Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PADA MASALAH

OLIGOHIDRAMNION DENGAN MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN


METODE VARNEY
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Dokumentasi Kebidanan

DosenPembimbing :

Didien Ika Setyarini, S.Si.T., M.Keb

Disusun Oleh:

Amalia Sofia

(P17310181007)/2A

D-III Kebidanan Malang

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN MALANG

TAHUN 2018/20
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan berkat dan rahmatnya
saya bisa membuat sebuah makalah yang berjudul “ Asuhan Kebidanan
Kehamilan Pada Masalah Oligohidramnion Dengan Manajemen Kebidanan
Metode Varney ”.

Dengan membuat makalah ini, semoga saya bisa menambah pengetahuan


dan dapat memahami lebih dalam lagi mengenai ilmu kesehatan terutama ilmu
dokumentasi kebidanan dengan metode varney pada masalah kehamilan dengan
Oligohidramnion. Oleh karena itu, saya ingin berterima kasih kepada :

1. Dosen saya yakni ibu Didien Ika Setyarini, S.Si.T., M. Keb yang telah
membimbing dan mengarahkan saya untuk membuat makalah ini.
2. Orang tua dan keluarga saya yang sudah memberi dukungan dan motivasi
kepada saya.
Dengan itu saya berharap jika ada kekeliruan atau kesalahan dalam proses
mengerjakan makalah ini dimohon kepada ibu Didien Ika Setyarini, S.Si.T.,
M.Keb untuk memberikan arahan dan bimbingannya, guna untuk memperbaiki
dan menjadikan makalah ini lebih baik lagi.

Malang, 23 September 2019

Amalia Sofia

NIM: P17310181007
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................1
1.2 TUJUAN...................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1. TEORI.......................................................................................................3
2.1.1. Cairan Amnion...................................................................................3
2.1.2. Definisi Oligohidramnion..................................................................3
2.1.3. Etiologi...............................................................................................6
2.1.4. Patofisiologi.......................................................................................7
2.1.5. Diagnosis Oligohidramnion...............................................................8
2.1.6. Gambaran Klinis................................................................................9
2.1.7. Akibat Oligohidramnion....................................................................9
2.1.8. Prognosis..........................................................................................10
2.1.9. Pemeriksaan Penunjang...................................................................11
2.1.10. Penatalaksanaan...............................................................................11
BAB III MANAJEMEN ASUHAN....................................................................12
3.1. Manajemen Asuhan Varney........................................................................12
3.1.1. Pengkajian...........................................................................................12
3.1.2. Interpretasi Data Dasar (Identifikasi diagnosis Masalah).........17
3.1.3. Penegakkan Masalah Potensial....................................................18
3.1.4. Menetapkan Kebutuhan Segera..................................................18
3.1.5. Merencanakan Asuhan Menyeluruh............................................19
3.1.6. Pelaksanaan (Implementasi).........................................................19
3.1.7. Evaluasi...........................................................................................20
BAB IV PENUTUP..............................................................................................21
4.1. Kesimpulan.................................................................................................21
4.2. Saran............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan


proses patologi tetapi kondisi normal dapat menjadi patologi atau abnormal.
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal apabila proses terjadi pada usia kehamilan
cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Angka Kematian
Bayi (AKB) merupakan hal yang paling sensitive terhadap upaya pelayanan
kesehatan terutama yang berhubungan dengan bayi baru lahir perinatal dan
neonatal. Kasus kematian bayi diantaranya disebabkan oleh berat lahir rendah,
asfiksia, sepsis, kelainan kongenital, dan lain-lain.

Salah satu penyebab angka kematian bayi yang terbesar adalah asfiksia,
asfiksia merupakan salah satu komplikasi akibat terjadinya oligohidramnion.
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal
yaitu kurang dari 500 ml, yang mempunyai resiko terjadinya gawat janin maupun
infeksi. Penurunan volume cairan amnion atau oligohidramnion berhubungan
dengan kondisi ibu atau janin seperti pada keadaan hipertensi, pertumbuhan janin
terhambat atau kelainan bawaan, sindroma aspirasi meconium, skor APGAR
rendah. Sedangkan luaran perinatal yang terkait oligohidramnion berhubungan
dengan kondisi mendasar dimana proses alamiahnya masih belum diketahui
secara pasti. Pada kehamilan post-term, influensi plasnta merupakan factor utama
penurunan jumlah cairan ketuban.

Beberapa keadaan berhubungan dengan obstruksi saluran traktus urinarius


janin atau renal agenesis. Sebab oligohidramnion secara primer karena
pertumbuhan amnion yang kurang baik, sedangkan secara sekunder yaitu ketuban
pecah dini. Oligohidramnion mempunyai hubungan erat dengan mortalitas dan
mordibilitas perinatal. Kurangnya cairan ketuban tentu saja akan mengganggu
kehidupan janin,bahkan dapat mengakibatkan kematian janin, efek lainnya janin
berkemungkinan memiliki cacat bawaan pada saluran kemih, pertumbuhannya

1
terhambat, bahkan meninggal sebelum dilahirkan. Sesaat setelah dilahirkan pun
sangat mungkin bayi beresiko tak segera bernafas secara spontan dan teratur.

