Anda di halaman 1dari 46

KOMITE KEPERAWATAN

Diposkan oleh Sang Bedjo di 00.43

LANGKAH-LANGKAH MEMBENTUK KOMITE KEPERAWATAN

April 9th, 2008 | by admin |

Asuhan yang berkualitas mempunyai beberapa elemen (ICN) : 1. Meningkatnya kesehatan dalam
waktu sesingkat mungkin, 2. Menekankan kepada pencegahan, penemuan dini, dan treatment, 3.
Diberikan pada waktu yang tidak tertunda, 4. Dengan landasan pemahaman terjadi kerjasama dan
partisipasi klien dalam membuat keputusan tentang proses asuhan, 5. Berdasarkan prinsip-prinsip
ilmiah dan cakap dalam penggunaan teknologi dan sumber-sumber keprofesian, 6. Menunjukan
kesadaran akan stres dan kecemasan klien (dan keluarga) dengan concern akan kesejahteraan klien
secara menyeluruh, 7. Memanfaatkan dengan efisien teknologi yang tepat dan sumber-sumber asuhan
kesehatan lain, dan 8. Secara memadai didokumentasikan untuk memungkinkan kontinuitas asuhan
dan telaah sejawat.
Asuhan yang berkualitas dapat dicapai dengan adanya profesionalisme keperawatan. Pelayanan
keperawatan profesional di RS diberikan oleh kelompok keperawatan. Kelompok keperawatan yang
bertanggung jawab untuk terlaksananya peran dan kegiatan perawat di RS dapat berupa komite yang
berada dalam struktur tetapi menjalankan peran fungsional. Komite Keperawatan di RS merupakan
media utama untuk mengakomodasi dan memfasilitasi tumbuhnya komunitas profesi keperawatan
melalui sistem pengampu keilmuan yang dapat mempertahankan profesionalisme pelayanan
keperawatan yang diberikan.

A. Pengertian
Komite Keperawatan merupakan wadah non struktural yang berkembang dari struktur organisasi
formal rumah sakit bertujuan untuk menghimpun, merumuskan dan mengkomunikasikan pendapat
dan ide-ide perawat/bidan sehingga memungkinkan penggunaan gabungan pengetahuan,
keterampilan, dan ide dari staf profesional keperawatan.
Komite Keperawatan merupakan oganisasi yang berfungsi sebagai wahana bagi tenaga keperawatan
untuk berpartisipasi dalam memberikan masukan tentang hal-hal yang terkait masalah profesi dan
teknis keperawatan.

B. Prinsip kegiatan Komite Keperawatan


Prinsip sinergisme yang memberlihatkan thinking power kelompok terpilih untuk bersama-sama
berupaya memperoleh keluaran yang lebih efektif.
Tenaga keperawatan profesional diberdayakan untuk berkontribusi secara kolektif terhadap proses
pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pelayanan keperawatan.
C. Tujuan pembentukan Komite Keperawatan
Mewujudkan profesionalisme dalam pelayanan keperawatan :
1. Mengorganisasi kegiatan pelayanan keperawatan melalui penggabungan pengetahuan,
keterampilan dan ide-ide.
2. Menggabungkan sekelompok orang yang menyadari pentingnya sinergi dan kekuatan berpikir agar
dapat memperoleh output yang paling efektif.
3. Meningkatkan otonomi tenaga keperawatan dalam pengelolaan pelayanan keperawatan di RS.

D. Peran Komite Keperawatan


1. Fasilitator pertumbuhan dan perkembangan profesi melalui kegiatan yang terkoordinasi.
2. Tim kendali mutu untuk mempertahankan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan aman.
3. Problem solver dalam mengatasi masalah keperawatan yang terkait dengan etik dan sikap moral
perawat.
4. Investigator, kelompok peneliti yang mengkaji berbagai aspek keperawatan untuk meningkatkan
pelayanan.
5. Implementator,vmenjamin diterapkannya standar praktek, asuhan, dan prosedur.
6. Human relation team, menjamin hubungan kerja dengan staff
7. Designer/implementator/pemantau dan evaluator ide baru.
8. Komunikator, edukator, negosiator, dan pemberi rekomendasi terhadap hasil kerja staff.

E. Fungsi Komite Keperawatan


Dalam kaitan dengan pelayanan keperawatan di rumah sakit
1. Menjamin tersedianya norma-norma : standar praktek/asuhan/prosedur keperawatan sesuai
lingkup asuhan dan pelayanan serta aspek penting asuhan di seluruh area keperawan
2. Menjaga kualitas asuhan melalui perumusan rencana peningkatan mutu keperawatan tingkat
rumah sakit: menetapkan alat-alat pemantauan, besar sampel, nilai batas, metodologi pengumpulan
data, tabulasi, serta analisis data.
3. Mengkoordinasi semua kegiatan pemantauan mutu dan evaluasi keperawatan : jenis kegiatan,
jadwal pemantauan dan evaluasi, penanggung-jawab pelaksana.
4. Mengintegrasikan proses peningkatan mutu keperawatan dengan rencana rumah sakit untuk
menemukan kecenderungan dan pola kinerja yang berdampak pada lebih dari satu departemen atau
pelayanan.
5. Mengkomunikasikan informasi hasil telaah mutu keperawatan kepada semua yang terkait,
misalnya komite mutu rumah sakit.
6. Mengusulkan solusi kepada manajemen atas masalah yang terkait dengan keprofesionalan tenaga
dan asuhan dalam sistem pemberian asuhan, misalnya sistem pelaporan pasien, penugasan staf.
7. Memprakarsai perubahan dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
8. Berpartisipasi dalam komite mutu tingkat rumah sakit.
9. Mempertahankan keterkaitan antara teori, riset dan praktek.

