Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan mengalami
perubahan mendasar dalam memasuki abad 21 ini. Perubahan tersebut merupakan
dampak dari perubahan kependudukan dimana masyarakat semakin berkembang yaitu
lebih berpendidikan, lebih sadar akan hak dan hukum, serta menuntut dan semakin kritis
terhadap berbagai bentuk pelayanan keperawatan serta perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi saat ini (Kuntoro, 2010).
Peningkatan profesionalisme keperawatan di Indonesia dimulai sejak diterima
dan diakuinya keperawatan pada tahun 1983 sebagai profesi pada Lokakarya Nasional
Keperawatan. Sejak saat itu berbagai upaya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan
Nasional, Departemen Kesehatan dan organisasi profesi, diantaranya adalah dengan
membuka pendidikan pada tingkat sarjana, mengembangkan Kurikulum Diploma III
keperawatan, mengadakan pelatihan bagi tenaga keperawatan, serta mengembangkan
standar praktik keperawatan. Upaya penting lainnya adalah dibentuknya Direktorat
Keperawatan di Departemen Kesehatan di Indonesia.
Layanan keperawatan yang ada di Rumah Sakit masih bersifat okupasi. Artinya,
tindakan keperawatan yang dilakukan hanya pada pelaksanaan prosedur, pelaksanaan
tugas berdasarkan instruksi dokter. Pelaksanaan tugas tidak didasarkan pada tanggung
jawab moral serta tidak adanya analisis dan sintesis yang mandiri tentang asuhan
keperawatan. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan sistem pemberian pelayanan
keperawatan professional (SP2KP).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui sistem pemberian pelayanan keperawatan professional
(SP2KP).
2. Tujuan Khusus
a. Untuk megetahui definisi SP2KP
b. Untuk mengetahui komponen pelayanan kepeawatan profesional
c. Untuk mengetahui pemberian asuhan keperawatan professional berdasarkan
SP2KP
d. Aplikasi nilai-nilai profesional dalam praktik
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep SP2KP
1. Definisi
SP2KP merupakan sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional yang
merupakan pengembangan dari MPKP ( Model Praktek Keperawatan Profesional)
dimana dalam SP2KP ini terjadi kerjasama profesional antara perawat primer (PP)
dan perawat asosiet (PA) serta tenaga kesehatan lainnya (Perry, Potter. 2009). Sistem
pemberian pelayanan keperawatan profesional (SP2KP) adalah kegiatan pengelolaan
asuhan keperawatan di setiap unit ruang rawat di rumah sakit yang memungkinkan
perawat untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang profesional bagi pasien.
SP2KP mempunyai sistem pengorganisasian yang baik dimana sesional luruh
komponen yang terlibat dalam asuhan keperawatan diatur secara profesional (Rantung
2013). SP2KP merupakan kegiatan pengelolaan asuhan keperawatan di setiap unit
ruang rawat di rumah sakit. Komponennya terdiri dari: perawat, profil pasien, sistem
pemberian asuhan keperawatan, kepemimpinan, nilai-nilai profesional, fasilitas,
sarana prasarana (logistik) serta dokumentasi asuhan keperawatan (Direktorat Bina
Pelayanan Keperawatan DEPKES RI, 2009).
Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa SP2KP yaitu sistem
pemberian pelayanan keperawatan professional disetiap unit ruang rawat inap di
rumah sakit yang memungkinkan perawat untuk melakukan asuhan keperawatan
professional bagi pasien. Pelaksanaan MPKP maupun SP2KP merupakan upaya untuk
meningkatkan mutu asuhan keperawatan sehingga pelayanan keperawatan menjadi
efektif dan efisien (Keliat, 2009).
Pelayanan keperawatan profesional merupakan suatu bentuk pelayanan yang
memberi kesempatan kepada perawat profesional untuk menerapkan otonominya
dalam mendesain, melaksanakan dan mengevaluasi pelayanan/asuhan keperawatan
yang diberikan pada pasien. Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode
modifikasi keperawatan primer (kombinasi metode tim dan metode keperawatan
primer). Penetapan metode ini didasarkan pada beberapa alasan sebagai berikut :
a. Pada metode keperawatan primer, pemberian asuhan keperawatan dilakukan
secara berkesinambungan sehingga memungkinkan adanya tanggung jawab dan
tanggung gugat yang merupakan esensi dari suatu layanan profesional.
b. Terdapat satu orang perawat professional yang disebut PP, yang bertanggung
jawab dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang diberikan. Pada
MPKP , perawat primer adalah perawat lulusan sarjana keperawatan/Ners.
c. Pada metode keperawataan primer, hubungan professional dapat ditingkatkan
terutama dengan profesi lain.
d. Metode keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena membutuhkan
jumlah tenaga Skp/Ners yang lebih banyak, karena setiap PP hanya merawat 4-5
klien dan pada metode modifikasi keperawatan primer , setiap PP merawat 9-10
klien.
e. Saat ini terdapat beberapa jenis tenaga keperawatan dengan kemampuan yang
berbeda-beda. Kombinasi metode tim dan perawat primer menjadi penting
sehingga perawat dengan kemampuan yang lebih tinggi mampu mengarahkan dan
membimbing perawat lain di bawah tanggung jawabnya.
f. Metode tim tidak digunakan secara murni karena pada metode ini tanggung jawab
terhadap asuhan keperawatan terbagi kepada semua anggota tim, sehingga sukar
menetapkan siapa yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas semua
asuhan yang diberikan.