Oligohidramnion dapat terjadi pada kehamilan trimester pertama yang dapat


menekan organ-organ janin dan menyebabkan kecacatan, seperti kerusakan paru-
paru, tungkai dan lengan. Oligohidramnion yang terjadi dipertengahan kehamilan
juga meningkatkan resiko keguguran, kelahiran premature, dan kematian bayi
didalam kandungan. Jika oligohidramnion terjadi di kehamilan trimester akhir, hal
ini mungkin berhubungan dengan pertumbuhan janin yang kurang baik. Disaat
akhir kehamilan, oligohiramnion dapat meningkatkan resiko komplikasi
persalinan dan kelahiran, termasuk kerusakan ari-ari memutuskan saluran oksigen
kepada janin dan menyebabkan kematian janin. Hasil penelitian insiden
oligohidramnion terbanyak ditemukan pada primigravida (55%). Penyebab
terbanyak oligohidramnion adalah idiopatik 42%. Kedua terbanyak didapatkan
pada kelompok hipertensi didalam kehamilan 35%.

1.2 TUJUAN
1. Mahasiswa mampu memahami teori yang berkaitan dengan kasus
kehamilan dengan Oligohidramnion.
2. Mahasiswa mampu memahami konsep manajemen asuhan kehamilan
dengan oligohidramnion dengan metode varney.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. TEORI
2.1.1. Cairan Amnion

Cairan amnion merupakan pelindung dan bantalan untuk proteksi


sekaligus menunjang pertumbuhan. Osmolitas, kadar natrium, ureum,
kreatinin tidak berbeda dengan kadar pada serum ibu, artinya kadar di cairan
amnion merupakan difusi dari ibunya. Cairan amnion mengandung banyak
sel janin (lanungo,vernik kaseosa) fungsi cairan amnion yang juga penting
adalah untuk menghambat bakteri karena mngandung zat seperti fosfat dan
seng ( Prawiroharjo,2010:155)

Cairan ketuban mempunyai peranan yang sangat penting bagi


perkembangan dan pertumbuhan janin. Kelainan jumlah cairan ketuban
dapat terjadi, dan seringkali merupakan tanda yang paling awal terlihat pada
janin yang mengalami gangguan. Dan kelainan jumlah cairan ketuban
menimbulkan gangguan pada janin, seperti hypoplasia paru, deformitas
janin, kompresi tali pusat, pertumbuhan janin terhambat, prematuritas,
kelainan letak dan kematian janin. Maka dari itu kelainan jumlah cairan
ketuban meningkatkan mordibitas dan mortalitas ( wiknosastro,2009:267)

2.1.2. Definisi Oligohidramnion

Oligohidramnion adalah air ketuban kurang dari 500 cc.


Oligohidramnion volume cairan amnion yang turun jauh dibawah batas
normal dan kadang-kadang berkurang hingga hanya beberapa ml cairan
kental. Oligohidramnion kurang baik untuk pertumbuhan janin karena
pertumbuhan janin dapat terganggu oleh perlekatan antara janin dan
amnion atau karena janin mengalami tekanan dinding Rahim.
(Sastrawinata,dkk) Volume cairan amnion saat aterm kira-kira 800ml dan
ph 7. Oligohidramnion secara objektif di tentukan dengan pengukuran
kantung terbesar dengan ultrasonografi yang menunjukan angka kurang
dari 2cm x 2cm atau jumlah dari 4 kuadran total kurang dari 5cm

3
Menurut Sukarni K, Incesmi (2015) Oligohidramnion sering berkaitan
dengan:

a. Janin kecil
b. Agnesis renal
c. Dysplasia Traktus Urinarius

Oligohidramnion didefinisikan sebagai volume cairan ketuban


<200/<500 ml atau indeks cairan ketuban <5cm. (Kanneth
J.laveno,2009:15). Menurut Manuaba, dkk, (2007), jika produksinya
semakin berkurang, disebabkan oleh beberapa hal diantaranya: infusiensi
placenta, kehamilan post term, gangguan organ perkemihan, janin terlalu
banyak minum yang menimbulkan makin berkurangnya jumlah air
ketuban intrauteri “Oligohidramnion”dengan kriteria :

a. Jumlah kurang dari 500 cc


b. Kental
c. Bercampur meconium

Pengukuran cairan aminon ( indeks cairan amnion/amniotic fluid


index “AFI”) dihitung dengan membagi uterus hamil menjadi 4 kuadran
dan meletakkan transduser diperut ibu sepanjang sumbu longitudinal.
Dilakukan pengukuran garis tengah vertical kantong cairan amnion yang
paling besar di masing-masing kuadran dengan transduser diletakkan tegak
lurus terhadap lantai hasil pengukuran dijumlah dan dicatat sebagai AFI.
Nilai normal AFI untuk kehamilan normal dari 16 hingga 42 minggu
tercantum di apendiks B, “Tabel Acuan Ultrasound” indeks cairan amnion
cukup andal untuk menemukan normal atau meningkatnya cairan amnion,
tetapi kurang akurat untuk menentuka oligohidramnion beberapa factor
mungkin mempengaruhi indeks cairan amnion, termasuk ketinggian, dan
pebatasan cairan ibu atau dehidrasi (Kanneth J.laveno,2009:15)

