Pendampingan
Tata Kelola Klinik
Bab I : Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Definisi
C. Tujuan
Bab II : Perencanaan
A. Persiapan Pendampingan
B. Perencanaan Kegiatan Pendampingan
Bab VI : Penutup
A Latar Belakang
Berbagai upaya sudah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk menurunan
angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Angka kematian tersebut memang
menunjukkan penurunan akan tetapi masih jauh dari target yang diberikan seuai
dengan kesepakatan global dalam Millenium Development Goals 2015. Faktor-
faktor yang menjadi penyebab kematian tersebut, baik langsung maupun tidak
langsung, sangat kompleks dan membutuhkan partisipasi dari berbagai pihak di
luar medis sehingga terjadi keterlambatan-keterlambatan.
Salah satu faktor yang mem-pengaruhi adalah faktor kesiapan fasilitas kesehatan
sebagai tempat tujuan akhir pertolongan pada ibu dan bayi baru lahir juga masih
memerlukan perhatian serius. Baik dala kualitas sarana dan prasarana, serta
berbagai kebijakan yang pada akhirnya menentukan kualitas dari sebuah fasilitas
pelayanan kesehatan khususnya pelayanan emergensi maternal dan neonatal.
Disamping itu pelatihan-pelatihan dan upaya-upaya lain yang telah banyak
dikerjakan selama ini belum memberikan perubahan yang bermakna bagi
penurunan angka kematian. Pasca pelatihan dimana seharusnya pelatih-pelatih
melakukan pendampingan untuk memas-tikan bahwa hal-hal yang diajarkan
dalam pelatihan tidak menghadapi hambatan-hambatan berarti di tempat tugas,
pendampingan tersebut tidak terjadi. Keterbatasan dalam melakukan
pendampingan pasca pelatihan barangkali merupakan salah satu kondisi yang
menjadikan mutu pelatihan tidak seperti yang diharapkan.
Seluruh rangkaian kegiatan ini sebetulnya adalah merupakan bagian dari tata
kelola klinik yang baik di dalam sebuah jejaring pelayanan kesehatan. Tentunya
disadari sejak awal untuk dapat melaksanakan rangkaian pendampingan yang
bermakna mengungkit kualitas pelayanan kesehatan, terutama emergensi
maternal dan neonatal, tata kelola klinik yang baik hanya bisa berjalan apabila
didukung oleh strategic leadership dan learning organization. Hal ini merupakan
sebuah perubahan cara pandang dan budaya dalam memberikan pelayanan
sehingga pasien dan keluarga menjadi fokus dari pelayanan dengan didukung
oleh seluruh stakeholder terkait.
B. Definisi
1. Sistem Pendampingan adalah merupakan istilah yang diadaptasi dari istilah
mentoring yang berarti sebuah tatanan pelatihan praktis dan konsultasi
yang menumbuhkan pengembangan profesional yang berkesinambungan
dari tenaga kesehatan yang menjamin tersedianya pelayanan kesehatan
yang berkualitas. Pendampingan klinis seharusnya merupakan bagian dari
pengembangan pendidikan tenaga kesehatan professional yang menciptakan
tenaga kesehatan yang kompeten.
2. Pelayanan emergensi maternal dan neonatal yang berkualitas adalah
pelayanan berkualitas pada kasus maternal-neonatal yang mengalami
penyulit dan memerlukan penanganan adekuat dari tingkat pelayanan dengan
kompetensi terendah sampai tertinggi secara berkolaborasi, yang berorientasi
bagi keselamatan ibu dan bayi baru lahir beserta keluarganya.
3. Pendamping Klinis adalah merupakan istilah yang diadaptasi dari istilah
mentor (Eng) yang berarti seorang tenaga profesional medis dan paramedis
yang memiliki karakter personal yang kondusif bagi kegiatan pendampingan
klinis, termasuk kepemimpinan dan keinginan untuk menolong
tenaga kesehatan lain dan anggota lain dari multi-disiplin ilmu yang
berbeda untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya dalam rangka
mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan.
