeri tekan
sangat abdomen
menyakitkan/ bagian bawah
nyeri • Lakukan
• Perdarahan ini bisa inspeculo (jika
berarti abortus, memungkinka
kehamilan mola, n)
KET • Lakukan
• Pada akhir pemeriksaan
kehamilan eskternal
perdarahan yang • Raba adanya
tidak normal nyeri tekan
adalah yang : abdomen
Merah , Banyak bagian bawah
Kadang-kadang • Lakukan
tapi tidak selalu inspeculo (jika
disertai dengan memungkinka
rasa nyeri n)
• Perdarahan ini bisa • JANGAN
berarti plasenta MELAKUKAN
previa atau solutio PEMERIKSAA
plasenta N DALAM/VT
PADA IBU
DENGAN
KASUS
PERDARAHA
N TRIMESTER
KETIGA

142
Sakit kepala • Sakit kepala selama • Tanyakan pada
hebat kehamilan adalah ibu jika ia
umum dan seringkali mengalami
merupakan edema pada
ketidaknyaman muka/tangan
fisiologis dalam atau masalah
kehamilan visual
• Sakit kepala yang • Periksa TD,
menunjukkan suatu protein urine,
masalah yang serius refleks, edema
adalah : muka dan
• Sakit kepala yang tangan
hebat, menetap dan
tidak hilang dengan
istirahat
• Kadang-kadang
dengan sakit kepala
hebat tsb, ibu juga
merasakan
pandangan matanya
kabur
• Sakit kepala hebat ini
merupakan gejala
dari pre eklampsia
Masalah • Karena pengaruh • Periksa TD,
visual/perub hormonal, protein urine,
ahan ketajaman visual refleks, edema
pandangan ibu dapat berubah muka dan
secara tiba- dalam kehamilan, tangan
tiba perubahan yang
kecil masih normal
• Masalah visual
yang
mengindikasikan
keadaan yang
bahaya adalah :

143
Perubahan visual
mendadak, Mis;
pandangan
kabur/berbayang/
berntik-bintik
• Perubahan visual
ini mungkin
disertai dengan
sakit kepala hebat
• Perubahan visual
mendadak
mungkin
merupakan tanda
pre eklampsia
Bengkak • Edema ialah • Tanyakan pada
pada muka penimbunan cairan ibu apakah ia
dan tangan secara umum dan mengalami
berlebihan dalam sakit kepala /
jaringan tubuh dan masalah visual
biasanya dapat • Periksa edema
diketahui dari • Periksa TD,
kenaikan BB serta protein urine
pembengkakan • Periksa Hb,
kaki, jari tangan conjungtiva,
dan muka dan tanyakan
• Edema pre-tibia tentang
sering ditemukan tanda/gejala
tapi bukan kriteria lain dari anemia
klinis diagnosis pre
eklampsia
• Kenaikan BB 0,5
kg/minggu masih
normal, tetapi bila
kenaikan 1
kg/minggu perlu

144
waspada terhadap
pre eklampsia
• Hampir separuh
ibu-ibu hamil akan
mengalami
bengkak yang
normal pada kaki
yang biasanya
muncul pada sore
hari dan biasanya
hilang setelah
istirahat/mengelev
asikan kaki
• Bengkak bisa
menunjukkan
adanya masalah
serius jika muncul
pada : Muka dan
tangan, Tidak
hilang setelah
istirahat , Diikuti
keluhan fisik lain
• Hal ini merupakan
pertanda anemia,
gagal jantung, pre
eklampsia
• Nyeri abdomen
yang tidak
berhubungan
dengan persalinan
normal adalah
TIDAK NORMAL.
• Nyeri abdomen
yang menunjukkan
bahaya adalah :
Hebat, Menetap,

145
Tidak hilang setelah
istirahat
• Hal ini bisa berarti
appendicitis, KET,
aborsi, PID,
persalinan preterm,
gastritis, UTI dsb
• Ibu mulai
merasakan gerakan
bayinya selama
bulan ke-5 / ke-6,
beberapa

Nyeri • Nyeri abdomen yang • Tanyakan pada


abdomen tidak berhubungan ibu apakah ia
hebat dengan persalinan mengalami
Bayi normal adalah sakit kepala /
TIDAK NORMAL. masalah visual
• Nyeri abdomen yang • Periksa edema
menunjukkan bahaya Periksa TD,
adalah : Hebat, protein urine
Menetap ,Tidak • Periksa Hb,
hilang setelah conjungtiva,
istirahat dan tanyakan
• Hal ini bisa berarti tentang
appendicitis, KET, tanda/gejala
aborsi, PID, lain dari anemia
persalinan preterm, • Tanyakan
gastritis, UTI dsb karakteristik
dari nyerinya
:Kapan,terjadi,
Seberapa hebat,
Kapan mulai
dirasakan
• Tanyakan
apakah ada

146
gejala lain ;
muntah,
demam, diare
• Periksa TTV
Periksa nyeri
tekan
abdomen/rebo
und tenderness
• Periksa protein
urine
Bayi kurang • Ibu mulai • Jika bayi
bergerak merasakan gerakan sebelumnya
seperti bayinya selama bergerak dan
biasanya bulan ke-5 / ke-6, sekarang
beberapa

Kehamilan dengan Komplikasi sebagian besar dapat


dicegah dengan melakukan deteksi dini sejak awal kehamilan.
Kesejteraan dan kesehatan Ibu hamil selalu terjaga melalui
deteksi dini risiko melalui pemeriksaan antenatal yang teratur
dan pertolongan persalinan yang bersih dan aman sehingga
target penurunan AKI dan AKB dapat tercapai. Peningkatkan
mutu dan menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan ibu
serta perinatal di tingkat pelayanan dasar dan pelayanan
rujukan primer, dapat dilakukan dengan mengembangkan
konsep Audit Maternal-Perinatal (AMP) (Nuraisya, 2018)

147
DAFTAR PUSTAKA

Insani, A. A. et al. (2019) ‘Deteksi Dini Komplikasi Kehamilan,


Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Serta Deteksi Dini
Gangguan Pertumbuhan Dan Perkembangan Bayi Dan Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pegambiran Kota Padang’,
Buletin Ilmiah Nagari Membangun, 2(4), pp. 268–280. doi:
10.25077/bina.v2i4.129.

Ismayanty, D. et al. (2019) ‘Pengaruh aplikasi deteksi dini risiko


kehamilan ( DDILAN ) terhadap peningkatan pengetahuan
dan sikap tentang risiko kehamilan to improvement
knowledge and attitudes about the risk of pregnancy’, Jsk,
5(71), pp. 129–133.

Nuraisya, W. (2018) ‘Deteksi Risiko Tinggi Kehamilan Pada


Pelayanan ANC Terpadu di Puskesmas Bendo Kabupaten
Kediri’, Jurnal Kesehatan Andalas, 7(2), p. 240. doi:
10.25077/jka.v7.i2.p240-245.2018.

Rinata, E. (2019) ‘Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pathologi I (


KEHAMILAN )’, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pathologi I (
KEHAMILAN ). doi: 10.21070/2019/978-623-578-11-6.

Widarta, G. D. et al. (2015) ‘Deteksi Dini Risiko Ibu Hamil dengan


Kartu Skor Poedji Rochjati dan Pencegahan Faktor Empat
Terlambat’, Majalah Obstetri & Ginekologi, 23(1), p. 28. doi:
10.20473/mog.v23i1.2100.

148
BIODATA PENULIS

Dr. Dra. Anna Veronica


Pont,SKM, SH., MM, MH lahir
di Manado, 27 Agustus 1959.
Menyelesaikan S1 Di Universitas
Samratulangi Mando, Unismuh
Palu, Universitas Tadulako, S2
Universitas Hasanuddin,
Universitas Tadulako, S3 Hukum
Universitas Hasanuddin. Bekerja
di Poltekkes Kemenkes Palu
Prodi STr.Keb Jurusan Kebidanan

149
BAB Pendokumentasian
Asuhan Kehamilan

12 *Muliani, S.Kep., Ns., M.SC*

150
A. Filosofi dan sejarah asuhan kehamilan
Filosofi kebidanan dalam asuhan kehamilan adalah
sebagai nilai atau keyakinan/kepercayaan yang mendasari
seorang bidan dalam bertindak dan berperilaku untuk
memberikan asuhan pada masa kehamilan, sesuai prosedur
tindakan dan kewenangan dengan memperhatikan aspek social
budaya, emosional, psikologis, spiritual dan hubungan
interpersonal serta kebutuhan klien dengan tetap
mengutamakan keamanan ibu, janin, penolong.

B. Refocusing asuhan kehamilan


Selama masa kehamilan memiliki risiko unuk mengalami
komplikasi kehamilan, yang tidak dapat diprediksi sebelumnya,
sehingga setiap ibu hamil harus mempunyai akses asuhan
kehamilan dan persalinan yang berkualitas. Dalam kondisi ini
focus pemeriksaan Antenatal Care (ANC) perlu diperbaharui
(refocused) agar asuhan kehamilan lebih efektif dan dapat
dijangkau oleh setiap wanita hamil.
Isi refocusing masa kehamilan:
1. Membantu ibu hamil dan keluarga untuk membuat rencana
persalinan
2. Membantu ibu hamil dan keluarga untuk mempersiapkan
dalam menghadapi jika terjadi komplikasi
3. Melakukaan skrining kondisi-kondisi yang memerlukan
persalinan di RS dengan adanya riwayat kehamilan dan
persalinan yang jelek (riwayat SC, IUFD, dll)
4. Mendeteksi dan menangani jika terjadi komplikasi
(perdarahan pervaginam, eclampsia, anemi, PMS dll)
5. Mendeteksi adanya kehamilan ganda pada usia kehamilan
>28 minggu dan adanya presentasi abnormal pada usia
kehamilan 36 minggu)
6. Memberikan pelayanan imunisasi TT untuk mencegah
terjadinya tetanus pada saat kelahiran bayi
7. Memberikan suplementasi zat besi dan asam folat untuk
mencegah terjadinya anemi masa kehamilan.

151
C. Konsep Dasar Pendokumentasian
1. Pengertian Dokumentasi
Dokumnetasi kebidanan adalah sebagai bentuk
catatan otentik dari klien yang dapat dijadikan bukti bila
diperlukan dalam persoalan hokum {Formatting Citation}.

2. Fungsi Dokumentasi
Sebagai alat bukti dan data akurat dalam setiap
peristiwa atau kejadian.

3. Tujuan Pendokumentasian
a. Bentuk dokumen yang sah sebagai sarana komunikasi
antar tenaga kesehatan
b. Untuk memudahkan dalam mengikuti perkembangan
dan evaluasi kesehatan pada klien
c. Sebagai sumber data dalam hal penelitian dan Pendidikan
d. Merupakan sarana bagi bidan sebagai pembela (advocate)
bagi klien dan membantu polisi dalam pengusutan dan
pembuktian seperti pada kasus pemerkosaan atau
penganiayaan lainnya.

4. Manfaat Pendokumentasian Kebidanan


a. Aspek adiministrasi, yaitu sebagai catatan tentang
tindakan bidan berdasarkan wewenang dan
tanggungjawabnya.
b. Aspek hukum, yaitu sebagai jaminan kepastian hukum
atas dasar keadilan.
c. Aspek pendidikan, sebagai data informasi tentang
perkembangan kronologis dan sumber referensi
pembelajaran bagi siswa/profesi.
d. Aspek penelitian, sebagai data dan informasi dalam
penelitian guna pengembangan ilmu pengetahuan.
e. Aspek ekonomi, sebagai dasar bagi penentu kebijakan
dalam penetapan rincian biaya atau keuangan.

