KABUPATEN TASIKMALAYA
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
Disusun oleh :
FIFI SAFIROH
NIM. P2.06.24.8.20.012
A. Latar Belakang
Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks dan
janin turun kedalam jalan lahir kemudian berakhir dengan pengeluaran
bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan atau dapat hidup diluar
kandungan. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) kemudian
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Persalinan merupakan
suatu proses fisiologis yang memungkinkan serangkaian perubahan yang
besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melaui jalan lahir.1
Masalah yang paling sering muncul pada ibu bersalin adalah nyeri
persalinan. Nyeri persalinan merupakan sensasi subjektif yang dirasakan
wanita pada saat persalinan, apabila masalah nyeri tidak di atasi akan
menimbulkan kecemasan, ketakutan serta stress pada ibu yang akan
meningkatkan lagi intensitas nyeri yang dirasakan. Nyeri selama proses
persalinan yang disertai dengan ketakutan akan memperlambat proses
persalinan. Nyeri persalinan akan menimbulkan hiperventilasi,
meningkatkan konsumsi oksigen, menimbulkan alkalosis respiratorik,
vasokontriksi pembuluh darah dalam uterus dan asidosis pada fetus.
Meningkatkan noradrenalin akan menurunkan darah ke plasenta dan
menurunkan kontraksi uterus sehingga mengganggu keselamatan ibu dan
fetus dan keberhasilan partus pervaginam.2
Wanita nullipara akan merespon nyeri lebih berat dari pada
mulitipara, karena nullipara akan lebih banyak mengalami nyeri sensori
pada tahap awal persalinan, sedangkan pada wanita multipara nyeri akan
lebih dirasakan pada fase aktif persalinan.3
Penatalaksanaan nyeri pada persalinan menjadi sangat penting untuk
dilakukan karena nyeri persalinan tidak hanya berdampak pada fisik namu
juga psikologis. Tatalaksana nyeri persalinan dapat berupa tatalaksana
farmakologis dan non farmakologis. Manajemen nyeri secara non-
farmakologi saat ini sedang mendapat perhatian besar karena memiliki
kelebihan dibandingkan farmakologi.4
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa non-farmakologi lebih
unggul dalam mengurangi nyeri karena murah, mudah, tidak invasive,
mengkatkan kepercayaan diri serta adanya keterliatan pasien dalam
pemberian asuhan. Pemberian aromaterapi dapat digunakan untuk
mengurangi nyeri persalinan yang mudah, murah dan efektif serta tidak
memiliki efek samping. Aromaterapi lavender, mawar, melati, Citrus
Aurantium dan Boswelia Caterii telah terbukti efektif untuk mengurangi
nyeri pada persalinan yang dapat digunakan disemua pelayanan
kesehatan.5
Menurut lenny dkk terdapat efektifitas aromatherapy lemon terhadap
nyeri persalinan p= 0,019 dimana nilai p<0.05.6 Sedangkan pada penelitian
fitria dengan menggunakan analisis independen t-test diperoleh nilai p
value= 0,027 (p value < 0,05), mean difference 0,87 menunjukkan
aromaterapi lavender lebih efektif menurunkan nyeri persalinan kala I fase
aktif dibandingkan dengan aromaterapi lemon. Aromaterapi lavender dan
aromaterapi lemon dapat dijadikan alternatif terapi dalam menurunkan
nyeri persalinan kala I fase aktif.7
Penelitian fitria sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh evi
dkk bahwa sebelum diberikan aroma terapi lavender rata-rata intensitas
nyeri pada ibu bersalin kala I fase aktif adalah 7,07 dengan kategori nyeri
berat. Sesudah diberikan aroma terapi lavender rata-rata intensitas nyeri
pada ibu bersalin kala I fase aktif adalah 5,53 dengan kategori nyeri
sedang. Perbedaan rata-rata intensitas nyeri antara pengukuran sebelum
dan sesudah diberikan aromaterapi lavender adalah 1,5 sehingga ada
pengaruh aromaterapi lavender terhadap pengurangan rasa nyeri persalinan
pada ibu bersalin kala I fase aktif dengan p value 0,000.8
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin yang mengalami
ketidaknyamanan nyeri fisiologis agar dapat menjalani persalinannya
dengan baik.
