Anda di halaman 1dari 34

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep MPKP

1. Pengertian MPKP

Ada sebagian ilmuwan berpandangan bahwa ilmu keperawatan sebagai


ilmu di awing-awang,atau hanya sebagian kebenaran yang dapat
dilaksanakan dan sebagai besar kebenaran diabaikan dalam ketidakjelasan.
fenomena sesungguhnya memang tidak ada alasan untuk membantanya,
karena masih ada suatu kondisi skepticism yang dialami oleh praktisi
keperawatan untuk menenegakkan kebenaran dari ilmu keperawatan
propesional (MAKP) sehingga terasa bermanfaatb bagi manusia. untuk itu
perlu adanya upaya meningkatkan pemahaman dan keyakinan para
ilmuwan dan praktisi keperawatan, mahasiswa keperawatan serta
masyarakat tentang kebenaran ilmu keperawatan seperti
MPKP(Suni,Arsad 2018).

Walaupun sebagian imuwan menyebutkan bahwa ilmuwan menyebutkan


bahwa ilmu keperawatan sebagai ilmu di awang-awang atau hanya
sebagian kebenaran yang dapat dilaksanakan,namun secara factual melalui
tinjauan filsafat keilmuan dengan pendekatan aksiologi,ternyata ilmu
keperawatan merupakan suatu kebenaran yang dapat dibuktikan secara
asal mula, kebenaran mengungkap,kebenaran memadang, kebenaran
bentuk, kebenaran isi, serta kebenaran konsep dan teori. dengan demikian,
ilmu keperawatan sesungguhnya suatu kebenaran dengan manfaat yang
terus berkembang berdasarkan hasil pengujian dan pembuktian ilmiah
dalam meningkatkan kesehatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan bagi
manusia melalui penerapan model praktek keperawatan propesional
(MPKP ).

MPKP merupakan suatu metode praktek keperawatan dengan ciri praktik


yang didasari oleh keterampilan intelektual dan teknikal interpersonal. hal
ini dilakukan dengan metode asuhan keperawatan yang dapat
dipertanggung jawabkan secara alamiah.MPKP merupakan suatu sistem
yang memungkinkan perawat propesional untuk, mengatur pemberian
asuhan keperawatan, termasuk lingkungan untuk menunjang pemberian
asuhan tersebut.

Sitorus dan panjaitan(2011) menyatakan bahwa model praktik


keperawatan propesional(MPKP) merupakan penataan struktur dan proses
sistem pemberian asuhan keperawatan pada tingkat ruang rawat, sehingga
memungkikan pemberian asuhan keperawatan propesionl. sementara itu,
hoffart dan woods(1996) menyatakan bahwa MPKP adalah merupakan
suatu sistem(struktur,proses,dan nilai-nilai propesional) yang
memungkinkan perawat propesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan,termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan
tersebut,yang terdiri atas lima subsistem berikut.

1. Nilai-nilai propesional yang meliputi ekonomi, kesimambungan


asuhan dan belajar sepanjang hayar untuk menopang praktik ilmu
yang bermutu

2. Pendekatan manajemen menunjukan bahwa pada MPKP, pembuatan


keputusan untuk klien adalah pada manajer asuhan klinik atau
perawat primer(PP). kepala ruangan rawat berperan sebagai
fasilitator atau mentor.

3. Pemberian asuhan keperawatan pada umumnya menggunakan


metode keperawatan primer.

4. Hubungan propesional memungkinkan hubungan kolaborasi


konsultasi antartim,dan koferensi antartim untuk penyelesaian
konflik.

5. Sistem kompensasi dan penghargaan memungkinkan perawat


mendapatkan kompesasi dan penghargaan sesuai dengan sifat
layanan yang professional. penghargaan dapat juga berupa
keberadaan perawat sebagai seorang ahli atau spesialis.

2. Manfaat MPKP

Model praktik keperawatan vokasional adalah metode penugasan


keperawatan fungsional. namun, dalam perkembangan ilmu keperawatan
model praktik keperawatan ini tidak sesuai lagi dan terus berubah sesuia
dengan tuntunan propesionalitas pelayanan, salah satunya adalah model
praktik keperawatan professional(MPKP)(Suni,asrad 2018).

Pemanfaatan pengetahuan dibidang ilmu keperawatan, menjadi faktoe


penting dalam pertimbangan penggunaanya. hal ini berguna untuk perilaku
pemberian pelayanan dan penetapaan keputusan tindakan keperawatan.
dalam hal ini, ilmu keperawatan harus menjadu pertimbangan sebelum
menetapkan suatu kontribusi keputusan dalam pelayanan kesehatan.
dengan demikian,dapat disimpulkan bahwa ilmu keperawatan merupakan
sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia untuk proses pencapaian
derajat kesehatan, kebahagiaan,dan kesejahteraan umat manusia,baik yang
sehat maupun yang mengalami masalah kesehatan atau sakit(Suni,asrad
2018).

hoffart dan woods (1996) menyatakan bahwa penerapan MPKP


dikembangkan berdasarkan kegiatan keperawatan yang terdiri dari lima
pilar utama, yaitu management approach compensatory reward fissional
relationship, professional value, dan patient care delivery system.
pemanfaatan MPKP melalui pendekatan lima pilar tersebut akan mampu
mendukung pengaturan dan keteraturan pelayanan keperawatan tepat,
mencakup empat aspek. pertama,bermanfaat bagi orang yang mendalami
ilmu keperawatan dengan bertambahnya pengatuhan pemahaman, dan
kesadaran atas realita pelayanan keperawatan. kedua, bermanfaat bagi ilmu
keperawatan itu sendiri. ketiga, bermanfaat bagi skala ruang yang lebih
untuk masyarakat. keempat, bermanfaat bagi skala waktu yang lebih
panjang(Suni,Asrad 2018).
Pada dasarnya MPKP bermanfaat untuk memperbaiki mutu pelayanan
keperawatan. hal ini tidak terlepas dari nilai etika, estetika, dan moral para
praktiksi keperawatan dalam memperkirakan kemungkinan- kemungkinan
yang dapat terjadi,serta hal-hal yang akan terjadi bila peraturan dan
keteraturan pelayanan keperawatan tidak diperbaiki dan dikembangkan.
adapun beberapa komponen penting yang perlu dikembangkan untuk
menunjang keteraturan pelayanan yang berkuatas anatara lain.