Dalam kaitan dengan anggota


1. Menetapkan lingkup praktek, kompetensi dan kewenangan fungsional tenaga keperawatan.
2. Merumuskan norma-norma: harapan dan pedoman perilaku.
3. Menyediakan alat ukur pantau kinerja tenaga keperawatan.
4. memelihara dan meningkatkan kompetensi untuk meningkatkan kinerja anggota.
5. Membina dan menangani hal-hal yang berkaitan dengan etika profesi keperawatan.
6. Mewujudkan komunitas profesi keperawatan.
7. Merumuskan sistem rekruitmen dan retensi staff.

F. Garis besar tugas Komite Keperawatan


1. Menyusun dan menetapkan Standar Asuhan Keperawatan di RS
2. Memantau pelaksanaan asuhan keperawatan
3. Menyusun model Praktek Keperawatan Profesional
4. Memantau dan membina perilaku etik dan profesional tenaga keperawatan
5. Meningkatkan profesionalisme keperawatan melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan
seiring kemajuan IPTEK yang terintegrasi dengan perilaku yang baik.
6. Bekerja-sama dengan Direktur/bidang keperawatan dalam merencanakan program untuk
mengatur kewenangan profesi tenaga keperawatan dalam melakukan asuhan keperawatan sejalan
dengan rencana strategi RS.
7. Memberi rekomendasi dalam rangka pemberian kewenangan profesi bagi tenaga keperawatan yang
akan melakukan tindakan asuhan keperawatan.
8. Mengkoordinir kegiatan-kegiatan tenaga keperawatan, menyampaikan laporan kegiatan Komite
Keperawatan secara berkala (setahun sekali) kepada seluruh tenaga keperawatan RS.

G. Struktur organisasi Komite Keperawatan


1. Ketua Komite
Tujuan : Memberi kepemimpinan dan arah kepada sub komite
Lingkup tugas :
a. Mereview berbagai isu yang disajikan dan merujuk ke sub komite yang sesuai.
b. Menjaga dan merekomendasi perbaikan-perbaikan yang diperlukan.
c. Memberi bimbingan dan dukungan kepada sub komite.
d. Memfasilitasi proses penetapan tujuan tahunan sub komite
e. Mereview jadwal operasional tahunan
2. Sub Komite Praktek Keperawatan
Tujuan : Menetapkan, mengimplementasikan dan menjaga standar praktek klinik keperawatan
tertinggi, konsisten dengan standar profesional yang ditetapkan dan atau yang berkembang dan yang
dipersaratkan lembaga pengatur.
Lingkup tugas :
a. Menetapkan lingkup praktek dari perawat profesional dan vokasional : peran dan tanggung jawab
staf penunjang asuhan, dan kompetensi umum dan khusus.
b. Menyusun dan memperbaiki uraian tugas dari staf klinik.
c. Berpartisipasi dalam tim kredensial dari para pelaksana praktek yang ditetapkan.
d. Mereview, menyetujui, dan memperbaiki standar asuhan klinik dibidang dimana asuhan
keperawatan diberikan.
e. Menyusun format evaluasi dan review sejawat untuk semua perawat klinik.
f. Menggunakan temuan-temuan riset keperawatan kedalam praktek klinik bila cocok.
g. Menyusun dan merevisi sistem dokumentasi keperawatan

3. Sub Komite Pengembangan Profesi


Tujuan : Menetapkan, mengimplementasikan, dan menjaga standar kependidikan yang
meningkatkan pertumbuhan keprofesian dan kompetensi klinik tanpa henti.
Lingkup tugas :
b. Menetapkan dan mengevaluasi kebutuhan pendidikan keperawatan dan menetapkan proses-proses
untuk memenuhi kebutuhan kependidikan staf bersamaan dengan pengembangan staf.
c. Meningkatkan akontabilitas individual para perawat untuk pendidikanyang diwajibkan dan
memfasilitasi proses kredensial/sertifikasi ulang.
d. Menetapkan peran dan tanggung jawab preseptor.
e. Memelihara lingkungan yang kondusif untuk peningkatan dan pemanfaatan riset keperawatan.
f. Berpartisipasi dalam program rekruitmen, pengakuan, dan retensi melalui kolaborasi dengan
bagian SDM/HRD.

4. Sub Komite Mutu Keperawatan


Tujuan : Memantau ketepatan dan efektifitas asuhan yang diberikan oleh staf keperawatan sekaligus
mengkaji dan memastikan kepatuhan dengan standar dan praktek yang ditetapkan.
Lingkup tugas :
a. Menyusun, merevisi dan menyetujui rencana peningkatan mutu keperawatan.
b. Mengintegrasikan peningkatan mutu keperawatan dengan rencana RS.
c. Memantau dan memastikan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan.
d. Memastikan kepatuhan terhadap jadwal pelaporan untuk perbaikan kinerja komite.
e. Mensahkan dan memantau rencana peningkatan mutu unit.

H. Susunan organisasi
1. Komite Keperawatan:
a. Terdiri dari ketua, wakil dan sekretaris dan anggota.
b. Ketua dipilih anggota dari 3 (tiga) calon ketua.
c. Dipilih setiap 3 tahun dan ditetapkan dengan SK direksi.
d. Anggota dipilih dari perwakilan bidang keahlian dan kelompok tenaga keperawatan, misalnya
medikal bedah, anak, kritikal dan kelompok Perawat Klinik, peer manager dll.
e. Komite Keperawatan mempunyai sub komite.