152
f. Aspek manajemen, sebagai patokan keberhasilan bidan
dalam memberikan asuhan kebidanan kepada klien.

5. Kelebihan dokumentasi
Metode dokumentasi yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah:
a. Memberi gambaran berbagai informasi pada masa
lampau.
b. Menyajikan informasi mengenai hubungan informasi
pada masa lampau dengan kondisi sekarang.

6. Model Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (Kemenkes,


2019)
a. Problem Oriented Record (POR)
Model pendokumentasian dengan Problem Oriented
Record (POR) yang mengembangkan pencatatan dan
pelaporan dengan menekankan pada klien dan segala
pemecahannya. Pendekatan ini dibuat untuk
memudahkan pendokumentasian berdasarkan catatan
perkembangan yang terintegrasi. Dimana system ini
seluruh petugas kesehtan dapat mencatat hasil
observasinya dari suatu daftar masalah. Pendekatan ini
diperkenalkan pertama kali oleh dr. Lawrence weed dari
Amerika Serikat.
Beberapa komponen por menurut Wildan dan
Hidyat (2009) dalam (Surtinah, 2019) terdiri dari 4
komponen dasar:
1) Data Dasar
Data dasar digunakan sebagai sarana
mengidentifikasi masalah dan mengembangkan daftar
masalah klien, berisi kumpulan dari informasi
subjektif maupun objektif dari hasil kajian saat
pertama kali ibu hamil melakukan pemeriksaan
mencakup: pengkajian kehamilan, riwayat
penyakit/kesehatan, pemeriksaan fisik, pengkajian
gizi maupun data penunjang hasil laboratorium.

153
2) Daftar masalah
Daftar masalah mencerminkan kondisi klien
sebagai daftar inventaris dari masalah yang disusun
berdasarkan skala prioritas. Petugas dapat
mengidentifikasi masalah untuk pertama kalinya dan
memberi catatan waktu kapan masalah tersebut
teratasi.
a) Dafatr masalah berisi tentang masalah yang
teridentifikasi dari data dasar, selanjutnya disusun
sesuai kronologis tanggal identifikasi masalah.
b) Daftar masalah dibuat oleh tenaga Kesehatan yang
kontak pertama kali dengan klien
c) Daftar masalah mencakup masalah fisiologis,
psikologis, spiritual, sosiokultural, tumbuh
kembang, ekonomi dan lingkungan.
d) Daftar masalah ini dicantumkan pada bagian depan
status klien dengan memberi tanggal, nomor sesuai
urutan masalah dan mencantumkan nama petugas
yang menemukan masalah tersebut.

3) Daftar awal rencana


Merupakan tindak lanjut masalah yang telah
teridentiifikasi

4) Catatan perkembangan
Catatan perkembangan sebagai bentuk rekaman
kemajuan klien dalam mengatasi masalah khusus,
perencanaan maupun evaluasi.

Keuntungan dan kerugian POR


1) Lebih menekankan pada masalah dan proses
penyelesaian masalah dibanding tugas dokumentasi.
2) Pencatatan tentang kontinuitas asuhan klien
3) Evaluasi dan pemecahan masalah terdokumentasi
dengan jelas. Data disusun berdasarkan masalah yang
spesifik

154
4) Daftar masalah merupakan checklist untuk diagnose
kebidanan dan masalah klien, membantu
mengingatkan bidan pada masalah yang memerlukan
perhatian khusus.
5) Daftar massalah berbentuk daftas isi sehingga
memudahkan pencarian data

Tabel 12.1 Format pendokumentasian POR


Data Daftar Rencana Catatan
dasar Masalah Tindakan Perkembangan
Data S :
Subjektif O :
………….. A :
P ;
Data
Objektif
…………..

b. Source Oriented Record (SOR)


Menurut Fauziah, Afroh, & Sudaarti (2010) Source
Oriented Record (SOR) adalah model pendokumentasian
system pelayanan kesehatan yang berorientasi pada
sumber informasi. Model ini menempatkan catatan atas
dasar disiplin orang/sumber yang mengelola pencatatan.
Bentuk dokumentasi ini bahwa setiap anggota tim
kesehatan membuat catatan sendiri berdasarkan hasil
observasinya.
Teori SOR dikemukakan oleh Hovland, Janis, dan
Kelly bahwa terdapat stimulus (pesan)-organism
(komunikan/penerima)-respon
Terdapat 5 komponen SOR yaitu: lembar
penerimaan berisi biodata, lembar instruksi dokter,
lembar riwayat medis/penyakit, catatan petugas dan
laporan khusus.

155
Tabel 12.2 Format Pendokumnetasian SOR
Tanggal Waktu Sumber Catatan
Perkembangan
Tgl/ Waktu Bidan Meliputi: pengkajian,
bln/ Tindakan identifikasi masalah,
thn rencana Tindakan,
intervensi,
penyelesaian
masalah, evaluasi
efektivitas Tindakan,
hasil

Bidan
Nama & ttd
Dokter Meliputi: observasi
keadaan klien,
evaluasi kemajuan,
identifikasi masalah
baru dan
penyelesaian, rencana
Tindakan dan terapi
tertentu.
Dokter
Nama & ttd

c. Charting By Exception (CBE)


Charting By Exception (CBE) adalah model
dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif dari
temuan yang menyimpang dari keadaan normal atau
keadaan yang tidak sehat dan mengganggu kondisi
Kesehatan klien. Model ini dianggap lebih efektif dan
efisien untuk mencegah terjadinya duplikasi dalam
memasukkan data, membuat catatan klien lebih nyata,
hemat waktu dan mengakomodir munculnya informasi
terbaru.

156
1) Model dokumentasi CBE terdiri dari 3 komponen
yaitu:
a) Flowsheet berisi penemuan penting dan
menjabarkan indicator pengkajian dan penemuan,
termasuk instruksi dokter an bidan, grafik, catatan
Pendidikan dan pemulangan klien.
b) Dokumentasi sesuai standar praktik kebidanan dan
lebih spesifik dan menguraikan praktik kebidanan
yang harus dilakukan oleh bidan di bangsal
perawatan.
c) Formulir dokumentasi diletakkan di tempat tidur
klien/digantungkan untuk memudahkan
bidan/dokter mengakses rekam medis klien.
2) Keuntungan CBE
Tidak memerlukan waktu yang banyak untuk
mencatat, sehingga waktu yang digunakan untuk
memberikan asuhan langsung pada klien lebih
banyak.

d. Computer Based Patient Record (CPR)


Memasuki era digitalisasi pendokumentasian
dalam bentuk Computer Based Patient Record (CPR)
merupakan pengolahan data berbasis elektronik terkait
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien.
Pendekatan multiagent ini sangat efektif untuk
menangani kompleksitas dari e-medicine. Teknik
pendokumentasian seperti ini berperan dalam
menyimpulkan, menyimpan proses, memberikan
informasi yang diperlukan dalam pelayanan kesehatan,
penelitian dan pendidikan.
Kelebihan dokumnetasi berbasis komputerisasi
sangat membantu kerja bidan atau petugas lainnya lebih
efektif, efisien serta optimal dalam memberikan asuhan.

157
Keuntungan lain adalah meningkatkan pelayanan
pada klien, pengembangan protocol, meningkatkan
penatalaksanaan data dan komunikasi serta meningatkan
proses edukasi dan konseling pada klien. Hal ini memiliki
tingkat akurasi, real time, paperless, serta memudahkan
untuk dilakukan audit.

e. Kardeks
1) Pengertian Kardeks
Kardeks adalah suatu bentuk
pendokumentasian tradisional yang merupakan
sumber informasi klien yang disusun dalam suatu
buku. Dapat pula disebut sistem kartu karena terdiri
dari serangkain kartu berisi informasi penting
mengenai klien, ringkasan problem dan terapinya
yang diperlukan untuk asuhan setiap hari. Kartu ini
dapat disimpan pada indeks file dan mudah
dipindahkan, seperti kartu ibu, kartu bayi, kartu anak,
kartu KB dan sebagainya (Raihanah, 2019)
Menurut Sulistyo-Basuki (1991) bahwa kardeks
sebagai alat untuk mencatat hasil rekaman, majalah
atau terbitan berseri lainnya yang terbuat dari baja dan
dibagi kedalam beberapa laci sesuai kebutuhan.

2) Komponen kardeks meliputi:


a) Data klien: nama, tanggal lahir, alamat, status
perkawinan, status social, agama/kepercayaan.
b) Diagnose kebidanan yang disusun sesuai daftar
prioritas masalah
c) Pengobatan sekarang atau yang sedang dilakukan
seperti: pengobatan dan perawatan saat ini, diet,
terapi intravena, konsultasi
d) Test diagnoostik seperti: jadual dan hasil
pemeriksaan

158
3) Keuntungan (Sulistia, 2019) Model Dokumentasi
Kardeks
a) Memudahkan dalam mengkomunikasikan
informasi yang berguna antar sesama anggota tim
terkait kebutuhan klien yang diperlukan,
b) Memudahkan cara melakukan tindakan
penangulangan,
c) Dapat meningkatkan peran serta klien/keluarga,
serta melakukan tindakan keperawatan tertentu
pada waktu yang tepat.

4) Kerugian
a) Memungkinkan data klien tidak terisi dengan
lengkap,
b) Ruang/tempat untuk menulis rencana kebidanan
bagi klien tidak cukup untuk memasukkan seluruh
masalah klien yang banyak atau data yang
diperlukan dan
c) Tidak up to date.
d) Tidak dibaca oleh bidan sebelum memberikan
pelayanan

D. Rancangan Format Pendokumentasian Asuhan Kehamilan


1. Rancangan Format Pendokumnetasian pada Kehamilan
2. Tehnik Pendokumentasian naratif (Naratif Progres Note)
3. Flow Sheet dan Checklist

159
DAFTAR PUSTAKA

Harefa, E. I. J. (2021). Gambaran Model Pendokumentasian Asuhan


Keperawatan. Jurnal Model Pendokumentasian Keperawatan,
12(2), 1–6. https://osf.io/b56es/download/?format=pdf

Kemenkes, P. P. (2019). Dokumentasi kebidanan 2019.

Mandriwati, dkk. (2018). BUKU ASUHAN KEHAMILAN.pdf.

Raihanah. (2019). Kardeks Pendokumentasian.

Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Acuan Nasional Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta: YP.

Surtinah, N. S. dan N. (2019). Buku Ajar Dokumemtasi Kebidanan.


In Prodi Kebidanan Magetan.

160
BIODATA PENULIS

Muliani, S.Kep., Ns., M.Sc. Lahir di


Macege, pada tanggal 24 Maret 1965.
Menyelesaikan studi S1 Keperawatan +
Ners pada FK Universitas Gadjah Mada
tahun 2003. Menyelesaikan magister
kesehatan pada Ilmu Kedokteran Klinik
Minat Utama Maternal Perinatal pada
Universitas Gadjah Mada tahun 2011.
Saat ini menjadi dosen tetap pada
Poltekkes Kemenkes Palu Jurusan
Kebidanan sejak tahun 2000 hingga sekarang.

