Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN HASIL LAB KLINIK MANAJEMEN

TIMBANG TERIMA, PRE DAN POST CONFERENCE, KEPUASAN PASIEN,


RONDE KEPERAWATAN DI RUANG PERAWATAN ICU RUMAH SAKIT
PANTI RAPIH YOGYAKARTA

Disusun Oleh :

Anna Prabandari 201943010

Margarita Harvin Dwi Oktaviani 201943026

Noferiana Widiyawati 201943033

Wihelmus Jefry Ade Wungo 201943042

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH

YOGYAKARTA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktifitas orang lain
secara langsung. Pelayanan dalam hal ini sangat erat kaitanya dengan hal
pemberian kepuasan terhadap pelanggan, pelayanan dengan mutu yang
baik dapat memberikan kepuasan yang baik pula bagi pelanggannya,
sehingga pelanggan dapat lebih merasa diperhatikan keberadaanya oleh
pihak rumah sakit. Kepuasan dimulai dari penerimaan terhadap pasien
mulai pertama kali pasien datang, sampai pasien meninggalkan Rumah
Sakit dengan asuhan keperawatan professional [ CITATION Wah18 \l 1033 ].

Pencapaian kualitas asuhan keparawatan di rumah sakit saat ini belum ada
standar yang baku. Tuntutan masyarakat dalam pelayanan kesehatan
beraneka ragam, untuk menjawab hal tersebut penting adanya pelayanan
keperawatan yang reintegrasi. Pelayanan keperawatan merupakan bagian
dari pelayanan kesehatan rumah sakit yang akan mendukung proses
penyembuhan dan pemulihan kesehatan pasien yang dirawat, serta mutu
pelayanan keperawatan akan mencerminkan mutu pelayanan pada pasien
dengan banyak metode keperawatan [ CITATION Pur19 \l 1033 ].

Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) merupakan cara untuk


meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan. Model Praktik
Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses
dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan untuk
menopang pemberian asuhan keperawatan, dalam pemberian asuhan
keperawatan ada beberapa macam profesionalisme keperawatan seperti
ronde keperawatan, layanan prima, kepuasan pasien, timbang terima dan
pre post conference [ CITATION Pur19 \l 1033 ].
Komunikasi yang efektif dan kerja sama tim telah diidentifikasikan
sebagai kunci pendukung dari keselamatan pasien. Proses komunikasi S-
BAR terbukti telah menjadi alat komunikasi yang efektif dalam
pengaturan perawatan akut untuk meningkatakan komunikasi yang
penting, terutama antara dokter dan perawat dan juga di gunakan dalam
timbang terima untuk bisa memperjelas keadaan pasien yang dikelola
[ CITATION Nop17 \l 1033 ].

Conference merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.


Conference dilakukan sebelum dan sesudah melakukan overan dinas , sore
atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan. Secara
umum tujuan conference adalah untuk menganalisa masalah-masalah
secara kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah,
mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi
masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan
kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara
yang efektif untuk menghasilkan perubahan non kognitif [ CITATION
Rez19 \l 1033 ].

Ronde keperawatan merupakan suatu metode dalam pelayanan


keperawatan yang berguna meningkatkan pelayanan kepada pasien dan
memberikan masukan kepada perawat tentang asuhan keperawatan yang
dapat mengembangkan proses dan keterampilan untuk memfasilitasi
otonomi, pengambilan keputusan, hubungan tim yang efektif serta status
professional. Ronde keperawatan dilakukan perawat kepada pasien agar
masalah pasien dapat teratasi dengan baik, sehingga semua kebutuhan
dasar dapat terpenuhi, dan juga dapat meningkatkan otonomi perawat
sehingga kepuasan kerja perawat akan meningkat[ CITATION Roh17 \l 1033 ].

Pelayanan prima adalah kepedulian kepada pasien dengan memberikan


layanan terbaik untuk memfasilitasi kemudahan pemenuhan kebutuhan
dan mewujudkan. Salah satu pelayanan prima adalah pelayanan kesehatan
yang terdapat di rumah sakit dan pelayanan kesehatan bertujuan untuk
mengatasi masalah kesehatan seseorang [ CITATION Ast18 \l 1033 ].

Maka, dengan banyaknya metode ini kelompok akan praktekkan dalam


memberikan asuhan keperawatan dan manajemen keperawatan pada
pasien di ICU RS Panti Rapih Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara menyampaikan dan melakukan secara nyata metode
keperawatan yaitu timbang terima, pre post conference, ronde keperawatan
dan layanan prima bagi pasien?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan dengan primary
nursing (PN)
2. Dapat mengetahui cara melakukan timbang terima pada asuhan
keperawatan di RS
3. Dapat mengetahui cara menyampaikan pre post conference di RS
4. Dapat mengetahui cara melakukan ronde keperawatan di RS
5. Dapat mengetahui cara memberikan layanan prima yang baik bagi
pasien di RS

D. Manfaat
1. Sebagai media belajar secara nyata tentang timbang terima, ronde
keperawatan, pre post conference dan pelayanan kepuasan pasien
2. Sebagai media untuk bisa menerapkan teori MPKP di manajemen
rumah sakit saat merawat pasien
3. Memberikan layanan terbaik bagi pasien

E. Sistematika penulisan
Makalah ini memberikan pemahaman bagi pembaca tentang teori
manajemen keperawatan yaitu MPKP, timbang terima, ronde keperawatan,
pre post conference, dan pelayanan kepuasan pasien. Metode yang
digunakan pada makalah ini yaitu dengan metode pustaka artinya metode
yang dilakukan dengan mempelajari, mengumpulkan data yang
berhubungan dengan alat yaitu berupa buku maupun informasi yang
berasal dari internet seperti jurnal. Makalah ini juga menggunakan APA
style dengan jurnal dan buku agar mendapatkan informasi yang akurat
untuk pengembangan ilmu pengetahuan manajemen keperawatan saat ini
dan bisa mengembangkan manajeman keperawatan secara nyata di rumah
sakit.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN GAMBARAN SITUASI

A. Tinjauan teori MPKP


1. Pengertian MPKP
Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) adalah sistem yang
terdiri dari struktur, proses, dan nilai profesional yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian Asuhan
Keperawatan termasuk lingkungan. Di berbagai tempat
pengembangan MPKP telah terbukti memberikan dampak yang
positif bagi pemberian asuhan keperawatan (Islamy, Abidin, Andri,
& Arisanti, 2019)
2. Tujuan MPKP
Menurut Pratiwi dkk (2008) tujuan MPKP adalah :
a. Mengetahui bentuk pengorganisasian penerapan MPKP
b. Mengetahui jumlah dan kualifikasi SDM dalam penerapan
MPKP
c. Mengetahui cara pendokumentasian dalam penerapan
MPKP
d. Mengetahui cara operan dalam penerapan MPKP
e. Mengetahui kelengkapan sarana dan prasarana di ruang
MPKP. Penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat
memberikan manfaat yaitu hasil penelitian dipakai sebagai
informasi perbandingan dan evaluasi pelaksanaan MPKP
dan sebagai data dasar penelitian lebih lanjut.
Lain halnya tujuan MPKP Menurut Keliat (2010) yaitu :
a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan
pelaksanaan asuhan keperawatan olehtim keperawatan.
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan
keperawatan.
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan
keputusan
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan
keperawatan bagi setiap tim keperawatan

3. Komponen MPKP
Menurut Hoffart & Woods (1996) MPKP tediri lima komponen
yaitu nilai – nilai professional yang merupakan inti MPKP,
hubungan antar professional, metode pemberian asuhan
keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam perubahan
pengambilan keputusan serta sistem kompensasi dan penghargaan.
Berikut komponen dalam MPKP, sebagai berikut :
a. Nilai – nilai professional
Pada model ini perawat primer (PP) dan Perawat Asosiate
(PA) membangun kontrak dengan klien/keluarga, menjadi
partner dalam memberikan asuhan keperawatan. Pada
pelaksanaan dan evaluasi renpra. PP mempunyai otonomi
dan akuntabilitas untuk mempertanggungjawabkan asuhan
yang diberikan termasuk tindakan yang dilakukan oleh PA.
Hal ini berarti PP mempunyai tanggung jawab membina
performa PA agar melakukan tindakan berdasarkan nilai-
nilai professional.
b. Hubungan antar professional
Hubungan antar profesional dilakukan oleh PP. PP yang
paling mengetahui perkembangan kondisi klien sejak awal
masuk. Sehingga mampu memberi informasi tentang
kondisi klien kepada profesional lain khususnya dokter.
Pemberian informasi yang akurat akan membantu dalam
penetapan rencana tindakan medic.
c. Sistem pemberian asuhan keperawatan
Sistem pemberian asuhan keperawatan (care delivery
system) merupakan metode penugasan bagi tenaga perawat
yang digunakan dalam memberikan pelayanan keperawatan
kepada klien. Sistem atau metode tersebut merefleksikan
falsafah organisasi, struktur, pola ketenagaan dan populasi
klien. Saat ini dikenal lima jenis metode pemberian asuhan
keperawatan, yang terdiri dari : metode kasus, fungsional,
tim, primer dan moduler.
d. Pendekatan manajemen
Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada
garis koordinasi yang jelas antara PP dan PA. performa PA
dalam satu tim menjadi tanggung jawab PP. Dengan
demikian, PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan.
Sebagai seorang manajer, PP harus dibekali dengan
kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga PP
dapat menjadi manajer yang efektif dan pemimpin yang
efektif
e. Sistem kompensasi dan panghargaan.
PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan
untuk asuhan keperawatan yang dilakukan sebagai asuhan
yang profesional. Kompensasi dan penghargaan yang
diberikan kepada perawat bukan bagian dari asuhan medis
atau kompensasi dan penghargaan berdasarkan prosedur.

