Anda di halaman 1dari 52

Panduan Operasional

Pendampingan
Tata Kelola Klinik

Instrumen Penilaian Instrumen Panduan Operasional Pedoman Teknis Panduan Operasional


Panduan Operasional Panduan
Sistem Kinerja di Penilaian Audit Nearmiss/ Penyelenggaraan Simulasi Magang di Rumah
Pendampingan Tata Operasional
Rumah Sakit/ Keterampilan Kematian Maternal dan Emergensi Obstetri dan Sakit bagi staff
Kelola Klinik Dashboard
Puskesmas Klinik Neonatal Neonatus Puskesmas

1 Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik


Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik 2
Panduan Operasional
Pendampingan
Tata Kelola Klinik

3 Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik


Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik 4
DAFTAR ISI

Bab I : Pendahuluan

A. Latar Belakang
B. Definisi
C. Tujuan

Bab II : Perencanaan

A. Persiapan Pendampingan
B. Perencanaan Kegiatan Pendampingan

Bab III : Pelaksanaan Kegiatan Pendampingan

A. Mengumpulkan dan menganalisis data-data


B. Menyusun Rencana Tindak Lanjut
C. Melakukan intervensi dan implementasi dari Rencana Tindak Lanjut
D. Melakukan evaluasi progres dan follow-up
E. Melakukan advokasi kepada pihak-pihak terkait baik internal maupun eksternal

Bab IV : Organisasi Dan Pembiayaan

Bab V : Evaluasi Dan Pemantauan Program Pendampingan

Bab VI : Penutup

Lampiran i. Instrumen Penilaian Standar Kinerja


Lampiran ii. Instrumen Asesmen dengan metode walk-through
Lampiran iii. Format Wawancara dengan petugas
Lampiran iv. Format wawancara dengan keluarga/pasien
Lampiran v. Format Rencana Tindak Lanjut versi 1.

5 Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik


Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik 6
Bab I
Pendahuluan

A Latar Belakang
Berbagai upaya sudah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk menurunan
angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Angka kematian tersebut memang
menunjukkan penurunan akan tetapi masih jauh dari target yang diberikan seuai
dengan kesepakatan global dalam Millenium Development Goals 2015. Faktor-
faktor yang menjadi penyebab kematian tersebut, baik langsung maupun tidak
langsung, sangat kompleks dan membutuhkan partisipasi dari berbagai pihak di
luar medis sehingga terjadi keterlambatan-keterlambatan.

Salah satu faktor yang mem-pengaruhi adalah faktor kesiapan fasilitas kesehatan
sebagai tempat tujuan akhir pertolongan pada ibu dan bayi baru lahir juga masih
memerlukan perhatian serius. Baik dala kualitas sarana dan prasarana, serta
berbagai kebijakan yang pada akhirnya menentukan kualitas dari sebuah fasilitas
pelayanan kesehatan khususnya pelayanan emergensi maternal dan neonatal.
Disamping itu pelatihan-pelatihan dan upaya-upaya lain yang telah banyak
dikerjakan selama ini belum memberikan perubahan yang bermakna bagi
penurunan angka kematian. Pasca pelatihan dimana seharusnya pelatih-pelatih
melakukan pendampingan untuk memas-tikan bahwa hal-hal yang diajarkan
dalam pelatihan tidak menghadapi hambatan-hambatan berarti di tempat tugas,
pendampingan tersebut tidak terjadi. Keterbatasan dalam melakukan
pendampingan pasca pelatihan barangkali merupakan salah satu kondisi yang
menjadikan mutu pelatihan tidak seperti yang diharapkan.

Sistem pendampingan klinis (Mentoring) menggunakan pendekatan


Ingatlah bahwa
pelayanan obstetric pendampingan secara komprehensif dan dengan memanfaatkan teknologi
yang berkualits komunikasi dan informasi sehingga seluruh penyedia layanan kesehatan
meliputi 2 hal yang mempunyai kesempatan untuk meningkatkan kompetensi dan kemudian
tidak dapat dipisahkan: mencapai kepercayaan dirinya dalam memberikan pelayanan demi meningkatkan
pelayanan emergensi dan mempertahankan kualitas pelayanan. Perbedaan dari keduanya adalah pada
dengan pemantauan pelaku pendampingan. Pada sistem pendampingan, fasilitas kesehatan yang telah
yang sesuai dan diketahui memiliki pelayanan emergensi maternal dan neonatal yang
pelayanan persalinan berkualitas dibuktikan melalui serangkaian standar yang disepakati, berkomitmen
normal yang mampu untuk melakukan pendampingan terus menerus dalam kerangka pendekatan tim
mencegah timbulnya melalui penerapan strategic leadership dan learning organization sehingga fasilitas
komplikasi.

1 Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik


kesehatan berikutnya dapat mencapai standar sebagaimana disepakati. Dengan
demikian diyakinkan bahwa fasilitas kesehatan yang berjejaring dengannya
memiliki standar mutu pelayanan yang sama.

Seluruh rangkaian kegiatan ini sebetulnya adalah merupakan bagian dari tata
kelola klinik yang baik di dalam sebuah jejaring pelayanan kesehatan. Tentunya
disadari sejak awal untuk dapat melaksanakan rangkaian pendampingan yang
bermakna mengungkit kualitas pelayanan kesehatan, terutama emergensi
maternal dan neonatal, tata kelola klinik yang baik hanya bisa berjalan apabila
didukung oleh strategic leadership dan learning organization. Hal ini merupakan
sebuah perubahan cara pandang dan budaya dalam memberikan pelayanan
sehingga pasien dan keluarga menjadi fokus dari pelayanan dengan didukung
oleh seluruh stakeholder terkait.

B. Definisi
1. Sistem Pendampingan adalah merupakan istilah yang diadaptasi dari istilah
mentoring yang berarti sebuah tatanan pelatihan praktis dan konsultasi
yang menumbuhkan pengembangan profesional yang berkesinambungan
dari tenaga kesehatan yang menjamin tersedianya pelayanan kesehatan
yang berkualitas. Pendampingan klinis seharusnya merupakan bagian dari
pengembangan pendidikan tenaga kesehatan professional yang menciptakan
tenaga kesehatan yang kompeten.
2. Pelayanan emergensi maternal dan neonatal yang berkualitas adalah
pelayanan berkualitas pada kasus maternal-neonatal yang mengalami
penyulit dan memerlukan penanganan adekuat dari tingkat pelayanan dengan
kompetensi terendah sampai tertinggi secara berkolaborasi, yang berorientasi
bagi keselamatan ibu dan bayi baru lahir beserta keluarganya.
3. Pendamping Klinis adalah merupakan istilah yang diadaptasi dari istilah
mentor (Eng) yang berarti seorang tenaga profesional medis dan paramedis
yang memiliki karakter personal yang kondusif bagi kegiatan pendampingan
klinis, termasuk kepemimpinan dan keinginan untuk menolong
tenaga kesehatan lain dan anggota lain dari multi-disiplin ilmu yang
berbeda untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya dalam rangka
mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan.
4. Fasilitas Vanguard adalah sekelompok fasilitas kesehatan yang terdiri dari
Puskesmas, Rumah Bersalin swasta, Rumah Sakit Swasta dan RSUD, dan saling
berjejaring yang merupakan lini pertama dari serangkaian jejaring rujukan di
sebuah Kabupaten/Propinsi.
5. Tim adalah sekelompok orang yang mempunyai kewenangan memutuskan
suatu kebijakan di dalam fasilitas kesehatan. Yang termaksud di dalamnya
adalah Direktur, Kepala Pelayanan Medik, Kepala SMF, Komite Medik,
supporting system lain yang terkait.
6. Aktor adalah orang-orang yang bekerja di unit-unit dalam fasilitas kesehatan
seperti Kamar Bersalin, Kamar Operasi, Unit Gawat Darurat, dan perawatan
bayi baru lahir (neonatus).
7. Stakeholder adalah kelompok di luar fasilitas kesehatan yang mempunyai
kepentingan agar kualitas pelayanan kesehatan maternal dan neonatal dapat
dilaksanakan dengan standar yang setingi-tingginya. Termasuk di dalamnya
Kepala Daerah, Bapeda, DPRD, Kepala Dinas Kesehatan Tingkat Kabupaten,
Organisasi Profesi (POGI, IDAI, HOGSI, IBI dan IDI) serta Organisasi setingkat
yang terkait.

Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik 2


C Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjadikan sistem pendampingan klinis sebagai bagian dari upaya peningkatan
pendidikan berkelanjutan bagi pemberi pelayanan kesehatan untuk meyakinkan
bahwa semua petugas kesehatan pada umumnya, dan petugas kesehatan
di bidang pelayanan emergensi maternal dan neonatal memiliki kompetensi dan
kepercayaan diri untuk memberikan pelayanan sehingga pada akhirnya dapat
mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan dalam rangka
menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir.

2. Tujuan Khusus

a. Terbangunnya sistem pendampingan klinis sebagai bagian dari pendidikan


profesional berkelanjutan di jejaring rujukan fasilitas kesehatan yang dapat
menjadi salah satu faktor yang mendorong tercapainya pelayanan emergensi
maternal dan neonatal yang berkualitas sesuai dengan prinsip-prinsip
desentralisasi sistem pelayanan kesehatan.

b. Mengakselerasi tercapainya fasilitas kesehatan yang mampu memberikan


pelayanan emergensi maternal dan neonatal yang berkualitas sesuai standar
nasional.

Dasar Hukum
1. UU Kesehatan
2. UU Rumah Sakit
3. UU Praktek Kedokteran
4. UU Praktek Bidan
5. UU Pelayanan Prima
6. PP terkait Kesehatan Ibu
dan Bayi
7. PERDA PERDA Terkait
Kesehatan Ibu dan Bayi
8. Dll

3 Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik


Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik 4
Bab II
Perencanaan

A. Persiapan Pendampingan
Dalam mempersiapkan sebuah kegiatan pendampingan terdapat beberapa kunci
yang harus dikuasai oleh Tim Pendamping. Harus selalu diingat bahwa kegiatan
pendampingan bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas
pelayanan kesehatan, khususnya dalam pelayanan emergensi maternal dan
neonatal. Kegiatan peningkatan kualitas bukanlahsuatu kegiatan yang “satu kali
jadi” melainkan serangkaian jalinan kegiatan yang saling terkait dalam sebuah
fasilitas kesehatan yang harus berjalan sebagai suatu proses yang terus menerus
dan berkesinambungan.

Selain itu bagian dari persiapan yang harus dipenuhi adalah meyakinkan bahwa
tim dan aktor di fasilitas kesehatan bersepakat untuk menerapkan sistem
pendampingan sebagai upaya untuk mempertahan-kan dan meningkatkan
kualitas pelayanan.

Konsep

Proses Peningkatan Kualitas bertujuan untuk merubah sebuah pelayanan dari


“praktik-praktik aktual” menjadi “praktik-praktik yang diinginkan” sesuai dengan
standar yang diakui. Untuk itu terdapat beberapa kunci yang dapat menjadikan
proses peningkatan kualitas ini berlangsung:

• Keterlibatan dan rasa memiliki dari petugas/staf: staf dari semua level harus
terlibat dalam proses ini
• Berorientasi pada pasien: kebutuhan dan harapan pasien harus dapat dipenuhi
• Berfokus pada sistem dan proses: harus selalu diingat bahwa kualitas
pelayanan yang buruk seringkali merupakan hasil dari sistem dan proses yang
lemah, atau kesulitan dalam mengimplementasikan suatu standar daripada
kesalahan atau kekurangan individu.
• Sadar biaya dan efisien
• Pembelajaran yang terus menerus, pemban-gunan dan pengembangan
kapasitas.
• Peningkatan kualitas yang terus menerus

5 Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik


Pendekatan Pembelajaran Tim

Lebih dari sekedar sekumpulan individu, Tim adalah sekelompok orang yang
bekerja dalam satu saling ketergantungan untuk mencapai satu tujuan yang sama.
Pelayanan emergensi maternal dan neonatal adalah serangkaian kegiatan yang
sangat kompleks, membutuhkan kolaborasi di antara banyak individu yang
memiliki berbagai pengetahuan dan ketrampilan. Oleh karena itu melakukan
pendekatan tim dalam upaya-upaya peningkatan kualitas pelayanan emergensi
maternal dan neonatal sebagai suatu kinerja kolektif juga merupakan hal penting
untuk membuat sebuah fasilitas kesehatan siap dan mau memberikan pelayanan
emergensi yang berkualitas.