4. Fasilitas Vanguard adalah sekelompok fasilitas kesehatan yang terdiri dari
Puskesmas, Rumah Bersalin swasta, Rumah Sakit Swasta dan RSUD, dan saling
berjejaring yang merupakan lini pertama dari serangkaian jejaring rujukan di
sebuah Kabupaten/Propinsi.
5. Tim adalah sekelompok orang yang mempunyai kewenangan memutuskan
suatu kebijakan di dalam fasilitas kesehatan. Yang termaksud di dalamnya
adalah Direktur, Kepala Pelayanan Medik, Kepala SMF, Komite Medik,
supporting system lain yang terkait.
6. Aktor adalah orang-orang yang bekerja di unit-unit dalam fasilitas kesehatan
seperti Kamar Bersalin, Kamar Operasi, Unit Gawat Darurat, dan perawatan
bayi baru lahir (neonatus).
7. Stakeholder adalah kelompok di luar fasilitas kesehatan yang mempunyai
kepentingan agar kualitas pelayanan kesehatan maternal dan neonatal dapat
dilaksanakan dengan standar yang setingi-tingginya. Termasuk di dalamnya
Kepala Daerah, Bapeda, DPRD, Kepala Dinas Kesehatan Tingkat Kabupaten,
Organisasi Profesi (POGI, IDAI, HOGSI, IBI dan IDI) serta Organisasi setingkat
yang terkait.
2. Tujuan Khusus
Dasar Hukum
1. UU Kesehatan
2. UU Rumah Sakit
3. UU Praktek Kedokteran
4. UU Praktek Bidan
5. UU Pelayanan Prima
6. PP terkait Kesehatan Ibu
dan Bayi
7. PERDA PERDA Terkait
Kesehatan Ibu dan Bayi
8. Dll
A. Persiapan Pendampingan
Dalam mempersiapkan sebuah kegiatan pendampingan terdapat beberapa kunci
yang harus dikuasai oleh Tim Pendamping. Harus selalu diingat bahwa kegiatan
pendampingan bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas
pelayanan kesehatan, khususnya dalam pelayanan emergensi maternal dan
neonatal. Kegiatan peningkatan kualitas bukanlahsuatu kegiatan yang “satu kali
jadi” melainkan serangkaian jalinan kegiatan yang saling terkait dalam sebuah
fasilitas kesehatan yang harus berjalan sebagai suatu proses yang terus menerus
dan berkesinambungan.
Selain itu bagian dari persiapan yang harus dipenuhi adalah meyakinkan bahwa
tim dan aktor di fasilitas kesehatan bersepakat untuk menerapkan sistem
pendampingan sebagai upaya untuk mempertahan-kan dan meningkatkan
kualitas pelayanan.
Konsep
• Keterlibatan dan rasa memiliki dari petugas/staf: staf dari semua level harus
terlibat dalam proses ini
• Berorientasi pada pasien: kebutuhan dan harapan pasien harus dapat dipenuhi
• Berfokus pada sistem dan proses: harus selalu diingat bahwa kualitas
pelayanan yang buruk seringkali merupakan hasil dari sistem dan proses yang
lemah, atau kesulitan dalam mengimplementasikan suatu standar daripada
kesalahan atau kekurangan individu.
• Sadar biaya dan efisien
• Pembelajaran yang terus menerus, pemban-gunan dan pengembangan
kapasitas.
• Peningkatan kualitas yang terus menerus
Lebih dari sekedar sekumpulan individu, Tim adalah sekelompok orang yang
bekerja dalam satu saling ketergantungan untuk mencapai satu tujuan yang sama.
Pelayanan emergensi maternal dan neonatal adalah serangkaian kegiatan yang
sangat kompleks, membutuhkan kolaborasi di antara banyak individu yang
memiliki berbagai pengetahuan dan ketrampilan. Oleh karena itu melakukan
pendekatan tim dalam upaya-upaya peningkatan kualitas pelayanan emergensi
maternal dan neonatal sebagai suatu kinerja kolektif juga merupakan hal penting
untuk membuat sebuah fasilitas kesehatan siap dan mau memberikan pelayanan
emergensi yang berkualitas.