1. Mutu asuhan keperawatan

2. Manajemen SDM keperawatan

3. Tersedia lingkungan mendidik tenaga keperawatan

4. Daya tarik untuk bekerja secara propesional

5. Pemanfaatan tenaga keperawatan

3. Pendekatan Manajemen Di Ruang MPKP

Model praktik keperawatan masyarakat sebagai pilar praktik


professional.proses manajemen harus dilaksanakan dengan disiplin untuk
menjamin pelayanan yang diberikan kepada klien atau keluarga secara
professional. di ruang MPKP pendekatan manajemen diterapkan dalm
bentuk proses manajemen yang terdiri dari perencanaan (planning),
perorganisasian (organizing), pengarahan(directing) dan
pengendalian(controlling)(Suni,Asrad 2018).

1. Perencanaan

Marquis dan Huston(2010) bahwa hierarki dalam perencanaan menyebutkan


terdiri dari perumusan visi,misi,filosofi,peraturan,kebijakan,dan prosedur.
kegiatan perencanaan yang dipakai diruang MPKP terdiri dari rencana
jangka panjang,rencana jangka menengah, dan rencana jangka pendek.
khusus untuk perencanaan jangka pendek meliputi rencana kegiatan
harian,bulanan,dan tahunan.
2. Perorganisasian

Perorganisasian kegiatan dan tenaga perawat diruang MPKP menggunakan


pendekatan sistem penugasan modifikasi keperawatan tim primer. secara
vertical, perorganisasian ini terdiri dari kepala ruangan,ketua tim,dan
perawat pelaksana, setiap tim bertanggung jawab terhadap sejumlah klien.

3. Pengarahan

Marquis dan Huston (2010) menyatakan bahwa dalam pengarahan.


pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu dikelola,jika peril
dilakukan pendelegasian, untuk memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh
staf,seorang manejer harus melakukan beberapa upaya antara lain.

a. Menciptakan iklim motivasi

b. Mengelola waktu secara Efisien

c. Mendemostrasikan keterampilan komunikasi yang terbaik

d. Mengelola Komplik dan memfasilitasi kolaborasi

e. Melaksanakan sistem pendelegasian dan supervise

f. Melakukan negosiasi

4. Pendelegasian

Keliat dan Akemat (2010) memaparkan langkah-langkah yang harus


dilakukan dalam pengendalian antara lain.

a. Menetapkan standar dan metode pengukuran prestasiu kerja

b. Melakukan pengukuran prestasi kerja

c. Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar

d. Mengambil tindakan korektif

Pada model praktik keperawatan professional (MPKP) kegiatan


pengendalian diterapkan dalam bentuk kegiatan pengukuran berikut.
a. Indikator mutu umum,yang terdiri dari:

1) Bed Occupancy Rate(BOR)

2) Averrage length of Stay (ALOS) ,dan

3) Turn Over Interval (TOI)

b. Indikator mutu rumah sakit ,yang terdir dari:

1) Kasus cedera, dan

2) Infeksi Nasokomial

c. Kondisi klein,yang terdiri dari:

1) Audit dokumentasi asuhan keperawatan

2) Kepuasan klien dan keluarga, serta

3) Penilaian kemampuan klein dan keluarga.

d. Kondisi sumber daya manusia ,yamg terdiri dari

1) Kepuasan tenaga kesehatan seperti perawat dan dokter,serta

2) Penilaian kinerja perawat

4. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan praktik


keperawatan langsung pada klien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan
yang pelaksanaanya berdasarkan kaidah profesi keperawatan dan
merupakan inti praktik keperawatan. penerapan asuhan keperawatan melalui
pendekatan proses keperawatan merupakan wujud nyata tanggung jawab
dan tanggung gugat perawat professional perawar terhadap klien yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas layaanan keperawatan klien. Saurli
dan Bahtiar (2009) menyatakan bahwa proses keperawatan adalah suatu
metode yang sistematis dan ilmiah yang digunakan perawat untuk
memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai atau mempertahankan keadaan
biologis,psikologis,social,dan spiritual yang optimal. hal ini dilakukan
melalui tahap pengkajian,identitas diagnosis keperawatan, penentiuan
rencana keperawatan, dan evaluasi tindakan keperawatan.(Suni,Asrad
2018).

1. Metode Tim

Metode keperawatan tim berkembang pada awal tahun 1950-an. ketika itu,
berbagai pemimpin keperawatan memutuskan bahwa pendekatan tim dapat
menyatukan perbedaan kategorin perawat pelaksana, serta sebagai upaya
untuk menurunkan masalah yang timbul akibat penggunaan model
fungsional. pada model tim, perawat bekerja sama memberikan asuhan
keperawatan untuk sekelompok klien dibawah arahan/pimpinan seorang
perawat professional (marquis dan huston2010)(Suni,Asrad 2018).

Douglas (1992) dalam sitorus dan panjaitan (2011) menyatakan bahwa


metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, dengan
seorang perawat professional memimpin sekelompok tenaga keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok klien, melalui
upaya kooperatif dan kolaboratif. metode tim didasari pada keyakinan
bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam
merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga pada
perawat timbul motivasi dan rasa tanggung jawab yang tinggi, yang
berdampak pada peningkatan mutu asuhan keperawatan.

Metode tim merupakan pengorganisasian pelayanan asuhan keperawatan


dengan menggunakan tim yang terdiri dari kelompok klien dan kelompok
perawat. kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berizasah minimal D-3
keperawatan dan berpengalaman kerja, serta memiliki pengetahuan
dibidangnya. pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh ketua tim
bertanggung jawab untuk mengarahkan anggota timnya. dalam hal ini,
ketua tim bertugas memberi pengarahan dan menerima laporan kemajuan
pelayanan keperawatan klien, serta membantu anggota tim dalam
meyelesikan tugas apabila mengalami kesulitan. selanjutnya, ketua tim
melaporkan kepada kepala ruang tentang kemajuan pelayanan asuhan
keperawatan terhadap klien.

Dibawah pemimpin perawat profesional, kelompok perawat dapat bekerja


bersama untuk memenuhi kewajuban sebagai perawat fungsional.
penugasan terhadap klien dibuat untuk tim yang terdiri dari ketua tim dan
anggota tim. model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota
kelompok memiliki kontribusi dalam merencanakan dan memberikan
asuhan keperawatan, sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab
bersama,yaitu mencapai kualitas asuhan keperawatan yang bermutu.
potensi setiap anggota tim saling melengkapi menjadi suatu kekuatan yang
dapat meningkatkan kemapuan kepemimpinan serta menimbulkan rasa
kebersamaan dalam setiap upaya dalam pemberian asuhan keperawatan.