2. Komponen Pelayanan Keperawatan Profesional


Apabila ditinjau dari 5 sub sistem yang diidentifikasi oleh Hoffart & Woods
(1996), terdapat komponen pelayanan keperawatan professional yang diantaranya
yaitu (Kusnanto, 2004) :
a. Nilai-nilai profesional sebagai inti model
Pada model ini, PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga sejak
klien/keluarga masuk ke suatu ruang rawat yang merupakan awal dari
penghargaan atas harkat dan martabat manusia. Hubungan tersebut akan terus
dibina selama klien dirawat di ruang rawat, sehingga klien/keluarga menjadi
partner dalam memberikan asuhan keperawatan. Pelaksanaan dan evaluasi renpra,
PP mempunyai otonomi dan akuntabilitas untuk mempertanggungjawabkan
asuhan yang diberikan termasuk tindakan yang dilakukan PA di bawah tanggung
jawab untuk membina performa PA agar melakukan tindakan berdasarkan nilai-
nilai professional.

b. Pendekatan Manajemen
Model ini memberlakukan manajemen SDM, artinya ada garis komunikasi
yang jelas antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi tanggung
jawab PP. PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan yang harus dibekali
dengan kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat menjadi
manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.
c. Metode pemberian asuhan keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah modifikasi
keperawatan primer sehingga keputusan tentang renpra ditetapkan oleh PP. PP
akan mengevaluasi perkembangan klien setiap hari dan membuat modifikasi pada
renpra sesuai kebutuhan klien.
d. Hubungan professional
Hubungan professional dilakukan oleh PP dimana PP lebih mengetahui
tentang perkembangan klien sejak awal masuk ke suatu ruang rawat sehingga
mampu member informasi tentang kondisi klien kepada profesi lain khususnya
dokter. Pemberian informasi yang akurat tentang perkembangan klien akan
membantu dalam penetapan rencana tindakan medik.
e. Sistem kompensasi dan penghargaan
PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan
keperawatan yang professional. Kompensasi san penghargaan yang diberikan
kepada perawat bukan bagian dari asuhan medis atau kompensasi dan
penghargaan berdasarkan prosedur. Kompensasi berupa jasa dapat diberikan
kepada PP dan PA dalam satu tim yang dapat ditentukan berdasarkan derajat
ketergantungan klien. PP dapat mempelajari secara detail asuhan keperawatan
klien tertentu sesuai dengan gangguan/masalah yang dialami sehingga mengarah
pada pendidikan ners spesialis.

Metode modifikasi Perawat Primer-Tim yaitu seorang PP bertanggung jawab


dan bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan yang diberikan pada
sekelompok pasien mulai dari pasien masuk sampai dengan bantuan beberapa orang
PA. PP dan PA selama kurun waktu tertentu bekerjasama sebagai suatu tim yang
relative tetap baik dari segi kelompok pasien yang dikelola, maupun orang-orang yang
berada dalam satu tim tersebut . Tim dapat berperan efektif jika didalam tim itu
sendiri terjalin kerjasama yang professional antara PP dan PA. selain itu tentu saja tim
tersebut juga harus mampu membangun kerjasama professional dengan tim kesehatan
lainnya.