Tim yang terlibat dapat merupakan individu yang terlibat langsumg dalam
pelayanan emergensi maternal dan neonatal, akan tetapi dapat juga merupakan
individu yang tidak terlibat secara langsung. Sebagai contoh, selain dokter umum,
perawat, penata anestesi, petugas laboratorium, petugas rekam medis dan bahkan
hingga pada pembahasan yang lebih komprehensif dapat meliputi resepsionis,
petugas kebersihan, supir, dan lain-lain.
Tim Pendamping
Tim pendamping yang akan bekerja hendaknya telah mempersiapkan kegiatan ini
1 (satu) bulan sebelumnya. Persiapan tersebut meliputi:
Logistik
Koordinasi
Koordinasi dengan daerah pendampingan juga merupakan hal yang penting untuk
dipersiapkan. Pemerintah Da-erah, setelah menyepakati perluasan kegiatan
pendampingan Emas di wilayahnya, bersama-sama denganPokja atau forum
komunikasi pemer-hati kematian maternal dan neonatal (KIBBLA) dan seluruh
stake holder kemudian menguatkan dengan membuat surat keputusan dengan
segala kelengkapannya agar program perluasan di kabupaten dapat berjalan
dengan optimal. Dinas Kesehatan Kabupaten melakukan fungsi koordinasi,
supporting dan monitoring serta evaluasi terhadap program perluasan.
Pembiayaan
Monitoring dan Evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
setiap kegiatan termasuk kegiatan pendampingan. Bagi kegiatan pendampingan,
maka monitoring dan evaluasi menjadi kepentingan banyak pihak. Pihak pertama
yang berkepentingan adalah Tim Pendamping sendiri. Tim membutuhkan suatu
metode untuk dapat memantau dan mengevaluasi jalannya pendampingan.
Pendampingan yang berjalan baik bagi suatu tim Pendamping menunjukkan
bahwa hal yang sama dapat dipastikan terjadi di fasilitas kesehatan asal Tim
Pendamping.
1. Kunjungan Awal
2. Workshop Penyamaan Visi dan Misi fasilitas Kesehatan dalam Peningkatan
Kualitas Pelayanan Emergensi Maternal dan Neonatal
3. Kegiatan Pendampingan
• Mengumpulkan dan menganalisis data-data
• Menyusun Rencana Tindak Lanjut
• Melakukan intervensi dan implementasi dari Rencana Tindak Lanjut
• Melakukan evaluasi progres dan follow-up
• Melakukan advokasi kepada pihak-pihak terkait baik internal maupun
eksternal
4. Kunjungan Studi Banding ke Fasilitas Kesehatan Vanguard
5. Advokasi kepada jajaran di Pemerintahan Daerah
Kunjungan Awal
Kegiatan pada kunjungan awal ini diikuti oleh Tim Fasilitas Kesehatan yang terdiri
dari Direktur, Kepala Pelayanan Medik, Kepala SMF, Komite Medik, supporting
system lain yang terkait yang dianggap perlu. Pada kesempatan tersebut
diharapkan para peserta memahami upaya-upaya peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan terutama pelayanan emergensi maternal dan neonatal melalui program
EMAS, sehingga fasilitas kesehatan bersedia menjadi model bagi pengembangan
upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan maternal dan neonatal di wilayah
kerja serta bersedia memberikan dukungan dalam bentuk koordinasi dan
partisipasi terhadap seluruh rangkaian kegiatan.
Metode yang digunakan adalah pembelajaran dua arah dalam diskusi kelompok
tentang kerangka pendekatan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan, serta pentingnya strategic leadership dan learning organization agar
upaya-upaya peningkatan kualitas dapat berjalan terus menerus. Tim Fasilitas
Kesehatan juga mendapat kesempatan untuk melihat secara langsung
9 Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik
Gambar 1: Kerangka Kerja Pendekatan Intervensi
Sumber: Pedoman Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan Program EMAS, 2012
Pusat
Proses: Institusi
Aktor Tim Stakeholders Provinsi
Dialog dan Aksi Kesehatan
Kabupaten
Pusat
Output: Program tata kelola &
Kebijakan Provinsi
Managemen Indikator kinerja diterapkan
Kabupaten
Pusat
Petugas kesehatan mengimplementasikan GCG Monitoring &
Outcome Provinsi
dan indikator kinerja evaluasi
Kabupaten
implementasi dari tata kelola yang baik di Faskes Vanguard seperti alur pelayanan
emergensi maternal dan neonatal, pelaksanaan Near miss/death audit, praktik-
praktik pencegahan infeksi, serta berbagai praktik yang menggambarkan
principles of good care.