I. Hubungan Komite dengan Direktur/Bidang Keperawatan


Komite mempunyai peran yang sanat besar dalam membantu direksi dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan. Hubungan Komite dengan Direktur/Bidang keperawatan bukan hubungan atasan-
bawahan, melainkan hubungan kerjasama, koordinasi, kemitraan, dan saling menguatkan.

Komite Keperawatan dapat menjadi :


1. Media utama untuk mengakomodasi dan memfasilitasi berkembangnya profesional keperawatan
yang dapat mempertahankan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan.
2. Menjadi mitra direktur/bidang keperawatan dalam mencapai visi dan misi serta tujuan bidang
keperawatan.
3. Membantu fungsi-fungsi manajemen dan menyelesaikan persoalan operasional.
4. Memberi penasehatan terkait aspek profesi keperawatan.

J. Persiapan pembentukan Komite Keperawatan


1. Membentuk panitia persiapan
2. Pengarahan bagi panitia persiapan
3. Bedah buku, belajar dari komite RS lain.
4. Menyusun program kerja : tujuan, sasaran, susunan organisasi, tata kerja, jadwal pertemuan,
mekanisme laporan, masa kerja komite.
5. Presentasi pada pimpinan daerah/dewan pendiri dan direksi RS.
6. Sosialisasi.
7. Pembentukan dan pengesahan komite.
8. Implementasi kerja komite.
9. Evaluasi.
KONSEP MANAJEMEN
ASUHAN KEPERAWATAN
Jul 9
KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN

Oleh:Apriyani Puji Hastuti, S.Kep Ners

1. 1. PENGERTIAN

Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan keempat unsur: standart,
proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem MAKP. Definisi tersebut
berdasarkan prinsip- prinsip nilai yang diyakini dan akan menentuakan kualitas produksi/
jasa layanan keperawatan.

Gambar 1. Hubungan antara keempat unsur dalam penerapan sistem MAKP

Standart kebijakan intitusi/ nasional

Proses keperawatan:

Pengkajian
Perencanaan
Intervensi
evaluasi

Pendidikan klien:

Pencegahan penyakit
Mempertahankan kesehahatan
Informed consent
Rencana pulang/ komunitas

Sistem MAKP:
Fungsional
Tim
Primer
Modifikasi
Faktor- faktor yang berhubungan dengan perubahan MAKP:

1. Kualitas pelayanan keperawatan

Setap upaya untuk meningkatkan pelayanan

Untuk meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien/ konsumen


Untuk menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi
Untuk mempertahankan eksistensi institusi
Untuk meningkatkan kepuasan kerja
Untuk meningkatkan kepercayaan konsumen/ pelanggan
Untuk menjalankan kegiatan sesuai aturan/ standart
1. Standart praktek keperawatan

Menurut JCHO (Joint Commission on Accreditational Helath Care Organisastion terdapat 8


standart tentang asuhan keperawatan yang meliputi:

Menghargai hak- hak pasien


Penerimaan sewaktu pasien MRS
Observasi keadaan pasien
Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Asuhan pada tindakan non- operative dan administratif
Asuhan pada tindakan olerasi dan prosedur invasif
Pendidikan pada pasien dan keluarga
Pemberian asuhan secara terus menerus dan berkesinambungan

1. 2. PENGHITUNGAN KEBUTUHAN TENAGA

1. Tingkat ketergantungan pasien

Tingkat ketergantungan klien di ruang kardiologi dinilai dengan menggunakan instrumen


yang dimodifikasi kelompok sesuai dengan keadaan klien kardiologi dengan acuan
instrumen penilaian tingkat keretgantungan klien dari Orem (total, partial, mandiri)

Tabel 1 Klasifikasi Tingkat Ketergantungan Pasien (berdasarkan teori Orem)


KLASIFIKASI DAN KRITERIA

MINIMAL CARE

1. Pasien bisa mandiri/ hampir tidak memerlukan bantuan


A. Mampu naik- turun tempat tidur
B. Mampu ambulasi dan berjalan sendiri
C. Mampu makan dan minum sendiri
D. Mampu mandi sendiri/ mandi sebagian dengan bantuan
E. Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)
F. Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan
G. Status psikologis stabil
H. Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik
I. Operasi ringan

PARTIAL CARE

1. Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian


A. Membutuhkan batuan 1 orang untuk naik- turun tempat tidur
B. Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/ berjalan
C. Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
D. Membutuhkan bantuan untuk makan/ disuap
E. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
F. Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
G. Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK (tempat tidur/ kamar mandi)
H. Post operasi minor 24 jam
I. Melewati fase akut dari post operasi mayor
J. Fase awal dari penyembuhan
K. Observasi tanda- tanda vital setiap 4 jam
L. Gangguan emosional ringan

TOTAL CARE

1. Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu perawat yang lebih
lama
A. Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur ke kereta dorong
atau kursi roda
B. Membutuhkan latihan pasif
C. Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena (infus) atau NG tube
(sonde)
D. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
E. Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
F. Dimandikan perawat
G. Dalam keadaan inkontinensia
H. 24 jam post operasi mayor
I. Pasien tidak sadar
J. Keadaan pasien tidak stabil
K. Observasi TTV setip kurang dari jam
L. Perawatan luka bakar
M. Perawatan kolostomi
N. Menggunakan alat bantu nafas (ventilator)
O. Menggunakan WSD
P. Irigasi kandung secara terus menerus
Q. Menggunakan alat traksi (skeletal traksi)
R. Fraktur dan atau pasca operasi tulang belakang/ leher
S. Gangguan emosional berat, bingung dna disorientasi

