Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN


PROFESIONAL

Kelompok 1 :
1. Nama : Jesitri Awae (2314201127)
2. Nama : Millitia Tampemawa (2314201144)
3. Nama : Novia Termey (2314201149)
4. Nama : Novelia Tumimbang (2314201144)

Dosen pengampuh
Dr. Wiwit C. Haryanto, S.Kep., Ns., MMR
A. PENGERTIAN
MPKP (Model Praktik Keperawatan Profesional) merupakan suatu metode
praktik keperawatan dengan ciri praktik yang didasari oleh keterampilan
intelektual dan teknikal interpersonal. Hal ini dilakukan dengan metode asuhan
keperawatan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmah. MPKP merupakan
suatu sistem yang memungkinkan perawat profesional untuk mengatur pemberian
asuhan keperawatan, termasuk lingkungan untuk menunjang pemberian asuhan
tersebut (Suni A, 2018).
Penerapan model asuhan keperawatan profesional merupakan salah satu cara
untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan dalam manajemen
asuhan/pelayanan keperawatan. Penerapan model asuhan harus sesuai dengan
situasi dan kondisi pelayanan keperawatan yang ada, karena hal ini akan
mendorong perawat untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara
optimal, dapat memfasilitasi interaksi antara perawat dengan pasien lebih baik,
serta dapat memberikan kepuasan yang lebih baik dari pasien sebagai pengguna
jasa pelayanan keperawatan maupun perawat sebagai pemberi pelayanan
keperawatan (Mugianti, 2016).

B. MANFAAT
Hoffart dan Woods (1996) dalam (Suni A, 2018) menyatakan bahwa
penerapan MPKP dikembangkan berdasarkan kegiatan keperawatan yang terdiri
atas 5 pilar utama, yaitu management approach, compensatory reward,
professional relationship, professional value, dan patient care delivery system.
manfaatan MPKP melalui pendekatan 5 pilar tersebut akan mampu mendukung
pengaturan dan 10 keteraturan pelayanan keperawatan yang tepat, mencakup 4
aspek yaitu :
 Bermanfaat bagi orang yang mendalami ilmu keperawatan dengan
bertambahnya pengetahuan, pemahaman dan kesadaran atas realita pelayanan
keperawatan
 Bermanfaat bagi ilmu keperawatan itu sendiri
 Bermanfaat bagi skala ruang yang lebih luas untuk masyarakat
 Bermanfaat bagi skala waktu yang lebih Panjang
C. PERAN DAN FUNGSI MPKP
Pengembangan MPKP merupakan upaya untuk meningkatkan mutu asuhan
keperawatan dan lingkungan kerja perawat secara profesional. Pengembangan
MPKP ini berawal dari sebuah keyakinan bahwa kesinambungan asuuhan
keperawatan yang prima hanya dapat dicapai jika direncanakan dan dievaluasi
oleh seorang perawat profesional. Hal terseut bergantung pada peran dan fungsi
perawat MPKP itu sendiri yang meliputi kepala ruangan (Karu), perawat primer
dan perawat associate (Suni A, 2018).
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, Sitorus (2006) dalam (Suni A,
2018) menyebutkan tugas dan tanggung jawab kepala ruangan, perawat primer
dan perawat associate sebagai berikut:
a) Kepala Ruangan
Kepala ruangan adalah seorang tenaga perawat profesional yang diberi
tanggung jawab dan wewenang untuk mengelola kegiatan pelayanan keperawatan
di suatu ruang rawat. Dalam pengelolaan pelayanan keperawatan di suatu rumah
sakit, kepala ruang adalah , manajer tingkat lini yang bertanggung jawab untuk
meletakan konsep praktik, prinsip dan teori manajemen keperawatan, serta
mengelola lingkungan organisasi untuk menciptakan iklim yang optimal dan
menjamin kesiapan asuhan keperawatan oleh perawat klinik. 12

