SKRIPSI
OLEH
ADE SUMINTRA
NPM. 213215022
2017
1
HUBUNGAN TINDAKAN PERAWAT TENTANG
TERAPI CAIRAN INTRAVENA DENGAN KEJADIAN
PLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP DEWASA
RSUD CIBABAT KOTA CIMAHI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu Syarat untuk mencapai gelar sarjana Keperawatan (S-1)
OLEH
ADE SUMINTRA
NPM.213215022
2017
PENGESAHAN
NPM : 213215022
Mengesahkan
Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi
Pembimbing I Pembimbing II
Penguji I Penguji II
Mengetahui
ii
PERNYATAAN
Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/ sanksi yang dijatuhkan
kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap
etika keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian
karya saya.
Ade Sumintra
iii
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDRAL ACHMAD YANI 2017
ADE SUMINTRA
HUBUNGAN TINDAKAN PERAWAT TENTANG TERAPI CAIRAN INTRAVENA
DENGAN KEJADIAN PLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RSUD CIBABAT
CIMAHI
xiii + 71 halaman + 6 tabel + 3 gambar + 9 lampiran
ABSTRAK
iv
STUDY OF NURSING SCIENCE PROGRAM (S1)
HEALTH SCIENCE COLLEGE OF JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI 2017
ADE SUMINTRA
RELATION NURSING ACTION ABOUT THERAPY INTRAVENA THERAPY
WITH PLEBITIS INCIDENT IN INPATIENT ROOM RSUD CIBABAT CIMAHI
xiii + 71 page + 6 tables + 3 pictures + 9 attachments
ABSTRACT
Nursing services in hospitals are part of the overall health service, even in part
one of the decisive factors for service quality and hospital image in the eyes of
the public. One service in the field of nursing is the provision of intravenous fluid
therapy, in addition to providing benefits of this therapy also has side effects of
plebitis. The occurrence of plebitis is one indicator of nursing care quality. The
incidence of plebitis in hospitalized patients at RSUD Cibabat in the last six
months reached 5.29% from 2379 cases of plebitis. One of the main problems is
the increasing incidence of hospitalized plebitis, whereas efforts to handle
nosocomial infections continue to be encouraged by the hospital.The purpose of
this study to determine the relation Action nurse with plebitis occurrence in the
Inpatient Room RSUD Cibabat.
This type of research uses descriptive correlative with cross sectional approach
method. The data analysis used is univariate to see the frequency distribution
and bivariate to see the relationship (chi-square). The number of samples was 48
respondents. Sampling technique with non-probability sampling with purposive
sampling technique.
The result of research, nurse action (p value 0,001) has significant relation with
plebitis Incedent.
This research suggests nurses to re-review the fluid overview, both in the form of
training and seminars, and monitor the implementation of standard operating
procedures periodically.
v
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-
Rawat Inap RSUD Cibabat”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu
Tahun 2017.
Keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini tak lepas dari dukungan dan bantuan
serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan
vi
6. Kedua orang tua, yang selalu memberikan motivasi dan dorongan baik
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, peneliti mengharapkan segala kritik dan saran yang bersifat
Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti
Peneliti
vii
DAFTAR ISI
PENGESAHAN ........................................................................................................ ii
ABSTRAK ............................................................................................................... iv
ABSTRACT .............................................................................................................. v
viii
1. Definisi Plebitis ............................................................................................. 23
2. Penyebab Plebitis ........................................................................................ 24
3. Derajat Plebitis ............................................................................................ 25
4. Faktor yang mempengaruhi terjadinya plebitis ............................................. 28
C. Konsep Perilaku .......................................................................................... 30
1. Pengertian Perilaku ...................................................................................... 30
2. Domain Perilaku ........................................................................................... 30
a. Tindakan atau Praktik .................................................................................. 31
b. Standar Operasional Prosedur (SOP) .......................................................... 33
D. Kerangka teori ............................................................................................. 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 36
ix
BAB VI HASIL PENELITIAN .................................................................................. 54
A. Simpulan ...................................................................................................... 67
B. Saran ........................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 69
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Skala Plebitis .............................................................................. 26
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Skore Visual Plebitis.................................................................... 27
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat
faktor penentu bagi mutu pelayanan dan citra rumah sakit di mata
1
2
kondisi pasien.
kelebihan cairan, reaksi alergi dan sepsis (Gabriel dan Hnaskin. 2007).
dengan skala plebitis atau dengan visual infusoin plebitis score yang di
oleh Infusion Nursing Standard of Practice (2006) terdiri dari lima dengan
berat.
bahwa level plebitis yang harus dilaporkan adalah level 2 atau lebih.