Penerapan konsep tim sangat tergantung pada filosofi ketua tim,apakah


berorientasi pada tugas atau pada klien. perawat yang berperan sebagai
ketua tim bertanggung jawab untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan
semua klien yang ada didalam timnya dan merencanakan perawatan klien.
tugas ketua tim antara lain mengkaji anggota tim saling melengkapi
menjadi suatu kekuatan yang dapat meningkatkan kemampuan
kepemimpinan serta menimbulkan rasa kebersamaan dalam setiap upaya
dalam pemberian asuhan keperawatan.

penerapan konsep tim sangat tergantung pada filosofi ketua tim apakah
berorientasu pada tugas atau pada klien. perawat yang berperan sebagai
ketua tim bertanggung jawab untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan
semua klien ada di dalam timnya dan merencanakan perawatan klien.
tugas ketua tim antara lain dan merencanakan perawatan klien,tugas ketua
tim antara lain mengkaji anggota tim.memberi arahan perawatan untuk
klien, melakukan pendidikan kesehatan, dan mengoordinasikan aktivitas
klien. terdapat beberapa elemen penting yang harus diperhatikan dalam
penerapan metode tim sebagai berikut:
a. Ketua tim diberi otoritas untuk membuat penugasan bagi anggota tim
dan mengarahkan pekerjaan timnya.

b. Ketua tim diharapkan menggunakan gaya kepemimpinan demokratis


atau partisipatif dalam berinteraksi dengan oanggota tim.

c. Tim bertanggung jawab terhadap perawatan total yang diberikan


kepada kelompok klien.

d. Komunikasi antara anggota tim sangat penting agar sukses dalam


menjalankan tugasnya

e. Komunikasi dapat dilakukan melalui pendokumentasian asuhan


keperawatan, yang meliputi penulisan data klien, merencanakan
tindakan keperawatan,laporan untuk dan dari ketua tim, pertemuan
untuk mendiskusikan kasus klien, dan umpan balik informasi di antara
anggota tim

Metode tim ini tidak terlepas dari kelebihan dan kekurangan adapun
kelebihan dalam penerapan metode keperawatan ini diuraikan sebagai
berikut

a. Dapat menfasilitasi pelayanan keperawatan secara komperhensif

b. Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan

c. Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk
belajar

d. Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal

e. Memungkinkan peningkatan kemapuan anggota tim yang berbeda-


beda

f. Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim dapat


menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara
keseluruhan, serta memberikan anggota tim perasaan bahwa ia
memiliki kontribusi terdapat hasil asuhan keperawatan yang berikan.
g. Menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat dipertanggung
jawabkan

h. Memberikan motivasi perawat untuk selalu bersama klien selama


bertugas

Sementara itu, kekurangan dalam penerapan metode tim ini dapat


diuraikam sebagi berikut

a. Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk melakukan koordinasi


dan supervise anggota tim, serta harus memiliki keterampilan yang
tinggi baik sebagai perawat manajer maupun perawat klink.

b. Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila


konsepnya tidak diimplementasikan dengan total

c. Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakan sehingga komunikasi antara anggota tim terganggu

d. Perawat yang belum terampil dan belum berpengealaman selali


tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu

e. Akuntabilitas dari tim menjadi kabur

f. Tidak efisensi bila dibandingkan dengan model fungsional karena


membutuhkan tenaga yang memiliki keterampilan

Secara ringkas tanggung jawab dari tiap komponen yang terlibat dalam
metode keperawatan tim meliputi tanggung jawab kepada ruang ketua tim
dan anggota tim diuraikan sebagai berikut.

a. Tanggung jawab kepala ruang meliputi

1. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuia dengan


standar asuhan keperawatan

2. Mengorganisasikan pembagian tim dan klien


3. Memberikan kesempatan pada ketua tim untuk mengembangkan
kepemimpinan

4. Menjadi narasumber bagi ketua tim

5. Mengorientasikan tegana keperawatan yang baru tentang metode


model tim dalam pemberian asuhan keperawatan

6. Memberi pengarahan mengenai seluruh kegiatan yang ada di


ruanganya

7. Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada


diruangannya

8. Memfalitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang


lainnya

9. Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di


ruangannya, lalu melakukan tindak lanjut.

10. Memotivasi staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset


keperawatan.

11. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua sraf.

b. Tanggung jawab tim meliputi:

1. Berkordinasi dengan kepala ruangan dalam pengaturan jadwal


dinas timnya.

2. Membantu perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangan yang


didelegasikan oleh kepala ruangan.

3. Melakukan pengkajian,perencanaan,pelaksanaan, dan evaluasi

4. Mengoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medis

5. Membantu penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan


bimbingan melalui konferensi
6. Mengavaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang
diharapkan dan mendokumentasikannya.

7. Memberikan pengarahan kepada perawat pelaksana tentang


pelaksanaan asuhan keperawatan

8. Menyelenggarakan konferensi

9. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainya dalam


pelaksanaan asuhan keperawatan

10. Melakukan audit atau supervise pelaksanaan asuhan keperawatan


yang menjadi tanggung jawab timnya

11. Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan

c. Tanggung jawab anggota tim meliputi

1. Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan

2. Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah


diberikan berdasarkan respon klien

3. Berpartisifasi dalam memberikan masukan untuk meningkatkan


asuhan keperawatan

4. Menghargai bantuan dan bimbingan ketua tim

5. Melaporkan perkembangan kondisi klien kepada ketua tim

6. Memberikan laporan
B. Konsep Sentralisasi Obat

1. Pengertian

Nursalam(2011) menyatakan bahwa sentralisasi obat adalah pengelolaan


obat bahwa seluruh obat yang berikan kepada pasien atau klien yang akan
diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat. salah satu peran perawat
yang perlu dilakukan dalam penerapan manajemen asuhan keperawtan
adalah pengawasan terhadap penggunaan dan komsumsi obat sebagai suatu
pola yang sistematis dengan alur yang jelas melalui kegiatan sentralisasi
obat. dengan demikian,penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol oleh
perawat, agar risiko kerugian baik secara material maupun non material
dapat dieliminasi(Suni,Asrad 2018).

Sentralisasi obat adalah pengelolaan dimana obat yang akan diberikan


kepada pasien diserahkan pengelola sepenunhya oleh perawat (Nursalam
2014).

Berikut beberapa alasan yang mendasari pentingnya dilakukan sentralisasi


obat antara lain:

1. Memberikan bermacam –macam obat urtuk pasien

2. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek ,padahal obat standar


yang lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektifitas dan
keamaan yang sama.