Depkes RI (2005) dalam (Suni A, 2018) telah menetapkan standar tugas


pokok kepala ruang meliputi kegiatan menyusun rencana kegiatan tahunan, yang
meliputi kebutuhan sumber daya (tenaga, fasilitas, alat dan dana), menyusun
jadwal dinas dan cuti, menyusun rencana pengembangan staf, kegiatan
pengendalian mutu, membimbing dan pembinaan staf, koordinasi pelayanan,
melaksnakan program orientasi, mengelola praktik klinik, serta melakukan
penilaian kinerja dan mutu pelayanan keperawatan. Pada ruang rawat dengan
MPKP pemula, kepala ruangan adalah perawat yang memiliki pendidikan D-3
keperawatan dengan pengalaman. Sementara itu, pada MPKP tingkat I, kepala
ruangan adalah perawat dengan kualifikasi pendidikan Ners dengan pengalaman.
b) Perawat Primer
Perawat primer adalah seorang perawat dengan kualifikasi pendidikan
minimal Ners. Perawat primer bertanggungjawab 24 jam kepada kliennya selama
klien tersebut dirawat di rumah sakit atau suatu unit pelayanan kesehatan.
tanggungjawab yang dimaksud adalah tanggungjawab dalam pemberian asuhan
keperawatan secara komprehensif yang dimulai dari pengkajian keperawatan,
perumusan diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan,
pelaksanaan tindakan keperawatan, evaluasi dan komunikasi (Suni A, 2018).
Perawat primer bertanggung jawab menjalankan perannya untuk
melakukan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan,
termasuk membuat perencanaan klien pulang (dischart planning). Jika PP 13
Berhalangan atau tidak bertugas maka kelanjutan asuhan keperawatan
dapat dilimpahkan kepada perawat associate (PA). Meskipun demikian, PP tetap
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan klien dengan
sepengetahuan kepala ruangan (Suni A, 2018).
Kewenangan PP tidak sebatas pemberian asuhan keperawatan. PP juga
berkewenangan dalam berkolaborasi dengan lintas terkait dan masyarakat, seperti
melakukan kontak dengan lembaga sosial atau melakukan rujukan kepada
pekerjaan sosila di masyarakat, maupun home visit (kunjungan rumah). Dengan
demikian, PP dituntut untuk memiliki akuntabilitas yang tinggi terhadap
pemberian pelayanan keperawatan (Suni A, 2018).

c) Perawat Associate
Perawat Associate (PA) adalah seorang perawat dengan kualifikasi
pendidikan minimal diploma keperawatan. PA selalu berperan sebagai perawat
pelaksana untuk melaksanakan berbagai rencana tindakan keperawatan yang telah
ditetapkan oleh PP. Seorang PA harus bertanggung jawab dan bertanggung gugat
atas segala bentuk pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap klien selama di
rumah sakit atau suatu unit pelayanan kesehatan. Tanggung jawab yang dimaksud
adalah tanggung jawab menjaga privasi klien selama dalam pemberian asuhan
keperawatan yang komprehensif dan berkesinambungan, dengan tetap
menjunjung tinggi nilai-nilai yang telah digariskan dala kode etik dan etika
keperawatan (Suni A, 2018). 14
Perawat associate atau perawat pelaksana juga memiliki kewenangan untuk
menerima pelimpahan tugas dari seorang PP yang berhalangan atau tidak bertugas
karena suatu alasan. Dengan demikian, harus disadari bahwa tanggung jawab
profesional tetap menjadi tanggungjawab PP terhadap pelaksanaan asuhan
keperawatan, di samping itu, peran perawat associate sangat penting dalam
memberikan masukan kepada PP tentang rencana asuhan keperawatan (Suni A,
2018).
KESIMPULAN
Model pemberian asuhan keperawatan ada enam macam, yaitu: model
kasus, modelfungsional, model tim, model primer, dan model modular. Masing-
masing model jugamemiliki kelebihan maaupun kekurangannya sehingga
pemberian asuhan keperawatandapat dilakukan dalam berbagai macam
metode.Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian
tugas dan prosedur keperawatan. Metode kasus adalah metode dimana perawat
bertanggung jawabterhadap pasien tertentu yang didasarkan pada rasio satu
perawat untuk satu pasiendengan pemberian perawatan konstan untuk periode
tertentu.Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan adalah untuk
memberikanasuahan keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif
pasien.Metode keperawatanmodular memiliki kesamaan baik dengan metode
keperawatan tim maupun metodekeperawatan primer.Asuhan keperawatan yang
dapat dilakukan pada klien artritis mulai dari pengkajianmisalnya biodata, riwayat
kesehatan, pengkajian pengkajian sekunder, pemeriksaan penunjang, dan analisa
data. Setelah itu ditentukan diagnosa keperawatan dan dilanjutdengan intervensi
keperawatan.