Peserta yang diharapkan hadir dalam workshop ini adalah Bupati dan jajarannya
yang terkait, unsur DPRD, unsur Dinas terkait, Direktur Rumah Sakit serta
organisasi-organisasi profesi. Tokoh-tokoh masyarakat yang diidentifikasi dapat
mendu-kung peningkatan kualitas pelayanan keseha-tan terutama pelayanan
emergensi maternal dan neonatal juga dapat diikut sertakan dalam kegiatan ini.
Dengan demikian seluruh unsuryang ada di wilayah dapat memberikan komitmen
bagi upaya-upaya tersebut.
Kegiatan Pendampingan
Konsep dasar dari kegiatan pendampingan adalah memulai dari apa yang dimiliki
dan dilakukan bersama-sama dengan tim dan aktor di fasilitas kesehatan.
Dengan demikian meskipun istilah pendampingan diadaptasi dari istilah
4
Evaluating Progress
and Following up
ACTUAL PRACTICE
BEST PRACTICE
Implementing
Solutions
2
Developing on
Action Plan
1
Information Gathering
& Analysis
Tujuan dari pengumpulan dan analisis data adalah mengidentifikasi gap antara
kondisi yang ada dengan kondisi/standar yang diinginkan dala pelayanan
11 Panduan Operasional Pendampingan Tata Kelola Klinik
emergensi maternal dan neonatal. Kegiatan dilakukan bersama-sama dengan tim
dan aktor di fasilitas kesehatan sehingga petugas di semua level terlibat sejak
awal dengan upaya-upaya yang berhubungan dengan peningkatan kualitas dalam
kerangka implementasi tata kelola klinik yang baik. Selain itu, dengan mengajak
tim dan aktor melakukan sendiri pengumpulan data maka data yang didapatkan
tidak diragukan validitasnya.
• Rekam Medik
• Prosedur Standar Operasional
• Kelengkapan Peralatan & Perlengkapan
• Pola Staffing
• Pemeliharaan Ketrampilan
• Audit Near Miss dan Kematian
Hal lain yang spesifik untuk instrumen penilaian yang digunakan ini, selain sebagai
referensi untuk melakukan penilaian standar kinerja juga dapat digunakan sebagai
alat manajemen karena disusun dalam langkah demi langkah untuk mencapai
suatu standar tertentu. Diharapkan ini dapat membantu pimpinan di fasilitas
kesehatan lebih mudah untuk mencapai standar. Oleh karena itu instrumen ini
pada akhirnya akan lebih merupakan sebuah alat penilaian mandiri, sehingga sejak
awal tim dan aktor di fasilitas selalu berdampingan dengan Tim Pendamping
dalam melakukan partisipatory assesment.
Data lain yang tidak kalah penting yang harus diketahui adalah wawancara dengan
pasien/keluarga pasien. Tujuan yang ingin dicapai dari wawancara ini adalah
mengetahui bagaimana pengalaman yang diterima pasien dan keluarga, baik
tentang hal-hal yang mereka sukai dan hal-hal yang tidak disukai. Selain itu
tentunya dari wawancara ini dapat digali kondisi-kondisi yang timbul akibat
kualitas pelayanan di fasilitas kesehatan perujuk dan tempat rujukan.