3. Meresepkan obat sebelum didiagnosa pasti dibuat hanya untuk mencoba

4. Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yang diperlukan.

5. Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya ,dan yang


akan membuang atau lupa untuk minum.

6. Memedan obat lebih lebih dari yang dibutuhkan ,sehingga banyak yang
tersisa sesudah batas kadaluarsa

7. Tidak menyediakan lemari es,, sehingga vaksi dan obat tidak efektif
8. Meletakkan obat yang tepat ditempat yang lembap,terkena cahaya, atau
panas

9. Mengeluarkan obat(dari tempat penyimpanan )terlalu banyak pada


suatu waktu sehingga dipakai lebih atau dicuri .

2. Tujuan Sentralisasi Obat

Secara umum,Nursalam (2011) menyatakan bahwa tujuan sentralisasi atau


pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan
menghindari pemborosan,sehingga kebutuhan asuhan keperawatan klien
dapat terpenuhi. lebih lanjut khusus sentralisasi obat antara lain
(Suni,Asrad 2018)

1. Mengelola obat klien dengan melakukan pemberian obat secara tepat


dan benar sesuia dengan prinsip eman benar,serta melakukan
pendokumentasian hasil pengelolaan

2. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman perawat primer dan


perawat associate dalam penerapan prinsip eman benar

3. Meningkatkan kepuasan klien dan kelurga atas asuhan keperawatan


yang diberikan

4. Meningkatkan kepercayaan klien dan kelurga atas asuhan keperawatan


yang diberikan

5. Meningkatkan kepatuhan klien terhadap program terapi(Suni,Asrad


2018)

3. Teknik Pengelolaan Obat (Sentralisasi )

Teknik sentralisasi obat yang dimaksud adalah prosedur pengelolaan semua


obat diberikan kepada klien di ruangan rawat inap diserahkan kepada
perawat. dalam hal ini, pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya
dilakukan oleh perawat(Suni,Asrad 2018).
Nursalam(2011) menyatakan bahwa tehnik sentralisasi obat adalah
pengelolaan obat bahwa seluruh obat yang diberikan kepada klien,baik obat
oral maupun obat injeksi, diserahkan sepenunhya kepada perawat.
pengelolaan dan pembagian obat tersebut dilakukan oleh perawat. dalam
hal ini, klien atau keluarga wajib mengetahui dan ikut serta dalam
mengontrol penggunaan obat tersebut prinsip enam benar(Suni,Asrad
2018).

1. Benar klien

Sebelum obat diberikan, identitas rute rectal harus diperiksa (papan


identitas di tempat tidur dan gelang identitas ) atau ditanyakan langsung
kepada klien atau keluarganya. jika klien tidak sanggup merespon
secara verbal, respon nonverbal dapat dipakai,misalnya klien
mengangguk jika klien tidak sangguo mengidentifikasikan diri akibat
gangguang mental atau kesadaran, perlu dicari cara identitas yang lain
seperti menanyakan langsung kepada keluargannya. sementara itu,bayi
harus selalu diindentitaskan dari gelang identitasnya(Suni,Asrad 2018).

2. Benar Obat

Obat memiliki nama dagang dan nama generic. setiap onat dengan
nama dagang yang asing (baru kita dengar namanya)harus diperiksa
nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama
generic atau kandungan obatnya. Sebelumnya memberikan obat kepada
klien, label pada botol atau kemasan harus diperiksa sebanyak tiga kali,
yaitu (a) Saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak
obat (b) Label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, dan (C)
Saat dikembalikan ke rak obat, jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak
boleh dipakai dan harus dikembalikan kebagian farmasi.jika klien
meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya kembali. saat
memberi obat, perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. ini
membantu mengingatkan nama obat dan kerjanya.

3. Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. jika ragu
perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau
apoteker sebelumnya dilanjutkan ke klien. jika klen meragukan
dosisnya perawat harus memeriksanya kembali. ada beberapa obat baik
ampul maupun tablet memiliki dosis yang berdeda tiap ampul atau
tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. misalnya
ondansentron 1 amp,dosinya 1 amp ondasentron dosisnya 4 mg, ada
juga 8 mg. adapula antibiotic 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial
500mg dalam hal ini, perawat harus tetap hati-hati dan teliti.

4. Benar Cara Rute

Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. factor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum
klien. kecepatan respon yang diingikan, sifat kimiawi dan fisik obat
serta tempat kerja yang diinginkan. pemberian obat dapat dilakukan
melalui beberapa cara berikut

a. oral

Rute oral adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak
dipakai karena ekonomis,nyaman,dan aman. obat dapat juga diabsorpsi
melalui rongga mulut (sublingual atau bukal ) seperti tablet.

b. Parenteral

Parenteral berasal dari bahasa yunani yaitu para berarti disamping dan
enteron berarti usus, jadi, parenteral berarti diluar usus atau tidak
melalui saluran cerna, melainkan melalui vena (per set per infuse )

c. Topikal

Topikal adalah pemberian obat melalui kulit atau membrane mukosa


contoh pemberian topical antara lain salep,losion, krim, semprot (spray)
dan tetes mata

d. Rektal
Obat dapat diberikan melaui rute rectal beberapa enema atau supositoria
yang akan mencair pada suhu badan. pemberian rectal dilakukan untuk
memperoleh efek local seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid
(anusol ), klien yang tidak sadat kejang (stesolid supp). pemberian obat
parekteral memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat
dalam bentuk oral, namun tidak semua obat disediakan dalam bentuk
supositoria.

e. Inhalasi

Inhalasi adalah cara pemberian obat melalui saluran pernapasan, saluran


napas memiliki epitel untuk absorpsi local pada salurannya misalnya
salbutomal (ventolin), combivent, berotec untik asma, atau dalam
keadaan darurat seperi oksigen

5. Benar Waktu

Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung


untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. jika
obat harus diminum sebelumnya makan, untuk memperoleh kadar yang
diperlukan maka harus diberikan satu jam sebelum makan. perlu diingat
bahwa pemberian antibiotic tidak boleh diberikan bersama susu karena
susu dapat mengikat sebagian besar obat sebelum dapat diserap, ada obat
yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang
berlebihan pada lambung seperti asam mefenamat(Suni,Asrad 2018).