3. Pemberian Asuhan Keperawatan Profesional berdasarkan SP2KP


SP2KP sebagai sistem pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat, dapat
memungkinkan perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang profesional bagi
pasien. SP2KP ini memiliki sistem pengorganisasian yang baik dimana semua
komponen yang terlibat dalam pelaksanaan asuhan keperawatadiatur secara profesional
(Sitorus & Yulia, 2006).
Praktik keperawatan dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien
mengacu pada proses keperawatan itu sendiri yaitu meliputi pengkajian, diagnose
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Dalam hal pelaksanaan tindakan
maupun pendokumentasiannya perawat dituntut untuk profesional. Asuhan
keperawatan merupakan aspek legal bagi seorang perawat.Aspek legal dikaitkan
dengan dokumentasi keperawatan (Dermawan, 2012). SP2KP merupakan bantuk
pengembangan dari MPKP yang lebih profesional dan lebih baik dalam memberikan
tingkat pelayanan asuhan keperawatan terhadap klien. Didalam SP2KP kita sering
mengenal perawat primer (PP) dan perawat associate (PA). Dalam pengembangan
konsep SP2KP, perawat PP bertugas dalam menjalankan komunikasi dengan tenaga
kesehatan lain seperti dokter, ahli gizi, farkamasi, dll. Dalam hal ini, perawat PP
bertugas untuk memberikan hasil pemeriksaannya berdasarkan hasil pengkajian yang
berhubungan dengan perawatan pasien yang dilaksanakan oleh PA, sehingga dapat
membantu dalam memutuskan tindakan medis selanjutnya.
Dalam melakukan asuhan keperawatan yang professional, diperlukannya
membuat suatu rencana asuhan keperawatan (renpra) untuk membantu mengidentifikasi
dan menyusun strategi terhadap tindakan keperawatan yang akan dilakukan ke pasien.
Selain itu renpra juga memiliki fungsi sebagai berikut :
a. Pedoman bagi PP-PA dalam melakukan tindakan dan asuhan keperawatan
professional
b. Landasan profesional bahwa asuhan keperawatan diberikan berdasarkan ilmu
pengetahuan
Kerjasama profesional PP-PA, renpra selain berfungsi sebagai penunjuk
perencanaan asuhan yang diberikan juga berfungsi sebagai media komunikasi PP
pada PA. Berdasarkan renpra ini, PP mendelegasikan PA untuk melakukan
sebagian tindakan keperawatan yang telah direncanakan oleh PP. Oleh sebab itu,
sangat sulit untuk tim PP-PA dapat bekerjasama secara efektif jika PP tidak
membuat perencanaan asuhan keperawatan ( renpra ). Hal ini menunjukan bahwa
renpra sesungguhnya dibuat bukan sekedar memenuhi ketentuan-ketentuan tertentu
(biasanya ketentuan dalam menentukan akreditasi rumah sakit).

4. Aplikasi nilai-nilai profesional dalam praktik


Peningkatan pengetahuan dan teknologi yang sedemikian cepat dalam segala
bidang serta meningkatnya pengetahuan masyarakat berpengaruh pula terhadap
meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan termasuk pelayanan
keperawatan atau kebidanan. Hal ini merupakan tantangan bagi profesi keperawatan dan
kebidanan dalam mengembangkan profesionalisme selama memberi pelayanan yang
berkualitas. Kualitas pelayanan yang tinggi memerlukan landasan komitmen yang kuat
dengan basis pada etik dan moral yang tinggi.Sikap etis profesional yang kokoh dari
setiap perawat atau bidan akan tercermin dalam setiap langkahnya, termasuk penampilan
diri serta keputusan yang diambil dalam merespon situasi yang muncul. MPKP
merupakan model praktek keperawatan profesional yang mewujudkan nilai-nilai
profesional. Nilai-nilai profesional yang diterapkan pada MPKP adalah:
a. Pendekatan Manajemen ( Management Approach )
b. Penghargaan karir ( compensatory rewards )
c. Hubungan Profesional ( professional relationship)
d. Sistem pemberian asuhan pasien ( patient care delivery system ).

a. Pendekatan manajemen (Management Approach)