1. Kebutuhan tenaga perawat

Tabel 2 Penghitungan Kebutuhan Tenaga

KLASIFIKASI PASIEN

MINIMAL PARSIAL TOTAL

JUMLAH SIAN MALA SIAN MALA SIAN


PASIEN PAGI G M PAGI G M PAGI G

1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30

2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60

3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90

1. 3. TUJUAN MAKP
A. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.
B. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan
asuhan keperawatan oleh tim keperawatan
C. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
D. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan
E. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan
bagi setiap tim keperawatan

1. PILAR PILAR DALAM MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESSIONAL


(MPKP)

Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar diantaranya
adalah

a) Pilar I : pendekatan manajemen keperawatan

Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen sebagai pilar


praktik perawatan professional yang pertama. Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen
terdiri dari

1) Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi


(perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ; harian,bulanan,dan
tahunan)

2) Pengorganisasian dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar


alokasi pasien.

3) Pengarahan

Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan iklim motifasi,


manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post conference, dan
manajemen konflik

4) Pengawasan

5) Pengendalian

b) Pilar II: sistem penghargaan

Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan professional


berfokus pada proses rekruitmen,seleksi kerja orientasi, penilaian kinerja, staf
perawat.proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada
penambahan perawatan baru.

c) Pilar III: hubungan professionalHubungan professional dalam pemberian pelayanan


keperawata (tim kesehatan) dalam penerima palayana keperawatan (klien dan keluarga).
Pada pelaksanaan nya hubungan professional secara interal artinya hubungan yang
terjadi antara pembentuk pelayanan kesehatan misalnya antara perawat dengan
perawat, perawat dengan tim kesehatan dan lain lain. Sedangkan hubungan
professional secara eksternal adalah hubungan antara pemberi dan penerima pelayanan
kesehatan.

d) Pilar IV : manajemen asuhan keperawatan

Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan keperawat dengan
mengunakan manajemen asuhan keperawatan di MPKP tertentu. Manajemen asuhan
keperawat yang diterapkan di MPKP adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan
proses keperawatan

1. 5. MODEL DALAM SISTEM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN

Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat ditentukan oleh pemilihan
metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan semakin meningkatnya
kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangan IPTEK,
maka metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan efisien.

1. Dasar pertimbangan pemilihan model asuhan keperawatan (MAKP)


Sesuai dengan visi dan misi intitusi

Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus didasarkan pada
visi dan misi rumah sakit

Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan

Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan asuhan


keperawatan pada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangan ditentukan
oleh pendekatan proses keperawatan.

Efisien dan efektif penggunaan biaya


Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektifitas dalam
kelancaran pelaksanaanya. Bagaimana baiknya suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya
memadai, maka tidak akan didapatkan hasil yang sempurna.

Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat

Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap
asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu model yang baik adalah model
asuhan keperawatan yang dapat menunjang terhadap kepuasan pelanggan.

Kepuasan kinerja perawat

Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan kinerja
perawat. Oleh karena itu model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan
perawat bukan justru menambah beban kerja dan frustasi dalam pelaksanaannya.

Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan


lainnya

Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan dasar
pertimbangan penentuan model. Model asuhan keprawatan diharapkan dapat
meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan
lainnya.

1. Jenis model asuhan keperawatan profesional (MAKP)

Tabel 3 Jenis model asuhan keperawatan menurut Grant&Massey (1997) dan Marquis&
Huston (1998)

Model Deskripsi Penanggung Jawab

Berdasarkan orientasi tugas dari filosofi


Fungsional keperawatan perawat yang bertugas pada
Perawat melaksanakan tugas tindakan tertentu
(tindakan) tertentu berdasarkan jadwal
kegiatan yang ada
Metode fungsional dilaksanakan oleh
perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama [ada
saat perang dunia kedua. Pada saat itu
karena masih terbatasnya jumlah dan
kemampuan perawat maka setiap perawat
hanya melakukan 1- 2 jenis intervensi
(misalnya merawat luka) keperawatan
kepeda semua pasien di bangsal

Berdasarkan pendekatan holistik dari


filosofi keperawatan
Perawat bertanggung jawab terhadap
asuhan dan observasi pada pasien tertentu
Rasio pasien perawat= 1:1

setiap pasien ditugaskan kepada semua


perawat yang melayani seluruh kebutuhannya
pada saait ia dinas. Pasien akan dirawat oleh
perawat yang berbeda untuk setiap shift dan
tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat
oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan
satu pasien untuk satu perawat, umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk
perawatan khusus seperti: isolasi, intesive
Kasus care manager keperawatan

Berdasarkan kelompok pada filosofi


keperawatan
6- 7 perawat profesional dan perawat
associate bekerja sebagai suatu tim,
disupervisi oleh ketua tim.

metode ini menggunakan tim yang terdiri dari


anggota yang berbeda- beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi
menjadi 2- 3 tim/ grup yang terdiri dari tenaga
profesional, teknikal dan pembantu dalam satu
Tim grup kecil yang saling membantu ketua tim

Berdasarkan pada tindakan yang


Primer komprehensif dari filosofi keperawatan perawat primer
Perawat bertanggung jawab terhadap
semua aspek asuhan keperawatan dari hasil
pengkajian kondisi pasien untuk
mengkoordinir asuhan keperawatan
Rasio perawat dan pasien1:4 / 1:5 dan
penugasan metode kasus. Metode
penugasan dimana satu orang perawat
bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai
dari pasien masuk sampai KRS. Mendorong
praktek kemandirian perawat, ada kejelasan
antara si pembuat rencana asuhan dan
pelaksana. Metode primer ini ditandai
dengan adanya keterkaitan kuat dan terus
menerus antara pasien dan perawat yang
ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat.