Tim pendamping dalam proses ini diharapkan mampu meyakinkan bahwa tim
dan aktor memahami dengan baik tujuan dari keseluruhan proses ini dan mereka
kemudian mampu men-gidentifikasi kekuatan dan kelemahan yangada pada
mereka sebagai bagian implementasi kepemimpinan klinik. Beberapa langkah
spesifik yang dapat diambil untuk meyakinkan hal ini terjadi adalah:
Dalam diskusi kelompok kecil, tim dan aktor melakukan analisis dari setiap
temuan-temuan dari asesmen yang dilakukan. Temuan-temuan tersebut dapat
berupa kondisi ideal yang diinginkan, kinerja tertentu yang ingin dicapai hingga
gap yang perlu ditindak lanjuti serta mengidentifikasi dan mendapatkan
sumber-sumber agar kondisi ideal dapat tercapai. Selanjutnya informasi yang
didapat dari kelompok kecil ini harus dapat diarahkan untuk melakukan
pemecahan masalah. Pada hari yang disepakati, kelompok-kelompok tersebut
mempresentasikan hasil diskusi mereka dalam kelompok diskusi yang lebih besar
(pleno) sehingga dapat diintergrasikan dalam sebuah rencana tindak lanjut bagi
peningkatan kualitas pelayanan emergensi maternal dan neonatal di fasilitas
kesehatan tersebut.
• Akar masalah adalah alasan yang mendasari (underlying reason) atau alasan
yang menyebabkan timbulnya sebuah masalah. Akar masalah sedapat
mungkin didefinisikan dengan spesifik sehingga dapat dipikirkan sebuah solusi
yang mampu laksana. Sebagai tambahan, akar masalah dapat lebih dari satu.
• Dampak yang tidak diinginkan (undesir-able effect) biasanya bukan merupakan
akar masalah, dan biasanya lebih mudah dirasakan sebagai “masalah”
dibandingkan dengan akar masalahnya sendiri. Harus selalu diingat agar tim
dan aktor dengan bantuan tim pendamping selalu lebih fokus kepada akar
masalah.
• Salah satu cara mengidentifikasi akar masalah adalah dengan mengajukan
“beberapa mengapa” (multiple why’s). Dengan men-anyakan “mengapa”
setidaknya 3 kali, tim dan aktor akan menjadi lebih dekat pada jawaban atau
alasan yang mendasari terjadinya suatu keadaan.
Menentukan Siapa yang bertanggung jawab dan Kapan rencana tindak lanjut
dikerjakan
• Tim dan aktor di faskes harus mampu mengidentifikasi aktor yang paling
mampu untuk mengimplementasikan rencana tindak lanjut dengan
pengetahuan yang dimiliki terutama terkait prosedur, proses atau tugas-tugas
spesifik lain. Gunakan nama aktor dan bukan jabatan.
• Individu tersebut bukanlah orang yang harus melaksanakan rencana tersebut
sendirian, akan tetapi dia bertanggung jawab dan meyakinkan bahwa rencana
tersebut dikerjakan. Jika rencana tindak lanjut tersebut terdiri dari beberapa
langkah, maka tentukan pula nama-nama aktor pada setiap langkah.
• Jangan sampai satu orang memiliki terlalu banyak tanggung jawab. Jika ini
terjadi
• minta pleno untuk mendiskusikan bagaimana mengatasi keadaan ini.
Dalam menentukan prioritas dalam melaksanakan solusi dari rencana tindak lanjut
berikut adalah dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut:
Menyiapkan format RTL akan memudahkan tim dan aktor dalam menyusunnya.
Format akan mengingatkan tim dalam diskusi hal-hal mana yang belum
didiskusikan dan sejauh mana perbaikan akan dilakukan. Bentukan format tentu
tidak ada yang baku, akan tetapi hendaknya didalamnya mencantumkan:
• Kondisi yang akan diperbaiki/ akan dicapai. Akan memudahkan apabila hal ini
disusun berdasarkan katergori: input/masukan, proses dan output/keluaran.
Kategori demikian juga memudahkan tim dan aktor untuk menentukan siapa
orang yang harus bertanggung jawab untuk implementasi dan follow-up.
• Tuliskan kondisi tersebut secara spesifik.
• Langkah yang akan dikerjakan.
• Resources yang dibutuhkan.
• Nama orang yang bertanggung jawab.
• Waktu pencapaian.
• Status progres.
Diskusi Penutup
• Kaji kembali bersama dengan tim bagaimana menindaklanjuti dan apa yang
harus dilakukan jika menemukan hambatan.