(INS) adalah 5% atau kurang. Angka kejadian plebitis lebih dari 5%, maka
2013).
safety. Hal ini menyebabkan pasien akan dirugikan, karena rentang waktu
rujukan dari rumah sakit kabupaten. Kapasitas tempat tidur raawat inap
7
291 tempat tidur, lebih banyak dibanding setiap rumah sakit di Jawa Barat
atas standar INS, yaitu 5,29% dari 2379 pemasangan infus pada bulan
tersebut adalah plebitis yang sudah tahap lanjut yang sudah mencapai
derajat II. Data jumlah kejadian plebitis diruang rawat inap dewasa RSUD
misalnya disertai bengkak, panas, dan pasien sudah minta untuk segera
perawat dengan alasan belum terjadi komplikasi plebitis dan aliran infus
masih baik, penggantian infus justru dilakukan jika sudah terjadi plebitis
adalah jika infus macet, maka harus segera diganti, dan hal tersebut
terbatasnya fasilitas yang disediakan oleh rumah sakit, lupa untuk cuci
didesinfeksi karena ragu dengan vena yang akan di tusuk) dan kadang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
rumah sakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat -zat makanan dari
pasien tidak dapat menelan, tidak sadar, dehidrasi atau syok, untuk
tertentu dengan menggunakan infus set. Metode yang efisien dan efektif
11
12
cairan, obat dan nutrisi kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan
terapi intravena. Fungsi vena hampir sama dengan arteri, tetapi lebih
vena ini merupakan cara terakhir dan dapat dilakukan hanya dengan
2008).
pada infeksi serius, rumah sakit memberikan antibiotika jenis ini tanpa
tidak dapat menelan obat (ada sumbatan di saluran cerna atas). Pada
15
seperti rektal (anus), sublingual (di bawah lidah), subkutan (di bawah
Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan
jenis cairan yang sering digunakan dalam pemberian terapi cairan Intra
isotonik, cairan hipotonik dan cairan hipertonik (Smetlzer & Bare, 2013)
kerusakan sel.
osmolalitas CES (> 375 mOsm/l) sehingga bila cairan ini diberikan
Contohnya NaCl 3%, NaCl 5%, total parenteral yang berisi dekstrosa
yang besar, midline catheter atau melalui vena sentral. (Smetlzer &
Bare, 2013).
a. Komplikasi lokal
benar
darah.
b. Komplikasi Sistemik
infus dan tempat kateter yang disebabkan karena alat yang tidak
vena oleh bekuan darah atau benda asing lain seperti udara ke
6) Reaksi alergi yaitu respon lokal atau respon general yang terjadi
a. Persiapan
pemberian cairan
infus.
b. Pelaksanaan
2) Pilih infus set yang sesuai dan regangkan setelah infus set
6) Lepaskan klem infus set dan isi selang infus dengan cairan
21
dipasang infus
sekitar 5 – 10 cm
vena.
jarum keluar.
Infus
dan aliran cairan setiap jam, kecuali pada kondisi kritis observasi
b. Mengganti Balutan
B. Konsep Plebitis
1. Definisi Plebitis
tersebut.
2. Penyebab Plebitis
yang terjadi pada tunika intima vena dengan bahan kimia yang
jadi larutan yang mengandung glukosa, asam amino, dan lipid yang
Penggunaan ukuran katheter yang besar pada vena yang kecil juga
(Darmawan, 2008).
25
3. Derajat Plebitis
edema
pembentukan lapisan,
Tabel 2.2 Visual Infusion Phlebitis (VIP) Score Oleh Andrew Jackson
line
Dua dari tanda berikut jelas: 2 Stadium dini plebitis
*Nyeri pada IV line * Pindahkan dan ganti kanula ke area
* Kemerahan penusukan yang lain
* Pembengkakan
Sumber:http://www.otsuka.co.id/files/Image/Skorind.jpg&imgrefurl;Daugherty
(2008)
28
a. Usia
menyebabkan plebitis.