161
FORMAT PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
PADA IBU HAMIL(SOAP DAN IMPLEMENTASINYA)

162
163
164
165
166
BAB Pelaksanaan
Program Kesehatan

13 Gigi Pada Ibu Hamil

*Dr. Bambang Sutomo, S.Si.T, M.Kes*

167
A. Kebijakan dan Program Kesehatan gigi
Ada sebuah perkembangan kebijakan secara global yang
sangat berarti di bidang kesehatan gigi. Kebijakan secara global
ini dicetuskan dan dirumuskan pada konferensi ke-6 yang
dilangsungkan di Geneva pada tanggal 14–23 Mei 2007.
Konferensi tersebut dikenal dengan Sixtieth World Health
Assembly. Hasil kesepakatan dalam The Sixtieth World Health
Assembly (WHA-60) tahun 2007, salah satunya telah disepakati
bahwa kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari
kesehatan manusia seutuhnya. Dalam bidang kesehatan gigi
disepakati tentang 0ral Health: action plan for promotion and
integrated disease prevention. Tujuan dari Oral Health South East
Asean Region Strategies untuk meningkatkan kesehatan gigi dan
mulut serta sistem pelayanan sehatan gigi dan mulut yang lebih
baik pada populasi di Negara-negara SEARO, dimana salah satu
strateginya diharapkan untuk masing-masing negara anggota
mengembangkan Kebijakan Nasional kesehatan gigi dan mulut
(Word Health Organization, 2007).
Penegasan lebih lanjut secara global bidang kesehatan gigi
ternyata sangat diharapkan oleh beberapa negara, hal ini dapat
dilihat dari hasil Konferensi ke 7 di Narobi, Kenya yang
dilangsungkan 2 tahun sesudah konferensi ke 6, tepatnya
dilaksanakan pada tanggal 26-30 Oktober 2009.
Upaya kesehatan gigi yang kemudian dijadikan
pengembangan dalam upayan pelayanan kesehatan gigi di
Indonesia dilaksanakan berdasarkan setiap fase tumbuh
kembang individu melalui pendekatan siklus hidup. Adapun
fase- fase yang dimaksud dalam upaya memberikan pelayanan
adalah: a. kesehatan gigi dan mulut ibu hamil; b. kesehatan gigi
dan mulut anak dan remaja; dan c. kesehatan gigi dan mulut
lanjut usia; Adanya beberapa fase kehidupan tersebut maka
pelayanan kesehatan gigi yang bisa diberikan oleh kader adalah
:
1. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu hamil, bentuk
pelayanan yang bisa dilakukan meliputi :
a. konseling kesehatan berupa pemberian Komunikasi Ibu

168
hamil, Informasi dan Edukasi (KIE) kesehatan gigi dan
Mulut Ibu hamil;
b. pemeriksaan deteksi dini kelainan/penyakit gigi dan
mulut Ibu hamil; dan
c. merujuk ibu hamil dalam hal kondisi gigi dan mulut ibu
hamil memerlukan pendekatan kuratif.
2. Pelayanan kesehatan kesehatan gigi dan mulut anak dan
remaja , bentuk pelayanan yang bisa dilakukan meliputi :
a. konseling/penyuluhan tentang fase pertumbuhan gigi
sulung dan keadaan yang menyertai proses tumbuh gigi
serta kelainan/penyakit yang sering terjadi pada bayi;
dan
b. mengajarkan cara memelihara kesehatan rongga mulut
bayi sebelum tumbuh gigi hingga gigi seri tumbuh
lengkap.
3. Pelayanan kesehatan kesehatan gigi dan mulut pada
penyandang disabilitas, bentuk pelayanan yang bisa
dilakukan meliputi:
a. penyuluhan;
b. pelatihan perawatan kesehatan gigi dan mulut kepada
orang tua/pendamping penyandang disabilitas.
4. pelayanan kesehatan kesehatan gigi dan mulut pada lansia,
yang bisa dilakukan kader bentuk pelayanan yang bisa
dilakukan meliputi upaya promotive preventif, melakukan
rujuakn ke team kesehatan gigi dikarenakan orientasi pada
kelompok ini lebih banyak dilakukan upaya kuratif dan
rehabilitative (Kemenkes RI, 2015).

B. Permasalahan kesehatan gigi di Indonesia


Permasalahan di bidang kesehatan gigi masih ditemukan
pada berbagai jenis dan aspek permasalahan. Sebanyak 57,6%
penduduk perlu mendapatkan perawatan kesehatan gigi,
namun yang mendapatkan pelayanan dari tenaga medis baru
sebesar 10,2%. Permasalahan kesehatan gigi dan mulut (KGM)
yang paling banyak terjadi adalah kasus gigi berlubang (dental
caries) dengan prevalensi sebesar 88,8%. Kerusakan gigi

169
permanen yang dinyatakan dengan indeks DMF-T (Decay
Missing Filling-Teeth)=7,1 yang terdiri atas D=4,5, M=2,5, F=0,1,
artinya rata-rata setiap penduduk mengalami kerusakan
sebanyak 7,1 gigi. Data menunjukkan bahwa semakin
bertambah usia penduduk maka diikuti pula dengan
kecenderungan pertambahan rata-rata kerusakan gigi dari usia
awal 10-14 tahun dengan kerusakan rata-rata 1,8 gigi menjadi
16,8 gigi pada usia di atas 65 tahun (Kemenkes-RI, 2019).
Perilaku kebersihan diri (personal hygiene) dalam
kesehatan gigi dan mulut dengan melakukan sikat gigi setiap
hari memang menunjukkan angka yang cukup tinggi yaitu 94,7
%, namun yang melakukan sikat gigi dengan cara yang benar
sesuai anjuran program yaitu sehabis makan pagi dan sebelum
tidur malam hanya sebesar 2,8 % (Kemenkes RI, 2018).
1. Gigi berubang (dental caries)
Karies adalah kerusakan jaringan gigi hingga
membentuk lubang. Kerusakan ini ditandai/diawali dengan
tumbuhnya bercak putih pada permukaan gigi, yang lama
kelamaan membentuk lubang.
Bakteri/kuman-kuman yang ada didalam plak
terutama jenis streptococcus mutans menggunakan subtract
atau sisa makanan yang menempel pada gigi dan
menghasilkan produk asam. Produk asam ini berpengaruh
dengan kondisi asam didalam rongga mulut hingga
mencapai titik kritis pada kondisi pH 5,5. Pada kondisi ini
email akan mengalami penghancuran (demineralisasi) yang
diawali dengan lepasnya sel-sel pembentuk unsur email
seperti kalsium dan phospat.
Beberapa teori mengenai kejadian karies banyak
mengadopsi dan mengembangkan dari teori Gordon yang
menyampaikan bahwa terjadinya suatu penyakit disebabkan
oleh adanya ketidaksimbangan 3 faktor yaitu : Host, Agent,
dan Enviroment. Sehingga dalam perkembangannya untuk
kejadian karies yang berperan sebagai Host adalah Gigi itu
sendiri, kemudian Agentnya adalah mikroorganisme dalam
hala ini strepto coccus mutans, sedangkan lingkungannya

170
adalah subtract dan saliva.

Gambar 13. 1 Proses terjadinya karies, diadopsi dari teori


Kid and Bechal (1992)

2. Karang gigi (calculus)


Kalkulus adalah lapisan kerak berwarna kuning yang
menempel pada gigi dan terasa kasar, yang dapat
menyebabkan masalah pada gigi. Kalkulus terbentuk dari
dental plak yang mengeras pada gigi dan menetap dalam
waktu yang lama. Karang gigi dibagi dua: sub gingival
calculus, dan supra gigingival calculus.
Bakteri tersebut mengubah glukosa dan karbohidrat
pada makanan menjadi asam melalui proses fermentasi,
asam akan terus diproduksi oleh bakteri tersebut. Bakteri
dalam rongga mulut selalu mengubah sisa-sisa makanan
yang mengandung karbohidrat menjadi asam. Kombinasi
antara bakteri, asam, sisa makanan, dan air liur akan
membentuk lapisan tipis pada permukaan gigi yang disebut
plak. Jika tidak dibersihkan, plak tersebut akan mengeras
dan membentuk karang gigi. Kecepatan pembentukan
karang gigi pada setiap orang berbeda-beda.
Karang gigi tidak dapat dibersihkan menggunakan
sikat gigi atau benang gigi, mengatur pola makan, dan
periksa ke tenga kesehatan gigi minimal 1 x 6 bulan. Karang
gigi biasanya melekat cukup kuat pada permukaan gigi dan

171
biasanya terdapat di bagian gigi yang sulit terjangkau oleh
alat pembersih gigi. Tenaga kesehatan gigi (dokter dan
terapis gigi) biasanya membersihkan karang gigi dengan cara
mencongkel bagian tersebut menggunakan peralatan
khusus. Karang gigi yang telah terbentuk hanya dapat
dihilangkan oleh dokter gigi dengan menggunakan alat yang
disebut scaler. Jika karang gigi disertai penyakit gusi yang
parah, pasien mungkin akan dirujuk ke spesialis
periodontitis untuk perawatan lebih lanjut.

Gambar 13.2 Karang gigi


Sumber : Kemenkes 2012

3. Radang gusi (gingivitis)


Radang gusi (Gingivitis) merupakan salah satu
kelainan dalam rongga mulut yang memiliki prevalensi
paling tinggi dari penyakit-penyakit jaringan periodontal
lainnya. Selain itu juga Gingivitis adalah peradangan pada
gusi yang disebabkan bakteri dengan tanda-tanda klinis
perubahan warna lebih merah dari normal, gusi bengkak dan
berdarah pada tekanan ringan. Penderita bias any atidak
merasa sakit pada gusi. Gingivitis bersifat revesible yaitu
jaringan gusi dapat kembali normal apabila dilakukan
pembersihan plak dengan sikat gigi secara teratur.
Gingivitis merupakan tahap awal dari proses penyakit
periodontal. Pada tahap awal radang gusi, bakteri dalam
plak membangun menyebabkan gusi menjadi radang (merah

172
dan bengkak) dan sering mudah berdarah saat menyikat gigi.
Gingivitis biasanya disertai dengan tanda-tanda sebagai
berikut:
1) Gusi biasanya berwarna merah muda menjadi merah tua
sampai ungu karena adanya vasodilatasi pembuluh darah
sehingga terjadi suplay darah berlebihan pada jaringan
yang meradang.
2) Bila menggosok gigi biasanya pada bulu sikat terdapat
noda darah oleh karena adanya pendarahan gusi di
sekitar gigi.
3) Terjadinya perubahan bentuk gusi karena adanya
pembengkakan
4) Timbulnya bau napas yang tidak enak.

4. Hubungan kehamilan dengan kejadian gingivitis


Kejadian gingivitis banyak terjadi saat fase kehamilan.
Kondisi peradangan gusi seperti ini disebut dengan
pregnancy gingivitis. Kondisi ini disebabkan oleh ada
perubahan hormon selama waktu kehamilan, sehingga
kelalaian memelihara mulut meninggalkan bakteri di sekitar
gigi dapat menyebabkan peradangan ringan yang cenderung
memburuk selama masa kehamilan (Srigupta, 2004).
Keadaan status jaringan gusi pada ibu hamil Trimester
I sebagian besar dalam kategori baik, pada trimester II
sebagian besar dalam kriteria buruk demikian juga pada
trimester III sebagain besar dalam kriteria buruk terdapat
perbedaan yang bermakana kejadian status kesehatan
gingival pada tiap-tiap trimester usia kehamilan. Kondisi ini
menunjukan bahwa pada awal kehamilan kondisi hormonal
ibu hamil belum banyak berpengaruh kepada perubahan
jaringan gusi, semakin bertambah usia kehamilan diikuti
dengan kenaikan hormonal ibu hamil berdampak pada
kejadian gigngivitis yang semakin meningkat (Santosa en
Sutomo, 2014).