4
Oligohidramnion Awitan Dini

Sejumlah keadaan dilaporkan berkaitan dengan pengurangan cairan


amnion. Oligohidramnion hamper selalu tampak jelas jika terdapat
obstruksi saluran kemih janin atau agenesis ginjal.sebanyak 15 hingga 25
% kasus yang dilaporkan berkaitan dengan anomaly-anomali janin
Kebocoran kronis akibat adanya defek di membrane dapat cukup banyak
mengurangi volume cairan,tetapi umumnya segera terjadi
persalinan.Terpajan inhibitor ACE juga dilaporkan berkaitan dengan
oligohidramnion.

Keadaan yang berkaitan dengan Oligohidramnion

JANIN IBU
Kelainan kromosom Insufisiensi uteroplasenta
Anomaly congenital Hipertensi
Hambatan pertumbuhan Preeclampsia
Kematian Diabetes
Kehamilan post matur
Ketuban pecah
PLASENTA Obat
Solusio Inhibitor Prostaglandin sintase
Transfuse kembar-ke-kembar Inhibitor angiostesin –
converting enzyme
Idiopatik

2.1.3. Etiologi

5
Penyebab pasti oligohidramnion belum diketahui secara pasti, beberapa
keadaan yang berhubungan dengan oligohidramnion hampir selalu berhubungan
dengan obstruksi saluran traktus urinarius janin atau renal agenesis. Sebab
oligohidramnion secara primer karena pertumbuhan amnion yang kurang baik,
sedangkan secara sekunder yaitu ketuban pecah dini.( Khumaira, 2012:188)

Oligohidramnion harus dicurigai jika tinggi fundus uteri lebih rendah


secara bermakna dibandingkan yang diharapkan pada usia pada kehamilan
tersebut. Oligohidramnion disebabkan karena kehilangan cairan yang meningkat
ketuban pecah dini yang menyebabkan 50% kasus oligohidramnion, penurunan
produksi cairan amnion yakni kelainan ginjal kongenital akan menurunkan
pengeluaran ginjal janin obstruksi pintu keluar kandung kemih atau uretra akan
menurunlan keluaran urine ( Rukiyah dan Yulianti, 2010:232)

Mayoritas wanita hamil tidak mengetahui penyebab secara pasti. Penyebab


oligohidramnion yang telah terdeteksi adalah cacat bawaan janin dan bocornya
kantung/ membrane cairan ketuban yang mengelilingi janin dalam rahim. Dan
masalah lainnya seperti gangguan ginjal dan saluran kemih karena jumlah urin
yang di produksi janin berkurang.

Masalah kesehatan lain juga dihubungkan dengan oligohidramnion adalah


tekanan darah tinggi, diabetes, SLE dan masalah pada plasenta.
a. Jika dilihat dari fetal, penyebab bisa karena:
 Kromosom
 Kongenital
 Hambatan pertumbuhan janin dalam rahim
 Kehamilan posterm
 Prematur
b. Jika dilihat dari Maternal, penyebabnya:
 Dehidrasi
 Insufisiensi uteroplasental
 Preeklamsia
 Hypoxia Kronis

6
Menurut Sinclair (2009) oligohidramnion disebabkan oleh :

a. Infusiensi plasenta pada pertumbuhan janin terhambat berdasarkan


teori Benson, 2008 waktu paling aman untuk persalinan adalah 39-41
minggu. Setelah minggu ke 41 terdapat peningkatan mortalitas secara
tetap ( missal infusiensi plasenta )
b. Obstruksi ginjal janin atau agnesis yang menyebabkan produksi urin
berkurang dan mencegah masuknya urin kedalam rongga amnion
sehingga menurunya cairan ketuban.
c. Kebocoran cairan yang kronis yang menyebabkan berkurangnya cairan
amnion.

Sebab oligohidramnion secara primer karena pertumbuhan yang kurang


baik, sedangkan secara sekunder yaitu ketuban pecah dini (Marmi dkk, 2011:111)

2.1.4. Patofisiologi

Mekanisme atau patofisiologi terjadinya oligohiramnion dapat dikaitkan


dengan adanya sindroma potter dan fenotip potern dimana keduanya merupakan
suatu keadaan kompleks yang berhubungan dengan gagal ginjal bawaan dan
berhubungan dengan oligohidramnion.