Dalam pendekatan tim, maka setiap anggota tim membawa pandangannya


masing-masing dalam mengidentifikasi dan memecahkan suatu permasalahan
sampai akhirnya terjadi perubahan. Oleh karenanya keterlibatan setiap tenaga
yang ada di fasilitas kesehatan terkait sangatlah diperlukan. Keterlibatan tersebut
harus dirasakan setiap tahapan peningkatan kualitas, apakah dalam proses
identifikasi, dalam membangun solusi dan dalam menyelesaikan masalah.
Keterlibatan yang tinggi inilah yang pada akhirnya mendorong kepada rasa
memiliki.

Tim yang terlibat dapat merupakan individu yang terlibat langsumg dalam
pelayanan emergensi maternal dan neonatal, akan tetapi dapat juga merupakan
individu yang tidak terlibat secara langsung. Sebagai contoh, selain dokter umum,
perawat, penata anestesi, petugas laboratorium, petugas rekam medis dan bahkan
hingga pada pembahasan yang lebih komprehensif dapat meliputi resepsionis,
petugas kebersihan, supir, dan lain-lain.

Persiapan Fasilitas Kesehatan serta Tim dan Aktor

1. Melaksanakan K1 ke faskes Pendamping serta membuat RTL awal


2. Memahami langkah-langkah peningkatan kualitas pelayanan melalui
pendampingan
3. Menentukan aktor yang akan dilibatkan

B. Perencanaan Kegiatan Pendampingan


Dalam bagian Perencanaan Kegiatan Pendampingan akan dibahas mengenai
strategi dalam menyiapkan suatu program pendampingan. Hal ini diperlukan agar
saat kegiatan pendampingan dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Tim Pendamping

Tim pendamping yang akan bekerja hendaknya telah mempersiapkan kegiatan ini
1 (satu) bulan sebelumnya. Persiapan tersebut meliputi:

1. Membentuk Tim Pendamping. Tim Pendamping terdiri dari dokter spesialis


Obgyn, dokter spesialis Neonatologi/ dokter spesialis Anak, dokter Umum,
bidan dan perawat Neonatologi/Bayi baru lahir.
2. Menentukan siapa yang manjadi Leader dalam Tim, dan koordinator lapangan.
Tim leader akan menjadi pemimpin dan juru bicara secara formal bagi
tim baik dengan Pimpinan fasilitas kesehatan maupun dengan Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten atau yang ditentukan sebagai fokal poin, dan berperan
menentukan strategi dan dinamika selama kegiatan pendampingan berjalan.
Koordinator lapangan akan membantu tim dalam urusan logistik dan
melakukan komunikasi yang erat den-gan tim dan aktor di fasilitas kesehatan
yang didampingi.
Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik 6
3. Mengatur jadwal dinas; tim pendamping yang terli-bat dalam kegiatan
pendamping adalah individu profesional yang memang sehari-hari melakukan
pekerjaannya. Oleh karena itu pada saat yang bersangkutan akan dilibatkan
dalam tim pendamping yang akan pergi ke luar fasilitas kesehatan maka harus
dipersiapkan pengganti di tempat kerja agar pelayanan tidak terganggu.
4. Menyiapkan strategi penyesuaian jaga dokter spesialis, mengingat akan ada
dokter spesialis yang meninggalkan fasilitas kesehatan untuk beberapa hari.
5. Menyesuaikan jadwal praktek pribadi dan menyiapkan dokter pengganti sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
6. Mendapatkan informasi dasar tentang fasilitas kesehatan yang akan didampi-
ngi dan informasi tentang akomodasi bagi tim di daerah pendampingan,
dengan dukungan dari Dinas Kesehatan Kabupaten.

Logistik

Beberapa urusan logistik yang harus diperhatikan dalam kegiatan pendampingan:

1. Kelengkapan instrumen untuk pengumpulan data bersama tim dan aktor di


faskes yang didampingi.
2. Peralatan AVA.
3. Peralatan perekam termasuk: kamera dan kamera video, serta perekam suara.
4. Alat tulis menulis.
5. Akomodasi; disesuaikan dengan daerah yang akan dikunjungi.
6. Kelengkapan instrumen monitoring dan evaluasi kegiatan pendampingan.
7. Model, alat peraga jika dianggap perlu.

Koordinasi

Koordinasi dengan daerah pendampingan juga merupakan hal yang penting untuk
dipersiapkan. Pemerintah Da-erah, setelah menyepakati perluasan kegiatan
pendampingan Emas di wilayahnya, bersama-sama denganPokja atau forum
komunikasi pemer-hati kematian maternal dan neonatal (KIBBLA) dan seluruh
stake holder kemudian menguatkan dengan membuat surat keputusan dengan
segala kelengkapannya agar program perluasan di kabupaten dapat berjalan
dengan optimal. Dinas Kesehatan Kabupaten melakukan fungsi koordinasi,
supporting dan monitoring serta evaluasi terhadap program perluasan.

Selain itu koordinasi langsung dengan Pimpinan Faskes tempat Pendampingan


juga akan sangat membantu berjalannya kegiatan pendampingan. Apabila daerah
pendampingan berada di luar kabupaten maka diperlukan dukungan dan
koordinasi dengan bantuan pemerintah Propinsi.

Pembiayaan

Pada prinsipnya, penguatan fasilitas kesehatan melalui kegiatan pendampingan


bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dari semua fasilitas kesehatan di
suatu wilayah. Tanggung jawab utama pengorganisasian dan penyelenggaraan
kegiatan pendampingan adalah tanggung jawab pemerintah daerah. Emas akan
memfasilitasi dengan memberikan support agar perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi kegiatan ini memberikan nilai tambah untuk peningkatan kualitas
kesehatan maternal dan neonatal.

EMAS secara selektif akan mensupport kegiatan-kegiatan baik perencanaan,


pelaksanaan dan monitor dalam bentuk bantuan teknis. Dalam keadaan tertentu
yang disepakati dimungkinkan bagi Emas untuk mendukung kegiatan dalam
bentuk penyediaan cost share.

7 Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik


Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan Evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
setiap kegiatan termasuk kegiatan pendampingan. Bagi kegiatan pendampingan,
maka monitoring dan evaluasi menjadi kepentingan banyak pihak. Pihak pertama
yang berkepentingan adalah Tim Pendamping sendiri. Tim membutuhkan suatu
metode untuk dapat memantau dan mengevaluasi jalannya pendampingan.
Pendampingan yang berjalan baik bagi suatu tim Pendamping menunjukkan
bahwa hal yang sama dapat dipastikan terjadi di fasilitas kesehatan asal Tim
Pendamping.

Pihak kedua yang berkepentingan adalan faskes pendampingan. Pemantauan dan


Evaluasi oleh faskes pendampingan meyakinkan bahwa hal-hal yang diinginkan
untuk berubah dapat berubah, kesenjangan-kesenjangan yang dihadapi sudah
dipikirkan jalan keluarnya. Dan yang tidak kalah penting adalah kerangka waktu
yang bisa diharapkan agar perubahan-perubahan tersebut terjadi.

Pihak ketiga yang berkepentingan adalah Dinas Kesehatan di area pendampingan.


Masukan-masukan dari tim Pendamping tentu merupakan masukan bagi
peningkatan sistem pelayana kesehatan setempat. Diharapkan pula dinsa
kesehatan Kabupaten terus berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Propinsi
terutama terkait kebijakan-kebijakan yang berskala nasional.

Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik 8


Bab III
Pelaksanaan
Kegiatan
Pendampingan

Dalam pelaksanaannya kegiatan pendampingan dilakukan melalui beberapa


langkah. Langkah-langkah tersebut bertujuan untuk memenuhi kunci-kunci
peningkatan kualitas seperti disampaikan dalam bab sebelumnya sehingga
memudahkan dalam penerimaan Tim Pendamping di daerah pendampingan dan
memudahkan pencapaian tujuan pendampingan. Langkah-langkah
pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

1. Kunjungan Awal
2. Workshop Penyamaan Visi dan Misi fasilitas Kesehatan dalam Peningkatan
Kualitas Pelayanan Emergensi Maternal dan Neonatal
3. Kegiatan Pendampingan
• Mengumpulkan dan menganalisis data-data
• Menyusun Rencana Tindak Lanjut
• Melakukan intervensi dan implementasi dari Rencana Tindak Lanjut
• Melakukan evaluasi progres dan follow-up
• Melakukan advokasi kepada pihak-pihak terkait baik internal maupun
eksternal
4. Kunjungan Studi Banding ke Fasilitas Kesehatan Vanguard
5. Advokasi kepada jajaran di Pemerintahan Daerah

Kunjungan Awal

Kegiatan pada kunjungan awal ini diikuti oleh Tim Fasilitas Kesehatan yang terdiri
dari Direktur, Kepala Pelayanan Medik, Kepala SMF, Komite Medik, supporting
system lain yang terkait yang dianggap perlu. Pada kesempatan tersebut
diharapkan para peserta memahami upaya-upaya peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan terutama pelayanan emergensi maternal dan neonatal melalui program
EMAS, sehingga fasilitas kesehatan bersedia menjadi model bagi pengembangan
upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan maternal dan neonatal di wilayah
kerja serta bersedia memberikan dukungan dalam bentuk koordinasi dan
partisipasi terhadap seluruh rangkaian kegiatan.

Metode yang digunakan adalah pembelajaran dua arah dalam diskusi kelompok
tentang kerangka pendekatan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan, serta pentingnya strategic leadership dan learning organization agar
upaya-upaya peningkatan kualitas dapat berjalan terus menerus. Tim Fasilitas
Kesehatan juga mendapat kesempatan untuk melihat secara langsung
9 Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik
Gambar 1: Kerangka Kerja Pendekatan Intervensi
Sumber: Pedoman Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan Program EMAS, 2012

Strategic Leadership-Leraning Organization


Input Level
& Clinical Governance

Pusat
Proses: Institusi
Aktor Tim Stakeholders Provinsi
Dialog dan Aksi Kesehatan
Kabupaten

Pusat
Output: Program tata kelola &
Kebijakan Provinsi
Managemen Indikator kinerja diterapkan
Kabupaten

Pusat
Petugas kesehatan mengimplementasikan GCG Monitoring &
Outcome Provinsi
dan indikator kinerja evaluasi
Kabupaten

Bekerja sesuai Kualitas pelayanan yang Turunnya


Impact standar bermutu MMR
dll

implementasi dari tata kelola yang baik di Faskes Vanguard seperti alur pelayanan
emergensi maternal dan neonatal, pelaksanaan Near miss/death audit, praktik-
praktik pencegahan infeksi, serta berbagai praktik yang menggambarkan
principles of good care.