SARAN
Diharapkan para pembaca memperbanyak literatur dalam pembuatan
makalah agardapat membuat makalah yang baik dan benar. Terutama litelatur
yang berhubungandengan model praktik keperawatan profesional supaya
mempermudah mahasiswa perawat untuk memberikan asuhan keperawatan
kepada pasian
BAB II
PENGERTIAN ETIKA DAN MORAL

Dalam era 4.0, pengertian etika dan moral tetap memiliki dasar yang sama dengan
era sebelumnya, namun perlu disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan
kompleksitas yang ada. Berikut adalah pengertian etika dan moral di era 4.0:
1. Etika di Era 4.0: Etika mengacu pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang
mengarahkan perilaku individu dan keputusan mereka dalam konteks teknologi
tinggi. Di era 4.0, etika mencakup pertimbangan etis dalam penggunaan teknologi
seperti kecerdasan buatan, robotika, big data, dan internet. Hal ini melibatkan
pertanyaan tentang privasi, keadilan, kebebasan, dan dampak sosial dari teknologi
tersebut.
2. Moral di Era 4.0: Moral merupakan pandangan tentang apa yang benar dan salah,
baik dan buruk. Di era 4.0, moralitas melibatkan penerapan nilai-nilai yang
mendasari perilaku manusia dalam berinteraksi dengan teknologi. Ini melibatkan
pertanyaan tentang integritas dalam penggunaan teknologi, tanggung jawab
terhadap data dan informasi, serta konsekuensi sosial dari tindakan yang diambil
di dunia digital.

Dalam era 4.0, penting bagi kita untuk mengembangkan etika dan moral
yang responsif terhadap perubahan teknologi dan globalisasi. Etika dan moral di
era ini melibatkan pemikiran kritis, kesadaran terhadap dampak sosial, dan
komitmen terhadap prinsip-prinsip universal seperti keadilan, kesetaraan,
penghormatan terhadap privasi, dan keberlanjutan.
BAB III
TANTANGAN DAN PELUANG

Di era 4.0, terdapat tantangan dan peluang yang perlu dihadapi dalam berbagai
aspek kehidupan. Berikut adalah beberapa tantangan dan peluang yang muncul di
era 4.0:
Tantangan di Era 4.0:
1. Teknologi Disrupsi: Kemajuan teknologi seperti kecerdasan buatan,
robotika, dan otomatisasi dapat mengancam lapangan kerja tradisional dan
membutuhkan adaptasi yang cepat dalam dunia kerja.
2. Ketimpangan Digital: Akses terhadap teknologi dan koneksi internet tidak
merata di seluruh dunia, menciptakan kesenjangan digital antara mereka
yang memiliki akses dan mereka yang tidak.
3. Keamanan dan Privasi: Meningkatnya konektivitas dan pengumpulan data
menimbulkan risiko keamanan dan pelanggaran privasi yang perlu diatasi
dengan kebijakan dan perlindungan yang tepat.
4. Perubahan Sosial: Perubahan dalam cara kita berkomunikasi, bekerja, dan
berinteraksi dapat mempengaruhi dinamika sosial dan budaya,
memerlukan adaptasi dan pemahaman yang mendalam.

Peluang di Era 4.0:


1. Inovasi dan Efisiensi: Teknologi canggih memungkinkan inovasi baru dan
peningkatan efisiensi dalam berbagai sektor, seperti pendidikan,
kesehatan, transportasi, dan energi.
2. Konektivitas Global: Teknologi digital memungkinkan konektivitas global
yang lebih besar, memungkinkan kolaborasi dan pertukaran pengetahuan
antara individu dan organisasi di seluruh dunia.
3. Akses Informasi: Internet memberikan akses luas ke informasi dan
pengetahuan, memberikan peluang bagi individu untuk belajar dan
mengembangkan diri secara mandiri.
4. Solusi Global: Teknologi dapat digunakan untuk menangani tantangan
global seperti perubahan iklim, kemiskinan, dan ketimpangan sosial
melalui pendekatan yang inovatif dan kolaboratif.