4. Pilar MPKP
Menurut Sitorus (2006) bentuk dari pemberian asuhan keperawatan
yang berdasarkan nilai-nilai profesionalisme dan memiliki empat
pilar yaitu:
a. Pendekatan manajemen (management approach)
Dalam model praktik keperawatan mensyaratkan
pendekatan manajemen sebagai pilar praktik perawatan
professional yang pertama. Pada pilar I yaitu pendekatan
manajemen terdiri dari :
1) Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang
dipakai di ruang MPKP meliputi (perumusan visi,
misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek;
harian, bulanan, dan tahunan)
2) Pengorganisasian dengan menyusun stuktur
organisasi, jadwal dinas dan daftar alokasi pasien.
3) Pengarahan Dalam pengarahan terdapat kegiatan
delegasi, supervise, menciptakan iklim motifasi,
manajemen waktu, komunikasi efektif yang
mencangkup pre dan post conference, dan
manajemen konflik
4) Pengawasan
5) Pengendalian.
b. Kompensasi dan penghargaan (Compensatory reward)
Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik
keperawatan professional berfokus pada proses
rekruitmen,seleksi kerja, orientasi, penilaian kinerja staf
perawat.proses ini selalu dilakukan sebelum membuka
ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawatan baru.
c. Hubungan profesional (Professional relationship)
Hubungan professional dalam pemberian pelayanan
keperawatan (tim kesehatan) dalam penerima palayanan
keperawatan (klien dan keluarga). Pada pelaksanaan nya
hubungan professional secara internal artinya hubungan
yang terjadi antara pembentuk pelayanan kesehatan
misalnya antara perawat dengan perawat, perawat dengan
tim kesehatan dan lain – lain. Sedangkan hubungan
professional secara eksternal adalah hubungan antara
pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.
d. Manajemen Asuhan Keperawatan (Patient care delivery)
Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah
pelayanan keperawatan dengan mengunakan manajemen
asuhan keperawatan di MPKP tertentu. Manajemen asuhan
keperawatan yang diterapkan di MPKP adalah asuhan
keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan.

B. Tinjauan Teori Timbang Terima


1. Pengertian timbang terima
Timbang terimamerupakan suatu cara dalammenyampaikan dan
menerima sesuatu(laporan) yang berkaitan dengan keadanklien
(Nursalam, 2014).

Timbang terima merupakan komunikasi yang dilakukan perawat saat


pergantian dinas. Masing-masing perawat berperan sesuai dengan
kewenangan dan tanggung jawab masing-masing. Profesionalisme
pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat ditingkatkan melalui
pengoptimalan peran dan fungsi perawat khususnya pelayanan
keperawatan mandiri [ CITATION Nin171 \l 1033 ]

2. Tujuan timbang terima


Tujuan dari timbang terima iniadalah menyediakan waktu,
informasiyang akurat tentang rencana keperawatan, terapi, kondisi
terbaru dan perubahan yang akan terjadi danantisipasinya (Nursalam,
2014).

3. Pedoman operan atau timbang terima


Menurut [ CITATION Sug14 \l 1033 ] pedoman timbang terima atau
operan adalah sebagai berikut :
Waktu kegiatan : awal pergantian shif (07.30, 14.00, 21.00)
Tempat : Nursing station atau kantor perawat
Penanggung jawab : kepala ruang atau penanggung jawab shif
Kegiatan :
a. Kepala ruang atau penanggung jawab shif membuka acara
dengan salam
b. Penanggung jawab shif yang memimpin operan
menyampaikan :
1) Kondisi atau keadaan pasien : diagnose keperawatan,
tujuan keperawatan yang sudah di capai, tindakan
yang sudah dilaksanakan, hasil asuhan kperawatan
2) Tindak lanjut untuk shif berikutnya
c. Perawat pada shif berikutnya mengklarifikasi penjelasan
yang sudah disampaikan
d. Kepala ruangan memimpin ronde ke kamar pasien
e. Kepala ruangan merangkuminformasi operan, memberikan
saran tindak lanjut
f. Kepala ruang memimpin doa bersama dan menutup acara
g. Bersalaman

C. Tinjauan Teori Pre Post Conference


1. Pengertian pre post conference
Pre post coference adalah sesi diskusi kelompok yang dilakukan
sebelum dan sesudah praktik klinik, keduanya sama – sama
memberikan kesempatan perawat untuk berdiskusi dan dilaksanakan
oleh ketua tim dan perawat pelaksanan dalam MPKP [ CITATION
Sug14 \l 1033 ]

2. Pedoman pre post conference


Menurut [ CITATION Sug14 \l 1033 ] pedoman pre post conference
adalah sebagai berikut :
a. Pedoman pre conference
Waktu kegiatan : setelah operan timbang terima
Tempat : meja masing – masing tim
Penanggung jawab : ketua Tim atau penanggung jawab Tim
Kegiatan :
1) Ketua tim atau pennaggungjawab tim membuaka acara
2) Ketua tim atau penanggung jawab tim menanyakan
rencana harian setiap perawat pelaksana
3) Ketua tim atau penanggung jawab tim memberikan
masukan dan tindak lanjut terkait asuhan keperawatan
yang akan di berikan saat itu
4) Ketua tim atau penanggung jawab tim memberikan
reinforcement
5) Ketua tim atau penanggung jawab tim menutup acara
b. Pedoman post conference
Waktu kegiatan : Sebelum operan ke dinas berikutnya
Tempat : Meja masing – masing tim
Penanggung jawab : Ketua tim atau penanggung jawab tim
Kegiatan :
1) Ketua tim atau penanggung jawab tim membuka acara
2) Ketua tim atau penanggung jawab tim menanyakan hasil
asuhan setiap pasien
3) Ketua tim atau penanggung jawab tim menanyakan
kendala dalam asuhan yang telah diberikan
4) Ketua tim atau penanggung jawab timmenanyakan tindak
lanjut asuhan pasien yang harus di operkan kepada
perawat shift berikutnya
5) Ketua tim atau penanggung jawab tim memberikan
reinforcement
6) Ketua tim atau penanggung jawab tim meutup acara

D. Tinjauan Teori Ronde Keperawatan


1. Pengertian ronde keperawatan
Menurut Nursalam (2015) ronde keperawatan adalah kegiatan yang
bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan pasien yang
dilakukan oleh perawat disamping melibatkan pasien untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus
tertentu dilakukan oleh perawat primer dan atau konselor, kepala
ruangan, perawat associate yang perlu juga seluruh anggota tim
kesehatan.
Karakteristik antara lain sebagai berikut.
a. Pasien dilibatkan secara langsung
b. Pasien merupakan fokus kegiatan
c. PA, PP, dan konselor melakukan diskusi bersama.
d. Konselor memfasilitasi kreativitas.
Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP
dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah
2. Tujuan ronde keperawatan
Tujuan dari pelaksanaan keperawatan bisa dibagi 2 yaitu: tujuan bagi
perawat dan bagi pasien. Tujuan ronde keperawatan bagi perawat
adalah :
a. Melihat kemampuan staff dalam manajemen pasien
b. Mendukungan pengembangan profesional dan peluang
pertumbuhan
c. Meningkat pengetahuan perawat dengan menyajikan dalam
format studi kasus
d. Menyediakan kesempatan pada staff perawat untuk belajar
meningkatkan ketrampilan klinis.
e. Membangun kerjasama dengan hormat
f. Meningkatkan prestensi perawat berpengalaman dan
mempromosikan kebanggaan dalam profesi keperawatan.

Tujuan dari pelaksanaan ronde keperawatan bagi pasien adalah :

a. Untuk mengamati kondisi fisik dan mental pasien dan


kemajuan dari hari ke hari.
b. Untuk mengamati pekerjaan staff.
c. Untuk membuat pengamatan khusus pasien dan memberikan
laporan ke dokter mengenai misalnya luka, drainase,
perdarahan dan sebagainya
d. Untuk memperkenalkan pasien ke petugas dan sebaliknya.
e. Untuk melaksanakan rencana yang dibuat untuk perawatan
pasien.
f. Untuk mengevaluasi hasil pengobatan dan kepuasan pasien.
g. Untuk memastikan bahwa langkah-langkah keamanan yang
diberikan pada untuk pasien.
h. Untuk memeriksa kondisi pasien sehingga dapat dicegah
seperti ulkus dekubitus, food drop.
i. Untuk membandingkan manifestasi klinis penyakit pada pasien
sehingga. perawat memperoleh wawasan yang lebih baik.
j. Untuk memodifikasi keperawatan yang diberikan.