173
Gambar 13.3 Gingivitis
Sumber : Kemenkes (2012)

C. Upaya Pemeliharaan Kesehatan Gigi


Beberapa upaya yang bisa dilakukan oleh masyarakat
dalam pelihara diri (self care) dibidang kesehatan gigi
menyangkut bebrapa aspek preventif, adapaun aspek-aspek
yang bisa dijalankan adalah:
1. Menyikat gigi yang baik dan benar
Menyikat gigi merupakan upaya preventif yang
murah dan mudah dilakukan. Hasil Riset nasional
didapatkan perilkau masyarakat yang menyikat gigi yang
baik dan benar baru sebesar 2,7 %. Kondisi ini masih ironis
sekali. Indikator pelaksanan menyikat gigi diharapkan
waktunya tepat, atau dilakukan pada saat yang tepat.
Indikator ketepatan waktu yang dimaksud disini pelaksaana
an menyikat gigi ada waktu wajib yang harus dikerjakan
yaitu setiap habis makan pagi dan sebelum tidur malam.
Upaya ini wajib dikerjakan karena manfaatnya besar. Selain
tepat waktu dalam kontek menyikat gigi yang perlu
diperhatikan adalah memilih teknik menggerakan sikat saat
melakukan penyikatan dalam permukaan gigi. Ada beberapa
teknik dalam menyikat gigi, namun teknik yang dianjurkan
adalah teknik yang bisa efektif membersihakn permukaan
gigi atnpa memberikan efek samping berupa gusi berdarah
dan resesi gingiva. Untuk permukaan gigi yang berada pada
permukaan kunyah bisa dilakukan dengan gerahan
horisontal (maju mundur). Untuk permukaan gigi yang

174
berdekatan dengan bibir, pipi, dilakukan dengan
menempatkan ujung bulu sikat didaerah perbatasana antara
gigi dan gusi (cervikal) dengan posisi ujung bulu sikat
menghadap kearah gusi, kemudian kepala dan bulu sikat
digerakan melengkung dengan kondisi bulu sikat
diputarkan kerah permukaan kunyah. Demikian juga untuk
permukaan gigi yang menghadap ke lidah dan langit dengan
gerakan seperti itu dan tentunya dengan sedikit modoikasi
karena letak adan kontur rongga mulut yang sedikit kurang
leluasa dibandingkan di are bibir atau pipi.

Gambar 13.4 Gerakan menyikat gigi yang benar


Sumber: (Kemenkes RI, 2012)

2. Menggunakan alat bantu membersihkan gigi


Alat bantu yang disarankan adalah penggunaan
benang gigi. Alat bantu ini bisa membantu membersihkan
gigi didaerah interdental. Banyak beberapa jenis modifikasi
yang dijual dipasaran mulai da yang dengan pengangan
maupun yang tanpa pegangan. Hindari penggunan alat
bantu berupa tusuk gigi, karena bisa berdampak pada

175
terangsangnya pertumbuhan gigi menjadi renggang. Selain
itu tusuk gigi juga beresko terhadap terjadinya infeksi apabila
menusuk jaringan gusi.

Gambar 13.5 Dental Flosh (benag gigi)


Sumber : https:www.tribun.com,
https://www.smilehawthorn.com

3. Menghindari makanan yang merusak gigi


Meningkatkan perilaku untuk mengkonsumsi
makanan yang baik untuk kesehatan gigi. Dalam konteks
pemilihan jenis makanan yang bermanfaat bgai kesehatan
gigi, bisa digolangkan atas dua manfaat:
a. Secara fisik/mekanis
Melalui kondisi ini diharapkan kita bisa memilih jenis
makanan yang bisa berperan dan membantu dalam
membersihkan material luanak yang menempel dalam
rongga mulut. Mekanisme ini akan terjadi karena secra
fiologis sat kita mlskukan pengunyanhan makanan maka
akan mengeluarkan air liur, kondisi air liur bisa
membantu mebersihkan gigi. Selaian itu ada beberapa
jenis makanan yang berair dan berserat seperti jenis buah-
buahan sperti : nanas, jeruk, semangka, tebu, melon,
bengkoang, jambu air, mentimun, dan yang lainnya akan
sangat membantu mebersihkan permukaan gigi dari
material sisa makanan yang mudah menempel.
b. Manfaat dari aspek asupan nutrisi/per-oral
Mekanisme ini sangat diperlukan, palagi dalam konteks
pelaksanaan asuhan antenatal pada ibu hamil. Karena fase
pertumbuhan gigi sudah dimulai sejak trimester kedua,
tepatnya saat janin berumur 5 atau 6 bulan, maka perlu

176
diperhatikan aspek nutrisi yang sangat diperlukan bagi
pertumbuhan gigi. Asupan yang sangat diperlukan
seperti terpenuhunya protein provit D, beberapa mineral
bahan pembentuk gigi seperti kalsium, phospat, fluor.

4. Menganjurkan untuk periksa gigi secara teratur dan sedini


mungkin (Kemenkes, 2012)

177
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes-RI (2019) “Laporan Nasional RISKESDAS 2018”.

Kemenkes RI (2012) Buku Panduan Pelatihan Kader Kesehatan Gigi dan


Mulut di Masyarakat. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan.

Kemenkes RI (2015) “Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 89 Tahun 2015 Tentang Upaya Kesehatan
Gigi dan Mulut”, (151).

Kemenkes RI (2018) “Hasil Utama Laporan Riskesdas 2018”, Jakarta:


Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. doi: 1 Desember 2013.

Kid and Bechal.1992 Dasar-Dasar Karies Penyakit dan


penanggulangannya EGC,Jakarta

Primasari, A. (2018) Embriologi dan tumbuh kembang rongga mulut,


Embriologi dan Tumbuh Kembang Rongga Mulut. Medan: USU
Press.

Santosa, B. en Sutomo, B. (2014) “Perbedaan Status Kesehatan


Jaringan Gingiva Pada Tiap-Tiap Trimester Usia Kehamilan”,
Jurnal Kebidanan, 3(7), bll 1–7.

Word Health Organization (2007) “World Health Organization


Sixtieth World Health Assembly”, (May), bll 14–23.

178
BIODATA PENULIS

Dr. Bambang Sutomo, S.Si.T, M.Kes


lahir di Kulon Progo, pada 20 Mei
1973. Beliau sebagai praktisi di dunia
kesehatan sebagai seorang terapis
gigi dan mulut. Ia tercatat sebagai
Alumni Doktor Promosi Kesehatan
Pada Prodi Pemberdayaan
Masyarakat Sekolah Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret,
pendidikan Doktoral yang Ia tempuh
linear dengan pendidikan
sebelumnya yaitu Magister Promosi
Kesehatan pada Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro Semarang. Kegigihan dia dalam menempuh
pendidikan membuktikan bahwa seorang anak dari pegunungan
Menoreh Kulon Progo mempunyai semangat dan motivasi yang
tinggi dalam pendidikan. Dia merupakan anak dari seorang ibu
Tuminem (Alm) dan seorang ayah Hardjowijono (Alm). Sesuai
dengan basik kepakarannya sebagai promotor kesehatan banyak
pengabdian dan hasil penelitian serta banyak berperan sebagai
narasumber nasional dibidang Promosi kesehatan dan Terapis
Gigi. Keseharian beliau adalah sebagai Dosen pada Poltekkes
Kemenkes Semarang, dia juga sebagai pengurus Kolegium
sebagai Koordinator Keilmuan Kesehatan Gigi Komunitas DPP
PTGMI

179
BAB Pelaksanaan
Antenatal Care

14 *Dr. Dewi Nirmala Sari, SKM, M.Biomed*

180
A. Pengertian
Pelayanan antenatal (Antenatal Care/ANC) adalah setiap
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilaksanakan
terpadu sejak masa konsepsi sampai dengan sebelum mulainya
proses persalinan (Kemenkes 2021). Antenatal Care bertujuan
untuk menjamin setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan
antenatal yang komprehensif dan berkualitas sehingga ibu hamil
mendapatkan pengalaman yang positif selama kehamilan dan
persalinan, serta melahirkan bayi yang sehat dan berkualitas.
Antenatal Care memberikan pelayanan kesehatan penting di
antaranya promosi kesehatan, skrining, dan diagnosis, serta
pencegahan penyakit (Kementerian Kesehatan RI, 2020).
Antenatal care terpadu memiliki tujuan khusus meliputi
(Kementerian Kesehatan RI, 2021):
1. memberikan pelayanan antenatal terpadu, di antaranya
konseling mengenai status kesehatan ibu hamil.
2. memberikan dukungan emosional dan psikososial sesuai
kondisi ibu hamil.
3. memberikan kesempatan pada setiap ibu hamil untuk
mendapatkan pelayananan antenatal terpadu sekurangnya
enam kali selama kehamilan.
4. melakukan pemantauan tumbuh kembang janin.
5. mendeteksi dini kelainan/penyakit/gangguan pada ibu
hamil.
6. melakukan tata laksana sedini mungkin terhadap
kelainan/penyakit/gangguan pada ibu hamil ataupun
melakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes


RI) mencanangkan kunjungan ANC sebanyak enam kali selama
kehamilan dengan indikator cakupan meliputi kunjungan ke-1,
4, dan 6 (Kementerian Kesehatan RI, 2021)
1. Kunjungan pertama (K1)
Kunjungan pertama (K1) merupakan kontak pertama
ibu hamil dengan tenaga kesehatan berkompeten untuk
mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai

181
standar ANC. Kontak pertama idealnya harus dilakukan
pada trimester pertama sebelum minggu ke-8.
2. Kunjungan ke-4 (K4)
Kunjungan ke-4 (K4) merupakan kontak ibu hamil
dengan tenaga kesehatan berkompeten untuk mendapatkan
pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar ANC,
minimal 4 kali selama kehamilannya dengan ketentuan
berikut: 1 kali saat trimester satu (0-12 minggu), 1 kali saat
trimester dua (> 12 minggu-24 minggu), dan 2 kali pada
trimester tiga (>24 minggu sampai kelahiran).
3. Kunjungan ke-6 (K6)
Kunjungan ke-6 (K6) merupakan kontak ibu hamil
dengan tenaga kesehatan berkompeten untuk mendapatkan
pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar ANC,
minimal 6 kali selama kehamilannya dengan ketentuan
berikut: 1 kali saat trimester satu (0-12 minggu), 2 kali saat
trimester dua (> 12 minggu-24 minggu), dan 3 kali saat
trimester tiga (>24 minggu sampai kelahiran).

Frekuensi kunjungan antenatal dapat dilakukan lebih dari


enam kali sesuai kebutuhan dan kondisi.