Workshop Penyamaan Visi dan Misi

Workshop ini merupakan sebuah introduksi dari rangkaian kegiatan yang


bertujuan untuk melakukan koordinasi serta mendapatkan dukungan dari semua
pihak yang berkepentingan terhadap kesehatan maternal dan neonatal di suatu
wilayah. Salah satu keluaran penting yang diharapkan setelah workshop ini
adalah terbentuknya dan atau berfungsinya sebuah kelompok kerja pemerhati
masalah maternal dan neonatal yang merupakan organisasi dari berbagai unsur
yang didukung secara konstitusional oleh Pemerintah Daerah di wilayah
Kabupaten.

Peserta yang diharapkan hadir dalam workshop ini adalah Bupati dan jajarannya
yang terkait, unsur DPRD, unsur Dinas terkait, Direktur Rumah Sakit serta
organisasi-organisasi profesi. Tokoh-tokoh masyarakat yang diidentifikasi dapat
mendu-kung peningkatan kualitas pelayanan keseha-tan terutama pelayanan
emergensi maternal dan neonatal juga dapat diikut sertakan dalam kegiatan ini.
Dengan demikian seluruh unsuryang ada di wilayah dapat memberikan komitmen
bagi upaya-upaya tersebut.

Dalam pelaksanaannya, workshop ini akan membutuhkan waktu sekitar 4 jam,


tergantung juga pada besarnya peserta yang hadir. Selain metode presentasi yang
dilakukan untuk menjelaskan pentingnya pemahaman konsep strategic leadership
dan learning organization, disarankan juga untuk melakukan kegiatan dengan
memberikan kesempatan untuk diskusi interaktif agar terbina kepemilikan dari
semua unsur di Kabupaten atas segala upaya ini.

Kegiatan Pendampingan

Konsep dasar dari kegiatan pendampingan adalah memulai dari apa yang dimiliki
dan dilakukan bersama-sama dengan tim dan aktor di fasilitas kesehatan.
Dengan demikian meskipun istilah pendampingan diadaptasi dari istilah

Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik 10


mentoring, kedudukan dari Tim Pendamping diharapkan bukan seperti pelatih
dengan peserta latih, atau seperti guru dengan murid, melainkan lebih kepada
suatu hubungan antara sejawat yang berempati terhadap berbagai permasalahan
yang dihadapi di lapangan dan menyediakan diri untuk sepenuhnya membantu
memikirkan dan bersama-sama mencari jalan keluar terhadap situasi-situasi yang
ada. Untuk itu seluruh proses pendampingan hendaknya mengikuti rangkaian
siklus peningkatan kualitas.
Gambar 2. Rangkaian Kegiatan Pendampingan bagi Peningkatan Kualitas
Sumber: Quality Improvement for Emergency Obstetric Care: Leadership Manual, Engender Health 2003

4
Evaluating Progress
and Following up
ACTUAL PRACTICE

BEST PRACTICE
Implementing
Solutions
2
Developing on
Action Plan
1
Information Gathering
& Analysis

Selain itu yang harus diperhatikan dalam pelak-sanaannya adalah bahwa


Pendampingan ber-tujuan untuk menguatkan sistem pelayanan kesehatan dengan
cara menyediakan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kesehatan, dan bekerja
sama ke depan menciptakan tata kelola klinis yang lebih efektif dan efisien.
Untuk itu perlu dipahami oleh Tim Pendamping dan Faskes yang didampingi
prinsip-prinsip pendampingan berikut:

1. Membangun “hubungan” (relationship)


2. Identifikasi kebutuhan
3. Responsive coaching and modeling of best practices
4. Mengadvokasi lingkungan yang kondusif bagi Principles of Good Care
5. Memfasilitasi proses peningkatan kualitas pel-ayanan

Prinsip-prinsip tersebut harus diintegrasikan dalam setiap kegiatan pendampingan


sehingga terbangun kepemilikan terhadap keseluruhan proses peningkatan
kualitas.

A. Mengumpulkan dan menganalisis data-data


Sebagai Tim leader yakinkan bahwa pengumpulan data dilakukan menggunakan
prinsip-prinsip pendampingan sehingga menghilangkan resistensi dari tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan dan analisisnya akan menghasilkan solusi,
dan solusinya dapat diubah menjadi aksi yang konstruktif dan akhirnya
peningkatan kualitas pelayanan.

Tujuan dari pengumpulan dan analisis data adalah mengidentifikasi gap antara
kondisi yang ada dengan kondisi/standar yang diinginkan dala pelayanan
11 Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik
emergensi maternal dan neonatal. Kegiatan dilakukan bersama-sama dengan tim
dan aktor di fasilitas kesehatan sehingga petugas di semua level terlibat sejak
awal dengan upaya-upaya yang berhubungan dengan peningkatan kualitas dalam
kerangka implementasi tata kelola klinik yang baik. Selain itu, dengan mengajak
tim dan aktor melakukan sendiri pengumpulan data maka data yang didapatkan
tidak diragukan validitasnya.

Instrumen-instrumen penilaian yang digunakan dibuat dengan mengacu pada


standar-standar yang ada di Indonesia. Instrumen tersebut di susun menjadi
beberapa standar yang berbasis diagnosis pada kasus emergensi maternal dan
neonatal, dengan kriteria verifikasi menggunakan pendekatan sistem. Disebutkan
sebagai suatu pendekatan sistem, yaitu sistem tata kelola klinik, karena didalam
melakukan verifikasi suatu standar digunakan unsur-unsur sebagai berikut:

• Rekam Medik
• Prosedur Standar Operasional
• Kelengkapan Peralatan & Perlengkapan
• Pola Staffing
• Pemeliharaan Ketrampilan
• Audit Near Miss dan Kematian

Keseluruhan instrumen untuk penilaian di Rumah Sakit terdapat 1 set penilaian


standar kinerja maternal terdiri dari 6 instrumen, 1 set instrumen penilaian standar
kinerja neonatal terdiri dari 6 instrumen, 1 set penilaian standar kinerja
Pencegahan Infeksi di Rumah Sakit serta 1 set penilaian tata kelola terdiri dari 2
instrumen. Instrumen untuk penilaian di Puskesmas terdiri dari 5 set instrumen
penilaian standar kinerja. Selain itu terdapat 1 set daftar tilik yang digunakan
untuk melakukan penilaian ketrampilan menyangkut ketrampilan yang menjadi
fokus inetervensi yaitu ketrampilan melakukan Manajemen Aktif kala 3,
Penatalaksanaan PEB/Eklampsia dan Penatalaksanaan Perdarahan Pasca Persalinan
untuk maternal, serta ketrampilan untuk Resusitasi neonatus, Inisisasi Menyusui
Dini serta Perawatan Metode Kangguru.

Hal lain yang spesifik untuk instrumen penilaian yang digunakan ini, selain sebagai
referensi untuk melakukan penilaian standar kinerja juga dapat digunakan sebagai
alat manajemen karena disusun dalam langkah demi langkah untuk mencapai
suatu standar tertentu. Diharapkan ini dapat membantu pimpinan di fasilitas
kesehatan lebih mudah untuk mencapai standar. Oleh karena itu instrumen ini
pada akhirnya akan lebih merupakan sebuah alat penilaian mandiri, sehingga sejak
awal tim dan aktor di fasilitas selalu berdampingan dengan Tim Pendamping
dalam melakukan partisipatory assesment.

Selain instrumen penilaian standar kinerja, pada saat pendampingan Tim


Pendamping harus memfasilitasi suatu Diskusi Kelompok Terfokus di tingkat “Tim
dan aktor” fasilitas kesehatan. Tujuan dari diskusi kelompok terfokus ini adalah
menggali dari tim dan aktor tingkat kinerja yang diharapkan oleh mereka dan
fasilitas kesehatannya. Dengan menentukan bersama tingkat kinerja yang
diinginkan maka tim dan aktor kemudian menentukan kebutuhan-kebutuhan baik
dari segi masukan, proses dan keluaran.

Instrumen lain yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian di fasilitas


kesehatan adalah pengamatan terkait pelaksanaan Principles of Good Care. Hal
ini dapat dilakukan dengan metode walk-through assessment yang dikerjakan
bersama-sama dengan tim dan aktor di fasilitas kesehatan. Penilaian bagi sarana
dan prasarana sebagai salah satu standar masukan yang harus dipenuhi juga perlu
dilakukan. Hal ini bisa dikerjakan dengan mengadaptasi instrumen dari supervisi
fasilitatif dengan beberapa penyesuaian sesuai dengan fokus pada emergensi
maternal dan neonatal. Prinsip yang harus diingat saat mengumpulkan data

Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik 12


adalah bahwa tujuan utama dari proses pengumpulan data ini adalah
menstimulasi diskusi dan bukan hanya mengisi sebuah daftar tilik.

Data lain yang tidak kalah penting yang harus diketahui adalah wawancara dengan
pasien/keluarga pasien. Tujuan yang ingin dicapai dari wawancara ini adalah
mengetahui bagaimana pengalaman yang diterima pasien dan keluarga, baik
tentang hal-hal yang mereka sukai dan hal-hal yang tidak disukai. Selain itu
tentunya dari wawancara ini dapat digali kondisi-kondisi yang timbul akibat
kualitas pelayanan di fasilitas kesehatan perujuk dan tempat rujukan.

B Menyusun Rencana Tindak Lanjut


Setelah data-data terkumpul, maka tim pendamping melakukan fasilitasi bagi tim
dan aktor untuk dapat menyusun Rencana Tindak Lanjut. Untuk dapat menyusun
rencana tindak lanjut maka data-data yang sudah dikumpulkan perlu dianalisis.
Analisis dilakukan dalam suatu kelompok yang lebih kecil agar diskusi lebih
terfokus. Apabila area asesmen lebih luas, maka tim dan aktor dibagi dalam
kelompok-kelompok kecil, dan masing-masing kelompok bertanggung jawab
untuk topik tertentu yang spesifik oleh aktor yang jugasesuai dengan
kompetensinya.

Tim pendamping dalam proses ini diharapkan mampu meyakinkan bahwa tim
dan aktor memahami dengan baik tujuan dari keseluruhan proses ini dan mereka
kemudian mampu men-gidentifikasi kekuatan dan kelemahan yangada pada
mereka sebagai bagian implementasi kepemimpinan klinik. Beberapa langkah
spesifik yang dapat diambil untuk meyakinkan hal ini terjadi adalah:

• Pahami setiap instrumen yang digunakan dan biasakan dengan pertanyaan-


pertanyaan yang ada dalam instrumen
• Yakinkan setiap kelompok diskusi memiliki salinan dari instrumen yang
didiskusikan, sediakan pula peralatan yang diperlukan seperti alat tulis, flip
chart, dll.
• Koordinasikan dengan fasilitas kesehatan yang bersangkutan kapan tanggal
kegiatan ditentukan. Bila memungkinkan sesuaikan dengan agenda fasilitas
kesehatan, sehingga kegiatan ini tidak mengganggu aktifitas fasilitas
kesehatan.
• Kenali siapa aktor yang dapat berperan aktif dalam diskusi kelompok tersebut,
sehingga partisipasinya dapat menjadi lebih bermakna.
• Informasikan kepada semua kepala unit dan staf yang lain akan kegiatan ini
agar tim pendamping mendapatkan dukungan yang adekuat.
• Sediakan waktu yang cukup untuk meyakinkan bahwa tim dan aktor
memahami sepenuhnya instrumen yang digunakan dalam kegiatan ini.