Sedangkan menurut Nursalam (2015) tujuan ronde keperawatan dibagi


menjadi :

a. Tujuan umum
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir kritis
b. Tujuan khusus
1) Menumbuhkan cara berpikir kritis (Problem Based Learning)
2) Menumbuhkan pemikiran bahwa tindakan keperawatan berasal
dari masalah klien
3) Meningkatkan pola pikir sistematis
4) Meningkatkan validitas data klien
5) Menilai kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
6) Meningkatan kemampuan justifikasi, menilai hasil kerja, dan
memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
3. Kriteria pasien dalam ronde keperawatan
Menurut Nursalam (2015) pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde
keperawatan adalah pasien yang memiliki kriteria sebagai berikut :
a. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi
meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan
b. Pasien dengan kasus baru atau langka

4. Manfaat ronde keperawatan


Menurut Clement (2011) manfaat ronde keperawatan antara lain :
a. Membantu mengembangkan keterampilan keperawatan
b. Menguji pengetahuan perawat sehingga pengetahuan
keperawatan meningkat
c. Memberikan kesempatan pada perawat untuk tumbuh dan
berkembang secara profesional
d. Mengevaluasi kegiatan yang telah diberikan pada pasien
berhasil atau tidak
e. Membantu mengorientasikan perawat baru pada pasien
f. Meningkatan kepuasan pasien
g. Menurunkan angka insiden pada pasien yang dirawat

5. Tipe – tipe ronde keperawatan


Menurut Close dan Castledine (2005) yang disitasi oleh Reni
Nursanti (2015) ada 4 tipe ronde keperawatan modern yaitu Matrons
rounds, nurse management raounds, patient comfort rounds dan
teaching rounds sebagai berikut :
a. Matrons rounds adalah proses dimana seorang perawat
berkeliling ke ruangan-ruangan, menanyakan kondisi pasien
sesuai dengan jam rondenya. Memeriksa standart pelayanan,
kebersihan, dan kerapian, serta menilai penampilan dan
kemajuan perawat dalam memberikan pelayanan kepada
pasien.
b. Nurse management rounds adalah ronde managerial yang
melihat pada rencana pengobatan dan implementasi pada
sekelompok pasien. Untuk melihat perioritas tindakan yang
dilakukan serta melibatkan pasien dan keluarga dalam proses
interaksi. Pada ronde ini tidak terjadi proses pembelajaran
antara perawat dan kepala perawat.
c. Patient comfort rounds adalah ronde yang berfokus pada
kebutuhan utama yang diperlukan pasien di rumah sakit.
Fungsi perawat dalam ronde ini adalah memenuhi segala
kebutuhan pasien. Misalnya ketika ronde dilakukan pada
malam hari, perawat menyiapkan tempat tidur yang nyaman
bagi pasien.
d. Teaching rounds adalah dilakukan antara teacher rounds
dengan perawat atau siswa perawat dimana terjadi proses
pembelajaran. Teknik ronde ini biasa dilakukan untuk perawat
atau siswa perawat dengan pembelajaran langsung, perawat
atau siswa dapat langsung mengaplikasikan ilmu yang
didapatkan langsung pada pasien.

6. Langkah – langkah ronde keperawatan


Menurut Nursalam (2015) langkah- langkah ronde keperawatan
dibagi menjadi:
a. Pra ronde
1) Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi
dan masalah yang langka)
2) Menentukan tim ronde
3) Mencari sumber dan literature
4) Membuat proposal
5) Mempersiapkan pasien : informed consent dan pengkajian
6) Diskusi : apa diagnosis keperawatan? data apa yang
mendukung? Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?
Dan hambatan apa yang sudah ditemukan selama
perawatan?
b. Pelaksanaan ronde
1) Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang
difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana
tindakan yang akan dilaksanakan dan atau telah
dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu
didiskusikan
2) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
3) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor
atau kepala ruangan tentang masalah pasien serta rencana
tindakan yang akan dilakukan
c. Pasca ronde
1) Evaluasi, revisi, dan perbaikan
2) Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis,
intervensi keperawatan selanjutnya

7. Peran anggota tim


a. Peran perawat primer dan perawat associate
1) Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien
2) Menjelaskan diagnosis keperawatan
3) Menjelaskan intervensi yang dilakukan
4) Menjelaskan hasil yang didapat
5) Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang
diambil
6) Menggali masalah pasien yang belum terkaji
b. Peran perawat konselor dan tenaga kesehatan lainnya
1) Memberikan justifikasi
2) Memberikan reinforcement
3) Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi
keperawatan serta rasional tindakan
4) Mengarahkan dan koreksi
5) Mengintergrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari

8. Kriteria evaluasi
a. Struktur
1) Persyaratan administratif (inform consent, alat dll)
2) Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde
keperawatan
3) Persiapan dilakukan sebelumnya
b. Proses
1) Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
2) Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai
peran yang telah ditentukan
c. Hasil
1) Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
2) Masalah pasien dapat teratasi
3) Perawat dapat:
a) Menumbuhkan cara berpikir yang kritis
b) Meningkatkan cara berpikir yang sistematis
c) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
d) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis diagnosis
keperawatan
e) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan
yang berorientasi pada masalah pasien
f) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
g) Meningkatkan kemampuan justifikasi
h) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja

9. Mekanisme ronde keperawatan


Menurut Clament (2011) mekanisme ronde keperawatan antara lain :
a. Perawat membaca laporan mengenai pasien melalui status
pasien sebelum melakukan ronde keperawatan. Perawat
sebaiknya melihat laporan penilaian fisik dan psikososial
pasien 2-3 menit. Selain itu juga perawat menetapkan tujuan
yang ingin dicapai ketika pelaksanaan ronde keperawatan.
sebelum menemui pasien sebaiknya perawat membahas
tujuan yang ingin dicapai.
b. Perawat menentukan pasien yang akan dilakukan ronde
keperawatan. sebelum dilakukan ronde perawat primer
menentukan 2-3 klien yang akan dironde dan ditentukan
pasien yang akan dironde. Sebaliknya dipilih klien yang
membutuhkan perawatan khusus dengan masalah yang relatif
lebih kompleks.
c. Ronde keperawatan dilakukan pada pasien. Perawat
melaporkan kondisi, tindakan yang sudah dilakukan dan akan
dilakukan, pengobatan serta rencana yang lain. Saat ronde
keperawatan melaporkan tentang kondisi pasien, asuhan
keperawatan, perawat medis dan prognosis. Selain itu juga
ronde keperawatan, perawat mendiskusikan diagnosis
keperawatan yang terkait, intervensi keperawatan, dan hasil.
Mengenai masalah yang sensitif hendaknya tidak boleh
dibicarakan di hadapan pasien.
d. Waktu pelaksanaan ronde bermacam-macam tergantung
kondisi dan situasi ruangan. Waktu yang dilakukan untuk
melakukan keseluruhan ronde adalah setiap hari dengan
waktu kurang lebih 1jam ketika intensitas kegiatan di ruang
rawat sudah relatif tenang. Sedangkan menurut Atiken et all
(2010) pelaksanaan ronde keperawatan diaadakan 2 hari
setiap minggu dan berlangsung 1 jam.

10. Strategi ronde keperawatan


Menurut Ramani (2003) dalam Clament (2009) menyebutkan ada
beberapa strategi agar ronde keperawatan berjalan dengan efektif
yaitu :
1. Melakukan persiapan dengan seksama terkait dengan
pelaksanaan ronde keperawatan baik waktu pelaksanaan,
pasien masalah yang terkait, dsb.
2. Membuat perencanaan apa yang akan dilakukan meliputi:
sistem apa yang akan diajarkan, aspek-aspek apa yang harus
ditekankan (pemeriksaan fisik, melakukan tindakan, dsb).
Rencanakan agar semua aktif terlibat dalam kegiatan, pilih
pasien yang akan dilakukan proses pembelajaran, serta
tentukan berapa banyak waktu yang harus dihabiskan dengan
pasien tertentu.
3. Orientasikan pada perawat tujuan yang ingin dicapai. Kegiatan
berikut ini dapat dilakukan dalam fase oreientasi :
a. Orientasikan perawat untuk tujuan latihan dan kegiatan
yang direncanakan
b. Memberikan peran kepada setiap anggota tim
c. Buat aturan mengenai ronde
d. Setiap diskusi sensitif perlu ditunda dan seluruh tim
harus menyadari hal ini.
4. Perkenalkan diri anda dan tim dan pada pasien meliputi :
a. Memperkenalkan diri pada pasien
b. Pasien perlu diberitahu bahwa pertemuan itu terutama
dimaksudkan untuk berdiskusi mengenai pemberian
perawatan pada pasien.
c. Keluarga tidak perlu diminta untuk pergi jika pasien
ingin unutk ditemani
5. Meninggalkan waktu untuk pertanyaan, klarifikasi,
menempatkan pembecaan lebih lanjut. Fase ini terjadi di luar
ruangan, keluar dari pasien jarak pendengaran. Ini adalah
kesempatan untuk mendiskusikan aspek sensitif dari riwayat
pasien.
6. Evaluasi pelaksanaan yang telah dilakukan. Mulai persiapan
untuk pertemuan berikutnya dengan merefleksikan pada diri
mengenai hasil ronde yang dilakukan.
E. Tinjauan Teori Kepuasan Pasien
1. Pengertian kepuasan paien
Kepuasan pasien adalah perasaan senang atau puas bahwa jasa yang
diterima telah sesuai atau melebihi harapan pasien (Nursalam, 2016).

Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan


yang kita berikan dan kepuasan pasien merupakan suatu modal untuk
mendapatkan pasien lebih banyak dan mendapatkan pasien yang
setia. Pasien yang loyal akan menggunakan kembali pelayanan
kesehatan yang sama bila mereka membutuhkan lagi. Bahkan telah
diketahui bahwa pasien loyal akan mengajak orang lain untuk
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang sama (Nursalam,
2016).