B. Standar Antenatal Care


Kementerian kesehatan menetapkan standar pelayanan
antenatal meliputi 10T sebagai berikut (Kementerian Kesehatan
RI, 2020, 2021).
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Setiap ibu hamil tidak sama target kenaikan berat
badannya selama kehamilan, tergantung indeks massa tubuh
(IMT) dan berat badan sebelum hamil. Rumus perhitungan
IMT adalah sebagai berikut

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)


𝐼𝑀𝑇 =
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)𝑥 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)

182
Kenaikan berat badan yang dianjurkan berdasarkan
IMT adalah sebagai berikut (Centers for Disease Control and
Prevention, 2022)
a) Berat badan kurang (IMT <18,5 kg/m2), dianjurkan
menaikkan berat badan 12,7-18 kg selama hamil.
b) Berat badan normal (IMT 18,5-24,9 kg/m2), kenaikan
berat badan yang dianjurkan selama hamil sebesar 11,3-
15,9 kg.
c) Berat badan di atas normal (IMT 25-29,9 kg/m2),
dianjurkan untuk menaikkan berat badan 6,8-11,3 kg.
d) Ibu obesitas (IMT >30 kg/m2), sebaiknya hanya
menaikkan berat badan sebesar 5-9 kg saja selama hamil.

Bagi ibu hamil dengan anak kembar dianjurkan untuk


menaikkan berat badan sebesar 11,5-24,5 kg selama masa
kehamilan.

2. Ukur tekanan darah


Pengukuran tekanan darah dilakukan pada setiap
kunjungan ANC pada ibu hamil. Pelayanan ini bertujuan
untuk mendeteksi risiko terjadinya hipertensi dan pre
eklamsia. Ibu dinilai memiliki gejala hipertensi apabila
tekanan darah ibu >140/90 mmHg. Pengukuran tekanan
darah dalam ANC juga harus memperhatikan pengukuran
tekanan arteri atau mean arterial pressure (MAP) yang
bertujuan untuk memeriksa kecukupan aliran darah yang
memasok semua organ utama tubuh. Rumus perhitungan
MAP adalah sebagai berikut (Kementerian Kesehatan RI,
2020):
(2 𝑥 𝐷)
𝑀𝐴𝑃 = +𝑆
3
Apabila MAP > 90, tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan
primer harus melakukan rujukan.

183
3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/Lila)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi kurang
energi kronis (KEK) pada ibu hamil. Apabila Lila ibu hamil
berukuran <23,5 cm maka ibu tersebut berisiko KEK. Ibu
dengan KEK meningkatkan risiko terjadinya bayi dengan
berat badan lahir rendah (BBLR) (Bilal et al., 2022).

4. Ukur Tinggi fundus uteri


Menurut Kemenkes RI, pengukuran tinggi fundus
uteri dilakukan mulai usia kehamilan 19 minggu hingga
menjelang persalinan dalam setiap kunjungan ANC.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memantau perkembangan
janin dalam rahim.

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)


Pemeriksaan presentasi janin untuk melihat kelainan
letak janin ataupun masalah lain. Pengukuran DJJ sangat
penting dalam pelaksanaan ANC dan tidak boleh terlewat
dalam pelayanan antenatal, bertujuan untuk menilai
kesejahteraan janin dan gawat janin. Denyut jantung janin
normal berkisar 100-160 x/menit.

6. Skrining status imunisasi tetanus. Bila perlu, berikan


imunisasi tetanus difteri (Td).
Tenaga kesehatan harus melakukan skrining status
imunisasi tetanus ibu hamil terlebih dahulu. Berikut ini
aturan pemberian imunisasi tetanus sesuai dengan status
imunisasi ibu (Tabel 14.1)

Tabel 14.1 Pemberian Imunisasi TT berdasarkan status


imunisasi ibu
Status Interval minimal Masa perlindungan
T pemberian
T1 Langkah awal
pembentukan kekebalan

184
tubuh terhadap penyakit
Tetanus
T2 1 bulan setelah T1 3 tahun
T3 6 bulan setelah T2 5 tahun
T4 12 bulan setelah T3 10 tahun
T5 12 bulan setelah T4 Lebih dari 25 tahun

7. Berikan tablet tambah darah


Selama masa kehamilan, pemberian 1 tablet setiap hari,
minimal 90 tablet dan dilanjutkan sampai masa
pascapersalinan. Rekomendasi lainnya adalah pemberian
suplemen zat besi dan asam folat dengan komposisi 30-60 mg
zat besi dan 400 μg (0,4 mg) asam folat (World Health
Organization, 2016).

8. Tes laboratorium
Tes laboratorium meliputi: tes kehamilan, kadar
hemoglobin (Hb), golongan darah, triple eliminasi (Human
Immunodefisiency Virus/HIV, Sifilis, dan Hepatitis B), serta
malaria pada daerah endemis. Tes laboratorium lainnya
dapat dilaksanakan pada ibu hamil sesuai indikasi, misalnya
pemeriksaan urin glukosa dan protein, sputum Basil Tahan
Asam (BTA), G-6 PD, dan lainnya.

9. Tata laksana/penanganan kasus sesuai kewenangan


Hasil pemeriksaan ditemukan masalah kesehatan
pada ibu hamil maka tenaga kesehatan diharapkan segera
menangani ataupun merujuk.

10. Temu wicara (konseling) dan penilaian kesehatan jiwa


Hasil skrining dan pemeriksaan, tindakan perawatan
sesuai usia kehamilan, gizi ibu hamil, kesiapan jiwa,
pengenalan tanda bahaya pada masa perinatal, persiapan
persalinan, kontrasepsi pascapersalinan, perawatan bayi
baru lahir, inisiasi menyusui dini, dan pemberian asi ekslusif

185
merupakan pengetahuan minimal yang harus disampaikan
saat temu wicara.

C. Program Pelayanan Antenatal Terpadu


Pelayanan antenatal terpadu dilaksanakan bekerja sama
dengan program pelayanan kesehatan lainnya (lintas program),
antara lain (Kemenkes RI, 2021):
1. Program gizi
Beberapa intervensi yang dilakukan pada ibu hamil di
antaranya pemenuhan kebutuhan gizi seimbang, pemberian
tablet penambah darah, dan penanggulangan KEK pada ibu
hamil. Anemia merupakan masalah kesehatan yang harus
diatasi dalam kehamilan. Prevalensi ibu hamil mengalami
anemia sangat tinggi, sebesar 48,9% (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2019).
2. Program pengendalian Malaria
Program pengendalian Malaria di daerah endemis
tinggi adalah semua ibu hamil dilakukan skrining darah
Malaria dan pemberian kelambu berinseksida pada
kunjungan pertama antenatal. Apabila ibu hamil positif
Malaria maka diberikan terapi sesuai standar tata laksana
yang telah ditetapkan.
Adapun ibu hamil yang menetap di daerah endemis
rendah ketiga program tersebut dilaksanakan secara selektif
pada ibu hamil yang memiliki gejala dan hasil anamnesis
menyatakan jika ibu tinggal di wilayah endemis tinggi, ada
riwayat kunjungan di wilayah endemis 1 bulan terakhir, dan
memiliki riwayat sakit malaria dalam 2 tahun terakhir.
3. Program pengendalian Tuberkulosis (TBC)
Ibu hamil yang sakit TBC akan mendapatkan terapi
obat anti tuberculosis (OAT). Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) menyatakan bahwa bagi mayoritas ibu
hamil, pengobatan TBC dapat ditunda sampai 2-3 bulan
pasca persalinan, sedangkan ibu hamil yang berisiko tinggi
untuk infeksi TBC laten menjadi penyakit TBC, terutama bila
ibu hamil tersebut baru kontak dengan penderita infeksi TBC

186
maka pengobatan infeksi laten TB tidak boleh ditunda selama
kehamilan, bahkan saat trimester 1 (Centers for Disease
Control and Prevention, 2020).
4. Program pengendalian HIV, Sifilis, dan Hepatitis B
Skrining HIV (rapid tes), Sifilis (TP rapid), dan
Hepatitis B (tes cepat HBsAG dilakukan minimal 1 kali
selama kehamilan sampai menjelang persalinan pada semua
ibu hamil, idealnya dilakukan pada kunjungan ANC pertama
di trimester pertama.
5. Program pencegahan dan pengendalian penyakit tidak
menular
Program pencegahan dan pengendalian penyakit tidak
menular selama masa kehamilan meliputi tiga penyakit,
yaitu antenatal dengan riwayat Hipertensi, Diabetes, dan
Talasemia.
6. Program kesehatan jiwa
Beberapa masalah kesehatan jiwa pada masa
kehamilan seperti: stress, gangguan kecemasan menyeluruh,
dan depresi. Skrining gejala masalah kesehatan jiwa pada ibu
hamil dilakukan pada trimester satu dan tiga.
7. Pelayanan keguguran
Tenaga kesehatan berkewajiban memberikan
pelayanan kesehatan asuhan pasca keguguran meliputi
konseling dan pelayanan medis.

187
DAFTAR PUSTAKA

Bilal, J. A., Rayis, D. A., AlEed, A., Al-Nafeesah, A., & Adam, I. (2022).
Maternal Undernutrition and Low Birth Weight in a Tertiary
Hospital in Sudan: A Cross-Sectional Study. Frontiers in Pediatrics,
10, 927518. https://doi.org/10.3389/fped.2022.927518

Centers for Disease Control and Prevention. (2020). TB Treatment and


Pregnancy.
https://www.cdc.gov/tb/topic/treatment/pregnancy.htm

Centers for Disease Control and Prevention. (2022). Weight Gain During
Pregnancy. Reproductive Health.
https://www.cdc.gov/reproductivehealth/maternalinfanthealt
h/pregnancy-weight-gain.htm

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Laporan Nasional


Riskesdas 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Kementerian Kesehatan RI. (2020). Buku Kesehatan Ibu dan Anak.

Kementerian Kesehatan RI. (2021). Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia nomor 21 tahun 2021 tentang penyelenggaraan pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil, persalinan, dan masa sesudah
melahirkan, pelayanan kontrasepsi, dan pelayanan kesehatan seksual.
https://jdih.kemkes.go.id/

World Health Organization. (2016). WHO Recommendations on Antenatal


Care for a Positive Pregnancy Experience. World Health
Organization.