2. Tujuan khusus
a. Mendampingi ibu pada awal persalinan sampai dengan selesai.
b. Membantu ibu untuk dapat melewati persalinannya dengan aman
dan nyaman.
c. Memberikan aroma terapi lavender kepada ibu bersalin kala 1 fase
aktif untuk mengurangi ketidaknyamanan nyeri fisiologis.
BAB II
TINJAUAN TEORI
C. Tahapan Persalinan9
1. Kala I
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan
servix hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I
berlangsung 18 – 24 jam dan terbagi menjadi dua fase yaitu fase laten dan
fase aktif.
a. Fase laten persalinan
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan servix secara bertahap. Pembukaan servix kurang dari 4 cm.
Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam
b. Fase aktif persalinan
Fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi, dilatasi maximal, dan
deselerasi. Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat
(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam
waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih. Servix
membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih
perjam hingga permbukaan lengkap (10 cm). Terjadi penurunan bagian
terendah janin
Fisiologi kala I
a. Uterus:
Kontraksi uterus mulai dari fundus dan terus menyebar ke depan dan ke
bawah abdomen. Kontraksi berakhir dengan masa yang terpanjang dan
sangat kuat pada fundus. Selagi uterus kontraksi berkontraksi dan
relaksasi memungkinkan kepala janin masuk ke rongga pelvik.
b. Serviks
Sebelum onset persalinan, serviks berubah menjadi lembut: Effacement
(penipisan) serviks berhubungan dengan kemajuan pemendekan dan
penipisan serviks. Panjang serviks pada akhir kehamilan normal
berubah–ubah (beberapa mm sampai 3 cm). Dengan mulainya persalinan
panjangnya serviks berkurang secara teratur sampai menjadi pendek
(hanya beberapa mm). Serviks yang sangat tipis ini disebut sebagai
menipis penuh. Dilatasi berhubungan dengan pembukaan progresif dari
serviks. Untuk mengukur dilatasi/diameter serviks digunakan ukuran
centimeter dengan menggunakan jari tangan saat peeriksaan dalam.
Serviks dianggap membuka lengkap setelah mencapai diameter 10 cm.
Blood show (lendir show) pada umumnya ibu akan mengeluarkan darah
sedikit atau sedang dari serviks
2. Kala II
a. Pengertian
Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada primi
dan 1 jam pada multi.
b. Tanda dan gejala kala II
Tanda-tanda bahwa kala II persalinan sudah dekat adalah:
1) Ibu ingin meneran
2) Perineum menonjol
3) Vulva vagina dan sphincter anus membuka
4) Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat
5) His lebih kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali.
6) Pembukaan lengkap (10 cm )
7) Pada Primigravida berlangsung rata-rata 1.5 jam dan multipara rata-
rata 0.5 jam
8) Pemantauan
a) Tenaga atau usaha mengedan dan kontraksi uterus
b) Janin yaitu penurunan presentasi janin dan kembali normalnya
detak jantung bayi setelah kontraksi
c. Fisiologi kala II
1) His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 -100 detik,
datangnya tiap 2-3 menit
2) Ketuban biasanya pecah pada kala ini ditandai dengan keluarnya
cairan kekuningkuningan sekonyong-konyong dan banyak
3) Pasien mulai mengejan
4) Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di dasar
panggul,perineum menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka
5) Pada puncak his, bagian kecil kepala nampak di vulva dan hilang
lagi waktu his berhenti, begitu terus hingga nampak lebih besar.
Kejadian ini disebut “Kepala membuka pintu”
6) Pada akhirnya lingkaran terbesar kepala terpegang oleh vulva
sehingga tidak bisa mundur lagi, tonjolan tulang ubun-ubun telah
lahir dan subocciput ada di bawah symphisis disebut “Kepala keluar
pintu”
7) Pada his berikutnya dengan ekstensi maka lahirlah ubun-ubun besar,
dahi dan mulut pada commissura posterior. Saat ini untuk primipara,
perineum biasanya akan robek pada pinggir depannya karena tidak
dapat menahan regangan yang kuat tersebut
8) Setelah kepala lahir dilanjutkan dengan putaran paksi luar, sehingga
kepala melintang, vulva menekan pada leher dan dada tertekan oleh
jalan lahir sehingga dari hidung anak keluar lendir dan cairan
9) Pada his berikutnya bahu belakang lahir kemudian bahu depan
disusul seluruh badan anak dengan fleksi lateral, sesuai dengan paksi
jalan lahir
10) Setelah anak lahir, sering keluar sisa air ketuban, yang tidak keluar
waktu ketuban pecah, kadang-kadnag bercampur darah
11) Lama kala II pada primi 50 menit pada multi20 menit
d. Mekanisme persalinan normal
Turunnya kepala dibagi dalam beberapa fase sebagai berikut.