2. Faktor penentu kepuasan


Terdapat 5 dimensi yang menjadi indikator penilaian kepuasan yang
komprehensif dengan fokus utama pada pelayanan barang dan jasa
(Kusnanto, 2019), yaitu:
a. Responsiveness (ketanggapan)
Terkait dengan kemampuan perawat dalam memenuhi
kebutuhan pasien dengan segera, dan mengurangi waktu
tunggu pasien.
b. Reability (kehaandalan)
Terkait dengan kemampuan perawat dalam memberikan
pelayanan yang akrat dan terpercaya.
c. Assurance (jaminan)
Terkait kemampuan perawat dalam menyampaikan informasi
tentang permasalahan kesehatan/ keperawatan yang terjadi
pada pasien, maupun tindakan yang akan dilakukan secara
jelas dan akurat sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dan
kenyamanan pasien.
d. Emphaty (empati)
Terkait kemampuan perawat dalam membina hubungan,
memberi perhatian, dan memahami kebutuhan pasien. Perawat
melakukan komunikasi yang efektif dan terapeutik. Perawat
mengikutsertaka pasien dalam pengambilan keputusan yang
terbaik untuk dirinya, dan memberi kebebasan pada pasien
dalam memilih tindakan yang tepat setelah mendapatkan
informasi, serta kemudahan pasien rawat inap mendapat
kunjungan dari keluarga.
e. Tangible (bukti langsung)
Terkait dengan kualitas sarana dan prasarana yang bisa
dirasakan oleh pasien selama menjalani perawatan, termasuk
kemampuan dan keberhasilan perawat dalam memberikan
asuhan selama pasien menjalani perawatan dan kecepatan
perawat merespon saat pasien membutuhkan.
Sedangkan menurut Nursalam (2016) faktor-faktor kepuasan pasien
meliputi:
a. Kualitas produk atau jasa.
Pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka
menunjukkan bahwa produk atau jasa yang digunakan
berkualitas.
b. Harga.
Yang termasuk di dalamnya adalah harga produk atau jasa.
Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam
penentuan kualitas guna mencapai kepuasan pasien. Meskipun
demikian elemen ini memengaruhi pasien dari segi biaya yang
dikeluarkan, biasanya semakin mahal harga perawatan maka
pasien mempunyai harapan yang lebih besar.
c. Emosional.
Pasien yang merasa bangga dan yakin bahwa orang lain kagum
terhadap konsumen bila dalam hal ini pasien memilih institusi
pelayanan kesehatan yang sudah mempunyai pandangan,
cenderung memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi.
d. Kinerja
Wujud dari kinerja ini misalnya: kecepatan, kemudahan, dan
kenyamanan bagaimana perawat dalam memberikan jasa
pengobatan terutama keperawatan pada waktu penyembuhan
yang relatif cepat, kemudahan dalam memenuhi kebutuhan
pasien dan kenyamanan yang diberikan yaitu dengan
memperhatikan kebersihan, keramahan dan
e. Kelengkapan peralatan rumah sakit.

3. Faktor ketidak puasan pasien


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seorang pasien tidak
merasakan puas terhadap suatu layanan keperawatan (Kusnanto,
2019):
1. Mutu pelayanan keperawatan tidak sesuai yang diharapkan,
misalnya pada saat pasien merasakan nyeri, pasien berharap
seorang perawat merespon dengan cepat keluhan tersebut dan
memberikan intervensi dengan segera.
2. Perilaku perawat yang kurang memuaskan bagi pasien,
misalnya pada saat pasien menyampaikan keluhannya namun
perawat masih asik menulis atau melakukan hal-hal yang
sebenarnya bisa ditinggalkan untuk sementara waktu.
3. Lingkungan atau ruang perawatan yang kurang nyaman: bau,
kotor, lembap, ruangan terlalu panas, lantai basah, bising, dll.
4. Prosedur tindakan yang berbelit-belit, urusan administrasi
yang terlalu ribet, serta permintaan persyaratan administrasi
yang terlalu banyak
5. Biaya perawatan yang yang terlalu tinggi juga sangat
mempengaruhi. Pasien dari kalangan menengah ke bawah
akan merasakan puas jika biaya perawatan yang dibutuhkan
terjangkau.
6. Metode Pengukuran Kepuasan Pasien
Menurut Kotler dalam Tjiptono & Diana. (2016) dalam buku
Kepuasan Pelangan, Konsep, Pengukuran dan Strategi. Ada
beberapa metode yang dapat digunakan dalam melakukan
pengukuran kepuasan pelanggan, diantaranya:
a. Sistem keluhan dan saran, organisasi yang berpusat pada
pelanggan (Customer Centered) memberikan kesempatan
yang luas kepada para pelanggannnya untuk meyampaikan
saran dan keluhan. Informasi yang dipeoleh akan
memberikan ide-ide cemerlang bagi perusahaan dan
memungkinkannya untuk bereaksi secara tanggap dan cepat
untuk mengatasi masalah yang timbul.
b. Ghostshopping, salah satu cara untuk memperoleh gambaran
mengenai kepuasan pelanggan adalah dengan cara
mempekerjakan beberapa orang untuk berperan atau bersikap
sebagai pembeli / pelanggan kemudian melaporkan hasil
temuannya mengenai kelemahan dan kekuatan produk
pesaing juga dari hasil pengamatannya juga dapat mengamati
cara penanganan setiap keluhan.
c. Lost customer analysis, perusahaan seyogyanya mengubungi
para pelanggan yang telah berheneti membeli, pemantauan
customer loss rate (tingkat pelanggan yang hilang) atau jika
di rumah sakit pihak rumah sakit melakukan follow up call
pada pasien-pasien yang khusus atau pasien paska rawat inap.
Hal ini penting untuk dilakukan agar pelanggan tetap setia
dengan perusahaan atau rumah sakit.
d. Survei kepuasan pelanggan, umumnya penelitian mengenai
kepuasan pelanggan dilakukan dengan penelitian survei, baik
melalui pos, telepon maupun wawancara langsung.
Perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik
secara langsung dari pelanggan.
7. Manfaat feedback kepuasan
Kepuasan pasien dapat diukur sehingga mampu memberikan
feedback bagi perawat selaku pemberi layanan. Feedback yang
diberikan oleh pasien bermanfaat untuk (Kusnanto, 2019):
a. Mengetahui tingkatan kepuasan pasien terhadap mutu
pelayanan keperawatan yang telah diterima selama pasien
menjalani perawatan.
b. Memonitor kepuasan sepanjang waktu, dan memberikan
peluang untuk memperbaiki apabila terjadi penurunan
kepuasan pasien dalam tindakan keperawatan.
c. Mengidentifikasi permasalahan atau keluhan pasien atas
layanan yang diterimanya selama menjalani perawatan.
d. Meminimalkan aspek yang paling berpengaruh terhadap
ketidakpuasan pasien dan mengetahui aspek yang tidak
memuaskan tersebut, sehingga dapat segera dikoreksi.
e. Meningkatkan tanggungjawab dan tanggunggugat perawat
terhadap kepuasan pasien, keluarga dan diri sendiri untuk
mewujudkan peningkatan mutu pelayanan keperawatan
yang optimal.
f. Mengevaluasi hasil inovasi dan perubahan yang dilakukan,
apakah pasien dapat merasakan kepuasan setelah diadakan
perbaikan.

8. Pengukuran tingkat kepuasan pasien


Beberapa tekhnik pengukuran kepuasan pasien adalah sebagai
berikut (Nursalam, 2016):
a. Teknik rating (Rating scale)
Teknik ini menggunakan directly reported satisfaction,
simple rating, semantic technique (metode berpasangan)
b. Teknik pengukuran langsung (directly reported satisfaction)
Teknik ini menanyakan langsung kepada pasien/klien tentang
kepuasan terhadap atribut. Pengukuran dilakukan secara
objektif dan subjektif. Dilakukan secara objektif bila stimuli
jelas, langsung bisa diamati dan diukur. Sebaliknya,
dilakukan secara subjektif bila rangsangan stimuli sifatnya
intangible dan sulit ditentukan, sehingga dikenal sebagai
pengukuran perseptif.
c. Metode berpasangan
Metode berpasangan menyediakan beberapa objek yang
harus dinilai, kemudian individu tersebut diminta untuk
memilih pasangannya. Metode berpasangan sering dipakai
karena lebih mudah menentukan pilihan antar kedua objek
pada satu waktu yang bersamaan. Misal: tingkat tanggap
(respon) perawat terhadap keluhan pasien.
F. Gambaran situasi Manajemen Pelayanan
1. Struktur organisasi
2. SDM
Sumber daya manusia di ICU RS Sakit Panti Rapih terdapat 50
perawat dan 1 kepala ruang, dan terdapat 10 bed untuk ICU yaitu 7
bed non infeksius dan 3 bed infeksius, serta 16 bed untuk IMC dan
ICCU
3. Indikator mutu layanan
a. Kelengkapan asesmen medis dalam waktu 24 jam setelah pasien
masuk rawat inap
b. Tidak ada pasien yang kembali ke Instalasi Intensif Intermediate
dengan kasus yang sama < 72 jam

G. Gambaran situasi Manajemen Asuhan


1. Metode askep yang diterapkan di ICU
ICU Rumah Sakit panti menerapkan metode keperawatan modular.
Yaitu gabungan antara metode keperawatan tim dengan metode
keperawatan primer. Metode ini menugaskan sekelompok perawat
merawat pasien dari pasien datang sampai pasien pulang.
Pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat professional dan non professional (perawat
terampil) untuk sekelompok klien dari mulai masuk RS sampai
pulang, disebut tanggung jawab total atau keseluruhan. Untuk
metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan, trampil dan
memiliki kemampuan memimpin. Idealnya 2-3 perawat untuk 8-12
pasien. (Mugianti, 2016).