29
b. Status nutrisi
c. Stress
adaptasi imun. Rasa takut akan cedera tubuh dan nyeri sering
terjadi diantara anak - anak, konsekuensi rasa takut ini dapat sangat
d. Keadaan vena
Kondisi vena yang kecil dan vena yang sering terpasang infus
e. Faktor penyakit
infeksi.
30
C. Konsep Perilaku
1. Pengertian Perilaku
atau reaksi seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun
yang langsung terlihat atau yang tidak tampak, timbulnya perilaku akibat
2. Domain Perilaku
tersebut yang terdiri dari ranah kognitif (kognitif domain) ranah affektif
adalah tindakan :
31
diantaranya :
berkualitas.
2) Pengukuran Tindakan
a) Langsung
b) Tidak langsung
yang diteliti.
proses kerja tertentu (Perry dan Potter (2005). SOP infus adalah
intravena.
penyimpangan.
mudah dilacak.
konsisten
D. Kerangka teori
Faktor Mekanik
1. Ukuran kanula
2. Lokasi terlalu
dekat
persendian 1. Hand higiene
3. Tidak terampil Faktor Infeksi
yang kurang
saat 2. Bahan atau alat
memasang terkontaminasi
3. Teknik aseptik
Faktor Kimia yang buruk
1. Jenis cairan
2. pH cairan/obat
3. bahan/ material
kateter Inflamasi lapisan
Endotelia vena
PLEBITIS
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
diperhatikan.
berada pada garis paling depan dalam pencegahan infeksi ini. Akibat
36
37
variavel independen
Faktor perawat
tentang terapi infus :
Kejadian Plebitis
Tindakan perawat
Variabel perancu
Umur pasien
2. Rancangan Penelitian
dimana antara variabel bebas dan terikat di ukur dalam waktu yang
3. Hipotesis Penelitian
4. Variabel Penelitian
5. Definisi Operasional
(Hidayat, 2011).
Konseptual Operasional
Plebitis
2 Plebitis adalah Peradangan Vip score 0= Nominal
reaksi yang terjadi Tidak
inflamasi yang pada pembuluh terjadi
terjadi pada darah dengan plebitis
pembuluh tanda
darah vena kemerahan, 1=
yang ditandai nyeri, bengkak, terjadi
dengan nyeri, pengerasan plebitis
kemerahan, sepanjang vena,
bengkak, dan demam
panas,
indurasi
(pengerasan)
pada daerah
tusukan, dan
pengerasan
sepanjang
pembuluh
darah vena
(Alexander, et
al., 2010).
1. Populasi
(ruangan E3, E2, C3, D2, D3) RSUD Cibabat yang berjumlah 90 orang.
2. Sampel
2014). Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu sampel
N
n=
1 + N(d)2
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
N
n=
1 + N(d)2
90
=
1 + 90(0,1)2
42
90
=
1 + 90(0,01)
90
=
1 + 0,9
90
=
1,9
C. Pengumpulan Data
berbagai sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data
sumber sekunder. Bila dilihat dari segi cara dapat dilakukan dengan
a. Prosedur Administratif
b. Prosedur Teknis
pelaksanaan penelitian
pengumpulan data.
objektif.
plebitis
2. Instrumen Penelitian
a. Uji Validitas
mampu mengukur apa yang hendak diukur atau tidak. Oleh karena
45
itu, perlu dilakukan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item
b. Uji Reliabilitas
D. Prosedur Penelitian
1. Tahap persiapan
Cibabat.
46
2. Tahap pelaksanaan
program komputer dan spss pada tanggal 3 juni samapai 16 juni 2107
4. Tahap akhir
Juli 2017.
1. Pengolahan Data
lain :
a. Editing
b. Coding
c. Skoring
pertanyaan.
d. Entri Data
frekuensi sederhana.
2. Analisis Data
(Setiadi, 2013).
49
1) Analisa Univariat
penelitian berikut :
𝑓
𝑝= × 100 %
𝑛
Keterangan :
p = persentasi responden
2) Analisa Bivariat
square, uji chi square digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam
populasi terdiri atas dua atau lebih kelas dimana datanya berbentuk
(𝑓𝑜 − 𝑓𝑒)2
𝑥2 = ∑
𝑓𝑒
Keterangan :
𝑥2 =
Nilai chi square
(∑ 𝑓𝑘) × (∑ 𝑓𝑏)
𝑓𝑒 =
∑𝑇
Keterangan :
F. Etika Penelitian
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
masalah lainnya hanya data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
riset penelitian.
kematian.