Pendekatan manajemen (khususnya manajemen keperawatan ) merupakan
salah satu nilai profesional yang diperlukan dalam mengimplementasikan praktek
keperawatan profesional. Pendekatan manajemen yang digunakan dalam
pengelolaan keperawatan diruang MPKP meliputi fungsi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan serta pengendalian.
i. Fungsi Perencanaan
Perencanaan merupakan rincian kegiatan tentang apa, bagaimana masing-
masing dan dimana kegiatan akan dilaksanakan. Perencanaan diruang MPKP
adalah kegiatan perencanaan yang melibatkan seluruh perawat ruang MPKP
mulai dari kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim/perawat pelaksana.
Perencanaan yang disusun oleh perawat yang terlihat di ruang MPKP
disesuaikan dengan peran dan fungsi masing-masing. Perencanaan yang
diterapkan adalah rencana harian, mingguan dan bulanan.
a. Rencana Harian
Rencana harian adalah rencana aktifitas pada tiap shift oleh perawat
asosiet/perawat pelaksana, perawat primer/ketua tim dan kepala ruangan.
1) Rencana Harian Perawat Pelaksana
Perawat pelaksana akan membuat rencana yang ditujukan pada
tindakan keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift
dinasnya.
2) Rencana harian ketua tim
Isi rencana harian ketua tim adalah penyelenggaraan asuhan
keperawatan pada pasien di timnya, melakukan supervisi perawat
pelaksana untuk menilai kompetensi secara langsung dan tidak
langsung, serta on the job trainning yang dirancang, kolaborasi dengan
dokter atau tim kesehatan lainnya yang merawat pasien dalam timnya.
Ketua tim sebaiknya hanya dinas pagi, karena pada pagi hari banyak
kegiatan atau tindakan yang dilakukan dan merencanakan kegiatan
sore dan malam.
3) Rencana harian kepala ruangan
Isi kegiatan harian kepala ruangan meliputi semua kegiatan
yang dilakukan oleh seluruh SDM yang ada di ruangan dalam rangka
menghasilkan pelayanan asuhan keperawatan yang berkualitas. Kepala
ruangan harus mengetahui kebutuhan ruangan dan mempunyai
hubungan keluar dengan unit yang terkait untuk memenuhi kebutuhab
tersebut. Demikian pula dengan asuhan keperawatan, kepala ruangan
sebagai narasumber utama atau konsultan untuk menjamin
terlaksananya asuhan keperawatan pada semua tim di ruangan.
b. Rencana Bulanan
Ketua tim dan kepala ruangan membuat rencana bulanan berhubungan
dengan peningkatan asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan.
1. Rencana Bulanan Kepala Ruangan
Setiap akhir bulan kepala ruangan melakukan evaluasi hasil ke
empat pilar atau nilai MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut,
kepala ruangan akan membuat rencana tindak lanjut dalam rangka
peningkatan kualitas hasil. Dalam fungsi perencanaan, kepala ruangan
membuat laporan tentang evaluasi rencana harian yang dibuat oleh
ketua tim dan perawat pelaksana.
2. Rencana bulanan ketua tim
Setiap akhir bulan ketua im melakukan evaluasi tentang
keberhasilan kegiatan yang dilakukan didalam tim nya yaitu askep dan
kinerja perawat pelaksana. Berdasarkan hasil tersebut, dibuat rencana
tindak lanjut untuk perbaikan pada bulan berikutnya. Ketua tim
membuat laporan evaluasi rencana kegiatan harian asuhan keperawatan
yang dilakukan oleh perawat pelaksana dan melaporkan hasil audit
asuhan keperawatan serta melakukan perbaikan asuhan keperawatan
dengan merencanakan diskusi langsung.
ii. Pengorganisasian
a. Pengorganisasian tenaga
Pengorganisasian diruangan MPKP menggunakan pendekatan
sistem/metode penugasan tim dan SDM perawat diorganisasikan dengan
menggunakan metode penugasan perawat primer dan tim keperawatan yang
dimodifikasi. Perawat dibagi dalam tim sesuai dengan jumlah pasien
diruangan. Jumlah pasien untuk tiap tim 8-10 orang, dan jumlah perawat
antara 6-10 orang, untuk itu akan dibuat struktur organisasi daftar dinas dan
daftar pasien.
b. Klasifikasi Pasien
Pasien diklasifikasikan berdasarkan sistem klasifikasi yang dibagi
dalam tiga kelompok berdasarkan tingkat ketergantungan klien :
1) Perawatan Total: klien memerlukan 7 jam perawatan langsung per 24
jam,
2) Perawatan Parsial : klien memerlukan 4 jam perawatan langsung per 24
jam,
3) Perawatan Mandiri: klien memerlukan 2 jam perawatan langsung per 24
jam.
Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori di atas adalah
sebagai berikut :
a) Kategori I : Perawatan mandiri/self care
Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan
secara umum baik, tidak ada reaksi emosional, pasien memerlukan
orientasi waktu, tempat dan pergantian shift, tindakan pengobatan
biasanya ringan dan sederhana.
b) Kategori II : Perawatan sedang/partial/intermediate care
Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur posisi
waktu makan, memberi dorongan agar mau makan, eliminasi dan
kebutuhan diri juga dibantu atau menyiapkan alat untuk ke kamar
mandi. Penampilan pasien sakit sedang. Tindakan perawatan pada
pasien ini monitor tanda-tanda vital, periksa urin reduksi, fungsi
fisiologis, status emosional, kelancaran drainase atau infus ]. Pasien
memerlukan bantuan pendidikan kesehatan untuk mendukung emosi
5 – 10 menit/shift. Tindakan dan pengobatan 20 – 30 menit/shift
atau 30 – 60 menit/shift dengan mengobservasi efek samping obat
atau reaksi alergi.
c) Kategori III : Perawatan total/intensive care
Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilakukan sendiri, semua
dibantu oleh perawat, penampilan sakit berat. Pasien memerlukan
observasi terus menerus.