1) Masuknya kepala janin dalam PAP
a) Masuknya kepala ke dalam PAP terutama pada primigravida terjadi
pada bulan terakhir kehamilan tetapi pada multipara biasanya
terjadi pada permulaan persalinan.
b) Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis
melintang menyesuaikan dengan letak punggung (Contoh: apabila
dalam palpasi didapatkan punggung kiri maka sutura sagitalis akan
teraba melintang kekiri/posisi jam 3 atau sebaliknya apabila
punggung kanan maka sutura sagitalis melintang ke kanan/posisi
jam 9) dan pada saat itu kepala dalam posisi fleksi ringan.
c) Jika sutura sagitalis dalam diameter anteroposterior dari PAP maka
masuknya kepala akan menjadi sulit karena menempati ukuran
yang terkecil dari PAP
d) Jika sutura sagitalis pada posisi di tengah-tengah jalan lahir yaitu
tepat di antara symphysis dan promontorium, maka dikatakan
dalam posisi ”synclitismus” pada posisi synclitismus os parietale
depan dan belakang sama tingginya.
e) Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphisis atau agak
ke belakang mendekati promontorium, maka yang kita hadapi
adalah posisi ”asynclitismus” Acynclitismus posterior adalah posisi
sutura sagitalis mendekati symphisis dan os parietale belakang
lebih rendah dari os parietale depan.
f) Acynclitismus anterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati
promontorium sehingga os parietale depan lebih rendah dari os
parietale belakang
b) Pada saat kepala masuk PAP biasanya dalam posisi asynclitismus
posterior ringan. Pada saat kepala janin masuk PAP akan terfiksasi
yang disebut dengan engagement.
2) Majunya Kepala janin
a) Pada primi gravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke
dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II
b) Pada multi gravida majunya kepala dan masuknya kepala dalam
rongga panggul terjadi bersamaan.
c) Majunya kepala bersamaan dengan gerakan-gerakan yang lain
yaitu: fleksi, putaran paksi dalam, dan ekstensi
d) Majunya kepala disebabkan karena:
Tekanan cairan intrauterin
Tekanan langsung oleh fundus uteri oleh bokong
Kekuatan mengejan
Melurusnya badan bayi oleh perubahan bentuk rahim
3) Fleksi
a) Fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang
paling kecil yaitu dengan diameter suboccipito bregmatikus (9,5
cm) menggantikan suboccipito frontalis (11 cm)
b) Fleksi disebabkan karena janin didorong maju dan sebaliknya
mendapat tahanan dari pinggir PAP, cervix, dinding panggul atau
dasar panggul
c) Akibat adanya dorongan di atas kepala janin menjadi fleksi karena
momement yang menimbulkan fleksi lebih besar daripada moment
yang menimbulkan defleksi
d) Sampai di dasar panggul kepala janin berada dalam posisi fleksi
maksimal. Kepala turun menemui diafragma pelvis yang berjalan
dari belakang atas ke bawah depan
e) Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intra
uterin yang disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala
mengadakan rotasi yang disebut sebagai putaran paksi dalam
4) Putaran paksi dalam
a) Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan
sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan
memutar ke depan ke bawah symphisis
b) Pada presentasi belakang kepala bagian terendah adalah daerah
ubun-ubun kecil dan bagian ini akan memutar ke depan ke bawah
symphisis
c) Putaran paksi dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala,
karena putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan
posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang
tengah dan pintu bawah panggul
d) Putaran paksi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala dan
tidak terjadi sebelum kepala sampai di Hodge III, kadang-kadang
baru terjadi setelah kepala sampai di dasar panggul
e) Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam:
Pada letak fleksi, bagian kepala merupakan bagian terendah dari
kepala
Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang paling sedikit
terdapat sebelah depan atas dimana terdapat hiatus genitalis
antara muskulus levator ani kiri dan kanan
Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter
anteroposterior
5) Ekstensi
a) Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di dasar
panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini
disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan di atas, sehingga kepala harus mengadakan
ekstensi untuk dapat melewati pintu bawah panggul.