HASIL PENELITIAN
A. Hasil penelitian
Juni 2011. Penyajian data hasil penelitian ini terdiri dari analisa univariat,
sebagai berikut:
1. Analisis Univariat
54
55
intravena.
56
2. Analisis Bivariat
Hasil dari analisis bivariat dapat dilihat pada tabel berikut ini :
n % N % n %
SOP
0,001
Sesuai SOP 6 26,1% 17 73,9% 23 100%
Cibabat.
B. Pembahasan
tindakan perlu faktor lain, diantaranya fasilitas atau sarana dan prasarana
area tusukan hanya langsung diplester saja dan tidak melakukan cuci
serta banyaknya pasien yang membuat perawat tidak patuh. Hal ini
alkohol, pemakaian yang berulang pada selang infus yang tidak steril.
patuh pada persiapan alat dan prosedur pemasangan infus yang prinsip.
100% dan yang patuh sebanyak 0 atau 0%. Hasil penelitian Pasaribu
menjadi faktor intrernal yaitu karakterisitk perawat itu sendiri (umur, jenis
karakteristik lingkungan).
yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun mekanik. Hal ini ditunjukkan
dan merupakan salah satu terapi utama. Tetapi karena terapi ini diberikan
secara terus-menerus dan dalam jangka waktu yang lama tentunya akan
salah satunya adalah infeksi (Hinlay, 2006). Salah satu infeksi yang
atau bakteri yang masuk melalui lubang tusukan kateter infus dan ada
dilakukan atau tidak sesuai SOP yang ada di rumah sakit tersebut.
61
(Darmawan, 2008).
jenis kelamin rata - rata lak i- laki. Semakin jauh jarak pemasangan terapi
plebitis mekanik.
teknik aseptik (cuci tangan dan memakai sarung tangan) dan ini telah
penusukan infus akan terjadi sehingga terjadi plebitis pada pasien yang
menjalankan SOP pemasangan infus namun terjadi plebitis. Hal ini dapat
namun tidak terjadi plebitis. Hal ini dapat dilihat dari hasil lembar
namun tidak melakukan tindakan pada poin awal dan akhir pelaksanaan
(multifaktorial), baik faktor yang ada dalam diri (badan, tubuh) penderita
klien dan bahan infeksius diruang rawat. Perawat juga bertanggung jawab
Aktifitas perawat yang tinggi dan cepat, hal ini menyebabkan perawat
dan keselamatan dirinya dan orang lain serta bertanggung jawab sebagai
dengan baik dan benar serta memelihara sarana agar selalu siap dipakai.
tidak melaksanakan sesuai dengan SOP, hal ini terjadi karena sebagian
yang lama, perawat tergesa - gesa saat pemberian terapi cairan intravena
serta banyaknya pasien yang membuat perawat tidak patuh. Hal ini
alkohol, pemakaian yang berulang pada selang infus yang tidak steril.
patuh pada persiapan alat dan prosedur pemasangan infus yang prinsip.
100% dan yang patuh sebanyak 0 atau 0%. Hasil penelitian Pasaribu
A. Simpulan
sebagai berikut :
tidak memberikan terapi cairan intravena sesuai dengan SOP, hal ini
0,001
B. Saran
1. Bagi Teoritik
67
68
2. Bagi Praktis
b. Bagi Keperawatan
Plebitis
DAFTAR PUSTAKA
Dougherty, L., Bravery, K., Gabriel, J., Kayley, J., Malster, M., Scales, K., &
Inwood, S. (2010).Standards for Infusion therapy: The RCN IV
therapy forum.
Gabriel, J., Bravery, K., Dougherty, L., Kayley, J., Malster, M., & Scales,
K.(2005). Vascular access: Indication and implication for patient care.
Nursing Standard,19(26), 45-52
Hinlay. (2006). Terapi Intravena pada pasien di rumah sakit. Yogyakarta: Nuha
Medika.
69
70
Robinson, J. M., & Saputra, L. (2014). Buku Ajar Visual Nursing Jilid Satu.
Tangerang Selatan: Binarupa Aksara Publisher.