2. Gambaran situasi pasien


Ruang ICU berisi 10 pasien dengan kriteria pasien: 3 infeksius, dan
7 pasien dengan kategori berat (intensive). Kategori pasien berat
adalah pasien yang kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilakukan
sendiri, semua dibantu oleh perawat, penampilan sakit berat. Pasien
memerlukan observasi terus menerus. Terdapat beberapa kriteria
untuk menentukan kategori pasien.

Pada kasus, kelompok mengambil 2 kasus dengan kategori pasien


berat. Pasien memerlukan bantuan total dan membutuhkan observasi
ketat. Kedua pasien merupakan pasien dengan kasus jantung. Kedua
pasien kesadaran CM, menggunakan support inotoprik dan
memerlukan observasi hemodinamik ketat.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Penerapan (pencapaian) Praktik Manajerial


1. Pre-Post Conference
Setting ruangan adalah bangsal ICU dengan jumlah pasien kelolaan per
tim 2 pasien.
Jefry sebagai PN pagi sekaligus kepala tim pagi akan melakukan pre –
post conference dengan Anna selaku PP pagi
Peran :

PN pagi : Jefry

PP pagi : Anna

PN Sore : Noferiana

Anna dan Jefry siap melakukan pre conference sebelumnya menggunakan


handsanitizer

Sesuai dengan kondisi pasien dan kompetensi, Jefry sebagai katim akan
membagi pasien. Anna di kamar 231 dan Jefry di kamar 222.

a. Pre conference:
Jefry : Kamar 222
Sdr. SG, 31 tahun, RM xxxxx, dx medis AFRVR, CHF suspek THD,
Impending krisis tiroid
Masalah keperawatan :
1) Pola nafas tak efektif
2) Intoleransi aktifitas
3) Risiko jatuh
Rencana keperawatan hari ini:
1) Manajemen jalan nafas
2) Bantu ADL
3) Pencegahan jatuh
Program hari ini :

1) Evaluasi HR
2) Evaluasi INR dan Free T4 pagi ini
3) Observasi urin output
4) EKG tiap pagi
5) Melaporkan dokter hasil EKG dan INR hari ini.

Anna : Kamar 231

Bp. S, 74 tahun, RM: xxxxx, dx medis: Syok Kardiogenik dd Sepsis,


dengan leukositosis, anemia gravis ec hematemesis melena,
insufisiensi renal, susp CKD dd AKI dengan hiperkalemia, riwayat
CHF

Masalah keperawatan :

1) Risiko penurunan curah jantung


2) Defisit perawatan diri
3) Defisit Pengetahuan
4) Risiko jatuh
5) Peningkatan kesiapan perawatan di rumah.

Rencana keperawatan selanjutnya :

1) Perawatan jantung, observasi hemodinamik


2) Bantu ADL
3) Edukasi
4) Pencegahan jatuh

Program hari ini:

1) Evaluasi laboratorium
2) Rekam EKG
3) Lapor dokter hasil lab dan EKG
4) Perawatan kulit
b. Post Conference
Jefry (PN) akan melakukan timbang terima dengan shift siang,
sebelumnya melakukan post conference dengan Anna (PP)
Isi post conference:
Pasien Bp. S, 74 tahun, dx Medis: Syok Kardiogenik dd Sepsis,
dengan leukositosis, anemia gravis ec hematemesis melena,
insufisiensi renal, susp CKD dd AKI dengan hiperkalemia, riwayat
CHF.

Masalah keperawatan :

1) Risiko penurunan curah jantung


2) Defisit perawatan diri
3) Defisit Pengetahuan
4) Risiko jatuh
5) Peningkatan kesiapan perawatan di rumah.

Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan :

1) Perawatan jantung
2) Observasi hemodinamik
3) Bantu ADL
4) Edukasi
5) Pencegahan jatuh

Program yang sudah terlaksana :

1) Perawatan kulit
2) Melaporkan dokter hasil lab dan EKG
3) Program dokter: Tranfusi PRC 2 kolf, sedang proses cross,
tranfusi albumin 1 botol sedang berjalan
2. Timbang Terima
Setting ruangan adalah bangsal ICU dengan jumlah pasien kelolaan per
tim 2 pasien.
Jefry sebagai PN pagi sekaligus kepala tim pagi akan melakukan timbang
terima dengan Noferiana selaku PN sore
Peran:

PN pagi : Jefry

PP pagi : Anna

PN Sore : Noferiana

Isi timbang terima

Laporan kamar 222,

(Identitas pasien)

Sdr. SG, 31 tahun, RM xxxxx, tanggal lahir 17 Agustus 1990,


menggunakan biaya pribadi

(Situation)

Diagnosa medis : AFRVR, CHF suspek THD, Impending krisis tiroid.


Observasi hari ini : Keluhan pasien saat ini sudah tidak berdebar, tidak
sesek. TD 130/80 tanpa support, HR 99-104x/menit, irama AF normo,
SPO2 97-99% dengan o2 binasal 4lpm, suhu 36.2 C.

(Background)

Riwayat sakit : Pasien memang sudah obat rutin tiroid, kemarin 26/01/21
tiba – tiba dada terasa ampek, berdebar –debar, sesak nafas periksa IGD
RSPR advice opname.

(Assesment)

Masalah keperawatan :

1) Pola nafas tak efektif


2) Intoleransi aktifitas
3) Risiko jatuh

Rencana keperawatan hari ini :

1) Manajemen jalan nafas


2) Bantu ADL
3) Pencegahan jatuh

(Reccomendation)

Program hari ini :Evaluasi HR, Evaluasi INR dan Free T4 pagi ini,
Observasi urin output, EKG tiap pagi. Melaporkan dokter hasil EKG dan
INR hari ini, program dokter Vita : observasi di ruang ICU sampai besok,
bila baik boleh pindah. Pesanan khusus : pasien kesulitan biaya perawatan,
kolaborasi dengan tim PIC untuk pengurusan asuransi BPJS

Laporan kamar 231,

(Identitas)

Pasien Bp. S, 74 tahun, tanggal lahir 19 Februari 1947, menggunakan


tanggungan BPJS non PBI

(Situation)

Diagnosa Medis : Syok Kardiogenik dd Sepsis, dengan leukositosis,


anemia gravis ec hematemesis melena, insufisiensi renal, susp CKD dd
AKI dengan hiperkalemia, riwayat CHF. . Pasien dr Shandie, dr Vitayanti,
dr Radijanti dan dr Triharnoto.

Kesadaran pasien CM, TD 118/82x/menit, tanpa support, HR 60x/menit,


suhu 36, RR 18x/menit, SPO2 97%, menggunakan 02 binasal 4lpm

(Background)

Riwayat sakit :Pasien masuk RS tg 24/01/21, pasang HD cath tgl 25/01/21,


HD tgl 25/01/21 (HD pertama,sebelumnya tidak ada riwayat HD)

Pasien riwayat tranfusi total 6 kolf PRC, hasil laborat pagi : HB 8.7,
albumin 2.8, Ca 7.8, Mg 1.7 (rendah)
(Assesment)

Masalah keperawatan :

1) Risiko penurunan curah jantung


2) Defisit perawatan diri
3) Defisit Pengetahuan
4) Risiko jatuh
5) Peningkatan kesiapan perawatan di rumah.

Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan :

1) Perawatan jantung
2) Observasi hemodinamik
3) Bantu ADL
4) Edukasi
5) Pencegahan jatuh

(Reccomendation)

Program yang sudah terlaksana : Perawatan kulit, melaporkan dokter


hasil lab dan EKG. Program dokter: Tranfusi PRC 2 kolf, sedang proses
cross, tranfusi albumin 1 botol sedang berjalan. Besok pagi cek INR lagi
dan rekam EKG.

3. Ronde Keperawatan
Kasus :
Pasien Bp. S, 74 tahun, dx Medis: Syok Kardiogenik dd Sepsis, dengan
leukositosis, anemia gravis ec hematemesis melena, insufisiensi renal,
susp CKD dd AKI dengan hiperkalemia, riwayat CHF
a. Pra Ronde
Peran:
Kepala Ruang/Fasilitator : W Jefry Ade Wungo
PN : Noferiana Widyawati
PP : Anna Prabandari
Perawat Konsulen : Danik Fardani
Keluarga dan Pasien
PP melakukan pengkajian dan menggali permasalahan yang ada
pada pasien. Hasil pengkajian di sampaikan pada PN dan PN
melakukan validasi masalah untuk selanjutnya melakukan kontrak
ronde keperawatan.
Hasil pengkajian PN dilaporkan pada karu, karu berkoordinasi
dengan perawat konsulen untuk melakukan ronde
PP melakukan kontrak dengan pasien dan keluarga untuk melakukan
ronde tgl 27/01/21 jam 13.00. keluarga sudah menantangani inform
consent

b. Ronde Keperawatan
Jefry (Karu) memimpin acara dengan pembukaan :
1) Perkenalan diri dan anggota tim keperawatan