Dalam diskusi kelompok kecil, tim dan aktor melakukan analisis dari setiap
temuan-temuan dari asesmen yang dilakukan. Temuan-temuan tersebut dapat
berupa kondisi ideal yang diinginkan, kinerja tertentu yang ingin dicapai hingga
gap yang perlu ditindak lanjuti serta mengidentifikasi dan mendapatkan
sumber-sumber agar kondisi ideal dapat tercapai. Selanjutnya informasi yang
didapat dari kelompok kecil ini harus dapat diarahkan untuk melakukan
pemecahan masalah. Pada hari yang disepakati, kelompok-kelompok tersebut
mempresentasikan hasil diskusi mereka dalam kelompok diskusi yang lebih besar
(pleno) sehingga dapat diintergrasikan dalam sebuah rencana tindak lanjut bagi
peningkatan kualitas pelayanan emergensi maternal dan neonatal di fasilitas
kesehatan tersebut.

13 Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik


Mendefinisikan topik bagi fokus peningkatan kualitas

• Gap adalah perbedaan antara situasi yang ada (sebagaimana ditemukan


dari instrumen penilaian standar kinerja) dengan situasi yang diinginkan
(sebagaimana ditentukan oleh standar nasional dan standar yang diidentifikasi
dari diskusi tentang tingkat kinerja yang diinginkan).
• Seluruh peserta dalam pleno harus memahami hasil temuan-temuan sebagai
upaya untuk meningkatkan kulaitas.
• Meletakkan topik dengan pendekatan pro-ses dan sistem, bukan melihatnya
sebagai kesalahan individu/sekelompok individu dalam proses organisasi
belajar.
• Sedapat mungkin sampaikan topik yang fea-sible/mampu laksana bagi fasilitas
kesehatan.
• Diskusikan dampak dari topik yang dibahas bagi pasien dan petugas
kesehatan.

Identifikasi akar masalah VS dampak yang tidak diharapkan (undesirable effect)

• Akar masalah adalah alasan yang mendasari (underlying reason) atau alasan
yang menyebabkan timbulnya sebuah masalah. Akar masalah sedapat
mungkin didefinisikan dengan spesifik sehingga dapat dipikirkan sebuah solusi
yang mampu laksana. Sebagai tambahan, akar masalah dapat lebih dari satu.
• Dampak yang tidak diinginkan (undesir-able effect) biasanya bukan merupakan
akar masalah, dan biasanya lebih mudah dirasakan sebagai “masalah”
dibandingkan dengan akar masalahnya sendiri. Harus selalu diingat agar tim
dan aktor dengan bantuan tim pendamping selalu lebih fokus kepada akar
masalah.
• Salah satu cara mengidentifikasi akar masalah adalah dengan mengajukan
“beberapa mengapa” (multiple why’s). Dengan men-anyakan “mengapa”
setidaknya 3 kali, tim dan aktor akan menjadi lebih dekat pada jawaban atau
alasan yang mendasari terjadinya suatu keadaan.

Merekomendaikan solusi dalam rencana tindak lanjut

• Tim dan aktor di fasilitas kesehatan yang mencari, mendiskusikan dan


mensepakati solusi yang disusun dalam rencana tindak lanjut.
• Rencana yang dibuat harus menjawab pada akar masalah
• Tim pendamping dapat berbagi perihal praktik-praktik penyelesaian masalah
di tempat asal.
• Terdapat beberapa bentuk solusi di dalam rencana tindak lanjut. Beberapa
solusi dapat segera dilaksanakan oleh staf dengan sumber daya yang
ada, sementara beberapa lainnya memerlukan langkah-langkah yang lebih
kompleks agar bisa mencapai kepada akar masalah.

Menentukan Siapa yang bertanggung jawab dan Kapan rencana tindak lanjut
dikerjakan

• Tim dan aktor di faskes harus mampu mengidentifikasi aktor yang paling
mampu untuk mengimplementasikan rencana tindak lanjut dengan
pengetahuan yang dimiliki terutama terkait prosedur, proses atau tugas-tugas
spesifik lain. Gunakan nama aktor dan bukan jabatan.
• Individu tersebut bukanlah orang yang harus melaksanakan rencana tersebut
sendirian, akan tetapi dia bertanggung jawab dan meyakinkan bahwa rencana
tersebut dikerjakan. Jika rencana tindak lanjut tersebut terdiri dari beberapa
langkah, maka tentukan pula nama-nama aktor pada setiap langkah.
• Jangan sampai satu orang memiliki terlalu banyak tanggung jawab. Jika ini
terjadi
• minta pleno untuk mendiskusikan bagaimana mengatasi keadaan ini.

Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik 14


• Beberapa dari rencana tindak lanjut barangkali akan melibatkan pihak luar,
sumber daya dari luar atau bahkan organisasi lain, usahakan untuk
menggunakan sumber daya eksternal seminimal mungkin. Tekankan pada
tujuan untuk memotivasi tim dan aktor untuk merubah perilakunya sendiri
dan menggunakan sumber daya yang saat ini dimiliki secara lebih efektif dan
efisien.
• Setelah melewati tahap implementasi maka setiap langkah harus dimasukkan
ke dalam siklus Plan-do-check-Action (PDCA).

Memprioritaskan topik dari rencana tindak lanjut

Beberapa solusi dalam rencana tindak lanjut dapat dengan mudah


diidentifikasikan sebagai prioritas karena dirasakan sangat diperlukan dan
berdampak pada pelayanan terutama pelayanan emergensi maternal dan
neonatal, atau memang hal tersebut sebenarnya sangat mudah dikerjakan.

Dalam menentukan prioritas dalam melaksanakan solusi dari rencana tindak lanjut
berikut adalah dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut:

• Apakah kondisi ini membahayakan pasien/petugas? ( jika “ya” maka keadaan


ini dapat ditetapkan sebagai prioritas utama yang harus segera diselesaikan)
• Apakah solusi yang direncanakan akan memperpendek alur pelayanan/
menghil-angkan keterlambatan-keterlambatan dalam penanganan emergensi?
• Apakah memungkinkan untuk mengatasi keadaan ini dengan sumber daya
yang ada saat ini (tenaga, waktu dan dana)?
• Apakah solusi yang dipilih mudah diselesaikan?
• Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan solusi yang
ditawarkan?
• Dapatkan solusi dikerjakan tanpa bantuan eksternal? Kemudian,
pertimbangkan hal-hal berikut saat memprioritaskan:
• Topik dengan banyak jawaban “ya” harus di prioritaskan.
• Pilih solusi yang mudah untuk menambah kepercayaan diri tim dan aktor
bahwa mereka dapat memperbaiki kondisi di fasilitas kesehatan mereka.
• Ketika prioritas sudah ditentukan, tetapkan tanggal implementasi yang
disepakati.

Format Rencana Tindak Lanjut

Menyiapkan format RTL akan memudahkan tim dan aktor dalam menyusunnya.
Format akan mengingatkan tim dalam diskusi hal-hal mana yang belum
didiskusikan dan sejauh mana perbaikan akan dilakukan. Bentukan format tentu
tidak ada yang baku, akan tetapi hendaknya didalamnya mencantumkan:

• Kondisi yang akan diperbaiki/ akan dicapai. Akan memudahkan apabila hal ini
disusun berdasarkan katergori: input/masukan, proses dan output/keluaran.
Kategori demikian juga memudahkan tim dan aktor untuk menentukan siapa
orang yang harus bertanggung jawab untuk implementasi dan follow-up.
• Tuliskan kondisi tersebut secara spesifik.
• Langkah yang akan dikerjakan.
• Resources yang dibutuhkan.
• Nama orang yang bertanggung jawab.
• Waktu pencapaian.
• Status progres.

Diskusi Penutup

• Kaji kembali bersama dengan tim bagaimana menindaklanjuti dan apa yang
harus dilakukan jika menemukan hambatan.

15 Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik


• Berikan pujian atas keberhasilan dan komitmen tim menyelesaikan asesmen
dan menyusun rencana tindak lanjut. Tunjukkan kepada tim dan aktor
bagaimana mereka telah bekerja dalam tim, saling mendengarkan dan
berdiskusi.
• Tekankan bahwa rencana tindak lanjut ini harus disosialisasikan lebih lanjut,
dan tidak akan ada yang disebut sebagai “Rencana Tindak Lanjut yang Final”,
melainkan akan ada perubahan-perubahan dalam rencana-rencana tersebut
pada saat implementasi solusi telah dikerjakan, dan data-data baru didapatkan
melalui rangkaian siklus kegiatan peningkatan kualitas.
• Manfaatkan pertemuan-pertemuan rutin di fasilitas kesehatan sebagai sarana
untuk memantau progres.

C. Melakukan intervensi dan implementasi dari Rencana Tindak


Lanjut
Kegiatan utama pada saat intervensi dan implementasi pada dasarnya adalah
bagaimana tim dan aktor menjalankan peran dan tanggungjawab sesuai
dengan rencana tindak lanjut yang telah disepakati, disamping menjalankan fungsi
dan perannya sehari-hari. Bagian ini adalah bagian yang paling menantang dari
seluruh rangkaian kegiatan peningkatan kualitas pelayanan, terutama karena tim
Pendamping tidak akan berada di fasilitas kesehatan yang bersangkutan
selamanya.

Perubahan yang diharapkan terjadi barangkali bukan merupakan sesuatu yang


“diharapkan” di fasilitas kesehatan. Menjalankan rencana tindak lanjut sungguh-
sungguh menuntut tim dan aktor untuk beradaptasi terhadap “peruabahan”. Pada
tahap ini tim pendamping dapat berperan aktif dengan cara selalu mengingatkan,
mendorong, menggiatkan, memberikan umpan balik yang positif dan konstruktif
dan lain-lain, baik secara langsung selama kegiatan pendampingan di lokasi atau
melalui hubungan jarak jauh melalui telepon, sms ataupun email.

Beberapa hal yang dapat dilakukan tim Pendamping untuk mengkoordinasikan


implementasi dari rencana tindak lanjut, tanyakan hal-hal berikut:

• Apakah RTL sudah disosialisasikan?


• Apakah orang-orang yang bertanggung jawab untuk menjalankan RTL
tersebut menyelesaikan pada waktunya.
• Apakah orang-orang tersebut bertanya jika menemui hambatan?
• Apakah semua petugas yang ada di unit mendukung implementasi RTL ?
• Apakah pihak manajemen mendukung?
• Jika jawaban yang sering muncul adalah “tidak” atau “tidak terlalu”, maka
hal-hal berikut dapat dipertimbangkan:
• Berikan lebih banyak pedoman-pedoman tertulis, terutama pedoman
operasional
• Sesuaikan waktu apabila tidak realistis
• Libatkan orang lain apabila orang yang pertama kali ditunjuk kurang sesuai
• Diskusikan kembali dengan tim dan aktor kemungkinan adanya alasan
mendasar lain dan solusi yang lain
• Pertimbangkan kembali jika rencana tersebut tidak mampu laksana.

Jika perubahan dari RTL awal dirasakan sangat mendesak, diskusikan kembali
dengan Tim dan aktor dan sepakati kembali perubahan-perubahan apa saja yang
memang dianggap perlu.

Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik 16


D. Melakukan evaluasi progres dan follow-up
Evaluasi harus dikerjakan secara teratur dan apabila memungkinkan terjadwal. Hal
ini akan membantu tim dan aktor untuk dapat mengevaluasi kemajuan dan
mengidentifikasi hambatan. Terdapat pula peluang bagi tim untuk merubah
prioritas apabila dianggap perlu.

Lakukan evaluasi bersama-sama dengan rapat rutin staf di fasilitas kesehatan.


Dengan kata lain, RTL harus juga menjadi RTL faskes sendiri. Hal-hal spesifik yang
harus terjadi antara lain:

• Mengkaji RTL dan kemajuannya, termasuk apa yang mampu laksana dan aman
yang tidak.
• Merevisi RTL.
• Memutuskan apakah diperlukan data tambahan.