188
BIODATA PENULIS

Dr. Dewi Nirmala Sari, SKM,


M.Biomed, lahir di Palembang,
15 Oktober. Saat ini aktif sebagai
dosen Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
Lulus dari program Doktoral
Ilmu Kesehatan Masyarakat di
Fakultas Kesehatan Masyarakat
UI. Wanita yang akrab disapa
Dewi ini aktif meneliti bidang
kesehatan ibu anak dan teknologi digital kesehatan

189
BAB
SENAM HAMIL

15
*Sjenny Olga Tuju, SKM, S.Tr. Keb,
M.Kes*

190
A. Pendahuluan
Senam hamil merupakan terapi latihan gerak yang
diberikan pada ibu hamil untuk mempersiapkan dirinya baik
fisikmaupun mental dalam menghadapi persalinan(Artal, 2017).
American College of Obstetric and Gynecology menganjurkan
olahraga selama 20 sampai 30 menit setiap hari dalam seminggu
untuk menjaga kesehatan ibu. Newton dan May berpendapat
bahwa senam hamil aman dilakukan ibu hamil, dan
menganjurkan ibu hamil untuk melakukan olahraga ringan selama
kehamilan (Newton and May, 2017).
Senam hamil dapat meringankan keluhan nyeri
punggung yang dirasakan oleh ibu hamil karena didalam senam
hamil terdapat gerakan yang dapat memperkuat otot abdomen.
Ibu hamil dianjurkan untuk mengikuti senam hamil bila
kandungan sudah 2 mencapai usia enam bulan (Asrinah, 2010).
Mengikuti senam hamil secara teratur dan intensif dapat
menjaga kesehatan tubuh dan janin yang dikandung secara
optimal (Widianti, 2010).
Selama kehamilan dan nifas akan terjadi perubahan-
perubahan fisik, fungsi tubuh dan psikologis. Perubahan ini
terjadi karena perubahan system hormonal dalam tubuh yang
akanmempengaruhi system organ lain. Petugas kesehatan
maupun kader kesehatan yang akan memberikan konsultasi
tentang aktifitas fisiksehari-hari dan latihan fisik ringan bagi ibu
hamil dan nifas perlumemahami perubahan ini untuk
melakukan pemantauan kepada ibuhamil yang akan melakukan
latihan fisik (Kemenkes RI, 2015)

B. Pengertian Senam Hamil


Senam hamil adalah suatu bentuk latihan guna
memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding
perut, ligamen-ligamen, serta otot dasar panggul yang
berhubungan dengan proses persalinan. Latihan ini berfungsi
untuk memperkuat stabilitas inti tubuh yang akan membantu
memelihara kesehatan tulang belakang. Mempunyai kekuatan
tubuh yang baik dapat meningkatkan keseimbangan dan

191
kestabilan individu serta meminimalkan risiko trauma tulang
belakang ataupun jatuh pada saat hamil (Yosefa, et al., 2013)
Senam hamil sangat bermanfaat dilakukan selama
kehamilan. membantu melatih pernafasan dan membuat ibu
hamil merasa relaks sehingga memudahkan adaptasi ibu
terhadap perubahan tubuh selama kehamilan. Melalui senam
hamil, ibu hamil diajarkan cara mengurangi kecemasan rasa
takut dengan cara relaksasi fisik dan mental, serta
mempersiapkan tentang apa saja yang akan terjadi selama
persalinan
Senam hamil adalah program kebugaran yang
diperuntukkan bagi ibu hamil. Oleh karena itu senam hamil
memiliki prinsip gerakan khusus yang disesuaikan dengan
kondisi ibu hamil. Latihan pada senam hamil dirancang khusus
untuk menyehatkan dan membugarkan ibu hamil, mengurangi
keluhan yang timbul selama kehamilan serta mempersiapkan
fisik dan psikis ibu dalam menghadapi persalinan (Manuaba,
2015).

C. Tujuan Senam Hamil


1. Persalinan yang fisiologis (alami) dengan ibu dan bayi sehat.
2. Persiapan mental dan fisik untuk ibu hamil.
3. Kontraksi dengan baik, ritmis dan kuat pada segmen
bawahrahim, serviks, otot–otot dasar panggul.
4. Relaksasi.
5. Informasi kesehatan (termasuk) tentang kehamilan kepada
ibu, suami, keluarga atau masyarakat
(Mufdlilah, 2009).

D. Manfaat Senam Hamil


Manfaat Senam Hamil Berikut ini adalah beberapa
manfaat Senam Hamil antara lain
1. Menyesuaikan tubuh agar lebih baik dalammenyangga
bebankehamilan
2. Memperkuat otot untuk menopang tekanan tambahan. 26
3. Membangun daya tahan tubuh.

192
4. Memperbaiki sirkulasi dan respirasi.
5. Menyesuaikan dengan adanya pertambahan berat
badandanperubahan keseimbangan.
6. Meredakan ketegangan dan membantu relaks.
7. Membentuk kebiasaan bernafas yang baik.
8. Memperoleh kepercayaan dan sikap mental yang baik
(Mufdlilah, 2009).

E. Indikasi Senam Hamil


1. Ibu hamil cukup sehat.
2. Kehamilan tidak ada komplikasi (seperti abortus berulang,
kehamilan dengan perdarahan.
3. Tidak boleh latihan dengan menahan napas.
4. Lakukan latihan secara teratur dengan instruktur senam
hamil
5. Senam hamil dimulai pada umur kehamilan sekitar 27-40
minggu
(Sutanto & Fitriana, 2018)

F. Kontra Indikasi
1. Hipertensi yang diinduksi kehamilan
2. Ketuban Pecah Dini (KPD).
3. Persalinan prematur pada saat kehamilan sebelumnya atau
kehamilan saat ini atau keduanya.
4. Serviks inkompeten atau serklase (jahitan di sekitar serviks
yang tidak kompeten).
5. Perdarahan persisten pada trimester kedua atau ketiga.
6. Reterdasi pertumbuhan intrauteri menurut (Reeder et al.,
2012).

G. Langkah -Langkah Senam Hamil


Latihan I
1. Duduk rileks dan badan ditopang tangan dibelakang
2. Kaki diluruskan dengan sedikit terbuka.
3. Gerakan latihan:

193
a. Gerakan kaki kanan dan kaki kiri kedepan dan
kebelakang
b. Putar persendian kaki melingkar kedalamdan keluar.
c. Bila mungkin angkat bokong dengan bantuan kedua
tangan dan ujung kedua telapak kaki.
d. Kembangkan dan kempiskan otot dinding perut.
e. Kerutkan dan kendorkan otot dubur.

Latihan II
1. Sikap duduk tegak dengan badan disangga oleh tangan
dibelakang badan.
2. Kedua tungkai bawah lurus dalam posisi rapat
3. Tujuan latihan:
a. Melatih otot dasar panggul agar dapat berfungsi optimal
saat persalinan.
b. Meningkatkan peredaran darah alat kelamin bagiandalam
sehingga sirkulasi menuju plasenta makin sempurna.
4. Bentuk latihan:
a. Tempatkan tungkai kanan di atas tungkai bawahkiri, silih
bergantian
b. Kembangkan dan kempeskan otot dinding perut
bagianbawah
c. Tempatkan tungkai kanan di atas tungkai bawahkiri, silih
bergantian
d. Kembangkan dan kempeskan otot dinding perut
bagianbawah
e. Kerutkan dan kendorkan otot liang dubur
f. Lakukan gerakan ini sedikitnya 8–10 kali

Gambar 15.1 Gerakan Latihan 2 untuk otot dasar Panggul

Latihan III
1. Sikap duduk bersila dengan tegak

194
2. Tangan di atas bahu sedangkan siku disamping badan.
3. Tujuan latihan:
a. Melatih otot perut bagian atas.
b. Meningkatkan kemampuan sekat rongga badan
untukmembantu persalinan.
c. Bentuk latihan:
1) Lengan diletakkan didepan (dada).
2) Putar keatas dan kesamping, kebelakang dan
selanjutnya kembali kedepan badan (dada).
3) Lakukan latihan ini sedikitnya 8–10 kali

Gambar 15.2 Melatih Otot Perut

Latihan IV
1. Sikap duduk bersila dengan tumit bersekatan satu sama lain.
2. Badan tegak rileks dan paha lemas.
3. Kedua tangan di persendian lutut.
4. Tujuan latihan:
a. Melatih otot punggung agar berfungsi dengan baik.
b. Meningkatkan peredaran darah ke alat kelamin
bagiandalam.
c. Melatih agar persendian tulang punggung jangan kaku.
5. Bentuk latihan:
a. Tekanlah persendian lutut dengan berat badan sekitar
20kali
b. Badan diturunkan kedepan semaksimal mungkin

Latihan V
1. Sikap latihan tidur di atas tempat tidur datar.
2. Tangan di samping badan.
3. Tungkai bawah ditekuk pada persendian lutut dengansudut
tungkai bawah bagian bawah sekitar 80–90 derajat.

195
4. Tujuan latihan:
a. Melatih persendian tulang punggung bagian atas.
b. Melatih otot perut dan otot tulang belakang.
5. Bentuk latihan:
a. Angkat badan dengan topangan pada ujung telapak
kedua kaki dan bahu.
b. Pertahankan selama mungkin di atas dan selanjutnya
turunkan perlahan–lahan

Gambar 15.3 Latihan 4 untuk melatih otot tulang


belakang

Latihan VI
1. Sikap tidur terlentang di tempat tidur mendatar.
2. Badan seluruhnya rileks.
3. Tangan dan tungkai bawah lurus dengan rileks.
4. Tujuan latihan:
a. Melatih persendian tulang punggung dan pinggul.
b. Meningkatkan peredaran darah menuju alat
kelaminbagian dalam.
c. Meningkatkan peredaran darah
5. Bentuk latihan:
a. Angkat badan dengan topangan pada ujung telapak
kedua kaki dan bahu.
b. Pertahankan selama mungkin di atas dan selanjutnya
turunkan perlahan–lahan

196
Gambar 15.4 Latihan 5 untuk melatih persendian
panggul

Latihan Pernapasan
1. Sikap tubuh tidur terlentang di tempat tidur yang datar.
2. Kedua tangan di samping badan dan tungkai bawah ditekuk
pada lutut dan santai.
3. Satu tangan di letakkan di atas perut.
4. Tujuan latihan pernapasan:
a. Meningkatkan penerimaan konsumsi oksigen ibu dan
janin
b. Menghilangkan rasa takut dan tertekan.
c. Mengurangi nyeri saat kontraksi.
5. Bentuk latihan:
a. Tarik nafas perlahan dari hidung serta pertahankan dalam
paru beberapa saat.
b. Bersamaan dengan tarikan nafas tersebut, tangan yang
berada di atas perut ikut serta di angkat mencapai kepala.
c. Keluarkan napas melalui mulut perlahan.
d. Tangan yang diangkat ikut serta diturunkan.
e. Lakukan gerakan latihan ini sekitar 8–10 kali dengan
tangan silih berganti
f. Bentuk gerakan lain:
1) Tangan yang berada di atas perut di biarkan
mengikuti gerak saat di lakukan tarikan dan saat
mengeluarkannya.
2) Tangan tersebut seolah–olah memberikan pemberat
pada
3) perut untuk memperkuat diafragma (sekat rongga
badan).

197
Gambar 15.5 latihan pernapasan

Latihan relaksasi
Latihan relaksasi dapat dilakukan bersamaan dengan latihan
otot tulang belakang, otot dinding perut dan otot liang dubur
atau sama sekali relaksasi total

Gambar 15.6 Latihan relaksasi

Latihan Relaksasi Kombinasi


1. Sikap tubuh seperti merangkak.
2. Bersikap tenang dan rileks.
3. Badan disangga pada persendian bahu dan tulang
belakang.
4. Tujuan latihan kombinasi:
a. Melatih melemaskan persendian pinggul dan persendian
tulang paha.
b. Melatih otot tulang belakang, otot dinding perut,dan
otot liang dubur.
c. Bentuk latihan:
1) Badan disangga persendian bahu dan tulang paha.
2) Lengkukan dan kendorkan tulang belakang.
3) Kembangkan dan kempiskan otot dinding perut.
4) Kerutkan dan kendorkan otot liang dubur.
5) Lakukan latihan ini 8–10 kali.