(1) Fungsional

Kelebihannya:

(a) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang baik

(b) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga

(c) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawatan
pada pasien diserahkan kepada perawat junior

Kelemahannya:

(a) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat

(b) Pelayanan keperawatan terpisah- pisah, tidak dapat menerapkan proses


keperawatan

(c) Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja

(2) Keperawatan tim

Metode ini menggunakan tim yang tdd anggota yang berbeda- beda dalam memberikan
asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien

Kelebihannya:

(a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh


(b) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan

(c) Menungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan
memberikan kepuasan kepada anggota tim

Kelemahannya:

(a) Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim,
yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada wakt- waktu
sibuk

Konsep metode tim

(a) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan

(b) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin

(c) Anggota tim harus menghargai kepermimpinan ketua tim

(d) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik bila
didukung oleh kepala ruang

Tanggung jawab anggota tim

(a) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dibawah tanggung jawabnya

(b) Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim

(c) Memberikan laporan

Tanggung jawab ketua tim

(a) Membuat rencana perencanaan

(b) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi

(c) Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien

(d) Mengembangkan kemampuan anggota

(e) Menyelenggarakan konferensi

Tanggung jawab kepala ruang


(a) Perencanaan

Menunjukan ketua tim akan bertugas di ruangan masing- masing


Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya
Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat, transisi, persiapan pulang
bersama ketua tim
Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas dan
kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan/ penjadwalan
Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan medis
yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan

Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan

Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai askep

Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah

Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk

Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri


Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan
Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit

(b) Pengorganisasian

Merumuskan metode penugasan yang digunakan


Merumuskan tujuan metode penugasan
Metode rincian tugas ketua tim dengan anggota tim secara jelas
Membuat rentang kendali kepala ruang membawahi 2 katim dan 2 katim
membawahi 2- 3 perawat
Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari, dll
Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
Mendelegasikan tudas saat kepala ruang tidak berada di tempat, kepada ketua
tim
Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien
Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
Identiikasi masalah dan cara penanganan

(c) Pengarahan
Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik
Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sika[
Menginformasikan hal- hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan
askep pasien
Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya
Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain

(d) Pengawasan

Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan katim


maupun pelaksana mengenai askep yang diberikan kepada pasien
Melalui supervisi

Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan


langsung secara lisan dan memperbaiki/ mengawasi kelemahan- kelemahan yang ada
saat itu juga

Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim. Membaca dan
memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses
keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan katim tentang
pelaksanaan tugas.

Evaluasi

Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana keperawatan


yang telah disusun ketua tim

Audit keperawatan
(3) Keperawatan primer

Kelebihan:

(a) Bersifat kontinuitas dan komprehensif

(b) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil akan
memungkinkan pengembangan diri

(c) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah sakit

Pasien merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain


itu asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapainya pelayanan yang efektif
terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, infromasi dan advokasi. Dokter juga
merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa mendapatkan informasi
tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui dan komprehensif.

Kelemahan:

(a) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengetahuan dan pengalaman
yang memadai dengan kriteria asertif, self direction kemampuan mengambil keputusan
yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntable serta mampu berkolaborasi
dengan berbagai disiplin

Konsep dasar metode primer:

(a) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat

(b) Ada otonomi

(c) Ketertiban pasien dan keluarga


Tugas perawat primer

(a) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif

(b) Membuat tujuan dan rencana keperawatan

(c) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas

(d) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin


lain maupun perawat lain

(e) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai

(f) Menerima dan menyesuaikan rencana

(g) Menyiapkan penyuluhan untuk pulang

(h) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di
masyarakat

(i) Membuat jadwal perjanjian klinik

(j) Mengadakan kunjungan rumah

Peran kepala ruang/ bangsal dalam metode primer

(a) Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer

(b) Orientasi dan merencanakan karyawan baru

(c) Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten

(d) Evaluasi kerja

(e) Merencanakan/ menyelenggarakan pengembangan staf

(f) Membuat 1- 2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang terjadi

Ketenagaan metode primer

(a) Setiap perawat primer adalah perawat bed side

(b) Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat


(c) Penugasan ditentukan oleh kepala ruang

(d) PP dibantu oleh perawat profesional lain maupun non profesional sebagai perawat
asisten

(4) Manajemen kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan
bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode
penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat dan hal ini umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti: isolasi,
intensive care

Kelebihannya:

(a) Perawat lebih memahami kasus per kasus

(b) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah

Kelemahannya:

(a) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab

(b) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama

(5) Modifikasi: tim- primer

Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Penetapan sistem
model MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan:

(a) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena sebagai perawat primer
harus mempunyai latar beakang pendidikan S1 keperawatan atau setara
(b) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan
keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim

(c) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan
dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer. Disamping itu karena saat
ini jenis pendidikan perawat yang ada di RS, sebagian besar adalah lulusan SPK, maka
akan mendapat bimbingan dari perawat primer/ ketua tim tentang asuhan keperawatan.