Selain melakukan pengkajian terhadap proses dan kemajuan yang dicapai oleh
tim dan aktor, hal yang tidak kalah penting adalah melakukan evaluasi pencapaian
standar. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan melakukan penilaian
ulang setiap 3 bulan menggunakan instrumen penilaian standar kinerja. Hal ini
penting karena dengan demikian tim dan aktor akan mampu:

• Mengevaluasi status standar pelayanan emergensi maternal dan neonatal


sekarang.
• Mengidentifikasi area-area yang membutuhkan intervensi lebih dan perubahan
rencana solusi agar terjadi perubahan dalam kinerja.
• Melihat dan mengapresiasi kemajuan pencapaian standar.

Mengintegrasikan Proses Peningkatan Kualitas Pelayanan Emergensi Maternal dan


Neonatal ke dalam Lingkungan Kerja di Fasilitas Kesehatan

Hal lain yang harus diperhatikan adalah bagaimana meyakinkan bahwa rangkaian
proses peningkatan kualitas pelayanan emergensi maternal dan neonatal ini dapat
berjalan dan menjadi budaya di fasilitas kesehatan tersebut. Sangat penting untuk
memberikan pesan bahwa rangkaian proses – mengumpulkan dan manganalisis
data, membuat rencana tindak lanjut, melaksanakan rencana tindak lanjut dan
melakukan evaluasi dan follow-up – adalah siklus yang akan terus berjalan dan
berkelanjutan serta kemudian menjadi budaya di lingkungan kerja mereka.

Jika siklus ini telah menjadi budaya, maka ini akan menjadi model bagi semua
tenaga yang bekerja di fasilitas kesehatan, bahkan untuk tenaga baru. Dalam
pertemuan-pertemuan ruitn yang diselenggarakan oleh para aktor di fasilitas
kesehatan siklus kegiatan peningkatan kualitas ini akan selalu terjadi. Apabila hal
ini berhasil dikerjakan, maka tim dan aktor akan melihat bahwa masalah akan
dapat dengan mudah dikenali dan dihindari, pekerjaan akan berjalan dengan lebih
efisien dan pada akhirnya semangat kerja dan kinerja staf juga akan menjadi lebih
baik.

E. Melakukan advokasi kepada pihak-pihak terkait baik internal


maupun eksternal
Kondisi-kondisi yang belum sesuai dengan standar kinerja pelayanan emergensi
maternal dan neonatal yang ditemukan di bagian kebidanan dan perinatologi
tentunya tidak terjadi tanpa adanya pengaruh dari bagian lain di fasilitas
kesehatan. Seringkali hal ini tidak terkomunikasikan dengan baik di antara tim dan
aktor di fasilitas kesehatan. Tim pendamping harus mengidentifikasi keadaan ini,
kemudian mendorong untuk berfungsinya kembali komunikasi di dalam internal
17 Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik
fasilitas kesehatan dengan menggunakan organ-organ yang memang sudah ada
sebelumnya.

Sementara itu, akan terlihat pula bahwa memang ada peran eksternal yang akan
mempengaruhi kinerja sebuah fasilitas kesehatan. Evidence mengatakan bahwa
proporsi untuk peran eksternal dalam mempengaruhi kinerja suatu institusi adalah
relatif kecil jika dibandingkan dengan faktor-faktor internal. Akan tetapi tetap akan
ada faktor eksternal yang berpengaruh.

Faktor eksternal yang sering terlihat mempengaruhi kinerja pelayanan kesehatan


di Indonesia adalah kebijakan yang tidak mendukung dan peran masyarakat yang
tidak optimal. Tim pendamping setelah mengidentifikasi hal ini memerlukan
kerjasama dengan pihak-pihak terkait, baik peran dari pemerintah maupun
stakeholders dari unsur non-pemerintah. Peran institusi rumah sakit dan Tim yang
ada sebagai seorang clinical leader menentukan seberapa jauh hal ini mampu
dikomunikasikan. Untuk mengkomunikasi RTL kepada pihak external, memerlukan
upaya yang sistematis dan terintegrasi dengan kegiatan pendampingan di fasilitas.

Dalam upaya mengoptimalkan peran institusi di luar fasilitas, maka Dinas


Kesehatan saat ini adalah organ yang paling memiliki kapasitas untuk
mengkomunikasikan hal ini. Dinas Kesehatan sebagai pemegang otoritas
pelayanan kesehatan, terutama di Puskesmas mengambil inisiatif untuk menjalin
kerjasama dengan pihak rumahsakit milik pemerintah maupun swasta. Kerjasama
ini mesti mendapatkan dukungan dari Kepala Daerah agar bisa berjalan dengan
baik. Untuk memperkuat pelayanan dengan tata kelola yang baik di fasilitas, dan
menciptakan lingkungan yang mendukung, maka hal berikut ini mesti dilakukan;

• Adanya kelompok kerja (POKJA) lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD),
lintas fasilitas pelayanan kesehatan dan lintas stakeholders yang memiliki
tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) untuk mengawal RTL dari pendampingan
di fasilitas, mempersiapkan rancangan kebijakan yang diperlukan dan
mengoptimalkan peran stakeholders non-pemerintah dan SKPD sesuai dengan
TUPOKSI, kemampuan dan kewenangan masing-masing institusi.

Gambar 3: Mekanisme kerja para pihak untuk memperkuat pelayanan di fasilitas, penguatan sistem rujukan dan
advokasi hasil pendampingan (RTL) kepada pihak terkait.
Sumber: Hasil Diskusi Tim Pendamping Klinis dengan Tim Governance Program EMAS dan telah
diujicobakan pada Pendampingan ketiga (P-3) di kabupaten Tegal, Pinrang, Malang dan Asahan.

Fasilitas
Forum Kebijakan yang
Mayarakat Pro-penurunan
Unit Level
AKI dan AKN
TA Pelayanan
(Pendampingan
dan kunjungan) Perilaku birokrasi yang
lebih
POKJA responsif
SKPD
Ketersediaan
anggaran untuk
TA PF
membiayai kebutuhan
(Monitoring kinerja
pelayanan emergency
jejaring rujukan DPRD maternal dan
neoanatal

Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik 18


• Terlaksananya kerjasama antar fasilitas pelayanan untuk memperkuat sistem
jejaring rujukan. Kerjasama antar fasilitas ini mesti dipahami oleh semua aktor,
disepakati oleh para pihak serta dilegitimasi secara legal formal oleh Kepala
Daerah.
• Adanya Forum Masyarakat yang berfungsi wadah untuk perluasan partisipasi
masyarakat dalam berkontribusi untuk penurunan AKI dan AKN, melakukan
pengawasan terhadap pelayanan sesuai standar pelayanan (Maklumat
Pelayanan), dan melakukan moni-toring secara berkala. Sehingga Forum
Masyarakat memiliki bahan advokasi berbasis bukti kepada pemerintah,
DPRD dan lainnya agar para pihak dapat memberikan dukungan bagi upaya
penurunan AKI dan AKN, terutama RTL hasil pendampingan di fasilitas.
• Kemauan fasilitas untuk melaksanakan tata kelola yang baik, lebih responsif,
lebih transparan, dan lebih akuntabel. Kesediaan fasilitas untuk membuat
Maklumat Pelayanan akan menjadi salahsatu upaya peningkatan transparansi
dan akuntabilitas pelayanan. Melalui MP, fasilitas harus menindaklanjutinya
dengan mengelola umpan balik public. Mekanisme umpan balik dapat
dioptimalkan melalui sms gateway, kotak saran dan exit interview.
• Tersedianya kebijakan yang pro-kibbla, termasuk ketersediaan anggaran
daerah untuk peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta penguatan
sistem jejaring rujukan

Pada prinsipnya, semakin dirasakannya bahwa kematian ibu dan bayi baru lahir
adalah permasalahan cara pandang masyarakat terhadap kematian tersebut, maka
semakin permasalahan kematian maternal dan neonatal menjadi perhatian semua
pihak.

Pada tahap ini Tim Pendamping diuji untuk menunjukkan kemampuannya


memperlihatkan permasalahan kematian maternal dan neonatal kepada semua
pihak yang perduli tanpa harus menempatkan salah satu pihak pada posisi yang
terpojok. Diperlukan orangorang yang sungguh-sungguh berkomitmen pada
tujuannya untuk dapat menjalankan fungsi ini dan mendapatkan hasil yang
maksimal.

19 Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik


Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik 20
Bab IV
Organisasi
dan Pembiayaan

Merencanakan dan menerapkan program pendampingan klinis akan sangat


tergantung kepada muatan lokal /daerah, sumber daya, dan keterlibatan
pemangku kepentingan setempat. Terlepas dari pilihan model pendampingan,
program ini seharusnya memiliki keterikatan waktu dan bersifat jangka panjang
dengan ren-cana tindak lanjut yang sangat jelas. Disain dan penerapan rencana
kerja Dinas Kese-hatan Kabupaten dalam pelayanan klinis harus secara jelas
menyebutkan tentang kegiatan pendampingan klinis serta kolaborasinya dengan
pemangku kepentingan yang ada. Untuk meyakinkan terciptanya sistem pelayanan
yang terintegrasi, maka sejak awal harus disamakan visi dan misi diantara rekan
non-pemerintahan dan organisasi berbasis masyarakat, dan hal ini secara jelas
didokumentasikan.

Kementrian Kesehatan akan menyediakan ped-oman-pedoman normatif dan


strategis, formulasi politis dan penunjang program bagi implementasi program
pendampingan klinis di Propinsi.

Dinas Kesehatan Propinsi akan menyediakan pedoman bagi Dinas Kesehatan di


bawahnya dalam hal program disain dan implementasi. Propinsi akan:

• Memobilisasi sumber daya


• Melakukan sosialisasi dan menyediakan ped-oman dalam
mengimplementasikan Modul Pendampingan Klinis
• Melakukan koordinasi, pedoman strategis dan suport program di tingkat
Kabupaten.
• Melakukan identifikasi tokoh fokal yang memiliki kemampuan kepemimpinan
dan koordinasi bagi keseluruhan program pendampingan di Propinsi. Tokoh
tersebut akan bertanggung jawab bagi implementasi politik dan petunjuk-
petunjuk program.

Dinas Kesehatan Kabupaten akan mengkoordinasikan keseluruhan program


pendam-pingan di dalam Wilayah Kabupaten, berkolaborasi dengan fasilitas
kesehatan, manajer-manajer program dan pimpinan-pimpinan fasilitas kesehatan.
Pendampingan klinis haruslah menjadi bagian dari seluruh usaha menguatkan
sistem pelayanan kesehatan dan melengkapi seluruh strategi supervisi suportif
yang sudah dikerjakan sebelumnya.

21 Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik


Tiap Kabupaten akan:

• Membuat Tim Pendampingan di tingkat Kabupaten, dipimpin oleh seorang


tokoh fokal yang memiliki kemampuan kepemimpinan yang baik.
• Membuat strategi dan rencana operasional program pendampingan klinis
dengan berkolaborasi dengan pimpinan faskes dan rekan NGO (bila ada)
• Mengidentifikasi dan melatih pendamping-pendamping dengan menggu-
nakan kurikulum yang standar, menyepakati term of reference dari kegiatan
pendampingan, membuat data dasar dari pendamping-pendamping tersebut
dan spesifikasinya masing-masing.
• Memilih daerah intervensi dan mencocokkan denga pendamping yang terse-
dia.
• Melakukan penilaian sumber daya eksternal yang tersedia, dan NGO (bila ada).
• Menetapkan objektif yang spesifik, outcome yang diharapkan dan rencana
pelaksanaan, dan menyepakati rencana evaluasi dan jadwal kegiatan.
• Mengidentifikasi dan menyepakati instrumen yang akan digunakan untuk
menjalankan pendampingan klinis
• Mengevaluasi kinerja tim pendamping secara reguler dan mencatat pembela-
jaran yang di dapat.