b) Dalam rotasi UUK akan berputar ke arah depan, sehingga di dasar
panggul UUK berada di bawah simfisis, dengan suboksiput sebagai
hipomoklion kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat
dilahirkan.
c) Pada saat ada his vulva akan lebih membuka dan kepala janin
makin tampak.
b) Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus membuka dinding
rektum.
c) Dengan kekuatan his dan kekuatan mengejan, maka berturut-turut
tampak bregmatikus, dahi, muka, dan akhirnya dagu dengan
gerakan ekstensi.
d) Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang
disebut putaran paksi luar
6) Ekstensi
a) Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di dasar
panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini
disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan di atas, sehingga kepala harus mengadakan
ekstensi untuk dapat melewati pintu bawah panggul
b) Jika tidak terjadi ekstensi maka kepala akan tertekan pada
perineum dan menembusnya
c) Kepala bekerja dengan 2 kekuatan yaitu satu mendesak ke bawah
dan satunya lagi menolak ke atas karena adanya tahanan dasar
panggul
d) Setelah subocciput tertahan di pinggir bawah symphysis, maka
yang dapat maju adalah bagian yang berhadapan dengan subocciput
7) Putaran paksi luar
a) Putaran paksi luar adalah gerakan kembali sebelum putaran paksi
dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan
punggung janin.
b) Bahu melintasi PAP dalam posisi miring.
c) Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan
bentuk panggul yang dilaluinya hingga di dasar panggul, apabila
kepala telah dilahirkan bahu akan berada dalam posisi depan
belakang.
d) Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dulu baru kemudian
bahu belakang, kemudian bayi lahir seluruhnya.
3. Kala III
a. Pengertian
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban Berlangsung tidak lebih dari 30
menit. Disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta.
Peregangan Tali pusat Terkendali (PTT) dilanjutkan pemberian oksitosin
untuk kontraksi uterus dan mengurangi perdarahan
b. Tanda-tanda pelepasan plasenta :
1) Perubahan ukuran dan bentuk uterus
2) Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karena plasenta
sudah terlepas dari Segmen Bawah Rahim
3) Tali pusat memanjang
4) Semburan darah tiba tiba
c. Fisiologi Kala III
Segera setelah bayi dan air ketuban sudah tidak lagi berada di
dalam uterus, kontraksi akan terus berlangsung dan ukuran rongga uterus
akan mengecil. Pengurangan dalam ukuran uterus ini akan menyebabkan
pengurangan dalam ukuran tempat melekatnya plasenta. Oleh karena
tempat melekatnya plasenta tersebut menjadi lebih kecil, maka plasenta
akan menjadi tebal atau mengkerut dan memisahkan diri dari dinding
uterus.
Sebagian dari pembuluh-pembuluh darah yang kecil akan robek
saat plasenta lepas. Tempat melekatnya plasenta akan berdarah terus
hingga uterus seluruhnya berkontraksi. Setelah plasenta lahir, dinding
uterus akan berkontraksi dan menekan semua pembuluh-pembuluh darah
ini yang akan menghentikan perdarahan dari tempat melekatnya plasenta
tersebut.
Sebelum uterus berkontraksi, wanita tersebut bisa kehilangan darah
350-360 cc/menit dari tempat melekatnya plasenta tersebut. Uterus tidak
bisa sepenuhnya berkontraksi hingga plasenta lahir dahulu seluruhnya.
Oleh sebab itu, kelahiran yang cepat dari plasenta segera setelah ia
melepaskan dari dinding uterus merupakan tujuan dari manajemen
kebidanan dari kala III yang kompeten.
d. Tanda-tanda Klinik dari Pelepasan Plasenta
1) Semburan darah
2) Pemanjatan tali pusat
3) Perubahan dalam posisi uterus:uterus naik di dalam abdomen
e. Pemantauan kala III
1) Palpasi uterus untuk menentukan apakah ada bayi yang kedua. Jika
ada maka tunggu sampai bayi kedua lahir
2) Menilai apakah bayi beru lahir dalam keadaan stabil, jika tidak rawat
bayi segera
4. Kala IV
a. Pengertian
1) Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu
2) Paling kritis karena proses perdarahan yang berlangsung
3) Masa 1 jam setelah plasenta lahir
4) Pemantauan 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, 30
menit pada jam kedua setelah persalinan, jika kondisi ibu tidak stabil,
perlu dipantau lebih sering
5) Observasi intensif karena perdarahan yang terjadi pada masa ini
6) Observasi yang dilakukan :
a) Tingkat kesadaran penderita.