198
DAFTAR PUSTAKA

Artal, R. (2017) ‘Official reprint from UpToDate ®


www.uptodate.com ©2017 UpToDate ® Exercise during
pregnancy and the postpartum period’, Wolters Kluwer, pp. 1–26

Asrinah. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta:


Graha Ilmu

Maryunani. (2013). Nyeri dalam Persalinan (Teknik dan Cara


Penanganannya). Jakarta: Trans Info Media

Newton, E. R. and May, L. (2017) ‘Adaptation of Maternal-Fetal


Physiology to Exercise in Pregnancy: The Basis of Guidelines for
Physical Activity in Pregnancy.’, Clinical medicine insights.
Women’s health, 10, p. 1179562X17693224. doi:
10.1177/1179562X17693224

Reeder, dkk. 2011. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanta, Bayi


Dan Keluarga. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Sutanto AV, Fitriana Y. Asuhan pada Kehamilan. Jogyakarta:


Pustaka baru press;

Yosefa, Febriana et all. 2013. Efektifitas Senam Hamil Terhadap


Penurunan Nyeri Punggung Pada Ibu Hamil Jurnal Online
Keperawatan, Vol 1, No.1.
(2014),http://jom.ac.id/index.php/JOMSIK/article/views/35
37/3432 (diakses tanggal 5 Mei 2023)

Widianti. (2010). Senam Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika

199
BIODATA PENULIS

Sjenny Olga Tuju, SKM, S.Tr.


Keb, M.Kes. Penulis adalah dosen
tetap pada Program Studi
Diploma III Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Manado.sebagai kasub
Unit Penjamnan mutu Jurusan,
Auditor SPMI, sebagai peneliti
sampai sekarang. Menyelesaikan
pendidikan Akbid Depkes
Soetomo Surabaya, tahun 2002, S1
Kesehatan Masyarakat di Universitas Sam Ratulangi Manado
2006 dan melanjutkan S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat peminatan
Kesehatan Ibu dan Anak Universitas Diponegoro Semarang 2012,
Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Terapan Kebidanan di
Poltekkes Kemenkes Kalimatan Timur 2022, Aktif dalam
organisasi Ikatan Bidan Indonesia, masa bakti tahun 2005-2009
sebagai sekretaris IBI Cabang Minahasa Selatan, 2009-2022
sebagai anggota IBI Cabang Manado dan Tahun 2022 sebagai
sekertaris Pengurus Ranting Ikatan Bidan Indonesia.

200
BAB PENGISIAN BUKU
KIA

16 *Mardiani Mangun, SSiT., MPH*

201
A. Pendahuluan
Pemeriksaan kehamilan yang diwajibkan bagi setiap ibu
selama kehamilan, tentunya membutuhkan pencatatan yang
akurat dan dilakukan secara kontinu sesuai dengan tahapan
pemeriksaan selama kehamilan yaitu 5 (Lima) kali, sampai anak
berusia 5 (Lima) tahun. Saat ini Kemenkes telah mengeluarkan
pedoman yaitu Buku kesehatan lbu dan Anak (Buku KIA),
Buku KIA adalah buku catatan dan informasi tentang kesehatan
ibu dan anak yang merupakan gabungan beberapa kartu
kesehatan dan kumpulan berbagai materi penyuluhan KIA .
Buku KIA biasa masyarakat mengenal dengan nama
Buku Pink digunakan oleh ibu/Keluarga dan kader untuk
memantau kesehatan ibu dan anak serta memperoleh informasi
tentang pelayanan KIA. Bagi tenaga kesehatan (Petugas
Puskesmas/Poskesdes), buku ini dapat dipakai sebagai
standard pelayanan, edukasi dan konseling kesehatan. sehingga
pelayanan kepada ibu dan anak dapat diberikan secara
komprehensif dan berkesinambungan, sejak hamil sampai anak
berusia 6 tahun.

B. Manfaat Buku KIA


Buku KIA sangat banyak manfaatnya, baik untuk
ibu/keluarga, Kader Kesehatan dan Tenaga Kesehatan.
Manfaat Buku KIA adalah sebagai berikut :
1. Manfaat bagi Ibu/Keluarga
Tenaga kesehatan dapat menjelaskan kepada ibu/keluarga
manfaat buku KIA sebagai berikut :
a. Ibu/keluarga mendapatkan informasi lengkap tentang
kesehatan ibu dan anak serta jenis pelayanan kesehatan
yang dapat diperoleh di tempat pelayanan kesehatan.
b. Ibu/keluarga dapat mengetahui adanya risiko tinggi pada
ibu dan anak serta upaya pencegahannya.
c. lbu/keluarga dapat mengetahui kapan harus meminta
pertolongan kepada tenaga kesehatan apabila
menghadapi masalah kesehatan ibu dan anak.

202
d. lbu/keluarga mempunyai data lengkap tentang keadaan
kesehatan ibu dan anak karena Buku KIA ini merupakan
catatan pribadi keadaan kesehatan.
e. Sebagai pedoman bagi ibu dan keluarga untuk
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan ibu dan anak

2. Manfaat bagi Kader Kesehatan


Tenaga kesehatan dapat menjelaskan kepada kader
kesehatan manfaat Buku KIA sebagai berikut :
a. Dapat melihat data lengkap tentang keadaan kesehatan
setiap ibu dan anak yang memiliki Buku KIA.
b. Dapat memberikan informasi kepada ibu/keluarga
tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak yang bisa
diperoleh di sarana/fasilitas kesehatan.
c. Dapat mengetahui adanya risiko tinggi pada ibu dan anak
serta memberikan nasehat cara pencegahan dan
penanganannya.
d. Dapat mengetahui kapan ia harus merujuk ke tenaga
kesehatan apabila ibu dan anak menghadapi masalah
kesehatan yang tidak dapat ditangani sendiri.
e. Sebagai pedoman dalam memberikan penyuluhan dan
pelayanan kesehatan ibu dan anak.
f. Sebagai alat komunikasi, informasi dan edukasi antara
kader. ibu dan tenaga kesehatan dalam memelihara dan
mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak secara
lebih bermutu.
g. Sebagai alat pencatatan kesehatan ibu dan anak yang
harus ditindak-lanjuti oleh ibu/keluarga, kader dan
tenaga kesehatan.

3. Manfaat bagi Tenaga Kesehatan


a. Dapat melihat data lengkap tentang pelayanan yang
sudah didapat ibu dan anak, keadaan kesehatan, gizi dan
tumbuh kembang anak sejak masih dalam kandungan
sampai usia 5 tahun.

203
b. Sebagai pedoman bagi tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan dan penyuluhan kesehatan ibu
dan anak.
c. Dapat segera mengetahui dan memantau adanya risiko
tinggi pada ibu dan anak sehingga dapat segera
ditentukan alternatif penanganannya
d. Sebagai alat komunikasi, informasi dan edukasi antara
tenaga kesehatan dengan ibu/keluarga dalam
memberikan pelayanan dan memberikan nasehat tentang
pemeliharaan kesehatan ibu dan anak secara lebih
bermutu.
e. Sebagai catatan kesehatan ibu dan anak yang meliputi
catatan hasil pelayanan dan pesan yang harus ditindak-
lanjuti baik oleh tenaga kesehatan/kader dan keluarga,
yang diberikan oleh tempat pelayanan kesehatan
Pemerintah maupun Swasta.
f. Sebagai informasi tambahan untuk digunakan pada saat
melakukan audit kematian maternal dan neonatal.

C. Cara Penggunaan Buku KIA


1. Penjelasan Umum
a. Buku KIA disusun berurutan mulai dari ibu hamil,
bersalin, nifas, dan bayi baru lahir sampai dengan anak
umur 5 tahun.
b. lnformasi mengenai kesehatan ibu hamil, bersalin dan
nifas
c. lnformasi tentang bayi baru lahir, bayi dan anak balita
2. Cara Penggunaan Buku KIA
a. Ibu
Untuk memperoleh manfaat dari penggunaan Buku KIA,
tenaga kesehatan dapat menjelaskan kepada
ibu/keluarga cara penggunaan Buku KIA sebagai berikut
:
1) Setelah menerima Buku KIA dari tenaga kesehatan, ibu
perlu memahami isi buku. Bila ada hal yang kurang

204
jelas, kader dan tenaga kesehatan dapat memberikan
penjelasan kepada ibu.
2) Untuk memahami isi buku KIA, ibu perlu membaca
seluruh bagian yang berkaitan,
3) Apabila ada ibu hamil lain yang belum mempunyai
Buku KIA, ibu tersebut dianjurkan dan dimotivasi
untuk meminta Buku KIA di Puskesmas terdekat atau
pada tenaga kesehatan.
4) Ibu/anggota keluarga dianjurkan mengisi kotak
pemantauan perkembangan sesuai dengan umur anak,
sebagaimana tercantum dalam buku KIA.
5) Berpedoman pada Buku KIA, ibu segera
menindaklanjuti saran/nasehat tenaga kesehatan. Jika
ada pesan yang belum jelas, ibu dapat menanyakan
langsung ke tenaga kesehatan.
6) Berpedoman pada jadwal pelayanan dalam Buku KIA,
ibu dapat meminta pelayanan yang diperlukan ke
kader/tenaga kesehatan.
7) Buku KiA ini harus disimpan dengan baik agar tidak
hilang atau terselip. Setelah bayi lahir, buku ini
menjadi milik bayi yang terus digunakan sampai
umur 5 tahun.
8) Apabila ibu merasakan/menemukan tanda-tanda
tidak normal/ ada kelainan/tanda bahaya, ibu
dianjurkan untuk segera men datangi tenaga
kesehatan.

b. Kader
Untuk membantu agar ibu/keluarga dapat
memanfaatkan Buku KIA dengan sebaik-baiknya, maka
kader dianjurkan dapat melakukan hal-hal berikut ini:
1) Setelah menerima Buku KIA dan Buku Pegangan Bagi
Kader, kader perlu membaca seluruh isi buku. Bila ada
hal-hal yang kurang jelas, kader dapat menanyakan
langsung kepada tenaga kesehatan.

205
2) Setelah memahami isi Buku KIA, kader dapat memberi
pelayanan dan nasehat kepada ibu/keluarga.
3) Pada waktu memberikan pelayanan/nasehat kepada
ibu/keiuarga. Kader perlu memperlihatkan materi
tersebut ke ibu dan menganjurkan ibu untuk
menerapkannya di rumah.
4) Kader mencatat seluruh ibu hamil yang belum
terdaftar dan belum mempunyai Buku KIA, serta
menginformasikan ke tenaga kesehatan.
5) Kader mengisi KMS Anak, tanggal pemberian Vitamin
A dan kotak pemantauan perkembangan anak. Kader
dapat membantu ibu mengisi kotak pemantauan
perkembangan.
6) Kader selalu memotivasi ibu untuk membaca sendiri
di rumah dan melaksanakan petunjuk-petunjuk dalam
Buku KIA. Bila ada kesulitan dalam membaca, ibu
dapat meminta pertolongan suami, anak atau anggota
keluarga lain yang dapat membaca dengan lancar.
7) Bila kader menemukan tanda-tanda tidak normal/ada
kelainan/tanda bahaya pada ibu/anak, kader segera
merujuk ibu/anak ke tenaga kesehatan. Suami dan
anggota keluarga lainnya dimotivasi untuk membawa
ibu ke fasilitas rujukan.
8) Kader selalu mengingatkan ibu untuk selalu
membawa Buku KIA pada setiap kali berkunjung ke
fasilitas pelayanan kesehatan atau Posydu.

c. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan memberikan pelayanan dan
penyuluhan/Edukasi, sebaiknya menggunakan dan
berpedoman pada buku ini. Cara penggunaannya adalah
sebagai berikut :
1) Setiap kali ibu/anak kontak dengan tenaga kesehatan,
tenaga kesehatan mengisi kolom/ruangan yang
tersedia sesuai hasil pemeriksaan dan mencatat hal-hal
lain yang perlu ditulis.