Fenotip potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru
lahir, dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnon
menyebabkan janin tidak mempunyai bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan
dari dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah potter).
Selain itu, karena ruang didalam rahim sempit maka anggota gerak tubuh menjadi
abnormal.

Oligohidramnion juga menyebabkan terjadinya perkembangan paru-


paru(paru-paru hipoplastik). Sehingga pada saat lahir paru-paru tidak berfungsi
sebagaimana mestinya. Pada Sindroma Potter kelainan yang utama adalah gagal
ginjal bawaan baik karena kegagalan pembentukan ginjal maupun karena penyakit
lin pada ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi.

Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan oligohidramnion adalah


kelainan kongenital, pertumbuhan janin terhambat, ketuban pecah dini, kehamilan

7
postterm, insufiensi plasenta, obat-obatan( misalnya dari golongan
antiprostaglandin). Kelainan kongenital yang paling sering menimbulkan
oligohidramnion adalah kelainan sistem saluran kemih dan kelainan kromosom.
(Prawirohardjo, 2010:155).

Pada insufisiensi plasenta oleh sebab apapun akan menyebabkan hipoksia


janin. Hipoksia janin yang berlangsung kronik akan memicu mekanisme
reditribusi darah. Salah satu dampaknya adalah terjadi penurunan aliran darah ke
ginjal, produksi urin berkurang yang menyebabkan oligohidramnion.
(Prawirohardjo, 2010:269).

2.1.5. Diagnosis Oligohidramnion

Untuk mengetahui oligohidramnion secara jelas perlu dilakukan


“amnioskopi” dengan alat amnioskop.

Indikasi amnioskopi:

1) Usia kehamilan diatas 37 minggu


2) Terdapat pre-eklampsi atau eklampsia
3) Bad obstetric history
4) Kemungkinan IUGR
5) Kelainan ginjal
6) Kehamilan post date

Hasil yang diharapkan:

1) Kekeruhan air ketuban


2) Pewarnaan dengan meconium

Komplikasi tindakan amnioskopi:

1) Terjadi persalinan premature


2) Ketuba pecah menimbulkan persalinan premature
3) Terjadi perdarahan kanalis serviks
4) Terjadi infeksi asendens

8
Teknik dapat dilakukan dengan cara Ultrasonografi yang dapat menentukan:

1) Amniotic fluid index (AFI) kurang dari 5cm


2) AFI kurang dari 3 cm atau Moderate Oligohidramnion
3) AFI kurang dari 2-1 cm disebut Severe Oligohidramnion

2.1.6. Gambaran Klinis


a. Uterus akan tampak kecil dari usia kehamilan
b. Perut ibu kelihatan kurang membuncit
c. Ibu merasa nyeri di perut pada tiap pergerakan anak
d. Persalinan lebih lama dari biasanya
e. Sering berakhir dengan partus prematurus
f. Sewaktu his akan terasa sakit sekali
g. Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali, bahkan tidak ada yang
keluar
h. Detak jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar
lebih jelas
i. Dari hasil USG ketuban kurang dari 500ml

(Rukiyah dan Yulianti,2010:232-233)

2.1.7. Akibat Oligohidramnion


a. Bila terjadi pada permulaan kehamilan maka janin akan menderita
cacat bawaan ,keguguran,janin meninggal dan pertumbuhan janin
dapat terganggu bahkan bisa terjadi partus prematurus yaitu picak
seperti kertas kusut karena janin mengalami tekanan dinding rahim.
b. Jika terjadi pada trimester kedua kehamilan, akan amat mengganggu
tumbuh kembang janin.
c. Bila terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut akan terjadi cacat bawaan
seperti club-foot, cacat bawaan karena tekanan atau kulit jadi tenal dan
kering (lethery appereance).
d. Jika terjadi menjelang persalinan, meningkatkan risiko terjadinya
komplikasi selama kelahiran. Seperti tidak efektifnya kontraksi rahim

9
akibat tekanan di dalam rahim yang tidak seragam ke segala arah.
Buntutnya, persalinan jadi lama atau malah “berhenti”

2.1.8. Prognosis

Tidak baik terutama untuk janin, apabila terjadi kehamilan muda akan
mengakibatkan gangguan bagi pertumbuhan janin, dan bahkan akan terjadi foetus
papyreceous, yaitu picak seperti kertas karena tekanan-tekanan. Bila terjadi pada
kehamilan lanjut akan terjadi cacat bawaan,cacat karena tekanan kulit menjadi
tebal dan kering, selain itu dapat mengakibatkan muskculoskeletal
(Khumaira,2012:189)

Oligohidramnion yang terjadi pada janin kurang dari 24 minggu dapat


mengakibatkan hypoplasia paru-paru, ada dua kemungkinan yang terjadi:

1. Kompresi Toraks, mengakibatkan pengembangan dinding dada dan


paru-paru terhambat
2. Terganggunya produksi serta aliran cairan paru-paru beraibat pada
pertumbuhan dan perkembangan paru-paru (Khumaira,2012:189)

Prognosis janin buruk pada oligohidramnion awitan dini dan hanya


separuh janin yang hidup.Sering terjadi persalinan premature dan kematian
neonatus.Oligohidramnion dilaporkan berkaitan dengan pelekatan antara amnion
dan bagian-bagian janin serta dapat menyebabkan cacat serius termasuk
amputasi.Selain itu,dengan tidak adanya cairan amnion,janin mengalami tekanan
dari semua sisi dan menunjukkan penampilan yang aneh disertai cacat
musculoskeletal seperti jari tubuh.