b) Pemeriksaan tanda vital.
c) Kontraksi uterus.
d) Perdarahan, dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi
400-500cc.
b. Fisiologi kala IV
Setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari
dibawah pusat. Otot-otot uterus berkontraksi, pembuluh darah yang ada
diantara anyaman-anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.
c. Tujuh langkah pemantauan yang dilakukan kala IV
1) Kontraksi Rahim
Kontraksi dapat diketahui dengan palpasi. Setelah plasenta lahir
dilakukan pemijatan uterus untuk merangsang uterus berkontraksi.
Dalam evaluasi uterus yang perlun dilakukan adalah mengobservasi
kontraksi dan konsistensi uterus. Kontraksi uterus yang normal adalah
pada perabaan fundus uteri akan teraba keras. Jika tidak terjadi
kontraksi dalam waktu 15 menit setelah dilakukan pemijatan uterus
akan terjadi atonia uteri.
2) Perdarahan
Perdarahan: ada/tidak, banyak/biasa
3) Kandung kencing
Kandung kencing: harus kosong, kalau penuh ibu diminta untuk
kencing dan kalau tidak bisa lakukan kateterisasi. Kandung kemih
yang penuh mendorong uterus keatas dan menghalangi uterus
berkontraksi sepenuhnya.
4) Luka-luka: jahitannya baik/tidak, ada perdarahan/tidak
Evaluasi laserasi dan perdarahan aktif pada perineum dan vagina.
Nilai perluasan laserasi perineum. Derajat laserasi perineum terbagi
atas :
a) Derajat I
Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior dan kulit perineum.
Pada derajat I ini tidak perlu dilakukan penjahitan, kecuali jika
terjadi perdarahan
b) Derajat II
Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum dan
otot perineum. Pada derajat II dilakukan penjahitan dengan teknik
jelujur
c) Derajat III
Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum, otot
perineum dan otot spingter ani external
d) Derajat IV
Derajat III ditambah dinding rectum anterior
e) Pada derajat III dan IV segera lakukan rujukan karena laserasi ini
memerlukan teknik dan prosedur khusus
5) Uri dan selaput ketuban harus lengkap
6) Keadaan umum ibu: tensi, nadi, pernapasan, dan rasa sakit
a) Keadaan Umun Ibu
Periksa Setiap 15 menit pada jam pertama setelah persalinan dan
setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan jika kondisi itu
tidak stabil pantau lebih sering. Apakah ibu membutuhkan minum.
Apakah ibu akan memegang bayinya
b) Pemeriksaan tanda vital.
c) Kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri:
Rasakan apakah fundus uteri berkontraksi kuat dan berada dibawah
umbilicus. Periksa fundus :
2-3 kali dalam 10 menit pertama
Setiap 15 menit pada jam pertama setelah persalinan.
Setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan
Masage fundus (jika perlu) untuk menimbulkan kontraksi
7) Bayi dalam keadaan baik.
SUBJEKTIF
Identitas
Nama : Ny. D
Umur : 28 Tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Pendidikan : D3
Pekerjaan : IRT
Alamat : lewisari
1. Keluhan
Ibu mersakan mules sejak pukul 23.00 tanggal 29 november 2020, belum
keluar air-air dari jalan lahir.
2. Riwayat Menstruasi
HPHT : 5 Maret 2020
TP : 12 Desember 2020
3. Riwayat Obstetri
Ini adalah kehamilan kedua, dan belum pernah keguguran. Kehamilan pertama
berjalan dengan normal tanpa komplikasi, lahir normal di bidan pada tahun
2016 dengan berat badan bayi 2900 gram. Pada kehamilan ini ibu pernah USG
oleh dokter kandungan di RSUD SMC pada usia kehamilan 7 bulan, menurut
dokter tidak ada masalah dalam kehamilan keduanya.
4. Riwayat suntik TT
Pada kehamilan ini ibu suntik TT 2 kali
5. Riwayat Kontrasepsi yang Digunakan
Sebelum hamil ibu tidak menggunakan kontrasepsi.