Kepala Ruang/Fasilitator : W Jefry Ade Wungo

PN : Noferiana Widyawati

PP : Anna Prabandari

Perawat Konsulen : Danik Fardani

2) Acara yang akan dilaksanakan : Ronde Keperawatan


Tujuan: Mendiskusikan permasalahan dengan tim keperawatan,
pasien dan keluarga sehingga menemukan solusi bersama
3) Jefry (Karu) mempersilahkan PP untuk menyampaikan data
pasien dan kondisi pasien saat ini
4) Anna (PP)
Pasien Bp. S, 74 tahun, dx Medis: Syok Kardiogenik dd Sepsis,
dengan leukositosis, anemia gravis ec hematemesis melena,
insufisiensi renal, susp CKD dd AKI dengan hiperkalemia,
riwayat CHF. Pasien dr Shandie, dr Vitayanti, dr Radijanti dan dr
Triharnoto.
Data subjektif: pasien mengeluh badan pegel – pegel,
Kesadaran pasien CM, TD 118/82x/menit, tanpa support, HR
60x/menit, suhu 36, RR 18x/menit, SPO2 97%, menggunakan 02
binasal 4lpm
Pasien masuk RS tg 24/01/21, pasang HD cath tgl 25/01/21, HD
tgl 25/01/21 (HD pertama,sebelumnya tidak ada riwayat HD)
Pasien riwayat tranfusi total 6 kolf PRC, hasil laborat pagi
HB 8.7, albumin 2.8, Ca 7.8, Mg 1.7 (rendah)

Masalah keperawatan yang ada saat ini adalah :


a) Risiko penurunan curah jantung
b) Defisit perawatan diri
c) Defisit Pengetahuan
d) Risiko jatuh
e) Peningkatan kesiapan perawatan di rumah
5) Jefry : dari data yang sudah di sampaikan Anna apakah dari
pasien atau atau keluarga ada yang mau di klarifikasi atau tidak?
6) Nofe (PN) Beberapa permalasahan yang bisa kita temukan untuk
kita diskusikan
a) Pasien memiliki diagnose yang kompleks, apakah pasien
dan keluarga sudah memahami tentang kondisi pasien
b) Keluhan yang dirasakan: Belum bisa BAB dan badan
pegel-pegel
c) Pengetahuan tentang perawatan lanjutan dirumah:
a. Aktifitas pasien di damping keluarga
b. Nutrisi Konsultasi dengan gizi
d) Peran keluarga dalam perawatan dirumah
e) Hematom dikaki bekas infuse maka dilaakukan perawatan
luka
f) Finansial keluarga ? control, antar jemput, biaya diluar
asuransi
g) Managemen kecemasan
7) Vallidasi ke pasien dan keluarga (istri dan anak)
8) Dari permasalah diatas (masukan dari Keluarga, Tim keperawatan dan
Perawat konsulen):
a) Problem medis: pertemukan dengan DPJP (dr vita, dr
Shandie dan dr toto)
b) Belum BAB maka dilakukan message abdomen
c) Badan pegal maka dilakukan mobilisasi mika-miki dan
message saat mandi
d) Perawatan di rumah: hasil diskusi dengan anak pasien, anak
pasien akan rutin mengunjungi pasien 2-3 kali ke rumah
untuk control obat dan kondisi pasien. Pasien saat ini tinggal
bersama istri
e) Keluarga mampu mengidentifikasi tempat rujukan pertama
apabila terjadi kondisi darurat, yaitu RS Panti Nugroho
f) Manajemen keuangan keluarga ditanggung oleh ke 3 anak
pasien. Perawatan RS menggunakan asuransi BPJS
g) Untuk pengaturan nutrisi, pasien dan keluarga akan
dipertemukan dengan ahli gizi
h) Keluarga akan memantau pasien dalam penggunaan obat –
obat nyeri agar tidak konsumsi berlebihan
i) Perencanaan edukasi hal –hal yang perlu diperhatikan di
rumah dan kondisi yang membutuhkan penanganan di RS
j) Hari ini dokter memberikan program tranfusi 2 kolf dan
tranfusi albumin 2 botol pasien dan keluarga setuju
k) Pasien merasa lebih aman dan nyaman setelah diskusi
bersama, kecemasan pasin berkurang
l) Masukan dari perawat konsulen adalah kedepan bila sudah
pulang melakukan perawatan dirumah, jika kondisi
emergency tau kapan ke RS, jika harus cuci darah harus
dipikirkan siapa yg antar jemput
4. Layanan prima
a. 27/01/21
Pasien Sdr. S, 31 tahun, pasien dengan diagnose medis AFRVR,
Krisis Tiroid, sudah opname hari ke – 2 di ruang ICU. Pasien masuk
dengan biaya sendiri. Pagi ini pasien mengatakan bahwa ia kesulitan
biaya opname di ruang ICU, pasien memiliki BPJS namun karena
sudah 3 bulan tidak membayar maka pasien tidak menggunakan
BPJS pada saat masuk. Pasien mengungkapkan apakah ada cara
yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah keuangan tersebut.
1) Responsiveness
Pagi itu Jefry sebagai PN pasien segera menanggapi kebutuhan
klien akan kesulitan keuangan. Meskipun bukan pada ranah
keperawatan, saat itu PN segera melakukan tindak lanjut
dengan menghubungi keuangan untuk mencari solusi dari
permasalahan klien
2) Realibility
PN saat itu tidak menjanjikan akan mencari solusi dengan
pasti, tapi PN berjanji akan membantu apa yang bisa dilakukan
yaitu dengan berkoordinasi dengan bagian keuangan sehingga
menemukan solusi yang tidak merugikan klien
3) Assurance
Untuk meningkatkan kepercayaan klien, saat itu PN
berkoordinasi dengan dokter DPJP untuk memindahkan klien
ke ruang perawatan IMC yang biaya kamarnya lebih murah.
Saat itu kondisi pasien sudah layak untuk pindah IMC. Terkait
dengan biaya perawatan, PN sudah berkoordinasi dengan
bidang keuangan, dan bidang keuangan memberikan solusi
dengan klien membayar tunggakan 3 bulan BPJS tersebut, dan
setelah lunas, pasien dapat menggunakan asuransi BPJS di
Rumah Sakit.
4) Emphaty
PN tidak berusaha menyalahkan klien, dengan empati PN
berusaha memahami kondisi pasien pada saat itu. Dengan
penuh perhatian PN memberikan edukasi ke klien, pentingnya
untuk rutin membayar iuran BPJS sehingga apabila ke depan
pasien membutuhkan tindakan emergency pasien mampu
menggunakan asuransi BPJS
5) Tangible
Pada hari yang sama pasien langsung mendapatkan biaya sewa
kamar lebih murah, dengan pindah IMC dan tanggal 28/01/21
setelah pasien membayar tunggakan BPJS pasien bisa
menggunakan hak BPJS untuk klaim biaya perawatan selama
di Rumah Sakit. Klien berterimakasih atas bantuan dan solusi
yang diberikan perawat.
b. 28/01/21
Tgl 28/01/21 Pasien Bp. S mengeluh tidak bisa BAB sejak masuk tgl
24/01/21. Pasien mengeluh perut tidak nyaman, ingin BAB. Pasien
ingin BAB di kamar mandi, tetapi pasien masih harus bedrest.
1) Responsivness
Pagi itu Anna sebagai PP pasien segera menanggapai
kebutuhan klien akan kesulitan BAB. Saat itu Anna
menawarkan pada pasien apakah pasien bersedia untuk
massage abdomen untuk mengatasi kesulitan BAB. Saat itu
pasien bersedia. PP segera berkoordinasi dengan PN pasien
Noferiana untuk melakukan massage abdomen.
2) Realibility
Setelah PP berkoordinasi dengan PN, PN kontrak waktu
dengan pasien untuk melakukan massage abdomen saat mandi
sore. Pasien bersedia.
3) Assurance
Sebelum tindakan, PN menjelaskan tujuan, waktu, dan
prosedur tindakan massage abdomen. Dengan edukasi yang
cukup, pasien menjadi lebih percaya dan bersedia.
4) Emphaty
PP dan PN memahami akan kebutuhan dasar klien yang tidak
bisa di abaikan. Bentuk empati perawat adalah dengan
mendengarkan kebutuhan klien, segara member tanggapan dan
member solusi.
5) Tangible
Pada hari yang sama pasien langsung mendapatkan massage
abdomen, dan pasien mengatakan perut lebih nyaman. Pasien
merasa puas dengan pelayanan perawat yang cepat dan
tanggap.

B. Pembahasan yang dikaitkan dengan jurnal-jurnal hasil penelitian


1. Pembahasan timbang terima
Timbang terima merupakan komunikasi yang dilakukan perawat saat
pergantian dinas. Masing-masing perawat berperan sesuai dengan
kewenangan dan tanggung jawab masing-masing. Profesionalisme
pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat ditingkatkan melalui
pengoptimalan peran dan fungsi perawat khususnya pelayanan
keperawatan mandiri [ CITATION Nin171 \l 1033 ]. Berdasarkan definisi
timbang terima, maka penting bagi perawat untuk melakukan timbang
terima setiap pergantian shift jaga. Tujuan dari timbang terima ini adalah
menyediakan waktu, informasi yang akurat tentang rencana keperawatan,
terapi, kondisi terbaru dan perubahan yang akan terjadi dan antisipasinya
(Nursalam, 2014). Maka agar tercapai tujuan tersebut, perawat wajib
melengkapi dokumentasi asuhan agar informasi yang diberikan menjadi
akurat dan lengkap.
Pada proses klinik di ruang ICU, beberapa kendala pada saat timbang
terima adalah:
a. Waktu
Apabila harus sesuai dengan teori yang ada maka proses timbang
terima di ruang ICU akan memakan waktu yang lebih lama. Pasien
yang ada di ruang ICU adalah pasien dengan kondisi kompleks dan
mayoritas telah menjalani perawatan berhari – hari. Pada
prakteknya pelaporan timbang terima di ruang ICU dibuat singkat
namun jelas agar waktu timbang terima tidak terlalu panjang.
b. Dokumentasi asuhan yang belum dilengkapi

Dokumentasi merupakan bagian dari asuhan yang sangat penting


sebagai bentuk komunikasi antar perawat. Ketika dokumentasi
tidak lengkap, maka pada saat proses timbang terima, bisa terjadi
miss communication. Solusinya adalah melengkapi dokumentasi
dan pemantauan asuhan sebelum melakukan timbang terima,
sehingga informasi yang akan disampaikan tidak terlewat.
Hubungan dokumentasi dan timbang terima didukung dengan
jurnal Nindi, Mendur, & Marentek (2017), terdapat hubungan
antara timbang terima dengan kinerja perawat dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan di Instalasai Rawat Inap
Anggrek 3 RSUP Prof. Dr. R. D Kandao Manado.

c. Penguasaan pasien
Ketika proses timbang terima dengan katim selanjutnya, idealnya
katim telah melakukan post conference dengan anggota timnya.
Namun, terkadang kendala waktu dan tenaga, katim belum sempat
melakukan post conference dengan efektif sehingga informasi yang
disampaikan belum lengkap dan optimal.