(Kanneth J. 2009: )

Menurut Kanneth J. (2009) Anomali Kongenital yang berkaitan dengan


oligohidramnion :

 Sindrom pita amniotic


 Jantung : tetralogi Fallot,cacat septum
 Kelainan kromosom : triploidi,trisomi 18,sindom turner

10
 Hernia diafragmatika
 Kemih kelamin
 Skeletal : sirenomalia,agenesis sacrum,tidak adanya radius,sumbing
wajah.
 Transfuse kembar-ke-kembar

2.1.9. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
 USG ibu (menunjukkan oligohidramnion serta tidak adanya ginjal
janin atau ginjal yang sangat abnormal)
 Rontgen perut bayi
 Rontgen paru-paru bayi
 Analisa gas darah.
Cara mengeceknya :
Dengan memeriksa indeks cairan ketuban, yakni jumlah pengukuran
kedalaman gambaran air ketuban di empat sisi kuadran perut ibu. Dilakukan lewat
USG (ultrasonografi). Nilai nominalnya berkisar antara 10-20 cm. Bila kurang
dari 10 cm disebut air ketuban telah berkurang. Jika kurang dari 5 cm, inilah yang
disebut oligohidramnion.

2.1.10. Penatalaksanaan

Oligohidramnion tergantung pada situasi klinik dan dilakukan pada


fasilitas kesehatan yang lebih lengkap mengingat prognosis janin yang tidak baik.
Kompresi tali pusat selama proses persalinan bisa terjadi pada oligohidramnion,
oleh karena itu persalinan dengan section caesarea merupakan pilihan terbaik pada
kasus Oligohidramnion. (Khumaira,2012:189)

Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010:233) penatalaksanaan pada ibu


dengan oligohidramnion yaitu:
1) Tirah baring
2) Hidrasi dengan kecukupan cairan
3) Perbaikan nutrisi
4) Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin)

11
5) Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion

BAB III
MANAJEMEN ASUHAN

3.1. Manajemen Asuhan Varney


3.1.1. Pengkajian
Pada langkah pertama ini, semua informasi yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien telah dikumpulkan. Untuk
memperoleh data dilakukan melalui Anamnesa. Pada langkah pertama ini
dikumpulkan semua data atau informasi yang akurat dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien. Data – data yang di kumpulkan meliputi:

1. Data Subjektif
a. Biodata atau identitas dari klien dan suami.
Yang dikaji: nama, umur, suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, penghasilan.
Tujuannya : untuk mengenal klien, dan membedakan antara klien yang
satu dengan yang lainnya.
b. Keluhan utama

Alasan ibu datang ke fasilitas kesehatan atau ke BPM dan apa saja yang
dirasakan oleh ibu

c. Riwayat perkawinan

kemungkinan ditemukan status perkawinan,umur waktu kawin,berapa


lama kawin. karena ini akan mempengaruhi kehamilan ibu.

d. Riwayat menstruasi

Yang ditanyakan adalah kapan HPHT ibu, untuk menentukan usia


kehamilan, dan tafsiran persalinan, bagaimana siklus haid, berapa
banyaknya, kapan pertama kali haid dan apakah ada nyeri saat haid.

e. Riwayat Obstetric
 Kehamilan yang lalu

12
Untuk mengetahui ibu pernah hamil berapa kali, apakah ada yang
dikeluhkan ibu, atau ibu merasakan mual muntah.
 Persalinan yang lalu
Untuk mengetahui jenis persalinan yang lalu, ditolong siapa,
dimana dan bagaimana keadaan bayi saat lahir panjang badan dan
berat badan bayi dan apakah ada penyulit.
 Nifas yang lalu
Untuk mengetahui keadaan ibu selama masa nifas, apakah ada
penyulit dan bagaimana proses laktasinya.
f. Pola makan
Untuk mengetahui bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya
selama hamil, dapat menggali informasi dari pasien tentang makanan
yang disukai dan tidak disukai, dan seberapa banyak ibu
mengkonsumsinya.
g. Pola minum
Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan cairan, sangat dibutuhkan
cairan yang cukup bagi ibu hamil.
h. Pola istirahat
Untuk mengetahui hambatan yang mungkin muncul jika bidan
mendapatkan data yang senjang tentang kebutuhan pemenuhan
istirahat bidan dapat menanyakan berapa lama ibu tidur disiang dan
malam hari
i. Pola aktivitas
Untuk mengetahui seberapa berat aktivitas yang biasa pasien laukan
dirumah
j. Personal hygine
Perlu sekali digali karena hal ini dapat mempengaruhi kesehatan
pasien dan janin

k. Riwayat kehamilan sekarang


 Kemungkinan klien merasakan mual muntah dan perdarahan
 Kapan klien merasakan pergerakan pertama kali