Jika perubahan dari RTL awal dirasakan sangat mendesak, diskusikan kembali
dengan Tim dan aktor dan sepakati kembali perubahan-perubahan apa saja yang
memang dianggap perlu.
• Mengkaji RTL dan kemajuannya, termasuk apa yang mampu laksana dan aman
yang tidak.
• Merevisi RTL.
• Memutuskan apakah diperlukan data tambahan.
Selain melakukan pengkajian terhadap proses dan kemajuan yang dicapai oleh
tim dan aktor, hal yang tidak kalah penting adalah melakukan evaluasi pencapaian
standar. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan melakukan penilaian
ulang setiap 3 bulan menggunakan instrumen penilaian standar kinerja. Hal ini
penting karena dengan demikian tim dan aktor akan mampu:
Hal lain yang harus diperhatikan adalah bagaimana meyakinkan bahwa rangkaian
proses peningkatan kualitas pelayanan emergensi maternal dan neonatal ini dapat
berjalan dan menjadi budaya di fasilitas kesehatan tersebut. Sangat penting untuk
memberikan pesan bahwa rangkaian proses – mengumpulkan dan manganalisis
data, membuat rencana tindak lanjut, melaksanakan rencana tindak lanjut dan
melakukan evaluasi dan follow-up – adalah siklus yang akan terus berjalan dan
berkelanjutan serta kemudian menjadi budaya di lingkungan kerja mereka.
Jika siklus ini telah menjadi budaya, maka ini akan menjadi model bagi semua
tenaga yang bekerja di fasilitas kesehatan, bahkan untuk tenaga baru. Dalam
pertemuan-pertemuan ruitn yang diselenggarakan oleh para aktor di fasilitas
kesehatan siklus kegiatan peningkatan kualitas ini akan selalu terjadi. Apabila hal
ini berhasil dikerjakan, maka tim dan aktor akan melihat bahwa masalah akan
dapat dengan mudah dikenali dan dihindari, pekerjaan akan berjalan dengan lebih
efisien dan pada akhirnya semangat kerja dan kinerja staf juga akan menjadi lebih
baik.
Sementara itu, akan terlihat pula bahwa memang ada peran eksternal yang akan
mempengaruhi kinerja sebuah fasilitas kesehatan. Evidence mengatakan bahwa
proporsi untuk peran eksternal dalam mempengaruhi kinerja suatu institusi adalah
relatif kecil jika dibandingkan dengan faktor-faktor internal. Akan tetapi tetap akan
ada faktor eksternal yang berpengaruh.
• Adanya kelompok kerja (POKJA) lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD),
lintas fasilitas pelayanan kesehatan dan lintas stakeholders yang memiliki
tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) untuk mengawal RTL dari pendampingan
di fasilitas, mempersiapkan rancangan kebijakan yang diperlukan dan
mengoptimalkan peran stakeholders non-pemerintah dan SKPD sesuai dengan
TUPOKSI, kemampuan dan kewenangan masing-masing institusi.
Gambar 3: Mekanisme kerja para pihak untuk memperkuat pelayanan di fasilitas, penguatan sistem rujukan dan
advokasi hasil pendampingan (RTL) kepada pihak terkait.
Sumber: Hasil Diskusi Tim Pendamping Klinis dengan Tim Governance Program EMAS dan telah
diujicobakan pada Pendampingan ketiga (P-3) di kabupaten Tegal, Pinrang, Malang dan Asahan.
Fasilitas
Forum Kebijakan yang
Mayarakat Pro-penurunan
Unit Level
AKI dan AKN
TA Pelayanan
(Pendampingan
dan kunjungan) Perilaku birokrasi yang
lebih
POKJA responsif
SKPD
Ketersediaan
anggaran untuk
TA PF
membiayai kebutuhan
(Monitoring kinerja
pelayanan emergency
jejaring rujukan DPRD maternal dan
neoanatal
Pada prinsipnya, semakin dirasakannya bahwa kematian ibu dan bayi baru lahir
adalah permasalahan cara pandang masyarakat terhadap kematian tersebut, maka
semakin permasalahan kematian maternal dan neonatal menjadi perhatian semua
pihak.