Peran masing- masing komponen kepala ruangan, Perawat primer dan perawat assosiate

Kepala ruang (KARU) Perawat primer (PP) Perawat assosiate (PA)

Menerima pasien baru


Memimpin rapat
Mengevaluasi konerja
perawat
Membuat daftar dinas
Menyediakan material
Perencanaan,
pengawasan, pengarahan
Membuat perencanaan
askep
Mengadakan tindakan
kolaborasi
Memimpin timbang
terima
Mendelegasikan tugas
Memimpin ronde
keperawatan
Mengevaluasi
pemberian askep
Bertanggung jawab
terhadap pasien Memberikan askep
Memberi petunjuk jika Mengikuti timbang
pasien akan pulang terima
Memimpin timbang Melaksanakan tugas
terima yang didelegasikan
Mengisi resume Mendokumentasikan
keperawatan tindakan keperawatan

1. 6. PENENTUAN MODEL ASUHAN KEPERAWATAN (MAKP)


A. Pengumpulan data
1) Ketenagaan keperawatan

a) Lingkungan kerja

(1) (Gambaran umum jumlah tempat tidur, lokasi dan denah ruangan, fasilitas untuk
pasien, fasilitas untuk petugas kesehatan, fasilitas peralatan dan bahan kesehatan,
fasilitas peralatan dan bahan kesehatan

b) Sumber daya manusia/ ketenagaan

(1) Tenaga keperawatan

(2) Tenaga non keperawatan

c) Ketenagaan keperawatan dan pasien

2) Penerapan model pemberian asuhan keperawatan profesional

3) Sistem pendokumentasian

a) Sistem pendokumentasian ruangan

b) Sistem administrasi

1. Analisa data

Identifikasi situasi ruangan berdasarkan pendekatan SWOT

1. Rumusan masalah
2. Perencanaan

1) Pengorganisasian

2) Rencana strategis

3) Pengaturan waktu dan kegiatan

4) Persiapan penyelenggaraan asuhan keperawatan


TIMBANG TERIMA

Oleh: Apriyani Puji Hastuti, S.Kep Ners

1. Pengertian

Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien (Nursalam, 2002).

2. Tujuan :

1. Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien secara umum


2. Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindak lanjuti oleh dinas
berikutnya.

c. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya

3. Langkah-langkah

1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap


2. Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-hal
apa yang akan disampaikan
3. Perawat primer menyampaikan kepada penaggungjawab shift yang selanjutnya
meliputi :

1) Kondisi atau keadaan klien secara umum

2) Tindak lanjut atau dinas yang menerima operan


3) Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan

1. Penyampaian operan diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru
A. Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama-sama secara
langsung melihat keadaan klien

4. Prosedur Timbang Terima

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :

1. Persiapan

1) Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap

2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan

1. Pelaksanaan

Dalam penerapan sistem MPKP : Primer, timbang terima dilaksanakan oleh perawat
primer kepada perawat primer yang mengganti jaga pada shift berikutnya :

1) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantin shift atau operan

2) Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima


dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan
pasien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksankan serta hal-hal penting
lainnya yang perlu dilimpahkan

3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya
dicatat untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat jaga berikutnya

4) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :

- Identitas pasien dan diagnosis medis

- Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul

- Data fokus (Keluhan subyektif dan obyektif)

- Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilkasanakan

- Intervensi kolaboratif dan dependensi

- Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya
5) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi tanya jawab
terhadap hal-hal yang ditimbang terimakan dan berhak menanyakan mengenai hal-hal
yang kurang jelas

6) Penyampaian saat timbang terima secara jelas dan singkat

7) Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada
kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rincian

8) Kepala ruangan dan semua perawat keliling ke tiap pasien dan melakukan validasi
data.

9) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan
ruangan oleh perawat primer

1. 7. Alur Timbang Terima

ALUR TIMBANG TERIMA

PASIEN

DIAGNOSA KEPERAWATAN

DIAGNOSA MEDIS/ MASALAH KOLABORATIF

RENCANA TINDAKAN

YANG TELAH DILAKUKAN

YANG AKAN DILAKUKAN


PERKEMBANGAN KEADAAN KLIEN

MASALAH :

Teratasi

Belum teratasi

Teratasi sebagian

Muncul masalah baru

PROSEDUR PELAKSANAAN TIMBANG TERIMA :

A. PRA TIMBANG TERIMA (Di Ruang Perawat)

1. Kedua kelompok dinas sudah siap.


2. Masalah keperawatan dan intervensi keperawatan semua pasien telah
dilaksanakan dan didokumentasikan oleh perawat pada dinas sebelumnya dan siap
untuk ditimbang terimakan.
3. Hal-hal yang khusus dicatat, untuk diserahterimakan kepada perawat (PP dan PA)
yang berdinas berikutnya.

B. TIMBANG TERIMA (Di Ruang Perawat)

1. Karu atau penanggung jawab membuka acara timbang terima.


2. PP (Perawat Primer) menyampaikan timbang terima :

- Identitas pasien dan diagnosa medis

- Masalah keperawatan yang muncul


- Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan

- Tindakan keperawatan yang belum dilakukan

- Rencana dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan operasi, pemeriksaan


penunjang, konsultasi atau prosedur tidak rutin).

1. PP penerima timbang terima melakukan klarifikasi.

C. TIMBANG TERIMA (Di Ruang Pasien)

1. PP (Perawat Primer) dan PA (Perawat Asosiat) penerima timbang terima


melakukan klarifikasi, tanya jawab atau melakukan validasi terhadap hal-hal yang
telah ditimbang terimakan.
2. Sedapatnya mengupayakan penyampaian yang jelas, singkat dan padat.
3. Lamanya timbang terima tiap pasien tidak lebih dari 5 menit, kecuali dalam
kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang lebih rinci.