6. Riwayat Kesehatan
Tidak ada alergi obat atau makanan, tidak sedang dan tidak pernah menderita
penyakit menular, menurun dan menahun.
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
Makan terakhir tadi siang pukul 12.00, minum terakhir 1 jam lalu, BAK
lancer, BAB terakhir kemarin, semalaman ibu kurang tidur.
8. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan
Tidak mengkonsumsi minuman beralkohol dan tidak merokok
OBJEKTIF
1. PemeriksaanUmum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmenthis
c. Status emosional : Stabil
d. Tanda vital
Tekanandarah : 110/70 mmHg
Nadi : 82 kali / menit
Pernafasan : 19 kali / menit
Suhu : 36,7ºC
e. BB/TB : 70 kg/ 155 cm
f. BB sebelum hamil : 56 cm
g. Lila :28 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Rambut : Bersih
b. Mata
1) Sklera : Putih
2) Konjungtiva : Merah muda
c. Telinga : Pendengaran normal
d. Hidung : Penciuman normal
e. Mulut : Bersih, tidak ada kelainan
f. Leher
1) Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
2) Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran
3) Vena jogularis : Tidak ada pembesaran
g. Dada, Jantung, dan Paru-Paru
1) Ronchi : Tidak ada
2) Wheezing : Tidak ada
h. Payudara : Simetris, tidak ada kelainan, ASI ada
i. Abdomen
1) Inspeksi : Tidak ada luka bekas operasi
2) Palpasi :TFU 31 cm, TBJ 2700-3100
Leopold 1 teraba bagian bulat lunak tidak melenting
di fundus
Leopold II teraba bagian keras memanjang di perut
kiri ibu dan bagian kecil di perut kanan ibu
Leopold III teraba bagian bulat keras melenting di
perut bawah ibu
Leopold IV 4/5
3) Auskultasi : DJJ 139 x/menit, CTG normal
HIS 3 x 10’ 35-40”
4) Perkusi : Tidak ada nyeri tekan di perut bagian bawah
j. Genitalia : Pemeriksaan Dalam : vulva vagina tidak ada kelainan,
portio lunak, pembukaan 4, ketuban positif, persentasi kepala Hodge I+,
caput tidak ada, moulage tidak ada, bloodslim ada
k. Ekstremitas : Simetris, tidak ada kelainan
3. Pemeriksaan labolatorium
Hb : 11,0 Trombosit : 217.000
Leukosit :16.200 Rapid : non reaktif
ANALISA
Ny.D Umur 28 tahun G2P1A0 38 minggu 2 hari kala I fase aktif, janin hidup intra
uterin
PENATALAKSANAAN
Pukul 15.30
Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan, klien
mengerti dan bersedia di berikan asuhan.
Memberikan dukungan kepada ibu agar ibu agar dapat menghadapi persalinan
nya dengan baik
Ibu dianjurkan makan, ibu diberi makan 1 porsi nasi oleh keluarga
Ibu dianjurkan miring kiri, ibu miring kiri
Kandung kemih ibu penuh, ibu dianjurkan BAK, ibu BAK ke WC
Menjelaskan dan menawarkan kepada ibu untuk mendapatkan aromaterapi
lavender untuk mengurangi rasa sakit pada persalinan, ibu mau mendapatkan
asuhan dan tampak lebih nyaman
Mengobservasi kemajuan persalinan dan kesejahteraan janin, hasil terlampir
dalam partograf
Membereskan alat bekas pakai
Melakukan pendokumentasian
Pukul 19.00
SUBJEKTIF
Ibu merasa ingin mengedan
OBJEKTIF
Tekanandarah : 120/80 mmHg
Nadi : 81 kali / menit
Pernafasan : 20 kali / menit
Suhu : 36,7ºC
DJJ 133 x/menit
HIS 4 x 10’ 45”
Pemeriksaan Dalam : vulva vagina tidak ada kelainan, portio tidak
teraba, bukaan lengkap, ketuban positif, persentasi kepala Hodge II, caput tidak
ada, moulage tidak ada
ANALISA
G2P1A0 38 minggu 2 hari kala II, janin hidup intra uterin
PENATALAKSANAAN
Pukul 19.05
Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan, klien
mengerti dan bersedia di berikan asuhan
Melakukan persiapan alat
Menggunakan APD
Ketuban di amniotomi
Membantu ibu untuk mendapatkan posisi yang nyaman untuk mengedan
Meminta keluarga untuk mendampingi dan memberi support kepada ibu
Mengajarkan ibu cara mengedan yang benar
Pukul 19.15
Melakukan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran dan timbul
kontraksi yang kuat
Pukul 20.05
Bayi lahir spontan langsung menangis kuat, kulit kemerahan, gerak aktif.