Seorang focal point (dapat seorang dokter spesialis, direkstur rumah sakit) akan
mengkoordinasikan seluruh kegiatan pendampingan. Orang tersebut akan
menjaga komunikasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten untuk meyakinkan
bahwa program berjalan sesuai rencana.
Tentu saja keseluruhannya dikuatkan oleh sebuah Surat Keputusan yang memiliki
kekuatan hukum yang jelas.
Outcome klinis
Permasalahan kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia memang tidak mudah
untuk diurai, akan tetapi melalui pendekatan strategic leadership dan learning
organization yang inovatif seperti program Pendampingan maka kualitas
pelayanan kesehatan yang tercermin dari masih belum tercapainya penurunan
angka kematian maternal dan neonatal yang bermakna dapat berubah.
Pendampingan hanya dapat berfungsi apabila partisipasi dan konsultasi di wilayah
berjalan dengan maksimal. Kinerja ku alitas pelayanan ditentukan oleh banyak
faktor seperti sarana prasarana, kebijakan yang berpihak. Fakta bahwa tenaga
kesehatan yang jumlahnya terbatas saat ini akan sangat terbantu dengan
berfungsinya sistem pelayanan emergensi maternal dan neo-natal melalui
berjalannya tata kelola klinik yang baik mulai dari tingkat fasilitas kesehatan
hingga di tingkat Dinas Kesehatan di wilayah.
Instruksi:
1. Pergi ke mana: pengamatan ini harus meliputi area-area dimana pelayanan emergensi maternal dan
neonatal diberikan di dalam fasilitas kesehatan dan area-area yang menjadi pendukung kegiatan
pelayanan tersebut.
2. Apa yang dilakukan: selama pengamatan, fokuskan pada observasi, wawancara kepada klien dan
petugas kesehatan di semua level, lakukan bantuan teknis on the spot apabila dirasa perlu dan
periksa catatan rekam medis.
3. Bagaimana menggunakan daftar tilik: selama pengamatan, kategori-kategori berikut merupakan
acuan dan bukan sepenuhnya suatu daftar tilik. Dengan demikian seorang pendamping dapat
dengan leluasa melakukan observasi, coaching dan bertukar pikiran dengan semua tim dan aktor
HARAPAN
PRE SERVICE POINT SERVICE AFTER SERVICE
Ka
Yanmedik
Ka UGD
Ka KB
Ka OK
Ka
Perawatan
Ka Komite
Ka SMF
Ka KB
Ka OK
Ka
Perawatan
Ka Komite
Ka SMF
Ka KB
Ka OK
Ka
Perawatan
Ka Komite
Ka SMF
*) Matriks ini hanya sebagai pedoman dalam mengajukan pertanyaan. Dapat dimodifikasi dan tidak berfungsi
sebagai daftar tilik.
Format ini ditujukan sebagai acuan dalam mengajukan pertanyaan kepada pasien/keluarga. Pewawancara
harus menanyakan langsung kepada pasien/keluarga, dan dapat memodifikasi pertanyaan sesuai dengan
kebutuhan. Perkenalkan diri anda sebelum melakukan wawancara ini dan jelaskan maksud dan tujuan dari
wawancara ini.
No Pertanyaan Catatan
1 Apa yang menyebabkan anda dibawa ke rumah sakit ini? Apa yang
anda alami sebelum dibawa ke sini?
4 Apa yang terjadi saat anda pertama kali tiba di pintu gerbang faskes
sampai akhirnya anda dapat bertemu dengan petugas, perawat,
bidan, dokter?
17 Adakah hal lain yang anda ingin kami ketahui dari pengalaman anda
di faskes ini?
PEKAN KE... PJ
NO PERSIAPAN PELAKSANAAN MONEV OUTPUT
1 2 3 4 ...
INPUT
PROSES
OUTPUT
Tanggal:
Tim Perumus
Ketua :
Anggota :
Instruksi: Gunakan formulir ini untuk menguraikan rangkaian kegiatan pendampingan. Perencanaan ini
dibuat setelah pendamping bersama pimpinan di fasilitas kesehatan mendapatkan data dasar dari kegiatan
penilaian awal • RTL. (Instrumen Penilaian Sistem Kinerja Maternal/Neonatal/Puskesmas)
Formulir ini akan dikaji kembali saat pendampingan berikut (2 dan 3), melihat kemajuan-kemajuan yang
dicapai, pelajaran-pelajaran yang didapat dan perencanaan-perencanaan selanjutnya.