Dalam menghadapi era 4.0, penting bagi kita untuk memanfaatkan peluang yang
ada dan mengatasi tantangan dengan kebijakan, regulasi, dan pendekatan yang
bertanggung jawab secara etis. Ini melibatkan kerjasama antara pemerintah, sektor
swasta, dan masyarakat untuk mencapai kemajuan yang inklusif dan
berkelanjutan.
BAB IV
PENTINGNYA ETIKA DAN MORAL

Etika dan moral tetap sangat penting di era 4.0, bahkan mungkin lebih penting
daripada sebelumnya. Berikut adalah beberapa alasan mengapa etika dan moral
memiliki peran yang signifikan di era ini:

1. Mengatasi Tantangan Etis: Era 4.0 membawa berbagai dilema etis baru yang
muncul dari perkembangan teknologi seperti kecerdasan buatan, robotika, dan big
data. Etika membantu kita menghadapi dan menyelesaikan tantangan ini dengan
mempertimbangkan implikasi moral dari tindakan kita. Hal ini membantu
mencegah penyalahgunaan teknologi dan menjaga kemanusiaan dalam
pengembangan dan penerapan teknologi.
2. Mengarahkan Perilaku dan Keputusan: Etika dan moral memberikan pedoman
dalam mengambil keputusan dan bertindak di dunia digital yang kompleks. Nilai-
nilai seperti keadilan, integritas, tanggung jawab, dan empati membantu kita
memilih tindakan yang benar dan bertanggung jawab dalam penggunaan
teknologi. Etika dan moral juga membentuk cara kita berinteraksi dengan orang
lain secara online, mempromosikan sikap saling menghormati dan penghindaran
perilaku yang merugikan.
3. Membangun Kepercayaan: Etika dan moral yang kuat adalah dasar untuk
membangun kepercayaan dalam era digital. Ketika individu dan organisasi
beroperasi dengan integritas dan menghormati nilai-nilai etis, ini membangun
reputasi yang baik dan meningkatkan kepercayaan masyarakat. Kepercayaan yang
tinggi diperlukan untuk adopsi teknologi baru, kolaborasi, dan pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan.
4. Menghadapi Dampak Sosial: Perkembangan teknologi di era 4.0 memiliki
dampak sosial yang signifikan. Etika dan moral membantu kita
mempertimbangkan dampak sosial dari penggunaan teknologi, termasuk masalah
seperti ketimpangan digital, privasi, keadilan, dan kerugian pekerjaan. Dengan
memegang teguh prinsip etis, kita dapat mencari solusi yang berkelanjutan dan
inklusif untuk mengatasi dampak negatif dan meningkatkan kesejahteraan sosial.
Dalam keseluruhan, etika dan moral di era 4.0 menjadi landasan yang
penting untuk menghadapi tantangan, memanfaatkan peluang, dan memastikan
pengembangan teknologi yang manusiawi dan berkelanjutan. Etika dan moral
membantu kita menjaga nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan integritas dalam
dunia yang semakin terhubung dan kompleks.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian makalah ini dapat disimpulkan bahwa nilai moral
merupakan suatu sistem penilaian yang bersumber dari kehendak maupun
keinginan didalam diri manusia. Begitu pula antara moran dan etika adalah
terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk
berdasarkan pendapat akal pikiran.
Untuk menjadikan kita sebagai manusia yang baik dalam beretika dan
bermoral kita harus menanamkan sebuah mindset yang positif dimana mindset
positif akan berpengaruhi dalam beretika dan bermoral untuk menjadikan kita
sebagai manusia yang lebih baik.

B. SARAN
Saya sebagai penulis menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya
penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah ini dengan
menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun
dari para pembaca.
Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu
kepada sumber yang bisa dipertanggung-jawabkan nantinya. Oleh sebab itu,
penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran mengenai pembahasan
makalah di atas.

Anda mungkin juga menyukai