Di Tingkat Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan akan membantu dengan membuat perencanaan program,


penilaian kegiatan pendampingan yang berkelanjutan, pemilihan dan
penempatan mentor, dan mengidentifikasi fasilitas/tenaga kesehatan yang
memerlukan pendampingan. Semua instrumen monitoring dan evaluasi akan
dikumpulkan dan dianalisis di tingkat fasilitas kesehatan dan didiskusikan dengan
dinas kesehatan kabupaten/propinsi atau mitra lain yang berkepentingan.

Seorang focal point (dapat seorang dokter spesialis, direkstur rumah sakit) akan
mengkoordinasikan seluruh kegiatan pendampingan. Orang tersebut akan
menjaga komunikasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten untuk meyakinkan
bahwa program berjalan sesuai rencana.

Tentu saja keseluruhannya dikuatkan oleh sebuah Surat Keputusan yang memiliki
kekuatan hukum yang jelas.

Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik 22


Bab V
Evaluasi dan
Pemantauan
Program
Pendampingan

Dalam pelaksanaannya program pendampingan memerlukan evaluasi dan


pemantauan. Selain dari outcome klinis yang diharapkanmenunjukkan
peningkatan, tentunya program pendampingan sendiri memerlukan
evaluasi dan pemantauan yang jelas.

Penilaian Kinerja Tim Pendamping

Seorang pendamping harus dilakukan penilaian atas kompetensinya dalam hal


komunikasi yang efektif dan suportif dengan fasilitas/tenaga kesehatan:

• Menggunakan standar kinerja yang sesuai dengan standar yang ada


• Dapat menunjukkan bahwa tujuan pendampingan telah tercapai
• Terlihat kegiatan implementasi dengan jelas
• Memberikan umpan balik yang sesuai
• Sosialisasi standard dan informasi yang men-unjang pelayanan yang terbaik
• Melakukan monitoring dan evaluasi yang teratur pada semua program
kegiatan pendampingan.

Penilaian Program Pendampingan Klinis

Efektifitas dari program pendampingan klinis harus dipantau di tingkat fasilitas,


kabupaten dan propinsi, dan informasi ini digunakan untuk terus menerus
meningkatkan kualitas pela-yanan kesehatan. System monitoring dan evaluasi
sebaiknya dapat mengukur output dari kualitas program pendampingan klinis.
Indikator output yang dapat digunakan untuk mengukur berfungsinya program
pendampingan klinis:

• Jumlah fasilitas kesehatan yang berhasil menyelesaikan program


pendampingan sesuai dengan penilaian kompetensi yang ditentukan.
• Jumlah fasilitas kesehatan yang mengikuti program pendampingan
• Jumlah kegiatan pendampingan yang diikuti oleh setiap fasilitas

23 Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik


Penilaian Kinerja fasilitas kesehatan yang didampingi

Kinerja akan dinilai di sepanjang proses kegiatan pendampingan.

• Praktik klinis/ketrampilan individu dinilai melalui wawancara, pengkajian rekam


medis dan standar system kinerja yang tersedia
• Membuat catatan pencapaian faskes misalnya menggunakan alat pantau kin-
erja seperti dashboard klinik.

Outcome klinis

Diharapkan outcome kegiatan pendampingan tidak hanya menyebabkan pening-


katan pengetahuan, ketrampilan dan pembuatan keputusan klinik oleh peserta
pendampingan akan tetapi juga perbaikan outcome klinis. Manajer fasilitas dan
Dinas Kesehatan bersama-sama membuat
indikator-indikator yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pelayanan dan outcome klinis, dan mengukurnya sehingga dapat dengan mudah
melihat dampak kegiatan pendampingan bagi outcome klinis.
Beberapa outcome klinis yang dapat diukur dapat dilihat pada lampiran.

Permasalahan kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia memang tidak mudah

Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik 24


Bab VI
Penutup

untuk diurai, akan tetapi melalui pendekatan strategic leadership dan learning
organization yang inovatif seperti program Pendampingan maka kualitas
pelayanan kesehatan yang tercermin dari masih belum tercapainya penurunan
angka kematian maternal dan neonatal yang bermakna dapat berubah.
Pendampingan hanya dapat berfungsi apabila partisipasi dan konsultasi di wilayah
berjalan dengan maksimal. Kinerja ku alitas pelayanan ditentukan oleh banyak
faktor seperti sarana prasarana, kebijakan yang berpihak. Fakta bahwa tenaga
kesehatan yang jumlahnya terbatas saat ini akan sangat terbantu dengan
berfungsinya sistem pelayanan emergensi maternal dan neo-natal melalui
berjalannya tata kelola klinik yang baik mulai dari tingkat fasilitas kesehatan
hingga di tingkat Dinas Kesehatan di wilayah.

Program Pendampingan akan memperkuat program-program yang telah ada


sebelumnya di Indonesia. Diperlukan dukungan yang mencukupi baik di tingkat
Nasional, Provinsi maupun Kabupaten untuk meyakinkan bahwa program
Pendampingan berlangsung sejalan dengan upaya-upaya peningkatan mutu yang
ada sebelumnya.

Lampiran i. Instrumen Penilaian Standar Kinerja


Lampiran ii. Instrumen Asesmen dengan metode walk-through

25 Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik


Contoh: Instrumen asesmen pelaksanaan Principles of Good Care di fasilitas kesehatan

Nama Fasilitas Kesehatan :


Tanggal :

Instruksi:
1. Pergi ke mana: pengamatan ini harus meliputi area-area dimana pelayanan emergensi maternal dan
neonatal diberikan di dalam fasilitas kesehatan dan area-area yang menjadi pendukung kegiatan
pelayanan tersebut.
2. Apa yang dilakukan: selama pengamatan, fokuskan pada observasi, wawancara kepada klien dan
petugas kesehatan di semua level, lakukan bantuan teknis on the spot apabila dirasa perlu dan
periksa catatan rekam medis.
3. Bagaimana menggunakan daftar tilik: selama pengamatan, kategori-kategori berikut merupakan
acuan dan bukan sepenuhnya suatu daftar tilik. Dengan demikian seorang pendamping dapat
dengan leluasa melakukan observasi, coaching dan bertukar pikiran dengan semua tim dan aktor

Kategori Layanan Bagaimana Menilai Apa yang dinilai


Fasilitas 1. Amati mulai dari pintu masuk • Apakah area-area tersebut terlihat bersih
hingga mendapatkan dan aman?
pelayanan diberikan • Apakah alur pasien terhambat terutama
• Area pasien (ruang tunggu, saat terjadi emergensi?
ruang periksa, ruang • Apakah pengaturan ruangan sudah
perawatan, ruang memudahkan petugas terutama saat
tindakan) terjadi emergensi?
• Area Non-pasien • Apakah komunikasi antar bagian dapat
(pemro- sesan alat, mudah terjadi, misalnya dengan telepon
tempat pembuangan internal?
sampah, gudang, bank • Bagaimana suplai untuk oksigen?
darah) • Apakah terdapat air mengalir?
2. Observasi struktur • Apakah listrik berfungsi dengan baik?
3. Diskusi dengan staf • Berapa sering pelayanan terganggu
karena tidak adanya air bersih dan listrik
akhir-akhir ini?
Kesiapan • Observasi suatu kasus 1. Petugas yang kompeten tersedia 24 jam
Emergensi emergensi jika memungkinkan dan tahu bagaimana:
• Tanyakan kepada petugas • Mengenali tanda-tanda komplikasi
kasus emergensi terakhir, • Melakukan respons awal terhadap
bagaimana penanganannya, emergensi
apa yang berhasil dengan baik, • Melakukan quick-check
dan apa yang perlu • Menatalaksana komplikasi
ditingkatkan. • Melakukan RJP
• Tanyakan tentang SOP • Bekerja dalam tim
emergensi yang ada. 2. Troli emergensi yang tersedia dan siap
• Bagaimana komunikasi saat pakai
terjadi emergensi 3. Pasien mendapatkan pengawasan ketat
sebelum, selama dan sesudah tindakan/
emergensi
4. Jadwal petugas yang mudah dilihat
5. Nomor-nomor telepon penting
terpampang di tempat yang mudah
dilihat

Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik 26


Kategori layanan Bagaimana menilai Apa yang dinilai
Staffing • Amati ketersediaan staf • Jadwal jaga dan daftar informasi kontak
• Kaji jadwal jaga 24 jam terkait yang mudah dilihat
dengan deskripsi tugas/ • Petugas tersedia di tempat untuk:
tanggung jawab dalam tim • Melakukan pertolongan persalinan
(Tim Emergensi) normal
• Minta petugas untuk • Menangani komplikasi )seperti
melakukan panggilan telepon ekla-mpsia, perdarahan, infeksi)
uji coba untuk melihat respon • Melakukan persalinan pervaginam
petugas dengan alat, kuretase dan bedah
• Tanyakan pada petugas: sesar)
• Pengalamannya jika • Petugas anestesi tersedia
menghubungi petugas di
malam hari dan saat hari
libur
• Apakah petugas yang ada
sudah adekuat dan dapat
berfungsi dengan baik?
Peralatan/perlengkapan Di setiap ruangan, perhatikan Peralatan:
dan obat peralatan, perlengkapan dan • apakah setiap peralatan tersedia di
obat-obatan yang tersedia dan tempat yang semestinya?
diskusikan dengan petugas. • Apakah peralatan tersebut berfungsi?
• Apakah ada sistem untuk pemeliharaan
Periksa apakah peralatan berikut alat tsb?
ada dan berfungsi:
• Tabung oksigen Perlengkapan/obat
• Mesin anestesi
• Alat untuk sterilisasi • Apakah perlengkapan/obat men
• Instrumen penghisap • cukupi?
• Lemari pendingin • Apakah petugas kekurangan
• Peralatan kuretase perlengkapan dan obat-obatan?
• Instrumen obstetri lain
Penyimpanan
Kaji isi dari : • Apakah terdapat sistem untuk keluar
• Lemari penyimpanan masuk obat?
• Troli obat • Apakah penyimpanannya sesuai dengan
• Troli emergensi aturan?
• Set instrumen: set SC, set • Apakah klorin tersedia dalam jumlah
Partus, Set HPP dll mencukupi?
• linen
Set instrumen dan troli emergensi
• Apakah troli dalam keadaan lengkap?
• Apakah set instrumen tersedia
mencukupi?
Interaksi Petugas - pasien Observasi saat melakukan interak- Berikan intervensi terkait:
si dengan petugas: • Respek/menerima dengan penuh rasa
• Pasien hormat
• Keluarga pasien atau bidan/ • Empati
petugas perujuk atau dukun • Privasi dan kerahasiaan
• Memberikan informasi yang memadai

27 Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik


Perawatan pasca • Amati ruangan observasi pasca • Pasien mendapatkan perawatan ketat
tindakan operasi (RR=recovery room) sesuai standar pasca tindakan
• Amati pasien kontrol di • Unit emergensi siap untuk menangani
poliklinik pasca operasi pasien yang kembali karena keadaan
• Berbicara dengan petugas emergensi
• Pasien pasca komplikasi mendapatkan
follow-up baik di fasilitas maupun
melalui kunjungan rumah di komunitas
Kategori layanan Bagaimana menilai Apa yang dinilai
Konseling saat Observasi saat pasien akan • Petugas menyampaikan baik secara lisan
pemulangan dipulangkan maupun tulisan tentang perawata rutin
di rumah, tanda-tanda bahaya, dan
kemana harus pergi jika toimbul tanda-
tanda bahaya
• Petugas memberikan obat analgetika
sesuai kebutuhan
• Konseling seksual dan kesehatan
reproduksi terkait diberikan (kontrasepsi
dll)
• Komunikasi berjalan 2 arah
• Rencana follow-up yang jelas baik di
fasilitas kesehatan atau di komunitas
Lain-lain

Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik 28


Lampiran iii. Format Wawancara dengan petugas

HARAPAN
PRE SERVICE POINT SERVICE AFTER SERVICE
Ka
Yanmedik
Ka UGD

Ka KB

Ka OK

Ka
Perawatan
Ka Komite

Ka SMF

UPAYA MENCAPAI HARAPAN


INPUT PROSES OUTPUT
Ka
Yanmedik
Ka UGD

Ka KB

Ka OK

Ka
Perawatan
Ka Komite

Ka SMF

HAMBATAN INOVASI SOLUSI


INPUT PROSES OUTPUT
Ka
Yanmedik
Ka UGD

Ka KB

Ka OK

Ka
Perawatan
Ka Komite

Ka SMF

*) Matriks ini hanya sebagai pedoman dalam mengajukan pertanyaan. Dapat dimodifikasi dan tidak berfungsi
sebagai daftar tilik.