Pada keadaan dimana salah satu dari kita merasa bahwa kegiatan pendampingan ini tidak lagi produktif
bagi kita semua, maka kita akan bersama mencari mufakat untuk perencanaan ke depan.
RS/Puskesmas/Klinik
Direktur : nama
Tujuan: Memberikan pedoman deskripsi tugas dan kewajiban Ketua dan Anggota Tim Pendamping Klinis
Nama Tim Pendamping : Tim A/B/C/D/E/F
Ketua TIM
Tugas dan Kewajiban √ Catatan
Persiapan
Memastikan semua kebutuhan perlengkapan fisik dan material
siap dan berfungsi
Memastikan tim telah memahami tugas dan tanggung jawab
masing-masing.
Pelaksanaan
Menjadi kontak person UTAMA
Komunikasi dengan Tim Emas Kabupaten No HP CC-coordinator
No HP PTL/PPM
Komunikasi dengan Tim Faskes Kontak person:
No HP
Memimpin Briefing harian: Buka-Tutup
Membagi Tugas di antara anggota Tim
Melakukan koordinasi terus menerus dengan
semua anggota tim
Memberikan laporan harian kepada Chief of the Program
Pelaksanaan
Membina hubungan baik dengan staf kebidanan di Faskes
Memahami hubungan staf kebidanan dengan pihak manajemen
(direksi)
Melihat dan memahami system yang berlaku di bagian kebidanan
Menjadi narasumber bagi tim Faskes
Menjadi narasumber bagi anggota Tim
Pelaksanaan
Membina hubungan baik dengan staf bagian anak di Faskes
Memahami hubungan staf bagian anak dengan pihak manajemen
(direksi)
Melihat dan memahami system yang berlaku di bagian anak
Menjadi narasumber bagi tim Faskes
Menjadi narasumber bagi anggota Tim
Dokter umum
Pelaksanaan
Bersama bidan meyakinkan kelengkapan instrument
Meyakinkan kelengkapan Daftar Instrumen evaluasi
pendampingan
Membina hubungan baik dengan staf Puskesmas Kontak person:
No HP
Memahami system yang berlaku di Puskesmas
Bidan
Pelaksanaan
Bersama dokter umum meyakinkan kelengkapan instrument
Membina hubungan baik dengan IBI Kontak person:
No HP
Membina hubungan baik dengan staf Puskesmas terutama Bikor Kontak person:
No HP
Membina hubungan baik dengan staf kebidanan
dan anak
Memahami system yang berlaku di kamar bersalin
dan OK,UGD, Ruang Nifas
Pelaksanaan
Membina hubungan baik dengan PPNI setempat
Membina hubungan baik dengan staf anak dan
kebidanan
Membina hubungan baik dengan staf puskesmas
Memahami system yang berlaku di sub bagian bayi
baru lahir dan perawatan neonatus lain
Tertanda:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Metodelogi :
1. Presentasi
2. Dialog (FGD) dan brain storming
Pembiayaan : EMAS
Kegiatan ini merupakan bagian dari C&P dengan tujuan terbentuknya Governing Body yang dikomandani
oleh PEMDA yang rancangan keanggotaannya sebagai berikut:
1. Ketua : Sekda/Asisten bidang Kesra di tingkat kabupaten
2. Waka : ketua organisasi profesi POGI,IDAI,IDI,IBI
3. Anggota : dinas kesehatan (subdit ibu dan anak), Bapeda, DPRD
Metodelogi :
Presentasi
Dialog (fokus grup diskusi) dan brain storming
Dinamika kelompok
Observasi
Peserta :
LKBK (fasilitator)
Tim dan aktor fasilitas kesehatan vanguard (15 - 20 peserta)
Kegiatan : 5 hari
Pembiayaan : EMAS Pedoman Kegiatan Mentoring Peningkatan Kualitas Pelayanan di Fasilitas Kesehatan