13
 Apakah klien pernah melakukan pemeriksaan sebelumnya
 Apakah pasien sudah mendapatkan imunisasi TT
l. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan yang lalu:
Untuk mengetahui apakah klien pernah mengalami penyakit-
penyakit seperti, penyakit DM, penyeakit jantung, hipertensi dsb.
 Riwayat kesehatan yang sekarang:
Apakah klien sedang sakit seperti, DM, Penyakit jantung,
hipertensi dsb.
m. Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui kemungkinan keluarga pasien sedang atau
menderita penyakit kronis, riwayat penyakit menurun, penyakit
menular seksual dan kehamilan kembar dsb.
n. Riwayat kontrasepsi
Untuk mengetahui pasien menggunakan alat kontrasepsi atau tidak,
dan alat kontrasepsi seperti apa yang pernah pasien gunakan
o. Riwayat seksual
Untuk mengetahui apakah pasien ada gangguan atau keluhan dengan
aktifitas seksualnya.
p. Riwayat Sosial, Ekonomi dan Budaya
Untuk mengetahui bagaimana hubungan pasien dengan suami,
keluarga, dan masyarakat. kemungkinan ekonominya yang kurang
mencukupi, dan adanya kemungkinan kebudayaan yang
mempengaruhi kesehatan klien.
q. Riwayat Spiritual
Untuk mengetahui kemungkinan pasien melakukan ibada, dan
memiliki kepercayaan dengan baik.
r. Riwayat psikologis
Untuk mengetahui tanggapan keluarga tentang kehamilan ini: takut,
cemas dsb

14
2. Data Objektif
Untuk melengkapi data dalam menegakkan diagnose, bidan harus
melakukan pengkajian data objektif, melalui pemeriksaan inspeksi,
palpasi, auskultasi, dan perkusi yang dilakukan secara berurutan.
a. Keadaan umum
Memerlukan pengamatan secara keseluruhan, untuk mengetahui
keadaan ibu secara umum. Respon baik apabila memperlihatkan
respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, dan respon
lemah apabila pasien memberikan respon yang kurang baik atau tidak
merespon orang lain dan lingkungan.
b. Keasadaran
Untuk mengetahui kesadaran pasien, dengan pengkajian derajat
keasadaran apakah pasien composmentis (kesadaran maksimal)
sampai dengan coma (pasien tidak dalam keadaan sadar)
c. Tanda-tanda Vital (TTV)
Untuk mengetahu pemeriksaan yang meliputi: tekanan darah, nadi,
pernapasan, dan suhu
d. Pemeriksaan Fisik
Untuk mengetahui kedaan pasien head to toe yang meliputi :
 Secara inspeksi: pemeriksaan yang dilihat (pandang) dari kepala
sampai kaki
 Mata : oedem atau tidak
 Konjungtiva : pucat atau tidak
 Sclera : ikterik atau tidak
 Mulut dan Gigi : lidah bersih atau tidak, ada karies pada gigi
atau tidak
 Leher : kelenjar tiroid ada pembesaran atau tidak, kelenjar
getah bening ada pembekakan atau tidak.

15
 Payudara : simetris atau tidak, putting susu menonjol atau
tidak
 Abdomen : ada bekas operasi atau tidak, berapa tinggi TFU
apakah sesuai dengan usia kehamilan atau tidak
 Vulva : bersih atau tidak, ada varises atau tidak, ada oedem
atau tidak
 Vagina : ada pengeluaran dari vagina atau tidak
 Anus : ada hemoroid atau tidak
 Ekstremitas : ada kelainan atau tidak
 Secara palpasi :
 Leopold I : untuk mengetahui TFU, dan bagian apa yang
berada di fundus, apakah bokong/ kepala atau yang lainnya
 Leopold II : untuk mengetahui bagian apa yang terdapat
dibagian kiri dan kanan perut pasien, kemungkinan teraba
punggung, anggota gerak, atau kepala/ bokong
 Leopold III : untuk menentukan apa bagian yang terbawah dar
bagian abdomen ibu, apakah kepala/ bokong dan bagian yang
lainnya
 Leopold IV : untuk mengetahui dan menentukan sejauh mana
kepala janin masuk kerongga panggul ibu, dan berapa
masuknya dihitung dengan perlimaan
 Secara Auskultasi
Untuk mengetahui kemungkinan terdengar DJJ, apakah terdengar
keras/lemah, berapa frekuensinya, cepat/ tidak bagaimana
intensitasnya dan dimana punctum maximumnya
 Secara Perkusi
Pemeriksaan reflek patella kiri dan kanan yang berkaitan dengan
kekurangan vitamin B dan penyakit syaraf
e. Pemeriksaan tafsiran berat janin
Kemungkinan berat badan janin normal atau tidak dengan
menggunakan rumus :
(TFU dalam cm- 13)x155