29 Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik


Lampiran iv. Format wawancara dengan keluarga/pasien

Format ini ditujukan sebagai acuan dalam mengajukan pertanyaan kepada pasien/keluarga. Pewawancara
harus menanyakan langsung kepada pasien/keluarga, dan dapat memodifikasi pertanyaan sesuai dengan
kebutuhan. Perkenalkan diri anda sebelum melakukan wawancara ini dan jelaskan maksud dan tujuan dari
wawancara ini.

No Pertanyaan Catatan
1 Apa yang menyebabkan anda dibawa ke rumah sakit ini? Apa yang
anda alami sebelum dibawa ke sini?

2 Apa yang menyebabkan anda memilih fasilitas kesehatan ini?

3 Bagaimana cara anda sampai ke sini? (transportasi yang digunakan)

4 Apa yang terjadi saat anda pertama kali tiba di pintu gerbang faskes
sampai akhirnya anda dapat bertemu dengan petugas, perawat,
bidan, dokter?

5 Berapa lama anda menunggu sampai akhirnya bertemu dengan


dokter atau petugas paramedis lain?
Apakah menurut anda cepat ? Terlalu lama ?
Jika terlalu lama, jelaskan.

6 Setelah bertemu dokter/perawat/bidan, berapa lama akhirnya anda


mendapatkan perawatan/pengobatan?
Apakah menurut anda cepat ? Terlalu lama ?
Jika terlalu lama, jelaskan.

7 Pada saat anda diperiksa, apakah dokter/perawat/bidan


menjelaskan apa yang sedang dilakukannya dan mengapa?

8 Apakah menurut anda informasi yang diberikan kepada anda


tentang kondisi anda cukup?

Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik 30


No Pertanyaan Catatan
9 Apakah obat-obatan yang anda perlukan tersedia saat itu di fasilitas
kesehatan? Ya/Tidak
Jika tidak bagaimana? Apakah anda harus membelinya dulu
sehingga menunda pemberian pengobatan?

10 Apakah menurut anda faskes ini:


Bersih ? Ya Tidak
Ramah ? Ya Tidak

11 Apakah privasi anda terjaga di sini? Ya Tidak


Jelaskan:

12 Bagaimana keluarga anda diperlakukan oleh petugas faskes?


Jelaskan:

13 Apakah menurut anda petugas mau mendengarkan anda? Jelaskan.

14 Apakah anda puas dengan pelayanan yang diberikan? Jelaskan

15 Apa yang paling anda sukai dari faskes ini?

16 Apakah saran anda untuk perbaikan bagi faskes ini?

17 Adakah hal lain yang anda ingin kami ketahui dari pengalaman anda
di faskes ini?

18 Apakah anda mendapatkan informasi tentang apa yang harus anda


lakukan sepulang dari faskes, mengenai:
Bagaiamana merawat diri anda di rumah? Ya Tidak
Apakah anda perlu kontrol? Kapan? Ya Tidak

19 Apakah ada hal lain yang anda ingin ketahui tentang


kesehatan/perawatan anda saat ini?

31 Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik


Lampiran v. Format Rencana Tindak Lanjut versi 1.

Format Rencana Tindak Lanjut versi 1

PEKAN KE... PJ
NO PERSIAPAN PELAKSANAAN MONEV OUTPUT
1 2 3 4 ...
INPUT

PROSES

OUTPUT

Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik 32


Format Rencana Tindak Lanjut versi 2

Tanggal:

Temuan Sebab Solusi Penanggung Waktu Status


mendasar jawab

Tim Perumus

Ketua :

Anggota :

33 Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik


Daftar Instrumen Pendampingan Klinis EMAS

No Formulir instrumen Obyektif Dilengkapi oleh Penanggung Waktu


jawab pengisian dan
pelaporan
1 Cek lis Persiapan Meyakinkan bahwa segala Tim BK Program Setidaknya 2
Kegiatan sesuatu yang dibutuhkan Manajer minggu
Pendampingan untuk berjalannya kegiatan sebelum
Klinis di Kabupaten pendampingan telah rencana
disiapkan dengan baik pelaksanaan
kegiatan
2 Formulir Menetapkan aturan, Tim BK dan tim Manajer Di awal
kesepakatan harapan dari kedua belah faskes faskes kegiatan
kegiatan pihak dan kesepakatan pendampingan
pendampingan pencapaian
3 Standar Kinerja Instrumen ini akan Manajer Faskes Dinkeskab Kapan saja
Pendamping Klinis digunakan oleh manajer (random)
faskes untuk menilai dan selama kegiatan
memantau kinerja para pendampin-
pendamping klinis dengan gan, terutama
memperhatikan obyektif, setidaknya 2
target dan proses kali dalam 4
pendampingan, minggu
metodologi dan pertama
pendekatan. Umpan balik kegiatan
harus diberikan segera pendampingan
kepada para pendamping
agar dapat melakukan
penyesuaian dan menjawab
kesenjangan/tantangan
4 Instrumen Instrumen ini akan Mentor Manajer Setiap akhir
pelaporan Bulanan digunakan untuk Faskes bulan
mengkomunikasikan Manajer
kegiatan pendampingan Program
kepada manajer tingkat Emas
kab/ prop/dinkes?
5 Ceklis Tanggung Memberikan gambaran Tim BK Manajer Di awal
Jawab Pendamping timeline rangkaian Faskes kegiatan
Klinis kegiatan pendampingan pendampingan
kepada manajer fasilitas.
Berikan tanggal pencapaian
dan catatan yang relevan
6 Ceklis tugas dan Instrumen ini Tim BK Ketua Tim Di awal
kewajiban ketua memperlihatkan pedoman kegiatan
dan anggota tim deskripsi tugas dan pendampingan
pendamping klinis tanggung jawab ketua tim
dan semua anggota tim

Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik 34


Daftar Tilik Kelengkapan Persiapan Tim Pendamping

NO VARIABEL YA TIDAK PARAF


1 Daftar Contact Person RS dari fokal poin Dinkeskab
2 Koordinasi dengan fokal poin di RS tentang Jadwal di
RS: ruang pertemuan, AVA, kehadiran Tim dan aktor, daftar hadir
3 Koordinasi dengan fokal poin di Pemda tentang workshop saat
pembukaan dan penutupan: ruangan, AVA, kehadiran bupati
dan pejabat lain, daftar hadir
4 Daftar Contact Tim Pendamping disampaikan ke RS
5 Akomodasi telah siap dibantu Tim dari Dinkeskab
6 Kelengkapan alat pendokumentasian : kamera, perekam
7 Kelengkapan instrumen penilaian
8 Kelengkapan format wawancara
9 Lembar balik
10 Spidol besar permanen dan spidol white board
11 Pita perekat
12 Alat tulis menulis
13 Meja jalan
14 Penjepit kertas
15 Model peraga panggul
16 Model peraga HPP
17 Model peraga manual plasenta
18 Model peraga resusitasi neonatus
19 Model peraga Perawatan Metode Kangguru
20 Laptop
21 Materi-materi terkait strategic leadership dan learning organization
22 Obat-obat ringan
23 USB drive
24 Surat Tugas
25
26
27
28
29

35 Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik


Lampiran ....

Formulir Kesepakatan Kegiatan Pendampingan


Rencana Tindak Lanjut

Instruksi: Gunakan formulir ini untuk menguraikan rangkaian kegiatan pendampingan. Perencanaan ini
dibuat setelah pendamping bersama pimpinan di fasilitas kesehatan mendapatkan data dasar dari kegiatan
penilaian awal • RTL. (Instrumen Penilaian Sistem Kinerja Maternal/Neonatal/Puskesmas)

Kami menyepakati beberapa tujuan berikut:

Obyektif Tugas Belajar dan Proses Sumber daya Tanggal target

Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik 36


Kami, Tim Pendamping dan Tim RSUD/RS sepakat untuk melakukan
komunikasi berkelanjutan dalam kegiatan pendampingan. Selama kegiatan pendampingan setiap orang
akan saling memberikan umpan balik bagi tercapainya tujuan kegiatan ini.

Formulir ini akan dikaji kembali saat pendampingan berikut (2 dan 3), melihat kemajuan-kemajuan yang
dicapai, pelajaran-pelajaran yang didapat dan perencanaan-perencanaan selanjutnya.

Pada keadaan dimana salah satu dari kita merasa bahwa kegiatan pendampingan ini tidak lagi produktif
bagi kita semua, maka kita akan bersama mencari mufakat untuk perencanaan ke depan.

RS/Puskesmas/Klinik

Direktur : nama

Tanda tangan tanggal

Ketua Tim Pendamping: nama

Tanda tangan tanggal

Daftar nomor telepon/alamat email/PIN:

No Nama No telp/ E-mail/ PIN

37 Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik


Lampiran ....

DAFTAR TILIK TUGAS DAN KEWAJIBAN TIM PENDAMPING KLINIS

Tujuan: Memberikan pedoman deskripsi tugas dan kewajiban Ketua dan Anggota Tim Pendamping Klinis
Nama Tim Pendamping : Tim A/B/C/D/E/F

Ketua TIM
Tugas dan Kewajiban √ Catatan
Persiapan
Memastikan semua kebutuhan perlengkapan fisik dan material
siap dan berfungsi
Memastikan tim telah memahami tugas dan tanggung jawab
masing-masing.