3. Pengarahan
Pengarahan dilakukan dalam beberapa kegiatan yaitu program
motivasi, manajemen konflik, dan supervisi. Program motivasi dimulai dengan
membudayakan cara berfikir positif bagi setiap SDM dengan
mengungkapkannya melalui pujian (reinforcement) pada setiap orang yang
bekerja bersama-sama. Kebersamaan dalam mencapai visi, dan misi merupakan
pendorong kuat untuk focus pada potensi masing-masing anggota.
Pengawasan dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Pengawasan langsung dilakukan saat tindakan atau kegiatan sedang
berlangsung, misalnya perawat pelaksanan sedang melakukan banti balutan,
maka katm mengobservasi tentang pelaksanaan dengan memperhatikan apakah
standar kerja dijalankan. Pengawasan terkait pula dengan kinerja dan kompetisi
perawat, yang akan berguna dalam program jenjang karir perawat bersangkutan.
Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan atau dokumen yang
menguraikan tindakan dan kegiatan yang telah dilakukan.
Pengawasan biasanya dilakukan oleh perawat yang lebih
berpengalaman, ahli atau atasan kepada perawat dalam pelaksanaan kegiatan
atau tindakan. Di ruang rawat pengawasan dilakukan kepada kepala ruangan,
ketua tim dan perawat pelaksana.