206
2) Berdasarkan catatan tersebut, tenaga kesehatan
melakukan analisis masalah kesehatan, gizi dan
tumbuh kembang. Pelayanan dan
penyuluhan/edukasi sesuai dengan
kebutuhan/kondisi Ibu/anak dan permasalahan
sambil memperhatikan materi yang tercantum dalam
Buku KIA.
3) Selalu memotivasi ibu untuk membaca di rumah dan
melaksanakan petunjuk-petunjuk yang ada dalam
Buku KIA.
4) Bila ada kelainan atau gangguan kesehatan yang tidak
dapat ditangani oleh tenaga kesehatan, segera dirujuk
sesuai mekanisme yang berlaku.
5) Setelah ibu melahirkan bayi, buku ini tetap digunakan
untuk mencatat kegiatan pelayanan dan memantau
kondisi kesehatan anak.
6) Tenaga kesehatan harus selalu mengingatkan kepada
ibu agar buku ini disimpan secara baik sebagai "paspor
kesehatan" bagi ibu dan anaknya sampai umur 5
tahun.
7) Tenaga kesehatan harus selalu mengingatkan kepada
ibu agar buku ini selalu dibawa setiap kali berkunjung
ke fasilitas pelayanan, baik pada saat sehat maupun
sakit.
8) Setiap kasus didiskusikan saat Audit Maternal
Perinatal (AMP), harus diperiksa catatan dalam Buku
KIA yang dimiliki oleh ibu.

D. Cara Mengisi Buku KIA


1. Pengisian Umum:
a. Diisi oleh Tenaga Kesehatan.
Tenaga kesehatan mengisi data tentang:
1) ldentitas ibu, anak dan suami. ldentitas anak diisi
sesudah lahir.
2) Data kesehatan ibu berupa: riwayat kehamilan,
pemeriksaan kehamilan, rencana persalinan,

207
pemeriksaan ibu bersalin dan nifas serta pelayanan
keluarga berencana.
3) Data kesehatan anak: pemeriksaan bayi baru lahir,
catatan pemberian imunisasi dan pengukuran LILA.
4) Catatan penyakit pada halaman belakang.
b. Diisi oleh ibu/kader data tentang:
1) Hasil penimbangan pada KMS Anak
2) Tanggal pemberian kapsul vitamin A
3) Hasil pemantauan perkernbangan anak sejak umur 0
bulan (baru Lahir) sampai 5 tahun pada kotak-kotak
pemantauan.
4) Mencatat tanda-tanda atau gejala sakit yang diderita
ibu /anak di halaman belakang tentang Catatan
Penyakit.

2. Cara Mengisi Identitas dan latar belakang keluarga:


Halaman 1: diisi oleh tenaga kesehatan
a. Nomor register: diisi oleh Tenaga Kesehatan yang
memberikan pelayanan pertama kali. Diisi nomor urut
masing-masing unit pelayanan.
b. Tanggal : diisi tanggal pada saat pertama kali
mendapatkan pelayanan.
c. Kolom identitas:
1) Nama ibu: diisi nama ibu hamil
2) Umur ibu: diisi umur ibu hamil
3) Umur waktu nikah: diisi umur ibu waktu menikah
4) Gol. darah ibu: jelas (periksalah bila tidak diketah ui)
5) LILA: diisi ukuran lingkaran lengan atas
6) Pendidikan ibu : coret yang tidak perlu
7) Pekerjaan ibu: diisi petani
nelayan/guru/dosen/pegawai negeri/tidak bekerja
dll.
8) Nama anak:….
9) Tgl. lahir/umur : diisi sesudah anak lahir diisi tanggal,
bulan dan tahun lahir anak
10) Jenis kelamin: jelas ( Laki /Perempuan)

208
11) Nama suami: jelas
12) Umur suami : jelas
13) Pendidikan suami: caret yang tidak perlu
14) Pekerjaan suami: cara mengisi sama dengan ibu diisi
alamat ibu hamil /balita
15) Alamat : …………..

3. Pemantauan dan penyuluhankesehatan ibu dan bayi baru


lahir
a. Ibu Hamil
1) Riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya
a) G : diisi kehamilan termasuk yang sekarang
b) P : diisi jumlah bayi (> 28 minggu) yang pernah
dilahirkan
c) A : diisi jumlah keguguran yang pernah dialami
d) Jumlah anak hidup: sesuai jumlah anak yang hidup
e) Jumlah anak mati : Jumlah anak yang mati
f) Jarak persalinan terakhir (tahun) : diisi sesuai
rentang waktu antara persalinan terakhir dengan
kehamilan sekarang, sekali pun anak tersebut
meninggal/keguguran
g) Penolong persalinan yang terakhir : diisi sesuai
dengan penolong persalinan baik oleh tenaga
kesehatan maupun bukan.
1) Cara persalinan yang lalu : diisi dengan cara
rnelingkari jenis persalinan yang dialami.
2) Penggunaan Kontrasepsi sebelum kehamilan
ini: diisi jenis kontrasepsi yang digunakan
sebelum kehamilan ini.
2) Pemeriksaan Kehamilan
Diisi oleh tenaga kesehatan yang memeriksa ibu hamil
a) Grafik kehamilan
1) Tinggi puncak rahim diukur dengan sentimeter
(cm).
2) Diukur dari batas atas simfisis sampai batas atas
puncak rahim dalam posisi tidur terlentang.

209
Kemudian dibandingkan dengan minggu
kehamilan.
3) Diisi pada minggu kehamilan ibu tersebut
datang untuk pelayanan antenatal.
Kalau tinggi puncak rahim atau tinggi fundus
uteri adalah diluar daerah hijau, berarti:
kemungkinan terdapat gangguan pertumbuhan
janin atau Ada kesalahan dalam menghitung
minggu kehamilan pastikan HPHT dan ulangi
perhitungan Hari Tasksiran Partus (HTP) atau
Salah cara mengukur TFU ulangi pengukuran
TFU

b. Pemeriksaan rutin tanggal pemeriksaan : jelas


1) Keluhan : diisi keluhan ibu hamil
2) Berat badan :diisi dalam kg
3) Tekanan darah : Sesuai hasil pengukuran
4) Edema/ bengkak : diisi tanda () bila ya atau (-) bila
tidak
5) Letak janin : diisi jumlah detak jatung
6) HB (Persen talquist/gram %) : diisi persen taluist atau
gram %
7) Tablet tambah darah : diisi jumlah tablet Fe dan
tanggal pemberian dan di beri Tanda () pada lembar
TTD
8) Kapsul minyak beryodium : diisi tanda () dan tanggal
pemberian
9) Imunisasi TT : diisi TT1, TT2, atau TT-U dan tanggal
pemberian
10) Keluhan gigi/mulut : pemeriksaan paling sedikit 2
kali, kalau ada keluhan, gigi berlubang, gusi berdarah
bengkak, dan lain-lain.
11) Nasehat: diisi pengobatan apa, rujukan ke mana,
dan lain-lain.
Kalau ibu datang tidak sesuai jadwal kunjungan
kehamilan/datang tidak sesuai kolom, pakai kolom

210
yang paling dekat atau dicatat pada halaman
'Catatan' sambil dihimbau untuk datang sesuai
kolom.

c. Rencana Persalinan Pada Kehamilan Sekarang


Atas : diisi oleh kader/ibu hamil pada waktu
kunjungan pertama. Motivasi ibu hamil mengisi
Buku KIA.
Bawah : diisi oleh tenaga kesehatan pada waktu
kunjungan pertama. Ulangi lagi setiap kali
kunjungan. Beri tanda ( +) kalau ya, dan (-) kalau
tidak. JANGAN DIISI kalau tidak diketahui.

d. Tanda bahaya pada Kehamilan dan Persalinan yang


perlu segera dirujuk ke Tenaga Kesehatan/ Rumah Sakit.
Gambar-gambar dipakai sebagai alat penyuluhan oleh
tenaga kesehatan atau kader kepada ibu hamil agar ibu
tahu tindakan apa yang harus lakukan. Apabila telah
disampaikan, diberikan tanda () pada kotak yang
tersedia. Ulangi setiap kali waktu pemeriksaan
kehamilan.

e. Petunjuk agar ibu dan bayi sehat


Ulangi lagi setiap kali waktu pemeriksaan kehamilan

4. lbu Bersalin dan Nifas. Dicatat, tanda–tanda akan


melahirkan dan persiapan sebelum melahirkan, termasuk
tanda bahaya pada waktu melahirkan.
Di catat pula keadaan ibu dan Bayi Baru Lahir pasca
melahirkan. Pencatatan dengan memberi tanda sesuai
kondisi atau keadaan yang ditentukan

5. Keluarga Berencana
a. Pelayanan Keluarga Berencana
1) Diisi oleh tenaga kesehatan

211
2) Diisi metode yang digunakan pada saat ini, beri tanda
() pada jawaban yang sesuai.
3) Diisi tanggal pemakaian kontrasepsi sesudah ibu
melahirkan.
b. Pada Buku KIA ada gambar/media penyuluhan/Edukasi
tentang macam-macam kontrasepsi yang sesuai dengan
usia WUS ( hal 33)

6. Penjelasan umum tentang kesehatan anak


a. Imunisasi: Diisi oleh tenaga kesehatan yang memberikan
imunisasi dengan menuliskan tanggal pemberian
imunisasi, pada kolom jenis imunisasi yang sesuai.
b. Berat Badan dan Panjang Badan anak dicatat pada KMS,
Jika perempuan, maka yang digunakan KMS warna Pink
dan jika Laki-Laki, yang digunakan KMS Biru, kemudian
dicatat pada kolom yang sesuai.

212
DAFTAR PUSTAKA

Antika R. Kelengkapan Pengisian Buku KIA. Oksitosin: Jurnal


Ilmiah Kebidanan. 2014 Feb 1;1(1):40-51.

Munir R, ST S, Kusmiati M, ST S, Zakiah L, ST S, Lestari F, ST S,


Rahmadini AF, ST S, KM M. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Kehamilan. Penerbit Lakeisha; 2023 Mar 1.

Sistiarani C, Nurhayati S. Faktor yang Mempengaruhi Peran Kader


dalam Penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak. KEMAS:
Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2013 Jan 3;8(2).

Sistiarani C. Analisis kualitas penggunaan buku kesehatan ibu anak.


KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2014;10(1):14-20.

Sistiarani C. Analisis kualitas penggunaan buku kesehatan ibu anak.


KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2014;10(1):14-20.

213
BIODATA PENULIS

Mardiani Mangun, SSiT., MPH,


lahir di Poso, pada tanggal 22 Januari
1965. Tercatat sebagai Lulusan
Program Studi KIA-Kespro UGM.
Wanita yang kerap disapa Nona, ini
adalah anak dari pasangan Idrus
Mangun (ayah) dan Minasia.A (ibu).
Memiliki dua orang anak, Dewi
Fadhilah Sari, dan Satrio Dwi
Ramdhani. Dosen Di Prodi STr.Keb
Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Palu.

214

Anda mungkin juga menyukai