Pelaksanaan
Menjadi kontak person UTAMA
Komunikasi dengan Tim Emas Kabupaten No HP CC-coordinator
No HP PTL/PPM
Komunikasi dengan Tim Faskes Kontak person:
No HP
Memimpin Briefing harian: Buka-Tutup
Membagi Tugas di antara anggota Tim
Melakukan koordinasi terus menerus dengan
semua anggota tim
Memberikan laporan harian kepada Chief of the Program

Monitoring dan Evaluasi


Menerima laporan harian keseluruhan dari tim
Menjaga kesehatan

Dokter Spesialis Kebidanan

Tugas dan Kewajiban √ Catatan


Persiapan
Menyakinkan kesiapan tim yang akan bekerja
Mengorganisir tim dengan baik dan membagi tugas sebelum
keberangkatan

Pelaksanaan
Membina hubungan baik dengan staf kebidanan di Faskes
Memahami hubungan staf kebidanan dengan pihak manajemen
(direksi)
Melihat dan memahami system yang berlaku di bagian kebidanan
Menjadi narasumber bagi tim Faskes
Menjadi narasumber bagi anggota Tim

Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik 38


Tugas dan Kewajiban √ Catatan
Monitoring dan Evaluasi
Menerima laporan dan aktifitas kegiatan harian dari tim
Mengevaluasi dan melaporkan kegiatan harian secara
keseluruhan pada LKBK
Menjaga kesehatan

Dokter Spesialis Anak


Tugas dan Kewajiban √ Catatan
Persiapan
Melakukan koordinasi pada perawat tentang tugas dan tanggung
jawab untuk semua kegiatan .
Mengorganisir semua kegiatan yang berhubungan dengan
neonatal

Pelaksanaan
Membina hubungan baik dengan staf bagian anak di Faskes
Memahami hubungan staf bagian anak dengan pihak manajemen
(direksi)
Melihat dan memahami system yang berlaku di bagian anak
Menjadi narasumber bagi tim Faskes
Menjadi narasumber bagi anggota Tim

Monitoring dan Evaluasi


Melaporakan kegiatan harian pada ketua tim
Menjaga kesehatan

Dokter umum

Tugas dan Kewajiban √ Catatan


Persiapan
Mengkoordinir dan memastikan kesiapan kebutuhan
akomodasi dan logistik
Menyakinkan tim untuk persiapan kegiatan di Puskesmas

Pelaksanaan
Bersama bidan meyakinkan kelengkapan instrument
Meyakinkan kelengkapan Daftar Instrumen evaluasi
pendampingan
Membina hubungan baik dengan staf Puskesmas Kontak person:
No HP
Memahami system yang berlaku di Puskesmas

39 Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik


Tugas dan Kewajiban √ Catatan
Pelaksanaan
Membina hubungan baik dengan staf kebidanan/anak Kontak person:
No HP
Menjadi narasumber bagi anggota tim
Menjadi narasumber bagi staf Puskesmas
Menyakinkan Principle of good care telah di jalankan dengan baik
di Puskesmas
Bersama–sama dengan bidan coordinator melihat dan
mengevaluasi semua kegiatan yang dilakukan setiap hari

Monitoring dan Evaluasi


Membuat laporan kegiatan harian di Puskesmas
Menjaga kesehatan

Bidan

Tugas dan Kewajiban √ Catatan


Persiapan
Melakukan serah terima semua barang, logistic dan kebutuhan tim
dari LKBK
Memastikan KIT untuk tim telah siap dan berfungsi

Pelaksanaan
Bersama dokter umum meyakinkan kelengkapan instrument
Membina hubungan baik dengan IBI Kontak person:
No HP
Membina hubungan baik dengan staf Puskesmas terutama Bikor Kontak person:
No HP
Membina hubungan baik dengan staf kebidanan
dan anak
Memahami system yang berlaku di kamar bersalin
dan OK,UGD, Ruang Nifas

Monitoring dan Evaluasi


Membuat laporan kegiatan harian pada ketua tim
Mengumpulkan semua hasil assessment yang telah di kerjakan
per hari
Menjaga kesehatan

Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik 40


Perawat
Tugas dan Kewajiban √ Catatan
Persiapan
Memastikan kesiapan dan kebutuhan keperluan yang
berhubungan dengan Neonatal
Berkoordinasi dengan Spesialis Anak Tentang kegiatan yang
berhubungan dengan Neonatal

Pelaksanaan
Membina hubungan baik dengan PPNI setempat
Membina hubungan baik dengan staf anak dan
kebidanan
Membina hubungan baik dengan staf puskesmas
Memahami system yang berlaku di sub bagian bayi
baru lahir dan perawatan neonatus lain

Monitoring dan Evaluasi


Membuat laporan kegiatan harian pada ketua tim
Mengumpulkan hasil assessment neonatal dan
melaporkan pada Spesialis anak
Menjaga kesehatan

Tertanda:

Ketua Tim : Tanggal

Anggota Tim : Tanggal

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

41 Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik


Lampiran ....

Agenda Site Visit awal


Tujuan :
• Memfasilitasi terjadinya pemahaman yang sama akan rangkaian upaya peningkatan mutu
• Terjalinnya hubungan antara tim faskes yang akan dikunjungi dengan LKBK
• Memberikan gambaran mutu pelayanan di LKBK

Metodelogi :
1. Presentasi
2. Dialog (FGD) dan brain storming

Peserta : Tim LKBK (fasilitator)

Fasilitas Kesehatan : Direktur RS, KSMF Obgyn, KSMF Anak

Pembiayaan : EMAS

Pedoman Kegiatan Mentoring Peningkatan Kualitas Pelayanan di Fasilitas Kesehatan

Agenda waktu Kegiatan Nara sumber Keterangan


Hari I Pembukaan dan perkenalan Direktur LKBK Stake
holder
08.00-08.30 Gambaran Umum MB
08.30-09.00 Cofee Break Anne Hyre
09.00-09.15 Sekilas EMAS MB
09.15-09.30 Adding value strategi LKBK dalam RP
09.30-10.15 Mempertahankan dan meningkatkan mutu LL
10.15-12.15 Strategic Planning dan Manajemen Mutu RP
12.15-13.00 BK model dalam Strategic Planning dan FA
13.00-16.00 Manajemen Mutu di tingkat Service Fc
Leader LL
- LO
- Clinical Governance
- SBMR
- Dashboard
Budi Kemuliaan Model on Corporate and Clinical
Governance
- Corporate Secretary
- Pelayanan Medis
- Pengembangan dan Pembinaan
- Insani
- Implementasi Clinical governance
(include : patient safety, quality assurance, ethic and
medico lega, medical comitee)
ISHOMA
Hospital Tour : melihat secara langsung implementasi
clinical dan corporate governance di Budi Kemuliaan
Hari II Implementasi Clinical Governance
07.30-09.00 Morning report Budi Kemuliaan Pendamping LKBK
09.00-11.00 Diskusi tentang Strategic Planning dan Pendamping LKBK
11.00-12.00 Manajemen Mutu di fasilitas kesehatan masing- Direktur LKBK
masing
RTL Penutupan

Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik 42


Lampiran ....

Agenda Kegiatan Workshop tingkat Kabupaten

Kegiatan ini merupakan bagian dari C&P dengan tujuan terbentuknya Governing Body yang dikomandani
oleh PEMDA yang rancangan keanggotaannya sebagai berikut:
1. Ketua : Sekda/Asisten bidang Kesra di tingkat kabupaten
2. Waka : ketua organisasi profesi POGI,IDAI,IDI,IBI
3. Anggota : dinas kesehatan (subdit ibu dan anak), Bapeda, DPRD

Waktu Kegiatan Narasumber Peserta PIC


Hari PTL dan Tim semua Dinkeskab
Mentor
08.00-08.30 Pendaftaran ulang Tim Klinis EMAS Panitia
08.30-09.00 Pembukaan Tim Referal EMAS PTL
M&E
09.00-09.30 Key note speech: Tim Mentor
Mengapa perlu
percepatan untuk
menurunkan angka
kematian ibu
dan bayi baru lahir
(neonatus)?
09.30-10.00 Rehat kopi
10.00-11.15 Introduksi program
dan partner
Good Clinical
Governance dan
Learning
Organization untuk
meningkatkan
kualitas pelayanan
kesehatan
11.15-12.15 Diskusi
12.00-13.00 ISHOMA
13.00-14.00 Optimalisasi
ejaring rujukan di
tingkat Kabupaten:
Peran sector
kesehatan
Peran sektor
non-kesehatan
Peran teknologi
informasi
14.00-15.00 Diskusi
Penutupan

43 Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik


Lampiran ....

SKEMA KEGIATAN PENDAMPINGAN

Skema Kegiatan Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6


Pendampingan
Pertama Faskes
RS SpOG SpOG SpOG SpOG Presentasi closing work-
SpA SpA SpA SpA near miss case shop
DUM/Bd1 DUM/Bd1 DUM/Bd1 DUM/Bd1 (bila Presentasi hasil
Bd2 Bd2 Bd2 Bd2 memungkinkan) assessment
POA rencana Presentasi
implementasi assessor
monitoring dan Presentasi
evaluais disem- action
inasi plan
masing -
masing Faskes
PKM 1 DUM/ Diikuti oleh seluruh fasilitas Diikuti oleh seluruh fasilitas
Bd1 kesehatan (RS dan Puskesmas) kesehatan
Bd 3 (RS dan Puskesmas)
PKM 2 DUM/ Bd1, Bd 3
PKM 3 DUM/ Bd1, Bd 3
PKM 4 DUM/ Bd1, Bd 3
PKM 5 DUM/ Bd1, Bd 3

Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik 44


Lampiran ...

Agenda site visit di LKBK


Tujuan :
1. Memahami dan bersepakat menjalankan kegiatan upaya peningkatan mutu pelayanan di bidang
emergency obstetri dan neonatal
2. Melihat i mplementasi best practice dan clinical governance dan learning organization di LKBK
3. Mempersiapkan rencana tindak lanjut di masing-masing fasilitas kesehatan

Metodelogi :
Presentasi
Dialog (fokus grup diskusi) dan brain storming
Dinamika kelompok
Observasi

Peserta :
LKBK (fasilitator)
Tim dan aktor fasilitas kesehatan vanguard (15 - 20 peserta)

Kegiatan : 5 hari

Pembiayaan : EMAS Pedoman Kegiatan Mentoring Peningkatan Kualitas Pelayanan di Fasilitas Kesehatan

Agenda: waktu Materi Nara sumber


Hari I (Kelompok Maternal & Neonatal) Panitia
RP
08.00-08.30 Pembukaan MB
08.30-09.00 Company Profile RP
09.00-09.30 Gambaran Umum FW
09.30-10.00 Corporate Governance FT
10.00-11.00 Clinical Governance LK
11.00-12.00 Budi Kemuliaan Model on Corporate and Panitia
Clinical Governance
• Corporate Secretary
• Pelayanan Medis
• Pengembangan dan Pembinaan Insani
• Pelatihan dan Penelitian
12.00-13.00 ISHOMA
13.00-14.00 Diskusi
Hospital Tour
Hari II (Kelompok Maternal & Konsulen Jaga (klinik)
Neonatal) MB
07.30-09.00 Implementasi Clinical Governance Kepala Ruangan
Morning report Tim Pokja
Panitia
09.00-10.00 Strategic Planning dan
Manajemen Mutu
10.00-12.00 BK model dalam Strategic Planning dan Manajemen
Mutu di tingkat Service Leader
• SBMR
• Dashboard
12.00-13.00 ISHOMA
13.00-14.00 Diskusi

45 Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik


Agenda: waktu Materi Nara sumber
Hari III Implementasi Clinical Konsulen jaga

07.30-09.00 Governance Klinik


• Morning report
09.00-10.00 Presentasi kelompok tentang
10.00-12.00 Strategic Planning dan Manajemen Mutu
Diskusi
12.00-13.00 ISHOMA
13.00-14.00 Implementasi Clinical
Governance
• Team work Budi Kemuliaan
Model dalam emergency Maternal dan Neonatal
Hari IV Implementasi Clinical Panitia
07.30-09.00 Governance RF
09.00-12.00 Weekly medical audit FW
Implementasi team work:
Maternal : UGD-OK-KB
Neonatal: UGD-OK/KB-
Perinatal ward
12.00-13.00 ISHOMA
13.00-14.00 Diskusi
Hari V Kelompok Maternal dan Neonatal
08.00-12.00 RTL
Penutupan

Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik 46

Anda mungkin juga menyukai