Pukul 20.06
SUBJEKTIF
Ibu masih merasakan mules
OBJEKTIF
TFU 1 jari bawah pusat
Kontraksi uterus kuat
Tidak teraba janin kedua
ANALISA
P1A0 kala III
PENATALAKSANAAN
Menyuntikan oksitosin 1 ampul IM
Melakukan pemotongan dan mengikat tali pusat
Bayi di IMD kan
Melakukan PTT
Pukul 21.15
Plasenta lahir spontan lengkap, di lakukan eksplorasi cavum uteri, cavum uteri
kesan bersih
Melakukan masase uterus
Pukul 20.30
SUBJEKTIF
Ibu merasa lega
OBJEKTIF
Tekanandarah : 110/70 mmHg
Nadi : 79 kali / menit
Pernafasan : 19 kali / menit
Suhu : 36,3ºC
TFU 1 jari bawah pusat
Kontraksi uterus kuat
Kandung kemih tidak penuh
Tidak ada luka laserasi
Perdarahan ± 200 cc
ANALISA
P1A0 kala IV
PENATALAKSANAAN
Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan, klien
mengerti dan bersedia di berikan asuhan
Mengajarkan keluarga cara melakukan masase uterus
Melakukan pemantauan kala IV persalinan
Pukul 22.05
Melakukan pemeriksaan bayi
Keadaan umum baik
Menangis kuat
Kulit kemerahan
Gerak aktif
Tidak ada kelainan pada kepala, mata, telinga, hidung, mulut, dada, perut,
genitalia, dan ekstremitas bayi
Lubang anus ada
Jumlah jari lengkap
Jenis kelamin perempuan
BB 2970 gram
PB 50 cm
LK/LD/Lila 30/31/9
Reflek hisap kuat
Pukul 22.15
Memberikan salep mata dan Hb neo pada bayi
Melakukan pendokumentasian
Melakukan dekontaminasi
(Fifi Safiroh)
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini dibahas mengenai proses manajemen asuhan kebidanan pada
Ny.D secara terperinci, mulai dari langkah pertama yaitu pengkajian data sampai
dengan penatalaksanaan sebagai langkah terakhir. Pada persalinan Ny. D usia 28
tahun tergolong persalinan normal. Dapat dilihat pada askeb persalinan Ny. D
tidak terlihat tanda-tanda persalinan yang patologi. Pada fase aktif Ny. D
mengeluh khawatir akan persalinannya dan merasa tidah nyaman akan nyeri pada
punggungnya, nyeri punggung dan khawatir akan persalinannya merupukan
keadaan fisiologis hal ini sesuai teori bahwa saat persalinan ibu akan mengalami
perubahan psikoilogis dengan timbulnya rasa takut dan khawatir, ibu pun akan
merasakan nyeri fisiologis yang diakibatkan timbulnya kontraksi persalinan.9
Pada pembukaan servik dari 4 cm menjadi pembukaan lengkap lamanya
sekitar 4 jam. Ini masih dianggap fisiologis karena pada teori di jelaskan bahwa
serviks membuka dari 4 cm sampai 10 cm memiliki kecepatan rata-rata 1 cm
perjam pada primigravida dan pada multi gravida bisa hingga 2 cm per jam. 9 Pada
pemeriksaan janin, yaitu penghitungan DJJ, didapat DJJ dari janin Ny. D normal
yaitu berkisar 120-160x/menit. Ini selaras dengan teori pemeriksaan janin yang
mengatakan bahwa DJJ normal adalah berkisar 120-160 x/menit.9
Penatalaksanaan yang dilakukan untuk dapat mengurangi nyeri persalinan
fisiologis merupakan pemberian aromaterapi lavender selama fase aktif
persalinan, dan ibu menjadi lebih tenang dan nyaman. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa bahwa ada pengaruh aromaterapi lavender terhadap pengurangan rasa
nyeri persalinan pada ibu bersalin kala I fase aktif.8
Kala 2 dan kala 3 dikerjakan sesuai dengan teori langkah APN sehingga
menghasilkan kondisi kala 4 yang normal. Ny. D dipantau selama 2 jam, data
yang didapat pada pemantauan kala 4 yaitu Kondisi ibu baik, TD 110/80 mmHg,
N : 93 kali/menit, S: 36,9 derajat celcius. TU : 1 jari dibawah pusat,kontraksi baik,
kandung tidak penuh, perdarahan 350 cc. Ini menandakan bahwa, pada
pemantauan kala 4 Ny.D tidak mengalami masalah apapun selama 2 jam
postpartum.