6. Benar Dokumentasi

Setelah obat diberikan maka harus didokumentasikan, baik dosis, rute,


waktu, maupun orang yang memberikan obat tersebut, bila kien menolak
mwnimun obatnya atau obat itu tidak dapat diminum maka alasanya harus
dicatat dan dilaporkan(Suni,Asrad 2018).

4. Alur Sentralisasi
Alur pelaksanaan sentralisai obat dapat dilihat pada bagian
berikut(Suni,Asrad 20180).

DOKTER
koordinasi dengan perawat

KLIEN KELUARGA

FARMASI APOTEKER

KLIEN KELUARGA -Surat persetuan


sentralisasi obat dari
perawat

- lembaran serah
PP PERAWAT YANG MENERIMA
terima obat

- buku saku serah


terima masuk obat

PENGATURAN DAN PENGELOLAAN


OBAT OLEH PERAWAT

KLIEN KELUARGA

Sumber Nursalam 2011(Suni,Asrad 2018)

Bagan Alur sentralisasi obat

Dalam menjalakan alur sentralisasi obat, Mc. Mohan (1999) dalam


Nursalam (2011) menyatakan bahwa seorang manajer keperawatan
kesehatan dapat mendidik staf mengenai sentralisasi obat dengan cara
berikut :
a. Buat catatan mengenai obat-obatan yang sering dipakai, menjelaskan
penggunaan dan efek samping obat, lalu memberikan salinan obat kepada
semua staff

b. Tulis dosis yang tepat pada obat-obatan yang sering digunakan dan
mengantungnya di dinding.

c. Adakan pertemuan staf untuk membahas penyebab obat

d. Beri tahu kepada semua staf mengenai harga obat-obatan

e. Atur klien atau program dan membuat pembahasan mengenai satu jenis
obat setiap minggu pada waktu pertemuan staf

f. Sediakan satu dan lebih eksemplar buku farmakologi sederhana di


perpusatakaan(Suni,Asrad 2018).

5. Pengeluaran Dan Pembagian Obat.

Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.


sementara itu, penanggung jawab sentralisasi obat adalah kepala ruangan
yang secara operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjukan.
dalam prosesnya, keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol
penggunaan obat. berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pengeluaran dan pembagian obat menurut nursalam(2011)(Suni,Asrad
2018)

1. Penerimaan obat(Nursalam 2014)

a. obat yang telah diresepkan ditunjukan kepada perawat dan obat yang
telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat dengan
menerima lembar terima obat.

b. perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan


sediaan obat (bila perlu) dalam kartu control, serta
diketahui(ditandatangani ) oleh kelurga atau pasien dalam buku obat.
keluarga atau pasien selanjutnya mendapatkan penjelsan kapan atau
bilamanaobat tersebut akan habis, serta penjelasan tentang 5T ( jenis,
dosis,waktu, pasien dan cara pemberian ).

c. pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang


harus diminum beserta kartu sediaan obat.

d. obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat dalam


kotak obat (Nursalam 2014).

2. Pemberian obat

a. obat yang telah diterima untuk selajutnya disaliin dalam bentuk buku
daftar pemberian obat.

b. obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat


dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar
pemberian obat, dengan terlebih dahulu dicocokan dengan terapi
yang diintruksikan dokter dan kartu obat yang ada pada pasien.

c. pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam


obat,kegunaan obat,jumlah obat dan efek samping obat

d. usahakan tempat/wadah obat kembali ke perawat setelah


dikomsumsi pantau efek samping pada pasien.

e. sediaan obat selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala ruangan


atau petugas yang ditunjukan dan didokumentasikan dalam buku
masuk obat.

f. obat-obatan yang hamper habis akan diinformasikan kepada keluarga


dan kemudian dimintakan resep (jika masih perlu ditunjukan )
kepada dokter penanggung jawab pasien nursalam(2011) (Nursalam
2014)

3. Penambahan obat baru

a. bilaman terdapat penambahan atau perubahan jenis,dosis perubahan


alur pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan dalam
buku obat dan sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu sediaan
kartu obat.

b. pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja ) maka
dokumentasi hanya dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya
diinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat
(nursalam,2011).

4. Obat Khusus

a. obat dikategorikan khusu apabila sediaan memiliki harga yang cukup


mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup sulit ,memiliki
efek samping yang cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu
tertentu sewaktu saja.

b. pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu khusus obat,


dilaksanakan oleh perawat primer.

c. Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga :nama obat,


kegunaan obat,waktu pemberian obat,efek samping,penanggung
jawab, pemberian, dan wadah obat obat sebaiknya diserahkan kepda
atau ditunjjukan kepada keluarga setelah pemberian, usahakan
terdapt ada saksi saat pemberian obat. (nuesalam,2011). seorang
manejer keperawatan kesehatan dapat mendidik staf mengenai oba
dengan cara-cara berikut ini (Nursalam 2014):

1. membuat catatan mengenai obat-obatan yang sering dipakai,


jelaskan penggunaan dan efek samping, berikan salinan kepada
semua staf.

2. tuliskan dosis obat-obatan yang sering dipakai dan gantungkan


didingding.

3. adakan pertemuan staf untuk membahasa penyebab pemborosan


obat.

4. beritahu kepada staf mengenai harga bermacam-macam obat.


5. aturlah atau program diskusi dan bahaslah menganai satu jenis
setiap minggu pada waktu pertemuan staf.

6. taruhlag satu atau lebih ekslempar buku farmakologi sederhana


diperpustakaan(Nursalam 2014)

6. Menyimpan Persediaan Obat.

1. Memeriksa ulang atas kebenaran obat,jenis obat ,jumlah obat serta atiket
dan alamat pasien penyimpanan (persediaan obat)yang teratur dengan
baik merupakan bagian penting dari manajemen obat. obat yang diterima
dicacatat dalam buku besar perberian obat atau dalam kartu persediaan.

2. Sistem kartu persediaan Sebuah kartu pesediaan (kartu stok ) kadang-


kadang digunakan untuk menggantikan buku besar persediaan kartu ini
berfungsi seperti buku besar persediaan, yakni neraca diseimbangkan
dengan menambahkan barang yang diterima dan mengurangi dengan
jumlah barang yang dikeluarkan . dalam buku besar persediaan ,masing-
masing barang ditempatkan pada halaman yang terpissah tetapi dalam
sistem kartu persediaaan,masing-masing barang dituluskan dalam kartu
yang terpisah.