4. PASKA TIMBANG TERIMA (Di Ruang Perawat)

1. Diskusi untuk membahas permasalahan bila ada (dipimpin Karu / penanggung


jawab).
2. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada format laporan
ruangan.
3. Penandatanganan oleh Karu dan PP masing-masing kelompok dinas.
4. Acara timbang terima ditutup oleh Karu / penanggung jawab.
SENTRALISASI OBAT

Oleh: Apriyani Puji Hastuti, S.Kep Ners

1. 1. PENGERTIAN

Kontroling atau pengawasan terhadap penggunaan dan konsumsi obat merupakan salah
satu peran perawat sehingga perlu dilakukan dalam suatu pola yang sistematis sehingga
penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol oleh perawat sehingga resiko kerugian
secara materiil maupun non materiil dapat dieliminir. Upaya sistematik meliputi uraian
terinci tentang pengelolaan obat secara tepat oleh perawat diperlukan sebagai bentuk
tanggung jawab perawat dalam menyelenggarakan kegiatan keperawatan.

Sentralisasi obat ( tehnik pengelolaan obat penuh) adalah pengelolaan obat dimana
seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan sepenuhnya kepada
perawat, pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.

1. 2. TEKNIK PENGELOLAAN SENTRALISASI OBAT


A. Obat yang telah diresepkan dan telah diambil oleh keluarga diserahkan
kepada perawat dan keluarga menerima tanda bukti serah terima obat.
B. Perawat menuliskan nama pasien, registrasi, jenis obat, jumlah (sediaan)
dan diketahui oleh keluarga/ klien dalam format pemberian obat. Keluarga /
klien selanjutnya mendapatkan informasi bila mana obat tersebut akan habis.
C. Klien / keluarga selanjutnya mendapatkan tanda bukti serah terima obat
yang berisi nama obat, jumlah, dosis obat yang diberikan perawat.
D. Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat dalam
kotak obat.
E. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar
pemberian obat.
F. Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat
dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian
obat, dengan terlebih dahulu di cocokkan dengan terapi di dalam advis dokter.
G. Pada saat pemberian obat perawat menjelaskan macam obat, kegunaan
obat, jumlah obat, efek samping obat. Usahakan tempat obat kembali setelah
obat dikonsumsi. Pantau adanya efek samping pada pasien.
H. Sediaan obat yang ada selanjutnya dicek setiap pagi oleh kepala ruangan /
petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam format pemberian obat
pada kolom sisa.
1. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara optimal
dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
2. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta dalam mengontrol penggunaan obat.
3. Penerimaan obat :
4. Pembagian obat :

5. Penambahan obat baru :

Bilamana ada penambahan / perubahan jenis, dosis atau perubahan rute pemberian
obat, maka informasi ini akan dimasukkan dalam format pemberian obat pada kolom
terima.

6. Obat khusus.
1. Obat disebut khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup mahal,
menggunakan rute pemberian yang cukup sulit, memiliki efek samping yang cukup
besar atau hanya diberikan pada waktu tertentu.
2. Pemberian obat khusus didokumentasikan di format pemberian obat (tidak ada
format khusus)
3. Informasi yang diberikan pada klien/ keluarga yaitu nama obat, kegunaan obat,
waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab pemberian dan tempat obat
sebaiknya diserahkan/ ditunjukkan pada keluarga setelah pemberian. Usahakan
terdapat saksi dari keluarga saat pemberian obat.

1. 3. Alur pelaksanaan sentralisasi obat

PENDEKATAN PERAWAT

DOKTER

KELUARGA/ PASIEN
FARMASI/ APOTIK

KELUARGA/ PASIEN

KARU/ PP / PA YANG MENERIMA

PENGATURAN / PENGELOLAAN OLEH PERAWAT

Surat persetujuan
Lembar serah terima obat

KLIEN
A. PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORMAT SURAT PERSETUJUAN SENTRALISASI
OBAT.

1. Nama, umur, jenis kelamin, alamat dapat diisi dengan nama pasien sendiri, anak,
istri, suami, orang tua, dan lain-lain.

2. Nama Klien, Umur, Jenis kelamin, alamat, no.reg diisi sesuai dengan data klien yang
bersangkutan.

3. Ruangan diisi sesuai tempat pasien dirawat.

4. Pengisian tanggal sesuai dengan tanggal pelaksanaan informed consent.

5. Format ditandatangani oleh perawat yang menerangkan dan klien yang menyetujui
dilakukan tindakan sentralisasi obat, disertai para saksi-saksi.

B. PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORMAT PEMBERIAN OBAT.

1. Pengisian nama pasien, No. Register, umur, ruangan.


2. Kolom Nama obat diisi sesuai dengan obat yang diberikan sesuai dosis, dan cara
pemberian.
3. Kolom tanggal diisi tanggal penerimaan obat, secara vertikal begitu juga pada
kolom terima yaitu jumlah obat yang diterima dan ditulis nama terang perawat dan
keluarga yang menerima.
4. Kolom pemakaian obat diisi sesuai jam berapa obat diberikan beserta nama
perawat.
5. Kolom sisa diisi oleh perawat shift malam yaitu jumlah obat yang masih ada
setelah pamberian beserta nama perawat.

C. PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN TANDA BUKTI SERAH TERIMA OBAT (UNTUK


PASIEN)

1. Pengisian nama pasien, umur, No. Registrasi ruangan


2. Kolom tanggal penerimaan obat diisi sesuai dengan tanggal serah terima obat.
3. Kolom nama obat, dosis dan jumlah (sediaan) diisi sesuai dengan nama obat,
frekuensi pemberian dan jumlah yang diterima.
4. Kolom TT/Nama terang yang menyerahkan disi oleh keluarga / klien.
5. Kolom TT/Nama terang yang menerima diisi oleh perawat atau keluarga yang
menerima.

D. PETUNJUK TEKNIS SENTRALISASI OBAT

1. Perawat menjelaskan tujuan dan manfaat dari sentralisasi obat.


2. Pasien/ keluarga mengisi format peersetujuan sentralisasi obat.
3. Pasien / keluarga memberi obat ke perawat dan menerima tanda bukti serah
terima obat dari perawat.
4. Perawat menerima obat dari pasien/ keluarga dan mengisi format pemberian obat
pada kolom terima.
5. Perawat menyimpan obat yang telah diterima di kotak obat.
6. Perawat meletakkan obat di tempat obat saat memberikan obat sesuai jadwal.
7. Perawat memberikan obat ke pasien.
8. Perawat mengisi format pemberian obat dan LK 4.

FORMAT SERAH TERIMA OBAT


Nama Pasien : Ruangan :

Umur : No. Reg :

Jumlah T T/ nama T T/nama


Tgl terang terang
Penerimaa N Dos (Sedia perawat yang keluarga/
n Obat o Nama Obat is an) menerima pasien
FORMAT PEMBERIAN OBAT

Nama Pasien: Ruangan: Umur: No.


Reg :
Tgl

Terim
a

Nama

Nam Nam Nam Nam


Jam a Jam a Jam a Jam a

Nama Obat:

Dosis:

Cara
Pemberian
(rute):

Sisa

Nama

Nama Obat: Tgl


Terim
a

Nama

Nam Nam Nam Nam


Jam a Jam a Jam a Jam a

Dosis:

Cara
Pemberian
(rute):

Sisa

Nama

Waktu Pemberian Obat: Keterangan:

1 x 1 Pagi : 08.00 1. Tidak ada persediaan


(TAP)
1 x 1 Malam : 20.00 2. Pasien tidak mau minum

2x1 : 08.00 20.00 3. Obat dihentikan

3x1 : 08.00 16.00 24.00 4. Pasien tidak


diperbolehkan minum obat

4x1 : 08.00 14.00 20.00 02.00

5x1 : 08.00 13.00 18.00 23.00 04.00

6x1 : 08.00 12.00 16.00 20.00 24.00 04.00

TANDA BUKTI SERAH TERIMA OBAT

Nama Pasien : Ruangan :

Umur : No. Reg :

Jumlah T T/ nama T T/nama


Tgl terang terang
Penerimaa N Dos (Sedia perawat yang keluarga/
n Obat o Nama Obat is an) menerima pasien
RONDE KEPERAWATAN

Oleh: Apriyani Puji Hastuti, S.Kep Ners

1. 1. Pengertian

Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah


keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan pasien untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan (Nursalam, 2002).

1. Tujuan Ronde :

a. Tujuan Umum

Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir kritis.

b. Tujuan khusus

1) Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis dalam pemecahan masalah


keperawatan klien.

2) Memberikan tindakan yang berorientasi pada masalah keperawatan klien

3) Meningkatkan kemampuan validitas data klien


4) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan

5) Meningkatkan kemampuan justifikasi

6) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja

1. 3. Manfaat
A. Masalah pasien dapat teratasi
B. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
C. Terciptanya komunitas perawatan yang profesional
D. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan
E. Perawat dapat melaksanakan model keperawatan dengan tepat dan benar

1. 4. Kriteria Pasien

Pasien yang dipilih untuk yang dilakukan ronde keperawatan adalah pasien yang memiliki
kriteria sebagai berikut :

1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan


tindakan keperawatan.
2. Pasien dengan kasus baru atau langka.

1. 5. Peran Masing-masing Anggota Tim


A. Peran perawat primer dan perawat assosiate

- Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien.

- Menjelaskan diagnosis keperawatan.

- Menjelaskan intervensi yang dilakukan.

- Menjelaskan hasil yang didapat

- Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil

- Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji

1. Peran perawat konselor


- Memberikan justifikasi

- Memberikan reinforcement

- Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta rasional


tindakan

- Mengarahkan dan koreksi

- Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari

1. 6. Alur Pelaksanaan Ronde Keperawatan

PP

validasi data

Penetapan Pasien

Persiapan Pasien :

Inform Concernt
Hasil Pengkajian/ Validasi data

Kesimpulan dan rekomendasi solusi masalah

Penyajian

Masalah
Lanjutan-diskusi di Nurse Station

Diskusi PP-PP, Konselor,KARU

TAHAP RONDE PADA BED KLIEN

TAHAP PRA RONDE

TAHAP PASCA RONDE

TAHAP PELAKSANAAN DI NURSE STATION

Apa diagnosis keperawatan?


Apa data yang mendukung?
Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?
Apa hambatan yang ditemukan?

1. 7. Kriteria Evaluasi
A. Struktur

- Persyaratan administratif (informed consent, alat, dll)

- Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan

- Persiapan dilakukan sebelumnya

1. Proses

- Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir

- Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah
ditentukan

1. Hasil

- Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan


- Masalah pasien dapat teratasi

- Perawat dapat :

1. Menumbuhkan cara berfikir yang kritis


2. Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
3. Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
4. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
5. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada
masalah klien.

Anda mungkin juga menyukai