4. Fungsi Pengendalian
Pengendalian adalah upaya mempertahankan mutu, kualitas atau
standar. Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi
keinginan (standar) yang telah ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada proses
yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan
pelanggan, keluarga, perawat dan dokter. Kepala ruangan akan membuat
laporan hasil kerja bulanan tentang semua kegiatan yang dilakukan. Audit
dokumentasi keperawatan dilakukan pada rekam medik yang pulang atau yang
sedang dirawat lalu dibuat rekapitulasinya untuk ruangan.
a. Penghargaan karir (Compensatory Rewards)
Keperawatan merupakan SDM kesehatan yang mempunyai
kesempatan paling banyak untuk melakukan praktek profesionalnya pada
pasien di berbagai tatanan khususnya pada pasien yang dirawat di rumah
sakit serta memberikan asuhan 24 jam terus menerus. Untuk sejumlah
pasien diperlukan sejumlah perawat karena perawat senantiasa ada di antara
pasien, berbeda dengan profesi kesehatan lain yang memerlukan waktu
sesaat dan tidak terus menerus sehinggajumlah mereka tidak sebanyak
perawat.Untuk itu, kemampuan perawat melakukan praktek keperawatan
professional perlu dipertahankan, dikembangkan dan ditingkatkan melalui
manajemen SDM/kinerja perawat yang konsisten dan disesuaikan dengan
perkembangan iptek keperawatan.
Untuk MPKP pemula, diharapkan karu dan katim mempunyai latar
belakang pendidikan minimal DIII Keperawatan serta seluruh perawat
pelaksana minimal DIII.
1. Orientasi kerja
Semua perawat yang bekerja di ruang MPKP harus melalui
masa orientasi berupa pemberian informasi tentang budaya kerja
MPKP dan orientasi di ruang rawat MPKP. Selama masa orientasi
dievaluasi kinerja dalam melaksanakan budaya kerja MPKP.
2. Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan (PKB)
Pendidikan keperawatan berkelanjutan dapat berupa pendidikan
formal yaitu peningkatan pendidikan dari SPK ke DIII keperawatan,
DIII Keperawatan ke S1 Ners Keperawatan, atau S1 Ners ke S2
Keperawatan dan seterusnya. Selain itu dapat dilakukan pendidikan
informal secara on the job training yaitu pelatihan/bimbingan secara
terus menerus sambil bekerja, misal perawat pelaksana dapat
meningkatkan kompetensinya dengan bimbingan katim, dapat
meningkatkan kemampuan manajenal katim dengan bimbingan
kepala ruangan. Out the job training yaitu pelatihan yang
diselenggarakan dalam kurun waktu tertentu, misalnya pelatihan 4
hari atau lebih. Perawat harus meninggalkan pekerjaannya sementara.
Pelatihan yang diikuti akan dirancang sesuai dengan pengembangan
kemampuan yang terkait.
3. Pengembangan Jenjang Karir Perawat
Pengembangan jenjang karir adalah pengembangan peran dan
tanggung jawab. Seorang perawat yang telah sukses di ruang MPKP
merupakan asset keperawatan untuk pengembangan MPKP di ruang
rawat lain, artinya menjadi pembaharu. Ia dapat pula berperan sebagai
narasumber bagi rumah sakit lain yang ingin mengembangkan MPKP.
Demikian juga perawat asosiet dapat berkembang menjadi perawat
primer dan perawat primer menjadi karu.
b. Hubungan Profesional ( Profesional Relationship)
Hubungan pnofesional antara anggota tim keperawatan dan profesi
dokter memberi suasana ilmiah dan profesional di ruang MPKP. Untuk itu
direncanakan kegiatan yang akan memberi kesempatan bagi tenaga
kesehatan berbagi pendapat dan pengalaman, baik dalam pelayanan maupun
asuhan pada pasien dan keluarga. Interaksi antara profesi diselenggarakan
berupa:
1) Hubungan profesional antar perawat
a) Operan, yaitu komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore
dan malam. Operan dari malam ke pagi dan dari pagi ke sore
dipimpin oleh katim, sedangkan openan dan sore ke malam
dipimpin oleh penanggungjawab shift sore.
b) Konfenensi awal (pre conference) yaitu komunikasi katim dan
perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan
pada shift tersebut yang dipimpin oleh katim. Jika yang berdinas
pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference
ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana
harian) dan tambahan rencana dan katim atau PJ tim. Pre
conference dipimpin oleh katim atau PJ tim.
c) Konferensi akhir (post conference) yaitu komunikasi katim dan
perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan
sebelum operan berikutnya. Isi post conference adalah hasil asuhan
keperawatan tiap perawat dan hal penting untuk operan (tindak
lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau PJ tim.
d) Studi kasus dapat dilakukan pada tingkat tim atau ruangan pada
kasus pasien baru, pasien yang tidak berkembang, pasien yang
meninggal, pasien dengan masalah yang jarang ditemukan.
e) Rapat keperawatan dapat dilakukan satu bulan sekali untuk
mengevaluasi hasil kerja secara keseluruhan membagi informasi,
peraturan/perkembangan IPTEK yang dipimpin oleh katim.
f) Pendelegasian tugas yang jelas diberikan kepada perawat yang
mempunyai kemampuan untuk melakukannya. Kepala ruangan
dapat mendelegasikan tugas kepada katim, demikian pula katim
dapat mendelegasikan tugas kepada perawat pelaksana.
c. Hubungan profesional antara perawat dan dokter
1) Kolaborasi antara katim dan dokter
Katim bertanggungjawab berkolaborasi dengan dokter yang
merawat pasien yang ada di timnya. Jika katim tidak dinas/tidak di
tempat, maka ia harus mendelegasikan kolaborasi dengan dokter kepda
perawat yang merawat pasien yang bersangkutan. Sesuai dengan
pengorganisasian perawat, maka dokter, fisioterapis dan ahli gizi dapat
berdialog dengan perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien
tertentu. Hubugan kemitraan dapat ditumbuhkan sehingga iklim kerja
yang saling menghargai dapat tencipta.
2) Instruksi dokter melalui telpon dibuatkan pedomannya. Misalnya perlu
ada saksi penerima telpon dan 1x24 jam kemudian dokter harus
mengganti instruksi lisan menjadi instruksi tertulis.
3) Studi kasus multidisiplin, yaitu membahas kasus bersama-sama tim
terkait. Misalnya setiap pasien baru dibahas bersama tindakan dan
berbagai pihak untuk kepentingan pasien. Hal ini perlu agar terlaksana
asuhan terpadu dan holistik.
4) Rapat ruang rawat, bersama seluruh petugas kesehatan yang bekerja di
ruangan tersebut untuk membahas hasil total pelayanan kesehatan
ruang rawat.

Anda mungkin juga menyukai