Secara keseluruhan, proses timbang terima merupakan proses yang biasa


dilakukan oleh perawat. Proses timbang terima merupakan proses yang
pasti akan dilakukan setiap pergantian shift. Selain itu, metode
keperawatan yang diterapkan oleh suatu ruangan akan berpengaruh pada
proses timbang terima suatu ruang keperawatan. Menurut jurnal
Nopriyanto & Haryati (2017), dalam pelaksanaan timbang terima antar
shift dengan metode tim kecenderungan pelaksanaan sudah sesuai langkah,
hambatan dalam proses timbang terima adalah manajemen waktu dalam
pelaksanaan serta mengubah pola timbang terima antar shift dilapangan.
Pada prinsipnya, proses timbang terima ini harus bersifat fleksible asalkan
tujuan dari timbang terima ini tercapai dan optimal.

2. Pembahasan pre post conference


Pengaruh pelaksanaan pre dan post conference terhadap
pendokumentasian asuhan keperawatan oleh Fitrianola Rezkiki, Wiwit
Febrina & Devi Anggraini
a. Problem
Penelitian ini menggunakan desain preeksperimental dengan
rancangan pre-post test dalam satu kelompok (One-Group Pretest-
Posttest design). Populasi pada penelitian ini adalah perawat yang
berjumlah 33 orang dimana dijadikan keseluruhannya sebagai
sampel total sampling
b. Intervention
Pada penelitian ini mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan
cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek di
observasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi
setelah dilakukan intervensi. Dalam one group pretest-postest design
adalah mengukur apa yang terjadi pada kelompok percobaan sesuai
dengan kondisi awalnya sebelum eksperimen (pre-test) dan
perbedaan yang tampak diakhir eksperimen (post-test) tanpa
kelompok kontrol.
c. Comparation
Jurnal “Pengaruh Pelaksanaan Pre Dan Post Conference Terhadap
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan”
Hasil:
Terdapat perbedaan rerata nilai kelengkapan dokumentasi sebelum
dan sesudah dilakukan pre dan post conference yaitu 75,2% dan
95,2%. Dengan standar deviasi 7,569 dan nilai p-value 0,000.
Artinya adanya pengaruh dilakukan pre dan post conference pada
Dokumentasi Asuhan Keperawatan.
Jurnal “Evaluasi Operan, Pre Post Conference Supervisi Dan Kinerja
Perawat Di Rsu Haji Makassar”
Hasil:
hasil analisis uji chi square diperoleh nilai p value 0,004 (p <0,05)
artinya terdapat hubungan yang signifikan antara Evaluasi Operan
dengan kinerja perawat, kemudian hasil uji chi square diperoleh nilai
p value 0,004 (p<0,05) dengan demikian terdapat hubungan yang
signifikan antara Evaluasi pre conference dengan kinerja perawat
dalam melaksanakan asuhan keperawatan.selanjutnya uji chi square
diperoleh p value 0,015 (p<0,05) yang artinya terdapat hubungan
yang bermakna antara evaluasi post conference dengan kinerja
perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Dan hasil uji
statistik dengan chi square diperoleh nilai p = 0.508 (p<0,05). Hal ini
berarti tidak ada hubungan antara evaluasi supervisi dengan kinerja
perawat dalam asuhan keperawatandi RSUD Haji Provinsi Sulawesi
Selatan.
Berdasarkan hasil penelitian pada jurnal pertama yang dilakukan
pada 10 status yang ada di ruang Interne solok diperoleh 4 status
dengan kelengkapan 100% sedangkan 6 status lain nya mengalami
peningkatan kelengkapan. Ketidak lengkapan masih terjadi disemua
point penilaian, tetapi sudah jauh menurun. Sedangkan hasil
penelitian pada jurnal kedua Dalam penelitian ini juga terdapat
beberapa responden dalam penerapan pre conference dengan kinerja
baik dan ada pula yang dinyatakan kinerja kurang. Banyak factor
yang mempengaruhi hal ini salah satunya yaitu masa kerja dan
pengalaman kerja dari perawat pelaksana yang kurang dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pasien.
d. Outcome
Dari hasil penelitian diatas terdapat pengaruh pelaksanaan pre dan
post conference terhadap dokumentasi asuhan keperawatan dan
hubungan yang signifikan antara evaluasi pre conference dengan
kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
Pelaksanaan pre dan post conference di ruang ICU rumah sakit panti rapih
secara umum sudah berjalan dengan baik, dimana dalam setiap shift ketua
TIM dan perawat pelaksana dapat menjalankan program-program yang
sudah di siapkan dan pada akhir shift perawat pelaksana memberikan
laporan perkembangan sehubungan dengan program-program yang sudah
dijalankan. Namun sebagai evaluasi secara umum terkadang ada program
yang tidak dioperkan dengan baik dari perawat pelaksana kepada ketua
TIM, sehingga perlu melakukan klarifikasi ulang sehingga membuang
waktu yang mungkin bisa digunakan untuk melakukan evaluasi
perkembangan pasien. Sehingga kedepannya perlu untuk selalu di review
pre dan post conference ini sehingga setiap perawat yang terlibat dalam
pemberian asuhan kepada pasien mempunyai persepsi yang sama dan
perlunya supervisi baik melalui kepala ruang secara langsung maupun oleh
perawat primer.

3. Pembahasan ronde keperawatan


Rumah Sakit merupakan suatu sarana kesehatan yang menyelenggarakan
kegiatan pelayanan kesehatan. Dalam rangka meningkatkan kualitas jasa
kesehatan, kualitas pelayanan, dan kepuasan pasien menjadi indikator
keberhasilan penyelenggaraan pelayanan di rumah sakit. Ronde
keperawatan menurut Nursalam (2015) merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilakukan
oleh perawat disamping melibatkan pasien untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu dilakukan oleh
perawat primer dan atau konselor, kepala ruangan, perawat associate yang
perlu juga seluruh anggota tim kesehatan. Dalam praktik klinik lapangan
kami sudah menjalankan proses ronde keperawatan terhadap pasien yang
menjadi asuhan kami Bp. S pasien dengan masalah keperawatan yang
kompleks, dan memerlukan keterlibatan keluarga dan tim kesehatan lain
dalam menangani atau menyelesaikan masalah yang dihadapi Bp. S.
Dalam melakukan ronde keperawatan dilapangan kami menemukan
hambatan atau kendala karena kesulitan dalam mencocokkan dengan
jadwal dokter yang merawat dan dengan tim kesehatan lain maka, dengan
ini kami berkolaborasi dengan perawat ahli dalam proses ronde
keperawatan ini. Dalam ronde keperawatan ini selain pasien kami juga
melibatkan anak dan istri pasien, karena dalam hal ini anak pasien sangat
berperan penting dalam kemajuan status kesehatan pasien dan kasus yang
sama tidak terulang kembali. Dari ronde keperawatan yang telah kami
lalui kami mendapatkan solusi dan komitmen bersama antara pasien,
anak, dan istri pasien. Selain itu kami dapat menemukan solusi terbaik
untuk masalah- masalah keperawatan yang dihadapi pasien sekarang.
Pelaksanaan ronde keperawatan juga akan melatih perawatan dalam
berfikir kritis dan meningkatkan ketrampilan perawat perawat
mengembangkan proses dan keterampilan untuk memfasilitasi otonomi,
pengambilan keputusan, hubungan tim yang efektif serta status
professional selain itu dengan ronde keperawaan dapat meningkatkan
kepuasan pasien. Hal tersebut sejalan dengan jurnal
Rohita, Tita dan Krisna,Yetti (2017) dengan judul jurnal
Peningkatan Kualitas Pelayanan Keperawatan Melalui Ronde dan
Pendokumentasian mengatakan bahwa Pelaksanaan ronde keperawatan
merupakan strategi yang efektif untuk melakukan perubahan dalam
melakukan perawatan kepada pasien. Ronde keperawatan yang dilakukan
dinilai efektif untuk meningkatkan pengetahuan perawat, serta
menunjukan bahwa kepala ruangan, ketua tim dan perawat menyadari
tentang pentingnyapelaksanaan ronde keperawatan bagi perawat dan
pasien di ruangan. Ronde keperawatan akan meningkatkan keterampilan
dan pengetahuan perawat serta bermanfaat dalam membantu
mengembangkan keterampilan keperawatan. Selain itu juga dengan
adanya ronde keperawatan akan menguji pengetahuan perawat. Melalui
ronde keperawatan, evaluasi kegiatan, rintangan yang dihadapi oleh
perawat atau keberhasilan dalam asuhan keperawatan dapat dinilai. Ronde
keperawatan juga meningkatkan kepuasan pasien. Demikian pembahasan
ronde keperawatan dibandingkan dengan teori dan evidence base atau
jurnal.