Selanjutnya perencanaan yang dibuat meliputi melakukan KIE mengenai hal
– hal yang perlu dipersiapkan untuk mendapatkan masa nifas yang sehat, klien
mengerti dan akan mempersiapkan masa nifas dengan baik. Asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah yang benar-benar
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan di dalam
diagnosa dan masalah. Rencana dapat dianggap efektif jika memang benar efektif
dalam pelaksanaannya.12
Pada kasus ini pelaksanaan tindakan terapi terhadap klien sudah sesuai
dengan rencana asuhan yang menyeluruh. Setiap rencana dapat dilakukan dengan
baik terhadap pasien. Hal ini didukung oleh adanya kerjasama baik antara pasien,
keluarga, bidan maupun tenaga kesehatan lainnya.
BAB V
KESIMPULAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pada asuhan persalinan Ny. D kemajuan persalinan berjalan dengan lancar.
2. Dari hasil pengkajian pasien diketahui bahwa klien mengalami
ketidaknyamanan nyeri pada saat persalinan
3. Klien merasa lebih nyaman setelah mendapatkan asuhan aromaterapi
lavender pada kala 1 fase aktif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mutmainah, A. U., Johan, H., & Llyod, S. S. Asuhan Persalinan Normal &
Bayi Baru Lahir. Yogyakarta. 2017.
2. Heni Setyowati, E. R., & Kp, S. Akupresur untuk Kesehatan Wanita Berbasis
Hasil Penelitian. Unimma Press. 2018
3. T. Xavier and L. Viswanath. Effect of Music therapy on Labor Pain among
Women in Active Labor Admitted in Tertiary Care Hospital Kochi. Int. J.
Integr. Med. Sci., vol. 3, no. 11, pp. 444–453. 2016.
4. Y. L. Tzeng, Y. L. Yang, P. C. Kuo, Y. C. Lin, and S. L. Chen. Pain, anxiety,
and fatigue during labor: A prospective, repeated measures study. J. Nurs.
Res., vol. 25, no. 1, pp. 59–67. 2017.
5. M. Patimah, S. W. Sundari. Aromaterapi Untuk Mengurangi Nyeri Persalian.
Labor Pain among Nulliparous Women,” Nurs. Midwifery Stud., vol. 8, no.
1, pp. 45–49. 2018.
6. L. Ginting, M. M. Hutahaean, L. L. Simatupang, Efektifitas Aromaterapi
Lemon Terhadap Pengurangan Nyeri Persalinan, Lama Persalinan Kala II dan
Fetal Outcome. Jurnal Kebidanan Kestra (JKK). Vol. 2 No.1. 2019.
7. R. Z. Annida. Efektifitas Pemberian Aromaterapi Lavender dan Aromaterapi
Lemon Terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Di Kinik
Pratama Kusuma Medisca. Fakultas Ilmu Kesehatan di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta. 2019.
8. E. N. Hetia, M. Ridwan, Herlina. Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap
Pengurangan Nyeri Kala I Fase Aktif. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai
Volume X No 1. 2017.
9. Departemen Kesehatan RI. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta. Depkes RI.
2015.
10. Bakti Husada. Kegiatan Belajar II, Pengembangan Karir Bidan. Jakarta.
Modul Pendidikan Jarak Jauh. Pendidikan Tinggi Kesehatan. 2020.
11. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Civid 19. Petunjuk Praktis Layanan
Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir Selama Covid 19. Jakarta. Gugus Tugas.
2020
12. Pantikawati, I. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Yogyakarta. Nuha
Medika;2010