3. Lemari obat Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemari


obat pendingin. pereksa persediaan obat,pemisah antara obat untuk
penggunaan oral (untuk diminum),dan obat luar. perliu disediakan obat
khusu untuk obat-obatan yang mempunyai risiko salah,misalnya :

1. LASA(look alike sound alike )

2. Elektrolit konsentrasi tinggi

3. Obat jenis narkotika

Manajemen rumah sakit perlu dilengkapi dengan manajemen farmasi yang


sistematis karena obat sebagi salah satu bahan yang dapat menyembuhkan
penyakit tidak dapat diadakan tanpa sisrematik perencanaan tertentu.obat
harus dalam persediaan setiap rumah sakit sebagai bahan utama dalam
dalam rangka mencapai misi utamanya sebagai penyedia layanan kesehatan
(health provider). manajemen farmasi rumah sakit adalah seluruh upaya dan
kegiatan yang dilaksanakan dalam bidang farmasi salah satu penunjang
untuk tercapainya serta sarana didirikanya rumah sakit .upaya kegiatan ini
meliputi penetapan standar obat,perencanaan pengadaan obat, penyimpanan
dan pendistributor/saran informasi tentang obat ,dan pemantauan efek
samping(Nursalam 2014)

Faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam pelayanan kepada pasien


meliputi pelayanan yang cepat,ramah,disertai jaminan tersedianya obat
dengan kualitas yang baik .obat yang baik akan memberi manfaat kepada
kepada para pengguna dan juga bermanfaat dalam pengendaliaan biaya
rumah sakit. persediaan obat baik dari segi jenis maupun volume harus
selalu mencukupi kebutuhan tanpa ada efek samping seperti kadaluasa atau
rusak. tujuan manajemen obat adalah pengguna obat yang tepat untuk pasien
yang memerlukan pengobatan.obat obatan dikeluarkan dari dari tempat
penyimpanan oleh orang yang bertugas menangani persediaan obat kepada
bagian yang menggunakan obat itu. obat digunakan secara teratur dari
dalam jumlah yang diketahui, sehingga memungkinkan pemantauan
(observasi). dan pengawasan penggunaan obat. kegiatan yang dilakukan
dalam mengawasi pengeluaran obat akan memungkinakan mengetahui
kapan pemesanan ulang, mencocokan pemakaian obat dengan pengobatan
pasien,segara sadar atau ketidak cocokan dlam pemberian obat, memeriksan
perubahan pemakaian obat(Nursalam 2014).

Dalam hal ini, diperlukan sistem manajement obat yang bertujuan agar
penggunaan obat tepat untuk klien yang memerlukan pengobatan. obat-
obatan dikelurkandati temapat penyimpanan yang terkunci atau dari lemari
penyimpanan oleh orang yang bertugas menangani persediaan obat kepada
bagian yang menggunakan obat tersebut. obat yang digunakan secara teratur
dengan jumlah yang diketahui. hal ini memungkinkan pemantauan
(observasi ) dan pengawasan penggunaan obat. kegiatan yang dilakukan
dalam mengawasi pengeluaran obat akan memungkinkan perawat
mengetahui waktu untuk melakukan pemesanan ulang, mencocokan dalam
pemberian obat, dan memeriksa perubahan pemakaian obat (mc
mahon.1999 dalam nursalam )(Suni, Asrad 2018).

C. Konsep Kepuasan Pasien

1. Pengertian

MenurutTjiptono(2004), Kepuasan pasien merupakan perbandingan antara


kualitas jasa pelayanan yang didapat dengan keinginan, kebutuhan, dan
harapan.

Kepuasan didefinisikan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah


membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dengan harapannya,
kepuasan pelanggan merupakan tujuan utama pelayanan prima sehingga
setiap aparatur pelayanan berkewajiban untuk berupaya memuaskan
pelanggannya(Daryanto Dan Ismanto Setyabudi,2014)

Menurut Nursalam(2003) kepuasan adalah perasaan senang yang berasal


dari perbandingan antara kesenangan terhadap aktivitas dan suatu produk
dengan harapanyanya. kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa
seseorang yang muncul setelah membandingkan antara presepsi atau
kesannya terhadap kinerja atas hasil suatu produk dan harapan-harapannya

Oliver (dalam Koentrjoro,2007) mendefenisikan kepuasan adalah respon


seseorang terhadap dipenuhinya kebutuhan dan harapan. respon tersebut
merupakan penilaian seseorang terhadap pelayanan pemenuhan kebutuhan
yang melebihi kebutuhan dan harapan. kepuasan merupakn perasaan
senang yang dirasakan seseorang setelah membandingkan antara hasil
suatu prodeuk dengan harapan(Kolter 2005 Nur Hidayah 2014).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien

Menurut budiastuti(2002) mengemukakan dalam evaluasi kepuasan


terhadap jas pelayanan yang diterima mengacu pada beberapa factor yaitu

1. Kualitas produk dan jasa


Pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukan bahwa
produk atau jasa yang digunakan berkualitas. persepsi konsumen terhadap
kualitas jasa dan dipengaruhi oleh dua hal yaitu kenyataan kualitas produk
atau jasa yang sesungguhnya dan komunikasi perusahaan terutama iklan
dalam mempromosikan rumah sakitnya. dalam hal pelayanan dirumah
sakit klinis, yaitu komponen yang menyangkut pelayanan dokter dan jasa
yang di jual (lusa 2007)

2. Kualitas pelayanan

Kualitas pelayanan memegang peranan penting dalam industry jasa.


pelanggan dalam hal ini pasien akan merasa puas jika mereka memperoleh
pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan. mutu pelayana
kesehatan yang dapat menimbulkan tingkat kepuasan pasien dapat
bersumber dari factor yangyang relative sefesifik seperti pelayanan rumah
sakit, petugas kesehatan dan pelayanan yang ramah dan sopan,
kebersihan,kerapian kenyamanan dan keamanan ruangan serta kelengkpan,
kesiapan dan kebersuhab peralatan medis dan non medis (Marajabessy
2008).

3. Faktor emosional

Pasien yang merasa bangga dan yakin bahwa orang lain kagum terhadap
konsumen bila dalam hal ini pasien memilih rumah sakit yang sudah
mempunyai pandangan rumah sakit mahal, cenderung memiliki tingkat
kepuasan pasien yang lebih tinggi, selain itu, pengalaman juga
berpengaruh besar terhadap emosional pasien terhadap suatu pelayanan
kesehatan,perasaan itu meliputi senang karena pelayanan yang
menyenangkan, terkejut karena tak menduga mendapat pelayanan yang
sebaik itu, rasa tidak menyenangkan dan kekecewaan terhadap suatu
pelayanan tertentu sangat mempengaruhi pemilihan terhadap rumah sakit.