16
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui :
a. Darah: HB, hematogkrit, golongan darah dan kadar sterol
b. Urine : untuk pemeriksaan protein urine, glukosa urine, dan aseton
urine

3.1.2. Interpretasi Data Dasar (Identifikasi diagnosis Masalah)

Pada tahap ini, dilakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau
diagnose kebutuhan pasien berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data
yang diperoleh dan dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikan menjadi masalah atau diagnose yang spesifik. Rumusan
diagnosis dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat di
defenisikan seperti diagnosis, akan tetapi tetap membutuhkan penanganan.
Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang dialami pasien yang di identifikasi
sesuai dengan hasil pengkajian. Beberapa masalah tidak dapat di selesaikan
seperti diagnosis, tetapi sebenarnya membutuhkan penanganan yang di tuangkan
kedalam sebuah rencana asuhan terhadap pasien. Dalam inteprestasi  data ada 3
komponen penting yang terdapat di dalamnya yaitu :
a. Diagnosa
Ny. “..” umur … G… P….Ab… T/H/I UK…minggu dengan
kehamilan oligohidramnion
Dasarnya : HPHT, uterus lebih kecil dari usia kehamilan, dan ibu
merasakan merasakan nyeri perut pada saat pergerakan janin.
b. Masalah
Kemungkinan masalah yang akan timbul adalah nyeri pada perut
Dasarnya : pergerakan janin yang tidak optimal karena kurangnya
cairan ketuban
c. Kebutuhan
 Berikan dukungan psikologis kepada ibu
Dasarnya : keadaan kehamilan ibu yang sedang bermasalah
 Tirah baring atau istirahat yang cukup

17
Dasarnya : berbaring membuat sirkulasi oksigen ke otak lebih
lancer sehingga ibu tidak mengalami gangguan nafas
 Hidrasi
Dasar : karena kebutuhan cairan meningkat pada ibu hamil
 Nutrisi
Dasarnya : ibu membutuhkan nutrisi dan gizi yang cukup
 Pemantauan kesejahteraan janin
Cairan amnion yang sedikit membuat janin sukar beraktifitas

3.1.3. Penegakkan Masalah Potensial


Pada langkah ini kita lakukan identifikasi masalah atau diagnose potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnose yang sudah di identifikasi.
Langkah ini membutuhkan identifikasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan sambil melakukan pengamatan pada pasien dan bidan diharapkan
dapat bersiap-siap bila diagnose atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.
Kemungkinan masalah yang akan timbul adalah:
a. Gangguan tumbuh kembang janin
Dasar : janin tidak dapat melakukan gerakan yang bebas karena kurangnya
cairan amnion
b. Terjadi cacat bawaan janin
Dasar: karena ada tekanan tumbuh kembang janin
c. Tidak efektifnya kontraksi rahim saat persalinan
Dasar : akibat tekanan yang ada didalam rahim tidak searah tetapi kesegala
arah
d. Terjadi partus prematurus
Dasar : karena janin mengalami tekanan pada dinding rahim

3.1.4. Menetapkan Kebutuhan Yang Memerlukan Penanganan Segera


Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
untuk dikonsulkan atau ditangani bersama  dengan anggota tim kesehatan  lain
yang sesuai dengan kondisi pasien. Kemungkinan tindakan segera pada kasus
kehamilan dengan oligohidramnion antara lain :

18
a. Gawat janin
Tindakan yang dilakukan :
 Posisi tidur miring kekiri
 Pemberian oksigen 6 liter/menit
 Memberikan cairan oral maupun parenteral (infuse dextrose 10%
tetesan cepat)
b. Kolaborasi dengan tim medis lainnya

3.1.5. Merencanakan Asuhan Menyeluruh


Suatu rencana asuhan harus di setujui oleh kedua belah pihak baik dan
maupun klien agar perencanaan dapat dilakukan dengan dengan efektif. Semua
keputusan harus bersifat rasional dan valid tentang apa yang akan dan tidak
dilakukan.
a. Perencanaan tindakan yang mungkin dilakukan antara lain:
 Jelaskan pada ibu dan keluarga, keadaan ibu dan janin saat ini
 Beritahu keluarga bahwa ibu membutuhkan perhatian yang intensif
 Berikan dukungan psikologis pada ibu dan keluarga
 Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
 Anjurkan ibu untuk tidak melakukan perkerjaan rumah tangga yang
biasa dilakukan sebelum hamil
 Anjurkan ibu memenuhi kebutuhan nutrisi dan  cairan ibu
 Anjurkan ibu untuk makan makanan yang berserat
 Waspadai adanya komplikasi dalam kehamilan polihidramnion
 Anjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan USG atau amnioscopi
 Jadwalkan kunjungan ulang
 kolaborasi dengan dokter kandungan
 Jika terjadi masalah yang serius segera rujuk ibu.