4. Pembahasan layanan prima


Pelayanan dan asuhan keperawatan terhadap pasien merupakan bentuk
pelayanan profesional yang bertujuan membantu pasien memulihkan dan
meningkatkan kemampuan dirinya, tindakan perawat dilakukan secara
komprehensif dan berkesinambungan. Pemberian pelayanan agar bisa
memberikan kepuasan pasien yang dapat dinilai dari kemampuan perawat
dalam hal responsiveness (cepat tanggap), reliability (pelayanan tepat
waktu), assurance (sikap dalam memberikan pelayanan), emphaty
(kepedulian dan perhatian dalam memberikan pelayanan) dan tangible
(mutu jasa pelayanan) dari perawat ke pasien. Rekomendasi sebagai
perawat dalam menjalankan peran dalam melaksanakan asuhan
keperawatan di pelayanan kesehatan agar menjadikan salah satu aspek
monitoring evaluasi dalam upaya meningkatkan kinerja perawat. Dalam
praktik manajemen di lapangan yang telah kami lalui pasien dan keluarga
puas dengan asuhan yang telah kami berikan. Dalam pelaksanaan
pelayanan prima pada Bp. S, kami memberikan layanan discharge
planning sejak pasien masuk, selama dirawat selain itu untuk pemenuhan
kebutuhan dasar pasien sehubungan dengan tidak dapat BAB kurang lebih
4 hari dirawat kami memberikan pelayanan komplementer massage
abdominal, dengan harapan kebutuhan dasar pasien akan eliminasi
defekasi terpenuhi. Pemberian layanan prima kapada pasien dan keluarga
secara responsiveness (cepat tanggap), reliability (pelayanan tepat waktu),
assurance (sikap dalam memberikan pelayanan), emphaty (kepedulian dan
perhatian dalam memberikan pelayanan) dan tangible (mutu jasa
pelayanan) dari perawat ke pasien akan menimbulkan kenyamanan dan
kepuasan dari pasien, hal ini selaras dengan jurnal Journal Of Health
Science (Jurnal Ilmu Kesehatan), yang berjudul Pelayanan Prima Perawat
Berdasarkan Persepsi Pasien di Ruang Rawat Inap Talaga Bodas
(Penyakit Dalam Pria Kelas 3) Rumah Sakit Tingkat II 03.05. 01 Dustira
Cimahi 2019, pentingnya menerapkan pelayanan prima kepada perawat
agar perawat dapat mengetahui cara memberikan pelayanan optimal
sehingga pasien merasa puas terhadap pelayanan yang telah diberikan.
Saran penelitian diharapkan menjadi landasan untuk menerapkan
pelayanan prima (Ability, Attitude, Appearance, Attention, dan Action)
kepada perawat yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan serta
kepuasan pasien dan diharapkan untuk penelitian selanjutnya
dihubungkan dengan kepuasan pasien dan faktor lain dalam aspek pasien.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan kegiatan manajemen keperawatan di ruang ICU selama 2
hari, maka di simpulkan bahwa kegiatan timbang terima, pre post conference,
ronde keperawatan dan layanan prima sudah dilaksanakan dengan baik oleh
perawat dengan baik namun terdapat beberapa kendala mengenai waktu yang
lama bila harus ada klarifikasi sebab tidak lengkap dalam pelaporan karena
perawat yang kurang memahami keadaan pasien. Manajemen keperawatan
dalam hal ronde keperawatan juga sangat membantu pasien dalam pemberian
asuhan keperawatan yang komprehensif dan bisa membuat perawat semakin
kompeten dalam berfikir kritis dan memutuskan solusi terbaik bagi pasien
bersama keluarga pasien dan perawat ahli sebagai konselor, selain itu
pemberian pelayanan prima kepada pasien juga sngat di butuhkan pasien
untuk memberikan kenyamanan dan kepuasan pasien sehingga pasien bisa
menjalankan rawat inap dengan tenang dan memiliki motivasi untuk segera
sembuh. Seluruh proses keperawatan akan efektif ketika perawat memiliki
kemampuan manajerial yang baik, baik dalam memberikan asuhan maupun
dalam layanan.

B. Saran
1. Bagi perawat untuk bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin saat
melakukan timbang terima, pre post conference dan ronde keperawatan
2. Ronde keperawatan memberikan hasil yang baik dan mendapat ulasan
positif dari pasien, sehingga pelaksanaan ronde keperawatan bisa menjadi
bahan pertimbangan untuk dilakukan secara kontinyu dan rutin
3. Tetap menjalankan layanan prima bagi pasien agar pasien menjadi
nyaman dan lebih cepat sembuh

DAFTAR PUSTAKA

Aitken, L., Burmeister E., Clayton S. (2010). The impact of nursing rounds on the
practice environment & nurse satisfaction in intensive care: pre-test post
test comparative study. International Journal of Nursing Studies. Page
918-925.

Astar, F., Tamsah, H., & Kadir, I. (2018). Pengaruh asuhan keperawatan terhadap
kepuasan pasien di Puskesmas Takalala Kabupaten Soppeng. Journal Of
Management, 34 - 36. Retrieved from
https://www.journal.stieamkop.ac.id/index.php/yume/article/view/231/123

Clament, I. (2011). Management Nursing services and education. Edition 1. India:


Elsevier.

Hoffart, N., & Woods, C. Q. (1996). Elements of a nursing professional practice


model. Journal of Professional Nursing, 12(6), 354-64.

Islamy, Abidin, Andri, & Arisanti. (2019) Implementasi Model Praktik


Keperawatan Profesional Di RSUD Kota Baubau2019. Dinamika
Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan 10(1), 171-186
Keliat, Budi Anna., & Akemat. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional
Jiwa. Jakarta : EGC.
Kusnanto. (2019). Perilaku caring perawat professional. Surabaya: Pusat
Penerbitan dan Percetakan Universitas Airlangga.
Mugianti,S.
(2016).ManajemenKepemimpinandalamPraktekKeperawatan.Kementri
anKesehatan Republik Indonesia:Jakarta.
Nindi, E., Mendur, F., & Marentek, D. L. (2017). Hubungan pelaksanaan timbang
terima dengan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan
keperawatan di instalasi rawat inap anggrek 2 RSUP Prof DR. R. D.
Kandou Manado. Journal Of Community & Emergency, 67 - 68. Retrieved
from https://ejournal.unpi.ac.id/index.php/JOCE/article/view/166

Nopriyanto, D., & Hariyati, R. S. (2017). Optimalisasi pelaksanaan timbang


terima dalam metode asuhan keperawatan dengan model TIM : Pilot Study.
Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of Holistic Healthcare),, 15. Retrieved
from
http://www.ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/holistik/article/download/11
8/63

Nursalam.(2014). ManajemenKeperawatan : Aplikasi dalam Praktik


KeperawatanProfesionalEdisi 4.Jakarta :SalembaMedika.
Nursalam. (2015). Manajemen keperawatan: aplikasi dalam praktik keperawatan.
Salemba Medika: Jakarta.

Nursalam. (2016). Menejemen keperawatan aplikasi dalam praktek . Jakarta:


Salemba Medika.

Pratiwi, A & Muhlisin, A. (2008). Kajian penerapan model praktik keperawatan


profesional (mpkp) dalam pemberian asuhan keperawatan di rumah
sakit. Jurnal Kesehatan (1)1, 73-80
Purba, M. A. (2019). Evaluasi pelayanan yang diberikan oleh perawat dalam
sistem pemberian asuhan keperawatan di rumah sakit. Jurnal osf, 2 - 3.
Retrieved from https://osf.io/preprints/inarxiv/5ae24/

Reni Nursanti., (2015). Ronde Keperawatan. Jombang: Sekolah Tinggi Ilmu


Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.
Rezkiki, F., Febrina, W., & Anggraini, D. (2019). Pengaruh Pelaksanaan Pre Dan
Post Conference Terhadap Pendokumentasian Asuhan Keperawatan.
REAL in Nursing Journal (RNJ), 22 - 23. Retrieved from
https://ojs.fdk.ac.id/index.php/Nursing/article/view/485/116

Rohita, T., & Yetti, K. (2017). Peningkatan kualitas pelayanan keperawatan


melalui ronde dan pendokumentasian. Jurnal Keperawatan dan
Kesehatan, 51 -52. Retrieved from
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/JDK/article/view/3641/3164

Sitorus Ratna,.(2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit :


Penataan Struktur & Proses (sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di
Ruang Rawat. Jakarta : EGC
Tjiptono, F. & Diana, A. (2016). Kepuasan pelanggan: konsep, pengukuran dan
strategi. Yogyakarta: Andi Offset.

Wahyuni, T., Hasmin, & Mulat, T. C. (2018). Kompetensi merupakan parsial


mediator diklat terhadap MPKP di Rumah Sakit Puri Cinere. Journal of
Management, 108. Retrieved from
https://journal.stieamkop.ac.id/index.php/yume

Anda mungkin juga menyukai