4. Harga
Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam penentuan
kualitas guna mencapai kepuasan pasien. meskipun demikian elemen ini
mempengaruhi pasien dari segi biaya yang dikeluarkan. biasanya semakin
mahal harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang lebih besar.
sedangkan rumah sakit yang berkualitas sama tetapi berharga
murah,memberi nilai yang lebih tinggi pada pasien.

5. Biaya

Pasien tidak perlu menyeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu


membuang waktu untuk mendapatkan jasa pelayanan, maka pasien
cenderung puas terhadapa pelayanan tersebut

3. Indikator kepuasan pasien

` Indikator menurut (pohan 2007 ) dapat diukur dengan indicator berikut :

a. kepuasan terhadap akses layanan

dinyatakan oleh sikap dan pengetahuan tentang

1. sejauh mana layanan kesehatan itu tersedia pada waktu dan tempat
saat dibutuhkan

2. kemudahan memperoleh layanan kesehatan itu,baik dalam keadaan


biasa atau pun dalam keadaan darurat.

3. sejauh mana pasien mengerti bagaimana sistem layanan kesehatan


itu, bekerja, keuntungan dan tersedianya layanan kesehatan.

b. Kepuasan terhadap mutu layanan kesehatan.

dinyatakan oleh sikap terhadap:

1. kompetensi teknik dokter dan atau profesi layanan kesehatan lain


yang berhubungan dengan pasien

2. keluaran dari penyakit atau bagaimana perubahan yang dirasakan


oleh pasien sebagai hasil dari layanan kesehatan.
c. Kepuasan terhadap proses layanan

1. sejauh mana ketersediaan layanan rumah sakit menurut penilaian


pasien

2. persepsi tentang perhatian dan kepedulian dokter dan atau propesi


layanan kesehatan lain

3. tingkat kepercayaan dan keyakinan terhadap dokter

4. tingkat pengertian tentang kondisi atau diagnose

5. sejauh mana tingkat kesulitan untuk dapat mengerti nasehat dokter


atau rencana pengobatan.

d. Kepuasan terhadap layanan kesehatan.

ditentukan dengan melakukan pengukuran :

1. fasilitas fisik dan lingkungan layanan kesehatan

2. sistem perjanjian, termasuk menunggu giliran. waktu tunggu,


pemanfaatan waktu selama menunggu, sikap mau menolong atau
kepedulian personel, mekanisme pemecahan masalah dan keluhan
yang timbul.

3. lingkungan dan sifat keuntungan layanan kesehatan yang


ditawarkan.

Adapun indicator kepuasan pasien rawat inap di rumah sakit x antara lain

a. pelayanan masuk RS, meliputi :

1. lama waktu sebelum dikirim ke ruang perawatan

2. kondisi tempat menunggu sebelum dikirim keruang perawatan

3. lama pelayanan di IGD

4. kelengkapan peralatan di ruang IDG


b. pelayanan dokter, meliputi :

1. sikap dan perilaku dokter saat melakukan pemeriksaan rutin

2. penjelasan dokter terhadap pengobatan yang dilakukannya

3. penjelasan dokter tentang makanan yang harus dipantang

4. tanggapan dan jawaban dokter atas keluhan responden

5. pengalaman dan senioritas dokter

c. pelayanan perawat, meliputi :

1. keterampilan perawat dalam melayani (menyutik,mengukur tensi,


dan lain-lain).

2. sikap perawat terhadap keluarga pasien dan pengunjung atau tamu


pasien

3. pemberian obat danpenjelasan cara minum

4. pertolongan perawat untuk duduk,berdiri,berjalan.

d. pelayanan makanan pasien, meliputi :

1. variasi menu makanan

2. ketepatan waktu menghidangkan makanan

3. keadaan tempat makan (piring,sendok)

4. kebersihan makanan yang dihidangkan

5. sikap dan perilaku petugas yang menghidangkan makanan

e. sarana medis dan obat-obatan

1. ketersedian obat-obatan di RS

2. lama waktu pelayanan di apotik RS


3. kelengkapan peralatan medis sihingga tidak perlu dikirm ke RS
lain untuk pemakaian suatu alat

4. sikap dan perilaku petugas fasilitas penunjang medis

f. kondisi fasilitas RS

1. keterjangkauan letas RS

2. keadaan halaman dan lingkungan RS

3. keamanan pasien dan pengunjung RS

4. tempat parkir kendaraan di RS

g. kondisi fasilitas ruang perawatan, meliputi:

1. kebersihan dan kerapian ruang perawatan

2. penerangan lampu pada ruang perawatan

3. ruang perawatan bebas dari serangga

h. pelayana administasi keluar rumah sakit,meliputi:

1. pelayanan adminitrasi tidak bertele-tele atau menyulitkan

2. cara pembayaran biaya perawatan selama dirawat

3. penyelesaian administrasi menjelang pulang

4. sikap dan perilaku petugas adminitrasi menjelang pulang

5. Teori Kepuasan Pelanggan Berdasarkan persfektif

Berdasarkan prespektif psikologis,terdapat 2 model yaitu:

a. Model Kognitif

Pada model ini, penilaian konsumen didasarkan pada perbedaan suatu


kumpulan antara kombinasi atribut yang dipandang indeal untuk individu
dan persefsinya dengan kombinasi yang sebenarnya. dengan kata
lain,penilai tersebut berdasarkan pada selisih atau perbedaan yang ideal
dengan actual . jadi indikasi kepuasan dalam kognitif mengukur perbedaan
antara apa yang diwujudkan oleh konsumen dalam membeli suatu produk
atau jasa apa yang sesungguhnya ditawarkan oleh pihak perisahaan.
berdasarkan model ini maka kepuasan komsumen dapat dicapai.

Beberapa kognitif kepuasan pasien

1. the expectanty discompirmation model

Kepuasaan ditemtukan 2 vaeiabel kognitif, yakni harapan


prapembeli yaitu keyakinan kinerja yang antisifasi dari suatu
produk atau jasa dan discompirmation yaitu perbedaan antara
harapan prapembeli dan purnabeli

2. equity theory

Menurut teori ini seseorang akan puas bila rasio hasil (outcome )
yang diperolehnya dibandingkan dengan input yang
digunakan,dirasakan adil.