3.1.6. Pelaksanaan (Implementasi)


Pada langkah ini rencana  asuhan menyeluruh yang telah  diuraikan pada
langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini dapat

19
dilakukan seluruhnya oleh bidan, sebagian oleh pasien, dan tim kesehatan lainnya,
apabila seorang bidan tidak melakukanya sendiri maka ia harus bertanggung
jawab sepenuhnya untuk mengarahkan pelaksanaan sesuai yang telah
direncanakan.
Apabila seorang bidan melakukan pelaksanaan berkolaborasi dengan dokter maka
keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan kebidanan pada pasien adalah tetap
tanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan menyeluruh. Tindakan
yang mungkin dapat dilakukan :
a. Menjelaskan pada ibu dan keluarga, keadaan ibu dan janin saat ini
b. Memberitahu keluarga bahwa ibu membutuhkan perhatian yang intensif
c. Memberikan dukungan psikologis pada ibu dan keluarga
d. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
e. Menganjurkan ibu untuk tidak melakukan perkerjaan rumah tangga yang
biasa dilakukan sebelum hamil
f. Menganjurkan ibu untuk  memenuhi kebutuhan nutrisi dan  cairan ibu
g. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang berserat
h. Waspadai adanya komplikasi dalam kehamilan polihidramnion
i. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan USG atau amnioscopi
j. Menjadwalkan kunjungan ulang
k. Kolaborasi dengan dokter kandungan
l. Jika terjadi masalah yang serius segera rujuk ibu.

3.1.7. Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang bidan berikan
kepada pasien. Hasil evaluasi yang kemungkinan didapat :
a. Ibu mengerti dengan penjelasan yang sudah di jelaskan oleh bidan.
b. Ibu mau mengikuti saran dari bidan.
c. Ibu mau makan makanan yang bergizi dan seimbang.
d. Janin dalam keadaan baik.
e. Ibu akan melakukan pemeriksaan USG.
f. Ibu mengerti dan mengetahui tanda bahaya pada ibu hamil dengan
oligohidramnion.

20
g. Ibu mau minum obat dari bidan.
h. Dilakukan kolaborasi dengan dr. obgyn.
i. Ibu dan keluarga sudah mengetahui bahwa ibu akan di rujuk, dan sudah
mempersiapkan rujukan.
j. Ibu akan datang 2 minggu kemudian untuk memeriksakan kehamilannya
atau jika ada indikasi.

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan
proses patologi tetapi kondisi normal dapat menjadi patologi atau abnormal.

Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari


normal yaitu kurang dari 500 ml, yang mempunyai resiko terjadinya gawat janin
maupun infeksi. Penurunan volume cairan amnion atau oligohidramnion
berhubungan dengan kondisi ibu atau janin. Gejalanya yaitu uterus tampak lebih
kecil dari usia kehamilan,ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan
anak,bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih
jelas,bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.

Peningkatan oligohidramnion pada ibu hamil dapat menyebabkan


komplikasi pada kehamilan bisa jadi bayi lahir premature, kelainan kongenital
sampai dengan kematian bayi. Oligohidramnion berhubungan dengan kondisi
mendasar dimana proses alamiahnya masih belum diketahui secara pasti.

Akan tetapi sudah diketahui kemungkinan terjadinya oligohidramnion,


akibatnya, dan penanganannya.

4.2. Saran
Dengan dibuatnya makalah kehamilan dengan oligohidramnion ini semoga
memberikan manfaat kepada penulis maupun pembaca, dan sangat diharapkan
sekali oleh penulis kritik dan saran dari pembaca, dikarenakan mengingat banyak

21
sekali kekurangan dalam pembuatan makalah ini, dan kurangnya sumber dan ilmu
pengetahuan dari penulis, penulis mengharapkan bimbingan dan arahan dari dosen
pengampu.

DAFTAR PUSTAKA
Sukarni K, Icesni. Margareth ZH. 2015. Kehamilan Persalinan dan Nifas.
Yogyakarta: Nuha Medika

Mochtar,Rustam. Edisi2. Obstetri Patologi. Jakarta: EGC

Jannah,Nurul. 2011. Konsep Dokumentasi Kebidanan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Rismalinda. Dokumentasi Kebidanan. IN MEDIA

Khumaira, M. 2012. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta: Citra Pustaka

Marmi, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Manuaba, dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Pudiastuti. R. D. 2012 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Normal dan Patologi.
Yogyakarta: Nuha Medika

Lumentut, A dan H. M. M Randean. 2015. Resiko Maternal dan Luaran Perinatal


Dengan Oligohidramnion. Di BLU RSU Prof. DR. R. D. Kandou Manado
(online), Vol.III. No.3, (http:/www.e-jurnal.com/2015/12/reiko-maternal-dan-
perinatal.html/diakses 14 September 2019)

Soepardan, Suryani. 2008. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC

22
23

Anda mungkin juga menyukai