3. attribution theory

Konsumen merasa kegagalan produk memenuhi harapanya,


dikarenakan factor yang bersifat stabil dan berkaitan dengan
pemasaran,maka ia cenderung berkeyakinan bahwa bila dimasa
mendatang ia membeli prodek yang sama, maka kegagalan tersebut
akan terulang kembali.

b. model afektif

Model apektif menyatakan bahwa penilaian konsumen individu terhadap


suatu produk atau jasa tiidak semata-mata berdasar perhitungan nasional
,namun juga berdasarkan kebutuhan subjektif,aspirasi,perilaku
belajar,emosi,perasaan dan lain-lain.

6. Mengukur Tingkat Kepuasan Pasien


Kotler Nursalam (2011) memaparkan ada beberapa cara mengukur kepuasan
pelanggan atau pasien, yaitu:

1. Sistem keluhan dan saran. seperti kotak saran dilokasi-lokasi


strategi,kantor prangko, saluran telepon bebas pulsa,website,email,dan
lain-lain.

2. Survei kepuasa pelanggan,baik via pos,telepon,email maupun tatap muka


langsung.

3. Ghost shopping. salah satu bentuk observasi yang memakai jasa orang
yang menyamar sebagai pelanggan atau pesaing untuk mengamati aspek-
aspek –aspek pelayanan kualitas produk.

4. Lost costumer analysis, yaitu menghubungi dan memawancarai


pelanggan yang beralih dalam rangka memahami penyebab dengan
melakukan perbaikan pelayanan

Tingkat kepuasan pasien dapat diukur dengan beberapa metode diatas. data
yang diperoleh dari hasil pengukuran tiap-tiap metode mempunyai hasil
yang berbeda.dalam penelitian ini kepuasan pasien diukur dengan keluhan
sistem keluhan dan saran, alasannya karena ketika pasien memberikan
keluhan dan saran mereka dalam melakukan dalam keadaan yang sesuai
dengan apa yang telah dialaminya berkaitan dengan pelayanan yang
diberika petugas rumah sakit sehingga didapat hasil yang spesifik.

7. Manfaat Pengukuran Kepuasan

Menurut Azwar (2006) di dalam situasi rumah sakit yang mengutamakan


pihak yang dilayani,karena pasien adalah klien yang terbanyak,maka
manfaat yang diperoleh bila mengutamakan kepuasan pasien yaitu:

a. Rekommedisi untuk kesembuhan pasien akan dengan senanghati diikuti


oleh pasien yang merasa puas terhadap layanan rumah sakit

b. Terciptanya citra positif dan nama baik rumah sakit karena pasien yang
puas tersebyt akan memberitahukan kepuasan nya kepada orang lain.
c. Citra rumah sakit akan menguntungkan secara social dan ekonami.
bertambahnya jumlah orang yang berobat,karena ingin mendapakan
pelayanan yang memuaskan.

d. Berbagai pihak yang berkepentingan di RS,seperti perusahaan asuransi


akan lebih menarug kepercayaan pada rumah dakit yang mempunyai citra
positif

e. Didalam RS yang akan berusaha mewujudkan kepuasan pasien akan


lebih diwarnai dengan situasi yang menjungjung hak-hak pasien.

D. Hubungan Penerapan Sentralisasi Obat Dengan Kepuasan Pasien Di


Rawat Inap

Teknik pengolahan obat secara sentralisasi merupakan salah satu bentuk


tanggung jawab perawat dalam menyelenggarakan kegiatan
keperawatan(widya yanti,febri dan nastutu lestari (2017).

Keadaan yang terjadi masih banyak dari pasien mengeluh terhadap


pelayanan dirumah sakit sehingga pasien merasa kurang ouas terhadap
pelayanan yang diberikan diantaranya pelayanan obat, pasien yang
terkadang tidak mengetahui obat yang harus diterima atau obat yang harus
dibeli.

kepuasan pasien yaitu memahami kebutuhan dan keinginan konsumen


dalam hal penting yang mempengaruhi kepuasan pasien. pasien yang puas
merupakan asset yang sangat berharga karena apabila pasien puas mereka
terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihanya,tetapi jika pasien
merasa tidak puas mereka akan memberitahukan dua kali lebih hebat
kepada orang lain tentang pengalaman buruknya. untuk menciptakan
kepuasan pasien suatu perusahaan atau rumah sakit harus menciptakan
dan mengelolah suatu sistem untuk memperoleh pasien yang lebih banyak
dan kemampuan untuk mempertahankan pasienya, namun upaya untuk
perbaikan atau kesempurnaan kepuasan pasien dapat dilakukan dengan
berbagai strategi oleh perusahaan untuk dapat merebur pelanggan
(Rudinsyah,indra 2017).

Kepuasan merupakan perasaan senang,puas individu karena terpenuhinya


harapan atau keinginan dalam menerima jasa pelayanan kesehatan. pasien
baru merasa puas apabila keinerja kesehatan yang diperoleh sama atau
melebihi harapan dan sebaliknya ketidakpuasan atau kekecewaan pasien
akan muncul apabila kinerja perawat yang ditunjukan tidak sesuai dengan
yang diharapkan. oleh karena itu peran perawat dalam memberikan
pelayanan di ruang rawat inap menjadi aspek penting demi meningkatkan
kepuasan pasien. adanya responden yang pelaksanaan sentralisasi obat
tidak sesuai dengan SOP akan tetapi merasa puas sebanyak 1 responden
terjadi karena responden merasa dalam hal pelayanan obat tidak menerima
pelayanan yang baik akan tetapi pada saat pemeriksaan perawat
memberikan pelayanan dan sikap yang baik sehingga mereka masih meras
puas dengan pelayanan yang diterima tersebut. sedangkan responden
lainnya yang pelaksanaan sentralisasi obat sudah sesuai dengan prosedur
akan tetapi merasa tidak puas terjadi karena pada proses pelayanan obat
responden menerima pelayanan yang baik dan tetap akan tetapi pada saat
pelaksanaan tindakan keperawatan seperti injeksi terkadang perawat
kurang jelas dalam memberikan informasi dan kurang ramah pada pasien
serta keluhan pasien kurang begitu direspon oleh perawat seperti pada saat
pengantian cairan infuse yang direspon agak lambat oleh
perawat(Rudinsyah,indra 2017).

E. Kerangkan Konsep

SENTARALIASIS KEPUASAN PASIEN


OBAT

F. Hipotesa

Ho: tidak ada hubungan antara penerapan sentralisasi obat dengan kepuasan
pasien
H1: adanya hubungan antara penerapan sentralisasi obat denga kepuasan
pasien

Anda mungkin juga menyukai